Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KERJA PRAKTEK

MENGHILANGKAN POTENSI LIMBAH B3 ORGANIK (ETANOL)


PADA ANALISA PENGERJAAN SAMPEL LAMBUCID TABLET
PT. PT.KALBE FARMA TBK
Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Program Studi Teknik Lingkungan

Universitas Pelita Bangsa

Disusun oleh:
Deni Rusli
331620141

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN


UNIVERSITAS PELITA BANGSA
BEKASI
2019

i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


Nama : Deni Rusli
NIM : 331620141
Judul KP : Menghilangkan Potensi Limbah B3 Organik (Etanol) Pada
Analisa Pengerjaan Sampel Lambucid Tablet

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa penulisan Laporan Kerja Praktek


ini di susun oleh saya sendiri berdasarkan pengetahuan dan data-data yang di
kumpulkan mulai dari awal penyusunan laporan sampai akhir dari laporan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan apabila
dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidak benaran dalam pernyataan
ini, maka saya bersedia menerima sanksi akademik dan sanksi lain sesuai dengan
peraturan yang berlaku di Universitas Pelita Bangsa.
Demikian pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar tanpa ada
paksaan dari pihak manapun.

Cikarang, 2019

Yang membuat pernyataan,

Deni Rusli
NIM. 3316120141

ii
LEMBAR PENGESAHAN
LAPORAN KERJA PRAKTEK

MENGHILANGKAN POTENSI LIMBAH B3 ORGANIK (ETANOL)


PADA ANALISA PENGERJAAN SAMPEL LAMBUCID TABLET
PT. PT.KALBE FARMA TBK

Disusun untuk memenuhi syarat kelulusan Program Studi Teknik Lingkungan


Universitas Pelita Bangsa
Tahun Akademik 2018/2019
Disusun oleh :
Deni Rusli
NIM : 331620141

Telah diperiksa dan disetujui oleh Dosen Pembimbing


Pada tanggal : 2019

Pembimbing Lapangan Dosen Penguji

Pembimbing

Mengetahui
Kepala Program Studi Teknik Lingkungan

Dodit Ardiatma, S.T., M.Sc.


NIDN : 0403029201

iii
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Bismillahi wal hamdulillah washolatu wassalamu a’la habibina sayyidina
Muhammad bin Abdillah wa a’la alihi wa sohbihi wa man tabia’h amma ba’du.
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT serta sholawat dan salam kepada
Nabi Besar Muhammad SAW, karena hanya atas rahmat dan berkah- Nya,
sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Kerja Praktek dengan baik dan
tepat waktu.
Laporan ini disusun sebagai persyaratan kelulusan Priodi Teknik
Lingkungan Universitas Pelita Bangsa yang wajib ditempuh oleh mahasiswa
Program Studi Teknik Lingkungan Universitas Pelita Bangsa.
Selanjutnya terima kasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Dr.Ir.Supriyanto, M.P. selaku ketua Universitas Pelita Bangsa.
2. Bapak Dodit Ardiatma, S.T., M.Sc. selaku Ketua Kaprodi Teknik
Lingkungan Universitas Pelita Bangsa.
3. Bapak …………… selaku Dosen Pembimbing Laporan Kerja Praktek yang
telah membimbing sampai terselesaikannya Laporan Kerja Praktek ini.
4. Teman-teman seperjuangan di Teknik Lingkungan, khususnya angkatan
2016, terima kasih atas bantuan dan dukungannya.
Dan seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu
penyelasaian tugas ini.
Penyusun menyadari bahwa laporan ini tidak lepas dari berbagai
kekurangan, oleh karena itu penyusun menerima semua kritik dan saran untuk
kemajuan. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Wassalamu’alaikumWr. Wb.
Cikarang, …… Oktober 2019

Deni Rusli

iv
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................................................... i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ......................................................................... ii

LEMBAR PENGESAHAN .............................................................................................. iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... iv

DAFTAR ISI ..................................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1

1.2 Identifikasi Masalah ..................................................................................2

1.2 Batasan Masalah ........................................................................................ 3

1.4 Rumusan Masalah ..................................................................................... 3

1.5 Tujuan Masalah ......................................................................................... 3

1.6 Manfaat Kerja Praktek ..............................................................................4

1.6.1. Untuk Mahasiswa ............................................................................4

1.6.2. Untuk Priodi Teknik Lingkungan .................................................... 4

1.6.3. Untuk Perusahaan ............................................................................4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Industri Farmasi......................................................................................... 5

2.2 CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik) ................................................6

2.3 Tentang PT. Kalbe Farma Tbk ..................................................................7

2.4 Lambucid Tablet ....................................................................................... 9

2.5 Limbah B3 ............................................................................................... 10

2.5.1 Penegertian Limbah B3 ..................................................................10

2.5.1 Sifat Dan Klasifikasi Limbah B3 ................................................... 11

2.6 Etanol ......................................................................................................12

v
BAB III METODE KERJA PRAKTEK

3.1 Umum ............................................................................................................14

3.2 Metode Kerja Praktek .................................................................................... 14

3.3. Pelaksanaan Kerja Praktek ...........................................................................15

3.4 Diagram Alir Kerja Praktek ...........................................................................18

3.5 Metode Analisis Data .................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA

vi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri Farmasi adalah badan usaha yang memiliki izin dari Menteri
Kesehatan untuk melakukan kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Pembuatan
obat adalah seluruh tahapan kegiatan dalam menghasilkan obat,yang meliputi
pengadaan bahan awal dan bahan pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan
mutu, dan pemastian mutu sampai diperoleh obat untuk didistribusikan. Obat
adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam
rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan
kesehatan dan kontrasepsi, untuk manusia. Bahan obat adalah bahan baik yang
berkhasiat maupun tidak berkhasiat yang digunakan dalam pengolahan obat
dengan standar dan mutu sebagai bahan baku farmasi. Cara Pembuatan Obat yang
Baik, yang selanjutnya disingkat CPOB adalah cara pembuatan obat yang
bertujuan untuk memastikan agar mutu obat yang dihasilkan sesuai dengan
persyaratan dan tujuan penggunaannya.
(Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2010).
Sejatinya obat itu di adakan bertujuan untuk meringankan, mengobati,
penyakit dan sebagai suplemen kesehatan, namun pada umumnya setiap obat
mempunyai efek samping dan bahkan bisa menjadi racun yang bisa menyebabkan
penyakit menjadi lebih parah bahkan pada beberapa kasus tertentu bisa
menyebabkan kematian pada konsumen, hal ini dapat terjadi jika penggunaan obat
tidak sesuai penggunaannya atau dosis zat aktif yang di konsumsi terlampau lebih
besar dari dosis seharusnya, umumnya di kenal dengan istilah "Over Dosis".
Salah satu penyebab ketidaksesuaian dosis zat aktif yang di konsumsi oleh
konsumen tersebut adalah karena adanya faktor kesalahan dari produsen atau
pabrik ketika proses produksi obat. Untuk mencegah terjadinya hal tersebut maka
perlulah adanya pemastian qualitas dari obat dan kandungan zat aktif dalam setiap
obat yang di produksi untuk memastikan tidak ada kesalahan. Pada suatu obat itu

