Disusun oleh :
Nurul Dini Sukma Pertiwi
061117001
Laporan Praktik Kerja Magang ini telah diperiksa dan disetujui pada
Bogor, September 2021
Menyetujui,
Pembimbing (Balai), Pembimbing (kampus),
Mengetahui,
Ketua Program Studi Biologi
FMIPA Universitas Pakuan
(Dra.Triastinurmiatiningsih M,Si)
10894029207
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Praktik
Kerja Magang di PT.Pyridam Farma Tbk yang berjudul Uji Enumerasi
dan Uji Mikroorganisme Spesifik pada Zat Aktif Paracetamol dalam
Bentuk Sirup di PT. Pyridam Farma.
Praktik Kerja Magang yang saya laksanakan tanggal 30 Agustus –
10 September 2021 sampai tersusunnya laporan ini, saya telah
mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena
itu saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Dra. Triastinurmiatiningsih, M.Si., selaku Ketua Program
Studi Biologi FMIPA Universitas Pakuan.
2. Ibu , Ir. E. Mulyati Effendi, M.Si selaku pembimbing I.
3. Ibu apt. Desi Silmi Amalia, S.Farm selaku pembimbing II.
Dan tak lupa kepada rekan-rekan yang telah memberikan dukungan
dan motivasi di dalam pembuatan laporan ini. Penyusun menyadari
masih banyak kekurangan di dalam menyusun laporan ini. Penyusun
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna
perbaikan di masa mendatang. Semoga laporan praktik kerja magang ini
bermanfaat khususnya bagi penyusun dan umumnya bagi para pembaca.
Penyusun
ii
RINGKASAN
Laporan praktik kerja magang ini berjudul Uji Enumerasi dan Uji
Mikroorganisme Spesifik pada Zat Aktif Paracetamol dalam Bentuk Sirup.
Praktik kerja magang ini dilaksanakan di bawah bimbingan Ibu apt. Desi
Silmi Amalia, S.Farm sebagai Pembimbing II serta Ir. E. Mulyati Effendi,
M.Si. sebagai Pembimbing I. Praktik Kerja Magang dilaksanakan di PT.
Pyridam Farma (PYFA) bagian Mikrobiologi. PYFA merupakan
merupakan perusahaan multinasional yang memproduksi produk farmasi.
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... i
RINGKASAN ............................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ............................................................................... iii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... vi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................... 1
1.2. Tujuan Praktik Kerja Magang ................................................ 2
1.3. Manfaat Praktik Kerja Magang .............................................. 2
1.4. Waktu dan Tempat Praktik Kerja Magang ............................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................. 3
2.1. Enumerasi .............................................................................. 3
2.2. Mikroorganisme ..................................................................... 4
2.3 Paracetamol ............................................................................. 8
BAB III METODE PRAKTIK KERJA MAGANG .............................. 9
3.1. Alat dan bahan ..................................................................... 9
3.2. Metode kerja ........................................................................10
BAB IV HASIL PRAKTIK KERJA MAGANG ................................... 17
4.1. Hasil Praktik Kerja Magang ................................................. 17
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN .................................................... 19
5.1. Kesimpulan ............................................................................ 19
5.2. Saran ...................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 20
LAMPIRAN ............................................................................................... 21
iv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Water Bath ................................................................................. 21
Gambar 2. Oven ........................................................................................... 21
Gambar 3. Inkubator ................................................................................... 22
Gambar 4. Neraca Analitik .......................................................................... 22
Gambar 5. Laminar air flow 2 ..................................................................... 23
Gambar 6. Laminar air flow 1 ..................................................................... 23
Gambar 7. Autoclave ................................................................................... 24
Gambar 8. Lemari es ................................................................................... 24
v
DAFTAR TABEL
Table 4.1 Hasil uji enumerasi dan uji mikroorganismes spesifik …………… 17
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Absensi Praktik Magang ……………………………………… 25
vii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Enumerasi
Teknik menghitung jumlah sel bakteri dikenal juga dengan nama Enumerasi.
