Anda di halaman 1dari 61

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MENGGUNAKAN

MODEL PEMBELAJARAN TIPE TEAM GAMES TOURNAMENT (TGT)

PADA SISWA KELAS X M.A. POKOBULO KEC.BONTORAMBA KAB.

JENEPONTO

SKRIPSI

SUKMA AYU

Nirm . 9183490410032

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


INSTITUT TURATEA INDONESIA (INTI)
YAYASAN PENDIDIKAN YAPTI
KAB. JENEPONTO
TAHUN 2022
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tanagan di bawah ini :

Nama : SUKMA AYU

Stambuk/Nim : 9183490410032

Prodi : Pendidikan Biologi

Judul Skripsi : Peningkatan Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada

Siswa Kelas X M.A. Pokobulo Kec. Bontoramba Kab.

Jeneponto

Dengan ini menuturkan bahwasanya skripsi yang saya ajukan di depan tim

penguji ialah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan

oleh siapapun. Demikian pernyataan ini saya buat dan bersedia menerima sanksi

apabila pernyataan ini tidak benar.

Jeneponto, 27 Oktober 2022

Yang membuat pernyataan

SUKMA AYU
NIM : 9183490410032
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Skripsi : “Peningkatan Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan Model

Pembelajaran Tipe Team Games Tournament (TGT) Pada Siswa

Kelas X M.A. Pokobulo Kec. Bontoramba Kab. Jeneponto”

Skripsi ini telah diperiksa dan diterima oleh panitia ujian skripsi yang dibentuk

sesuai surat keputusan Rektor Institut Turatea Indonesia (INTI) kabupaten

Jeneponto, 27 Oktober 2022 yang telah dipertahankan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S-1) pada Institut Turatea Indonesia

(INTI) Kabupaten Jeneponto.

PANITIA UJIAN

1.Penanggung Jawab : 1. LLDIKTI Wil. IX Sul-Sel


2. Ketua yayasan pendidikan YAPTI Turatea Jeneponto
3. Rektor Institut Turatea Jeneponto (INTI) Kab.
Jeneponto
2. Ketua : (….…………)
3. Sekretaris : (.……………)
4. Penguji : 1. (…………….)
2. (…….………)
3. (…………….)
4. (…………….)

Mengetahui,
Rektor,
Institut Turatea Indonesia (INTI) Kab. Jeneponto

Prof. DR. H. Maksud Hakim, S.Pd., SE., MM.


HALAMAN PERSETUJUAN

Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa:

Nama : SUKMA AYU

No.Stambuk/NIRM : 410032 / 9183490410032

Jenjang : Strata Satu (S1)

Program Studi : Pendidikan Biologi

Judul Skripsi : Peningkatan Hasil Belajar IPA Dengan Menggunakan

Model Pembelajaran Tipe Team Games Tournament

(TGT) Pada Siswa Kelas X M.A. Pokobulo Kec.

Bontoramba Kab. Jeneponto

Mahasiswa tersebut diatas skripsinya telah diperiksa dan disetujui untuk

mengikuti seminar proposal sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Pada Institut Turatea Indonesia (INTI)

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Meri Hariratuljannah, SE., S.Pd., MM Nurqiyamah Hamid, S.Pd.,M.Pd

Mengetahui,

Wakil Rektor I
Bag. Akademik dan Kemahasiswaan

Ali Syahban Amir, S.Pd., M.Pd


NIDN : 0902039202
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, penulis memohon berkat dan kesabaran dari Allah SWT

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini walaupun tidak sempurna. Tidak

diragukan lagi, penulis mengalami banyak tantangan dan rintangan selama

mengerjakan karya ini, namun dengan bantuan Allah SWT dan dukungan dari

berbagai pihak, penulis dapat mengatasi tantangan tersebut.

Sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat

yang tulus kepada mereka yang telah membantunya:

Meri HariratulJannah.,S.Pd.SE.M.M selaku Pembimbing I sekaligus

Ketua Institut Turatea Indonesia (INTI) Yayayasan Pendidikan Yapti Turatea

yang telah meluangkan waktunya setiap saat untuk menerima dan memberikan

arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Nurqiyamah Hamid.,s.Pd.M.Pd selaku Pembimbing II dengan senang

hati menerima, mengarahkan, dan membimbing dalam menyusun tulisan ini

sampai selesai.

Drs.Anwar Rivai, Selaku Ketua Yayasan Pendidikan Yapti Turatea

Indonesia Kabupaten Jeneponto dan Ibu Andi Fitriani Suryadi.,S..Pd.M.Pd

selaku Ketua Prodi Pendidikan Biologi Instutut Turatea Indonesia (INTI)

Yayasan Pendidikan Yapti Turatea Jeneponto. Para Dosen Prodi Pendidikan

Biologi yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis selama

menjalani pendidikan.

Kedua orang tua tercinta atas ketabahan dan kesabarannya memberikan

bantuan dan doa yang tulus dalam rangka penyelesaian studi penulis. Serta rekan-
rekan yang telah membantu dalam penulisan Proposal ini. Dan semua pihak yang

tidak sempat penulis sebutkan satu persatu, kiranya bantuan yang anda berikan

selama ini punya arti dan makna tersendiri bagi penulis.