1
tidak hanya terdiri dari zat aktifnya saja melainkan terdiri dari komponen-
komponen lainnya yang memiliki peran yang bermacam macam seperti zat
pengisi, zat pengikat, zat penghancur dan lain sebagainya, semua zat tadi
terhomogenisasi dalam satu produk jadi bisa berbentuk tablet, kaplet, kapsul,
sirup, injeksi dan lainnya. Oleh karena yang ingin di pastikan atau di uji adalah zat
aktif dari obat tersebut, maka proses uji atau analisanya tidak bisa di lakukan
hanya dengan cara fisika, karena analisa secara fisika tidak dapat menunjukan
kandungan dari zat aktif melainkan harus di lakukan dengan proses analisa yang
melibatkan senyawa kimia, namun hampir setiap analisa yang di lakukan secara
kimiawi menghasilkan limbah baik limbah organik maupun anorgnik yang
bersifat limbah B3 yang berpotensi merusak lingkungan, pada pengujian kadar zat
aktif pada produk Lambucid tablet ini di ketahui bahwa pada proses analisanya
menghasilkan limbah organik (etanol) yang cukup banyak, untuk itu penulis
bermaksud untuk meminimalisir limbah tersebut dengan methode uji yang akan di
bahas pada laporan ini.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas terdapat beberapa masalah yang di
temukan di antaranya:
1. Setiap obat bisa bersifat racun apabila kadar zat aktif dalam obat tidak
sesuai atau terlampau lebih besar dari dosis yang di tentukan.
2. Kesalahan dalam pembuatan obat bisa terjadi selama proses produksi
obat.
3. Kadar zat aktif dalam obat tidak bisa di pastikan secara kasat mata
melainkan harus di lakukan uji analisa di laboratorium
4. Proses analisa zat aktif dalam obat harus di lakukan secara kimia
karena analisa secara fisika tidak bisa menunjukan kadar zat aktif yang
terkandung dalam obat tersebut.
5. Setiap analisa yang di lakukan secara kimiawi akan menghasilkan
limbah B3.

2
6. Setiap limbah B3 baik organik maupun anorganik berpotensi merusak
lingkungan dan berbahaya bagi makhluk hidup baik jangka pendek
maupun jangka panjang.
7. Uji kadar zat aktif pada produk Lambucid Tablet diketahui masih
menggunakan methode yang menghasilkan limbah organic yang cukup
banyak dalam setiap analisanya.

1.3 Batasan Masalah


Penulis membatasi masalah yang akan di bahas lebih lanjut di antaranya:
1. Setiap analisa yang di lakukan secara kimiawi akan menghasilkan
limbah B3.
2. Setiap limbah B3 baik organik maupun anorganik berpotensi merusak
lingkungan dan berbahaya bagi makhluk hidup baik jangka pendek
maupun jangka panjang.
3. Uji kadar zat aktif pada produk Lambucid Tablet diketahui masih
menggunakan methode yang menghasilkan limbah etanol yang cukup
banyak dalam setiap analisanya.

1.4 Rumusan Masalah


Rumusan masalah dari kegiatan kerja praktek adalah:
1. Bagaimana cara meminimalisir atau bahkan menghilangkan limbah B3
pada analisa yang di lakukan agar limbah B3 tersebut tidak merusak
lingkungan?
2. Apakah ada methode alternative untuk menguji kadar zat aktif pada
produk Lambucid Tablet yang tidak menghasilkan limbah etanol?

1.5 Tujuan Masalah


Adapun Tujuan dari kerja praktek ini adalah:
1. Untuk mengetahui cara meminimalisir atau bahkan menghilangkan
limbah B3 pada analisa yang di lakukan agar limbah B3 tersebut tidak
merusak lingkungan.

3
2. Mengetahui methode alternative untuk menguji kadar zat aktif pada
produk Lambucid Tablet agar tidak menghasilkan limbah etanol dalam
setiap analisanya.

1.6 Manfaat Kerja Praktek


1.6.1 Untuk Mahasiswa
Dalam penelitian ini diharapkan penulis dapat menyumbangkan
pemikiran dan dapat mengaplikasikan ilmu yang didapat selama mengikuti
poses pendidikan pada Program S1 Priodi Teknik Lingkungan di
Universitas Pelita Bangsa.

1.6.2 Untuk Prodi Teknik Lingkungan


Sebagai tambahan informasi dan wawasan di bidang Teknik
Lingkungan khususnya yang berkaitan mengenai Limbah B3 yang di
hasilkan oleh industry farmasi.

1.6.3 Untuk Perusahaan


Penelitian ini di harapkan memberikan sejumlah manfaat bagi
Perusahaan, diantaranya:
- Sebagai sarana untuk mebangun hubungan baik antara Perusahaan dan
Institusi.
- Hasil penelitian yang di terapkan dapat mengurangi limbah organic
khususnya limbah etanol yang di hasilkan oleh perusahaan
- Perusahaan mendapatkan keuntungan berupa cost safing dari methode
pengujian baru yang di terapkan.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Industri Farmasi
Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
1799/Menkes/Per/XII/2010 tentang Industri Farmasi, industri farmasi adalah
badan usaha yang memiliki izin dari Menteri Kesehatan untuk melakukan
kegiatan pembuatan obat atau bahan obat. Industri farmasi dapat melakukan
kegiatan proses pembuatan obat dan/atau bahan obat untuk semua tahapan
dan/atau sebagian tahapan. Pembuatan obat adalah seluruh tahapan kegiatan
dalam menghasilkan obat, yang meliputi pengadaan bahan awal dan bahan
pengemas, produksi, pengemasan, pengawasan mutu dan pemastian mutu sampai
diperoleh obat untuk didistribusikan. (Kementerian Kesehatan, 2010).

