LAPORAN KEGIATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KERJA
1
Universitas Indonesia
JAKARTAMEI2017
Universitas Indonesia
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
3
Puji syukur dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
dan rahmat-Nya, saya dapat menyelesaikan laporan kegiatan ini.Penulisan laporan
kegiatan ini dilakukandalam rangka memenuhi salah satu mata kuliah, yaitu Plant
Survey pada Program Studi Magister Kedokteran Kerja Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia.
Disadaribahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa
kunjungan ke lapangan sampai pada penyusunan laporan kegiatan ini, sulit bagi
kami untuk menyelesaikannya. Oleh karena itu, diucapkan terima kasih kepada:
(1) Dr. Nuri Purwito MSc, MKK, SpOK, selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, danpikiran untuk mengarahkan kami dalam
penyusunan laporan ini;
(2) Pak Asep Irawan dan Pak Diano dari PT. Putera Mulya Terang Indah yang
telah banyak membantu dalam kunjungan ke perusahaan dan memberikan
data-datayang kami perlukan;
Akhir kata, semoga Tuhan Yang Maha Esa berkenan membalas segala
kebaikansemua pihak yang telah membantu. Semoga laporan ini membawa
manfaat bagi semua pihak
4
Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, kami yang bertanda tangan di
bawahini:
Nama : Kelompok Plant Survey PT. PMTI
Program Studi : Magister Kedokteran Kerja
Departemen : Ilmu Kedokteran komunitas
Fakultas : Kedokteran
Jenis karya : Laporan Kegiatan
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database),
merawat, dan memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama
saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
5
ABSTRAK
Kata kunci:
Mental health, employee assistance program
v Universitas indonesia
ABSTRACT
The focus of this report is PT. Putera Mulya Terang Indah in implementing Health
and Safety Program. The data was collected by walkthrough survey to see the
hazard in working area and to observe the efforts that has been done to reduce the
risk. The result showed that PT. PMTI need to give more attention in worker
mental health, by making evaluation and the improvement of usage of employee
assistance program.
Keywords:
Mental health, employee assistance program
vi Universitas indonesia
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..............................................................................................i
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS ....................................................ii
KATA PENGANTAR.............................................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ...............................iv
ABSTRAK .............................................................................................................v
ABSTRACT ...........................................................................................................vi
DAFTAR ISI ..........................................................................................................vii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................x
1. PENDAHULUAN .............................................................................................1
1.1 Latar Belakang .................................................................................................1
1.2 Permasalahan ...................................................................................................3
1.3 Tujuan Plant Survey..........................................................................................4
1.3.1 Tujuan umum ..........................................................................................4
1.3.2 Tujuan khusus .........................................................................................4
2. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN...........................................................5
2.1 Informasi umum perusahaan ............................................................................5
2.1.1 Identitas Perusahaan.................................................................................5
2.1.2 Sejarah dan Profil Perusahaan.................................................................6
2.1.3 Visi Misi dan Kebijakan Perusahaan.......................................................6
2.1.4 Jumlah Pekerja dan Jam Kerja.................................................................7
2.2Sanitasi Industri.................................................................................................9
2.3 Alur Produksi ...................................................................................................9
2.4 Identifikasi Faktor risiko...................................................................................12
2.5 Hasil Pengukuran..............................................................................................17
2.6 Health and Safety Risk Assessment..................................................................19
2.6.1 Safety Risk Assessment...........................................................................19
2.6.2 Heath Risk Assessment............................................................................22
3. PROGRAM KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA...........................25
ix Universitas indonesia
DAFTAR GAMBAR
ix Universitas indonesia
BAB 1
PENDAHULUAN
Universitas Indonesia
kerja yang terjadi diseluruh dunia, dan kecelakaan kerja di negara berkembang
semakin tinggi, hal ini terjadi karena banyak industri padat karya sehingga lebih
banyak karyawan yang terpapar pada potensi bahaya, selain itu banyak
perusahaan yang dinilai kurang mampu dalam mengidentifikasi potensi bahaya di
tempat kerja (ILO,2003) serta penilaian Kementerian Tenaga Kerja dan
Transmigrasi Republik Indonesia mengenai kurangnya pembinaan bidang
keselamatan dan kesehatan kerja (K3) oleh perusahaan, dan hal inipun terjadi
pada industri tekstil.
Industri tekstil di Indonesia mengalami perkembangan yang pesat
sehingga pada tahun 1992 menjadi penghasil devisa tertinggi di antara komoditas
nonminyak dan nongas dengan nilai ekspor sebesar US $ 3.5 milyar. Berdasarkan
data dari department perindustrian, sampai dengan taun 2009, penduduk Indonesia
yang jumlahnya mencapai 225 juta jiwa membutuhkan 1,3 ton tekstil
pertahunnya. Dari 1,3 juta ton bahan tekstil tersebut, sekitar 432 ribu ton
merupakan bahan tekstil dari luar negeri atau barang impor dan 320 ribu
diantaranya merupakan barang impor ilegal yang sebagian besar berasal dari
China.
Besarnya permintaan akan tekstil tersebut selain disebabkan oleh besarnya
jumlah penduduk, juga disebabkan karena trend gaya atau mode yang dapat
berubah dengan cepat.Untuk memenuhi kebutuhan tekstil yang sedemikian besar,
tentu saja memerlukan industri yang tidak sedikit.Indonesia sampai tahun 2006
terdapat 2.656 perusahaan yang bergerak di industri tekstil.
Industri tekstil adalah tempat untuk mengolah kapas menjadi kain yang
siap untuk digunakan dan dipakai untuk memenuhi kebutuhan akan sandang
penduduk yang semakin pesat, tetapi dibalik peningkatan pembangunan industri
tekstil untuk memenuhi kebutuhan penduduk, industri tekstil pun berisiko
negative terhadap lingkungan yang akhirnya akan berakibat juga terhadap
kesehatan manusia, terutama penduduk yang berada disekitar tempat industri, dan
risiko yang muncul diantaranya adalah pencemaran debu yang dihasilkan dari
penggunaan mesin berkecepatan tinggi dan limbah cair yang berasal dari
tumpahan dan air cucian tempat pencelupan larutan kanji dan proses pewarnaan,
serta berbagai proses yang dilalui untuk menjadi kain yang siap digunakan.
Universitas Indonesia
Risiko yang akan terjadi terhadap lingkungan diantaranya perubahan
lingkungan yang akan semakin panas dan banyaknya debu serta air yang berubah
akibat proses pengolahan limbah yang tidak sempurna yang nantinya akan
mempengaruhi populasi dari biota sungai dan mengakibatkan berbagai penyakit
baik karsinogenik maupun non karsinogenik terhadap manusia tergantung dari
jenis zat yang terkandung dalam limbah, lalu infeksi saluran pernapasan akut yang
diakibatkan karena debu yang semakin bertambah banyak, dan risiko inipun bisa
terjadi pada semua penduduk, yaitu penduduk yang berada disekitar industri,
terutama penduduk yang bekerja pada industri.
