Anda di halaman 1dari 40

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANG (PKL)-MAGANG

JULIO KRESPO
193030404115

JURUSAN/PROGRAM STUDI
KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS PALANGKA
RAYA 2022
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PELAKSANAAN PRAKTIK


KERJA LAPANG (PKL)-MAGANG

DI PT. PEMANTANG ABADITMA

JULIO KRESPO
193030404115

JURUSAN/PROGRAM STUDI KEHUTANAN


FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS PALANGKA RAYA

Pembimbing,

Dr.Ir. R.M. Sukarna, M.Si


NIP 19620727 1996031 001

Mengetahui: Menyetujui:
Dekan Fakultas Pertanian UPR, Ketua Jurusan/Program Studi Kehutanan,

Dr. Ir. Sosilawaty, M.P. Dr. Ir. Johanna Maria Rotinsulu, M.P.
NIP 19660326 199303 2 008 NIP 19620808 198903 2 006

i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-
Nya sehingga penulis diberi kesempatan yang luar biasa untuk melaksanakan
magang di PT Pemantang Abaditama dengan lancar.

Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak dan Ibu selaku
dosen yang telah membantu membina dan membimbing agar terselesaikannya
kegiatan magang dari awal sampai dengan selesai penyusunan dan penulisan
laporan magang ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan informasi baru yang bermanfaat serta
tambahan ilmu bagi seluruh pembaca dan penulis, akhir kata penulis mengucapkan
sekian dan terima kasih.

Palangka Raya, Desember 2022

Penulis

iii
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN............................................................................................................5
1.1 Latar Belakang........................................................................................................5
1.1.1 Perekat.......................................................................................................................5
1.1.2 Perekatan...................................................................................................................6
1.2 Tujuan.....................................................................................................................6
II. METODE PRAKTIKUM.................................................................................................7
2.1 Tempat dan Waktu.............................................................................................7
2.2 Alat dan Bahan........................................................................................................7
2.3 Pelaksanaan Praktikum...........................................................................................7
III. HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................................8
3.1 Hasil........................................................................................................................8
3.3 Pembahasan.............................................................................................................8
IV. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................................9
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................9
4.2 Saran.......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................10
LAMPIRAN.....................................................................................................................11

iv
DAFTAR TABEL

v
DAFTAR GAMBAR

vi
I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PKL-MAGANG


Dalam rangka menunjang aspek keahlian profesional Fakultas
Pertanian Jurusan/Program Studi Kehutanan Universitas Palangkaraya
telah menyediakan sarana dan prasarana penunjang pendidikan dengan
lengkap. Namun sarana dan prasarana tersebut hanya menunjang aspek
keahlian professional secara teori saja. Dalam dunia kerja, nantinya akan
dibutuhkan keterpaduan antara pengetahuan akan teori yang telah
didapatkan dari bangku perkuliahan dan pelatihan praktik di lapangan
guna untuk memberikan gambaran tentang dunia kerja yang sebenarnya.

Jurusan/Program Studi Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas


Palangka Raya, selama ini selalu membekali para mahasiswanya (S1)
sebelum dinyatakan lulus, dengan kegiatan pengenalan dunia kerja yang
diimplementasikan dalam bentuk program Praktik Kerja Lapang (PKL)-
Magang. Hal ini dimaksudkan sebagai bagian dari upaya membentuk
karakter calon rimbawan yang tangguh dan terampil, serta memberikan
gambaran yang komprehensif mengenai kondisi dunia kerja sekaligus
dapat mengaplikasikan teori yang telah didapatkan saat menempuh
kuliah.

Ilmu kehutanan merupakan ilmu yang penting dipelajari karena


menyangkut semua kehidupan komponen ekosistem dunia. Oleh karena
itu sebagai salah satu lembaga pendidikan kehutanan, Jurusan
Kehutanan, Universitas Palangkaraya mewajibkan mahasiswanya untuk
melaksanakan program praktik kerja lapang - magang. Praktik Kerja
Lapang - Magang merupakan bentuk perkuliahan melalui kegiatan
bekerja secara langsung di dunia kerja. Magang ini merupakan suatu
kegiatan praktik bagi mahasiswa dengan tujuan untuk mendapatkan
pengalaman bekerja dari kegiatan tersebut, yang nantinya dapat
digunakan untuk pengembangan profesi, dan siap menghadapi dunia
kerja.

Kegiatan PKL-Magang mahasiswa Jurusan/PS Kehutanan Tahun


Akademik 2022/2023 dilaksanakan dengan menerapkan kombinasi

7
sistem luring dan daring dengan pola tematik berdasarkan minat masing-
masing peserta magang, serta simulasi praktik yang akan dilakukan dan
dilaporkan peserta magang setiap minggunya dalam bentuk laporan
sementara terstruktur (Jadwal kegiatan terlampir). Selanjutnya pada
bagian akhir kegiatan PKL-Magang, dilakukan kompilasi data menjadi
Laporan Akhir oleh para perserta magang per minat yang merupakan
gabungan dari seluruh laporan sementara yang telah dibuat sebelumnya.

1.2 Maksud dan Tujuan PKL-Magang

Berdasarkan latar belakang pelaksanaan Praktik Kerja Lapang -


Magang diatas, maka pelaksanaan kegiatan PKL - Magang dimaksudkan
untuk:
1. Melakukan praktik kerja yang sesuai dengan latar belakang
pendidikannya
2. Mempelajari penerapan bidang administrasi dalam praktik kerja
sesungguhnya
3. Mengaplikasikan ilmu yang telah didapat di bangku kuliah
dengan dunia kerja nyata.
Sedangkan tujuan dilakukannya kegiatan Praktik Kerja Lapang -
Magang yaitu:
1. Untuk melakukan pengamatan secara langsung kegiatan
lapangan yang berkaitan dengan teori yang telah dipelajari di
perkuliahan
2. Membiasakan mahasiswa terhadap kultur dunia kerja yang
berbeda dengan kultur pembelajaran di kelas, dari segi
manajemen waktu, kemampuan komunikasi, kerjasama tim, dan
tekanan yang lebih tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan
dengan tepat waktu
3. Meningkatkan wawasan serta memantapkan keterampilan
bekerja praktikan dalam bidang administrasi.

1.3 Manfaat PKL-Magang

8
Adapun manfaat dari kegiatan Praktik Kerja Lapang – Magang ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagi Mahasiswa:
a. Melatih keterampilan sesuai dengan pengetahuan yang
diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Jurusan/PS
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya.
b. Belajar mengenal dinamika dan kondisi yang sebenarnya di
dunia kerja melalui kuliah pembekalan.
c. Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah melalui
simulasi praktikum dan tugas terstruktur.
2. Bagi Instansi Magang dan Dan Instansi Pendidikan
Terciptanya hubungan yang baik dan adanya pertukaran informasi
antara PT. Pemantang Abaditama dengan Fakultas Pertanian
Jurusan Kehutanan Univerasitas Palangkaraya.

9
II TINJAUAN UMUM LOKASI PKL-MAGANG

2.1 Sejarah PBPH dan Struktur Organisasi


PT. Pemantang Abaditama memperoleh konsesi untuk mengusahakan
hutan Alam yang mempunyai perizinan berusaha pemanfaatan hutan dan
diterbitkan oleh menteri kehutanan dan perkebunan di Kecamatan Laung
Tuhup, Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah sesuai
dengan SK. IUPHHK Nomor : 942/ Kpts-VI/1999 tanggal 14 Oktober
1999. Dengan luas areal 49.370 Ha.