Untuk memperoleh izin industri farmasi diperlukan persetujuan prinsip


yang berlaku selama 3 (tiga) tahun. Permohonan persetujuan prinsip diajukan
secara tertulis kepada Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan.
Dalam hal permohonan persetujuan prinsip dilakukan oleh Industri Penanaman
Modal Asing atau Penanaman Modal Dalam Negeri, pemohon harus memperoleh
Surat Persetujuan Penanaman Modal dari instansi yang menyelenggarakan urusan
penanaman modal sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Persetujuan
prinsip diberikan oleh Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan
setelah pemohon memperoleh persetujuan Rencana Induk Pembangunan (RIP)
dari Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan. Dalam hal permohonan
persetujuan prinsip telah diberikan, pemohon dapat langsung melakukan
persiapan, pembangunan, pengadaan, pemasangan dan instalasi peralatan
termasuk produksi percobaan dengan memperhatikan ketentuan perundang-
undangan. Setiap pendirian industri farmasi wajib memenuhi ketentuan
sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan di bidang tata ruang dan
lingkungan hidup. Industri Farmasi wajib memenuhi persyaratan CPOB yang
dibuktikan dengan sertifikat CPOB. Sertifikat CPOB berlaku selama 5 (lima)
tahun sepanjang memenuhi persyaratan. Ketentuan mengenai persyaratan dan tata

5
cara sertifikasi CPOB diatur oleh Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan.
(Sarah Nazila, 2012)

2.2 CPOB (Cara Pembuatan Obat Yang Baik)


CPOB adalah bagian dari Pemastian Mutu yang memastikan bahwa obat
dibuat dan dikendalikan secara konsisten untuk mencapai standar mutu yang
sesuai dengan tujuan penggunaan dan dipersyaratkan dalam izin edar dan
spesifikasi produk. CPOB mencakup Produksi dan Pengawasan Mutu. Persyaratan
dasar dari CPOB adalah:
a. Semua proses pembuatan obat dijabarkan dengan jelas, dikaji secara sistematis
berdasarkan pengalaman dan terbukti mampu secara konsisten menghasilkan
obat yang memenuhi persyaratan mutu dan spesifikasi yang telah ditetapkan;
b. Tahap proses yang kritis dalam pembuatan, pengawasan proses dan sarana
penunjang serta perubahannya yang signifikan divalidasi;
c. Tersedia semua sarana yang diperlukan dalam CPOB termasuk:
asi dan terlatih;

yang benar;

d. Prosedur dan instruksi ditulis dalam bentuk instruksi dengan bahasa yang
jelas, tidak bermakna ganda, dapat diterapkan secara spesifik pada sarana yang
tersedia;
e. Operator memperoleh pelatihan untuk menjalankan prosedur secara benar;
f. Pencatatan dilakukan secara manual atau dengan alat pencatat selama
pembuatan yang menunjukkan bahwa semua langkah yang dipersyaratkan
dalam prosedur dan instruksi yang ditetapkan benar benar dilaksanakan dan
jumlah serta mutu produk yang dihasilkan sesuai dengan yang diharapkan.
Tiap penyimpangan dicatat secara lengkap dan diinvestigasi;

6
g. Catatan pembuatan termasuk distribusi yang memungkinkan penelusuran
riwayat bets secara lengkap, disimpan secara komprehensif dan dalam bentuk
yang mudah diakses;
h. Penyimpanan dan distribusi obat yang dapat memperkecil risiko terhadap
mutu obat;
i. Tersedia sistem penarikan kembali bets obat manapun dari peredaran; dan
j. Keluhan terhadap produk yang beredar dikaji, penyebab cacat mutu
diinvestigasi serta dilakukan tindakan perbaikan yang tepat dan pencegahan
pengulangan kembali keluhan.
(Pedoman CPOB BPOMRI, 2012)

2.3 PT Kalbe Farma


PT Kalbe Farma berdiri pada tahun 1966, Kalbe telah jauh berkembang dari
usaha sederhana di sebuah garasi menjadi perusahaan farmasi terdepan di
Indonesia. Melalui proses pertumbuhan organik dan penggabungan usaha &
akuisisi, Kalbe telah tumbuh dan bertransformasi menjadi penyedia solusi
kesehatan terintegrasi melalui 4 kelompok divisi usahanya: Divisi Obat Resep
(kontribusi 23%), Divisi Produk Kesehatan (kontribusi 17%), Divisi Nutrisi
(kontribusi 30%), serta Divisi Distribusi and Logistik (kontribusi 30%). Keempat
divisi usaha ini mengelola portofolio obat resep dan obat bebas yang
komprehensif, produk-produk minuman energi dan nutrisi, serta usaha distribusi
yang menjangkau lebih dari satu juta outlet di seluruh kepulauan Indonesia. Di
pasar internasional, Perseroan telah hadir di negara-negara ASEAN, Nigeria, dan
Afrika Selatan, dan menjadi perusahaan produk kesehatan nasional yang dapat
bersaing di pasar ekspor.

Kalbe telah membangun kekuatan riset dan pengembangan dalam bidang


formulasi obat generik dan mendukung peluncuran produk konsumen dan nutrisi
yang inovatif. Melalui aliansi strategis dengan mitra-mitra internasional, Kalbe
telah merintis beberapa inisiatif riset dan pengembangan yang banyak terlibat
dalam kegiatan riset mutakhir di bidang sistem penghantaran obat, obat kanker,
sel punca dan bioteknologi. Didukung lebih dari 17.000 karyawan, kini Kalbe
telah tumbuh menjadi penyedia layanan kesehatan terbesar di Indonesia, dengan
7
keunggulan keahlian di bidang pemasaran, branding, distribusi, keuangan serta
riset dan pengembangan. Kalbe Farma juga merupakan perusahaan produk
kesehatan publik terbesar di Asia Tenggara, dengan nilai kapitalisasi pasar Rp79,2
triliun dan nilai penjualan Rp20,2 triliun di akhir 2017.

Sejalan dengan pertumbuhan dan kemajuan Indonesia, kesehatan telah


menjadi faktor yang semakin penting dalam meningkatkan kesejahteraan dan
produktivitas bangsa. Kalbe, sebagai perusahaan di bidang kesehatan, terus
berinovasi untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat Indonesia. Dalam
perjalanannya hingga kini Kalbe tak henti berinovasi memberikan persembahan
terbaik bagi kemajuan kesehatan masyarakat Indonesia.
Seperti halnya sebuah perusahaan yang akan terus berkembang dan
melebarkan sayapnya, PT.Kalbe Farma memiliki visi, misi dan motto yang
menjadi pondasi kokoh untuk tercapainya tujuan tersebut, Berikut adalah visi,
misi dan motto PT kalbe Farma:
Visi : Menjadi perusahaan produk kesehatan Indonesia terbaik dengan skala
internasional yang didukung oleh inovasi, merek yang kuat, dan
manajemen yang prima.
Misi : Meningkatkan kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik.
Motto : The Scientific Pursuit of Health for a Better Life
Sejak didirikan pada tahun 1966, pendiri Kalbe telah mewariskan nilai-nilai
perusahaan yang kini menjadi pedoman bersikap dan bertindak bagi seluruh
karyawan Grup Kalbe. Melalui penggalian nilai-nilai utama yang terus lestari
dalam sejarah perjalanan Kalbe, Pada tahun 2010, Kalbe secara resmi telah
menetapkan nilai-nilai Kalbe Panca Sradha, yang terdiri atas lima prinsip sebagai
berikut:
 Saling percaya adalah perekat di antara kami
 Kesadaran penuh adalah dasar setiap tindakan kami
 Inovasi adalah kunci keberhasilan kami Bertekad untuk menjadi yang terbaik
 Saling keterkaitan adalah panduan hidup kami
Nilai-nilai Kalbe Panca Sradha ini merupakan mentalitas dasar untuk
mempersatukan lebih dari 17.000 karyawan Grup Kalbe, yang beraktivitas di 24