Pada kesempatan plant survey ini, dilakukan kunjungan ke PT Putera
Mulya Terang Indah, sebuah perusahaan tekstil yang memproduksi kain yang
akan dijual kembali kepada costumer untuk diolah menjadi pakaian. Perusahaan
ini masih dalam proses menjalankan K3 dengan baik sehingga menjadi tempat
pembelajaran yang ideal bagi kami, selain itu kami juga didukung oleh
manajemen PT. PTMI yang bersedia menerima kunjungan dari kami.
Dengan demikian pada plant survey ini kami mempelajari dan
memperoleh banyak hal yang berhubungan dengan keselamatan dan kesehatan
kerja pada perusahaan tekstil, terutama tentang bahaya potensial yang ada di alur
produksi serta beberapa fasilitas penunjang lainnya baik secara fisik, biologis,
kimia, ergonomi dan psikologi serta pelaksanaan program K3 yang ada untuk
mengatasi bahaya potensial yang ada. Hal-hal inilah yang akan kami bahas dalam
laporan ini.
1.2 PERMASALAHAN
Adanya risiko risiko bahaya keselamatan dan kesehatan kerja maka perlu
diketahui mengenai proses produksi di suatu perusahaan tekstil yang kami
kunjungi yaitu PT. Putera Mulya Terang Indah dan cara-cara pengendalian
terhadap risiko bahaya industry tersebut
Universitas Indonesia
1.3 TUJUAN PLANT SURVEY
1.3.1 Tujuan umum
Melihat secara nyata bahaya potensial yang ada di PT. Putera Mulya
Terang Indah serta pelaksanaan program kesehatan dan keselamatan kerja di
perusahaan tersebut.
1.3.2 Tujuan khusus
1. Diperoleh gambaran proses produksi yang dijalankan oleh perusahaan
tekstil PT. Putera Mulya Terang Indonesia.
2. Teridentifikasi potensi bahaya terhadap kesehatan dan keselamatan
kerja pada PT. Putera Mulya Terang Indonesia
3. Diperoleh gambaran penyelenggaraan program kesehatan dan
keselamatan kerja dan program lingkungan yang dilakukan oleh PT.
Putera Mulya Terang Indonesia
4. Terindentifikasi penyakit dan cedera kerja yang mungkin timbul
dalam proses produksi di PT. Putera Mulya Terang Indonesia dan
upaya penanggulangannya.
5. Tersusunnya rekomendasi program K3 yang spesifik untuk PT. Putera
Mulya Terang Indonesia
Universitas Indonesia
BAB 2
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
Universitas Indonesia
2.1.2 Sejarah dan Profil Perusahaan(1)
PT. Putera Mulya Terang Indah merupakanPerusahaan nasional yang
bergerak dibidangindustri tekstil. Kegiatan industri PT. PMTIini telah beroperasi
sejak tahun 1988 dan telah dilengkapi dengan UKL - UPL dengan Rekomendasi
persetujuan No. 667/64/BPLH tanggal 10 Januari tahun 2011. Setelah itu PT.
PMTI melakukan perubahan/revisi terhadap UKL-UPL didasarkan kepada adanya
penambahan kapasitas produksi yang semula 2 juta yard/tahun menjadi 24 juta
yard/tahun dengan rekomendasi persetujuan No. 667/2956/BPLH tanggal 30
September Tahun 2015.
PT. PMTI menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan sebagai upaya
untuk meningkatkan kinerja lingkungan, memenuhi kewajiban penaatan,
mencapai sasaran lingkungan dan kepedulian untuk mengendalikan dampak
lingkungan sebagai akibat dari aktivitas produksi.
PT. PMTI dalam menerapkan Sistem Manajemen Lingkungan berorientasi
kepada kepedulian lingkungan dampak dari pencemaran industri dengan
melakukan perbaikan terus menerus terhadap Sistem Manajemen
Lingkunganperusahaan serta meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Universitas Indonesia
4. Memenuhi undang-undang dan persyaratan lain
5. Melakukan perbaikan terus menerus efektifitas system manajemen mutu dan
manajemen lingkungan
6. Menghasilkan produk dengan harga bersaing
Staf 33 50 83 - - - 53 30
Lainnya 25 - 25 - - 12 13 -
Universitas Indonesia
Pekerja di PT. PMTI sebagian besar bekerja di unit produksi, unit weaving
memiliki pekerja terbanyak yaitu 415 orang, kemudian unit dyeing dan finishing
sebanyak 140 orang, unit persiapan 95 orang dan unit packing 60 orang
Tabel 2.2 Jumlah Pekerja PT. PMTI Berdasarkan Departemen
Departemen Jumlah karyawan
Persiapan 95 Orang
Weaving 415 Orang
Dyeing Finishing 140 Orang
Packing 60 Orang
Engineering 50 Orang
Departemen Jumlah karyawan
GA (Ekspedisi & Infrastruktur) 23 Orang
Kantor 20 Orang
Total 803 Orang
Jam kerja di PT. PMTI terdiri dari jam kerja shift dan non shift. Pekerja
kantor mengikuti jam kerja non shift yaitu jam 08.00 16.00 selama 6 hari kerja,
sedangkan unit lainnya mengikuti jam kerja shift yang terbagi dalam tiga shift
yaitu shift pagi pada jam 06. 30 14.30, shift siang pada jam 14.30 22.30 dan
shift malam pada jam 22.30 06.30
Tabel 2.3 Jam Kerja PT. PMTI Tahun 2017
Sistem Jam Kerja Jumlah Hari Kerja
Non Shift 08.00 - 16.00 Wib 6 Hari
3 Shift
Shift Pagi 06.30 - 14.30 Wib 6 Hari
Shift Siang 14.30 - 22.30 Wib 6 Hari
Shift Malam 22.30 - 06.30 Wib 6 hari
Universitas Indonesia
2.2 Sanitasi Industry
Dalam menjaga ketertiban, keteraturan dan kebersihan area kerja PT.
Putera Mulya Terang Indah menerapkan sistem 5R yaitu :Ringkas, Rapi, Resik,
Rawat, Rajindimana setiap karyawan dituntut untuk dapat melaksanakan program
5R tersebut. Dimulai dengan pelatihan tentang 5R supaya dalamdiri setiap
karyawan mengerti tentang 5R, pentingnya melaksanakan 5R dan mampu
menerapkan dilingkungan kerja masing masing unit.Dengan keyakinan seperti
diatas dalam area kerja yang bersih, teratur, rapi, sesuai urutan, layout yang jelas
akan sangat membantu setiap orang didalamnya merasa bangga dan dapat bekerja
dengan optimal.
2.3 Alur Produksi (1)
PT. PMTI merupakan perusahaan nasional yang memproduksi tekstil.PT.
