Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

“TEKNIK PENULISAN KUTIPAN (QOUTING) DAN


PARAFRASA (PHARAPHASING)”

Disusun oleh :
Yunus Kholis Romadhon (145060200111042)

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN MESIN
MALANG
2017
TEKNIK PENULISAN KUTIPAN (QUOTING)

 Hakikat Mengutip
Menurut KBBI (2008), mengutip artinya mengambil perkataan atau kalimat-
kalimat dari buku, memetik karangan, menukil ataupun mengumpulkan dari berbagai
sumber.
Kutipan bisa bersumber dari berbagai pustaka. Sumber kutipan bisa diambil dari
buku, majalah, artikel, skripsi, tesis dan sebagainya. “Pustaka-pustaka yang digunakan
sebagai sumber adalah berupa jurnal hasil penelitian, disertasi, tesis, skripsi, buku,
makalah, strikel, dokumen resmi dan bahan-bahan pustaka lainnya,” ungkap Wendra
(2013: 92).

Aktivitas mengutip bisa penulis nyatakan bukanlah sebagai hal yang berlebihan
tetapi tetap saja wajib diterapkan. Mengutip itu adalah aktivitas yang penting diterapkan
dalam penulisan karya ilmiah.

“Menggunakan kutipan dalam penulisan karya ilmiah merupakan hal yang


sangat penting. Dalam karya ilmiah hakikatnya seorang penulis mengemukakan pikiran
atau pendapatnya. Menyampaikan pendapat hakikatnya adalah menyampaikan
argumentasi. Untuk menyampaikan argumentasi inilah diperlukan bukti-bukti atau fakta
yang dapat memperkuat argumentasinya” (Wendra 2013: 88).

“Mendukung ide dengan kutipan juga merupakan hal yang penting dalam proses
penulisan karya ilmiah. Dalam semua penulisan karya ilmiah ... penulis pasti memakai
kutipan untuk mendukung idenya” (Wahab, 1999: 46).

Kutipan itu bukan dikutip hanya sekadar pelengkap saja untuk karya ilmiah yang
sudah penulis buat, melainkan sebagai sesuatu yang lengkap menyajikan kebenaran dan
yang akan mendukung tulisan yang penulis buat untuk digugu, dipercaya, diterima oleh
pembaca lainnya. Hal tersebut sejalan dengan apa yang disimpulkan Wendra (2013:89),
“Dengan demikian[,] kutipan-kutipan yang digunakan dalam menulis karya ilmiah
bukanlah sekadar kumpulan kutipan, tetapi kutipan diperlukan dalam rangka menguatkan
terhadap kebenaran pernyataan-pernyataan yang disampaikan penulis”.

Wendra (2013:88) menyatakan, “Dalam karya ilmiah hakikatnya seorang penulis


mengemukakan pikiran atau pendapatnya”. Untuk menguatkan pendapat-pendapat dalam
karya ilmiah, kerap kali penulis menggunakan kutipan yang diperolehnya dari berbagai
sumber sebagai testimoni (surat keterangan) dalam karyanya. Jadi, mencantumkan atau
menggunakan kutipan dalam karya ilmiah bukanlah merupakan sebuah kesalahan,
melainkan suatu hal yang diperkenankan asalkan dibuat mengikuti aturan pengutipan.
Meskipun demikian, bukan berarti ketika menulis sebuah karya ilmiah isinya hanya
kutipan-kutipan seluruhnya. Satu hal yang harus diingat bahwa, pencantuman kutipan
dari berbagai sumber dalam sebuah karya ilmiah hanya kita perlukan untuk menguatkan
argumentasi kita. Mengutip pun akan lebih bagus kalau dilakukan langsung berdasarkan
sumber aslinya. “Pengutipan diharapkan dari sumber aslinya, bukan mengutip dari yang
telah dikutip orang”, menurut Wendra (2013: 89).