8
entitas usaha di Indonesia dan di luar negeri Kalbe senantiasa menempatkan
keunggulan di bidang manajemen sumber daya manusia (SDM) sebagai salah satu
strategi penting untuk menjamin tercapainya kinerja yang positif secara
berkesinambungan. Perseroan menyadari untuk mempertahankan dan
meningkatkan kinerjanya, Perseroan perlu didukung oleh SDM yang kompeten
dan berkualitas, serta berorientasi kepada kebutuhan di masa depan.

Kalbe berkontribusi untuk meningkatkan taraf kesehatan masyarakat


Indonesia, dengan ketersediaan produk yang lengkap mulai dari obat resep, obat
bebas, produk kesehatan konsumen dan produk nutrisi. Dengan didukung
semangat inovasi, Kalbe telah bertransformasi dari awal yang sederhana hingga
kini menjadi perusahaan farmasi publik terbesar di Asia Tenggara. Kalbe
mengembangkan portofolio produk dari semula obat bebas, berkembang dengan
obat resep dan produk nutrisi, hingga kini Kalbe juga masuk ke segmen alat
kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan, dan pada saat yang sama membangun
kompetensi dalam bidang riset dan pengembangan bioteknologi. Sejalan dengan
misinya, Kalbe berpegang pada komitmen untuk melaksanakan tanggung jawab
sosial kepada masyarakat melalui berbagai kegiatan sosial yang difokuskan pada
empat pilar yaitu kesehatan, pendidikan, lingkungan dan sarana. Sebagai bentuk
kepedulian terhadap lingkungan, kalbe juga telah mengimplementasikan ISO
14001:2004 pada fasilitas produksi.

Kalbe terus melakukan perbaikan dalam upaya-upaya pencegahan pencemaran


lingkungan. Dengan didukung semangat inovasi, Kalbe akan terus
mengembangkan diri untuk meningkatkan kontribusi bagi seluruh pemangku
kepentingan dalam menjalani dan memaknai misinya demi meningkatkan
kesehatan untuk kehidupan yang lebih baik.
(Sumber: Kalbe.co.id)
2.4 Lambucid Tablet
Lambucid tablet kunyah diproduksi oleh PT. Hexpharm yang merupakan anak
dari PT.Kalbe Farma Tbk dan telah terdaftar pada BPOM. Lambucid dikemas
dalam bentuk tablet kunyah untuk memudahkan dalam mengkonsumsi dan
dibawa. Pada setiap tablet kunyah Lambucid mengandung 300 mg Al-hidroksida,
9
300 mg Mg-hidroksida dan 30 mg simetikon. Lambucid dapat digunakan untuk
meredakan gejala sakit maag seperti mual, nyeri lambung, nyeri ulu hati,
kembung dan perasaan penuh pada lambung. Mg-hidroksida (Mg(OH)2) adalah
antasida yang bekerja dengan menetralkan asam lambung, sehingga mengurangi
efek destruktif asam lambung dan mengurangi aktivitas proteolitik dari pepsin.
Efek ini diperpanjang oleh antasida kerja lambat Al-hidroksida (Al(OH)3).
Disamping itu, efek katartik Mg (OH)2 dan efek konstipasi Al(OH)3 dapat saling
menetralkan. Al (OH)3 juga merupakan suatu adsorben dan demulsen. Dimethyl
polysiloxane, suatu zat anti-busa, adalah komponen yang biasa terdapat dalam
preparat antasida. Zat ini ditambahkan untuk mengurangi busa dari cairan
lambung, agar mengurangi rasa kembung dan flatulen.

Lambucid tablet ini memiliki indikasi untuk mengurangi gejala-gejala yang


berhubungan dengan kelebihan asam lambung, tukak lambung, tukak usus 12 jari
dengan gejala-gejala seperti mual, kembung dan perasaan penuh pada lambung,
dosis yang di anjurkan untuk dewasa adalah 1 sampai 2 tablet , 3 sampai 4 kali
sehari, Untuk anak usia 6 sampai 12 tahun ½ sampai 1 tablet 3 sampai 4 kali
sehari diberikan 1 sampai 2 jam setelah makan dan menjelang tidur. Catatan
Lambucid tablet ini adalah jenis tablet kunyah maka dari itu tablet harus dikunyah
dulu sebelum ditelan. Untuk kontraindikasi yang di timbulkan terjadi pada
penderita yang hipersensitif terhadap Al, Mg, dimethyl polysiloxane, pada
penderita dengan gangguan fungsi ginjal dapat menyebabkan
hipermagnesemia.penggunaan lebih dari 2 minggu dapat menimbulkan
ketergantungan fungsi lambung, dapat mengganggu absorpsi tetracycline dan
cimetidine per oral. Harus diberikan dengan interval 2 jam tidak dianjurkan untuk
anak dibawah usia 6 tahun untuk itu Tidak dianjurkan digunakan terus menerus
lebih dari 2 minggu, kecuali atas petunjuk dokter tidak dianjurkan pemberian pada
anak dibawah 6 tahun kecuali atas petunjuk dokter, Efek samping yang dapat
timbul yaitu mual, muntah, konstipasi, diare. Gejala-gejala akan hilang bila
pemakaian obat dihentikan. Cara penyimpanan lammbucid tablet yaitu simpan
pada tempat sejuk dan kering, serta terlindung dari cahaya.

