Disusun Oleh :
Robbi Nur Hidayat
331810001
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
Disusun Oleh:
Mengetahui,
Kepala Program Studi Teknik Lingkungan
iii
LEMBAR PENGESAHAN
Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Lingkungan :
iv
KATA PENGANTAR
v
DAFTAR ISI
vi
2.7 Tujuan Pengelolaan Limbah B3 ............................................................. 28
5.3. Hasil Pengamatan Yang Sudah Sesuai Secara Umum Menurut PP No. 22
tahun 2021 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun ....... 68
5.4. Hasil Temuan Pengamatan Yang Tidak Sesuai PP No. 22 tahun 2021
Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.......................... 72
vii
LAMPIRAN ......................................................................................................... 76
viii
DAFTAR GAMBAR
ix
Gambar 5. 4 Simbol Limbah B3 .......................................................................... 65
Gambar 5. 5 Simbol Mudah Terbakar ................................................................. 65
Gambar 5. 6 Dokumen Serah Terima Limbah .................................................... 66
Gambar 5. 7 Forklift ............................................................................................ 66
Gambar 5. 8 Pewadahan Limbah B3 PT.Hung A Indonesia ............................... 72
Gambar 5. 9 Wadah Gerigen Limbah B3 PT. Hung A Indonesia ....................... 72
x
DAFTAR TABEL
xi
DAFTAR LAMPIRAN
xii
BAB I
PENDAHULUAN
13
Berdasarkan latar belakang diatas maka dilakukan kerja praktek tentang
Analisis Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun Di PT. Hung A
Indonesia. Hal ini sangat penting untuk menghindari pencemaran baik air, udara,
lingkungan maupun pekerjaanya sendiri.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
yang dapat diidentifikasi adalah:
a. Jenis karakteristik limbah B3 apa saja yang dihasilkan dari proses produksi
di PT.HUNG A Indonesia?
b. Bagaimana pengelolaan limbah B3 di PT. HUNG A Indonesia?
c. Apakah pelaksanaan pengelolaan limbah B3 di PT. HUNG A Indonesia
telah sesuai dengan peraturan pemerintah Republik Indonesia?
1.5. Tujuan Kerja Praktek
Tujuan dari kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
14
1.6. Manfaat Kerja Praktek
1.6.1. Bagi Mahasiswa
a. Dapat menerapkan Ilmu pengelolaan limbah B3 yang diperoleh dari dosen
pengajar.
b. Menambah pengetahuan mengenai ilmu pengelolaan limbah B3 yang tidak
didapatkan dari dosen pengajar.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Limbah Cair
Limbah cair adalah bahan-bahan pencemar berbentuk cair. Air
limbah adalah air yang membawa sampah (limbah) dari rumah tinggal,
bisnis, dan industri yaitu campuran air dan padatan terlarut atau tersuspensi
dapat juga merupakan air buangan dari hasil proses yang dibuang ke dalam
lingkungan
2. Limbah Padat
Limbah padat adalah limbah yang memiliki wujud padat yang
bersifat kering dan tidak dapat berpindah kecuali dipindahkan. Limbah
padat ini biasanya berasal dari sisa makanan, sayuran, potongan kayu,
ampas hasil industri, dan lain-lain.
3. Limbah Gas
Limbah gas adalah limbah yang memanfaatkan udara sebagai
media. Limbah gas yang dihasilkan berlebihan dapat mencemari udara
serta dapat mengganggu kesehatan masyarakat (Wildan, 2019).
4. Limbah B3
Menurut Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
bahwa limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan. B3 adalah zat,
16
energi, dan/atau komponen lain yang karena sifat, konsentrasi, dan/atau
jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan/atau merusak lingkungan hidup, dan/atau
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, serta kelangsungan hidup
manusia dan makhluk hidup lain.
2.2 Klasifikasi Limbah B3
Klasifikasi limbah B3 berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 22 tahun 2021 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya
dan Beracun. Limbah B3 berdasarkan sumbernya dikelompokan menjadi 3
kelompok, yaitu :
1. Mudah meledak
Limbah yang pada suhu dan tekanan standar 25 ºC atau 760 mmHg
dapat meledak, atau melalui reaksi kimia dan/atau fisika dapat
menghasilkan gas dengan suhu dan tekanan tinggi yang dengan cepat
merusak lingkungan sekitarnya.
2. Mudah menyala
Limbah B3 bersifat mudah menyala adalah limbah yang memiliki
salah satu atau lebih dari sifat-sifat berikut :
a. Limbah berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24%
volume dan/atau pada titik nyala tidak lebih dari 60 ºC (enam puluh
17
derajat Celcius) atau 14O ºF akan menyala jika terjadi kontak
dengan api, percikan api atau sumber nyala lain pada tekanan udara
760 mmHg. pengujian sifat mudah menyala untuk limbah bersifat
cair dilakukan menggunakan seta closed tester, pensky martens
closed cup atau metode lain yang setara dan termutakhir; dan atau
b. Limbah yang bukan berupa cairan, yang pada temperatur dan
tekanan standar yaitu 25 ºC atau 760 mmHg mudah menyala melalui
gesekan, penyerapan uap air atau perubahan kimia secara spontan
dan jika menyala dapat menyebabkan nyala terus menerus. Sifat ini
dapat diketahui secara langsung tanpa harus melalui pengujian di
laboratorium.
3. Reaktif
Limbah B3 reaktif adalah limbah yang memiliki sifat-sifat yang
pada keadaan normal tidak stabil dan dapat menyebabkan perubahan tanpa
peledakan. Limbah ini secara visual menunjukkan adanya antara lain
gelembung gas, asap, dan perubahan warna, limbah yang jika bercampur
dengan air berpotensi menimbulkan ledakan, menghasilkan gas, uap, atau
asap. Sifat ini dapat diketahui secara langsung tanpa melalui pengujian di
laboratorium atau limbah sianida, sulfida yang pada kondisi pH antara 2
dan 12,5 dapat menghasilkan gas, uap, atau asap beracun. Sifat ini dapat
diketahui melalui pengujian limbah yang dilakukan secara kualitatif.
