JULIO KRESPO
193030404115
JURUSAN/PROGRAM STUDI
KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PALANGKA
RAYA 2022
LEMBAR PENGESAHAN
JULIO KRESPO
193030404115
Pembimbing,
Mengetahui: Menyetujui:
Dekan Fakultas Pertanian UPR, Ketua Jurusan/Program Studi Kehutanan,
Dr. Ir. Sosilawaty, M.P. Dr. Ir. Johanna Maria Rotinsulu, M.P.
NIP 19660326 199303 2 008 NIP 19620808 198903 2 006
i
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas segala berkat dan karunia-
Nya sehingga penulis diberi kesempatan yang luar biasa untuk melaksanakan
magang di PT Pemantang Abaditama dengan lancar.
Terima kasih sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada Bapak dan Ibu selaku
dosen yang telah membantu membina dan membimbing agar terselesaikannya
kegiatan magang dari awal sampai dengan selesai penyusunan dan penulisan
laporan magang ini.
Semoga laporan ini dapat memberikan informasi baru yang bermanfaat serta
tambahan ilmu bagi seluruh pembaca dan penulis, akhir kata penulis mengucapkan
sekian dan terima kasih.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Table of Contents
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI.......................................................................................................................ii
I. PENDAHULUAN............................................................................................................5
1.1 Latar Belakang........................................................................................................5
1.1.1 Perekat.......................................................................................................................5
1.1.2 Perekatan...................................................................................................................6
1.2 Tujuan.....................................................................................................................6
II. METODE PRAKTIKUM.................................................................................................7
2.1 Tempat dan Waktu.............................................................................................7
2.2 Alat dan Bahan........................................................................................................7
2.3 Pelaksanaan Praktikum...........................................................................................7
III. HASIL DAN PEMBAHASAN.........................................................................................8
3.1 Hasil........................................................................................................................8
3.3 Pembahasan.............................................................................................................8
IV. KESIMPULAN DAN SARAN.........................................................................................9
4.1 Kesimpulan.............................................................................................................9
4.2 Saran.......................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................................10
LAMPIRAN.....................................................................................................................11
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
I. PENDAHULUAN
7
sistem luring dan daring dengan pola tematik berdasarkan minat masing-
masing peserta magang, serta simulasi praktik yang akan dilakukan dan
dilaporkan peserta magang setiap minggunya dalam bentuk laporan
sementara terstruktur (Jadwal kegiatan terlampir). Selanjutnya pada
bagian akhir kegiatan PKL-Magang, dilakukan kompilasi data menjadi
Laporan Akhir oleh para perserta magang per minat yang merupakan
gabungan dari seluruh laporan sementara yang telah dibuat sebelumnya.
8
Adapun manfaat dari kegiatan Praktik Kerja Lapang – Magang ini
adalah sebagai berikut :
1. Bagi Mahasiswa:
a. Melatih keterampilan sesuai dengan pengetahuan yang
diperoleh selama mengikuti perkuliahan di Jurusan/PS
Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Palangka Raya.
b. Belajar mengenal dinamika dan kondisi yang sebenarnya di
dunia kerja melalui kuliah pembekalan.
c. Mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah melalui
simulasi praktikum dan tugas terstruktur.
2. Bagi Instansi Magang dan Dan Instansi Pendidikan
Terciptanya hubungan yang baik dan adanya pertukaran informasi
antara PT. Pemantang Abaditama dengan Fakultas Pertanian
Jurusan Kehutanan Univerasitas Palangkaraya.
9
II TINJAUAN UMUM LOKASI PKL-MAGANG
1. Camp Manager
10
Bertanggung jawab kepada Direksi atas pelaksanaan seluruh kegiatan operasional di
lapangan; Bersama-sama dengan Kepala Perwakilan bertanggung jawab dalam kaitannya
dengan kewajiban administratif dan
11
fialan, peta pohon dan lokasi pembalakan), Pengaturan dan
Perencanaan kesinambungan produksi kayu, Penata Usahaan
Hasil Hutan (PUHH/TUK); Menyiapkan data perencanaan
hutan sebagai bahan penyusunan rencana kerja pemanfaatan
hasil hutan kayu (RKUPHK dan RKTUPHHK).dan rencana
kerja lainnya yang diperlukan). Bertanggung jawab atas
perencanaan dan implementasi pembalakan ramah lingkungan
(RlL). Bertanggung jawab atas implementasi PHAPL dalam
bagian tugasnya sesuai lingkup kegiatan pembalakan hutan dan
produksi pada umumriya, baik yang dilakukan oleh pihak mitra
kerja maupun oleh personil yang berada dalam lingkup
kewenangan organisasinya.
