Disusun oleh :
Yunus Kholis Romadhon (145060200111042)
Hakikat Mengutip
Menurut KBBI (2008), mengutip artinya mengambil perkataan atau kalimat-
kalimat dari buku, memetik karangan, menukil ataupun mengumpulkan dari berbagai
sumber.
Kutipan bisa bersumber dari berbagai pustaka. Sumber kutipan bisa diambil dari
buku, majalah, artikel, skripsi, tesis dan sebagainya. “Pustaka-pustaka yang digunakan
sebagai sumber adalah berupa jurnal hasil penelitian, disertasi, tesis, skripsi, buku,
makalah, strikel, dokumen resmi dan bahan-bahan pustaka lainnya,” ungkap Wendra
(2013: 92).
Aktivitas mengutip bisa penulis nyatakan bukanlah sebagai hal yang berlebihan
tetapi tetap saja wajib diterapkan. Mengutip itu adalah aktivitas yang penting diterapkan
dalam penulisan karya ilmiah.
“Mendukung ide dengan kutipan juga merupakan hal yang penting dalam proses
penulisan karya ilmiah. Dalam semua penulisan karya ilmiah ... penulis pasti memakai
kutipan untuk mendukung idenya” (Wahab, 1999: 46).
Kutipan itu bukan dikutip hanya sekadar pelengkap saja untuk karya ilmiah yang
sudah penulis buat, melainkan sebagai sesuatu yang lengkap menyajikan kebenaran dan
yang akan mendukung tulisan yang penulis buat untuk digugu, dipercaya, diterima oleh
pembaca lainnya. Hal tersebut sejalan dengan apa yang disimpulkan Wendra (2013:89),
“Dengan demikian[,] kutipan-kutipan yang digunakan dalam menulis karya ilmiah
bukanlah sekadar kumpulan kutipan, tetapi kutipan diperlukan dalam rangka menguatkan
terhadap kebenaran pernyataan-pernyataan yang disampaikan penulis”.
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah ”ada hubungan yang erat antara faktor
sosial ekonomi dengan kemajuan belajar” (Soebronto, 1990:123).
Jika ada tanda kutip di dalam kutipan, digunakan tanda kutip tunggal (’…’).
Contoh:
Kesimpulan dari penelitian tersebut adalah ”terdapat kecenderungan semakin banyak
’campur tangan’ pimpinan perusahaan semakin rendah tingkat psrtisipasi karyawan di
daerah perkotaan” (Soewignyo, 1991:101).
b. Kutipan 40 Kata atau Lebih
Jika bagian yang dikutip berisi 40 kata atau lebih ditulis tanpa tanda kutip
secara terpisah dari teks yang mendahului, ditulis 1,2 cm dari garis tepi sebelah kiri
dan kanan, dan diketik dengan spasi tunggal. Nomor halaman juga harus ditulis.
Contoh:
Oka (2000:114) menarik kesimpulan sebagai berikut.
Apabila ada kalimat yang dibuang, maka kalimat yang dibuang diganti dengan
empat titik.
Contoh:
Gerak manipulatif adalah keterampilan yang memerlukan koordinasi antara mata,
tangan, atau bagian tubuh lain. . . . Yang termasuk gerak manipulatif antara lain adalah
menangkap bola, menendang bola, dan menggambar” (Asim, 1995:315).
Mahasiswa tahun ketiga ternyata lebih baik daripada mahasiswa tahun keempat (Salimin,
1990: 13).
Perbedaan kutipan langsung dan kutipan tidak langsung yang paling kentara tampak pada
ada atau tidaknya tanda kutip (“....”), dan ada atau tidaknya nomor halaman. Bilamana
penulisan kutipan disertai tanda kutip tersebut, huruf awal kutipan itu ditulis dengan huruf
kapital. Hal itu sejalan dengan isi kutipan dalam Pedoman Lengkap Ejaan Yang
Disempurnakan (2011) “Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan
langsung”. Untuk lebih jelasnya lagi, secara lebih spesifik penjelasan mengenai kutipan
langsung dan tidak langsung tersebut dapat diuraikan sebagai berikut
Pengertian Parafrasa
Parafrasa adalah mengungkapkan kembali suatu bacaan dengan menggunakan
bahasa kita sendiri dengan tidak mengurangi makna atau pesan dari bacaan tersebut. Puisi
dan drama adalah contoh bacaan yang bisa kita parafrasekan.
Metode 2
Kata-kata dalam kutipan Anda dan struktur kalimat Anda harus cukup
berbeda sehingga Anda tidak akan dituduh melakukan plagiat.
Kutipannya harus terdengar seperti kutipan Anda, bukan kutipan penulis.
Kata-kata Anda masih menyampaikan ide pokok dalam kutipan asli
dengan jelas. Anda tidak boleh terlalu mengubah parafrasa Anda
sehingga Anda kehilangan arti yang terkandung di dalamnya.
Contoh kutipan asli:"Dewasa ini, terlalu banyak siswa sekolah menengah
yang menghabiskan seluruh waktunya untuk belajar keras untuk ujian
terstandardisasi. Mereka tidak hanya akan mendapatkan lebih banyak
pengetahuan jika mereka menghabiskan waktu untuk mempelajari
kurikulum sekolah daripada belajar untuk ujian, tetapi mereka juga akan
menjadi orang yang berpikiran terbuka."
Contoh parafrasa: "Siswa-siswa sekolah menengah terlalu
terobsesi belajar untuk UN dan ujian terstandardisasi lainnya sehingga
mereka tidak memiliki waktu untuk memproses bahan-bahan yang
mereka pelajari dalam mata pelajaran sekolah mereka. Belajar untuk
ujian terstandardisasi tidak hanya memberikan pengetahuan nyata yang
sedikit bagi mereka, tetapi juga mencegah mereka menjadi individu yang
berpikiran luas."
SUMBER BACAAN
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1991. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Universitas Negeri Malang. 2000. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Artikel, dan
Makalah Edisi Keempat. Malang: Universitas Negeri Malang.
Wahab, Abdul dan Lestari, Lies Amin. 1999. Menulis Karya Ilmiah. Surabaya: Airlangga
University Press.