4. Infeksius
Limbah medis padat yang terkontaminasi organisme patogen yang
tidak secara rutin ada di lingkungan, dan organisme tersebut dalam jumlah
dan virulensi yang cukup untuk menularkan penyakit pada manusia rentan.
Yang termasuk limbah infeksius antara lain :
a) Limbah yang berasal dari perawatan pasien yang memerlukan isolasi
penyakit menular atau perawatan intensif dan limbah laboratorium;
b) Limbah yang berupa benda tajam seperti jarum suntik, perlengkapan
intravena, pipet pasteur, dan pecahan gelas;
18
c) Limbah patologi yang merupakan limbah jaringan tubuh yang
terbuang dari proses bedah atau otopsi;
d) Limbah yang berasal dari pembiakan dan stok bahan infeksius,
organ binatang percobaan, bahan lain yang telah diinokulasi, dan
terinfeksi atau kontak dengan bahan yang sangat infeksius; dan/atau
e) Limbah sitotoksik yaitu limbah dari bahan yang terkontaminasi dari
persiapan dan pemberian obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker
yang mempunyai kemampuan membunuh atau menghambat
pertumbuhan sel hidup.
5. Korosif
Limbah dengan pH sama atau kurang dari 2 (dua) untuk Limbah
bersifat asam dan sama atau lebih besar dari 12,5 (dua belas koma lima)
untuk yang bersifat basa. Sifat korosif dari Limbah padat dilakukan dengan
mencampurkan Limbah dengan air sesuai dengan metode yang berlaku
dan jika limbah dengan pH lebih kecil atau sama dengan 2 (dua) untuk
Limbah bersifat asam dan pH lebih besar atau sama dengan 12,5 (dua belas
koma lima) untuk yang bersifat basa
6. Beracun
Limbah yang memiliki karakteristik beracun berdasarkan uji
penentuan karakteristik beracun melalui TCLP, Uji Toksikologi LD50,
dan uji sub-kronis.
19
4. Peraturan Mentri Lingkungan Hidup Indonesia No.
P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020 Tentang Penyimpanan Limbah
B3
5. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-01/BAPEDAL/09/1995
tentang Tata Cara Dan Persyaratan Teknis Penyimpanan Dan
Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
6. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-02/BAPEDAL/09/1995
tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
7. Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-03/BAPEDAL/09/1995
tentang Persyaratan Teknis Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
Simbol limbah B3 berbentuk bujur sangkar diputar 45◦ (empat puluh lima
derajat) sehingga membentuk belah ketupat. Pada keempat sisi belah ketupat
tersebut dibuat garis sejajar yang menyambung sehingga membentuk bidang belah
ketupat dalam dengan ukuran 95% dari ukuran belah ketupat luar. Warna garis yang
membentuk belah ketupat dalam sama dengan warna gambar simbol limbah B3.
20
horisontal belah ketupat. Simbol limbah B3 yang dipasang pada kemasan dengan
ukuran paling rendah 10 cm x 10 cm, sedangkan simbol limbah B3 pada kendaraan
pengangkut limbah B3 dan tempat penyimpanan limbah B3 dengan ukuran paling
rendah 25 cm x 25 cm, sebanding dengan ukuran box pengangkut yang ditandai
sehingga tulisan pada simbol limbah B3 dapat terlihat jelas dari jarak 20 m.
Simbol limbah B3 harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap goresan
dan/atau bahan kimia yang kemungkinan akan mengenainya, misalnya bahan
plastik, kertas, atau plat logam dan harus melekat kuat pada permukaan kemasan.
Warna simbol limbah B3 untuk dipasang di kendaraan pengangkut limbah B3 harus
dengan cat yang dapat berpendar (flourenscence).
Warna dasar bahan jingga atau orange, memuat gambar berupa suatu
materi Limbah yang meledak berwarna hitam terletak dibawah sudut atas garis
ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah terdapat tulisan MUDAH MELEDAK
berwarna hitam yang diapit oleh 2 (dua) garis sejajar berwarna hitam sehingga
membentuk 2 (dua) bangun segitiga sama kaki pada bagian dalam belah ketupat.
Blok segilima berwarna merah.
21
Gambar 2. 2 Simbol Limbah B3 Mudah Meledak
Sumber: Permen LH No. 14 Tahun 2013.
Bahan dasar berwarna merah, memuat gambar berupa lidah api berwarna
putih yang menyala pada suatu permukaan berwarna putih terletak di bawah sudut
atas garis ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah terdapat tulisan CAIRAN dan
di bawahnya terdapat tulisan MUDAH MENYALA berwarna putih. Blok segilima
berwarna putih.
Dasar Simbol Limbah B3 terdiri dari warna merah dan putih yang berjajar
vertikal berselingan, memuat gambar berupa lidah api berwarna hitam yang
menyala pada suatu bidang berwarna hitam. Pada bagian Pada bagian tengah
terdapat tulisan PADATAN dan di bawahnya terdapat tulisan MUDAH
22
MENYALA berwarna hitam, Blok segilima berwarna kebalikan dari warna dasar
Simbol Limbah B3.
23
sebelah bawah gambar simbol terdapat tulisan BERACUN berwarna hitam, serta
blok segilima berwarna merah.
Belah ketupat terbagi pada garis horisontal menjadi dua bidang segitiga.
Pada bagian atas yang berwarna putih terdapat 2 (dua) gambar, yaitu di sebelah kiri
adalah gambar tetesan limbah korosif yang merusak pelat bahan berwarna hitam,
dan di sebelah kanan adalah gambar telapan tangan kanan yang terkena tetesan
Limbah B3 korosif. Pada bagian bawah, bidang segitiga berwarna hitam, terdapat
tulisan KOROSIF berwarna putih, serta blok segilima berwarna merah.