4. Kepala Bagian Produksi
Mengkoordinasikan para kepala seksi bagian produksi
dalam mengatur tugas-tugas para operator
pembuatan/pemeliharaan jalan, penebangan, penyaradan,
pengakutan, agar kegiatan produksi hasil hutan (kayu bulat)
dapat berjalan dengan lancar, efektif dan efisien; Merencanakan
dan mempersiapkan, mengatur, mengawasi serta bertanggung
jawab atas pelaksanaan kegiatan bagian produksi yang
meliputi : Pembangunan dan pemeliharaan jalan angkutan kayu;
Penebangan, penyaradan dan pengangkutan kayu dari TPn ke
Logpond; Bertanggung jawab atas implementasi PHAPL dalam
bagian tugasnya sesuai lingkup kegiatan pembalakan hutan dan
produksi pada umumnya, baik yang dilakukan oleh pihak mitra
kerja maupun oleh personil yang berada dalam lingkup
kewenangan organisasinya; Memimpin dan mengkoordinasikan
para staf fungsional yang berada dalam lingkup kewenangannya
untuk melakukan pengawasan dan pengendalian terhadap
operasional kegiatan pembuatan jalan angkutan dan jalan sarad,
penebangan dan pembagian batang, penyaradan dan
pengangkutan, agar seluruh aktivitas produksi kayu bulat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan persyaratan lainnya,
12
standar kinerja yang ditetapkan oleh perusahaan serta
menerapkan PHAPL dalam lingkup kegiatan yang menjadi
tanggung jawabnya.
5. Kepala Bagian Binaan Hutan,Lingkungan & social
Membantu Camp Manager membuat Rencana
Operasional (RO) fisik dan biaya sesuai RKT berjalan untuk
kegiatan bina hutan, lingkungan & Sosial termasuk
perlindungan dan pengamanan hutan.Untuk RO Sosial seperti
mengenai pelibatan masyarakat setempat/tenaga kerja lokal
dalam kegiatan pengelolaan hutan, pemberian dana kompensasi
kepada masyarakat adat, dan kegiatan pengelolaan sosial
lainnya; Mengkoordinasikan para Kepala Seksi di lingkup
Bagian Bina Hutan, Lingkungan & Sosial dalam pengaturan
tugas para personil dan pelaksanaan kegiatan Bina Hutan,
Lingkungan & Sosial di lapangan, agar kegiatan tersebut dapat
berjalan dengan lancar, efektif dan efisien; Dengan dibantu
Kepala Seksi di Bina Hutan, Lingkungan & Sosial,
merencanakan dan mempersiapkan, mengatur, mengawasi serta
bertanggung jawab atas pelaksanaan kegiatan Bina Hutan,
LinBkungan & Sosial yang meliputi : Persemaian, lnventarisasi
Tegakan TingBal, Penanaman (Pengayaan/Rehabilitasi, Kiri
Kanan Jalan dan Tanah Kosong/Kurang Permudaan),
Pemeliharaan Tanaman dan Penjarangan Tegakan Tinggal,
Kelola Lingkungan, Penelitian dan Pengembangan; kegiatan
Perlindungan dan Pengamanan Hutan serta kegiatan-kegaitan
social.