Putera Mulya Terang Indah mempunyai kapasitas produksi tekstil sebesar 3 juta
yard / bulan dengan konsumen distributor tekstil, industri garmen, dan pengolah
produk tekstil dalam negeri.Produk yang dibuat oleh PT. PMTI adalah kain tenun
(woven) yang meliputi kain untuk fashion, gordyn, dan lain-lain.
Dalam kegiatan produksinya PT. Putera Mulya Terang Indah menjalankan
di 2 lokasi yaitu :
1. PMTI Pusat Yang berlokasi di Jl. Rancajigang No. 200 Desa Padamulya
Kecamatan Majalaya kabupaten Bandung. Dilokasi ini kegiatan produksi yang
berjalan yaituDyeing, Packing, Ekspedisi dan kegiatan Administrasi
Perkantoran.
2. PMTI Solokan Jeruk yang berlokasi di Jl. Raya Rancaekek No. 287 Desa
Solokan Jeruk Kecamatan Solokan Jeruk Kabupaten Bandung. Dilokasi
tersebut kegiatan produksi yang berjalan yaitu proses persiapan dan
Weaving.Skema alur produksi di PT. PMTI dapat dilihat pada gambar berikut:
Universitas Indonesia
Gambar 2.1. Alur Produksi Tekstil PT. PMTI
(sumber: PT. PMTI)
Proses produksi
1. Bahan baku
Proses produksi tekstil PT. PMTI dimulai dari bahan baku. Bahan baku yang
digunakan di PT. PMTI antara lain serat alami seperti kapas, rayon dan serat
sintesis untuk kemudian akan dilakukan pemintalan menjadi benang
2. Warping
Benang-benang dari bahan baku kemudian dilakukan proses warping. Warping
adalah proses mensejajarkan benang dengan jumlah dan pola tertentu agar
dapat ditenun sesuai pola yang dikehendaki
10
Universitas Indonesia
Gambar 2.2 Proses Warping
(sumber: pribadi)
3. Sizing
Proses sizing adalah sebuah proses untuk melapisi benang- benang lusi dengan
campuran kimia tertentu agar benang- benang tersebut kuat, tahan gesek,
lentur dan mampu ditenun pada kecepatan tinggi dan density tinggi sesuai
kualitas yang diharapkan.
4. Leasing
Tujuan dilakukan leashing adalah memisahkan benang ganjil dan genap agar
tidak saling menyilang antara benang satu dengan benang yang lain, sekaligus
menghitung jumlah helai benang.
5. Weaving
Weaving atau penenunan merupakan proses melalui jalinan dua jenis benang
yang dikenal sebagai benang lusi dan benang pakan untuk menghasilkan kain
mentah. Pada dasarnya, hasil dari proses weaving belum bisa digunakan
sebagai bahan pakaian atau keperluan tekstil lainnya
11
Universitas Indonesia
7. Scouring
Kain mentah yang telah lolos inspeksi kemudian dilakukan scouring.Scouring
adalah sebuah proses pencucian kimia untuk menghilangkan lilin alami dan
kotoran non-serat (misalnya sisa-sisa fragmen biji) dari serat dan setiap benda
asing yang bersifat mengotori atau kotoran.
Kain direbus dalam larutan alkali, yang membentuk sabun dengan asam lemak
bebas (Saponifikasi).Scouring juga dapat menghilangkan sisa obat kanji.
Persiapan dengan Scouring ini merupakan prasyarat untuk sebagian besar
proses finishing berikutnya.
8. Dyeing
Proses dyeing atau pencelupan adalah proses pemberian warna tertentu pada
bahan tekstil. Pewarnaan dimaksud harus memenuhi standar permintaan dari
pengguna.Prinsip dasarnya adalah dengan mencelupkan bahan tekstil kedalam
larutan zat warna tertentu yang telah dipersiapkan sebelumnya baik jumlah
maupun intensitas serta arah warnanya, kemudian diperas dan dikeringkan.
12
Universitas Indonesia
Pada setiap kegiatan terdapat potensi bahaya dan upaya pengendalian yang
telah dilakukan. Potensi bahaya yang ada pada proses produksi PT. PMTI dilihat
dari langkah urutan pekerjaan dan kondisi lingkungan yang telah diobservasi
sebelumnya.Pada saat kunjungan plant survey dilakukan identifikasi potensi
bahaya, resiko, dan pengendalian yang telah dilakukan untuk mengendalikan
bahaya yang mungkin terjadi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
13
Universitas Indonesia
Tabel2.4 IdentifikasiPotensi Bahaya
PT. PUTERA MULYA TERANG INDAH
Kecelakaan Jumlah
Bahaya potensial Gangguan Yang sudah dilakukan yang Tenaga
Kesehatan mungkin kerja
Bagian
Alat/
Biologi Ergonomi
Fisik Kimia Psikologi lingkungan Peraturan APD
kerja
Unit Persiapan:
Ventilasi 95 orang
Mialgia
debu benang cukup Wajib tangan
Berdiri lama, Athralgia
Bising menggunakan terjepit
Membungkuk, LBP
listrik beban APD saat ear muff, mesin
Warping - - berjongkok, tuli akibat bising
kerja bekerja masker warping,
mengangkat, bisinosis
tersengat
mendorong Asma
listrik
tangan
bahan Mialgia
terjepit
kimia Berdiri lama, Athralgia Wajib
mesin sizing
debu benang untuk Membungkuk, LBP Ventilasi menggunakan
Sizing- beban ear muff, terkena
listrik - sizing berjongkok, bisinosis cukup APD saat
leashing kerja masker tumpahan
(Starch, mengangkat, Asma bekerja
bahan kimia,
PVA, mendorong Dermatitis
tersengat
acrylic) kontak
listrik
14
Universitas Indonesia
terjepit 415
Posisi berdiri Low back pain SOP bekerja,
debu benang mesin orang
lama, mialgia Wajib
bising Ventilasi weaving,
berjongkok, Dermatitis menggunakan
Unit listrik beban cukup ear muff, tertimpa
- - Membungkuk, kontak, APD saat
weaving getaran kerja Kebersihan masker gulungan
Mengangkat, tuli akibat bising, bekerja
baik benang
mendorong bisinosis,
tersengat
asma
listrik
Unit dyeingfinishing
Tangan 140
terjepit orang
bahan
mesin,
kimia
tertimpa
untuk Myalgia, LBP,
Posisi berdiri Wajib sarung gulungan
Debu scouring iritasi saluran Ventilasi
lama, Beban menggunakan tangan, kain, luka
scouring benang, (NaOCl, nafas, dermatitis cukup
mengangkat, kerja APD saat masker, bakar akibar
listrik, NaOH, kontak, asma,
mendorong bekerja ear muff bahan kimia
H2O2, bisinosis
dan uap
NaHSO3,
mesin,
enzim)
tesiram
bahan kimia
dyeing panas - bahan Berdiri lama, beban LBP Ventilasi Wajib sarung tangan
bising kimia mengangkat, kerja Myalgia cukup menggunakan tangan, terjepit
getaran pewarna mendorong tuli akibat bising APD saat masker, mesin,
listrik / dyeing kanker bekerja ear muff tertimpa
(acid iritasi saluran gulungan
dye, nafas kain, luka
alkali Dermatitis bakar akibat
dye, kontak uap mesin
naphtol loopdye,
dye, jatuh dari
aniline, ketinggian
difenil
15
Universitas Indonesia
amin)
tertabrak 60 orang
forklift,
tertimpa
bahan Mialgia
forklift gulungan
baku Athralgia
Gudang Debu Membungkuk, tangga kain/
untuk Beban LBP
bahan baku/ benang, - mengangkat, ventilasi - - gulungan
sizing kerja Dermatitis
packaging listrik mendorong benang,
dyeing, kontak
terkena
scouring,
tumpahan
cairan kimia,
kebakaran
16
Universitas Indonesia
Pengukuran Batas (dbA)
1 Warping 1 78,1 85
2 Warping 2 80,4 85
3 Weaving 1 93,9 85
4 Weaving 2 98,1 85
5 Weaving 3 95 85
6 Dyeing 1 81 85
7 Dyeing 2 77,9 85
Dari tabel diatas diketahui bahwa rata-rata tingkat kebisingan di area weaving melebihi nilai ambang batas. Penetapan nilai
kebisingan berdasarkan Permenakertrans No 13 tahun 2011 mengenai nilai ambang batas bising untuk pajanan selama 8 jam kerja.