Menurut (Brooks et al.,2013) teknik enumerasi digunakan untuk menghitung
jumlah mikroba dalam suatu media tanpa mengidentifikasi jenis mikroba (bakteri,
jamur, yeast). Teknik ini bertujuan untuk menentukan jumlah sel dari suatu kultur
bakteri secara kuantitatif. Enumerasi secara kuantitatif bakteri dapat dilakukan
dengan perhitungan jumlah bakteri secara langsung atau tidak langsung dari suatu
sampel. Analisis langsung dapat dilakukan dengan kamar hitung (Counting
chamber). Kelemahan teknik ini adalah tidak dapat membedakan sel bakteir yang
hidup dan mati (Lily et al., 2010).
Menurut (Madigan et al., 2009), perhitungan jumlah bakteri dengan cara
tidak langsung dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu perhitungan pada
cawan petri (Total Plate Count), perhitungan melalui pengenceran, perhitungan
jumlah terkecil atau terdekat (metode MPN), dan kalorimeter (turbidimetri).
Keuntungan menggunakan metode enumerasi mikroorganisme secara tidak
langsung adalah perhitungan hanya dilakukan pada mikroba yang masih hidup
sehingga hasilnya lebih akurat. Kekurangan dalam metode perhitungan tidak
langsung adalah membutuhkan waktu inkubasi yang lama sehingga hasilnya tidak
didapat dengan waktu yang cepat. Perhitungan mikroba secara tidak langsung
memiliki sensitifitas yang tinggi sehingga metode tersebut cocok digunakan untuk
deteksi sensitif dari kontaminasi mikroba pada makanan dan materi yang lain
(Madigan et al., 2009).
2.2 Mikroorganisme
3
2.2.1 Pengertian
Mikroorganisme merupakan semua makhluk yang berukuran beberapa
mikron atau lebih kecil lagi. Yang termasuk golongan ini adalah bakteri,
cendawan atau jamur tingkat rendah, ragi yang menurut sistematik masuk
golongan jamur, ganggang, hewan bersel satu atau protozoa, dan virus yang hanya
nampak dengan mikroskop elektron (Dwidjoseputro, 1990).
Klasifikasi adalah suatu istilah yang berkaitan dan sering kali digunakan atau
dipertukarkan dengan taksonomi. Taksonomi adalah ilmu mengenai klasifikasi
atau penataan sistematis organisme kedalam kelompok atau kategori yang disebut
taksa (tunggal, takson) tetapi penyusunan taksonomi mikroorganisme
mensyaratkan diidentifikasi sebagai mana mestinya dan diberi nama. Kegiatan
secara keseluruhan, yakni tentang pengklasifikasian penamaan dan
pengidentifikasian mikroorganisme, disebut sebagai sistematika mikroba.
Menyusun sistematik dalam dunia mikroorganisme bukanlah pekerjaan yang
mudah kesulitan pertama yang kita hadapi ialah menentukan apakah mikroba itu
golongan hewan atau golongan tumbuhan. Setelah leeuwenhoek menyelami dunia
mikroorganisme, sarjana Zoologi seperti Muller (1773) dan erlenberg (1838)
menggolongkan bakteri pada protozoa. Baru pada tahun (1873), Cohn sarjana
botani bangsa Jerman, mengetahui adanya ciri-ciri yang menyebabkan ia lebih
condong menggolongkan bakteri (salah satu mikroorganisme) pada tumbuhan.
Klasifikasi bakteri secara agak lengkap pada tahun 1875, dan sejak itu diadakan
penyempurnaan secara berangsur-angsur sampai sekarang.
Banyak kesulitan dalam mengklasifikasikan mikroorganisme. Misalnya
dalam klasifikasi bakteri. Kriteria dalam kalasifikasi berbeda dengan
mengklasifikasikan tumbuhan tingkat tinggi dan hewan tingkat tinggi yang
didasarkan terutama pada sifat-sifat marfologisnya. Tetapi hal ini sulit
dilaksanakan pada bakteri, sehingga klasifikasi bakteri di dasarkan sebagian pada
sifat-sifat morfologi, dan sifat-sifat fisiologinya termasuk imunologi.