 Jenis – Jenis Kutipan


1. Cara Merujuk Kutipan Langsung
Menurut Wahab (1999: 47), “Kutipan langsung adalah kutipan yang diambil
persis sama dengan sumber aslinya tanpa mengubah susunan kalimatnya” Hampir mirip
dengan itu, Wendra (2013: 89) menyatakan “Kutipan langsung adalah kutipan yang
langsung mengutip apa adanya dari sumbernya atau teks asli dikutip kata dan kalimatnya
secara lengkap”.

a. Kutipan Kurang dari 40 Kata


Kutipan yang kurang dari 40 kata ditulis di antara tanda kutip (”…”) sebagai
bagian yang terpadu dengan teks utama, diikuti nama penulis, tahun, dan nomor
halaman. Nama penulis dapat ditulis secara terpadu dalam teks dan dapat pula menjadi
satu dengan tahun dan nomor halaman di dalam tanda kurung.
Contoh:
Soebronto (1990:123) menyimpulkan ”ada hubungan yang erat antara faktor sosial
ekonomi dengan kemajuan belajar”.

Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah ”ada hubungan yang erat antara faktor
sosial ekonomi dengan kemajuan belajar” (Soebronto, 1990:123).

Jika ada tanda kutip di dalam kutipan, digunakan tanda kutip tunggal (’…’).
Contoh:
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah ”terdapat kecenderungan semakin banyak
’campur tangan’ pimpinan perusahaan semakin rendah tingkat psrtisipasi karyawan di
daerah perkotaan” (Soewignyo, 1991:101).
b. Kutipan 40 Kata atau Lebih
Jika bagian yang dikutip berisi 40 kata atau lebih ditulis tanpa tanda kutip
secara terpisah dari teks yang mendahului, ditulis 1,2 cm dari garis tepi sebelah kiri
dan kanan, dan diketik dengan spasi tunggal. Nomor halaman juga harus ditulis.
Contoh:
Oka (2000:114) menarik kesimpulan sebagai berikut.

Pendekatan reader respons yang dipadukan dengan pendekatan komunikatif


dan integratif dapat diterapkan di SLTP secara maksimal. Kesulitan yang timbul relatif
kecil dan dapat diatasi saat pembelajaran berlangsung. Secara umum, efektivitas
pendekatan reader respons dalam pembelajaran sangat tinggi. Antusiasme siswa
sangat tinggi dalam mengikuti pembelajaran. Siswa sangat senang dan tertarik dengan
model pendekatan ini.

c. Kutipan yang Sebagian Dihilangkan


Apabila dalam mengutip langsung ada kata-kata dalam kalimat yang dibuang,
maka kata-kata yang dibuang diganti dengan tiga titik.
Contoh:
“Semua pihak yang terlibat dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah . . . diharapkan
sudah melaksanakan kurikulum baru” (Manan, 1995:278).

Apabila ada kalimat yang dibuang, maka kalimat yang dibuang diganti dengan
empat titik.
Contoh:
Gerak manipulatif adalah keterampilan yang memerlukan koordinasi antara mata,
tangan, atau bagian tubuh lain. . . . Yang termasuk gerak manipulatif antara lain adalah
menangkap bola, menendang bola, dan menggambar” (Asim, 1995:315).

2. Cara Merujuk Kutipan Tidak Langsung


“Kutipan tidak langsung adalah kutipan yang tidak secara langsung mengutip apa
adanya kata dan kalimat dari teks aslinya[,] tetapi yang dikutip adalah isinya yakni isinya
sama seperti teks aslinya[,] tetapi si pengutip menggunakan kata-kata atau kalimatnya
sendiri,” menurut Wendra (2013: 89).
Cara merujuk kutipan tidak langsung tidak disertai tanda kutip dan terpadu dalam
teks. Nama penulis ditulis terpadu dalam teks atau disebut dalam kurung bersama tahun
penerbitannya. Sedapat mungkin disebutkan nomor halamannya.
Contoh:
Salimin (1990:13) tidak menduga bahwa mahasiswa tahun ketiga lebih baik daripada
mahasiswa tahun keempat.

Mahasiswa tahun ketiga ternyata lebih baik daripada mahasiswa tahun keempat (Salimin,
1990: 13).