17
Universitas Indonesia
2. 6. Health and Safety Risk Assessment(24)
Penilaian faktor risiko (risk assessment) pada laporan ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan
Dalam Proses Manajemen Risiko berdasarkan ISO 31000:2009 yang pertama dilakukan adalah Establishing The Context
(Menetapkan Konteks). Salah satunya dengan menentukan kriteria risiko. Kriteria risiko atau Risk Criteria adalah ukuran standar
seberapa besar dampak atau konsekwensi yang mungkin akan terjadi dan seberapa besar kemungkinan atau frekeunsi atau likelihood
risiko akan terjadi.
Tabel 2.6 Parameter Penilaian Consequence
18
Universitas Indonesia
19
Universitas Indonesia
Tabel 2.7 Parameter Penilaian Likelihood
20
Universitas Indonesia
Proses kedua adalah Risk Identification atau identifikasi risiko, yaitu melakukan identifikasi risiko-risiko yang dapat terjadi di masa
yang akan. Identifikasi ini termasuk pengidentifikasian poses-proses/tugas-tugas/aktifitas-aktifitas kritikal atau kunci, pengenalan
area-area risiko dan katagorinya.
Proses ketiga adalah Risk Analysis atau analisis risiko-risiko, yaitu proses menentukan berapa besar dampak (impact atau
consequences) dan kemungkinan (frequency atau likelihood) risiko-risiko yangakan terjadi, serta menghitung berapa besar level
risikonya dengan mengalikan antara besar dampak dan besar kemungkinan
Risk = Consequences x Likelihood.
Proses keempat adalah Risk Evaluation atau membandingkan risiko-risiko yang sudah dihitung diatas dengan Kriteria Risiko yang
sudah distandarkan (menempatkan posisi risiko-risiko pada gambar kriteria risiko), apakah risiko-risiko itu acceptable/dapat diterima,
menjadi issue/diwaspadai, atau unacceptable/tidak diterima, serta memprioritaskan mitigasi atau penangannya.
21
Universitas Indonesia
Gambar 2.5 Matriks Penilaian Risiko
22
Universitas Indonesia
2.6.1 Safety Risk Assessment
Proses Kriteri
Risiko Conse
produksi Likelihoo Risik a
quenc
d o Risik
es
o
Gudang Pemasangan rambu-
bahan Tertabrak rambu, Pelatihan
4 3 12 Issue
baku / forklift keselamatan bagi petugas
packaging forklift
Tertimpa 3 2 6 Suppl Pemasangan rambu,
gulungan ement house keeping, SOP kerja
kain/gulungan ary aman
benang Issue
23
Universitas Indonesia
Terkena Pemasangan rambu,
accep
tumpahan 2 2 4 house keeping, SOP kerja
table
cairan kimia aman
accep Pemasangan Rambu,
Tersengat listrik 2 2 4
table SOP Kerja aman
Suppl
ement Tersedia APAR, terdapat
Kebakaran 5 1 5
ary emergency response plan
Issue
Suppl
Tangan terjepit ement SOP kerja aman,
3 2 6
Unit mesin warping ary penggunaan APD
Warping Issue
accep Pemasangan Rambu,
Tersengat listrik 2 2 4
table SOP Kerja aman
Suppl
Tangan terjepit ement SOP kerja aman,
3 2 6
mesin sizing ary penggunaan APD
Unit
Issue
sizing-
Suppl
leashing Terkena Pemasangan rambu,
ement
tumpahan 2 3 6 house keeping, SOP kerja
ary
cairan kimia aman
Issue
accep Pemasangan Rambu,
Tersengat listrik 2 2 4
table SOP Kerja aman
Unit Tangan terjepit 3 2 6 Suppl SOP kerja aman,
Weaving mesin weaving ement penggunaan APD
ary
Issue
24
Universitas Indonesia
Suppl
Tertimpa Pemasangan rambu,
ement
gulungan 3 2 6 house keeping, SOP kerja
ary
benang aman
Issue
accep Pemasangan Rambu,
Tersengat listrik 2 2 4
table SOP Kerja aman
Suppl
Tangan terjepit ement SOP kerja aman,
3 2 6
mesin ary penggunaan APD
Issue
Suppl
Pemasangan rambu,
Unit Tertimpa ement
3 2 6 house keeping, SOP kerja
scouring gulungan kain ary
aman
Issue
Luka bakar Suppl
akibat bahan ement SOP kerja aman,
2 3 6
kimia dan uap ary penggunaan APD
mesin Issue
Tersiram bahan SOP kerja aman,
3 3 9 Issue
kimia penggunaan APD
Suppl
Tangan terjepit ement SOP kerja aman,
3 2 6
mesin ary penggunaan APD
Unit Issue
dyeing Suppl
Pemasangan rambu,
Tertimpa ement
3 2 6 house keeping, SOP kerja
gulungan kain ary
aman
Issue
25
Universitas Indonesia
Suppl
Luka bakar
ement SOP kerja aman,
akibat uap 2 3 6
ary penggunaan APD
mesin loop dye
Issue
Terjatuh dari SOP kerja aman,
3 3 9 Issue
ketinggian penggunaan APD
Supplem
Myalgia, Menggunakan alat kerja yang
Gudang 2 3 6 entary
Athralgia, LBP sesuai
bahan baku/ Issue
packaging Dermatitis acceptabl
2 2 4 Penyediaan APD
Kontak e
Unit warping Myalgia, 2 3 6 Supplem Menggunakan alat kerja yang
Athralgia, LBP entary sesuai
Issue
26
Universitas Indonesia
Supplem Pengujian NAB berkala,
Tuli akibat bising 4 2 8 entary Penyediaan APD, Medical
Issue check up berkala
Pengujian NAB berkala,
Bissinosis 4 3 12 Issue Penyediaan APD, Medical
check up berkala
Penyediaan APD, Medical
Asma 3 3 9 Issue
check up berkala
Supplem
Myalgia, Menggunakan alat kerja yang
2 3 6 entary
Athralgia, LBP sesuai
Issue
Pengujian NAB berkala,
Bissinosis 4 3 12 Issue Penyediaan APD, Medical
Unit sizing-
check up berkala
leashing
Penyediaan APD, Medical
Asma 3 3 9 Issue
check up berkala
Supplem
Dermatitis
2 3 6 entary Penyediaan APD
Kontak
Issue
Unit weaving Supplem
Menggunakan alat kerja yang
Myalgia, LBP 2 3 6 entary