Dibawah ini merupakan struktur organisasi PT.Pemantang Abaditama:


Tabel 2.1.1 Struktur Organisasi PT. Pemantang Abaditama

Selain direktur utama yang merupakan structural tertinggi pada


perusahaan ini, terdapat beberapa bagian seperti dewan komisaris dan
wakil direktur. Structural selanjutnya, memiliki fungsi yang berbeda
beda sesuai dengan ketentuan perusahaan yang akan di lampirkan di
bawah ini.

1. Camp Manager

10
Bertanggung jawab kepada Direksi atas pelaksanaan seluruh kegiatan operasional di
lapangan; Bersama-sama dengan Kepala Perwakilan bertanggung jawab dalam kaitannya
dengan kewajiban administratif dan

pelaporan kepada pihak eksternal (instansi terkait) serta


penerapan sistem PHAPL/SFM; Mengkoordinir para Kepala
Bagian dalam perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan
evaluasi pengelolaan hutan di lapangan; Melakukan kordinasi
dengan QualitycontrolWakil lndustri dalam pelaksanaan
kegiatan yang menjadi kesepakatan antara perusahaan dengan
pihak industry. Bertanggung jawab kepada Direksi atas
pelaksanaan seluruh kegiatan operasional di lapangan; Bersama-
sama dengan Kepala Perwakilan bertanggung jawab dalam
kaitannya dengan kewajiban administratif dan pelaporan kepada
pihak eksternal (instansi terkait) serta penerapan sistem
PHAPL/SFM; Mengkoordinir para Kepala Bagian dalam
perencanaan, pelaksanaan, serta monitoring dan evaluasi
pengelolaan hutan di lapangan; Melakukan kordinasi dengan
QualitycontrolWakil lndustri dalam pelaksanaan kegiatan yang
menjadi kesepakatan antara perusahaan dengan pihak industry.
2. Kepala Bagian Personalia Admininstrasi Umum
Kepala Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan
sebagian tugas Asisten Administrasi Umum dalam perumusan
kebijakan teknis, pengoordinasian, pembinaan, pengawasan,
pengendalian, pengelolaan, fasilitasi, evaluasi dan pelaporan
kegiatan di bidang umum.
3. Kepala Bagian Perencanaan Hutan
Dengan dibantu merencanakan para dan Kasi dalam
lingkup bagian perencanaan, mempersiapkan, mengatur,
mengawasi serta bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan
bagian perencanaan hutan yang meliputi : Penataan Areal Kerja,
Penataan Batas, Perencanaan Trace Jalan Angkutan/alan Sarad;
Pelaksanaan lnventarisasi Hutan (antara lain untuk RKU, RKT
dan pemeriksaan Blok Tebangan), Pengukuran dan Perpetaan

11
fialan, peta pohon dan lokasi pembalakan), Pengaturan dan
Perencanaan kesinambungan produksi kayu, Penata Usahaan
Hasil Hutan (PUHH/TUK); Menyiapkan data perencanaan
hutan sebagai bahan penyusunan rencana kerja pemanfaatan
hasil hutan kayu (RKUPHK dan RKTUPHHK).dan rencana
kerja lainnya yang diperlukan). Bertanggung jawab atas
perencanaan dan implementasi pembalakan ramah lingkungan
(RlL). Bertanggung jawab atas implementasi PHAPL dalam
bagian tugasnya sesuai lingkup kegiatan pembalakan hutan dan
produksi pada umumriya, baik yang dilakukan oleh pihak mitra
kerja maupun oleh personil yang berada dalam lingkup
kewenangan organisasinya.
4. Kepala Bagian Produksi
Mengkoordinasikan para kepala seksi bagian produksi
dalam mengatur tugas-tugas para operator
pembuatan/pemeliharaan jalan, penebangan, penyaradan,
pengakutan, agar kegiatan produksi hasil hutan (kayu bulat)
dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien; Merencanakan
dan mempersiapkan, mengatur, mengawasi serta bertanggung
jawab atas pelaksanaan kegiatan bagian produksi yang
meliputi : Pembangunan dan pemeliharaan jalan angkutan kayu;
Penebangan, penyaradan dan pengangkutan kayu dari TPn ke
Logpond; Bertanggung jawab atas implementasi PHAPL dalam
bagian tugasnya sesuai lingkup kegiatan pembalakan hutan dan
produksi pada umumnya, baik yang dilakukan oleh pihak mitra
kerja maupun oleh personil yang berada dalam lingkup
kewenangan organisasinya; Memimpin dan mengkoordinasikan
para staf fungsional yang berada dalam lingkup kewenangannya
untuk melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap
operasional kegiatan pembuatan jalan angkutan dan jalan sarad,
penebangan dan pembagian batang, penyaradan dan
pengangkutan, agar seluruh aktivitas produksi kayu bulat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya,

12
standar kinerja yang ditetapkan oleh perusahaan serta
menerapkan PHAPL dalam lingkup kegiatan yang menjadi
tanggung jawabnya.
5. Kepala Bagian Binaan Hutan,Lingkungan & social
Membantu Camp Manager membuat Rencana
Operasional (RO) fisik dan biaya sesuai RKT berjalan untuk
kegiatan bina hutan, lingkungan & Sosial termasuk
perlindungan dan pengamanan hutan.Untuk RO Sosial seperti
mengenai pelibatan masyarakat setempat/tenaga kerja lokal
dalam kegiatan pengelolaan hutan, pemberian dana kompensasi
kepada masyarakat adat, dan kegiatan pengelolaan sosial
lainnya; Mengkoordinasikan para Kepala Seksi di lingkup
Bagian Bina Hutan, Lingkungan & Sosial dalam pengaturan
tugas para personil dan pelaksanaan kegiatan Bina Hutan,
Lingkungan & Sosial di lapangan, agar kegiatan tersebut dapat
berjalan dengan lancar, efektif dan efisien; Dengan dibantu
Kepala Seksi di Bina Hutan, Lingkungan & Sosial,
merencanakan dan mempersiapkan, mengatur, mengawasi serta
bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan Bina Hutan,
LinBkungan & Sosial yang meliputi : Persemaian, lnventarisasi
Tegakan TingBal, Penanaman (Pengayaan/Rehabilitasi, Kiri
Kanan Jalan dan Tanah Kosong/Kurang Permudaan),
Pemeliharaan Tanaman dan Penjarangan Tegakan Tinggal,
Kelola Lingkungan, Penelitian dan Pengembangan; kegiatan
Perlindungan dan Pengamanan Hutan serta kegiatan-kegaitan
social.
6. Kepala Bagian Peralatan
Mengkoordinasikan para kepala seksi bagian peralatan
dalam mengatur tugas-tugas mekanik agar kegiatan pada bagian
peralatan untuk mendukung kelancaran kegiatan produksi dapat
berjalan dengan lancar, efektif dan efisien; Merencanakan dan
mempersiapkan, mengatur, mengawasi serta bertanggung jawab
atas pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan penyiapan seluruh