10
2.5 Limbah B3
2.5.1 Pengertian Limbah B3
Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat B3 adalah zat,
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan
dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau membahayakan lingkungan hidup,
kesehatan, serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain. Limbah
adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun yang selanjutnya disebut Limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan/atau
kegiatan yang mengandung B3. (PP Nomor 101 tahun 2014)

Bahan berbahaya dan beracun didefinisikan sebagai bahan berbahaya dan /


atau beracun yang karena sifatnya atau konsentrasinya baik secara langsung atau
tidak langsung dapat mencemarkan lingkungan atau merusak lingkungan hidup,
kesehatan hidup manusia serta, makhluk lain. Dari definisi tersebut di atas dapat
ditafsirkan bahwa B-3 dapat berupa bahan baku (alamiah), atau bahan olahan
(produk), atau sisa dari suatu proses (limbah) yang bersumber dari kegiatan
industri atau domestik (rumah tangga). Ditinjau dari strukturnya, maka B-3 bisa
berupa bahan yang memiliki sifat fisika dan kimia. Sifat fisika (fisik) pada
umumnya dilihat karena bentuknya, seperti: runcing/tajam, keras, licin, gas dan
lain-lain. Sedangkan sifat kimia dilihat dari mudahnya bereaksi, baik dengan
struktur tubuh makhluk hidup (manusia, hewan dan tumbuhan), maupun benda-
benda mati. Dampak yang diakibatkan oleh sifat fisik pada umumnya berupa
perusakan fisik, seperti luka, sesak napas, pingsan, bahkan sampai tak sadarkan
diri. Adapun dampak dari sifat kimia antara lain: kebakaran, ledakan, keracunan,
korosif tehadap benda (peralatan), dan lain-lain. (Suratmin, 2012).

2.5.2 Sifat dan Klasifikasi Limbah B3

Suatu limbah tergolong sebagai bahan berbahaya dan beracun jika ia


memiliki sifat-sifat tertentu, di antaranya mudah meledak, mudah teroksidasi,
mudah menyala, mengandung racun, bersifat korosifmenyebabkan iritasi, atau

11
menimbulkan gejala-gejala kesehatan seperti karsinogenik, mutagenik, dan lain
sebagainya.
a. Mudah meledak (explosive)
Limbah mudah meledak adalah limbah yang pada suhu dan tekanan
standar dapat meledak karena dapat menghasilkan gas dengan suhu dan
tekanan tinggi lewat reaksi fisika atau kimia sederhana. Limbah ini sangat
berbahaya baik saat penanganannya, pengangkutan, hingga pembuangannya
karena bisa menyebabkan ledakan besar tanpa diduga-duga. Adapun contoh
limbah B3 dengan sifat mudah meledak misalnya limbah bahan eksplosif dan
limbah laboratorium seperti asam prikat.
b. Pengoksidasi (oxidizing)
Limbah pengoksidasi adalah limbah yang dapat melepaskan panas karena
teroksidasi sehingga menimbulkan api saat bereaksi dengan bahan lainnya.
Limbah ini jika tidak ditangani dengan serius dapat menyebabkan kebakaran
besar pada ekosistem. Contoh limbah b3 dengan sifat pengoksidasi misalnya
kaporit.
c. Mudah menyala (flammable)
Limbah yang memiliki sifat mudah sekali menyala adalah limbah yang
dapat terbakar karena kontak dengan udara, nyala api, air, atau bahan lainnya
meski dalam suhu dan tekanan standar. Contoh limbah B3 yang mudah
menyala misalnya pelarut benzena, pelarut toluena atau pelarut aseton yang
berasal dari industri cat, tinta, pembersihan logam, dan laboratorium kimia.
d. Beracun (moderately toxic)
Limbah beracun adalah limbah yang memiliki atau mengandung zat yang
bersifat racun bagi manusia atau hewan, sehingga menyebabkan keracunan,
sakit, atau kematian baik melalui kontak pernafasan, kulit, maupun mulut.
Contoh limbah b3 ini adalah limbah pertanian seperti buangan pestisida.
e. Berbahaya (harmful)
Limbah berbahaya adalah limbah yang baik dalam fase padat, cair maupun
gas yang dapat menyebabkan bahaya terhadap kesehatan sampai tingkat
tertentu melalui kontak inhalasi ataupun oral.
f. Korosif (corrosive)
12
Limbah yang bersifat korosif adalah limbah yang memiliki ciri dapat
menyebabkan iritasi pada kulit, menyebabkan pengkaratan pada baja,
mempunyai pH ≥ 2 (bila bersifat asam) dan pH ≥ 12,5 (bila bersifat basa).
Contoh limbah B3 dengan ciri korosif misalnya, sisa asam sulfat yang
digunakan dalam industri baja, limbah asam dari baterai dan accu, serta
limbah pembersih sodium hidroksida pada industri logam.
g. Bersifat iritasi (irritant)
Limbah yang dapat menyebabkan iritasi adalah limbah yang menimbulkan
sensitasi pada kulit, peradangan, maupun menyebabkan iritasi pernapasan,
pusing, dan mengantuk bila terhirup. Contoh limbah ini adalah asam formiat
yang dihasilkan dari industri karet.
h. Berbahaya bagi lingkungan (dangerous to the environment)
Limbah dengan karakteristik ini adalah limbah yang dapat menyebabkan
kerusakan pada lingkungan dan ekosistem, misalnya limbah CFC atau
Chlorofluorocarbon yang dihasilkan dari mesin pendingin
i. Karsinogenik, Teratogenik, dan Mutagenik
Limbah karsinogenik adalah limbah yang dapat menyebabkan timbulnya
sel kanker, teratogenik adalah limbah yang mempengaruhi pembentukan
embrio, sedangkan limbah mutagenik adalah limbah yang dapat
menyebabkan perubahan kromosom
(Sumber: Data Admin PT Logam Jaya Abadi)

2.6 Ethanol
2.6.1 Pengertian

Etanol digunakan sebagai salah satu komponen bahan pembersih. Dalam


dunia medis, etanol digunakan sebagai bahan untuk sterilisasi permukaan
(mejakursi), sebagai pengawet atau pelarut dalam obat, dan merupakan antidotum
pada keracunan metanol dan etilen glikol. Etanol juga digunakan secara luas
sebagai pelarut di industri dan penelitian.

Beberapa nama lain dari etanol adalah Alcohol, anhydrol, ethyl alcohol,
ethyl hydrate, ethyl hydroxide, Grain alcohol, Jaysol, Methyl carbinol, potato

13
alcohol, spirit, synasol, tecsol, alkohol absolut, cologne spirit, etylowy alkohol,
methyl carbinol, wp alcohol, etanol absolut, alcool ethylique, alkoholu etylowego,
dehydrated alcohol, molasses alcohol, wp spirit, aethanol, alcool etilico, alkohol
denaturasi, alkohol fermentasi, alkohol kentang, aethyl alkohol, algrain, alkohol
anhidrat, etanolo, spirits of wine etanol standar dan lain sebagainya.

2.6.2 Dampak

Etanol adalah zat kimia yang berahaya terhadap kesehatan, organ


sasarannya yaitu mata, kulit, sistem pernapasan, sistem syaraf pusat, hati, darah,
dan sistem reproduksi., pada paparan jangka pendek Etanol dapat mengiritasi
mata. Terhirupnya uap etanol dalam konsentrasi tinggi dapat menyebabkan iritasi
pada mata dan saluran pernapasan.

