Anda di halaman 1dari 62

PENINGKATAN PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

BIOLOGI PADA MATERI SISTEM PENCEMARAN


LINGKUNGAN DI KELAS X SMKN 6
KABUPATEN JENEPONTO

SKRIPSI

MURNIATI.HT
Nirm . 9183490410033

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


INSTITUT TURATEA INDONESIA (INTI)
YAYASAN PENDIDIKAN YAPTI
KAB. JENEPONTO
TAHUN 2022
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tanagan di bawah ini :

Nama : MURNIATI. HT

Stambuk/Nim : 9183490410033

Prodi : Pendidikan Biologi

Judul Skripsi : Peningkatan Pelaksanaan Pembelajaran Biologi Pada Materi

Sistem Pencemaran Lingkungan di Kelas X SMKN 6

Kabupaten Jeneponto

Dengan ini menuturkan bahwasanya skripsi yang saya ajukan di depan tim

penguji ialah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan

oleh siapapun. Demikian pernyataan ini saya buat dan bersedia menerima sanksi

apabila pernyataan ini tidak benar.

Jeneponto, 27 Oktober 2022

Yang membuat pernyataan

MURNIATI. HT
NIM : 9183490410033
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : “Peningkatan Pelaksanaan Pembelajaran Biologi Pada Materi

Sistem Pencemaran Lingkungan di Kelas X SMKN 6

Kabupaten Jeneponto”

Skripsi ini telah diperiksa dan diterima oleh panitia ujian skripsi yang dibentuk

sesuai surat keputusan Rektor Institut Turatea Indonesia (INTI) kabupaten

Jeneponto, 27 Oktober 2022 yang telah dipertahankan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S-1) pada Institut Turatea Indonesia

(INTI) Kabupaten Jeneponto.

PANITIA UJIAN

1.Penanggung Jawab : 1. LLDIKTI Wil. IX Sul-Sel


2. Ketua yayasan pendidikan YAPTI Turatea Jeneponto
3. Rektor Institut Turatea Jeneponto (INTI) Kab.
Jeneponto
2. Ketua : (….…………)
3. Sekretaris : (.……………)
4. Penguji : 1. (…………….)
2. (…….………)
3. (…………….)
4. (…………….)

Mengetahui,
Rektor,
Institut Turatea Indonesia (INTI) Kab. Jeneponto

Prof. DR. H. Maksud Hakim, S.Pd., SE., MM.


HALAMAN PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa:

Nama : MURNIATI. HT

No.Stambuk/NIRM : 410033/9183490410033

Jenjang : Strata Satu (S1)

Program Studi : Pendidikan Biologi

Judul Skripsi : Peningkatan Pelaksanaan Pembelajaran Biologi

Pada Materi Sistem Pencemaran Lingkungan di

Kelas X SMKN 6 Kabupaten Jeneponto

Mahasiswa tersebut diatas skripsinya telah diperiksa dan disetujui untuk

mengikuti seminar proposal sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Pada Institut Turatea Indonesia (INTI)

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Meri Hariratuljannah, SE., S.Pd., MM Andi Fitriani Suriyadi, S.Pd.,M.Pd

Mengetahui,

Wakil Rektor I
Bag. Akademik dan Kemahasiswaan

Ali Syahban Amir, S.Pd., M.Pd


NIDN : 0902039202
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis memohon berkat dan kesabaran dari Allah SWT sehingga

dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun tidak sempurna. Tidak diragukan lagi, penulis

mengalami banyak tantangan dan rintangan selama mengerjakan karya ini, namun dengan

bantuan Allah SWT dan dukungan dari berbagai pihak, penulis dapat mengatasi

tantangan tersebut.

Sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat yang tulus

kepada mereka yang telah membantunya :

Meri HariratulJannah.,S.Pd.SE.M.M selaku Pembimbing I sekaligus Ketua

Institut Turatea Indonesia (INTI) Yayayasan Pendidikan Yapti Turatea yang telah

meluangkan waktunya setiap saat untuk menerima dan memberikan arahan kepada

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Andi Fitriani Suryadi .,S.Pd.M.Pd selaku Pembimbing II sekaligus Ketua

Jurusan Prodi Pendidikan Biologi dengan senang hati menerima, mengarahkan, dan

membimbing dalam menyusun tulisan ini sampai selesai.

Drs.Anwar Rivai, Selaku Ketua Yayasan Pendidikan Yapti Turatea Indonesia

Kabupaten Jeneponto.

Para Dosen Prodi Pendidikan Biologi yang telah banyak memberikan ilmu

pengetahuan kepada penulis selama menjalani pendidikan.


Kedua Orangtuaku tercinta, Saudara-saudaraku dan Terkhusus Alm Suamiku

, atas ketabahan dan kesabarannya memberikan bantuan dan doa yang tulus dalam rangka

penyelesaian studi penulis. Serta rekan-rekan yang telah membantu dalam penulisan

Proposal ini. Dan semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu persatu, kiranya

bantuan yang anda berikan selama ini punya arti dan makna tersendiri bagi penulis.

Saya berharap untuk menerima berkat Allah dan berkah dan tindakan mulia

darinya sebagai imbalan atas semua bantuan, dukungan, dan nasihat yang telah mereka

berikan kepada penulis. Amin.

Jeneponto, 2022

Penulis,

MURNIATI HT.
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL .................................................................................................. i

PERSETUJUAN PEMBIMBING .............................................................................. ii

KATA PENGANTAR ................................................................................................ iii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iv

ABSTRAK .................................................................................................................. v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ............................................................................... 5

C. Tujuan Penelitian ............................................................................... 5

D. Manfaat Penelitian................................................................................ 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Proses Pembelajaran ........................................................... 7

B. Prinsip dan Pendekatan dalam pembelajaran Biologi ....................... 13

B. Tinjauan mata pelajaran IPA Biologi di SMK.................................... 18

D. Tinjauan Kelas Imersi.......................................................................... 21

BAB III METODE PENELITIAN

A. Karakteristik dan Jenis Penelitian ....................................................... 25

B. Variabel Penelitian dan sumber data .................................................. 26

C. Prosedur Penelian................................................................................ 27

D. Metode Pengumpulan Data ................................................................. 30

E. Metode analisis Data ........................................................................... 32

F. Indikator Keberhasilan........................................................................ 29

BAB IV HASI; DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ................................................................................... 38

B. Pembahasan ....................................................................................... 47
BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ......................................................................................... 54

B. Saran.................................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK

Murniati.HT. 2022. Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan


Ilmu Pendidikan Intitut Turatea Indonesia (INTI) YAPTI Jeneponto, Judul:
Peningkatan Pelaksanaan Pembelajaran Biologi pada Materi Sistem
Pencemaran Lingkungan Di kelas X SMKN.6 Kab.Jeneponto.

SMKN.6 Jeneponto sebagai sekolah percontohan pelaksanaan program


imersi merasa siap melaksanakan pelaksanaan sesuai rencana. Ia berharap dapat
memberikan penilaian tentang efektivitas program berdasarkan temuan studi
ketika telah diterapkan secara penuh di Indonesia dan untuk mengidentifikasi
kesenjangan yang ada. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk
memahami bagaimana proses pembelajaran biologi pada materi pencemaran pada
siswa kelas X imersi SMKN 6 Jeneponto ditinjau dari komponen dan kegiatan
pembelajaran, serta tantangan apa saja yang dihadapi sebagai tanda seberapa
berhasil program itu dilaksanakan.
Penelitian ini mengambil pendekatan kualitatif dan menggunakan metode
deskriptif dalam bentuk studi kasus dalam upaya menggambarkan topik penelitian
sebagai proses pendidikan. Penelitian ini menggunakan berbagai teknik
pengumpulan data, antara lain observasi proses belajar mengajar biologi di kelas
imersi X yang dibagi menjadi tiga kelas, angket siswa dan guru, wawancara guru,
dan analisis jadwal dan sistem notasi untuk empat orang tunadaksa. pertemuan
kelompok per kelas. Tahun akademik 2021–2022. Untuk keperluan analisis
temuan penelitian, data yang terkumpul dilakukan reduksi data, kompilasi, uji
validitas, dan interpretasi.
Pelaksanaan program kelas imersi biologi di SMKN 6 Jeneponto didukung
oleh 35,96% dari total siswa, termasuk kriteria kesediaan untuk mengikuti
pembelajaran, dan tingkat kompetensi profesional guru telah mencapai 71, 87%
termasuk kriteria standar tinggi. Namun, masih ada tantangan, seperti kurangnya
kemampuan bahasa Inggris di antara guru dan siswa sebagai media pengajaran,
kurangnya persiapan dari pihak guru sebelum memulai pelajaran, dan kurangnya
penggunaan media yang tersedia. infrastruktur pembelajaran.
Berdasarkan temuan penelitian, telah ditetapkan bahwa pembelajaran
biologi terkait dengan pelaksanaan program kelas imersi di SMKN.6 Karena
Jeneponto belum memenuhi syarat program dan masih terdapat kendala, maka
guru harus terus menerus meningkatkan keterampilan penunjang yang
berkelanjutan. , serta upaya siswa dan guru untuk membiasakan berkomunikasi
dalam bahasa Inggris dan pemanfaatan fasilitas kelas dan sumber belajar secara
optimal.
Kata kunci : Pembelajaran biologi, pencemaran lingkungan, kelas imersi.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Hampir setiap bidang kehidupan manusia telah berubah sebagai

akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mengantarkan pada

masa persaingan global yang semakin ketat. Kita sebagai bangsa harus

mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya agar

dapat bersaing di pasar global. Oleh karena itu, jika negara ini ingin tetap

berdaya saing di era globalisasi saat ini, peningkatan kualitas sumber daya

manusianya perlu dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif, dan

efisien dalam proses pembangunan.