6. Kepala Bagian Peralatan
Mengkoordinasikan para kepala seksi bagian peralatan
dalam mengatur tugas-tugas mekanik agar kegiatan pada bagian
peralatan untuk mendukung kelancaran kegiatan produksi dapat
berjalan dengan lancar, efektif dan efisien; Merencanakan dan
mempersiapkan, mengatur, mengawasi serta bertanggung jawab
atas pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan penyiapan seluruh
13
perlatan berat dan ringan serta koordinasi dengan pada Bagian
Personalia, Adm & Umum dalam pengadaan dan distribusi
logistik (BBM dan suku cadang) untuk mendukung kelancaran
kegiatan produksi dan kegiatan pengelolaan hutan lainnya,
mendayagunakan secara optimal seluruh sumberdaya yang
berada dalam lingkup kewenangannya guna mencapai tujuan
dan tarBet yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien,
memonitor dan mengajukan kebutuhan suku cadang/Sparepart
dan alat-alat kerja (tools) yang ada dibagian Workshop kepada
Kabag Peralatan. Bahwa dalam rangka mewujudkan
pengelolaan hutan secara lestari pada Unit Manajemeni
IUPHHK-HA PT. Pemantang Abaditama, dibutuhkan adanya
komitmen yang kuat dan sungguh-sungguh dari seluruh jajaran
organisasi perusahaan. Bahwa komitmen sebagaimana tersebut
dalam amar pertama, rumusan visi dan misi yang tercantum
dalam Revisi RKUPHHK-HA Berbasis IHMB Periode Tahun
2011 2020 perlu diperkuat dengan penetapannya melalul
Keputusan Direksi dengan penambahan berupa tujuan
perusahaan sehingga semakin jelas dan mengikat bagi seluruh
unsur organisasi perusahaan. Bahwa berhubung dengan hal-hal
tersebut di atas maka dipandang perlu mengeluarkan keputusan
ini.Nomor : 029/Kpts-Dir/IV/2018 bahwa ditetapkan,tepat pada
tanggal 24 April 2018 Penetapan Visi dan Misi Perusahaan
untuk Mewujudkan Pengelolaan Hutan Secara Lestari Pada Unit
Manajemen IUPHHK-HA PT. Pemantang Abaditama Visi
Perusahaan :PT. Pemantang Abaditama mempunyai visi
memanfaatkan hutan untuk menghasilkan kayu bulat sebagai
bahan baku industry pengelolaan kayu dengan tetap menjaga
keseimbangan antara kelestarian fungsi produksi (ekonomi),
ekologi dan sosial dari hutan, sehingga dapat menjamin
kelangsungan udaha serta memberikan manfaat bagi
kesejahteraan masyarakat sedangkan misi misi Perusahaan :
14
1. Mewujudkan unit pengelolaan hutan produksi yang efektif dan
efisien dengan jaminan kepastian hukum atas status dan
keberadaan kawasan hutan produksi yang dikelola;
2. Meningkatkan kualitas potensi, produktivitas dan optimalisasi
pemanfaatan hasil hutan kayu dari kawasan hutan alam
produksi;
3. Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia dan
profesionalisme di dalam pengelolaan hutan produksi;
4. Meningkatkan upaya konservasi sumberdaya alam secara
terencana untuk melestarikan keanekaragaman hayati;
5. Meningkatkan prakarsa, pemberdayaan dan partisipasi masyarakat
setempat
6. Meningkatkan lapangan kerja, kesempatan usaha, pendapatan
masyarakat, penerimaan devisa dan pendapatan Negara;
7. Berupaya mendapatkan pengakuan Sertifikasi Pengelolaan
Hutan Alam Produksi Lestari (PHAPL) secara nasional maupun
regional.
15
( mobil) jarak perjalanan kurang lebih 70 KM dengan jaraka tempuh 30-
45 menit.
16
Gambar 2.2.2 Peta lokasi RKTPH Tahun 2022
I. Alat Produksi
1. Chainsaw - 7 B
2. Logging Truck - 6 B
3. Tractor - 6 B
4. Wheel/Truck Loader - 3 B
II. Alat PWH
1. Tractor (PWH) - 1 B
2. Motor Grader - 2 B
3. Excavator - 1 B
4. Dump Truck - 2 B
5. Skidding Tractor - - -
6. Bachoe Loader - - -
17
tinggal untuk rotasi berikutnya dan keberhasilan permudaan alam
maupaun penanaman pengkayaan. Tebang Pilih Tanam Indonesia adalah
salah satu sistem silvikultur yang diterapkan pada hutan-hutan alam yang
tak seumur di Indonesia. Sebagai salah satu sub sistem dari sistem
pengelolaan hutan, sistem silvikultur merupakan sarana utama untuk
mewujudkan hutan dengan struktur dan komposisi yang dikehendaki.
Pelaksanaan suatu sistem silvikultur yang sesuai dengan lingkungan
setempat telah menjadi tuntutan demi terwujudnya pengelolaan hutan
yang berkelanjutan.
18
9. Pembukaan Wilayah Hutan (PWH) : Pembukaan Wilayah Hutan
(PWH) adalah kunci keberhasilan kegiatan pengelolaan restorasi
ekosiste jika cukup tersedia jalan angkutan yang akan melancarkan
seluruh pelaksanaan kegiatan penanaman, pengayaan/rehabilitasi
hutan, pemeliharaan tegakan, pengamanan dan perlindungan hutan,
pengembangan ekowisata, serta pemanfaatan HHBK.