Dampak yang di akibatkan oleh etanol diantaranya adalah sebagai berikut:

2.6.2.1 Jangka Waktu Pendek

 Paparan etanol dalam jangka pendek dapat menyebabkan korban mengalami


gangguan emosional, gangguan koordinasi motorik (gangguan keseimbangan,
bicara kurang jelas), gangguan sensorik (vertigo, pandangan ganda), wajah
kemerahan, detak jantung cepat, berkeringat, mual, muntah, mengantuk,
pingsan, hingga koma. Korban juga dapat mengalami kejang yang disebabkan
oleh kondisi hipoglikemia.
 Pada keracunan etanol ringan hingga sedang, korban/pasien dapat mengalami
gejala-gejala seperti rasa gembira yang berlebihan, gangguan keseimbangan,
nystagmus (bola mata bergerak tidak beraturan), berkurangnya ketajaman
penglihatan, hilangnya rasa malu/batasan moral, perilaku agresif, mual,
muntah, kulit kemerahan, dan dapat terjadi takiaritmia supraventricular,
 Pada keracunan yang berat, korban/pasien dapat mengalami koma, depresi
sistem pernapasan, aspirasi paru, hipoglikemia, dan hipotermia,
 Etanol apabila terhirup dapat mengakibatkan batuk, sakit kepala, rasa lelah,
mengantuk. Gagal sistem pernapasan dapat terjadi akibat keracunan berat.

14
Masuknya muntahan ke dalam paru-paru, dapat menyebabkan pneumonitis
dan edema paru,
 Jika kontak dengan kulit Etanol dapat mengiritasi kulit menyebabkan wajah
kemerahan, kulit kering, dan iritasi,
 Jika kontak dengan mata dapat menyebabkan mata kemerahan, rasa sakit dan
terbakar pada mata,
 Jika tertelan akan menyebabjkan rasa terbakar pada saluran cerna, sakit
kepala, rasa bingung, pusing, hilang kesadaran, mual, muntah, hipoglikemia,
serta gangguan keseimbangan asam basa dan eletrolit.

2.6.2.1 Jangka Waktu Panjang

 Pada paparan jangka panjang konsumsi etanol dalam jangka panjang dapat
menyebabkan beberapa komplikasi seperti Gangguan pada saluran pernapasan
bagian atas, Hilangnya lapisan lemak pada kulit, dapat menyebabkan
terjadinya sirosis pada hati. (Toksisitas pada hati termasuk infiltrasi lemak ke
dalam hati, hepatitis alkoholik, dan sirosis) , menimbulkan luka pada organ
hati yang menyebabkan hipertensi pada vena porta hepatika, akumulasi cairan
pada rongga perut, perdarahan dari varises esophagus dan hemorrhoids,
hiponatremia akibat retensi cairan, dan perotinitis mengakibatkan terjadinya
hepatic encelopathy.
 Tidak ditemukan informasi mengenai paparan jangka panjang kontak etanol
terhadap mata
 Perdarahan saluran cerna dapat terjadi karena gastritis yang diinduksi oleh
alkohol, esophagitis, dan duodenitis. Pankreatitis akut merupakan penyebab
umum munculnya rasa nyeri pada perut dan muntah.
 Gangguan jantung termasuk disritmia, seperti fibrilasi atrium yang mungkin
berkaitan dengan menurunnya kadar kalium dan magnesium dan rendahnya
asupan kalori pada jantung.
 Penggunaan alkohol dalam jangka panjang juga mengakibatkan terjadinya
cardiomyopathy. Toksisitas pada syaraf termasuk atropi otak, degenerasi otak
kecil, dan neuropati sensori perifer. Kelainan nutrisi seperti kekurangan
15
vitamin B1 pada pengguna alkohol dapat menyebabkan enselopati Wernicke
atau psikosis Korsakoff.

2.6.3 Penyakit Kronis yang di sebabkan oleh ethanol

Etanol pekat (95-99%) pada dosis 1 ml/kg (1 g/kg bb) menghasilkan


konsentrasi etanol di dalam darah sebesar 100-150 mg/dL (21-32 mmol/L) yang
menyebabkan keracunan ringan hingga sedang pada orang dewasa. Konsentrasi
etanol dalam darah antara 150-300 mg/dL (32.6-65.2 mmol/L) menyebabkan
munculnya gejala keracunan yang umum, data Karsinogenik Etanol yaitu IARC
golongan 3 artinya tidak diklasifikasikan sebagai bahan yang bersifat karsinogenik
pada manusia, Tidak terdapat informasi Tumoregenik namun pada kasus
Teratogenik, konsumsi etanol selama kehamilan dapat memberikan efek yang
tidak diinginkan pada janin. Data Mutagenik etanol menyebabkan kerusakan
DNA pada model tikus dan Saccharomyces cereviseae, perubahan DNA pada
Escheriscia coli, dan inhibisi DNA pada leukosit manusia. Etanol juga
meyebabkan mutasi pada Salmonella typhimurium, E.coli, Aspergillus nidulans,
dan S. Cereviseae.

2.6.4 Pertolongan pertama pada korban keracunan Etanol

2.6.4.1 Terhirup

Segera pindahkan korban dari area paparan. Bila perlu gunakan kantong
masker berkatup atau pernafasan penyelamatan. Segera bawa ke rumah sakit atau
fasilitas kesehatan terdekat.

2.6.4.2 Kontak dengan Kulit

Segera tanggalkan pakaian, perhiasan, dan sepatu yang terkontaminasi.


Cuci dengan sabun atau detergen ringan dan air dalam jumlah yang banyak
sampai dipastikan tidak ada bahan kimia yang tertinggal (selama 15-20 menit).
Bila perlu segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

2.6.4.3 Kontak dengan Mata

16
Segera cuci mata dengan air yang banyak atau dengan larutan garam
normal (NaCl 0,9%) selama 15-20 menit, atau sekurangnya 1 liter untuk setiap
mata dan dengan sesekali membuka kelopak mata atas dan bawah sampai
dipastikan tidak ada lagi bahan kimia yang tertinggal. Segera bawa ke rumah sakit
atau fasilitas kesehatan terdekat.

2.6.4.4 Tertelan

Segera hubungi Sentra Informasi Keracunan atau dokter setempat. Jangan


sekali-kali merangsang muntah atau memberi minum bagi pasien yang tidak
sadar/ pingsan. Bila terjadi muntah, jaga agar kepala lebih rendah daripada
panggul untuk mencegah aspirasi. Bila korban dalam keadaan sadar dan terjaga,
miringkan kepala ke samping. Segera bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan
terdekat.