4
golongan bakteri yang sama bentuknya, tetapi yang satu dapat mencernakan asam
amino tertentu, sedangkan yang lainnya tidak. Ada pula suatu golongan yang
dapat menyebabkan suatu penyakit, sedang golongan yang lain tidak. Maka
jelaslah bahwa kesukaran kita untuk menetapkan spesies berdasarkan sifat-sifat
morfologi saja.
5. Ragi
5
Sama dengan jamur, ragi juga tidak menyebabkan penyakit, tetapi
menyebabkan kerusakan pada makanan. Ragi biasanya bereaksi jika ada
karbondioksida. Ragi biasanya digunakan dalam pembuatan minuman
alcohol dan pembuatan roti.
2.2.3 Ciri-ciri
Ciri-ciri utama dari suatu mikroorganisme dikelompokan sebagai
berikut :
1. Morfologi
Mikroba pada umumnya sangat kecil : ukurannya dinyatakan dalam
micrometer. Oleh karena ukurannya yang kecil diperlukan mikroskop
untuk melihat mikroba. Mikroskop yang digunakan tergantung pada
kecermatan yang diinginkan oleh peneliti.
2. Sifat Kimiawi
Sel terdiri dari berbagai bahan kimia. Bila sel mikroba diberi perlauan
kimiawi, maka sel ini memperlihatkan susunan kimiawi yang Gram
negatif memiliki lipopolisakarida dalam dinding selnya. Sedangkan bakteri
Gram spesifik. Sebagai contoh, bakteri positif tidak. Sebaliknya pada
banyak bakteri Gram positif terdapat asam teikoat. Bahan kimia ini tidak
ditemukan pada gram negatif. Dinding sel fungsi dan algae berbeda dari
bakteri. Pada kelompok virus, pembagian dilakukan berdasaran asam inti
yang dikandung, apakah merupakan DNA atau RNA
3. Sifat Biakan
Zat hara yang diperlukan oleh setiap mikroorganisme berbeda ada
mikroorganisme yang hanya dapat hidup dan tumbuh bila diberikan zat
hara yang kompleks (serum, darah). Sebaliknya ada pula yang hanya
memerlukan bahan inorganik saja atau bahan organik (asam amino,
karbohidrat, purin, pirimidin, vitamin, koenzim) selain itu beberapa
mikroorganisme hanya dapat tumbuh pada sel hidup, berupa inang, telur,
bertunas, biakan jaringan.
4. Sifat Metabilisme
6
Proses kehidupan dalam sel merupakan suatu rentetan reaksi kimiawi yang
disebut metabolisme. Berbagai macam reaksi yang terjadi dalam
metabolisme dapat digunakan untuk mencirikan mikroorganisme
5. Sifat Antigenik
Bila mikroorganisme masuk kedalam tubuh, akan terbentu antibodi yang
mengikat antigen. Antigen merupakan bahan kimia tertentu dari sel
mikroba. Antibodi ini bersifat sangat spesifik terhadap antigen yang
menginduksinya. Oleh karena mikroorganisme memiliki antigen yang
berbeda, maka antibodi dapat digunakan untuk mencirikan (rapid indentif
ication) terhadap mikroorganisme. Reaksi ini sangat sepesifik sehingga
dapat disebut sebagai lock and key system.
6. Sifat Genetik
DNA kromosomal mikroorganisme memiliki bagian yang konstan dan
spesifik bagi mikroorganisme tersebut sehingga dapat digunakan untuk
pencirian mikroorganisme.
7. Patogenitas
Mikroba dapat menimbulkan penyakit, kemampuannya untuk
menimbulkan penyakit merupakan ciri khas mikroorganisme tersebut
selain itu terdapat pula bakteri yang memakan bakteri lainnya
(Bdellovibrio) dan virus (bakteriofag)yang menginfesi menghancurkan
bakteri.