Saya ingin mendapatkan ridho Allah SWT serta ridho dan hidayah yang

bermanfaat. Ini sebagai imbalan atas semua bantuan, saran, dan dukungan yang

telah mereka berikan kepada penulis. Amin.

Jeneponto, 2022

Penulis,

SUKMA AYU
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian..................................................................... . 4

F. Hipotesis Tindakan.................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 7

B. Kerangka Pikir .......................................................................... 20

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................................ 21

B. Sumber Data .............................................................................. 26

C. Teknik Pengumpulan Data......................................................... 26

D. Teknik Pengolahan dan analisis Data......................................... 28

E. Indikator Keberhasilan .............................................................. 29


BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .......................................................................... 30

B. Uraian dan Analisis Penelitian .................................................. 32

C. Penjelasan Tiap siklus................................................................ 34

D. Teknik Pengolahan dan analisis Data......................................... 28

E. Hasil Analisis kualitatif siklus I.................................................. 43

F. Hasil Analisis Kuantitatif Siklus II............................................. 45

G. Hasil Analisis Kualitatif Siklus ................................................. 47

H. Pembahasan................................................................................ 49

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 52

B. Saran .......................................................................................... 33

DAFTAR PUSTAKA
ABSTRAK

Sukma Ayu, 2022. Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Intitut Turatea Indonesia (INTI) YAPTI Jeneponto, Judul:
Peningkatan Hasil Belajar Ipa dengan menggunakan model pembelajaran
Tipe Team Games Tournament (TGT) pada siswa Kelas X M.A. Pokobulo
Kec.bontoramba Kab.jeneponto
Inti dari proses pendidikan di sekolah terdapat pada kegiatan pembelajaran
yang dilakukan di sana. Tujuan utama dari kegiatan pembelajaran adalah untuk
memotivasi siswa untuk melakukan perubahan, termasuk perubahan perilaku,
intelektual, moral, dan sosial, sehingga mereka dapat hidup mandiri sebagai
individu dan berkontribusi kepada masyarakat dengan sebaik-baiknya.
Belajar merupakan aktivitas manusia yang sangat penting yang tidak pernah
dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, sejak dalam kandungan hingga meninggal.
Kemajuan pesat ilmu pengetahuan alam (API) dapat dikaitkan dengan hubungan dekat
mereka dengan kemajuan teknologi yang menyediakan sarana untuk kemajuan ini.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas X M.A. Pokobulo Kec.
Aktivitas belajar siswa Bontoramba Kab Jeneponto termasuk kategori rendah sebelum
diterapkannya model pembelajaran permainan gaya turnamen karena fokus pembelajaran
tetap pada guru sehingga membuat siswa kurang aktif. Hasil pengamatan yang dilakukan
selama pekerjaan persiapan membuktikan hal ini, menunjukkan bahwa persentase rata-
rata hanya 20% yang termasuk dalam kategori "lemah".
Peneliti menggunakan model pembelajaran Teams Games Tournament (TGT)
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, untuk mencapai tujuan
pembelajaran dan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan berhasil.
Berdasarkan data observasi dapat disimpulkan bahwa siklus I memiliki rata-rata tingkat
keberhasilan sebesar 58,76% untuk 17 indikator aktivitas belajar siswa sedangkan siklus
II memiliki tingkat keberhasilan rata-rata sebesar 86,86%. Ini dianggap sangat baik.
Sehingga dapat dikatakan bahwa penggunaan model pembelajaran dapat meningkatkan
kegiatan pembelajaran kurikuler dengan cara meningkatkan rata-rata persentase
ketuntasan siklus I ke siklus II. Hal ini berarti bahwa kegiatan belajar siswa terpusat pada
pembelajaran.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Inti dari proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan pembelajaran

yang dilakukan di sana. Kegiatan pembelajaran terutama bertujuan untuk

mendorong peserta didik untuk berubah, termasuk perubahan perilaku,

intelektual, moral, dan sosial, untuk memungkinkan mereka hidup mandiri

sebagai individu dan berkontribusi kepada masyarakat dengan kemampuan

terbaik mereka. Untuk mencapai tujuan pendidikan, tujuan pembelajaran

harus dipenuhi.

IPA merupakan salah satu mata pelajaran utama yang diajarkan di

Madrasah Aliyah. Program magang ilmiah (API) membantu siswa belajar

lebih banyak tentang diri mereka sendiri dan lingkungan di sekitar mereka.

Selain pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip, Ilmu Pengetahuan

Alam (API) juga memiliki proses kognitif dan cara berpikir ilmiah. Bidang

ilmiah ilmu alam (API) berkaitan dengan studi alam yang sistematis.

Peserta didik Naturwissenschaftlicher Unterricht (IPA) tidak hanya

diajarkan dengan mendengarkan dan menulis; siswa juga harus

berpartisipasi dalam kegiatan lain seperti mengajukan pertanyaan,

melakukan latihan, menyelesaikan tugas (RP), memimpin debat kelas, dll.