2.6.5 Penatalaksanaan pada korban keracunan

2.6.5.1 Resusitasi dan Stabilisasi

Pastikan fungsi jantung dan paru dalam keadaan baik.

a. Penatalaksanaan jalan napas, yaitu membebaskan jalan napas untuk menjamin


pertukaran udara
b. Penatalaksanaan fungsi pernapasan , untuk memperbaiki fungsi ventilasi
dengan cara memberikan pernapasan buatan untuk menjamin cukupnya
kebutuhan oksigen dan pengeluaran karbon dioksida
c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan untuk mengembalikan fungsi sirkulasi
darah d. Jika ada kejang, berikan benzodiazepin sebagai terapi lini pertama
pada pasien kejang. Pemeriksaan kadar gula darah harus ditentukan dengan
cepat untuk pengambilan tindakan selanjutnya

2.6.5.2. Dekontaminasi

a. Dekontaminasi Mata

- Dilakukan sebelum membersihkan kulit

17
- Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan miring
ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
- Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan cuci dengan
sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% diguyur perlahan
selama 15-20 menit atau sekurangnya satu liter untuk setiap mata.
- Hindarkan bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya., jika
masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit
- Jangan biarkan pasien menggosok matanya
- Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera bawa ke rumah sakit
atau fasilitas kesehatan terdekat atau konsul ke dokter mata.
b. Dekontaminasi Kulit

- Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.


- Cuci segera bagian kulit yang terkena dengan air mengalir yang dingin
atau hangat serta sabun minimal 10 menit.
- Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain atau
kertas secara lembut. Jangan digosok.
- Lepaskan pakaian, arloji, dan sepatu yang terkontaminasi atau
muntahannya dan buanglah dalam wadah/ plastik tertutup.
- Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan
menggunakan sarung tangan, masker hidung, dan apron. Hati-hati untuk
tidak menghirupnya.
- Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

2.6.6 Sifat Fisika Kimia


 Nama : Bahan Etanol
 Deskripsi : Cairan tidak berwarna dengan bau khas
 Rumus molekul: CH3CH2OH
 Berat molekul : 46.1
 Titik didih : 79°C
 Titik leleh : -114°C
 Kelarutan : Bercampur dengan air, eter, aseton, etanol, kloroform;
18
 Tekanan uap : (20°C): 5.8 kPa;
 Titik nyala : 13°C
 Kerapatan : 0,79; pKa 15.9 pada suhu 25 °C.

2.6.7 Tingkat Bahaya, Frasa Risiko dan Frasa Keamanan


 Peringkat : NFPA (Skala 0-4) (4)
 Kesehatan : Paparan berulang kali dapat menyebabkan munculnya
lumpuh sementara atau kemungkinan cedera
 Kebakaran : Senyawa dapat terbakar pada kondisi suhu ruang
 Reaktivitas : Stabil pada kondisi normal bahkan saat terjadi kebakaran
dan tidak reaktif dengan air.
 Penyimpanan : Simpan pada tempat yang memiliki sirkulasi udara baik.,
di tempat sejuk, dalam keadaan tertutup rapat.
 Pembuangan : Buang bahan atau wadah penyimpanan ke tempat
pembuangan limbah yang telah disetujui.

2.6.8 Klasifikasi EC (Frasa Risiko dan Frasa Kemanan)


 Sangat mudah menyala
 Jauhkan dari jangkauan anak-anak
 Jaga wadah dalam keadaan tertutup rapat
 Letakkan wadah di tempat yang berventilasi baik
 Jauhkan dari sumber nyala – Dilarang Merokok
 Ambil tindakan pencegahan untuk meniadakan muatan listrik

2.6.9 Stabilisasi dan reaktivitas


 Reaktivitas : Stabil pada kondisi normal.
 Kondisi yang Harus Dihindari : Jauhkan dari oksidator kuat; sumber nyala
api; suhu ekstrim; dan cahaya matahari langsung.
 Bahan Tak Tercampurkan : Alumunium, Asam, Oksidator, Logam Alkali,
komponen Halogen, Amoniak, Asam Klorida, Asam Anhidrida, Reduktor,
Peroksida
19
 Dekomposisi Produk : Dekomposisi adalah karbon dioksida dan karbon
monoksida
 Polimerisasi : Pada kondisi penggunaan dan penyimpanan normal, tidak
terbentuk polimer yang berbahaya.

2.6.10 Batas paparan dan alat pelindung diri

 Ventilasi : Senyawa ini harus disimpan di tempat kering, bersuhu dingin,


dan memiliki saluran udara yang baik.
 Perlindungan Mata : Gunakan kacamata pelindung yang telah diuji dan
memenuhi standar peraturan yang berlaku atau sesuai standar NIOSH atau
EN166 (EU)
 Pakaian : Gunakan pakaian pelindung lengkap yang melindungi dari bahan
kimia, pakaian pelindung antistatik tahan api, jenis baha pelindung yang
digunakan harus dipilih berdasarkan konsentrasi dan sumbah bahan
berbahaya yang ada di tempat kerja.
 Sarung Tangan : Gunakan sarung tangan pelindung yang memenuhi standar
peraturan yang berlaku atau sesuai spesifikasi EU 89/686/EEC dan standar
EN374.
 Respirator : Paparan hingga 3300 ppm : APF = 10 : Gunakan respirator
penyuplai udara APF = 50 : Gunakan alat pernafasan mandiri dengan
penutup wajah penuh Kondisi gawat darurat atau pada kondisi dimana
konsentrasi paparan tidak diketahui : APF = 10.000 : Gunakan alat
pernafasan mandiri dengan penutup wajah dan dijalankan berdasarkan
kebutuhan tekanan atau mode tekanan positif lainnya. APF = 10.000 :
Gunakan respirator penyuplai udara yang memiliki penutup wajah dan
dijalankan berdasarkan kebutuhan tekanan atau mode tekanan positif
lainnya dikombinasikan dengan bantuan alat pernapasan mandiri tekanan
positif.
(Sumber: ik.pom.go.id)

20
BAB III

METODE KERJA PRAKTEK

3.1 Umum
Metodologi pelaksanaan Kerja Praktek berisi tahapan-tahapan evaluasi dari
awal sampai akhir kegiatan Kerja Praktek. Setiap tahapan kegiatan Kerja Praktek
saling terkait yakni dimulai dari:
 Tahapan persiapan
 Pelaksanaan Kerja Praktek
 Penyusunan laporan.
Tahapan-tahapan tersebut berisikan proses studi literatur yang bersifat
kontinyu. Pelaksanaan Kerja Praktek di lapangan dilakukan untuk
mengidentifikasi kondisi eksisting methode pengujian kadar zat aktif pada sampel
Lambucid tablet, menganalisis dan mengkaji ulang kondisi eksisting tersebut untuk
selanjutnya di lakukan pemberian saran pengembangan methode uji berdasarkan
studi literatur yang disesuaikan tujuan pelaksanaan Kerja Praktek.