19
pengelolaan hutan.
1. Pengadaan Bibit
Pengadaan bibit yang dilakukan di PT. Pemantang Abaditama
meliputi penyiapan tempat pembibitan, pengadaan sarana prasarana,
dan kegiatan lain yang berhubungan dengan pengadaan bibit. Maksud
dan tujuan kegiatan ini adalah untuk memperoleh benih atau bibit
yang berkualitas tinggi dalam jumlah yang memadai secara tepat
waktu serta untuk meningkatkan kualitas dan produktivitas hutan dan
ekosistem yang sesuai dengan kondisi tempat tumbuh dengan
menggunakan bibit pohon yang diperlukan untuk ditanami di daerah
lahan kosong. Tahapan yang dilakukan untuk memperoleh bibit yaitu
melakukan kegiatan persemaian berfungsi untuk menyediakan bibit
yang berkualitas dalam jumlah yang memadai, tata waktunya tepat
dan bibit yang dihasilkan sesuai dengan tapaknya sehingga
meningkatkan produktifitas. Beberapa cara untuk memperoleh
pengadaan bibit yang dilakukan oleh PT. Pemantang Abaditama
yaitu:
a. Sistem Biji Diptrocarpaceae
Pembuatan bibit menggunakan sistem ini sudah dilakukan
beberapa kali dimana dengan Benih atau yang sering disebut dengan
biji adalah bahan tanam dalam budidaya. Benih merupakan bahan
tanam yang digunakan untuk memulai awal dari munculnya
kehidupan tanaman. Benih memiliki ukuran yang kecil dan
didapatkan dari bagian tanaman (biji) yang telah dipilih dan diseleksi.
Pada dasarnya perkembangbiakan tanaman dapat dilakukan secara
generatif dan/atau vegetatif. Perkembangbiakan secara generatif
dilakukan tumbuhan melalui biji.
20
b. Sitem Cabutan Diptrocarpaceae
Bibit Cabutan adalah bibit tanaman yang dipindahkan dari
persemaian ke tempat penanaman dengan cara dicabut tanpa
diikutsertakan tanahnya. Pengadaan bibit dengan teknik cabutan sangat
bergantung kepada anakan yang tersedia di alam. Lokasi
pengumpulan bibit diperoleh dari areal hutan yang sudah ditetapkan
sebagai sumber anakan alam. Perbedaan antara teknik cabutan dan
teknik putaran adalah teknik cabutan tidak mengambil tanah di sekitar
bibit. Bibit hasil cabutan kemudian dibesarkan di bedeng penyapihan
sebelum ditanam di area tanam. Teknik cabutan awalnya merupakan
solusi untuk memperbanyak jenis yang sulit dibudidayakan namun
jumlahnya melimpah di alam seperti cendana yang memerlukan inang
untuk pertumbuhannya (Gunawan 2011).
c. Sistem Stek Batang Non Diptrocarpaceae
Metode stek adalah cara perbanyakan tanaman dengan
menggunakan potongan bagian tanaman (batang/daun/akar) untuk
ditanam kembali agar menghasilkan tanaman baru yang memiliki sifat
identik dengan induknya. Stek batang adalah cara penyetekan
tanaman yang bahannya berasal dari potongan batang atau jaringan
batang yang telah mengalami modifikasi bentuk atau fungsi. Potongan
batang ini nantinya akan membentuk akar adventif di ujung potongan
batang dan membentuk tunas dari mata tunas yang masih dorman.
Kelebihan Teknik Stek : Tak terkendala musim/waktu. Individu baru
mempunyai umur yang sama dengan induknya sehingga
cepat berbuahah. Individu baru mempunyai sifat yang sama dengan
induknya.
d. Sistem Stek pucuk
Stek pucuk adalah metode perbanyakan vegetatif secara
konvensional dengan menumbuhkan terlebih dahulu tunas-tunas
axilar pada media persemaian sampai berakar sebelum dipindahkan ke
lapangan. Keberhasilan stek pucuk tergantung pada beberapa faktor
dalam dan luar. Stek pucuk adalah salah satu metode perbanyakan
'bibit secara vegetatif dengan menggunakan tunas muda berkayu atau
21
trubusan.