13
perlatan berat dan ringan serta koordinasi dengan pada Bagian
Personalia, Adm & Umum dalam pengadaan dan distribusi
logistik (BBM dan suku cadang) untuk mendukung kelancaran
kegiatan produksi dan kegiatan pengelolaan hutan lainnya,
mendayagunakan secara optimal seluruh sumberdaya yang
berada dalam lingkup kewenangannya guna mencapai tujuan
dan tarBet yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien,
memonitor dan mengajukan kebutuhan suku cadang/Sparepart
dan alat-alat kerja (tools) yang ada dibagian Workshop kepada
Kabag Peralatan. Bahwa dalam rangka mewujudkan
pengelolaan hutan secara lestari pada Unit Manajemeni
IUPHHK-HA PT. Pemantang Abaditama, dibutuhkan adanya
komitmen yang kuat dan sungguh-sungguh dari seluruh jajaran
organisasi perusahaan. Bahwa komitmen sebagaimana tersebut
dalam amar pertama, rumusan visi dan misi yang tercantum
dalam Revisi RKUPHHK-HA Berbasis IHMB Periode Tahun
2011 2020 perlu diperkuat dengan penetapannya melalul
Keputusan Direksi dengan penambahan berupa tujuan
perusahaan sehingga semakin jelas dan mengikat bagi seluruh
unsur organisasi perusahaan. Bahwa berhubung dengan hal-hal
tersebut di atas maka dipandang perlu mengeluarkan keputusan
ini.Nomor : 029/Kpts-Dir/IV/2018 bahwa ditetapkan,tepat pada
tanggal 24 April 2018 Penetapan Visi dan Misi Perusahaan
untuk Mewujudkan Pengelolaan Hutan Secara Lestari Pada Unit
Manajemen IUPHHK-HA PT. Pemantang Abaditama Visi
Perusahaan :PT. Pemantang Abaditama mempunyai visi
memanfaatkan hutan untuk menghasilkan kayu bulat sebagai
bahan baku industry pengelolaan kayu dengan tetap menjaga
keseimbangan antara kelestarian fungsi produksi (ekonomi),
ekologi dan sosial dari hutan, sehingga dapat menjamin
kelangsungan udaha serta memberikan manfaat bagi
kesejahteraan masyarakat sedangkan misi misi Perusahaan :

14
1. Mewujudkan unit pengelolaan hutan produksi yang efektif dan
efisien dengan jaminan kepastian hukum atas status dan
keberadaan kawasan hutan produksi yang dikelola;
2. Meningkatkan kualitas potensi, produktivitas dan optimalisasi
pemanfaatan hasil hutan kayu dari kawasan hutan alam
produksi;
3. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan
profesionalisme di dalam pengelolaan hutan produksi;
4. Meningkatkan upaya konservasi sumberdaya alam secara
terencana untuk melestarikan keanekaragaman hayati;
5. Meningkatkan prakarsa, pemberdayaan dan partisipasi masyarakat
setempat
6. Meningkatkan lapangan kerja, kesempatan usaha, pendapatan
masyarakat, penerimaan devisa dan pendapatan Negara;
7. Berupaya mendapatkan pengakuan Sertifikasi Pengelolaan
Hutan Alam Produksi Lestari (PHAPL) secara nasional maupun
regional.

2.2 Kondisi Umum Lokasi PBPH


PT. Pemantang Abaditama yang terletak di di Kecamatan Laung
Tuhup, Kabupaten Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah, dengan
luas areal 49.370 Ha. PT ini melaksanakan kegiatan usaha pemanfaat
hutan diareal kerja PBPH sesuai dengan RKTPH dengan target
pemanfaatan hasil hutan kayu tumbuhan alami (Hutan Alami).

Transportasi dari kota Palangkaraya menuju ke areal dapat


ditempuh melalui jalan yang sebagian besar sudah di aspal dan sebagian
masih dalam tahap pengerasan sampai di Desa Laung , Kecamatan
Laung Tuhup , Kabupaten Murung Raya, sejauh kurang lebih 395 km
yang dapat ditempuh dalam waktu kurang lebih 10 jam. Perjalanan
dilanjutkan dengan menyebrangi sungai Laung dengan menggunakan
transportasi air yaitu klotok (Ferry) selama perjalanan kurang lebih 30
menit kemudian dilanjutkan menggunakan kendaraan roda empat

15
( mobil) jarak perjalanan kurang lebih 70 KM dengan jaraka tempuh 30-
45 menit.

Basecamp Tahujan merupakan camp utama PT Pemantang


Abaditama, camp ini adalah wilayah administrasi nya. Basecamp ini
dilengkapi dengan beberapa fasilitas olahraga seperti tenis meja, bola
volly dan bulutangkis. Selain itu terdapat tiga (3) jenis mess yaitu mess
tamu (mess utama), mess kabag (Kepala Bagian) dan PAM serta mess
karyawan. Terdapat juga dapur umum untuk kepala bagian, dapur umum
untuk para karyawan, kantin, dan kantor setiap kabag nya.

Gambar 2.2.1. Lokasi Bascamp Tahujan PT. Pemantang Abaditama

16
Gambar 2.2.2 Peta lokasi RKTPH Tahun 2022

Peta tersebut merupakan lokasi yang akan menjadi gambaran setiap


kegiatan yang terdapat pada kegiatan RKTPH pada tahun 2022 yang dimana
terdiri atas areal produksi, Kawasan Lindung, kawasan Hutan yang terdiri atas:
Hutan lindung, Hutan Produksi tetap dan Hutan produksi yang dapat dikonveksi.

PBPH PT Pemantang Abaditama memiliki beberapa fasilitas peralatan


dalam memproduksi hutan. Fasilitas – fasilitas tersebut merupakan fasilitas yang
di berikan tanggung jawab langsung kepada setiap pemakai. Segala hal terkait
pemeliharaan dan lain-lain merupakan tanggung jawab pemakai. Sarana atau
fasilitas yang terdapat di perusahaan ini terdapat dalam tabel di bawah ini.

Tabel 2.2.1 Fasilitas yang terdapat pada PBPH PT Pematang Abaditama.


No. Rencana Komulatif s/d Kondisi Ket.
Jenis Peralatan
(Unit) Th. 2018 (B/P/R)

I. Alat Produksi
1. Chainsaw - 7 B
2. Logging Truck - 6 B
3. Tractor - 6 B
4. Wheel/Truck Loader - 3 B
II. Alat PWH
1. Tractor (PWH) - 1 B
2. Motor Grader - 2 B
3. Excavator - 1 B
4. Dump Truck - 2 B
5. Skidding Tractor - - -
6. Bachoe Loader - - -

2.3 Kegiatan Umum PBPH


Kegiatan umum yang dilakukan di PT Pemantang Abaditama yaitu
kegiatan Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI) merupakan salah satu
sistem silvikultur untuk mengatur pemanfaatan hutan alam produksi di
Indonesia. Sistem ini didasarkan pada limit diameter, jumlah tegakan

17
tinggal untuk rotasi berikutnya dan keberhasilan permudaan alam
maupaun penanaman pengkayaan. Tebang Pilih Tanam Indonesia adalah
salah satu sistem silvikultur yang diterapkan pada hutan-hutan alam yang
tak seumur di Indonesia. Sebagai salah satu sub sistem dari sistem
pengelolaan hutan, sistem silvikultur merupakan sarana utama untuk
mewujudkan hutan dengan struktur dan komposisi yang dikehendaki.
Pelaksanaan suatu sistem silvikultur yang sesuai dengan lingkungan
setempat telah menjadi tuntutan demi terwujudnya pengelolaan hutan
yang berkelanjutan.

Tujuan Tebang Pilih Tanam Indonesia adalah terbentuknya


struktur dan komposisi tegakan hutan alam tak seumur yang optimal dan
lestari sesuai dengan sifat-sifat bioligi dan keadaan tempat tumbuh
aslinya. Ini ditandai dengan wujud tegakan yang mengandung jumlah
pohon, tiang dan permudaan jenis niagawi dengan mutu dan
produktivitas tinggi. didampingi oleh sejumlah jenis pohon lainnya
sehingga memenuhi tingkat keanekaragaman hayati yang diinginkan.
Usaha untuk mewujudkan tegakan optimal dan lestari tersebut harus
dapat dilakukan secara praktis, ekonomis dan memudahkan pemantauan
dan penilaian pelaksanaannya.