3.2 Metode Kerja Praktek


Dalam melakukan sebuah analisa, diperlukan sebuah tujuan operasional
yang dapat dijadikan sebagai panduan dalam menyusun laporan kerja praktek.
Dalam tujuan operasional dipaparkan tentang data-data yang dibutuhkan dalam
penyusunan laporan tersebut.

3.3 Jenis Penelitian


Jenis penelitian ini mengacu pada masalah yang diteliti dengan
menggunakan metode kuntitatif sebagai metode utama. Subyek yang diteliti
adalah methode pengujian kadar zat aktif Hydrotalcite yang terkandung pada
produk Lambucid Tablet.

21
Tabel 3.1 Metode Pengambilan Data

Tujuan Operasional Data yang di butuhkan


No
Melakukan pengambilan sampel
Gambaran umum
Data gambaran umum perusahaan
perusahaan
1
Sampel yang akan di Data Lot atau BN, data stabilita
analisa sampel
Analisa kadar zat aktif sampel
Data metode Analisa dari PT Kalbe
Metode pengukuran sampel
Farma dan USP Pharmacopeia
Analisa kandungan zat aktif Kuantitas sampel, reagen dan alat-
2 dari sampel alat yang di butuhkan
Mengetahui metode analisa Perbandingan data antara metode
yang paling efektif lama dan metode baru

3.4 Waktu Dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober hingga Desember 2019, di PT.
Kalbe Farma Tbk Kawasan Industri Delta Silicon Lippo, JL. MH. Thamrin No.1,
Sukaresmi,Cikarang Selatan Kabupaten Bekasi Jawa Barat.

Tabel 3.2 Jadwal Rencana Kegiatan Kerja Praktek

Bulan Oktober November Desember


No Kegiatan
Minggu 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
1 Studi literature
2 Survei pendahuluan
Pemgumpulan data-data awal yang di
3
butuhkan
4 Pengujuan proposal kegiatan
5 Proses administrasi di PT.Kalbe Farma
6 Melakukan praktek kerja lapangan
7 Pengumpulan data hasil kerja praktek
8 Evaluasi hasil
9 Penyusunan laporan

22
3.5 Alat dan Bahan
Alat dan bahan untuk mendukung penelitian itu adalah:
Alat Bahan
Labu Erlenmeyer HCL Pekat p.a
Pipet Seukuran EDTA 0.05 M
Pipet Ukur ZnSO4 0.05 M
Gelas Ukur Ethanol p.a
Gelas Kimia Dithizone
Buret Xylenol Orange
Magnetik Stirer Amonium Acetate
Hot Plate Amonia
Klem dan statif

3.6 Tahap Pelaksanaan Kerja Praktek


Dalam pelaksanaan kerja kraktek terdiri dari tiga tahapan yaitu : tahap
persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap penyusunan laporan.

3.6.1 Tahap Persiapan


Tahap ini meliputi pencarian tempat Kerja Praktek, studi literatur di
perpustakaan untuk membuat proposal yang akan diajukan ke tempat kerja
praktek, dan proses pengurusan administrasi Kerja Praktek berupa surat
permohonan dari kampus serta surat balasan persetujuan pelaksanaan Kerja
Praktek di PT Kalbe Farma bk.
3.6.2 Tahap Pelaksanaan
Dalam tahap ini, dilakukan pengujian dan pengamatan terhadap
sampel Lambucid tablet dan membandingkan dengan metode sebelumnya
yang telah di tetapkan. Pengumpulan data dilakukan dengan cara meakukan
percobaan analisa kadar zat aktif dalam sampel dengan metode baru
dengan menghilangkan potensi limbah organik (etanol) yang terdapat pada
metode sebelumnya.

23
3.6.3 Tahap Penyusunan Laporan Praktek
Dalam tahap ini, seluruh data yang telah dikumpulkan disusun, diolah,
dan dianalisa sesuai dengan literatur yang telah dipelajari sebelumnya. Hasil
analisa kemudian dilaporkan dalam bentuk laporan dan seminar.
Penyusunan laporan dibimbing oleh dosen pembimbing yang telah
ditentukan.
3.7 Metode Pengumpulan Data
3.7.1 Pengumpulan Data Primer
Pengumpulan data secara primer dilakukan dengan pengambilan
data sampel secara langsung ke lapangan dan dilanjutkan proses pengujian
sampel di laboratorium RnD PT. Kalbe Farma Tbk Indonesia dan
dokumentasi gambar dan foto yang di ambil langsung dilapangan.

3.8 Pengumpulan Data Sekunder


Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara mencatat data
eksisting perusahaan yang berkaitan dengan analisa. Data-data tersebut
mencakup data sample, pengujian, pelaporan, dan data profil perusahaan.
Pencatatan data-data tersebut sesuai dengan daftar data yang dibutuhkan
untuk mendukung proses analisis dan pembuatan laporan.

Tabel 3.3 Metode Pengumpulan Data

Alat
Sumber Metode
No Data Yang di butuhkan Pengumpulan
Data Pengumpulan Data
Data
Gambaran Umum
1
Perusahaan (data sekunder)
Kumpulan data
Data produk yang akan di dari penelitian
2
analisa (data sekunder) sebelumnya
Dari PT
Data metode analisa (data Dokumentasi dan yang berkaitan
3 Kalbe Farma
sekunder) pencacatan hasil dengan analisa,
dan USP
analisa di lapangan pencatatan hasil
Data hasil penelitian (data Pharmacope
4 dari data aktual
primer) yang di dapat di
Data perhitungan dan lapangan.
5 perbandingan hasil analisa
(data primer dan sekunder)

24
3.9 Diagram Alir Kerja Praktek
Diagram alir kerja praktek menjelaskan pelaksanaan kerja praktek
mulai dari pengajuan proposal, metode pengumpulan data, sampai dengan
metode penganalisaan. Diagram alir kerja praktek secara skematis dapat
dilihat pada gambar berikut ini.

Mulai

Proses Administrasi

Pelaksanaan Kerja Praktek

Studi Analisa Metode

Pengumpulan Data Primer Pengumpulan Data Sekunder

Studi Analisa dan Pembahasan Data Hasil Analisa

Kesimpulan dan Saran


Selesai

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pengawas Obat dan Makanan (2012). Pedoman Cara Pembuatan Obat yang Baik
(CPOB). Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Islamidiena, SN.2012. Laporan Praktek Kerja Profesi Apoteker. Depok: FMIPAUI
Utomo, Suratmin.2012. Bahan Berbahaya Dan Beracun (B-3) Dan Keberadaannya
Di Dalam Limbah. Jakarta : Fakultas Teknik -Universitas Muhammadiyah
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 101 Tahun 2014 g Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun
Sentra Informasi Keracunan Nasional. 2016. Etanol. Ik.Pom.go.id (di akses October
2019)

25

Anda mungkin juga menyukai