Pemerintah melalui Ditjen Dikti, Ditjen Pendidikan Menengah

(Direction Générale de l'Enseignement de Base et Secondaire), Depdiknas,

akan mengawal penyelenggaraan matematika dan sains berbahasa Inggris

sesuai dengan kemajuan dunia pendidikan. ilmu pengetahuan dan teknologi

serta tuntutan peningkatan mutu pendidikan. Inisiatif ini dimulai selama

tahun akademik 2014–2015 di 31 perguruan tinggi dan universitas koalisi di

30 provinsi di Indonesia. Pengajaran matematika dan sains dalam bahasa

Inggris dibatasi pada pendidikan dengan pencelupan, terkadang dikenal

sebagai pengajaran matematika dan sains dalam bahasa Inggris.

SMKN 6 Kabupaten Jeneponto merupakan sekolah percontohan

profesional di lingkungan Bontoramba yang mulai menawarkan program

imersi lebih dari dua tahun lalu. Kelas X, XI, dan XII di sekolah ini
merupakan tiga tingkatan kelas imersi. Jumlah siswa di kelas, kurikulum,

evaluasi, metodologi, bahan ajar, media, dan model pembelajaran adalah

proses belajar mengajar yang umum di kelas imersi.

Mata pelajaran sekolah saat ini meliputi aritmatika, sains (fisika,

biologi, kimia), ilmu sosial (sejarah, geografi, ekonomi), dan seni.

Kurikulum pendidikan pencelupan nasional saat ini masih berlaku, namun

dapat diperluas, ditambahkan, atau diubah sesuai dengan tren internasional.

Karakteristik sistem pembelajaran di kelas imersi berbeda secara

signifikan dengan kelas reguler, yang sebagian dijelaskan oleh infrastruktur

pembelajaran yang unggul yang ada di kelas imersi. Kelas pencelupan

kadang-kadang disebut sebagai kelas unggulan karena siswanya memiliki

kemungkinan lebih tinggi untuk lulus ujian. Pilih tes lisan untuk

menentukan kemampuan berbahasa Inggris dan tes tertulis untuk

menentukan kemampuan akademik. Juga dilakukan seleksi UAN dan dibuat

catatan yang dapat dijadikan sebagai bukti bahwa calon mahasiswa di kelas

imersi akan mencapai hasil akademik yang sangat baik. Hasil ini adalah

hasil rata-rata UAS.

Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan kualifikasi siswa reguler

pada umumnya dan siswa imersi pada khususnya. Tujuan lain dari kursus

imersi adalah untuk meningkatkan kemahiran dan daya saing bahasa Inggris

secara internasional dan sebagai pemahaman mendasar tentang

perkembangan teknologi.
Mengingat program mata kuliah imersi di Indonesia ini masih relatif

baru, tentunya terdapat tantangan dalam pelaksanaannya, seperti fakta

empiris yang selama ini diberitakan di media tertulis dan menjadi opini

publik bahwa penyusunan mata kuliah imersi adalah masih diperdebatkan.

Persiapan ini meliputi: Keinginan siswa untuk mengikuti pembelajaran

imersi dipengaruhi oleh (a) bahan ajar, (b) bahan pendukung pembelajaran,

(c) tenaga pengajar, terutama jika menggunakan bahasa Inggris, dan (d)

sistem pendukung sekolah, termasuk model rekrutmen siswa, yang

menimbulkan kekhawatiran tentang hasil belajar dan pemahaman mata

pelajaran.

Efektivitas proses pembelajaran seringkali mencerminkan

keberhasilan pelaksanaan program-program tersebut. Jangan lupa bahwa

pengertian belajar adalah proses mengkoordinasikan sejumlah unsur, seperti

tujuan, materi pendidikan, metode, dan alat, serta evaluasi, sehingga

semuanya saling bergantung dan saling menguntungkan dalam

meningkatkan kegiatan belajar di sekolah. mendorong siswa untuk lebih

baik. bekerja dengan cara terbaik untuk memodifikasi perilaku siswa sesuai

dengan tujuan yang telah ditetapkan Sudjana & Ibrahim 2018, Kemudian

dalam karya ini digunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan metode

deskriptif untuk mengumpulkan data pelaksanaan proses pembelajaran

biologi dalam kaitannya dengan koordinasi beberapa komponen

pembelajaran (tujuan, sumber belajar, metode dan alat, serta evaluasi). Hasil

analisis data survei digunakan untuk mendeskripsikan pelaksanaan

pembelajaran sebagai tanda keberhasilan program kelas imersi.


Berdasarkan hal tersebut, penelitian lebih lanjut harus dilakukan

sebelum program pencelupan kelas di sekolah percontohan dilaksanakan.

Karena sekolah percontohan merupakan perguruan tinggi yang merasa siap

untuk melaksanakan program sesuai rencana secara efektif, maka

diharapkan temuan studi pada akhirnya akan memberikan penilaian terhadap

efektivitas program jika dilaksanakan secara menyeluruh. di Indonesia dan

dapat membantu mengisi kekosongan tersebut.

Pengamatan terhadap proses pembelajaran pencemaran lingkungan

telah dilakukan dalam penelitian ini. Mengetahui bahwa pencemaran

lingkungan adalah masalah luas yang mempengaruhi semua kelas sosial,

seseorang berharap untuk mendapatkan pemahaman menyeluruh tentang

masalah lingkungan, termasuk sebab dan akibatnya, dengan menyelesaikan

pengalaman belajar yang efektif pada subjek tersebut. Untuk meningkatkan

kesadaran di kalangan siswa tentang perlunya melestarikan kelestarian,

lingkungan dipromosikan. Alentours. Salah satu bagian terpenting dari

pengamatan penelitian ini adalah pendekatan atau metode pembelajaran

yang digunakan karena berkaitan dengan kegiatan pembelajaran sebagai

salah satu variabelnya.

Penelitian dokumenter, pendekatan kontekstual, penggunaan alat

bantu/visual VCD, identifikasi langsung, observasi, dan pembelajaran dari

berbagai sumber merupakan strategi pengajaran yang dapat digunakan oleh

para pendidik pencemaran. Proses pembelajaran ini juga membutuhkan

sejumlah besar buku referensi. Sistem evaluasi yang dapat dilakukan oleh
guru didasarkan pada pertanyaan terbuka, tes blok, proyek kelompok,

ulangan harian, kuis, tugas individu/kelompok, dan jawaban.

B. Rumusan masalah.

Masalah yang diangkat dalam penelitian ini tercantum di bawah ini,

dengan masalah sebelumnya sebagai latar belakang:

1. Untuk mengetahui mata pelajaran Biologi yang diajarkan di kelas X

SMKN 6 Jeneponto pada mata pelajaran pencemaran lingkungan

ditinjau dari mata kuliahnya?

2. Untuk mengetahui apakah kesulitan yang ada saat ini merupakan

indikasi keberhasilan pelaksanaan program kelas imersi?.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan hal ini sesuai

dengan masalah utama tersebut di atas:

1. Pelaksanaan proses pembelajaran biologi pada materi pencemaran yang

dialami di kelas X SMKN 6 Jeneponto

2. Mengidentifikasi hambatan-hambatan yang menunjukkan keberhasilan

pelaksanaan program immersion-class.

D. Manfaat Hasil Penelitian.

Keuntungan berikut diantisipasi dari temuan penelitian:

a. Memberikan gambaran singkat bagaimana pembelajaran biologi tentang

pencemaran dilaksanakan di kelas SMKN 6 Jeneponto.


b. Berikan detail tentang potensi tantangan yang mungkin Anda miliki dan

solusi yang dapat Anda berikan sehingga dapat dipelajari untuk

meningkatkan pelaksanaan program kelas imersi.

c. Mendorong peneliti lain untuk melakukan penelitian serupa, mendalam,

dan lebih menyeluruh.

d. Bagi pengajar biologi dan mahasiswa imersi, penelitian ini dapat

digunakan sebagai sumber dan bahan pertimbangan untuk

meningkatkan, mengoreksi diri, dan mengembangkan keterampilan

profesional dalam melaksanakan tugas keprofesian, khususnya dalam

pelaksanaan pembelajaran imersi biologi yang tentunya harus dimiliki.

berpengaruh pada prestasi siswa.

e. Studi ini sangat membantu bagi administrator dan pengawas untuk

meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengajaran dan pengawasan guru

yang terlibat.

f. Temuan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan penelitian bagi

SMKN 6 Jeneponto untuk menentukan kebijakan dan langkah yang

dianggap efektif, khususnya untuk meningkatkan standar pembelajaran

biologi di kelas imersi.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Proses Pembelajaran

Setiap manusia menjalani proses pembelajaran yang kompleks

selama hidupnya. Dapat dikatakan bahwa belajar adalah suatu proses atau

usaha yang dilakukan oleh setiap individu untuk menimbulkan perubahan

tingkah laku, baik perubahan itu berupa pengetahuan, sikap, keterampilan,

maupun nilai-nilai baik yang diperoleh selama proses belajar

(Susilo, 2018).

Belajar dimaksudkan untuk menghasilkan perubahan dalam diri

individu. Perubahan yang dimaksud adalah pergeseran cara pandang kita

terhadap keseluruhan proses perkembangan kepribadian seseorang. Belajar

adalah rangkaian kegiatan yang mempengaruhi pikiran, tubuh, dan

perkembangan fisik setiap manusia. Ini mencakup kegiatan yang

memengaruhi unsur, rasa, kognisi, efektivitas, dan proses motivasi.