8. Sifat Ekologi
Habitat merupakan sifat yang mencirikan mikroorganisme.
Mikroorganisme yang hidup di lautan berbeda dengan air tawar.
Mikroorganisme yang terdapat dalam rongga mulut berbeda dengan
saluran pencernaan.
2.3 Paracetamol
7
Parasetamol termasuk obat bebas yang banyak digunakan masyarakat sebagai
analgetik dan antipiretik, karena relatif mudah didapatkan di apotek (Prescott,
1996).
Parasetamol merupakan obat antiinflamasi non steroid yang memiliki efek
antipiretik dan analgetik. Efek analgetik parasetamol karena perannya dalam
menghambat enzim siklooksigenase baik disentral maupun perifer. ( Hidayat et
al., 2017)
BAB III
8
METODE PRAKTIK KERJA MAGANG
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat
autoclave
Bunsen
Beaker plastik 1.000 mL
Counter
Glassware, antara lain :
o Batang pengaduk kaca
o Cawan Petri
o Erlenmeyer 100 ml, dan 250 ml
o Tabung reaksi 15 mL
o Pipet ukur 5 mL dan 10 mL
Inkubator
Jarum ose
Laminar Air Flow (LAF) cabinet/ Biosafety Cabinet (BSC)
Timbangan analitik
Vortex mixer
Mikropipet dan tips 5000 uL
3.1.2 Bahan
Sample paracetamol dalam bentuk sirup
Aluminium foil
Larutan alkohol teknis 70% dan 96%
Mikroorganisme, antara lain :
o Escherichia coli ATCC 8738
o Salmonella sp. ATCC 14028
Media, antara lain:
o Tryptone Soy Agar (TSA)
o Tryptone Soy Broth (TSB)
9
o Sabouroud Dextrose Agar (SDA)
o MacC onkey Agar (MCA)
o MacC onkey Broth (MCB)
o Rappaport Vassiliadis Salmonella Enricment Broth (RVSEB)
o Xylose Lysine Deoxycholate Agar (XLDA)
o Buffer posfat
o Purified water
3.2 Metode kerja
3.2.1 Preparasi Media
a. Media Trypic Soy Agar (TSA)
Timbang saksama 10 g media TSA
Larutkan dalam 250 ml purified water dengan wadah erlenmeyer
250 ml Aduk hingga homogen dan tutup dengan alumunium foil
Sterilisasi dalam autoclave pada suhu 121°C selama 20 menit.
b. Media Sabouraud Dextrose Agar (SDA)
Timbang saksama 15,5 g media SDA
Larutkan dalam 250 ml purified water dengan wadah erlenmeyer
250 ml
Aduk hingga homogen dan tutup dengan alumunium foil
Sterilisasi dalam autoclave pada suhu 121°C selama 20 menit.
c. Media Trypic Soy Broth (TSB)
Timbang saksama 30 g media TSB
Larutkan dalam 1.000 ml purified water dengan wadah beaker
plastic
Aduk hingga homogen dan pindahkan masing-masing 90 ml ke
erlenmeyer steril 100 ml sebanyak 10 pcs dan sisanya pindahkan
9 ml ke tabung reaksi sebanyak 11 pcs, kemudian tutup dengan
alumunium foil.
Sterilisasi dalam autoclave pada suhu 121°C selama 20 menit.