24
Warna dasar bahan adalah putih dengan garis pembentuk belah ketupat
bagian dalam berwarna hitam, memuat gambar infeksius berwarna hitam terletak
di sebelah bawah sudut atas garis belah ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah
terdapat tulisan INFEKSIUS berwarna hitam, dan di bawahnya terdapat blok
segilima berwarna merah.
Warna dasar bahan adalah putih dengan garis pembentuk belah ketupat
bagian dalam berwarna hitam, memuat gambar berupa pohon berwarna hitam,
gambar ikan berwarna putih, dan gambar tumpahan Limbah B3 berwarna hitam
yang terletak di sebelah garis belah ketupat bagian dalam. Pada bagian tengah
bawah terdapat tulisan BERBAHAYA TERHADAP dan di bawahnya terdapat
tulisan LINGKUNGAN berwarna hitam, serta blok segilima berwarna merah.
25
2.5.10. Label Limbah B3
26
Gambar 2. 11 Label Limbah B3 Kemasan Kosong
Sumber: Permen LH No. 14 Tahun 2013.
27
2.7 Tujuan Pengelolaan Limbah B3
Pengelolaan limbah B3 bertujuan untuk mencegah dan menanggulangi
pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup yang diakibatkan limbah B3
serta melakukan pemulihan kualitas lingkungan yang sudah tercemar sehingga
sesuai dengan fungsi kembali.
Pada pasal 276 di Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2021, bahwa setiap
orang yang menghasilkan limbah B3 wajib melakukan pengelolaan limbah B3 yang
dihasilkannya, penetapan limbah B3 terdiri dari kategori bahaya nya dan kategori
sumbernya.
28
2.8.2. Pengurangan Limbah B3;
a. Lokasi tempat penyimpanan yang bebas banjir, tidak rawan bencana dan
di luar kawasan lindung serta sesuai dengan tata ruang.
b. Harus berada di dalam penguasaan setiap orang yang mcnghasilkan limbah
B3.
2.8.4. Dokumen penyimpanan limbah B3
29
Gambar 2. 13 Dokumen Limbah B3
Sumber: Keputusan Kepala BAPEDAL Nomor KEP-02/BAPEDAL/09/1995
tentang Dokumen Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
30
Fasilitas Penyimpanan Limbah B3 berupa bangunan harus dirancang terdiri
dari beberapa bagian penyimpanan, dengan ketentuan bahwa setiap bagian
penyimpanan hanya digunakan untuk menyimpan satu karakteristik Limbah B3
atau Limbah B3 yang saling cocok. Antara bagian penyimpanan satu dengan
lainnya harus dibuat batas pemisah/tanggul untuk menghindari tercampurnya atau
masuknya tumpahan Limbah B3 ke bagian penyimpanan limbah B3 lainnya.
31
Penyimpanan Limbah B3 berupa tangki dan/atau kontainer dapat dilihat pada
Gambar 2. 16 .
32
Gambar 2. 17 Penyimbah Limbah B3 Berupa Silo
Sumber: Peraturan Mentri Lingkungan Hidup Indonesia No.
P.12/MENLHK/SETJEN/PLB.3/5/2020 Tentang Penyimpanan Limbah B3
33
Penyimpanan Limbah B3 berupa waste impoundment dilakukan dengan
tujuan untuk menyimpan sementara Limbah B3 sebelum dilakukan pemanfaatan
Limbah B3 dan/atau pengolahan Limbah B3 oleh Penghasil Limbah B3, atau
sebelum diserahkan kepada Pemanfaat Limbah B3, Pengolah Limbah B3 dan/atau
Penimbun Limbah B3 yang telah memiliki izin, bukan bertujuan untuk membuang
atau menimbun Limbah B3 ke media lingkungan selamanya.
34
2.8.6. Pengumpulan Limbah B3
a. Identitas pemohon.
b. Akta pendirian badan usaha.
c. Nama, sumber, karakteristik limbah B3 yang akan dikumpulkan.
d. Dokumen yang menjelaskan tentang tempat penyimpanan limbah B3.
e. Dokumen yang menjelaskan tentang pengemasan limbah B3.
f. Prosedur pengumpulan limbah B3.
g. Bukti kepemilikan atas dana penanggulangan.
h. Cemaran lingkungan hidup dan/atau kerusakan lingkungan hidup dan dana
penjaminan pemulihan fungsi lingkungan hidup.
i. Dokumen lain sesuai ketentuan perundang-undangan.
2.8.7. Pengangkutan Limbah B3
35
kepengumpul atau ke pemanfaat ke pengolah atau ke penimbun limbah B3. Setiap
penganggkutan limbah B3 oleh pengangkut limbah B3 wajib disertai dokumen
limbah B3 yang ditetapkan oleh kepala instansi yang bertanggung jawab. Adapun
dokumen pengangkut limbah B3 paling sedikit memuat:
a. Plakat yang dilekatkan pada sisi kiri, kanan, depan dan belakang
kendaraan dengan ukuran, bentuk dan contoh penempatan sebagaimana
dalam Lampiran I.
b. Nama perusahaan yang dicantumkan pada sisi kiri, kanan dan belakang
kendaraan dengan ukuran sebagaimana dalam Lampiran II.
c. Jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard.
36
d. Kotak obat lengkap dengan isinya.
e. Alat pemantau unjuk kerja pengemudi, yang digunakan untuk merekam
kecepatan kendaraan dan perilaku pengemudi dalam mengoperasikan
kendaraannya.
f. Alat pemadam kebakaran.
g. Nomor telepon pusat pengendali operasi yang dapat dihubungi jika
terjadi keadaan darurat (emergency call), yang dicantumkan pada
sebelah kiri dan kanan kendaraan pengangkut.