2. Penanaman Bekas Tebangan/ Lahan kosong
Kegiatan penanaman dilakukan pada areal bekas tebangan untuk
meningkatkan mutu tegakan. Kegiatan pengayaan dilakukan pada
areal bekas tebangan yang kurang permudaan, sedangkan rehabilitasi
dilakukan pada areal bekas tebangan yang terbuka bekas sarana
prasarana penebangan seperti jalan sarad, TPK dan areal terbuka
lainnya. Disamping penanaman areal bekas tebangan, dilakukan juga
kegiatan penanaman areal non hutan dan penanaman kanan-kiri jalan
angkutan, . ditanami dengan jenis-jenis komersial atau unggulan
setempat.
3. Pemeliharaan
22
lingkungan fisik dan biologogis yang lebih baik. Kondisi fisik antara lain
dengan dilakukan pendangiran sekitar tempat tumbuh dan memberikan
pupuk. Kndisi biologisdenan membuang jenis jenis tanaman pengganggu
disekitarnya.
Disamping memberikan kondisi biologi dan fisik lingkungan yang
lebih baik bai pertumbuhan anakan ada beberapa kegiatan pemeliharaan
antara lain penyiangan, pendangiran, penyulaman, dan pemupukan.
Penyiangan dan pendangiran dilaksanakan dengan cara membersihkan
gulma disekitar tanaman muda, serta membersihkan dan memotong
tunas-tunas semak yang enutup jalur larikan tanaman. Penyiangan dan
pendangiran dilaksanakan 1 (satu) kali dalam setahun yaitu 3 (tiga) bulan
setelah penanaman selama 3 tahun berturut-turut.
Penyulaman merupakan penggangti anakan yang mati agar proses
tumbuh dari kegiatan penanaman menjadi lebih besar. Penyulaman
terhadap tanaman yang mati dilakukan pada bulan ke 3 (tiga) setelah
penanaman. Penyulaman dilakukan dengan jenis yang sama dengan jenis
tanaman yang ditanam. Bibit sulaman berasaldari persemaian yang telah
disiapkan. Pemberian pupuk terhadap tanaman hasil pengayaan/
rehabilitasi maupun hasil penyulaman dimaksudkan untuk memberi
nutrisi tambahan agar tanaman tersebut dapat tumbuh dengan baik.
2.3.3 Kegiatan Pengamanan Hutan
1. Perlindungan Tehadap Perambahan Hutan
Seiring dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang
tinggal di sekitar kawasan hutan, maka semakin tinggi pula kebutuhan
penduduk akan lahan, yang akan digunakan sebagai lahan pertanian
dan pemukiman mereka. Untuk itu kegiatan perambahan hutan
menjadi hal sering dijumpai pada hampir di semua kawasan hutan,
khususnya pada kawasan hutan yang mudah di akses, yaitu di tepi
jalan angkutan, atau di kanan-kiri sungai. Bentuk-bentuk perambahan
yang terjadi biasanya perladangan bergilir atau dalam bentuk
pemukiman penduduk. Untuk mengatasi hal tersebut, maka beberapa
kegiatan perlindungan yang dapat dilakukan antara lain :
Melakukan penataaan batas seluruh kawasan hutan disertai
23
dengan pemasangan papan pemberitahuan atas legalitas
pemegang hak atau izin.
Melakukan patroli secara rutin, sehingga dapat segera
mengetahui setiap perkembangan menyangkut keamanan
arealnya.
Melakukan kegiatan kelola sosial yang dapat
mencegah/mengurangi terjadinya kegiatan perambahan
(kemitraaan, PHBM ).
2. Perlindungan Terhadap Pembalakan Liar
24
tersebut harus menjadi salah satu kegiatan perlindungan dan
pengamanan hutan. Kegiatan tersebut meliputi identifikasi,
inventarisasi serta melakukan pengelolaan termasuk pemantauan
secara berkala, sehingga dapat diketahui perkembangannya dari waktu
ke waktu.
25
III. REALISASI KEGIATAN MAGANG
3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
26
Kegiatan yang pertama dilakukan oleh mahasiswa Universtitas
palangka Raya dalam kegiatan magang adalah diberikan informasi
tentang RKT tahun 2022 oleh perusahaan PT.Pemantang Abaditama
yang dimana RTK merupakan Rencana Kerja Tahunan (RKT)
merupakan dokumen perencanaan-perencanaan kinerja untuk periode 1
(satu) tahun, yang memuat kebijakan program dan kegiatan, yang telah
ditetapkan dalam Renstra (Rencana Strategik), dan akan dilaksanakan
oleh satuan organisasi/kerja melalui berbagai kegiatan tahunan.