d. Media MacConkey Agar (MCA)
10
Timbang saksama 5,4 g
Larutkan dalam 50 ml purified water dengan wadah erlenmeyer
125 ml
Aduk hingga homogen dan tutup dengan alumunium foil
Sterilisasi dalam autoclave pada suhu 121°C selama 20 menit
e. Media McConcey Broth (MCB)
timbang saksama 40 g
larutkan dalam 1000 ml puride water dengan wadah beaker
plastik
aduk hingga homogen dan pindahkan masing – masing 90 ml ke
elenmeyer 100 ml sebanyak 10 pcs, kemudian tutup dengan
alumunium foil
sterilisasi dalam autoclave pada suhu 121°C selama 20 menit
f. Penyiapan larutan buffer fosfat pH 7,2
siapkan stok larutan buffer
timbang 6,8 KH2PO4 , Masukan ke dalam Beaker plastic 200 mL
larutan dengan 100 ml purified Water adjust pH hingga 7,2
kurang lebih 0,2 dengan NaOH , tambahkan purified water hingga
250 ml aduk hingga homogeny
pindahkan larutan ke dalam botol Schoot Doran 200 ml sterilisasi
dengan autoclave pada suh 121o selama 20 menit.
Jika sudah dan mencapai suh kamar , simpan stok larutanbuffer
ke dalam kulkas
Siapakan campuran purified water : buffer fosfat ( 800 :1 ) v/v
kemudian sterilisasi denga autoclave pada suhu 121 o C selama 20
menit
11
Siapkan pipet ukur 10 mi sebanyak 10 pcs dan beri sumbatan
kapas pada bagian atas pipet
Beri alas berupa kapas pada bagian bawah pipet
Bungkus 10 pcs pipet dengan alumunium foil
Sterilisasi dalam autoclave pada suhu 121°C selama 20 menit.
b. Cawan Petri Steril
Bungkus sebanyak 60 pcs cawan Petri dengan kertas perkamen
Masing-masing kertas perkamen terdiri dari 10 pcs cawan Petri
Sterilisasi dalam oven pada suhu 160 °C selama 2 jam.
3.2.3 Prosedur
Penyimpan sampel A: Sampel / in 10 Dilution (dalam LAF)
Timbang : 10 g atau pipet 10 mL sampel ke 90 mL buffer
fosfat pH 7,2 ntau ke 90 mL TSB.
homogenkan dengan variex mixer
Uji Emuncrasi Torul Microbial Aerobic Conni (TAMC)
o Kontrol Negatif
a. Pipet 1 mL pelarut (TSB atau TSB + 1 VL Polysorbate 80
atau buffer fosfat pH 7,2 atau buffer fosfat pH7.2 + 1 g/l
Polysorbate 80) ke cawan Petri, tambahkan 15-20 mL TSA.
b. Homogenkan dan diamkan hingga media memadat.
c. Inkubasikan pada suhu 30-35 °C sclama 3-5 hari.
o Blanko
a. Tuang 15-20 mL TSA pada cawan Petri
b. Diamkan hingga media memadat.
c. inkubasikan pada suhu 30-35 °C selama 3-5 hari.
o uji TAMC
a. Pipet 1 ml sample A ke cawan petri, lakukan secara duplo
b. Tambahkan 15-20 mL TSA pada masing-inasing cawan
Petri.
c. Homogenkan dan diamkan hingga media memadat.
12
d. Inkubasikan pada suhu 30-35 °C sclama 3-5 hari
e. hitung jumlah cfu/g atau cfu/mL bakteri dengan rumus :
Catatan :
#of Colonies : jumlah koloni yang tumbuh pada media setelah inkubasi.
Dilution factor : faktor pengenceran
Aliquot : Jumlah sampel yang dipipet ke dalam cawan Petri.
Uji Enumerasi Total Yeast and Mould Count (TYMC)
o Kontrol Negatif
a. Pipet 1 mL pelarut (TSB atau TSB + 1 g/L Polysorbate 80
atau buller fosfat pH 7,2 atau buller fosfat pH 7.2 + 1 g/L
Polysorbate 80) ke cawan Petri, tambahkan 15-20 ml, media
SDA
b. Homogenkan dan diamkan hingga media memadat.
c. inkubasikan pada suhu 20-25 °C selama 5-7 hari.
o Blanko
a. tuang 15 – 20 mL SDA pada cawan Petri.
b. Diamkan hingga media memadat.
c. inkubasikan pada sulu 30-35 °C selama 3-5 hari.
o Uji TYMC
a. Pipet 1 ml sampel A ke dalam cawan Petri, lakukan duplo.
b. Tambahkan 15-20 ml media SDA pada masing-masing
cawan Petri. Homogenkan dan diamkan hingga media
memadat.
c. Inkubasikan pada suhu 20-25 °C selama 5-7 hari.
hitung jumlah cfu/g atau cfu/mL kapang/khamir dengan
rumus seperti pada pengujian TAMC
13
d. Hitung jumlah cfu/g atau cfu/ml, kapang/khamir dengan
rumus seperti uji TAMC.