Perbedaan kutipan langsung dan kutipan tidak langsung yang paling kentara tampak pada
ada atau tidaknya tanda kutip (“....”), dan ada atau tidaknya nomor halaman. Bilamana
penulisan kutipan disertai tanda kutip tersebut, huruf awal kutipan itu ditulis dengan huruf
kapital. Hal itu sejalan dengan isi kutipan dalam Pedoman Lengkap Ejaan Yang
Disempurnakan (2011) “Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan
langsung”. Untuk lebih jelasnya lagi, secara lebih spesifik penjelasan mengenai kutipan
langsung dan tidak langsung tersebut dapat diuraikan sebagai berikut

TEKNIK PENULISAN PARAFRASE (PARAPHRASING)

 Pengertian Parafrasa
Parafrasa adalah mengungkapkan kembali suatu bacaan dengan menggunakan
bahasa kita sendiri dengan tidak mengurangi makna atau pesan dari bacaan tersebut. Puisi
dan drama adalah contoh bacaan yang bisa kita parafrasekan.

 Langkah-Langkah Membuat Parafrasa


 Metode 1 (Memahami Parafrase)

1. Pahami cara menggunakan parafrase


Memparafrasakan adalah ketika Anda membaca dan menyerap suatu kutipan
dan kemudian menyatakan kembali ide-ide pokoknya dengan kata-kata Anda
sendiri. Saat Anda memparafrasakan, Anda tidak harus mengulang semua
kalimat-kalimatnya dengan kata-kata Anda sendiri, tetapi Anda menuliskan
informasi dan poin-poin penting yang dituliskan seorang penulis dengan frasa
yang baru. [1]

 Saat Anda memparafrasakan, Anda harus sedikit meringkas kutipannya untuk


mengurangi hal yang bertele-tele dan langsung membahas ide pokoknya.
 Parafrasa yang akurat harus cukup berbeda dengan bahan aslinya agar tidak
dianggap plagiat. Bahkan jika Anda mengutip sumbernya, jika Anda tidak
mengutipnya dalam kutipan tetapi “kata-kata Anda” hampir sama dengan aslinya,
hal ini masih termasuk plagiat.
 Memparafrasakan berbeda dengan ringkasan, yang lebih luas dan fokus pada
poin-poin utama dari keseluruhan teks. Memparafrasakan fokus pada satu ide
pokok atau konsep utama pada satu waktu.
 Memparafrasakan juga merupakan cara yang baik untuk menghindari mengutip
terlalu banyak dari sumber-sumber dan tidak menyampaikan pemikiran Anda
sendiri dalam makalah.
 Saat Anda memparafrasakan, Anda memperoleh apresiasi dan pemahaman
yang lebih mendalam tentang bagian yang Anda kutip, sehingga Anda
mendapatkan pengetahuan hanya dengan memparafrasakan.

2. Pahami saat-saat untuk menggunakan parafrasa dan bukan kutipan


Mengutip langsung dari sebuah sumber sangat penting ketika cara
penggunaan kata-katanya penting. Misalnya, jika Anda mengutip Pidato I
Have a Dream dari Martin Luther King, akan lebih baik untuk mengutipnya
secara langsung karena cara beliau menggunakan kata-kata dalam pidato
sangatlah fasih dan puitis. Tetapi jika Anda membaca sesuatu tentang
rasisme di buku paket yang membosankan, maka ide-ide dalam buku itu
penting, tetapi kata-katanya tidak penting, dan Anda sebaiknya
memparafrasakannya.
 Memparafrasakan berguna saat kutipan berisi data, fakta, atau statistik.
Tidak perlu mengutip sebuah sumber secara langsung hanya untuk
menunjukkan pentingnya suatu data.
 Mengutip berguna jika Anda mengutip kata-kata tokoh politik, artis, atau
penulis, dan membuat poin tentang cara penggunaan bahasanya.
 Jika Anda membaca teliti sebuah teks untuk penggunaan bahasanya,
maka mengutip adalah cara terbaik; jika Anda mendiskusikan sebuah
paragraf atau bagian novel yang lebih panjang, maka memparafrasakan
atau meringkas lebih berguna.