Dalam pelaksanaan di lapangan tim restorasi hutan dibagi menjadi tiga


bagian:

7. Perencanaan Pengelolaan Hutan : Melaksanakan kegiatan


perencanaan, inventarisasi hutan termasuk risalah, dan perpetaan
hutan; menyusun rencana kerja dan biaya bulanan. Semua
pekerjaan dilaporkan secara periodik, meliputi rencana, realisasi
fisik dan biaya dalam periode tertentu.
8. Pembinaan Hutan : Melaksanakan pengadaan bibit dan
pemeliharaan persemaian; penanaman pohon niagawi lokal pada
areal-areal yang tidak produktif termasuk sulaman pohon;
pengayaan dan rehabilitasi pohon pada areal yang kurang
produktif; monitoring/evaluasi kegiatan restorasi ekosistem; dan
menyusun rencana kerja dan biaya bulanan.

18
9. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) : Pembukaan Wilayah Hutan
(PWH) adalah kunci keberhasilan kegiatan pengelolaan restorasi
ekosiste jika cukup tersedia jalan angkutan yang akan melancarkan
seluruh pelaksanaan kegiatan penanaman, pengayaan/rehabilitasi
hutan, pemeliharaan tegakan, pengamanan dan perlindungan hutan,
pengembangan ekowisata, serta pemanfaatan HHBK.

2.3.1 Pemanenan Hasil Hutam Alam Produksi

Pemanenan di hutan alam dilakukan dengan berbagai tahap sampai


hasil panen tersebut dapat di keluarkan dari dalam hutan. Pemanenan
kayu adalah serangkaian kegiatan untuk memindahkan kayu dari hutan
ke tempat penggunaan atau pengolahan (Conway, 1982). Selain itu,
Suparto (1982) berpendapat bahwa pemanenan kayu adalah
suatu rangkaian kegiatan kehutanan yang mengubah pohon dan biomassa
lainnya menjadi bentuk yang dapat dipindahkan ke lokasi lain sehingga
memberi manfaat bagi kehidupan ekonomi dan kebudayaan masyarakat.

Sedangkan pemanenan hasil hutan merupakan usaha pemanfaatan


kayu dengan mengubah tegakan pohon berdiri menjadi sortimen kayu
bulat dan mengeluarkannya dari hutan untuk dimanfaatkan sesuai
peruntukannya (Mujetahid, 2010). Kegiatan pemanenan di hutan alam
bermaksud untuk memanfaatkan hasil hutan dengan mempertimbangkan
aspek ekonomi, ekologi serta aspek sosial dengan tujuan untuk
mengoptimalkan nilai hutan, menjaga pasokan untuk industri stabil,
membuka peluang kerja, meningkatkan ekonomi lokal serta regional
bahkan nasional.

2.3.2 Sistem Silvikultur

Sistem silvikultur merupakan suatu proses dan kaidah dalam


membangun hutan yang merupakan suatu siklus yang terdiri dari
rangkaian kegiatan yang berurutan dan saling berkaitan antara satu
dengan lainnya (penyiapan lahan, penanaman, pemeliharaan,
penjarangan, pemanenan dll.) untuk mencapai tujuan tertentu dalam

19
pengelolaan hutan.

Perlakuan teknik silvikultur yang akan diterapkan, sangat


tergantung dari sistem silvikultur yang dipergunakan dan tujuan
pengelolan hutan yang akan dicapai, sehingga teknik silvikultur dari
suatu sistem silvikultur akan berbeda, baik sebagian atau seluruhnya,
dengan teknik silvikultur pada suatu sistem silvikultur lainnya.

1. Pengadaan Bibit
Pengadaan bibit yang dilakukan di PT. Pemantang Abaditama
meliputi penyiapan tempat pembibitan, pengadaan sarana prasarana,
dan kegiatan lain yang berhubungan dengan pengadaan bibit. Maksud
dan tujuan kegiatan ini adalah untuk memperoleh benih atau bibit
yang berkualitas tinggi dalam jumlah yang memadai secara tepat
waktu serta untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas hutan dan
ekosistem yang sesuai dengan kondisi tempat tumbuh dengan
menggunakan bibit pohon yang diperlukan untuk ditanami di daerah
lahan kosong. Tahapan yang dilakukan untuk memperoleh bibit yaitu
melakukan kegiatan persemaian berfungsi untuk menyediakan bibit
yang berkualitas dalam jumlah yang memadai, tata waktunya tepat
dan bibit yang dihasilkan sesuai dengan tapaknya sehingga
meningkatkan produktifitas. Beberapa cara untuk memperoleh
pengadaan bibit yang dilakukan oleh PT. Pemantang Abaditama
yaitu:
a. Sistem Biji Diptrocarpaceae
Pembuatan bibit menggunakan sistem ini sudah dilakukan
beberapa kali dimana dengan Benih atau yang sering disebut dengan
biji adalah bahan tanam dalam budidaya. Benih merupakan bahan
tanam yang digunakan untuk memulai awal dari munculnya
kehidupan tanaman. Benih memiliki ukuran yang kecil dan
didapatkan dari bagian tanaman (biji) yang telah dipilih dan diseleksi.
Pada dasarnya perkembangbiakan tanaman dapat dilakukan secara
generatif dan/atau vegetatif. Perkembangbiakan secara generatif
dilakukan tumbuhan melalui biji.

20
b. Sitem Cabutan Diptrocarpaceae
Bibit Cabutan adalah bibit tanaman yang dipindahkan dari
persemaian ke tempat penanaman dengan cara dicabut tanpa
diikutsertakan tanahnya. Pengadaan bibit dengan teknik cabutan sangat
bergantung kepada anakan yang tersedia di alam. Lokasi
pengumpulan bibit diperoleh dari areal hutan yang sudah ditetapkan
sebagai sumber anakan alam. Perbedaan antara teknik cabutan dan
teknik putaran adalah teknik cabutan tidak mengambil tanah di sekitar
bibit. Bibit hasil cabutan kemudian dibesarkan di bedeng penyapihan
sebelum ditanam di area tanam. Teknik cabutan awalnya merupakan
solusi untuk memperbanyak jenis yang sulit dibudidayakan namun
jumlahnya melimpah di alam seperti cendana yang memerlukan inang
untuk pertumbuhannya (Gunawan 2011).
c. Sistem Stek Batang Non Diptrocarpaceae
Metode stek adalah cara perbanyakan tanaman dengan
menggunakan potongan bagian tanaman (batang/daun/akar) untuk
ditanam kembali agar menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat
identik dengan induknya. Stek batang adalah cara penyetekan
tanaman yang bahannya berasal dari potongan batang atau jaringan
batang yang telah mengalami modifikasi bentuk atau fungsi. Potongan
batang ini nantinya akan membentuk akar adventif di ujung potongan
batang dan membentuk tunas dari mata tunas yang masih dorman.
Kelebihan Teknik Stek : Tak terkendala musim/waktu. Individu baru
mempunyai umur yang sama dengan induknya sehingga
cepat berbuahah. Individu baru mempunyai sifat yang sama dengan
induknya.
d. Sistem Stek pucuk
Stek pucuk adalah metode perbanyakan vegetatif secara
konvensional dengan menumbuhkan terlebih dahulu tunas-tunas
axilar pada media persemaian sampai berakar sebelum dipindahkan ke
lapangan. Keberhasilan stek pucuk tergantung pada beberapa faktor
dalam dan luar. Stek pucuk adalah salah satu metode perbanyakan
'bibit secara vegetatif dengan menggunakan tunas muda berkayu atau

21
trubusan.
2. Penanaman Bekas Tebangan/ Lahan kosong
Kegiatan penanaman dilakukan pada areal bekas tebangan untuk
meningkatkan mutu tegakan. Kegiatan pengayaan dilakukan pada
areal bekas tebangan yang kurang permudaan, sedangkan rehabilitasi
dilakukan pada areal bekas tebangan yang terbuka bekas sarana
prasarana penebangan seperti jalan sarad, TPK dan areal terbuka
lainnya. Disamping penanaman areal bekas tebangan, dilakukan juga
kegiatan penanaman areal non hutan dan penanaman kanan-kiri jalan
angkutan, . ditanami dengan jenis-jenis komersial atau unggulan
setempat.

3. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman hasil pengayaan dan rehabilitasi sangat


diperlukan untuk meningkatkan daya tumbuh anakan dengan jalan
membersihkan dari gulma di sekitar tanaman semai yang baru. Dalam
kegiatan pemeliharaan ini dilakukan kegiatan mulai dari pemupukan
yang dimana Pupuk adalah material yang ditambahkan pada media
tanam atau tanaman untuk mencukupi kebutuhan hara yang
diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi dengan baik.
Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-organik.
Pupuk berbeda dari suplemen.
Kemudian dilanjutkan dengan pembersihan areal tanaman
Pencegahan dan pemberantasan hama atau penakit tanaman
diperlukan untuk menjaga agar tanaman tidak terserang oleh
hama/penyakit yaitu dengan penyemprotan pestisida ke arah batang,
daun serta semua percabangan. Pemeliharaan tanaman adalah
perlakuan terhadap tanaman dan lingkungannya agar tanaman tumbuh
sehat dan normal melalui pendangiran, penyiangan, penyulaman,
pemupukan dan pemberantasan hama dan penyakit.

Maksud kegiatan adalah untuk memberikan kesempatan kepada


anakan hasil penanaman pengayaan/rehabilitasi dan tanaman kanan kiri
jalan agar dapat tumbuh lebih baik dengan memberikan kondisi

22
lingkungan fisik dan biologogis yang lebih baik. Kondisi fisik antara lain
dengan dilakukan pendangiran sekitar tempat tumbuh dan memberikan
pupuk. Kndisi biologisdenan membuang jenis jenis tanaman pengganggu
disekitarnya.
Disamping memberikan kondisi biologi dan fisik lingkungan yang
lebih baik bai pertumbuhan anakan ada beberapa kegiatan pemeliharaan
antara lain penyiangan, pendangiran, penyulaman, dan pemupukan.
Penyiangan dan pendangiran dilaksanakan dengan cara membersihkan
gulma disekitar tanaman muda, serta membersihkan dan memotong
tunas-tunas semak yang enutup jalur larikan tanaman. Penyiangan dan
pendangiran dilaksanakan 1 (satu) kali dalam setahun yaitu 3 (tiga) bulan
setelah penanaman selama 3 tahun berturut-turut.
Penyulaman merupakan penggangti anakan yang mati agar proses
tumbuh dari kegiatan penanaman menjadi lebih besar. Penyulaman
terhadap tanaman yang mati dilakukan pada bulan ke 3 (tiga) setelah
penanaman. Penyulaman dilakukan dengan jenis yang sama dengan jenis
tanaman yang ditanam. Bibit sulaman berasaldari persemaian yang telah
disiapkan. Pemberian pupuk terhadap tanaman hasil pengayaan/
rehabilitasi maupun hasil penyulaman dimaksudkan untuk memberi
nutrisi tambahan agar tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik.
2.3.3 Kegiatan Pengamanan Hutan
1. Perlindungan Tehadap Perambahan Hutan
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang
tinggal di sekitar kawasan hutan, maka semakin tinggi pula kebutuhan
penduduk akan lahan, yang akan digunakan sebagai lahan pertanian
dan pemukiman mereka. Untuk itu kegiatan perambahan hutan
menjadi hal sering dijumpai pada hampir di semua kawasan hutan,
khususnya pada kawasan hutan yang mudah di akses, yaitu di tepi
jalan angkutan, atau di kanan-kiri sungai. Bentuk-bentuk perambahan
yang terjadi biasanya perladangan bergilir atau dalam bentuk
pemukiman penduduk. Untuk mengatasi hal tersebut, maka beberapa
kegiatan perlindungan yang dapat dilakukan antara lain :
 Melakukan penataaan batas seluruh kawasan hutan disertai

23
dengan pemasangan papan pemberitahuan atas legalitas
pemegang hak atau izin.
 Melakukan patroli secara rutin, sehingga dapat segera
mengetahui setiap perkembangan menyangkut keamanan
arealnya.
 Melakukan kegiatan kelola sosial yang dapat
mencegah/mengurangi terjadinya kegiatan perambahan
(kemitraaan, PHBM ).
2. Perlindungan Terhadap Pembalakan Liar

Sampai saat ini pembalakan liar merupakan aktivitas perusakan


hutan yang sulit dikendalikan. Untuk menangani hal ini, maka semua
pihak dari pemerintah pusat sampai daerah dan seluruh instansi yang
terkait harus mempunyai persepsi yang sama mengenai pembalakan
ilegal . Pemerintah harus mempunyai sistem untuk menangani
pembalakan ilegal ini, setelah sistem tersebut disusun, maka
pelaksanaannya harus dilaksanakan secara konsisten, tidak hanya oleh
para melakukan kegiatan perlindungan dan pengamanan agar obyek
tersebut tidak mengalami gangguan atau kerusakan.

3. Perlindungan Terhadap Flora dan Fauna Dilindungi

Keberadaan flora dan fauna merupakan bagian yang tidak


terpisahkan dari keberadaan hutan itu sendiri. Flora dan fauna
merupakan hasil hutan . Dengan demikian semakin lama jumlah flora
dan fauna tersebut semakin berkurang. Menyadari hal yang demikian,
dan mempertimbangkan bahwa flora dan fauna merupakan mata rantai
ekosistem yang amat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan alam,
maka negara-negara di dunia termasuk Indonesia dan badan-badan
dunia seperti telah menetapkan beberapa jenis atau spesies flora dan
fauna sebagai spesies yang harus dilindungi, dikarenakan jumlahnya
yang semakin langka atau hanya dijumpai di satu daerah saja
(endemik).
Pengelolaan hutan secara lestari, khususnya dalam upaya
melestarikan fungsi ekologi, keberadaan flora dan fauna dilindungi

24
tersebut harus menjadi salah satu kegiatan perlindungan dan
pengamanan hutan. Kegiatan tersebut meliputi identifikasi,
inventarisasi serta melakukan pengelolaan termasuk pemantauan
secara berkala, sehingga dapat diketahui perkembangannya dari waktu
ke waktu.