sesuai
Issue
Supplem
Dermatitis
2 3 6 entary Dermatitis Kontak
Kontak
Issue
Pengujian NAB berkala,
Unaccept
Tuli akibat bising 4 4 16 Penyediaan APD, Medical
able
check up berkala
Bissinosis 4 3 12 Issue Pengujian NAB berkala,
Penyediaan APD, Medical
check up berkala
27
Universitas Indonesia
Penyediaan APD, Medical
Asma 3 3 9 Issue
check up berkala
Supplem
Menggunakan alat kerja yang
Myalgia, LBP 2 3 6 entary
sesuai
Issue
Iritasi saluran Pengujian NAB berkala,
3 3 9 Issue
nafas Penyediaan APD
Supplem
Unit scouring Dermatitis kontak 2 3 6 entary Penyediaan APD
Issue
Pengujian NAB berkala,
Bissinosis 4 3 12 Issue Penyediaan APD, Medical
check up berkala
Penyediaan APD, Medical
Asma 3 3 9 Issue
check up berkala
Supplem
Menggunakan alat kerja yang
Myalgia, LBP 2 3 6 entary
sesuai
Issue
Supplem Pengujian NAB berkala,
Tuli akibat bising 4 2 8 entary Penyediaan APD, Medical
Issue check up berkala
Supplem
Unit Dyeing Dermatitis
2 3 6 entary Penyediaan APD
Kontak
Issue
Supplem
Penyediaan APD, Medical
Kanker 5 1 5 entary
check up berkala
Issue
Iritasi saluran
Pengujian NAB berkala,
pernafasan 3 3 9 Issue
Penyediaan APD
28
Universitas Indonesia
29
Universitas Indonesia
BAB 3
PROGRAM KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
PT. PUTERA MULYA TERANG INDAH
Pembina/ Penasihat :
Mulyawan SE
Ketua :
Asep Irawan
Sekretaris : Wakil Ketua :
Auliyah Diano
Bidang Bidang Bidang Bidang Bidang Damkar
Keselamatan Kesehatan Pembinaan dan Lingkungan Koordinator :
Koordinator : Koordinator : Penyuluhan Kordinator : Bona
Faisol Rian Ilhami Koordinator : Rizky N Anggota :
Anggota : Anggota : Tri Kesuma Anggota : Suyatni
Budi Pramujo Lia M Anggota : Amalia Purwanto
Angga O Reni P Amalia Yunita
Yunita
30
Universitas Indonesia
Gambar 3.1 Struktur P2K3 PT. Putera Mulya Terang Indah
(sumber: PT. PMTI)
3.2 Program Kesehatan Kerja Perusahaan
Upaya untuk meningkatkan kualitas hidup tenaga kerja melalui berbagai upaya peningkatan kesehatan, pencegahan gangguan
kesehatan atau penyakit yang mungkin dialami oleh tenaga kerja akibat pekerjaan atau tempat kerja.
Kesehatan Kerja adalah suatu usaha-usaha pencegahan( Preventif ) dan pengobatan (Kuratif) terhadap penyakit- penyakit atau
gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerja dan lingkungan kerja.
PT. PMTI dalam melaksanakan upaya kesehatan kerja telah memiliki standar yang harus dipatuhi oleh seluruh pekerja.
Pelayanan kesehatan perusahaan dilaksanakan dengan cara bekerja sama dengan pihak luar. Dalam menanggulangi masalah
kesehatan karyawan PT. Putera Mulya Terang Indah bekerjasama dengan balai kesehatan disekitar perusahaan yang melayani peserta
BPJS Kesehatan, diantaranya :
1. Klinik Pratama Rancajigang Medika
2. Klinik Sahara Nur Rahmat
3. Klinik Marlina Majalaya
Sedangkan untuk masalah kesehatan yang berat atau terjadi kecelakaan kerja yang memerlukan penanganan khusus ada
beberapa rumah sakit sebagai rujukan, diantaranya :
31
Universitas Indonesia
1. Rumah Sakit Daerah Majalaya
2. Rumah Sakit Daerah Al Ikhsan
3. Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung
4. Rumah Sakit Mata Cicendo
Data hasil pelayanan kesehatan dan penyakit pada pekerja PT. PMTI tidak kami dapatkan karena pihak perusahaan tidak
memberikan data tersebut
Dalam penanganan terhadap kejadian kecelakaan kerja di perusahaan, PT. PMTI telah menyusun SOP penanganan kecelakaan
kerja sebagai berikut:
a. Kecelakaan yang mengakibatkan luka ringan
Penanganan kecelakaan dengan luka ringan dilakukan dengan memberikan P3K, fasilitas P3K disediakan oleh perusahaan dan
disimpan di ruangan HRD. Setelah diberikan P3K kemudian HrD membrikan surat pengantar kepada korban untuk kemudian
korban di rujuk ke klinik Mutiara atau klinik Sahara
b. Kecelakaan yang mengakibatkan luka berat
- Kecelakaan yang terjadi pada siang hari (08.00-17.00 WIB)
Untuk kecelakaan pada siang hari, maka korban segera dibawa ke klinik terdekat yang bekerja sama dengan membawa surat
pengantar dari HRD
- kecelakaan yang terjadi pada malam hari ( 18.00-08.00 )
32
Universitas Indonesia
Apabila terjadi kecelakaan pada malam hari, kejadian dilaoprkan kepada satpam kemudian stapam akan mengantarkan korban
ke klinik terdekat, apabila klinik tersebut tidak dapat memberikan pertolongan maka korban di tujuk ke rumah sakit lain yang
dapat menanangani
Alat pelindung diri telah disediakan oleh perusahaan untuk melindungi pekerja dari potensi bahaya yang ada.Jenis alat
pelindung diri yang tersedia di PT. PMTI antara lain
1. Sarung tangan
2. Kacamata pelindung / goggle
3. Earplug / earmuff
4. Masker
5. Helm
6. Apron
7. Sepatu pelindung
8. Tali Pengaman
33
Universitas Indonesia
Gambar 3.2 Alat Pelindung Diri PT. PMTI
(sumber: PT. PMTI)
Berdasarkan pengamatan pada saat kunjungan, jumlah APD yang disediakan oleh perusahaan masih belum mencukupi untuk
seluruh pekerja.Beberapa APD memiliki kualitas yang kurang baik dan harus segera diganti/diperbaharui.