Selain persyaratan teknis dan layak jalan yang telah disebutkan di atas,
kendaraan pengangkut B3 harus dilengkapi perlengkapan keadaan darurat, sebagai
berikut:
37
telah dijelaskan dalam Pasal 5 Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat
Nomor: SK.725/AJ.302/DRJD/2004 (Lampiran III, IV, dan V).
38
h. Selama pelaksanaan pemuatan, istirahat dan bongkar-muat harus
diawasi oleh pengawas yang memiliki kualifikasi sesuai peraturan
perundang-undangan yang berlaku
i. Batas kecepatan maksimum 60 km/jam→ karena pengangkut harus
selalu dalam kondisi yang stabil, terutama pada belokan agar limbah B3
tidak tumpah.
2.8.9. Persyaratan Pengemudi dan Pembantu Pengemudi Limbah B3
a. Syarat umum :
1. Memiliki SIM sesuai dengan golongan dan kendaraan yang
dikemudikan.
2. Memiliki pengetahuan mengenai: jaringan jalan dan kelas jalan;
kelaikan kendaraan bermotor; tata cara mengangkut barang.
b. Syarat khusus:
1. Memiliki pengetahuan mengenai bahan berbahaya yang
diangkutnya, seperti: klasifikasi, sifat, dan karakteristik bahan
berbahaya
2. Memiliki pengetahuan mengenai bagaimana mengatasi keadaan jika
terjadi suatu kondisi darurat, seperti cara menanggulangi kecelakaan
3. Memiliki pengetetahuan dan keterampilan mengenai tata cara
pengangkutan bahan berbahaya, seperti pengemudian secara aman,
pemeriksaan kesiapan kesadaran, hubungan muatan dengan
pengendalian kendaraan, persepsi keadaan bahaya/darurat
4. Memiliki pengetahuan mengenai ketentuan pengangkutan bahan
berbahaya, seperti: penggunaan plakat, label, dan symbol bahan
berbahaya
5. Memiliki kemampuan psikologi yang lebih tinggi daripada
pengangkut bahan / komoditi yang tidak berbahaya, seperti: tidak
mudah panik, sabar, bertanggung jawab, tidak mudah jenuh
menghadapi pekerjaan dan situasi yang monoton f. Memiliki fisik
yang sehat dan tangguh
39
Sementara pembantu pengemudi bertugas memberikan bantuan yang
diperlukan kepada pengemudi agar pengangkutan B3 dapat dilaksanakan sesuai
kaidah keselamatan, keamanan, kesehatan kerja dan tidak diizinkan mengemudi
kendaraan. Persyaratan yang harus pembantu pengemudi lakukan adalah :
40
Lintasan angkutan B3 di jalan ditentukan oleh Direktur Jenderal yang
terdapat dalam Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor:
SK.725/AJ.302/DRJD/2004 pasal 12 dengan mempertimbangkan :
Kelas jalan yang dilalui tidak melalui daerah padat penduduk, terowongan, dan
jalan yang sempit ; tidak melalui tanjakan dan belokan yang membahayakan atau
tidak memungkinkan dilalui kendaraan pengangkut bahan berbahaya ; titik rawan
sepanjang lintasan, seperti daerah kemacetan lalu lintas, tempat penyimpanan bahan
berbahaya, depot bahan bakar, jalur listrik tegangan tinggi.
41
e. Memberikan pertanggungjawaban apabila terjadi kerusakan jalan,
jembatan, dan gangguan lingkungan sekitarnya yang diakibatkan
pengoperasian kendaraan pengangkut B3
f. Mengembalikan Surat Persetujuan setelah pengangkutan selesai
dilaksanakan
g. Memperbaharui Surat Persetujuan setiap 6 (enam) bulan, apabila
pengoperasian pengangkutan B3 berlanjut.
2.8.10. Pemanfaatan Limbah B3
42
f. Uji laboratorium terakreditasi untuk parameter kualitas lingkungan;
g. Sistem Tanggap Danrrat Limbah B3 berupa dokumen program
kedaruratan pengelolaan limbah B3; dan
h. Rincian pelaksanaan penutupan fasilitas Penimbunan Limbah B3
2.8.12. Dumping (Pembuangan) Limbah B3
a. Terletak di dasar laut pada laut yang memiliki lapisan termoklin permanen;
dan
b. Tidak berada di lokasi tertentu atau di daerah sensitif sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.8.13. Pengecualian Limbah B3
43
LDso lebih besar dari 50 mg/kg (lima puluh miligram per kilogram) berat
badan hewan uji dan lebih kecil dari atau sama dengan 5000 mg/kg (lima
ribu miligram per kilogram) berat badan hewan uji
d. Karakteristik beracun melalui Uji Toksikologi LDso untuk menentukan
Limbah B3 dari sumber spesifik yang diuji memiliki nilai Uji Toksikologi
LDso lebih besar dari 5OO0 mg/kg (lima ribu miligram per kilogram)
berat badan hewan uji;
e. Karakteristik beracun melalui TCLP untuk menentukan Limbah B3 dari
sumber spesifik yang diuji memiliki konsentrasi zat pencemar lebih kecil
dari atau sama dengan konsentrasi zat pencemar pada kolom TCLP-B
sebagaimana tercantum dalam Lampiran XI yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peratran pemerintah ini; dan
f. Karakteristik beracun melalui uji toksikologi sub kronis sesuai dengan
parameter uji sebagaimana tercantum dalam Lampiran X yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini.
2.8.14. Perpindahan lintas batas Limbah B3
44
i. Dokurnen mengenai tata cara penanganan Limbah B3 yang akan diangkut;
dan
j. Dokumen yang berisi pernyataan dari Penghasil Limbah B3 dan eksportir
Limbah B3 mengenai keabsahan dokumen yang disampaikan.