Rencana Kerja Usaha dinyatakan sebagai informasi publik yang
terbuka. Rencana Kerja Usaha (RKU) merupakan dokumen yang berisi
informasi publik yang terbuka dan badan publik yang wajib
menyediakannya sebagai informasi publik yang tersedia setiap saat.
Pengecualian atas isi atau kandungan dalam dokumen tersebut hanya
pada bagian system silvikultur dan lain-lain yang terkait.
27
Pengadaan bibit bertujuan menyediakan benih bermutu dalam jumlah yang
cukup. Pengadaan benih dilakukan melalui produksi benih yang berasal dari
sumber benih. Sumber benih adalah suatu tegakan di dalam kawasan hutan dan
di luar kawasan hutan
yang dikelola guna memproduksi benih berkualitas. Tujuan pembibitan adalah
memproduksi bibit berkualitas untuk ditanam dalam areal penanaman dengan
Teknik SILIN. Kebutuhan bibit dihitung berdasarkan peta rencana implementasi
SILIN. Bibit berkualitas dapat berupa bibit cabutan anakan dari alam, bibit asal
benih, bibit asal stek dan bibit asal kultur jaringan. Bibit siap tanam adalah bibit
dengan tinggi antara 30-70 cm, sehat dan vigor (tingkat kemampuan benih untuk
tumbuh di atas rata-rata), serta telah melewati masa pengerasan tegakan benih
teridentifikasi, tegakan benih terseleksi, areal produksi benih, tegakan benih
provenan, kebun benih semai, kebun benih klon, dan kebun dan kebun pangkas.
Sumber benih unggul lainnya yang dapat dikembangkan khususnya bagi yang
baru menerapkan SILIN: bibit superior terseleksi, dari persemaian, pohon induk
superior terseleksi yang diperbanyak secara masal dengan stek pucuk.
28
tanaman dapat tegak kokoh berdiri di atas media tersebut dan sebagai sarana
untuk menghidupi tanaman. Dalam penyediaan media tanam dilakukan
pencampuran antara tanah top soil,tanah berpasir, sekam dan dolomit dengan
perbandingan 3:3:1:1 dengan keterangan:tanah top soil (3), tanah berpasir (3),
sekam (1) dan Dolomit (1). Setelah dilakukan pencampuran maka ditutup
menggunakan platik lalu ditunggu kir-kira sampai 1 minggu.
Setelah ditunggu hingga satu minggu tanah yang sudah dicampur sudah
dapat di isi kedalam polybag dengan ukuran polybag disesuaikan untuk jenis
pohon yang akan ditanam, dan sesuai dengan cara pembuatan bibit seperti:
Menggunakan biji, stek pucuk, stek daun dan cabutan dari hutam alam.
2. Proses Pembibitan
Persyaratan tempat persemaian/pembibitan: Lahan bersih dari gulma, sisa
tanaman sekelilingnya dan kotoran. Suhu, kelembaban dan intensitas cahaya
dapat diatur sesuai dengan kebutuhan. Sirkulasi udara lancar. Pada bibit yang
baru diberikan Naungan yang dimana Fungsi dari naungan sendiri sebagai
pengatur masuknya cahaya matahari dan akan dibiaskan menuju ke tanaman,
selain itu peran naungan juga dapat berfungsi untuk menghindari turunnya hujan
secara langsung ke tanaman yang akan berdampak pada proses pertumbuhan
tanaman.
29
Gambar 3.4.2 Bibit yang Sudah Tumbuh
30
setempat. Penanaman merupakan sistem yang dinilai sesuai untuk
diterapkan pada hutan alam produksi dan pada hutan-hutan alam yang
tak seumur di Indonesia, kecuali untuk hutan payau. Sebagai salah satu
sub sistem dari sistem pengelolaan hutan, sistem silvikultur merupakan
sarana utama untuk mewujudkan hutan dengan struktur dan komposisi
yang dikehendaki. Pelaksanaan suatu sistem silvikultur yang sesuai
dengan lingkungan setempat telah menjadi tuntutan demi terwujudnya
pengelolaan hutan yang berkelanjutan.