Belum semua pekerja menggunakan alat pelindung diri sesuai dengan potensi bahaya yang ada, salah satu contoh pada area
weaving, pada saat dilakukan pengukuran ambang kebisingan ditemukan kebisingan sudah melebihi NAB, namun hampir sebagian
besar pekerja tidak menggunakan APD yang disediakan dengan alasan tidak nyaman dan sudah terbiasa
34
Universitas Indonesia
Gambar 3.3 Identifikasi Bahaya PT. PMTI
(sumber: Pribadi)
Salah satu potensi bahaya yang ada adalah timbulnya kebakaran. Di PT. PMTI telah disediakan Alat pemadam api ringan
(APAR) .Perusahaan juga telah membuat SOP dan rencana tanggap darurat. Perusahaan telah menyediakan hydran dan apar serta
penempatan alat pemadan kebakaran sudah sesuai dengan peraturan yang ada
35
Universitas Indonesia
C. Pelaporan Kecelakaan Kerja
Keselamatan kerja berkaitan dengan mesin, pesawat, alat kerja, bahan, dan proses pengolahannya, landasan temapat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan. Apabila terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan kerusakan barang atau alat
atau asset perusahaan dan kecelakaan yang mengakibatkan cedera yang diderita, karyawan perusahaan baik ringan ataupun berat,
harus segera dilaporkan sesuai kejadian untuk mendapatkan jaminan kecelakaan kerja.
Data kecelakaan kerja di PT. PMTI tidak kami dapatkan karena pihak perusahaan tidak memberikan data tersebut.Namun dari
hasil wawancara dengan pekerja di perusahaan di temukan beberapa kali terjadi kecelakaan kerja di PT. PMTI, terutama kecelakaan
ringan dan tidak menimbulkan korban jiwa.
Program lingkungan kerja yang dilaksanakan oleh perusahaan antara lain program pengolahan limbah dan pengujian
lingkungan kerja
L
B
i
3
m
b
36
a Universitas Indonesia
Gambar 3.5 Pengelompokan Limbah Tekstil PT.PMTI
A. Limbah Padat.
Limbah Padat Non B3 merupakan potongan sisa kaindan benang 340 Kg/bln, dikumpulkan dan disimpan didalam pabrik
sebelum dijual / diambil pembeli.
2. Limbah Padat B3
- Limbah padat B3 berupa kemasan bahan penolong seperti Jirigen, Tong Plastik, Plastikkemasan terkontaminasi Kimia dan
Drum Obat 230 buah/bln pengelolaan yang dilakukan yaitu menyimpan Limbah tersebut di TPS terkontaminasi Kimia
sebelum dikembalikan ke pihak Supplier (perijinan TPS terkontaminasi kimia sedang dalam Proses.)
- Boiler batubara :
Limbah padat dari hasil pembakaran boiler batubara terbagi kedalam 2 kategori yaitu Fly Ash dan Bottom Ash .Fly Ash dan
Bottom Ash dikumpulkan di TPS Limbah B3 fly Ash dan Bottom Ash kemudian diangkut oleh Pihak ketiga yang mempunyai
ijin pemamfaatan Limbah B3 dari KLH (Diangkut Pihak Ketiga PT . Khalda Alam Utama data Limbah B3 dan Fotocopy
manifest terlampir)
37
Universitas Indonesia
Merupakan Lumpur aktif yang dihasilkan dari prosespengolahan Biologi Limbah Cair dari proses Dyeing. Lumpur Aktif
tersebut disimpan dibak Sludge untuk disirkulasi ke bak Aerasi dan dimamfaatkan kembali untuk proses pengolahan limbah
cair. Kapasitas Sludge IPAL 10 kg/bln.
Merupakan sisa bahan penolong yang sudah kaluarsa yang disimpan di TPS Terkontaminasi Kimia sebelum dikembalikan ke
pihak Suplier.
- Oli Bekas :
Oli bekas merupakan oli yang dihasilkan dari bekas pelumasan mesin mesin dikelola dan dikumpulkan di ruangan TPS
Khusus dalam pabrik yang penyimpanannya disatukan dengan Accu Bekas dan Neon Bekas, sebelum diserahkan ke Pihak
Ketiga yang mempunyai Ijin Pemanfatan Oli Bekas dalam hal ini Pihak PMTI bekerja sama dengan PT. Wiraswata Gemilang
Indonesia sebagai Pihak Ketiga Pengangkut dan Pemanfaatan. Kapasitas Oli bekas 40 Liter/bln, selama periode Juli sampai
dengan Desember 2016 tidak ada satu pengangkutan oli bekas oleh pihak ketiga (PT. Wiraswasta Gemilang Indonesia). Untuk
Accu bekas dan Neon bekas Limbahnya tidak dihasilkan lagi karena penggunaan Neon kami sudah mengganti dengan
LampuLED dan bekas Accu ditukar dengan yang baru dengan pihak Suplier / Toko
B. Limbah Cair.
38
Universitas Indonesia
Limbah Cair IPAL yang dihasilkan dari proses Dyeing dikelola melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah dengan proses
Biologi (Aerob) sebelum dialirkan ke Badan Air Penerima/Sungai Cikacembang. Adapun Chemical yang digunakan untuk proses
Biologi tersebut yaitu Nutrisi Bakteri yang dalam penggunaan per hari sebanyak 75 Kg.
Untuk Pemamtauan Kualitas Air Limbah dilakukan pengujian baik oleh pihak Internal ataupun Eksternal yang mana dalam
pelaksanaan pengujian Lab Internal dilakukan dibagi 2 periode yaitu :
39
Universitas Indonesia
Untuk Pemantauan kualitas air Limbah oleh Lab eksternal terakreditasi dilakukan setiap 1 (satu) bulan sekali oleh
Laboratorium Penguji Balai Pengujian Energi Dan Sumber Daya Mineral Provinsi Jawa Barat dengan Sertifikat Akreditasi LP-
609-IDN berlaku : 19 April 2020
40
Universitas Indonesia
4. SV 30 bak Aerasi
5. TSS Efluent.
Dalam upaya menimalisir pencemaran tanah dan air yang diakibatkan oleh kegiatan produksi di unit dyeing pada saat
pengemasan bahan penolong (resep obat Dyeing dan Finishing), telah dibuatkan sarana pengemasan bahan penolong yang
tujuannya untuk meminimalisir ceceran obat kelantai sehingga bisa mencemari tanah dan air diarea sekitarnya.