Penyiapan Sampel B: Sampel Screening Mikroorganisme Spesifk
o Kontrol Negatif
a. Pipet 1 mL pelarut (TSB atau TSB +1 g/L Polysorbate 80 atau
buffer fosfat pH 7,2 atau buffer fosfat pH 7.2 + 1 g/L Polysorbate
80) pada 9 mL TSB.
b. Homogenban dengan womex univer
c. Inkubasikan pada suhu 30-35 °C selama 18-24 jam.
o Blanko
a.Inkubasikan 9 ml TSB pada suhu 30-35 °C selama 18-24 jam.
Screening Mikroorganisme Spesifik
a Pipet 1 ml sampel A ke 9 mL TSB.
b, Homogen kan dengan vortex mixer
c. Inkubasikan pada suhu 30-35 °C selama 18-24 jam.
d. Jika sampel B keruh, lanjutkan dengan uji mikroorganisine
spesifik.
Uji Mikroorganisme Spesiſik : Escherichia coli
o Kontrol Positif
a. inokulasikan beberapa ose E. coli ke 10 mL TSB, inkubasikan
pada suhu 30-35 °C selama
18-21 jam.
b. lnokulasikan 1 mL dari TSB ke 100 mL MCB, inkubasikan pada
suhu 42-44 °C selama 24-48 jam.
c. Subkulturkan dari MCB ke media plate MCA, inkubasikan pada
suhu 30-35 °C selama 18-72 jam.
d. Hasil kontrol positif yaitu adanya koloni bakteri berwarna
merah.
o Kontrol Negatif
14
a. Inkubasikan 10 mL TSB pada suhu 30-35 °C selama 18-24
jam.
b. Inokulasikan 1 ml dari TSB kc 100 mL MCB, inkubasikan
pada suhu 42-44 °C selama 24-48 jam.
c. Subkulturkan dari MCB ke media plate MCA, inkubasikan
pada suhu 30-35 °C selama 18-72 jam
d. Kontrol negatif yaitu tidak ada koloni bakteri.
o Uji E.coli
a. Inokulasikan 1 mL sampel B ke 100 mL MCB, inkubasikan
pada suhu 42-44 °C selama 24-48 jam.
b. Subkulturkan dari MCB ke media plate MCA, inkubasikan
pada suhu 30-35 °C selama 18-72 jam
c. Bandingkan hasil uji dengan kontrol positif dan kontrol
negatif.
o Tes Konfirmasi untuk Identifikasi E.coli
a. Lakukan tes konfirmasi untuk setiap sampel yang harus diuji
mikroorganisme spesilik
b. Pengerjaan untuk tes konfirmasi mengikuti prosedur uji
biokimia menggunakan Rapid pada Protap Penanganan
Reference Culture, Original Culture dan Working Culture
No.CLOC-MCOG
Uji Mikroorganisme Spesifik : Salmonella sp.
o Kontrol Positif
a. Inokulasikan beberapa ose Salmonella sp. ke 10 mL TSB,
inkubasikan pada suhu 30-35 °C selama 18-24 jam.
b. Pipet 0,1 mL TSB ke 10 mL RVSEB, inkubasikan pada sulu
30-35 °C selama 18-24 jam.
c. Subkulturkan ke media plate XLDA. inkubasikan pada suhu
30-35 °C selama 18-48 jam.
d. Hasil kontrol positif yaitu koloni bakteri berwarna merah
dengan atau tanpa titik hitam.