Kegiatan belajar ini dianggap sebagai perubahan tingkah laku berdasarkan

hasil belajar pengalaman (Sardiman, 2018). Semua perilaku yang

ditunjukkan siswa ketika belajar disebut sebagai aktivitas. Agar orang

terlibat dalam kegiatan untuk mencapai suatu tujuan, pembelajaran harus

mengarah pada suatu tujuan. Hal ini sejalan dengan pernyataan Nasution

(2018) bahwa “seorang anak berpikir selama ia berpikir”. Agar anak

berpikir, kegiatan belajar perlu didorong untuk menunjang proses

belajarnya.
Siswa harus dapat menggunakan seluruh kemampuannya untuk

melakukan berbagai kegiatan belajar guna mencapai hasil belajar yang

diinginkan ketika melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Akibatnya,

kegiatan belajar merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap

kegiatan belajar mengajar. Akibatnya, siswa biologi harus menguasai

teori dan ide untuk mencapai hasil belajar yang memuaskan.

Nilai-nilai yang mewakili hasil belajar menunjukkan tingkat

pemahaman yang dimiliki siswa dalam mengikuti pembelajaran. Bagi

sebagian siswa, hasil belajar merupakan hasil dari upaya guru dalam

membantu mereka mencapai suatu tujuan pembelajaran. Selain itu,

terjadi peningkatan kemampuan mental siswa. Efek pembelajaran

dibagi menjadi dua kategori: efek pembelajaran dan efek terkait. Hasil

belajar dapat diukur, misalnya dalam laporan atau catatan ijazah atau

kemampuan pulih setelah berolahraga. Hasil pendampingan adalah

transfer ilmu dan keterampilan ke bidang lain, atau efek pendampingan

(Dimyati et Mudjiono, 2018). Perubahan perilaku utama yang terjadi di

kalangan siswa sebagai hasil belajar adalah. Secara umum, hasil belajar

memiliki dua efek yang berbeda: (1) Siswa memiliki pemahaman

tentang kelebihan dan kekurangan dirinya dalam hal perilaku yang

diinginkan; (2) Anda melihat bahwa perilaku yang diinginkan telah

meningkat satu atau dua tingkat, menciptakan kesenjangan baru antara

terjadinya perilaku yang diinginkan dan perilaku yang sebenarnya

(Mulyasa, 2018).
Kata "belajar" telah menggantikan istilah "mengajar", yang telah

lama digunakan dalam bidang pendidikan. Istilah "belajar" digunakan

sebagai pengganti "mengajar" karena yang pertama memiliki makna

yang lebih "berpusat pada guru". Dengan pergeseran terminologi ini,

kami berharap para guru tetap memahami bahwa tujuan utamanya

adalah membantu siswa mencapai hasil belajar yang sebaik mungkin.

Belajar adalah tugas yang dilakukan oleh guru dengan cara

meningkatkan perilaku siswa (Darsono et al, 2018). Pemagangan

Menurut Sudjana & Ibrahim (2018), proses pembelajaran dipandang

sebagai suatu sistem dan merupakan proses penyelarasan sejumlah

komponen berupa tujuan pembelajaran, bahan ajar, metode, dan alat,

serta evaluasi sedemikian rupa sehingga mereka terhubung. dan bekerja

sama untuk mempengaruhi perilaku siswa untuk mematuhi tujuan yang

telah ditetapkan untuk mempromosikan kegiatan belajar siswa secara

optimal.

Menurut Darsono, dkk (2018), lembaga pendidikan memiliki

persyaratan kurikuler sebagai berikut:

1. Direncanakan secara sistematis

2. Meningkatkan motivasi dan kesadaran siswa.

3. Sediakan materi pembelajaran yang menarik dan merangsang.

4. Memanfaatkan sumber belajar secara tepat dan menarik.

5. Menyediakan lingkungan belajar yang aman dan menghibur

bagi para siswa.


6. Persiapkan siswa untuk instruksi fisik dan psikologis.

Menurut Darsono, dkk (2018), Tujuan pembelajaran adalah

untuk membantu siswa dalam memperoleh berbagai pengalaman.

Sebagai hasil dari pengalaman ini, perilaku siswa meningkat baik

secara kuantitas maupun kualitas. Perilaku yang dimaksud terdiri dari

pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai atau standar yang berfungsi

sebagai pos pemeriksaan terhadap sikap dan perilaku siswa.

Kesulitan belajar di kalangan siswa juga dapat disebabkan oleh

proses pembelajaran. Menurut Sudjana & Ibrahim (2018), banyak

faktor yang mempengaruhi belajar, namun salah satu faktor yang logis

dan masuk akal adalah peserta didik itu sendiri karena tujuan belajar

adalah untuk mengubah perilaku seseorang secara sengaja dan sadar.

Siswa harus mengenali kebutuhan mereka untuk belajar dan berhasil.

Untuk berhasil, Anda harus mencoba melakukan segalanya dengan

kekuatan Anda.

Derajat atau keefektifan proses belajar mengajar dalam

mencapai tujuan pembelajaran merupakan kualitas pembelajaran yang

dimaksud. Hasil belajar sebagian besar tertuang dalam tujuan

pembelajaran. Oleh karena itu, bakat siswa dan kaliber pengajaran

berdampak pada hasil belajar siswa di sekolah. Kedua faktor ini

berkorelasi langsung dengan hasil belajar siswa. Menurut Sudjana &

Ibrahim (2018), gambar berikut dapat digunakan untuk

menggambarkan hubungan tersebut.


Persoalannya menurut Sudjana & Ibrahim (2018) adalah

faktor-faktor yang mempengaruhi seberapa baik siswa belajar.

Variabel guru merupakan salah satu yang diduga berpengaruh terhadap

mutu pendidikan. Karena guru berfungsi baik sebagai pemimpin dan

subjek dari proses pembelajaran, sangat masuk akal bahwa mereka

memiliki pengaruh paling besar terhadap kualitas pembelajaran. Ini

tidak berarti bahwa variabel lain dihilangkan. Ada tiga komponen

kualitas pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar siswa:

kompetensi guru, karakteristik kelas, dan karakteristik sekolah.

Menurut Hamalik (2017), Metode pengajaran yang

digunakan guru dalam pelajaran dan pendampingan mereka sering

berdampak pada keberhasilan akademik siswa mereka. Tidak dapat

dipungkiri bahwa beberapa pendidik melakukan tugasnya dengan cara

yang tidak tepat. Apakah siswa memahaminya atau tidak, ucapannya


tidak jelas, yang menghalangi mereka untuk memahami pelajaran

dengan benar.

Saat ini menurut Slameto (2017), salah satu jalur yang

ditempuh dalam pembelajaran adalah pengembangan metodologi

pengajaran (pembelajaran). Metode belajar mengajar yang spesifik,

efisien, dan efektif diperlukan agar siswa dapat mengasimilasi,

menguasai, dan mengembangkan materi pelajaran yang diajarkan oleh

guru.

Pencemaran lingkungan adalah salah satu topik biologi

yang memberikan penekanan kuat pada pemrosesan data dan

membutuhkan keterampilan analitis yang kuat di pihak siswa. Proses

pembelajaran dipengaruhi oleh metode pengajaran yang dapat

mengakibatkan kesulitan belajar bagi siswa. Ketika seorang guru tidak

siap dan tidak terbiasa dengan mata pelajaran, praktik pembelajaran

yang buruk dapat terjadi, mengakibatkan presentasi yang tidak jelas.

Hal ini menyebabkan siswa kehilangan minat dalam proses

pembelajaran.

Hasil dari uraian di atas kemudian dijadikan pedoman

untuk menyusun berkas observasi kegiatan belajar mengajar guna

mengidentifikasi kegiatan belajar yang diperlukan untuk mencapai

keberhasilan pembelajaran.
B. Prinsip dan Pendekatan dalam Pembelajaran Biologi

1. Prinsip-prinsip pembelajaran biologi

Kajian biologi mencakup lebih dari sekedar kumpulan fakta

dan gagasan karena dapat digunakan untuk mengembangkan dan

menerapkan banyak proses dan prinsip dalam kehidupan sehari-hari

(Saptono, 2019). Pembelajaran biologi harus mampu

mengakomodasi keingintahuan dan kepuasan intelektual siswa saat

mereka bekerja menyelidiki berbagai gagasan. Hal ini

memungkinkan tercapainya pembelajaran biologi yang efektif.

Prinsip-prinsip berikut harus dipertimbangkan untuk mencapai

pembelajaran biologi yang efektif:

a. Student Centered Learning (pembelajaran berpusat pada siswa)

Penempatan peserta didik sebagai mata pelajaran

berarti bahwa proses pembelajaran dilakukan oleh peserta

didik sebagaimana mereka melakukan suatu kegiatan yang

diciptakan oleh guru untuk mengajarkan suatu gagasan

tertentu.

Dalam hal ini, siswalah yang terlibat, bukan gurunya.

Melalui pembelajaran aktif, siswa mencapai tingkat belajar

tertinggi.

b. Learning by Doing (belajar dengan melakukan sesuatu)

Metode pembelajaran biologi melibatkan kegiatan

sederhana yang dapat menggambarkan mata pelajaran yang


dipelajari. Hal ini memungkinkan siswa mendapatkan

pengalaman langsung sehingga dapat mempelajari materi baik

secara teori maupun praktek (Darsono et al, 2018). Namun, ada

sudut pandang konstruktivis yang percaya pembelajaran terjadi

paling efektif ketika siswa secara aktif terlibat dalam tugas-

tugas otentik yang berkaitan dengan konteks penting (Nur,

2017)

c. Joyful Learning (Pembelajaran yang menyenangkan)

Kesempatan untuk eksplorasi dan interaksi kelompok

membuat siswa senang dan menghilangkan tekanan.