Persiapan pelaksanaan meliputi persiapan satuan kerja dan
persiapan peralatan. Dalam Persiapan pelaksanaan, regu kerja kergiatan
penanaman terdiri dari pekerja dengan pembagian tugas diantaranya
yaitu ketua tim (merangkap sebagai pencatan), pengecer bibit, dan
penanaman bibit. Regu kerja pelaksanaan ini dipimpin oleh tenaga kerja
teknis kehutanan khususnya yang telah mendapat Pendidikan/pelatihan
pembinaan hutan. Persiapan Satuan Kerja yaitu antara lain:
Regu kerja kegiatan penanaman terdiri dari pekerja dengan
pembagian tugas diantaranya yaitu ketua tim (merangkap
sebagai pencatat), pengecer bibit, dan penanam bibit; dan
Regu kerja pelaksanaan kegiatan ini dipimpin oleh tenaga kerja
teknis kehutanan khususnya yang telah mendapat
pendidikan/pelatihan pembinaan hutan.
Persiapan Peralatan kerja yang dilakukan dalam
kegiatan penanaman adalah sebagai berikut ini:
Kompas yang digunak sebagai pembidik untuk mengukr jrak
setiap anatar pohon yang akan ditanami.
Buku ekspedisi dan ATK yang dibutuhkan
Parang yang digunakan untuk mebuat pancag
Cangkul yang digunakan untuk membuat lubang tanaman
APD ( Alat Pelindung diri) sesuai dengan SOP yang berlaku.
31
Gambar 3.5.1 Penanaman di areal Bekas
Penebangan
3.6 Pemeliharaan
Pemeliharaan sangat diperlukan, karena tedapat dua masalah utama
setelah kegiatan penanaman di lapangan, yaitu kematian bibit dan
Pertumbuhan lambat dan abnormal. Pemeliharaan tanaman hasil
pengayaan dan rehabilitasi sangat diperlukan untuk meningkatkan daya
tumbuh anakan dengan jalan membersihkan dari gulma di sekitar
tanaman semai yang baru. Dalam kegiatan pemeliharaan ini dilakukan
kegiatan mulai dari pemupukan yang dimana Pupuk adalah material
yang ditambahkan pada media tanam atau tanaman untuk mencukupi
kebutuhan hara yang diperlukan tanaman sehingga mampu berproduksi
dengan baik. Material pupuk dapat berupa bahan organik ataupun non-
organik. Pupuk berbeda dari suplemen.Yang termasuk dalam kegiatan
pemeliharaan adalah penyulaman, penyiraman, dan pembumbunan.
Penyiraman dilakukan untuk menjaga agar tanah tetap terjaga
kelembabpannya. Penyulaman adalah kegiatan menanam kembali yang
bertujuan untuk mengganti benih yang tidak tumbuh atau tumbuh tapi
secara tidak normal.
32
3.7 Konservasi Tanah dan Air
Maksud kegiatan pengelolaan konservasi tanah dan air (KTA) pada
dasarnya merupakan upaya-upaya pendekatan teknologi,social-ekonomi
dan institusional dalam rangka pengelolaan dampak-dampak yang
diperkirakan akan terjadi, dimana sasarannya adalah kawasan lindung,
kawasan areal tidak efektif untuk unit produksi khususnya pada areal
sampadan sungai dan lahan-lahan kritis.
Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini yaitu terbentuknya
pemahaman persepsi tentang perlindungan kawasan konservasi
khususnya konservasi tanah dan air (KTA) dengan karakteristik
ekosistemnya, sehingga pemanfaatan sumber daya alam berlangsung
secara optimal.
Hasil kegiatan Praktik Kerja Lapangan/magang konservasi tanah
dan air di PT.Pemantang Abaditama yaitu:
Pengukuran Curah Hujan, suhu, dan kelembapan Alat yang
digunakan untuk pengematan ini adalah thermohygrometer, gelas ukur
curah hujan, tally sheet dan alat tulis. Pengukuran tingi curah hujan
dilakukan secara manual yaitu menggunakan gelas ukur tinggi curah
hujan yang ditempatkan pada areal terbuka.
33
2022.
34
Sedangkan tujuan dari kegiatan ITSP adalah sebagai berikut ini :
35
Untuk pohon induk selain diberi label pohon, pada batang pohon
dipolet menggunakan cat warna merah melingkar batang pada
ketinggian kurang lebih 130 cm dari permukaan tanah.
Pengukuran diameter pohon dilakukan pada bagian pohon
setinggi dada rata-rata ( 130 cm dari permukaan tanah ).
Pengukuran tinggi pohon dimulai dari permukaan tanah sampai
dengan cabang pertama dari batang pohon.