15
o Kontrol negatif
a. Inkubasikan 10 mL RVSEB pada suhu 30-35 °C selama 18-
24 jam.
b. Subkulturkan ke media plane XLDA. inkubasikan pada suhu
30-35 °C selama 18-48 jam.
c. hasil kontrol negatif yaitu tidak ada koloni bakteri.
o Uji Salmonella
a. Pindahkan 0,1 mL sampel B ke 10 mL RVSEB, inkubasikan
pada suhu 30-35 °C selama 18-24 jam.
b. Subkulturkan ke media plate XLDA, inkubasikan pada suhu
30-35 °C selama 18-48 jam.
c. Bandingkan hasil uji dengan kontrol positif dan kontrol
negatif.
o Tes Kontirmasi untuk Identifikasi Salmonella sp.
a. Lakukan tes konfirmasi untuk setiap sampel yang harus diuji
mikroorganisme spesifik
b. Pengerjaan untuk les konfirmasi mengikuti prosedur uji
biokimia menggunakan Rapid pada Prolap Penanganan
Reference Culture, Original Culture dan Working Culture
No. CL1-OC-MC06.
16
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Hasil uji enumerasi dan uji mikroorganisme spesifik pada sample
paracetamol sirup di PT.Pyridam Farma Tbk.
Tabel 4.1. Hasil Uji Enumerasi dan Uji Mikroorganisme
Salmonella = negatif
4.2 Pembahasan
Enumerasi adalah teknik perhitungan jumlah mikroba dalam suatu media
tanpa mengidentifikasikan jenis mikroba (bakteri, jamur, yeast), yang bertujuan
untuk menentukan jumlah sel dari suatu kultur bakteri secara kuantitatif
(Rosalia,2010). Kontaminasi bakteri pada obat dapat terjadi pada proses
pengolahan bahan awal, produksi dan penyimpanan. Pengujian secara
mikrobiologi perlu sekali dilakukan untuk menjamin obat bebas dari cemaran
mikroba. Analisis cemaran mikroba kali ini mengunakan 3 parameter. Parameter
17
pertama yaitu uji Total Aerobic Microbial Count (TAMC) dengan metode pour
plate menggunakan media TSA (Trypticase Soy Agar) , parameter kedua yaitu
Total Yeasts and Molds Count (TYMC) dengan metode poure plate menggunakan
media SDA (Sabouraud Dextrose Agar) dan parameter ketiga yaitu uji
mikroorganisme spesifik E.coli dan salmonella. Hasil dari analisa yang telah
dilakukan dalam pengujian enumerasi diperoleh TAMC < 10 cfu/mL, TYMC < 10
cfu/mL yang keduanya dianalisa secara aseptis di dalam ruangan LAF dan alat-
alat yang aseptis sehingga hasil yg diperoleh memenuhi spesifikasi produk yang
telah ditentukan.
Mikroorganisme merupakan suatu kelompok organisme yang tidak dapat
dilihat dengan menggunakan mata telanjang, sehingga diperlukan alat bantu untuk
dapat melihatnya seperti mikroskop, lup dan lain-lain. Cakupan dunia
mikroorganisme sangat luas, terdiri dari berbagai kelompok dan jenis, sehingga
diperlukan suatu cara pengelompokan atau pengklasifikasian, dalam uji
mikroorganisme spesifik ini diperoleh hasil E.coli negatif dan Salmonella negatif
yang keduanya dianalisa secara aseptis di dalam ruangan LAF dan alat- alat yang
aseptis sehingga hasil yg diperoleh memenuhi spesifikasi produk yang telah
ditentukan.