Mengizinkan siswa untuk menghabiskan lebih banyak waktu

mengamati, bereksperimen, dan berdiskusi hanyalah beberapa

hal yang dapat dilakukan untuk membuat pembelajaran

menjadi menyenangkan.

d. Meaningful Learning (Pembelajaran yang bermakna)

Ketika siswa dapat berpartisipasi dalam proses

pembelajaran sendiri dan memasukkannya ke dalam kehidupan

sehari-hari, itu menjadi bermakna. Semakin penting

peralatannya, semakin mudah untuk disimpan dan diambil

kembali (Sudjana, 1989). Akibatnya, siswa percaya bahwa

belajar tentang biologi akan bermanfaat bagi mereka di masa

depan.
e. The Daily Life Problem Solving (Pemecahan masalah sehari-

hari)

Semua makhluk hidup, termasuk manusia, dianggap

sebagai objek biologis. Dengan demikian, persoalan biologi

masih relevan dengan kehidupan sehari-hari. Untuk tujuan

menyelesaikan masalah sehari-hari, siswa harus siap.

2. Pendekatan belajar IPA biologi

Metodologi yang digunakan dalam pengajaran dan

pembelajaran sains, termasuk biologi, menempatkan siswa sebagai

pusat diskusi. Guru berperan dalam bagaimana pengalaman belajar

anak disajikan dan direpresentasikan. Ada lima pendekatan,

menurut laporan Kementerian Pendidikan Nasional 2019:

a. Empat pilar pendidikan

Badan UNESCO Perserikatan Bangsa-Bangsa

telah memperkenalkan pendekatan yang harus digunakan saat

mengajar biologi dan ilmu alam lainnya, termasuk biologi:

1. Learning to do: Para siswa harus mampu melakukan

sesuatu untuk meningkatkan pengalaman belajar

mereka.

2. Learning to know: Pemahaman dan pengetahuan siswa

tentang dunia di sekitar mereka dapat diperluas melalui

lebih banyak interaksi dengan lingkungan fisik dan

sosial mereka.
3. Learning to be: Hasil interaksi lingkungan dapat

menumbuhkan identitas sekaligus menumbuhkan

pengetahuan dan kepercayaan diri.

4. Learning to live together: Peluang kontak akan

membentuk kepribadian seseorang untuk memahami

pluralisme dan mendorong sikap konstruktif dan

menerima terhadap keragaman dan perbedaan dalam

kehidupan sehari-hari.

b. Inquiry Sains

Metode ini menggunakan metode eksplorasi untuk

memperoleh dan menguji ide-ide baru, yang memungkinkan

kepercayaan anak sebelumnya dan bukti baru berinteraksi

untuk membantu anak memahami. Ini termasuk pola pikir

yang mencari penjelasan dan menghargai gagasan orang lain,

terbuka terhadap gagasan baru, terlibat dalam pemikiran

kritis, jujur, dan kreatif.

c. Konstruktivisme

Salah satu tujuan pembelajaran IPA, termasuk

biologi, adalah agar siswa dapat mengembangkan konsep-

konsep ilmiah setelah berinteraksi dengan lingkungannya.

Bentuk pengaturan pembelajaran yang tepat termasuk dialog

yang memungkinkan semua siswa untuk mengekspresikan

pemikiran mereka, penilaian dan proyek penelitian yang


mudah, demonstrasi prosedur ilmiah, dan demonstrasi

prosedur tersebut.

d. Sains, Lingkungan, Teknologi dan Masyarakat

Ini adalah pendekatan yang mengintegrasikan aspek

sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat. Mahasiswa

dituntut menggunakan prinsip-prinsip ilmiah untuk

menghasilkan suatu karya teknis, dilanjutkan dengan refleksi

bagaimana mengatasi dampak negatif produk teknologi

terhadap lingkungan dan masyarakat.

e. Pemecahan masalah

Kegiatan manusia yang dilakukan dalam kehidupan

sehari-hari melibatkan pemecahan masalah untuk memenuhi

kebutuhan, sehingga siswa dipersiapkan sejak dini untuk

mengatasi tantangan yang dihadapinya dan mengembangkan

keterampilan yang akan berguna dalam kehidupan

dewasanya.

Bergantung pada materi yang akan disampaikan, pendidik

dapat memilih dari berbagai pendekatan ini untuk meningkatkan

pembelajaran. Disarankan dalam praktiknya untuk menggunakan

berbagai pendekatan yang dapat digunakan bersama untuk

memungkinkan Anda mencapai pembelajaran berdasarkan

keterampilan yang paling efektif sesuai dengan persyaratan

program, seperti yang disarankan oleh penelitian ini. Juga, sebuah


studi tentang penggunaan pendekatan pembelajaran biologis oleh

guru program pencelupan dilakukan.

C. Tinjauan Mata Pelajaran IPA Biologi di SMK

1. Pengertian

Pembelajaran biologi merupakan salah satu cara untuk

memperluas pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai seseorang.

Untuk memahami fakta, konsep, aturan, hukum, prinsip, dan teori

dalam biologi, siswa harus berpartisipasi aktif dengan mata pelajaran

tersebut. Begitu mereka melakukannya, mereka kemudian harus

menerapkan konsep-konsep itu ke berbagai skenario untuk menarik

kesimpulan.

Penekanan pada pengalaman langsung di kelas biologi berarti

bahwa siswa membutuhkan bantuan dalam membangun berbagai

keterampilan proses yang akan memungkinkan mereka untuk

menyelidiki dan memahami alam. Keterampilan proses ini meliputi

kemampuan mengamati dengan seluruh panca indra, merumuskan

hipotesis, menggunakan peralatan dan perlengkapan dengan benar,

mempertimbangkan keselamatan di tempat kerja, mengajukan

pertanyaan, mengklasifikasikan dan menginterpretasikan data,

mengkomunikasikan hasil dengan berbagai cara, mencari informasi

yang bersangkutan, dan untuk memilih informasi faktual untuk diuji.

ide ide. dan mengatasi masalah sehari-hari.

Selain itu, sangat disarankan dalam kegiatan pembelajaran

memiliki kemampuan untuk menciptakan teknologi yang dapat


diterapkan dengan menggunakan ide-ide biologi yang dipelajari. Hal

ini memungkinkan siswa untuk memahami manfaat belajar biologi

baik bagi diri sendiri maupun masyarakat.

2. Tujuan

Keterampilan berikut adalah apa yang harus dapat dilakukan siswa

sebagai hasil belajar sains dan biologi:

a. Menumbuhkan sikap positif terhadap biologi dengan mengakui

keteraturan dan keindahan alam serta memuji kebesaran Tuhan

Yang Maha Esa.

b. Mempromosikan sikap ilmiah yang mencakup kejujuran,

objektivitas, keterbukaan, ketekunan, pemikiran kritis, dan

kemampuan bekerja sama dengan orang lain.

c. Memperoleh pengalaman dengan mengemukakan dan menguji

hipotesis melalui percobaan, kemudian secara lisan dan tulisan

mengkomunikasikan temuan percobaan.

d. Mengembangkan keterampilan penalaran analitis, induktif, dan

deduktif sambil menerapkan konsep dan prinsip biologi.

e. Membangun pengetahuan, keterampilan, dan kepercayaan diri

sambil mengembangkan pemahaman tentang konsep dan prinsip

biologi dan bagaimana kaitannya dengan disiplin ilmu alam

lainnya.

f. Menggunakan konsep dan prinsip biologi untuk menciptakan

karya teknologi langsung yang memenuhi kebutuhan manusia.


g. Sensitisasi dan keterlibatan dalam konservasi lingkungan

(Anonim, 2017).

3. Ruang Lingkup

Mata pelajaran Biologi di SMA/SMK/MA merupakan

kelanjutan dari mata pelajaran IPA di SMP/MTs yang menitikberatkan

pada fenomena alam dan penerapannya serta mencakup unsur-unsur

sebagai berikut:

a. Sifat biologi, keanekaragaman hayati, dan pengelompokan

makhluk hidup; hubungan antar komponen ekosistem;

perubahan materi dan energi; dan peran manusia dalam menjaga

keseimbangan lingkungan.

b. Organisasi seluler, struktur jaringan, struktur dan fungsi organ

tumbuhan, hewan, dan manusia, serta penerapannya pada ilmu

pengetahuan, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

c. Proses metabolisme tumbuhan, sifat keturunan, evolusi, dan

bioteknologi, serta pengaruhnya terhadap ilmu pengetahuan,

lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

diterjemahkan ke dalam 13 standar kompetensi. Arah dan

landasan terciptanya kegiatan pembelajaran, isi pembelajaran, dan

indikator kinerja untuk evaluasi adalah standar kompetensi dan

keterampilan dasar. Guru melakukan analisis kurikulum kursus dan

sistem evaluasi untuk studi ini karena standar proses dan evaluasi

harus dipertimbangkan ketika mengembangkan kegiatan pembelajaran

dan evaluasi.
E. Tinjauan Kelas Imersi

Salah satu cara penerapan undang-undang SISDIKNAS, yaitu

pasal 50(3), yang memungkinkan pemerintah daerah untuk merintis

setidaknya satu sekolah bertaraf internasional, adalah melalui pendidikan

imersi. Proyek kelas pencelupan eksperimental ini adalah awal dari standar

internasional untuk sekolah. Dalam pendidikan pencelupan, materi

pelajaran, proses belajar mengajar, dan evaluasi semuanya dilakukan

dalam bahasa Inggris. Pembelajaran dalam sesi imersi selalu mengacu

pada program nasional yang berlaku. Program nasional yang relevan

adalah program KBK (Pengetahuan Berbasis Kompetensi), yang

menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual (CTL). Terkait juga

dengan rencana studi adalah pengembangan program studi dan

pengembangan sistem pengujian. Pelajari matematika dan sains bahasa

Inggris (biologi, kimia, dan fisika) untuk mencapai hal ini:

1. Meningkatkan kemampuan berbahasa Inggris bidang matematika dan

sains sesuai dengan tren global.