Pengelolaan Gas buang diarea produksi dengan cara penataan Sirkulasi udara (Ventilasi) yang baik diruang produksi dan
memberikan karyawan perlindungan untuk yang bekerja disekitar sumber debu dengan memberikan masker pelindung.
Gas Buang dari Boiler Steam dan Boiler Oil dipantau dengan melakukan Uji Emisi dan Ambien pada Dua Cerobong Aktif
Uap yang menggunakan Bahan Bakar Batubara. ( Hasil Analisa Kualitas Emisi dan Ambien semester 1 Tahun 2016 dan
Semester 2 Tahun 2016 terlampir).
Adapun yang dilakukan dalam Pengelolaan Gas Buang dari boiler tersebut yaitu dengan mengemisikan pencemaran udara
melalui Cerobong asap yang dilengkapi dengan pengendali emisi berupa Cyclonedan Wet Scrubber.Selain sudah dipasang alat
pengendali Emisi Cerobong Asap tersebut sudah dilengkapi sarana pendukung lain seperti Pagar Pengaman, Tangga dan
Lubang sampling. Sesuai dengan Ketentuan Teknis Kepdal 205 Tahun1996.
D. Pemusnahan
41
Universitas Indonesia
Dalam Pemusnahan Limbah dampak dari kegiatan usaha PT PMTI bekerjasama dengan perusahaan atau pihak ketiga baik
itu sebagai Transforter ataupun Pemanfaat Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (Limbah B3) yang telah memiliki ijin dari
KLHK , misalnya :
1. Limbah B3 cair Oli Bekas (Minyak Pelumas) PT PMTI bekerjasama dengan PT Wiraswasta Gemilang Indonesia sebagai
Transforter sekaligus Pemanfaatnya.
2. Limbah B3 Bottom Ash dan Fly Ash PT PMTI bekerjasama dengan PT Khalda alam Utama sebagai Transforter dan PT
Jobs Colouring sebagai Pemanfaat.
42
Universitas Indonesia
BAB 4
PEMBAHASAN
Seperti yang telah disebutkan pada Bab 2, plant survey kali ini akan mengidentifikasi bahaya potential di area produksi
terutama area yang berhubungan dengan bahan kimia. Pada setiap kegiatan terdapat potensi bahaya dan upaya pengendalian yang
telah dilakukan. Potensi bahaya yang ada pada proses produksi PT. PMTI dilihat dari langkah urutan pekerjaan dan kondisi
lingkungan yang telah diobservasi sebelumnya.Pada saat kunjungan plant survey dilakukan identifikasi potensi bahaya, resiko, dan
pengendalian yang telah dilakukan untuk mengendalikan bahaya yang mungkin terjadi.Hasil identifikasi bahaya potensial tersebut
dapat dilihat pada tabel 2.4.Dari identifikasi bahaya potensial yang ada lalu dilakukan penilaian risiko keselamatan dan kesehatan
yang dapat dilihat pada tabel 2.8 dan table 2.9.
Dari hasil analisis didapatkan beberapa tempat dengan bahaya potensial keselamatan yang menjadi prioritas yaitu pada area
gudang,unit scouring dan unit dyeing.Pada area gudang terdapat potensi tertimpa forklift.Potensi bahaya ini dapat diminimalisasi
dengan pemasangan rambu-rambu dan pelatihan keselamatan bagi petugas forklift.Pada unit scouring terdapat potensi bahaya
tersiram bahan kimia.Potensi bahaya pada unit ini dapat diminamilisasi dengan menggunakan SOP kerja aman dan penggunaan
APD.Pada unit dyeing terdapat potensi bahaya terjatuh dari ketinggian.Potensi bahaya ini dapat diminimalisasi dengan SOP kerja
yang aman serta penggunaan APD.
Dari data hasil analisis bahaya potensial keselamatan di atas dapat dilihat bahwa program yang dilakukan untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja pada area ini telah berjalan dengan baik namun ada beberpa hal yang dapat ditambahkan antara lain
43
Universitas Indonesia
melakukan pengawasan terhadap penggunaan APD yang ada dan pemberian simbol hazard, mengganti slogan yang rusak, serta
penggunaan sarung tangan, sepatu boots,dan wearpack.
Dari hasil analisis didapatkan beberapa tempat dengan bahaya potensial kesehatan yang menjadi prioritas yaitu pada
unitwarping, sizing-leashing,weaving,scouring,dan dyeing.Pada unit warping dan sizing-leashingterdapat potensi bahaya kesehatan
terjadinya bissinosis dan asma.Potensi bahaya ini dapat diminimalkan dengan penyediaan APD,medical check up berkala serta
pengujian NAB berkala.Pada unit weaving terdapat potensi bahaya kesehatan terjadinya tuli akibat bising,bissinosis dan asma.Potensi
bahaya ini dapat diminimalkan dengan dengan penyediaan APD,medical check up berkala serta pengujian NAB berkala.Pada unit
scouring terdapat potensi bahaya kesehatan terjadinya iritasi saluran nafas,bissinosis dan asma.Potensi bahaya ini dapat diminimalkan
dengan penyediaan APD,medical check up berkala serta pengujian NAB berkala.Pada unit dyeing terdapat potensi bahaya kesehatan
terjadinya iritasi saluran nafas.Potensi bahaya ini dapat diminimalkan dengan dengan penyediaan APD serta pengujian NAB berkala.
Berdasarkan analisis dari bahaya potensial kesehatan yang ada maka kami mengangkat masalah yang menjadi prioritas, yaitu :
potensi bahaya bising,kimia,dan debu.
Potensi bahaya bising paling besar terdapat di unit weaving.Bising yang ada dapat menimbulkan tuli pada para
pekerja.Perusahaan telah mencoba menanggulangi hal ini dengan dengan memberikan APD berupa ear plug kepada para pekerja
namun hal itu saja masih belum cukup untuk mengatasi potensi bahaya yang ada karena dari kunjungan yang dilakukan masih
terdapat pekerja yang tidak menggunakan ear plug pada saat bekerja.Oleh karena itu menurut kami perusahaan perlu melakukan
pengawasan terhadap penggunaan ear plug pada para pekerja.