2.8.15. Penanggulangan Pencemaran Lingkungan Hidup dan/atau Kerusakan
Lingkungan Hidup dan pemulihan fungsi Lingkungan Hidup
45
BAB III
METODE KERJA PRAKTEK
46
dengan melakukan pengamatan langsung dari pengelolaan limbah B3 di PT. Hung
A Indonesia dan wawancara dengan pihak yang bertanggung jawab
47
3.7. Pelaksanaan Kerja Praktek
Pelaksanaan kerja praktek dilakukan selama 3 bulan, dari bulan Oktober
sampai Desember 2021. Pada Tabel 3.1 jadwal rencana kerja ini disusun untuk
mempermudah pelaksanaan Kerja Praktek di PT. Hung A Indonesia.
Bulan
No. Kegiatan
Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Penulisan
1
Proposal
Konsultasi proposal
2 ke Dosen
Pembimbing
Pengajuan Proposal
3
ke Perusahaan
Aktivitas Lapangan :
a. Pengenalan Lokasi
b. Diskusi
4 c. Pengamatan dan
Observasi
d. Tugas Khusus
e. Pengumpulan Data
5 Penulisan Laporan
Konsultasi Laporan ke
6
Dosen Pembimbing
7 Revisi
8 Pengumpulan Laporan
48
BAB IV
PROFIL PERUSAHAAN
49
4.2.3. Logo Perusahaan
50
.sedangkan pada gambar 3 adalah produk ban dengan kualitas terbaik yang di
produksi PT.Hung A Indonesia yaitu Schwalbe Racing Ralph 29x2.10 Evolution
Line SnakeSkin Tubeless Easy Addix Speed Tire. Ban sepeda Schwalbe lebih
mengutamakan kenyamanan dibandingkan kecepatan dan kekuatan. Ban urban
dipakai untuk sepeda santai dan jarak pendek. Profil ban yang lebih lembek dan
lembut sebagai suspensi tambahan untuk kenyamanan bersepeda.
4.2.4. Lokasi dan Tata Letak Pabrik
Lokasi PT.Hung A Indonesia yang berlokasi di yang berlokasi di daerah Jl
Raya Inti Kawasan Industri Hyundai Bl C-5 CIBATU CIKARANG SELATAN
BEKASI Jawa Barat 17530.
Layout Line Normal Factory PT. Hung A Indonesia
Stok Tread
Building
Gc
masuk
51
b. Teknologi. Segala usaha dan kegiatan yang menyangkut
pemilihan,penelitian, dan penemuan teknologi serta pengembangan produk
,termasuk pembuatan peraangkat lunak
c. Produksi. Segala usaha dan kegiatan yang menyangkut perencanaan,
persiapan, pelaksanaan, dan pengendalian produksi
d. Segala usaha dan kegiatan yang menyangkut perencaanaan kebutuhan,
pengadaan, penyimpanan, pemeliharaan, pengendalian persediaan,dan
distribusi material
e. Keuangan. segala usaha dan kegiatan yang menyangkut Perencanaan,
perolehan, pengamanan, dan pemanfaatan dana secara optimal, akuntansi
keuangan, akuntansi manajeme serta perhitungan dan pengendalian biaya
f. Sumber daya manusia. Segala usaha dan kegiatan yang menyangkut
perencanaan kebutuhan, Penyediaan dan Pemisahan, Serta pengembangan
pelayanan kesejahteraan pegawai
g. Mutu. Segala usaha dan kegiatan yang menyangkut perancangan dan
pengembangan serta implementasi sistem mutu,Perencanaan Pencapaian
tingkat mutu, Kegiatan Pemeriksaan dan pengujian Guna Menjamin
Perencanaan pencapaian Tingkat Mutu, kegiatan Pemeriksaan dan
Pengujian guna menjamin Tercapainnya Mutu yang diminta pelanggan serta
diakui secara nasional maupun internasional
h. Fasilitas. Segala Usaha dan Kegiatan Yang Menyangkut Perencanaan
Pengembangan dan Pemeliharaan sarana dan prasarana perusahaan
i. Informasi. Segala usaha dan kegiatan yang menyangkut Perencanaan,
Pengorganisasian, pemanfaatan, serta pengendalian Informasi
j. Pengawasan. Segala usaha dan kegiatan yang menyangkut Pemeriksaan
Untuk Mencegah Pemborosan, Peningkatan hasil guna dan daya Guna
berdasarkan perundang undangan, Peraturan, Kebijakan dan Norma yang
berlaku
k. Perencanaan dan Pengendalian Perusahaan. Segala usaha dan kegiatan yang
menyangkut, Perencanaan Strategis, Pengorganisasian, Pemantauan, dan
evaluasi terhadap Pelaksanaan Kegiatan Perusahaan.
l. Administrasi dan Umum. Segala usaha dan kegiatan yang menyangkut
Pengaturan Rumah Tangga Perusahaan, Administrasi Umum, Pemeliharaan
lingkungan Kerja, Kesehatan Kerja, Pengamanan Perusahaan, Hubungan
Masyrakat, Perizinan, Asuransi, Klaim dan Hukum.
52
4.2.6. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi PT. Hung A Indonesia
President director
Production
GM Finance
HR/GA
director
Staff
accounting
53
4.2.7. Pembagian Jam Kerja
PT. Hung A Indonesia memberlakukan jam kerja serta membagi 3 shift
(shift pagi,sore,dan Malam), untuk shift pagi setiap tenaga kerja memiliki
kewajiban kerja 8 jam dalam sehari dan untuk shift sore memiliki 8 jam kerja sehari
shift malam 8 jam kerja dan waktu break ISOMA. Dan waktu Istirahat dilaksanakan
setelah 4 Jam Kerja dengan durasi waktu 60 Menit untuk jam kerja tenaga kerja
dapat dilihat pada Tabel 4.1 dibawah ini :
Tabel 4. 1 Pembagian Jam Kerja
Hari Shift pukul(WIB) kegiatan
08.00 jam masuk kerja
senin-sabtu Pagi 12.00-13.00 ISOMA
16.00 Jam pulang kerja
16.00 jam masuk kerja
Senin-sabtu sore 18.30 ISOMA
12.00 Jam pulang kerja
12.00 jam masuk kerja
04.00-
senin-jumat Malam
05.00 Jam Istirahat
08.00 Jam pulang kerja
54
Dalam mesin tersebut terdapat alat yang berfungsi untuk menggiling
campuran menjadi lapisan yang disebut compound, sebelum compound tersebut
disusun pada rak, terlebih dahulu melewati proses pendinginan dan diberi cairan
adhesive agar compound tersebut tidak lengket setelah tersusun.