25
III. REALISASI KEGIATAN MAGANG
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Waktu pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan/magang dilaksanakan


pada tanggal 3 November sampai dengan tanggal 3 Desember 2022, di
PT. Pemantang Abaditama di Kecamatan Laung Tuhup, Kabupaten
Murung Raya, Provinsi Kalimantan Tengah.
3.2 Jadwal Kegiatan PKL-Magang

Jadwal Kegiatan PKL/Magang diuraikan pada tabel berikut ini:

Tabel 3.2.1 Jadwal Kegiatan PKL/ Magang

NO JENIS KEGIATAN PENDAMPING LOKASI

I PERENCANAAN HUTAN Camp Tahujan

Pengukuran Dan Perpetaan Tim Perencanaan Camp Tahujan


Inventarisasi Tegakan Sebelum
Camp Km 70
Penebangan (ITSP)
II SILVIKULTUR INTENSIF (SILIN) Camp Km 70
Tim BinHut
Pengadaan Bibit Camp Tahujan
II PRODUKSI Logpond
Penebangan Logpond
Tim Produksi
Penyaradan Logpond
TUK (pengukuran Kayu) Logpond
IV PEMBINAAN HUTAN Camp Tahujan
Persemaian Camp Tahujan
Tim BinHut
Penanaman Camp Tahujan
Perawatan/pemeliharaan Camp Tahujan

3.3 Administrasi Rencana Kerja Tahunan (RKT)

26
Kegiatan yang pertama dilakukan oleh mahasiswa Universtitas
palangka Raya dalam kegiatan magang adalah diberikan informasi
tentang RKT tahun 2022 oleh perusahaan PT.Pemantang Abaditama
yang dimana RTK merupakan Rencana Kerja Tahunan (RKT)
merupakan dokumen perencanaan-perencanaan kinerja untuk periode 1
(satu) tahun, yang memuat kebijakan program dan kegiatan, yang telah
ditetapkan dalam Renstra (Rencana Strategik), dan akan dilaksanakan
oleh satuan organisasi/kerja melalui berbagai kegiatan tahunan.
Rencana Kerja Usaha dinyatakan sebagai informasi publik yang
terbuka. Rencana Kerja Usaha (RKU) merupakan dokumen yang berisi
informasi publik yang terbuka dan badan publik yang wajib
menyediakannya sebagai informasi publik yang tersedia setiap saat.
Pengecualian atas isi atau kandungan dalam dokumen tersebut hanya
pada bagian system silvikultur dan lain-lain yang terkait.

Gambar 3.3.1. RKT Tahun 2022


Diberikannya informasi tentang RKT tahun 2022 oleh perusahaan
mempermudah mahasiswa untuk mengetahui kegiatan_kegiatan yang
akan dilaksanakan oleh perusahaan. Sehingga diperoleh informasi dari
RKT ini menjadi acuan/ panduan untuk menjalankan kegiatan selama
magang oleh mahasiswa.

3.4 Kegiatan Pengadaan Bibit

27
Pengadaan bibit bertujuan menyediakan benih bermutu dalam jumlah yang
cukup. Pengadaan benih dilakukan melalui produksi benih yang berasal dari
sumber benih. Sumber benih adalah suatu tegakan di dalam kawasan hutan dan
di luar kawasan hutan
yang dikelola guna memproduksi benih berkualitas. Tujuan pembibitan adalah
memproduksi bibit berkualitas untuk ditanam dalam areal penanaman dengan
Teknik SILIN. Kebutuhan bibit dihitung berdasarkan peta rencana implementasi
SILIN. Bibit berkualitas dapat berupa bibit cabutan anakan dari alam, bibit asal
benih, bibit asal stek dan bibit asal kultur jaringan. Bibit siap tanam adalah bibit
dengan tinggi antara 30-70 cm, sehat dan vigor (tingkat kemampuan benih untuk
tumbuh di atas rata-rata), serta telah melewati masa pengerasan tegakan benih
teridentifikasi, tegakan benih terseleksi, areal produksi benih, tegakan benih
provenan, kebun benih semai, kebun benih klon, dan kebun dan kebun pangkas.
Sumber benih unggul lainnya yang dapat dikembangkan khususnya bagi yang
baru menerapkan SILIN: bibit superior terseleksi, dari persemaian, pohon induk
superior terseleksi yang diperbanyak secara masal dengan stek pucuk.

Fasilitas pembibitan yang diperlukan antara lain persemaian adaptasi


persemaian pengerasan, rumah kaca, kebun pangkas. Persemaian adaptasi
meliputi: bedeng tabur untuk mengecambahkan benih, bedengan semai
penumbuhan saphan, bedengan sungkup aklimatisasi cabutan. Persemaian
pengerasan adalah tempat perlakuan terhadap bibit di persemaian dengan tujuan
untuk mempersiapkan agar bibit tanam terhadap kondisi lapangan. Perlakuan
yang diberikan adalah pengurangan frekuensi penyiraman, penaungan dan
perlakukan pemeliharaaan lainnya secara berangsur-angsur.
Dalam mengadakan bibit dilakukan kegiatan yang pertama yatiu membuat
Green House atau yang lebih dikenal dengan sebutan arboretum untuk menjadi
tempat bibit yang akan dibuat. Adapun tahapan yang dilakukan untuk pengadaan
bibit baru oleh perusahan adalah sebagai berikut ini :
1. Pencampuran media tanam
Media tanam adalah media yang digunakan untuk menumbuhkan
tanaman, tempat akar atau bakal akar akan tumbuh dan berkembang, media
tanam juga digunakan tanaman sebagai tempat berpegangnya akar, agar tajuk

28
tanaman dapat tegak kokoh berdiri di atas media tersebut dan sebagai sarana
untuk menghidupi tanaman. Dalam penyediaan media tanam dilakukan
pencampuran antara tanah top soil,tanah berpasir, sekam dan dolomit dengan
perbandingan 3:3:1:1 dengan keterangan:tanah top soil (3), tanah berpasir (3),
sekam (1) dan Dolomit (1). Setelah dilakukan pencampuran maka ditutup
menggunakan platik lalu ditunggu kir-kira sampai 1 minggu.

Gambar 3.4.1 Campuran Tanah

Setelah ditunggu hingga satu minggu tanah yang sudah dicampur sudah
dapat di isi kedalam polybag dengan ukuran polybag disesuaikan untuk jenis
pohon yang akan ditanam, dan sesuai dengan cara pembuatan bibit seperti:
Menggunakan biji, stek pucuk, stek daun dan cabutan dari hutam alam.
2. Proses Pembibitan
Persyaratan tempat persemaian/pembibitan: Lahan bersih dari gulma, sisa
tanaman sekelilingnya dan kotoran. Suhu, kelembaban dan intensitas cahaya
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Sirkulasi udara lancar. Pada bibit yang
baru diberikan Naungan yang dimana Fungsi dari naungan sendiri sebagai
pengatur masuknya cahaya matahari dan akan dibiaskan menuju ke tanaman,
selain itu peran naungan juga dapat berfungsi untuk menghindari turunnya hujan
secara langsung ke tanaman yang akan berdampak pada proses pertumbuhan
tanaman.