2. Menghasilkan lulusan dengan penguasaan bahasa Inggris yang kuat.

3. Menghasilkan lulusan sains dan matematika yang berkualitas sesuai

dengan kemajuan bidang studi tersebut.

4. Meningkatkan daya saing internasional matematika dan sains sebagai

ilmu dasar untuk kemajuan teknologi di bidang manufaktur,

komunikasi, transportasi, konstruksi, serta bio dan energi.


5. Meningkatkan keterampilan komunikasi bahasa Inggris di kalangan

siswa dengan memastikan bahwa mereka memiliki penguasaan bahasa

yang kuat.

6. Mendidik Indonesia tentang kemajuan internasional di bidang

matematika, ilmu alam (termasuk biologi), teknologi komputer, dan

bidang terkait lainnya.

Untuk mencapai tujuan di atas, kami mengantisipasi bahwa

sekolah yang menawarkan program pembelajaran matematika dan sains

(biologi, kimia, pendidikan jasmani) dalam bahasa Inggris akan

memfokuskan upaya mereka pada bidang-bidang berikut.

a. Pengembangan materi dalam bahasa inggris

Buku teks matematika dan sains bahasa Inggris harus

diperbarui untuk mencerminkan perkembangan global. Untuk

memperbaharui materi yang direncanakan, sekolah pelaksana

program perlu membentuk jaringan nasional dan internasional.

Misalnya, bekerja sama dengan fakultas MIPA di universitas

terdekat untuk mendapatkan informasi dan sumber terbaru tentang

literatur dan buku MIPA.

Hasil yang sama juga dapat dicapai dengan bekerja sama

dengan Jurusan Bahasa Inggris Fakultas Filologi untuk

meningkatkan kemampuan linguistik bahasa Inggris Anda. Lihat

Suplemen Buku Panduan Pengembangan Sekolah Koalisi untuk


rincian lebih lanjut tentang pengembangan jaringan domestik dan

internasional.

b. Pengembangan media pembelajaran


Mengingat bahwa belajar matematika dan IPA dalam bahasa

Inggris merupakan hal yang baru dan menghadirkan tantangan yang

relatif lebih tinggi daripada mempelajarinya secara rutin dengan

dukungan bahasa Indonesia, maka diperlukan sarana pendidikan

yang dapat membantu siswa memahami mata pelajaran tersebut.

Selain multimedia elektronik yang sarat dengan animasi, sumber

daya pendidikan tersebut juga dapat menggunakan alat peraga yang

lebih mutakhir, spesifik, dan realistis.

c. Peningkatan kompetensi guru dalam bahasa inggris

Karena mereka biasanya tidak siap untuk mengajar

matematika dan sains dalam bahasa Inggris, profesor matematika

dan sains yang mengawasi program ini harus meningkatkan dan

mempertahankan keterampilan bahasa Inggris mereka secara

signifikan. Kurikulum, tutorial oleh instruktur berbahasa Inggris di

lembaga yang sama atau lembaga pendidikan lainnya, pengajaran

harian di kelas dalam bahasa Inggris, kegiatan berbahasa Inggris,

ketersediaan buku teks berbahasa Inggris di bidang sains dan alam,

dan peluang lain dapat diperluas dalam rangka meningkatkan

kemampuan berbahasa Inggris siswa.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Karakteristik dan Jenis Penelitian

1. Karakteristik tempat penelitian

Penelitian dilakukan di kelas imersi SMKN 6 Jeneponto.

Topik penelitian adalah kelas X yang terbagi menjadi kelas X1, X2,

dan X3. Setiap kelas masing-masing memiliki 29, 30, dan 30 siswa.

Studi ini dilakukan selama empat sesi untuk setiap promosi selama

pasangan studi penelitian tentang polusi selama satu semester untuk

tahun akademik 2021-2022.

2. Jenis penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan

metode penelitian deskriptif dan eksploratif berbentuk studi kasus

untuk mendeskripsikan topik penelitian sebagai proses pendidikan

sekaligus mengumpulkan informasi pelaksanaan proses

pembelajaran imersi tekanan lingkungan siswa kelas X Biologi di

SMKN 6 Jeneponto untuk tahun ajaran 2021–2022. Hasil analisis

data harus menunjukkan tantangan yang dihadapi untuk mencapai

pembelajaran yang efektif dan langkah-langkah yang dapat diambil

untuk mengatasinya sebagai bukti keberhasilan implementasi

program untuk kelas imersi.


B. Variabel Penelitian dan Sumber Data

Variabel yang diteliti dalam penelitian ini meliputi:

1. Komposan pembelajaran (penyesuaian tujuan pembelajaran, sumber

belajar, metode pembelajaran, perangkat pembelajaran, dan ujian

pembelajaran)

a. Kurikulum adalah. (RP)

b. Program komputer dan sistem notasi

c. Infrastruktur dan instalasi.

2. Aktivitas belajar

a. Kemauan siswa untuk terus belajar

b. Aktivitas belajar siswa

c. Kualifikasi profesi guru

d. Kinerja guru

e. Penggunaan bahasa Inggris

f. Kesesuaian proses pembelajaran dengan kurikulum (OP).

3. Hasil belajar siswa

Instruktur kelas X imersi biologi, siswa kelas X, bahan

penelitian, dan hasil observasi belajar mengajar (CBM) kelas peneliti

menjadi sumber informasi atau informan yang digunakan dalam

penelitian ini.
C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:

1. Tahap persiapan:

pembuatan proposal penelitian dan alat penelitian berupa

angket kelayakan kerja guru, pertanyaan untuk persiapan siswa,

pedoman bertanya kepada guru tentang penerapan pembelajaran

imersif di kelas, formulir observasi kegiatan pembelajaran (KBM),

formulir observasi relevansi proses pembelajaran dengan RP, fiches

untuk analisis program, dan metode lainnya.

Setelah instrumen disiapkan, dilakukan pengujian. Instrumen

tes berupa angket sarjana yang kemudian diuji validitas dan

reliabilitasnya seperti diuraikan di bawah ini:

a. Validitas angket

Formula Product-Moment-Korrelations digunakan

untuk menentukan signifikansi dari setiap elemen pertanyaan-

bogen:
Hasil koefisien korelasi r harus dikorelasikan pada

tingkat signifikansi 5% atau tingkat kepercayaan 95%

untuk menentukan validitas instrumen terhadap item yang

diberikan.

b. reliabilitas survei Rumus alpha digunakan untuk menilai reliabilitas.

Formula alpha ini digunakan karena skor instrumen berkisar antara 1

sampai 4.
2. Tahap pelaksanaan

observasi, wawancara, dan kuesioner dilakukan terhadap

sampel penelitian untuk mengumpulkan data yang diperlukan

sesuai dengan pedoman instrumen yang telah ditetapkan.

3. Tahap analisis data dan penyusunan laporan

Banyak tema yang diantisipasi dalam analisis data ini, dan

dirangkum dalam laporan penelitian di bawah judul berikut:

a. Kelebihan dan Faktor Pendukung Meliputi segala sesuatu yang

ada pada kelas imersi pada proses pembelajaran Biologi

SMKN 6 Jeneponto serta faktor-faktor yang menunjang

efektifitas pembelajaran. Faktor pendukung berupa keahlian

guru, kemauan siswa dalam melaksanakan pembelajaran

imersif di kelas, dan kerjasama tim yang menjadi

pertimbangan guru biologi untuk menilai program secara lebih

menyeluruh sebelum dilaksanakan. diimplementasikan. Selain

itu didukung oleh faktor fisik seperti laboratorium biologi,

peralatan yang memadai, buku ajar yang cukup, dan segala

sumber daya lainnya yang dapat membantu proses belajar

mengajar.

b. Kesalahan dan hambatan, yaitu segala sesuatu yang

menghambat pembelajaran biologi pada kelas imersi di SMKN

6 Jeneponto dan upaya penanggulangannya, seperti kurangnya

persiapan guru dan siswa serta kurangnya sumber daya atau

dukungan masyarakat terhadap proses pembelajaran .


D. Metode Pengumpulan Data

Alat peneliti untuk kegiatan ini meliputi perekam kecil, catatan

singkat, survei, panduan observasi dan wawancara, dan jika perlu,

rekaman fotografi. Setelah peneliti mendapatkan kepercayaan responden

dan menjalin hubungan positif dengan mereka. Metode pengumpulan data

individu dijelaskan di bawah ini untuk memberikan pemahaman yang jelas

tentang bagaimana kuesioner, observasi, wawancara, dan analisis

dokumen digunakan:

1. Metode angket/kuesioner

Untuk memberikan responden hanya pilihan untuk memilih,

dua kuesioner tertutup dalam bentuk pertanyaan pilihan ganda

dengan alternatif jawaban digunakan dalam penelitian ini. Kuesioner

berikut tersedia:

a. Angket kemampuan professional guru

Untuk menunjukkan kemampuan profesional guru

besar biologi dalam pengelolaan pembelajaran, angket ini

dilengkapi. Empat pilihan jawaban yang berbeda digunakan

untuk membuat kuesioner ini, dan hasilnya dinilai sebagai

berikut:
b. Angket kesiapan siswa mengikuti pembelajaran.