55
4.3.3. Calender Atau Topping
Proses aplikasi lain adalah untuk pembuatan material ply dan steel belt,
JLB dan cap ply. Aplikasi tersebut dibentuk oleh mesin calender dengan bahan
dasar benang (polyester dan nylon) juga steel cord. Polyester maupun nylon yang
akan diproses, sebelumnya harus melalui proses pelebaran terlebih dahulu agar
material tersebut terbuka untuk kemudian di masukan ke dalam oven dengan suhu
160 ℃ agar pada saat diberikan compound dan bahan-bahan seperti polyester,
nylon, dan steel cord dapat merekat dengan sempurna.
4.3.4. Bead
Sementara proses calender berjalan, di bagian lain ada pembuatan bead tire
yaitu melapisi kawat baja dengan karet. Proses ini berjalan otomatis dan begitu
keluar dari mesin, bead tire sudah berbentuk lingkaran sesuai dengan ukuran rim.
4.3.5. Cutting
Proses cutting ini merupakan proses lanjutan dari mesin callender, hasill
akhir dari proses ini biasa disebut dengan Ply dan cap Ply. Ply merupakan lembaran
material yang terdiri dari Polyester, Nylon, dan compound yang telah diproses
sebelumnya dalam bentuk gulungan panjang di mesin calender yang kemudian
di potong- potong untuk merubah arah atau sudut benang dari 0° menjadi 90°. Ply
berfungsi sebagai carcass atau kerangka untuk menahan, membentuk sistem
suspensi dan beban ban. Sedangkan Cap Ply merupakan lembaran material yang
terdiri dari nylon dan compound yang dipotong-potong menjadi beberapa bagian di
mesin TTO. Cap Ply berfungsi sebagai bahan untuk mempertahankan bundar ban
waktu berjalan, meredam suara bising dari steel belt, membuat nyaman, dan
untuk memperkecil rolling resistance.
4.3.6. Building
Kemudian sampailah pada tahap perakitan semua komponen-komponen
aplikasi yang telah dibuat pada proses semi manufaktur. Semua komponen seperti
rakitan bead, lembaran ply yang telah di potong dengan sudut 90°, steel belts,
innerliner , tread dan side wall semua di rakit menjadi satu kesatuan utuh
sebagai bagian dari ban setengah jadi atau biasa disebut dengan Green Tire atau
Grean Case. Proses perakitan tire building terdiri dari 2 tahap, tahap pertama sering
disebut dengan istilah 1st stage yang kemudian menghasil produk berupa carcass,
kemudian carcass diproses kembali di tahap kedua atau 2nd stage dengan
menambahkan steel belt , cap ply dan tread menjadi GT. Tahap ini dilakukan
dengan menggunakan mesin yang dioperasikan oleh satu operator di masing-
masing tahap.
56
Gambar 4. 5 Mesin Building Awr
57
4.3.8. Finishing / quality control
Proses finishing terbagi atas beberapa tahap :
a. Trimming
yaitu pencukuran tire dari proses curing
b. Pemeriksaan (Inspection)
Setelah selesai, ban diperiksa secara visual apakah ada cacat atau
tidak. Proses ini tentu saja tidak menggunakan mesin, jadi ketelitian
pekerja sangat dibutuhkan. Selain visual, kontrol juga dilakukan dengan
pemeriksaan balance dan menggunakan sinar X. Ban tidak mungkin bisa
100% balance seperti pelek, namun ada batasannya.
c. Wrapping packaging
Proses wrapping 1 Packaging merupakan proses terakhir. Setelah
dinyatakan ok, setiap ban dibungkus seluruh permukaannya dengan lilitan
plastik secara mekanis. Setelah selesai, ban diperiksa secara visual apakah
ada cacat atau tidak. Proses ini tentu saja tidak menggunakan mesin, jadi
ketelitian pekerja sangat dibutuhkan.
58
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sarung Tangan
Bekas, Majun, Bias Cutter
Sisa pelumas
bekas
Tolent, Majun,
Sisa pelumas
Vulcanisir
bekas, Sarung
Tangan Bekas,
Kaleng Bekas,
Derigen Bekas
59
5.1.2. Jenis Limbah B3
60
c. Lantai bangunan penyimpanan kedap air, tidak bergelombang, kuat
dan tidak retak
d. Bangunan memiliki sistem cahaya lampu dan sinar matahari yang
memadai
e. Pada bagian luar tempat penyimpanan diberi penandaan simbol sesuai
dengan tata cara yang berlaku
f. Terdapat kotak P3K dan tabung pemadam api ringan (APAR) untuk
mencegah apabila terjadi kebakaran di area TPA Limbah B3
Gambar 5. 2 APAR
61
Gambar 5. 3 Kotak P3K
62
Nomor: 6603/144/LB3/XII/PPKL/BPLH/2016 tentang Izin
Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
c. Mengatur semua limbah B3 yang disimpan.
d. Menghindari tumpahan/ceceran dari jenis limbah B3 yang disimpan
khususnya yang mudah terbakar atau meledak dan prosedur house
keeping yang baik harus dilaksanakan.
e. Mencatat arus limbah B3 yang keluar dari tempat penyimpanan sesuai
jenis dan jumlah volumenya ke dalam formulir neraca limbah B3.
f. Tidak menyimpan limbah B3 yang dihasilkan melebihi jangka waktu
90 (sembilan puluh) hari.
g. Limbah B3 yang dihasilkan harus dikerjasamakan dengan pengumpul,
pemanfaat atau ke fasilitas pengolahan yang telah mempunyai izin dari
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan atau dimanfaatkan
oleh pihak lain sebagai bahan baku dan pendukung kegiatan industri
tertentu yang telah mempunyai izin dari Kementerian Lingkungan
Hidup.
h. Melakukan upaya 4R (Reduce, Reuse, Recycle, Recovery) untuk
keperluan sendiri sesuai sifat dan karakteristik limbah tersebut dengan
mengacu kepada peraturan yang berlaku.