Penandaan dan ponomoran jalur inventarisasi dilakukan dengan
memasang label plastik berwarna merah ukuran 7 cm x 7 cm, yang
memuat informasi tahun RKT, nomor petak dan nomor jalur serta
nama perusahaan.
Penandaan dan penomoran petak ukur (PU) dilakukan dengan
memasang label plastik berwarna orange ukuran 7 cm x 8 cm,
yang memuat informasi nomor
petak, nomor jalur dan nomor petak ukur (PU) serta nama perusahaan.
Lebar jalur inventarisasi 40 Meter jarak datar dan ukuran Petak
Ukur (PU) 20 meter x 40 meter jarak datar.
V
No Jenis D TBC X Y Arah Posisi Jalur
(m3)
1. Meranti Putih 78 19 10 945 Selatan Kiri Jalur 2 5,45
2. Meranti Putih 78 17 17 17 Selatan Kiri Jalur 2 4,87
3. Kapur Naga 60 14 20 882 Selatan Kiri Jalur 2 2,38
4. Meranti Merah 108 16 10 873 Selatan Kiri Jalur 2 8,79
5. Bangkirai 130 20 2 847 Selatan Kiri Jalur 2 15,93
6. Meranti Kuning 79 14 17 814 Selatan Kiri Jalur 2 4,12
7. Meranti Merah 58 19 14 621 Selatan Kiri Jalur 2 3,01
8. Bangkirai 80 14 10 583 Selatan Kiri Jalur 2 4,22
9. Bangkirai 85 21 15 556 Selatan Kiri Jalur 2 7,15
10. Bangkirai 64 20 11 484 Selatan Kiri Jalur 2 3,86
36
11. Meranti Merah 85 19 2 388 Selatan Kiri Jalur 2 6,47
12. Agathis 103 23 18 386 Selatan Kiri Jalur 2 11,50
13. Meranti Merah 79 15 3 326 Selatan Kiri Jalur 2 4,41
14. Keruing 56 21 15 258 Selatan Kiri Jalur 2 3,10
15. Keruing 53 14 15 199 Selatan Kiri Jalur 2 1,85
16. Keruing 78 17 5 135 Selatan Kiri Jalur 2 4,87
Pada jalur 2 petak P29 terdapat dalam tabel diatas, dimana jumlah yang
paling dominan adalah meranti merah dan bangkirai. Dengan meranti merah
berjumlah 7 dan bangkirai berjumlah 4, kapur naga berjumlah 1, Agathis
berjumlah 1, keruing jumlah 3. Ini merupakan petak sampel yang mewakili
kegiatan untuk kegiatan ITSP pada pembukaan RKT 2023 yang akan datang.
37
penebangan pohon dapat dilakukan penebangan jika telah dilakukan
inventarisasi dan pada blok tebangan tersebut telah direncanakan/
tersedia aksebilitas untuk log. Dalam kegiatan penebangan terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan yaitu dalam satu blok tebangan
terdapat satu orang chainsawman, satu unit tractor beserta operatornya.
Dalam melakukan penebangan pohon mempunyai kriteria-kriteria pohon
yang layak tebang atau siap tebang yaitu sebagai berikut : Pohon yang
ditebang adalah pohon yang telah dilaksanakan ITSP dengan label/plat
berwarna merah. Untuk hutan produksi diameter pohon yang dapat di
tebang adalah >50 cm dan untuk hutan produksi terbatas adalah >60 cm.
Pohon tersebut tidak berada dalam kawasan konservasi ataupun hutan
lindung.
Pohon yang dapat ditebang adalah pohon yang sehat dan bukan
pohon yang di lindungi. Dalam kegiatan penebangan factor keselamatan
harus diperhatikan untuk itu dalam kegiatan penebangan harus ada
beberapa hal yang wajib dilakukan, yaitu membuat jalur penyelamatan
dan menentukan arah rebah. Membuat jalur penyelamatan : Jalur
penyelamatan dibuka untuk tempat penyelamatan dari rebahan pohon
dan keluar dari zona bahaya. Penentuan zona berbahaya adalah dalam
radius 2 kali tingg total pohon (sampai dengan tajuk) Jalur Penyelamatan
dibuat berlawanan dengan arah rebah pohon. Menentukan arah rebah :
Arah rebah yang terbaik adalah yang mendekati atau menjauhi jalan
sarad dengan membentuk sudut 30-45 (Pola sirip ikan). Bila mungkin
arah rebah di arahkan ke tempat yang kosong.
38
Gambar 3.9.1 kegiatan Penebangan
39