Potensi bahaya debu paling besar terdapat pada unit warping,sizing-leashing,weaving,dan scouring.Debu yang ada dapat
menimbulkan bisinosis pada para pekerja.Perusahaan telah mencoba menanggulangi hal ini dengan dengan memberikan APD berupa
44
Universitas Indonesia
masker kepada para pekerja namun hal itu saja masih belum cukup untuk mengatasi potensi bahaya yang ada karena dari kunjungan
yang dilakukan masih terdapat pekerja yang tidak menggunakan masker pada saat bekerja.Oleh karena itu menurut kami perusahaan
perlu melakukan pengawasan terhadap penggunaan masker pada para pekerja.
Potensi bahaya kimia paling besar terdapat pada unit sizing-leashing,scouring dan dyeing.Bahan kimia untuk unit sizing yang
digunakan antara lain Starch, PVA, dan acrylic. Bahan kimia untuk unit scouring antara lainNaOCl.Bahan kimia pewarna untuk unit
dyeing anatara lain acid dye, alkali dye, naphtol dye, aniline, dan difenil amin. Khusus NaOCL jika menghirup asap atau kabut
NaOCl dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan dan iritasi pada membran mukosa.Cairan dan kabut sangat mungkin
mengganggu mata bahkan dapat menyebabkan kerusakan mata.Cairan dapat menyebabkan iritasi kulit, kemerahan, bahkan
peradangan, atau luka bakar sehingga menyebabkan kulit akan rusak.Cairan dan kabut sangat korosif pada mulut dan tenggorokan,
selaput lender dan perut.Menelan cairan natrium hipokorit dapat membakar jaringan, menyebabkan nyeri perut yang parah, mual,
muntah, gagalnya sistem peredaran darah, kebingungan, suka mengigau, koma dan pingsan.Jika menelan dalam jumlah besar, dapat
menyebabkan kematian.Paparan efek kronis: iritasi efek meningkat dengan kekuatan larutan dan waktu paparan. Paparan
berkepanjangan atau pemaparan berulang dapat menyebabkan iritasi mata konstan dan tenggorokan.Kontak yang lama atau berulang
dapat menyebabkan dermatitis dan sensitasi.Kondisi medis umumnya diperberat oleh paparan: asma atau penyakit lain yang sudah
ada dan penyakit pernafasan.
Perusahaan telah mencoba menanggulangi hal ini dengan dengan memberikan APD berupa masker kepada para pekerja
namun hal itu saja masih belum cukup untuk mengatasi potensi bahaya yang ada karena dari kunjungan yang dilakukan masih
45
Universitas Indonesia
terdapat pekerja yang tidak menggunakan masker pada saat bekerja.Oleh karena itu menurut kami perusahaan perlu melakukan
pengawasan terhadap penggunaan masker pada para pekerja.
Pada akhirnya kami mendapati fakta bahwa potensi bahaya yang ada di area kerja dapat diminimalisasi dengan program
kesehatan kerja yang seharusnya ada antara lain :
Pembuatan SOP cara bekerja yang aman
Pemasangan rambu-rambu
Housekeeping pada setiap alur produksi ataupun ruangan yang ada
Pelaksanaan MCU untuk para pekerja
Pelaksanaan Uji berkala pada lingkungan
Penyediaan APD serta pengawasan terhadap penggunaan APD para pekerja
46
Universitas Indonesia
47
Universitas Indonesia
BAB 5
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
4.1 KESIMPULAN
PT. Putera Mulya Terang Indah merupakanPerusahaan nasional yang bergerak dibidang industri tekstil.Kegiatan industri PT
Putera Mulya Terang Indah ini telah beroperasi sejak tahun 1988.
PT. PMTI merupakan perusahaan nasional yang memproduksi tekstil.PT. Putera Mulya Terang Indah mempunyai kapasitas
produksi tekstil sebesar 3 juta yard / bulan dengan konsumen distributor tekstil, industri garmen, dan pengolah produk tekstil dalam
negeri.Produk yang dibuat oleh PT. PMTI adalah kain tenun (woven) yang meliputi kain untuk fashion, gordyn, dan lain-lain.
Berdasarkan analisis dari bahaya potensial kesehatan yang ada maka kami mengangkat masalah yang menjadi prioritas, yaitu :
potensi bahaya bising,kimia,dan debu.
Potensi bahaya bising paling besar terdapat di unit weaving.Bising yang ada dapat menimbulkan tuli pada para pekerja.
Perusahaan telah mencoba menanggulangi hal ini dengan dengan memberikan APD berupa ear plug kepada para pekerja namun hal
itu saja masih belum cukup untuk mengatasi potensi bahaya yang ada karena dari kunjungan yang dilakukan masih terdapat pekerja
yang tidak menggunakan ear plug pada saat bekerja.Oleh karena itu menurut kami perusahaan perlu melakukan pengawasan terhadap
penggunaan ear plug pada para pekerja.
Potensi bahaya debu paling besar terdapat pada unit warping,sizing-leashing,weaving,dan scouring.Debu yang ada dapat
menimbulkan bisinosis pada para pekerja. Perusahaan telah mencoba menanggulangi hal ini dengan dengan memberikan APD berupa
48
Universitas Indonesia
masker kepada para pekerja namun hal itu saja masih belum cukup untuk mengatasi potensi bahaya yang ada karena dari kunjungan
yang dilakukan masih terdapat pekerja yang tidak menggunakan masker pada saat bekerja.
Potensi bahaya kimia paling besar terdapat pada unit sizing-leashing,scouring dan dyeing.Bahan kimia untuk unit sizing yang
digunakan antara lain Starch, PVA, dan acrylic. Bahan kimia untuk unit scouring antara lain NaOCl.Bahan kimia pewarna untuk unit
dyeing anatara lain acid dye, alkali dye, naphtol dye, aniline, dan difenil amin. Khusus NaOCL jika menghirup asap atau kabut
NaOCl dapat menyebabkan iritasi saluran pernafasan dan iritasi pada membran mukosa.
4.2 REKOMENDASI
4.2.1 Untuk pekerja
Patuhi SOP dalam bekerja
Selalu menggunakan APD yang sesuai dan pemakaiannya benar di tempat kerja
Selalu mengecek peralatan yang akan dipakai sebelum memakainya
Selalu menghindari posisi janggal dan melakukan peregangan
49
Universitas Indonesia
4.2.3 Untuk institusi terkait
Memberikan dukungan kepada perusahaan dalam menjalankan program kesehatan dan keselamatan kerja.
50
Universitas Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
1. HSE PT. PMTI. Dokumen Keselamatan Kerja PT. Putera Mulya Terang Indah. 2017.
2. Hopkin P. Fundamentals of risk management: understanding, evaluating, and implementing effective risk management. London;
Philadelphia: Kogan Page; 2010. 357 p.
3. Risk+Matrix+ISO+31000.ppt.
4. Henriksen E, Bellika JG, NHN AB, Nystad J, Bakkevoll PA, Johansen M. The SNOW project. 2008 [cited 2017 May 23];
Available from: http://ehealthresearch.no/files/documents/Risk_assessment.pdf
51
Universitas Indonesia