2. Tata cara penyimpanan sementara
63
No Jenis Limbah Bentuk Limbah Cara Penyimpanan
Sebelah Kiri (Simbol
Bersifat Berbahaya Bagi
Lingkungan)
4 Majun Bekas Padat Dimasukan kedalam TPS
Khusus Limbah B3 Padat
Sebelah Kanan (Simbol
Bersifat Berbahaya Bagi
Lingkungan)
5 Neon Bekas Padat Dimasukan kedalam TPS
Khusus Limbah B3 Padat
Sebelah Kanan (Simbol
Mudah Meledak)
6 Sarung Tangan Bekas Padat Dimasukan kedalam TPS
Khusus Limbah B3 Padat
Sebelah Kanan ( Simbol
Bersifat Berbahaya Bagi
Lingkungan)
7 Derigen Bekas Padat Dimasukan kedalam TPS
Khusus Limbah B3 Padat
Sebelah Kanan (Simbol
Berbahaya Bagi
Lingkungan)
8 Kawat Las Bekas Padat Dimasukan kedalam TPS
Khusus Limbah B3 Padat
Sebelah Kiri (Simbol
Bersifat Korosif)
9 Sracp Bubut Padat Dimasukan ke dalam TPS
Khusus Scrap Bubut
10 Kaleng Bekas Padat Dimasukan kedalam TPS
Khusus Kaleng Bekas
11 Flux Padat Dimasukan kedalam TPS
Khusus Limbah B3 Padat
Sebelah Kanan (Simbol
Bersifat Korosif)
64
5.3.4. Pelabelan dan Simbol
Simbol dan label yang digunakan oleh PT. Hung A Indonesia
menggunakan versi terbaru yaitu Permen LH no. 14 tahun 2013 yang digunakan
teridiri dari 3 jenis, yaitu ; label identitas limbah, penunjuk tutup kemasan, dan
penandaan kemasan kosong. Sedangkan simbol berbentuk bujur sangkar yang
diputar 45° sehingga membentuk belah ketupat, berupa gambar-gambar yang
menandakan karakteristik limbah B3 dalam kemasan. Simbol dan label
ditempelkan pada kemasan sebagai tanda informasi mengenai limbah B3 seperti
nama penghasil limbah, tanggal pemasangan, jenis limbah, jumlah limbah, dan sifat
limbah.
65
5.3.5. Pengangkutan
a. Pengangkutan Intern
Dokumen yang diperlukan dalam pengangkutan dari unit produksi
ke tempat penampungan sementara adalah dokumen waste transfer yang
mencantumkan identitas jenis, jumlah dan sumber limbah B3 atau
dokumen berita acara serah terima limbah. Waktu penyimpanan maksimal
limbah B3 dari unit produksi adalah 1 minggu. Adapun dokumen tersebut:
Gambar 5. 7 Forklift
66
5.3.6. Rekapitulasi Limbah B3
Rekapitulasi data terhadap dokumendokumen pengelolaan limbah
B3 di departemen QHSE meliputi sebagai berikut:
a. Jenis, jumlah dan waktu dihasilkannya limbah B3.
b. Jenis, jumlah, nama operator dan waktu penyerahan limbah B3.
c. Nama pengangkut limbah B3 yang melaksanakan pengiriman
kepada pengumpul atau pemanfaat atau pengolah atau penimbun
limbah B3.
Tabel 5. 3 Rekapitulasi In Data Jumlah Limbah B3
67
No Jenis Limbah B3 Tanggal Masuk Tujuan Tempat Jumlah
masuk Limbah B3 Pengolahan Limbah B3
Limbah B3 Masuk
5 Neon Bekas 23 November PT. Hanna 17 pcs
Kressindo
6 Scrap Bubut 23 November PT. Hanna 750 Kg
Kressindo
7 Kawat las Bekas 23 November PT. Hanna 120 kg
Kressindo
8 Tolen 23 November PT. Hanna 28 lt
Kressindo
5.3. Hasil Pengamatan Yang Sudah Sesuai Secara Umum Menurut PP No.
22 tahun 2021 Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
Tabel 5. 5 Hasil Pengamatan Yang Sudah Sesuai Dengan PP No. 22 Tahun 2021
68
Menurut PP No. 22 Hasil Pengamatan Keterangan Sesuai/
Tahun 2021Tentang tidak
Pengelolaan Limbah
A.90 (sembilan puluh) maksimal 90 hari karena
hari sejak Limbah B3 limbah yang dihasilkan
dihasilkan, untuk 50 kg/hari
Limbah B3 yang
dihasilkan sebesar 50 kg
(lima puluh kilogram)
per hari atau lebih;
B.180 (seratus delapan
puluh) hari sejak Limbah
B3 dihasilkan, untuk
Limbah B3 yang
dihasilkan kurang dari
50 kg (lima puluh
kilogram) per hari unt-
uk Limbah B3 kategori 1
C. 365 (tiga ratus enam
puluh lima) hari sejak
Limbah B3 dihasilkan,
untuk Limbah B3 yang
dihasilkan kurang dari
50 kg (lima puluh
kilogram) per hari untuk
Limbah B3 kategori 2
dari sumber tidak
spesifik dan sumber
spesifik umur; atau
D. 365 (tiga ratus enam
puluh lima) hari sejak
Limbah B3 dihasilkan,
untuk Limbah B3
kategori 2 dari sumber
spesifik khusus;
E.menyusun dan
menyampaikan laporan
pelaksanaan kegiatan
Penyimpanan Limbah
B3 yang menjadi bagian
69
Menurut PP No. 22 Hasil Pengamatan Keterangan Sesuai/
Tahun 2021Tentang tidak
Pengelolaan Limbah
dalam pelaporan
dokumen lingkungan,
dan disampaikan kepada:
bupati/wali kota, untuk
Penghasil Limbah B3
dari Usaha dan/atau
Kegiatan wajib SPPL;
dan/atau
2. pejabat Penerbit
Persetujuan Lingkungan
sesuai dengan
kewenangannya untuk
Penghasil Limbah B3
dari Usaha dan/atau
Kegiatan wajib Amdal
atau UKL-UPL.