Survei ini dilakukan untuk memastikan minat siswa

dalam mengikuti kelas biologi di kelas imersi. Empat pilihan

jawaban yang berbeda digunakan untuk membuat kuesioner

ini, dan hasilnya dinilai sebagai berikut:

2. Metode observasi

Alat observasi menggunakan daftar kegiatan pembelajaran

terkontrol (CBM), daftar proses pembelajaran terkontrol yang sesuai

dengan RP, dan daftar observasi yang merekam kelengkapan

infrastruktur dengan sumber belajar, alat, dan pendukung.

(Lembar observasi terlampir, lampiran 11, 15 dan 19)

3. Metode interview/wawancara

Dalam wawancara ini, penulis menggunakan bentuk

wawancara terarah terarah, yang berarti bahwa pertanyaannya

terbuka tetapi masalah komparabilitas dan reliabilitas masih

berkaitan dengan pertanyaan penelitian. Metode ini digunakan

penulis untuk mengumpulkan informasi tentang kesejahteraan guru,

siswa, dan isu-isu yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran

imersif di kelas, khususnya guru biologi.


4. Metode Analisis Dokumen

Untuk melengkapi data yang hilang, digunakan metode

dokumentasi untuk mencari informasi kasus/catatan, transkripsi,

buku, jurnal, dll. Pendekatan ini mengembangkan perangkat berupa

analisis program dan sistem evaluasi, penilaian catatan siswa, dan ,

bila perlu dokumentasi kegiatan belajar mengajar yang

komprehensif.

E. Metode analisis data

Untuk menyiapkan data, data disusun dalam tema atau kategori

sesuai dengan variabel yang diteliti. Analisis data dilakukan di awal

penelitian kualitatif serta di seluruh proses. Pendekatan induktif untuk

analisis data digunakan untuk memastikan bahwa temuan penelitian sesuai

dengan harapan dan konsisten dengan prosesnya. Lebih tepatnya, proses

analisis data terdiri dari komponen-komponen berikut:

1. Data reduction: Data reduction is defined as the selection and

simplification of raw data derived from on-site written records. This

procedure calls for the suppression of data that won't be used in the

subsequent analysis process.

2. Pengumpulan data: Rangkuman data tersebut kemudian disortir

berdasarkan sumber dan disesuaikan dengan indikator yang digunakan

dalam penelitian ini, sehingga memudahkan dalam melakukan langkah


analisis selanjutnya. Setelah itu, data ini dikelompokkan menggunakan

berbagai metrik: Kekuatan, Kesalahan, dan Hambatan.

3. Verifikasi keabsahan data: Menggunakan teknik triangulasi data, yaitu

metode untuk memastikan keakuratan data dengan menggunakan

sumber selain data untuk tujuan verifikasi atau perbandingan

(Moleong, 2018). Triangulasi yang akan dilakukan didasarkan pada

sumber data, khususnya perbandingan hasil observasi, hasil angket,

hasil wawancara, dan hasil analisis dokumen.

4. Interpretasi data/dessin konsekuensi: Penarikan konsekuensi hanya

sebagian dari keseluruhan kegiatan konfigurasi. Temuan penelitian ini

berupa simpulan deskriptif yang diambil dari topik penelitian, yaitu

gambaran proses pembelajaran biologi imersi yang meliputi koordinasi

komponen pembelajaran, kegiatan pembelajaran, hasil belajar,

hambatan belajar yang dihadapi, dan pendekatan pembelajaran yang

diterapkan atau diajukan.

Sedangkan metode analisis data yang digunakan untuk

menganalisis kuesioner survei menggunakan metode sebagai berikut:

1. Metode Analisis Données untuk Mempertanyakan Karyawan

Karyawan yang Menghadirkan Rekaman Berkelanjutan:

a. Tentukan frekuensi untuk setiap kategori tanggapan yang

termasuk dalam setiap faktor.

b. Hitung skor dalam bentuk persentase. Metode ini sering disebut

deskriptif kualitatif dengan persentase.


c. Dengan bantuan tabel kriteria deskriptif dalam persen, hasil analisis

persentase tersebut kemudian diterjemahkan dengan menggunakan

istilah kualitatif.

The percentage of descriptive criteria table is divided into four

groups: 1) Fail, 2) Moderate, 3) Height, and 4). Quite high. The

calculation of the class intervals results in the category of percentage

level with the highest value of 100% and the lowest value of 25%. As a

result, the range of percentage scores is 100% – 25% = 75%. The number

of answer categories is 4, hence the percentage of the class interval is

75% / 4 = 18,75%. In the table below, the criteria for each period are

listed:

Tabel 1 Kriteria Deskriptif Persentase Kemampuan Profesional Guru


2. Prosedur analisis data angket persiapan siswa menggunakan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Tentukan frekuensi untuk setiap kategori tanggapan yang

termasuk dalam setiap faktor.

b. Hitung skor dalam bentuk persentase. Metode ini sering disebut

deskriptif kualitatif dengan persentase. Rumus persentase analisis

deskriptif adalah:

c. Dengan menggunakan tabel kriteria deskriptif dalam bentuk

persentase, hasil analisis persentase kemudian diterjemahkan ke

dalam istilah kualitatif.

Persentase tabel kriteria deskriptif dibagi menjadi 4

kategori, diantaranya: 1. Pas siap. Tidak Siap 3). Benar dan 4).

Sangat siap Perhitungan interval kelas menghasilkan kategori

tingkat persentase dengan nilai tertinggi 100% dan nilai terendah

25%. Hasilnya, rentang skor persentase adalah 100% – 25% =

75%. Jumlah kategori jawaban adalah 4, maka persentase interval

kelasnya adalah 75% / 4 = 18,75%. Pada tabel di bawah ini,

kriteria untuk setiap periode dicantumkan:


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Laporan Negara.6 Jeneponto

Alamat jalan SMKN.6 Jeneponto adalah Poros di desa

Bangkalaloe. Sekolah ini berjarak 500 meter dari jalan raya utama,

sehingga kebisingan lalu lintas tidak mengganggu lingkungan belajar.

Gaya hidup santai dan nyaman jauh dari industri juga membantu.

Lokasi dipilih secara strategis untuk mendukung lingkungan belajar

yang kondusif.

Program yang digunakan di SMKN 6 Jeneponto adalah

program Berbasis Kompetensi (KBK) yang berlaku sejak tahun 2015.

Untuk tahun pelajaran 2021–2022, akan ada 1376 siswa yang terdaftar

di SMKN 6 Jeneponto yang tersebar di Kelas X (11 kelas, 445 siswa),

XI (12 kelas, 448 siswa), dan XII (12 kelas, 483). Sedangkan

karyawan sebanyak 23 orang dan guru sebanyak 94 orang. Untuk guru

besar biologi dibantu tujuh orang guru besar materi.

Program studi dan kelas yang dipilih sebelumnya di SMKN 6

Jeneponto telah dibagi. Ukuran kelas yang telah ditetapkan adalah:

tujuh kelas imersi dengan masing-masing antara 25 dan 30 siswa, satu

kelas tingkat atas, dan satu kelas reguler dengan masing-masing antara

37 dan 42 siswa. Tiga mata kuliah yang dijadikan topik penelitian


kelas X Immersion adalah X-1, X-2, dan X-3, dengan jumlah siswa

masing-masing 29, 30, dan 30 mahasiswa.

Kelas di SMKN 6 Jeneponto dimulai setiap hari pada pukul

07.30 WITA dan berakhir pada pukul 13.30 WITA. Kecuali pada hari

Jumat, kelas berakhir pada pukul 11:45 WIB. Ini berlaku untuk semua

kelas, termasuk kelas pencelupan, kelas super, dan kelas aturan.

Terdapat 35 ruang kelas dan 35 ruang kelas penunjang, antara

lain 1 lab bahasa, 1 lab audiovisual, 2 lab komputer, 1 lab pendidikan

jasmani, 1 lab biologi, dan 1 lab kimia. Memiliki satu lapangan

basket, satu lapangan tenis, satu lapangan bulu tangkis, dan satu

lapangan voli untuk pembelajaran di luar kelas.

3. Komponen pembelajaran

Komponen pembelajaran yang dimaksud adalah program dan

jadwal ujian, kurikulum, sarana dan prasarana.