29
Gambar 3.4.2 Bibit yang Sudah Tumbuh

Berikut ini merupakan daftar bibit yang berada atau tersedia di


persemain dan keterangan asal bibit.
Tabel 3.4.1 Jenis - jenis tanaman yang ada di persemaian
NO NAMA POHON NAMA LATIN ASAL BIBIT
1 Sungkai Peronema canescens Stek Batang
2 Meranti Merah Shorea leprosula Cabutan Alam
3 Meranti Putih Shorea partifolia Cabutan Alam
4 Meranti Kuning Shorea joherensis Cabutan Alam
5 Karet Heafea braziliantis Biji
6 Durian Durio zubetenus Biji
7 Rambutan Niphelium sp Biji
8 Sengon Parasiantes palkataria Biji
9 Trembesi Samanea saman Biji
10 Nangka Artokapus intogra Biji

3.5 Kegiatan Penanaman


penanaman kembali atau permudaan pohon dilakukan dengan cara
mengadakan penanaman kembali oleh manusia atau pengelola hutan di
areal bekas tebangan habis tersebut. Kegiatanpenanaman dilakukan pada
areal bekas tebangan untuk meningkatkan mutu tegakan. Kegiatan
pengayaan dilakukan pada areal bekas tebangan yang kurang permudaan,
sedangkan rehabilitasi dilakukan pada areal bekas tebangan yang terbuka
bekas sarana prasarana penebangan seperti jalan sarad, TPK dan areal
terbuka lainnya. Disamping penanaman areal bekas tebangan, dilakukan
juga kegiatan penanaman areal non hutan dan penanaman kanan-kiri
jalan angkutan, ditanami dengan jenis-jenis komersial atau unggulan

30
setempat. Penanaman merupakan sistem yang dinilai sesuai untuk
diterapkan pada hutan alam produksi dan pada hutan-hutan alam yang
tak seumur di Indonesia, kecuali untuk hutan payau. Sebagai salah satu
sub sistem dari sistem pengelolaan hutan, sistem silvikultur merupakan
sarana utama untuk mewujudkan hutan dengan struktur dan komposisi
yang dikehendaki. Pelaksanaan suatu sistem silvikultur yang sesuai
dengan lingkungan setempat telah menjadi tuntutan demi terwujudnya
pengelolaan hutan yang berkelanjutan.
Persiapan pelaksanaan meliputi persiapan satuan kerja dan
persiapan peralatan. Dalam Persiapan pelaksanaan, regu kerja kergiatan
penanaman terdiri dari pekerja dengan pembagian tugas diantaranya
yaitu ketua tim (merangkap sebagai pencatan), pengecer bibit, dan
penanaman bibit. Regu kerja pelaksanaan ini dipimpin oleh tenaga kerja
teknis kehutanan khususnya yang telah mendapat Pendidikan/pelatihan
pembinaan hutan. Persiapan Satuan Kerja yaitu antara lain:
 Regu kerja kegiatan penanaman terdiri dari pekerja dengan
pembagian tugas diantaranya yaitu ketua tim (merangkap
sebagai pencatat), pengecer bibit, dan penanam bibit; dan
 Regu kerja pelaksanaan kegiatan ini dipimpin oleh tenaga kerja
teknis kehutanan khususnya yang telah mendapat
pendidikan/pelatihan pembinaan hutan.
Persiapan Peralatan kerja yang dilakukan dalam
kegiatan penanaman adalah sebagai berikut ini:
 Kompas yang digunak sebagai pembidik untuk mengukr jrak
setiap anatar pohon yang akan ditanami.
 Buku ekspedisi dan ATK yang dibutuhkan
 Parang yang digunakan untuk mebuat pancag
 Cangkul yang digunakan untuk membuat lubang tanaman
 APD ( Alat Pelindung diri) sesuai dengan SOP yang berlaku.

31
Gambar 3.5.1 Penanaman di areal Bekas
Penebangan

3.6 Pemeliharaan
Pemeliharaan sangat diperlukan, karena tedapat dua masalah utama
setelah kegiatan penanaman di lapangan, yaitu kematian bibit dan
Pertumbuhan lambat dan abnormal. Pemeliharaan tanaman hasil
pengayaan dan rehabilitasi sangat diperlukan untuk meningkatkan daya
tumbuh anakan dengan jalan membersihkan dari gulma di sekitar
tanaman semai yang baru. Dalam kegiatan pemeliharaan ini dilakukan
kegiatan mulai dari pemupukan yang dimana Pupuk adalah material
yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi
kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi
dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-
organik. Pupuk berbeda dari suplemen.Yang termasuk dalam kegiatan
pemeliharaan adalah penyulaman, penyiraman, dan pembumbunan.
Penyiraman dilakukan untuk menjaga agar tanah tetap terjaga
kelembabpannya. Penyulaman adalah kegiatan menanam kembali yang
bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh atau tumbuh tapi
secara tidak normal.

Gambar 3.6.1 Kegiatan Pemeliharaan

32
3.7 Konservasi Tanah dan Air
Maksud kegiatan pengelolaan konservasi tanah dan air (KTA) pada
dasarnya merupakan upaya-upaya pendekatan teknologi,social-ekonomi
dan institusional dalam rangka pengelolaan dampak-dampak yang
diperkirakan akan terjadi, dimana sasarannya adalah kawasan lindung,
kawasan areal tidak efektif untuk unit produksi khususnya pada areal
sampadan sungai dan lahan-lahan kritis.
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini yaitu terbentuknya
pemahaman persepsi tentang perlindungan kawasan konservasi
khususnya konservasi tanah dan air (KTA) dengan karakteristik
ekosistemnya, sehingga pemanfaatan sumber daya alam berlangsung
secara optimal.
Hasil kegiatan Praktik Kerja Lapangan/magang konservasi tanah
dan air di PT.Pemantang Abaditama yaitu:
Pengukuran Curah Hujan, suhu, dan kelembapan Alat yang
digunakan untuk pengematan ini adalah thermohygrometer, gelas ukur
curah hujan, tally sheet dan alat tulis. Pengukuran tingi curah hujan
dilakukan secara manual yaitu menggunakan gelas ukur tinggi curah
hujan yang ditempatkan pada areal terbuka.

Gambar 3.7.1 Pengukuran Curah Hujan


PT. Pematang Abaditama setiap bulan melakukan pengukuran
tingkat curah hujan dengan tujuan sebagai salah satu syarat melakukan
perhitungan terhadap nilai erosi. Di bawah ini merupakan data curah
hujan di areal konsesi PT. Pematang Abaditama pada bulan Oktober

33
2022.

Gambar 3.7.2 Data Curah Hujan Bulan Oktober 2022

3.8 Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)


Inventarisasi tegakan sebelum penebangan (ITSP) merupakan
kegiatan yang bertujuan mengetahui dan mendata kondisi / potensi suatu
areal hutan dengan intensitas
100 % adalah suatu tindakan untuk menggali informasi yang tidak hanya
menitikberatkan pada pengumpulan data tentang potensi kayu dari suatu
areal hutan yang telah di tetapkan sebagai areal kerja yang direncanakan
untuk di eksploitasi, tetapi (diharapkan) lebih berperan sebagai tindakan
untuk menggali data dan informasi mengenai kondisi areal kerja beserta
potensi hutan secara keseluruhan dalam upaya menentukan kebijakan
pengelolaannya. Maksud dari kegiatan ITSP adalah sebagai berikut ;
 Untuk mengetahui keadaan penyebaran pohon dalam tegakan
yang meliputi jumlah dan komposisi jenisnya serta volume yang
akan ditebang serta jumlah, jenis, volume dan penyebaran pohon
yang dilindungi
 Untuk mengetahui jumlah dan jenis pohon yang ditetapkan
sebagai pohon induk yang akan dipelihara sebagai sumber benih
permudaan alam.
 Untuk mengetahui keberadaan Hasil Hutan Non Kayu (HHNK).

34
Sedangkan tujuan dari kegiatan ITSP adalah sebagai berikut ini :

 Menyajikan data penyebaran pohon yang akan ditebang, antara


lain meliputi komposisi jenis, jumlah dan volume pohon yang
digunakan untuk :
 Menetapkan target produksi tahunan pada blok kerja tahunan yang
bersangkutan
 Menentukan arah trace jalan
 Jumlah dan kapasitas mesin / tenaga kerja yang harus disediakan.
 Untuk menghitung volume pohon menggunakan rumus dibawah ini.