Pasal 276 Dikelola oleh pihak ke 3 Sesuai
Setiap Orang yang
menghasilkan Limbah
B3 wajib melakukan
Pengelolaan Limbah B3
yang dihasilkannya.
Pasal 286 Tersedia Kotak P3K Sesuai
peralatan
penanggulanangan
keadaan darurat.
Pasal 287 Lokasi penyimpanan Sesuai
bebas dari banjir dan
Lokasi Penyimpanan
sesuai dengan ketentuan
Limbah B3 sebagaimana
pada area TPS
dimaksud dalam Pasal
286 huruf a harus bebas
banjir dan tidak rawan
bencana alam
70
Menurut PP No. 22 Hasil Pengamatan Keterangan Sesuai/
Tahun 2021Tentang tidak
Pengelolaan Limbah
Pasal 289 Tempat Penyimpanan Sesuai
sudah dilengkapi
Fasilitas Penyimpanan
ventilasi, saluran
Limbah B3 berupa
drainase dan desain
bangunan sebagaimana
konstruksi mampu
dimaksud dalam Pasal
melindungi dari hujan.
288 ayat (l) huruf a
harus memenuhi
persyaratan
a. desain dan konstruksi
yang mampu melindungi
Limbah B3 dari hujan
dan sinar matahari;
b. memiliki penerangan
dan ventilasi; dan
c. memiiiki saluran
drainase dan bak
penampung.
Pasal 291 TPS limbah B3 PT. Sesuai
Hung A Indonesia sudah
Peralatan
tersedia alat pemadam
penanggulangan keadaan
api dan kotak P3K
darurat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal
286 huruf c paling
sedikit meliputi:
a. alat pemadam api; dan
b. alat penanggulangan
keadaan darurat lain
yang sesuai.
Pasal 298 Dilakukan pengumpulan Sesuai
limbah B3 ke TPS
Setiap Orang yang
sebelum dilakukan
menghasilkan Limbah
penganggkutan oleh
B3 wajib menyerahkan
pihak ketiga
Limbah B3 yang
dihasilkannnya kepada
71
Menurut PP No. 22 Hasil Pengamatan Keterangan Sesuai/
Tahun 2021Tentang tidak
Pengelolaan Limbah
Pengumpul Limbah B3,
dalam hal:
a. tidak mampu
memenuhi ketentuan
jangka waktu
Penyimpanan Limbah
B3; dan/atau
b. Kapasitas
penyimpanan limbah B3
terlampaui
5.4. Hasil Temuan Pengamatan Yang Tidak Sesuai PP No. 22 tahun 2021
Tentang Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
5.5.1. Pelabelan Dan Simbol
Penandaan terhadap limbah B3 juga penting untuk penelusuran dan
penentuan pengelolaan limbah B3. Tanda yang harus digunakan ada 2
yaitu Simbol Limbah B3 dan Label Limbah B3, akan tetapi dilokasi
penyimpanan limbah B3 PT.Hung A Indonesia terdapat beberapa wadah
penyimpanan Limbah B3 tanpa Simbol dan Label Limbah B3
72
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dapat disimpulkan, proses
produksi PT. Hung A Indonesia dapat menghasilkan limbah B3. Limbah B3 yang
dihasilkan berasal dari 3 proses produksi, diantaranya:
c. Pengangkutan limbah.
d. Pengolahan limbah.
73
Dalam pelaksanaan tersebut, PT. Hung A Indonesia sudah diberikan izin
dengan dikeluarkannya Keputusan Surat Kepala Badan Pengendalian Lingkungan
Hidup Kabupaten Bekasi Nomor: 6603/144/LB3/XII/PPKL/BPLH/2016 tentang
Izin Penyimpanan Sementara.
6.2. Saran
Dengan melihat kegiatan pengelolaan limbah B3 yang telah dijalankan di
PT. Hung A Indonesia, adapun saran yang diberikan antara lain :
74
DAFTAR PUSTAKA
Utami, K. T. (2018). Pengelolaan Limbah Berbahaya Beracun (B3) Studi kasus PT.
Holcim Indonesia. Media Komunikasi dan Pengembangan Teknik
Lingkungan Vol.15 No.2 September 2018, 15, 127-132.
75
LAMPIRAN
76
Lampiran I
Struktur Organisasi
PT. Hung A Indonesia
77
Lampiran II
Format Neraca Limbah B3 Lembar Penyimpanan Bahan Berbahaya
Dan Beracun
PT. Hung A Indonesia
78
Lampiran III
Surat Jalan Limbah B3
PT. Hung A Indonesia
79
Lampiran IV
Neraca Limbah B3
PT. Hung A Indonesia
80
Lampiran V
Tata Letak Tempat Penyimpanan Limbah Bahan Berbahaya Dan
Beracun
PT. Hung A Indonesia
81
Lampiran VI
Lembar Asistansi Kerja Praktek
PT. Hung A Indonesia
82