 Metode 2

1. Bacalah kutipan awalnya.


Pertama, bacalah baik-baik kutipan yang Anda pilih untuk diparafrasakan.
Panjang kutipan ini tidak boleh lebih dari dua atau tiga kalimat. Gunakan
waktu untuk benar-benar menyerap artinya dan memahami artinya secara
mendalam sebelum Anda melanjutkan.
2. Buatlah catatan. Sambil Anda terus membaca kutipan, tuliskan ide
pokok dalam kutipan. Anda dapat menuliskan argumen utama, dan
beberapa kata kunci yang membantu untuk mengilustrasikan argumen.
Saat Anda sudah selesai mencatat, sisihkan kutipan aslinya
3. Tulislah ulang kutipan aslinya dengan kata-kata
Anda. Menggunakan catatan Anda dan pengetahuan Anda tentang
kutipan tersebut, tulislah kutipan aslinya dengan kata-kata Anda
sendiri. Perhatikan untuk tidak hanya mengubah-ubah bahasanya,
tetapi juga mengubah struktur kalimat, jadi Anda tidak hanya
mengganti kata-kata yang berbeda dan menggunakan struktur
yang sama.
Jika Anda terhambat saat mencari cara yang berbeda untuk
mengatakan sesuatu, gunakan tesaurus untuk bantuan. Akan
tetapi, pastikan jika Anda nyaman dengan kata-kata yang Anda
temukan dan jangan menggunakan kata-kata yang tidak mirip
dengan pasangan katanya. Hal ini dapat mengubah arti pernyataan
Anda.
4. Bandingkan kutipan awalnya dengan parafrasa Anda. Setelah Anda
menulis ulang kutipan dengan kata-kata Anda sendiri, bacalah keras-
keras, dan kemudian kembalilah ke kutipan awal dan bacalah
bersebelahan dengan kutipan baru Anda. Anda harus memastikan bahwa
keduanya benar atau memiliki arti yang sama:

Kata-kata dalam kutipan Anda dan struktur kalimat Anda harus cukup
berbeda sehingga Anda tidak akan dituduh melakukan plagiat.
Kutipannya harus terdengar seperti kutipan Anda, bukan kutipan penulis.
Kata-kata Anda masih menyampaikan ide pokok dalam kutipan asli
dengan jelas. Anda tidak boleh terlalu mengubah parafrasa Anda
sehingga Anda kehilangan arti yang terkandung di dalamnya.
Contoh kutipan asli:"Dewasa ini, terlalu banyak siswa sekolah menengah
yang menghabiskan seluruh waktunya untuk belajar keras untuk ujian
terstandardisasi. Mereka tidak hanya akan mendapatkan lebih banyak
pengetahuan jika mereka menghabiskan waktu untuk mempelajari
kurikulum sekolah daripada belajar untuk ujian, tetapi mereka juga akan
menjadi orang yang berpikiran terbuka."
Contoh parafrasa: "Siswa-siswa sekolah menengah terlalu
terobsesi belajar untuk UN dan ujian terstandardisasi lainnya sehingga
mereka tidak memiliki waktu untuk memproses bahan-bahan yang
mereka pelajari dalam mata pelajaran sekolah mereka. Belajar untuk
ujian terstandardisasi tidak hanya memberikan pengetahuan nyata yang
sedikit bagi mereka, tetapi juga mencegah mereka menjadi individu yang
berpikiran luas."

 Metode 3 (Mengutip Kutipan)

1. Pahami cara menggunakan parafrase


2. Pahami saat-saat untuk menggunakan parafrasa dan bukan kutipan

SUMBER BACAAN

Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1991. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.

Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Artikel, dan
Makalah Edisi Keempat. Malang: Universitas Negeri Malang.

Wahab, Abdul dan Lestari, Lies Amin. 1999. Menulis Karya Ilmiah. Surabaya: Airlangga
University Press.

Anda mungkin juga menyukai