Rumus : Rumus : V = 0, 7854 × d 2 × T × 0.6


Keterangan: V : Volume pohon (𝑚3 )
d : Diameter pohon (m)
T : Tinggi pohon (m)
0,6 : Bilangan Bentuk Pohon
0,7854 : Nilai koefisien kayu
Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan ( ITSP ) adalah
kegiatan pencatatan, pengukuran dan penandaan pohon serta pengukuran
topografi dalam areal blok kerja tahunan untuk mengetahui :

a. Data pohon ditebang : jumlah, jenis, diameter, tinggi, volume dan


kualitas kayu
b. Data pohon dilindungi : jumlah, jenis, diameter, tinggi dan volume
c. Data pohon induk : jumlah, jenis dan diameter
d. Data topografi : jarak lapang, kelerengan, jarak datar dan beda
tinggi setiap stasiun pengukuran.

Penandaan pohon yang diinventarisasi dilakukan pada batang


setinggi dada dari permukaan tanah ), menggunakan label pohon :

 Label Merah ukuran 6 cm x 12 cm, yang memuat informasi tahun


RKT, nomor petak, nomor pohon, jenis pohon dan nama
perusahaan, untuk pohon yang akan ditebang.
 Label Kuning ukuran 6 cm x 8 cm, yang memuat informasi tahun
RKT, nomor petak, nomor pohon, jenis pohon dan diameter awal,
untuk pohon dilindungi dan pohon induk.

35
 Untuk pohon induk selain diberi label pohon, pada batang pohon
dipolet menggunakan cat warna merah melingkar batang pada
ketinggian kurang lebih 130 cm dari permukaan tanah.
 Pengukuran diameter pohon dilakukan pada bagian pohon
setinggi dada rata-rata ( 130 cm dari permukaan tanah ).
 Pengukuran tinggi pohon dimulai dari permukaan tanah sampai
dengan cabang pertama dari batang pohon.
 Penandaan dan ponomoran jalur inventarisasi dilakukan dengan
memasang label plastik berwarna merah ukuran 7 cm x 7 cm, yang
memuat informasi tahun RKT, nomor petak dan nomor jalur serta
nama perusahaan.
 Penandaan dan penomoran petak ukur (PU) dilakukan dengan
memasang label plastik berwarna orange ukuran 7 cm x 8 cm,
yang memuat informasi nomor
petak, nomor jalur dan nomor petak ukur (PU) serta nama perusahaan.
 Lebar jalur inventarisasi 40 Meter jarak datar dan ukuran Petak
Ukur (PU) 20 meter x 40 meter jarak datar.

Pada saat pelaksanaan magang di PT Pematang Abaditama kami


melakukan kegiatan Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan (ITSP)
di petak P29 sebagai syarat pembukaan RKT tahun 2023. Hasil sebagian
dari petak terdapat pada table berikut.

Tabel 3.5.2 Data hasil ITSP pada petak P29

V
No Jenis D TBC X Y Arah Posisi Jalur
(m3)
1. Meranti Putih 78 19 10 945 Selatan Kiri Jalur 2 5,45
2. Meranti Putih 78 17 17 17 Selatan Kiri Jalur 2 4,87
3. Kapur Naga 60 14 20 882 Selatan Kiri Jalur 2 2,38
4. Meranti Merah 108 16 10 873 Selatan Kiri Jalur 2 8,79
5. Bangkirai 130 20 2 847 Selatan Kiri Jalur 2 15,93
6. Meranti Kuning 79 14 17 814 Selatan Kiri Jalur 2 4,12
7. Meranti Merah 58 19 14 621 Selatan Kiri Jalur 2 3,01
8. Bangkirai 80 14 10 583 Selatan Kiri Jalur 2 4,22
9. Bangkirai 85 21 15 556 Selatan Kiri Jalur 2 7,15
10. Bangkirai 64 20 11 484 Selatan Kiri Jalur 2 3,86

36
11. Meranti Merah 85 19 2 388 Selatan Kiri Jalur 2 6,47
12. Agathis 103 23 18 386 Selatan Kiri Jalur 2 11,50
13. Meranti Merah 79 15 3 326 Selatan Kiri Jalur 2 4,41
14. Keruing 56 21 15 258 Selatan Kiri Jalur 2 3,10
15. Keruing 53 14 15 199 Selatan Kiri Jalur 2 1,85
16. Keruing 78 17 5 135 Selatan Kiri Jalur 2 4,87
Pada jalur 2 petak P29 terdapat dalam tabel diatas, dimana jumlah yang
paling dominan adalah meranti merah dan bangkirai. Dengan meranti merah
berjumlah 7 dan bangkirai berjumlah 4, kapur naga berjumlah 1, Agathis
berjumlah 1, keruing jumlah 3. Ini merupakan petak sampel yang mewakili
kegiatan untuk kegiatan ITSP pada pembukaan RKT 2023 yang akan datang.

Gambar 3.8.1 Kegiatan ITSP RKT 2023

3.9 Produksi Hasil Hutan


Produksi adalah kegiatan pembalakan atau pemanennan hasil hutan kayu
baik yang masih berdiri hingga siap menjadi kayu olahan. Dalam kegiatan hasil
produksi hasil hutan terdapat beberapa cara atau Langkah-langkah dalam
produksi kayu, yaitu : Felling/Penebangan Sekidding/Penyaradan Louading,
Hauling dan Unloading Debarking Scaling dan Grading Rafting/Prakitan
Pembuatan LHP-KB Penerbitan SKSKB Pembuatan FA-KB Dari cara atau
Langkah-langkah diatas mempunyai tujuan memanfaatkan hasil hutan/pohon
secara optimal guna meningkatkan nilai dari hasil hutan kayu tersebut dalam
memperolah keuntungan perusahaan yang semaksimal mungkin.
1. Felling/Penebangan
Felling/Penebangan adalah kegiatan menebang pohon yang ada di
dalam blok tebangan, dari masih berdiri hingga rebah. Dalam kegiatan

37
penebangan pohon dapat dilakukan penebangan jika telah dilakukan
inventarisasi dan pada blok tebangan tersebut telah direncanakan/
tersedia aksebilitas untuk log. Dalam kegiatan penebangan terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu dalam satu blok tebangan
terdapat satu orang chainsawman, satu unit tractor beserta operatornya.
Dalam melakukan penebangan pohon mempunyai kriteria-kriteria pohon
yang layak tebang atau siap tebang yaitu sebagai berikut : Pohon yang
ditebang adalah pohon yang telah dilaksanakan ITSP dengan label/plat
berwarna merah. Untuk hutan produksi diameter pohon yang dapat di
tebang adalah >50 cm dan untuk hutan produksi terbatas adalah >60 cm.
Pohon tersebut tidak berada dalam kawasan konservasi ataupun hutan
lindung.
Pohon yang dapat ditebang adalah pohon yang sehat dan bukan
pohon yang di lindungi. Dalam kegiatan penebangan factor keselamatan
harus diperhatikan untuk itu dalam kegiatan penebangan harus ada
beberapa hal yang wajib dilakukan, yaitu membuat jalur penyelamatan
dan menentukan arah rebah. Membuat jalur penyelamatan : Jalur
penyelamatan dibuka untuk tempat penyelamatan dari rebahan pohon
dan keluar dari zona bahaya. Penentuan zona berbahaya adalah dalam
radius 2 kali tingg total pohon (sampai dengan tajuk) Jalur Penyelamatan
dibuat berlawanan dengan arah rebah pohon. Menentukan arah rebah :
Arah rebah yang terbaik adalah yang mendekati atau menjauhi jalan
sarad dengan membentuk sudut 30-45 (Pola sirip ikan). Bila mungkin
arah rebah di arahkan ke tempat yang kosong.

38
Gambar 3.9.1 kegiatan Penebangan

39

Anda mungkin juga menyukai