3. Aktivitas belajar atau proses pembelajaran meliputi:

a. Kesiapan siswa mengikuti pembelajaran

Temuan analisis pengisian daftar pertanyaan yang tidak

disengaja memberikan wawasan tentang tingkat kesiapan pelajar

siswa. Teknik analisis yang paling sering digunakan adalah

Analisis Persentase Beschrijvende, yang diilustrasikan dengan

Tabel Kriteria Persentase Beschrijvende. Hasil analisis Kuesioner

Kesiapan Siswa dapat dilihat pada tabel berikut:


Berdasarkan Tabel 4, 32 siswa atau 35,96% dari seluruh

siswa termasuk dalam persyaratan persiapan. Persentase tingkat

kesiapan siswa tertinggi dan terendah masing-masing adalah

77,08% dan 43,75% (lihat lampiran 8).

b. Kemampuan profesional guru

Hasil analisis tanggapan angket digunakan untuk

mengetahui tingkat kompetensi profesional guru. Metode analisis

yang digunakan adalah analisis deskriptif persentase. Dalam

penelitian ini kompetensi profesional guru ditetapkan sebesar

71,87%, dan setelah dilakukan interpretasi dengan tabel kriteria

deskriptor persentasenya termasuk dalam kriteria tinggi. Formula

yang digunakan untuk menghitung persentase guru yang memenuhi

kriteria kompetensi profesi terdapat pada Lampiran 10.


c. Aktivitas siswa dan kinerja guru

Dengan menggunakan formulir observasi kegiatan belajar

mengajar, aktivitas siswa dan kinerja guru dinilai selama proses

pembelajaran. Hasil observasi diketahui: Sebelum kelas dimulai,

siswa menyiapkan buku pendamping dan handout yang disediakan.

Pemberian tujuan pembelajaran, kajian pengetahuan awal siswa,

dan motivasi siswa tidak dilakukan secara menyeluruh selama fase

persepsi.

Fase pembelajaran utama melibatkan transmisi materi

dengan cara yang koheren dan sesuai keterampilan. Mayoritas

proses yang diamati tidak meningkatkan motivasi siswa. Sang

profesor telah bereksperimen dengan metode lain selain ceramah

tradisional, seperti metode eksperimen. Meskipun demikian,

pembentukan kelompok kerja masih bersifat ad hoc, dan tugas yang

diberikan kepada masing-masing kelompok tidak terkoordinasi

dengan baik. Karena persiapan yang kurang, LKS tidak disediakan

sebagai acuan pekerjaan siswa. Siswa terlibat dalam pembelajaran

ketika diberi kesempatan untuk menyuarakan ide-ide mereka,

misalnya. Belajar terhubung dengan dunia nyata. Proses

kontekstual ini berlangsung melalui tayangan gambar di televisi,

demonstrasi, dan observasi langsung. Kegiatan penelitian tidak


dilakukan pada tingkat yang mendalam. Beberapa siswa

berpartisipasi dalam kegiatan penemuan, dan sebagian besar siswa

lainnya tidak, yang mencegah mereka menjadi cukup mandiri

untuk menemukan pengetahuan mereka sendiri. Bahasa Inggris dan

Indonesia sering diucapkan oleh guru dan siswa selama proses

belajar mengajar. Bahasa Inggris hanya digunakan pada pengantar

dan kesimpulan pelajaran, serta ketika istilah khusus digunakan.

choye.

Pada fase pembelajaran akhir, guru terutama menggunakan

pertanyaan tradisional dan hanya sesekali menggunakan pertanyaan

satu lawan satu untuk menilai pemahaman siswa. Ketiga

komponen, kognitif, psikomotor, dan afektif, belum dievaluasi.


d. Kesesuaian proses pembelajaran dengan Rencana Pembelajaran (RP)

Hasil pengisian formulir observasi terhadap keselarasan proses

pembelajaran dengan kurikulum menunjukkan bahwa sebagian besar

kegiatan proses pembelajaran tidak sesuai dengan kurikulum yang

telah ditetapkan. Semua fitur yang diamati termasuk dalam perbedaan

ini. Faktor-faktor tersebut meliputi kuantitas bahan yang digunakan,

pembuatan indikator, penggunaan metode, penggunaan media, tata

cara evaluasi, dan komitmen waktu.


4. Hasil belajar siswa

Penilaian tindakan yang dilakukan hanya berupa penilaian

kinerja kognitif yang dilakukan dengan lulus ujian umum atau ujian

tingkat semester. Hasil penilaian pembelajaran kognitif digunakan

untuk mengukur tingkat pemahaman konsep siswa. Persentase tujuan

pembelajaran yang diselesaikan dapat digunakan untuk mengukur

tingkat pemahaman suatu konsep. Berdasarkan norma kemahiran hasil

belajar kognitif dalam kurikulum KBK, kemahiran individual

didefinisikan ketika siswa menunjukkan 65 atau 65% penguasaan

materi, dan kemahiran kelas didefinisikan ketika 85% dari seluruh

siswa di kelas mencapai skor 65 atau 65% penguasaan materi. Saat ini

di SMKN 6 Jeneponto, kemahiran individu ditetapkan sebesar 66%

penguasaan materi. Bijlagen 24, 25, dan 26 menunjukkan partisipasi

siswa sepenuhnya dalam pembelajaran investigasi ini. Berikut ini

diuraikan bagaimana hasil belajar kognitif siswa digabungkan:


5. hambatan pembelajaran

Ada kekhawatiran dengan penggunaan pelajaran biologi di

kelas imersi. Dengan memasukkan pertanyaan survei siswa dan

melakukan wawancara dengan profesor, informasi mengenai tantangan

yang terkait dengan penerapan kurikulum biologi dalam program

pencelupan dikumpulkan. Anda dapat menemukan kesalahan ini lagi

pada tabel di bawah ini:


B. Pembahasan
Setiap instruktur di SMKN 6 Jeneponto memiliki kewenangan

untuk membuat RPP berdasarkan kreativitas masing-masing. Demikian

pula diharapkan peraturan ini sekarang menjadi aspek kurikulum yang

berfungsi sehingga dapat memberikan petunjuk yang akurat. Guru biologi

kelas imersi SMKN 6 Jeneponto memiliki RPP pada awal semester atau

sebelum proses pembelajaran dilaksanakan. Rencana Studi (RP) yang

diamati, bagaimanapun, tidak berubah dari tahun ajaran sebelumnya, dan

masih ada kelas tertentu yang tidak mengikuti jadwal saat ini. Kesenjangan

ini meliputi: keterampilan dan indikator fundamental.

Materi tentang pencemaran lingkungan telah dimasukkan ke dalam

kompetensi dasar 4.3, yaitu hubungan antara aktivitas manusia dengan isu

kerusakan dan pelestarian lingkungan, berdasarkan arahan khusus untuk

pengembangan program dan evaluasi dari kementerian pendidikan

nasional. Keterampilan dasar ini memiliki empat indikator pengetahuan:

rekaman upaya manusia untuk mengatasi masalah lingkungan sesuai

dengan etika lingkungan; mengidentifikasi contoh perubahan lingkungan

yang disebabkan oleh aktivitas manusia; meringkas fakta tentang banyak

bentuk polusi dan pengaruhnya; dan menyusun laporan ilmiah hasil

percobaan pengaruh pencemaran lingkungan terhadap kehidupan

organisasi.

Indikatornya hanya dua, yaitu: lier les activités humaines à la

kehancuran et à l'entretien de l'environnement; dan hentikan penggunaan

semua yang sudah lama didaur ulang. Kedua indikator ini disertakan saat
membuat RPP karena diperlukan untuk menjelaskan bagaimana

pemanfaatan sampah daur ulang untuk manfaat kehidupan.

Guru harus mampu memilih dan menyiapkan lingkungan dan

sumber belajar yang akan digunakan selain mengembangkan RPP. Guru

kelas imersi SMKN 6 Jeneponto yang bersangkutan menyiapkan beberapa

instalasi, alat pendukung, dan bahan ajar, antara lain: B. peralatan

praktikum dan bahan ajar yang digunakan. Lingkungan kelas, seperti yang

ditampilkan dalam bentuk tayangan polusi televisi, digunakan sebagai alat

pengajaran (TVPenggunaan sumber belajar yang paling efektif dalam

bentuk benda nyata, seperti manual dan buku kerja, tidak dilakukan,

membuat siswa tidak memiliki referensi untuk penyampaian. Selain itu,

selama kegiatan di kelas, guru hanya memberikan instruksi lisan tanpa

handout siswa, sehingga siswa tidak dapat menerima instruksi kerja yang

jelas.

Berdasarkan uraian di atas, terlihat jelas bahwa masih terdapat

kekurangan persiapan pembelajaran pada bidang komponen pendidikan

seperti program, program, dan sistem evaluasi, serta penggunaan sarana

dan prasarana. Hal tersebut seharusnya menjadi masalah bagi guru yang

bersangkutan untuk diperbaiki, dan diharapkan hal tersebut akan

berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa.

Persiapan pembelajaran sangat penting dilakukan sebelum proses

pembelajaran karena membantu merasionalisasikan pembelajaran dan

dapat mendorong guru untuk bersiap-siap melaksanakan pembelajaran. Ini

bukan hanya dokumen sekolah; itu juga cara bagi guru untuk menjadi
profesional yang lebih berkualitas. Dalam Mulyasa (2018) disebutkan

dalam pelaksanaan program tahun 2015, Tugas guru yang paling erat

kaitannya dengan persiapan mata kuliah adalah menerjemahkan program

ke dalam persiapan mata kuliah yang lebih praktis. Penciptaan pelajaran

adalah upaya untuk mengevaluasi tindakan yang dilakukan saat belajar.

Perencanaan pelajaran, dalam bentuk proyek rencana pelajaran,

menawarkan instruksi yang jelas tentang mata pelajaran, bagaimana

menggunakan strategi dan media pembelajaran, dan menawarkan nasihat

belajar. Persiapan ini sangat penting untuk membuat bahan ajar yang akan

digunakan.

Kementerian Pendidikan Nasional (2020) memberikan pedoman

program dan menjelaskan strukturnya, yang mencakup komponen berikut:

mata pelajaran, unit, kelas/semester, alokasi waktu, keterampilan dasar,

hasil belajar, indikator, langkah pembelajaran, instalasi, dan evaluasi .