Untuk menumbuhkan mikroba hasil pengenceran, teknik pour plate
digunakan dalam Uji Enumerasi Total Microbial Aerobic Count (TAMC) dan
Total Yeast and Mould Count (TYMC). Teknik pour plate adalah Teknik
penanaman mikroorganisme dengan mencampurkan inokulum sampel dengan
medium padat yang masih berbentuk cair sehinnga kumpulan sel akan tersebar
merata ke seluruh media (tidak hanya di permukaan). Pencampuran inokulum ke
seluruh media otomatis dapat meningkatkan jumlah sampel yang dimasukkan
dalam luasan cawan petri yang sama dibandingkan spread plate. Teknik pour
plate dilakukan dengan memasukkan sejumlah inokulum dalam volume tertentu
ke dalam cawan petri kosong.
18
Di laboratoriun mikrobiologi PT Pyridam Farma Tbk., Selain Uji Enumerasi
terdapat juga Uji Mikroorganisme Spesifik yang terdiri dari pengujian
mikroorganisme spesifik E.coli dan Salmonella Pengujian Mikroorganisme
Spesifik E.coli dilakukan untuk mendeteksi bakteri
E.coli yang dapat menyebabkan diare, mual dan muntah. Pengujian E.coli tersebut
dilakukan dengan memipet 1 ml sampel dalam media TSB ke media MCB.
Setelah diinkubasi, 1 ose sampel dalam media MCB tersebut disubkulturkan ke
media plate MCA. Jika hasilnya positif, akan tumbuh koloni bakteri berwarna
merah. Jika hasilnya negatif tidak ada koloni bakteri yang tumbuh.
19
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari pelaksaan prajtik kerja magang yang dilakukan selama 2 minggu di
PT. Pyridan Farma. Banyak pengalaman yang saya dapatkan seperti halnya
melakukan pengujian enumerasi dan uji mikroorganisme spesifik dari proses
pengambilan sample obat, pembuatan larutan , pembuatan media, penimbangan
media, pemipetan sample larutan ke dalam media, sampai dengan pengamatan
hasil inkubasi sample obat.
Berdasarkan hasil uji enumerasi dan uji mikroorganisme spesifik pada
sample zat aktif paracetamol dalam bentuk sirup di PT.Pyridam Farma Tbk, dapat
diketahui bahwa obat yang mengandung zat aktif berupa paracetamol sirup layak
untuk dikonsumsi dan dipasarkan karena kandungan TAMC = 10 cfu/mL dengan
spesifikasi TAMC < 100 cfu/mL, TYMC < 10 cfu/mL dengan spesifikasi TYMC
< 10 cfu/mL dan E.coli negatif serta salmonella negatif.
5.2 Saran
5.2.1 Untuk Industri
1. Diharapkan agar kerjasama antara kampus dengan perusahaan
lebih ditingkatkan dengan banyak memberi peluang kepada
mahasiswa untuk Praktik Kerja Magang.
2. Meningatkan kapasitas pengujian, supaya dapat melakukan
jenis
Pengujian yang lebih baik.
20
DAFTAR PUSTAKA
Brooks, G. F., Jawetz, E., Melnick, J. L., & Adelberg, E. A. 2013. Jawetz,
Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology. Climate Change 2013 – The
Physical Science Basis (Vol. 53).
Hidayat, A. P., Harahap, M. S., Villyastuti, Y. W. 2017. Perbedaan antara
Paracetamol dan Ketorolak Terhadap Kadar Substansi P Serum Tikus
Wistar Sebagai Analgesik. Fakultas Kedokteran UNDIP.
Knight, J. B., dan Kotschevar, L. H. 2000. Quality food production , planning
And management. New York : Wiley.
Lily, M., S., S., T.Y., T. N., M.D., N. A., L.L., L., K.C., K., … A.H., M. 2010.
Improving notification of critical laboratory results. Medical Journal of
Malaysia, 65, 74. Retrieved from
Madigan, M. T., Martinko, J. M., Stahl, D. A., & Clark, D. P. 2009. Brock
Biology of Microorganisms 13th Edition. Benjamin Cummings (Vol. 53).
21
LAMPIRAN
Gambar 1. Water Bath
Gambar 2. Oven
22
Gambar 3. Inkubator
23
Gambar 5. Laminar air flow 2
24
Gambar 7. Autoclave
Gambar 8. Lemari es
25