Namun, ini bukan standar; melainkan terserah kepada sekolah untuk

menyesuaikan dengan kemampuannya.

Dalam penelitian ini, pendekatan pembelajaran kontekstual

digunakan di dalam kelas. Proses kontekstual ini berlangsung melalui

tayangan gambar di televisi, demonstrasi, dan observasi langsung. Bahkan,

guru terus bergumul dengan menggunakan metode lain. Guru masih gagal

untuk mengajar siswa tentang suatu mata pelajaran, sehingga mereka tidak

dapat menggunakan strategi pemecahan masalah. Guru bekerja keras

untuk menetapkan kondisi yang diperlukan bagi siswa untuk secara aktif

mengembangkan pengetahuan dan pemahamannya sendiri, yang dikenal


dengan pendekatan konstruktivis. Selain itu, guru merasa tertantang untuk

memimpin dan mengarahkan siswa, mengenali karakteristik unik siswa,

menginspirasi siswa untuk belajar, meningkatkan aktivitas siswa, dan

menumbuhkan kreativitas mereka.

Siswa dapat dibagi ke dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil

agar lebih mudah untuk mengajar dan mengawasi mereka, yang

merupakan salah satu cara untuk mencapai tujuan ini. Anda dapat

mempertahankan disiplin bahkan saat belajar. Disiplin di sini bukan berarti

guru tegas terhadap siswa, tetapi lebih kepada siswa didorong untuk

berpegang pada standar yang telah ditetapkan. misalnya, dengan keputusan

untuk menggunakan diambil dan konsekuensinya. Pendekatan diskusi

dapat meningkatkan aktivitas siswa dengan mengajak mereka secara aktif

berbagi ide atau berkolaborasi dengan teman untuk merangsang kreativitas

mereka dengan menggunakan teknik pengajaran yang menarik atau meniru

RPP tutor sebaya.

Menurut Mulyasa (2018), Pengembangan metode pengajaran

(pembelajaran) merupakan salah satu jalur yang ditempuh dalam proses

pembelajaran, menurut Slameto (2018). Guru harus memiliki pengetahuan

tentang prinsip-prinsip pembelajaran, memilih dan menggunakan metode

pembelajaran, serta memilih dan menggunakan strategi atau pendekatan

pembelajaran. Metode belajar mengajar yang spesifik, efisien, dan efektif

diperlukan agar siswa dapat mengasimilasi, menguasai, dan

mengembangkan materi pelajaran yang diajarkan oleh guru. Ketika

seorang guru tidak siap dan tidak terbiasa dengan mata pelajaran, praktik
pembelajaran yang buruk dapat terjadi, mengakibatkan presentasi yang

tidak jelas. Hal ini menyebabkan siswa kehilangan minat dalam proses

pembelajaran.

Ketika datang ke metode pembelajaran, tantangan yang biasanya

dihadapi guru termasuk memilih metode yang sesuai dengan kemampuan

siswa untuk dicapai, menggunakan metode yang berpusat pada siswa,

mengharuskan siswa bekerja dengan teman, mengharuskan siswa

melakukan observasi, dan mengintegrasikan siswa. menjadi kelompok

belajar yang efektif. Untuk mencapai hal ini, dimungkinkan untuk

mencoba memahami karakteristik siswa sehingga mereka dapat memilih

metode yang terbaik. Metode juga dapat ditentukan dengan melihat

keadaan siswa dan lembaga yang berpartisipasi, dan fasilitator dapat

digunakan selama proses pembelajaran.

Berdasarkan pengamatan, guru sering bertindak serampangan

dalam melaksanakan pembelajaran, sehingga sebagian besar kegiatan

pembelajaran tidak sesuai dengan RPP yang disusun. Semua fitur yang

diamati termasuk dalam perbedaan ini. Faktor-faktor tersebut meliputi

jumlah bahan yang digunakan, pembuatan indikator, penggunaan metode,

penggunaan media, metodologi evaluasi, dan tingkat komitmen dari waktu

ke waktu. Untuk membuat pembelajaran lebih efektif, harus ada bahan

korektif untuk guru.

Penilaian racun lingkungan hanya mencakup tes pemahaman

konseptual atau tes kognitif; tidak termasuk tes psikomotor atau tes afektif.

Satu-satunya cara untuk mengevaluasi kemampuan kognitif adalah melalui


tes bakat umum atau ujian semester. Soal zat najis hanya ada dua soal,

yaitu soal esai. Pertanyaan-pertanyaan tersebut jelas tidak dapat dijadikan

dasar pengetahuan siswa. Dilihat dari proporsi partisipasi kelas, diketahui

bahwa ketiga kelas imersi yang disorot memiliki tingkat partisipasi yang

sangat tinggi dalam pembelajaran. Rata-rata tingkat partisipasi kelas untuk

ketiga kelas tersebut adalah 96,63 persen. Ini melampaui nilai standar

penyelesaian 85% dari program inti KBK sebagai hasilnya.

Kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam melaksanakan

pembelajaran biologi di kelas imersi SMKN 6 Jeneponto ditampilkan pada

Tabel 9. Informasi tersebut diperoleh melalui wawancara guru dan hasil

angket siswa yang diisi. Hambatan utama adalah kurangnya penggunaan

bahasa Inggris sebagai bahasa pengajaran oleh guru dan siswa, serta

kurangnya persiapan untuk pembelajaran, termasuk pemilihan metode

yang akan menarik minat siswa. Guru kemudian dapat memanfaatkan

forum MGMP Biologi untuk berbagi pengetahuan dan pengalaman, serta

masalah yang diidentifikasi dan tindakan yang diambil.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berikut kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil kajian dan diskusi:

1. Pembelajaran biologi pencemaran saat belajar di kelas X SMKN.6 Jeneponto

belum memenuhi persyaratan program. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor, misalnya:

a. Lesvoorbereiding tidak optimal karena komponen pembelajaran yang

digunakan (kurikulum dan sistem penilaian, layanan pendukung, dan

infrastruktur) tidak sesuai dengan kurikulum.

b. Pelaksanaan pembelajaran belum sesuai dengan Plan Curricular (PR)

komprehensif yang membahas semua aspek.

c. Masih ada kegiatan siswa yang negatif dan siswa yang aktif kurang dari

75%.

d. Penilaian unsur kognitif hanya mencakup beberapa indikator saja.

e. Psikomotor dan elemen afektif belum dievaluasi menggunakan pendekatan

saat ini.

2. Berikut tantangan yang dihadapi selama pelaksanaan kurikulum kelas imersi

biologi di SMKN 6 Jenepontot:

a. Kemahiran bahasa Inggris yang kurang memadai di kalangan guru dan

siswa.

b. Kurangnya persiapan sebelum mempraktikkan pembelajaran.


c. Kurang efektifnya penggunaan sarana dan prasarana pembelajaran yang ada

dilakukan pada saat pelaksanaan pembelajaran.

B. Saran

Berdasarkan uraian di atas, saran yang dapat diajukan untuk penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Profesionalisme guru akan terus ditingkatkan. Antara lain, fokus pada

keberhasilan siswa daripada hanya menempatkan amanat pendidikan.

2. Mendorong para guru untuk terus meningkatkan kemampuannya guna

mendukung pelaksanaan pembelajaran dalam program imersi, khususnya

penguasaan penggunaan bahasa Inggris.

3. Upaya siswa dan guru untuk membiasakan berkomunikasi dalam bahasa

Inggris setiap hari di sekolah, baik secara lisan maupun tulisan.

4. Dengan bantuan kemampuan siswa yang disesuaikan, maksimalkan

sumber daya dan infrastruktur instruksional sekolah.

5. Lebih optimalnya forum MGMP agar para guru dapat berbagi

pengalaman dan bekerja sama mencari jawaban atas permasalahan yang

muncul.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, M. 2018. Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi. Bandung:


Angkasa.

Anonim. 2016. Buku Pedoman Penyelenggaraan Kelas Imersi. Jakarta ;

Depdiknas

Arikunto, S. 2017. . Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Darsono, M; A. Sugandhi; Martensi K. Dj; Ruslan KS, & Nugroho. 2018. Belajar
dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press. Depdiknas. 2019.
KBK Mata Pelajaran Biologi SMU. Jakarta: Puskur, Depdiknas.

----------. 2019. Pengembangan Silabus Kurikulum Berbasis Sekolah. Jakarta:


Puskur, Depdiknas.

Hamalik, O. 2017. Metode Belajar & Kesulitan-kesulitan Belajar. Bandung:


Tarsito.

Moleong, L. J. 2019. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja


Rosdakarya.

Mulyasa, E. 2018. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Remaja


Rosdakarya

Nur, M. 2017. Media Pengajaran dan Tekhnologi untuk Pembelajaran. Surabaya:


Unesa

Rahayu, I. T & Tristiadi AA. 2017. Observasi dan Wawancara. Jakarta:


Bayumedia Publishing.

Saptono, S. 2019. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Semarang: Biologi UNNES.

Slameto. 2017. Belajar & Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT


Asdi Mahasatya.

Sudjana, N & Ibrahim. 2018. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:


Sinar Baru Algensindo.

Susilo, N. 2018. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar Mengajar.
Bandung: Sinar Baru Algensindo.
Sulistyawati, D. 2019. Analisis Hambatan proses Pembelajaran Biologi dan Cara
Pemecahannya dalam Pelaksanaan Kurikulum 2004. Skirpsi. Semarang:
UNNES

Usman, M. U. 2020. Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Anda mungkin juga menyukai