Gagasan atau Gagasan.

Ini ada hubungannya dengan strategi instruksional yang digunakan

guru selama proses pembelajaran. Kolaborasi antara guru dan siswa sangat

penting untuk mencapai pembelajaran yang berkualitas tinggi. Khususnya,


siswa harus aktif terlibat dalam pendidikan mereka. Aktivitas siswa sangat

penting karena pembelajaran sehari-hari tidak berguna tanpa siswa yang

terlibat.

Siswa harus berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran karena

partisipasi mereka sangat menentukan proses belajar mengajar. Kegiatan

belajar siswa yang termasuk di bawah ini meliputi latihan fisik dan otak.

Ada banyak jenis kegiatan yang dapat diikuti siswa di sekolah. Seperti

halnya di sekolah-sekolah tradisional, pekerjaan siswa tidak hanya

mendengarkan dan mencatat. Interaksi siswa dengan alam melalui berbagai

aktivitas dunia nyata diutamakan dalam pembelajaran sains (IPA)

Madrasah Aliyah. Siswa terlibat dalam berbagai aktivitas dunia nyata yang

menempatkan mereka dalam kontak langsung dengan fenomena yang

mereka pelajari, memungkinkan pengalaman belajar yang aktif.

Ada berbagai macam model pembelajaran yang dapat digunakan

dalam kegiatan pendidikan. Salah satu opsinya adalah dengan menggunakan

model team game tournament (TGT). Model Teams Games Tournament

(TGT) dapat menawarkan siswa lingkungan belajar yang menyenangkan

dan menarik, sehingga memudahkan mereka untuk mendapatkan

pengalaman belajar baru. Bagi siswa Madrasah Aliyah, pembelajaran

saintifik yang menarik dan menghibur dapat dicapai dengan menggunakan

kegiatan pembelajaran yang berpusat pada siswa dan Model Learning Team

Games Competition (TGT). Selain itu, model Team Games Tournament

(TGT) dapat meningkatkan pemahaman dan menumbuhkan lingkungan

belajar yang menyenangkan.


Hasil observasi awal penulis terhadap proses pembelajaran IPA

(IPA) Kelas X M.A. Pokbulo, Kec. Bontoramba, dan Jeneponto

mengungkapkan beberapa hal, antara lain bahwa pembelajaran di dalam

kelas hanya berlangsung selama guru menjelaskan dan siswa

memperhatikan dan mencatat. Anda kemudian akan menerima bahan

pelajaran. Contoh tersebut menunjukkan bahwa siswa kurang terlibat dalam

kegiatan pembelajaran seperti diskusi kelompok, bertanya, dan

memperhatikan penjelasan guru, yang berarti keterlibatan siswa secara aktif

dalam pembelajaran IPA (API) masih rendah.

Dalam rangka permasalahan tersebut, Penulis berupaya untuk

meningkatkan aktivitas belajar siswa khususnya bidang IPA dengan

memanfaatkan model pembelajaran yang dikenal dengan Teams Games

Tournament (TGT) (IPA). Pekerjaan ini dimungkinkan berkat proyek

penelitian kelas (CAR) yang disebut “ Peningkatan aktivitas belajar IPA

melalui Model Teams Games Tournament (TGT) pada peserta didik Kelas

X M.A.Pokobulo Kec.Bontoramba Kab.Jeneponto”.

B. Rumusan Masalah

Terkait dengan identifikasi dan konteks permasalahan, dapat

dikemukakan sebagai berikut: “Bagaimana meningkatkan kegiatan

pembelajaran IPA siswa kelas X M.A. dengan menggunakan model Teams

Games Tournament (TGT).” Kec Pokobulo Bontoramba Cabane Jennifer

bangkit?”
Rumusan masalah tersebut dapat dirinci sebagai berikut:

1. Bagaimana kegiatan pembelajaran saintifik bagi siswa dipengaruhi oleh

penggolongan hewan menurut pola makannya?

2. Kegiatan belajar siswa kelas X dari Quartier Bontoramba di Jenepont,

Massachusetts, dapat ditingkatkan dengan penggunaan model turnamen

permainan tim?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk lebih mengenal kegiatan pembelajaran ilmiah siswa terkait

dengan topik pengelompokan hewan menurut makanannya.

2. Memahami apakah penggunaan model teams-games-tournament dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X. DA.Pokobulo

KE.BONTORAMA Kab.Jeneponto.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, temuan penelitian ini dapat memperkaya khazanah

keilmuan di bidang penelitian pendidikan, khususnya terkait dengan

upaya yang dilakukan guru untuk memasukkan kegiatan belajar siswa

ke dalam model kompetisi beregu untuk kelas X. M.A. Pokobolo, Kec.

Bontoramba, dan Jeneponto untuk eject.

2. Dalam kehidupan nyata, dapat diantisipasi bahwa temuan penelitian ini

akan bermanfaat bagi:

a. Peserta didik

Dengan adanya pembelajaran yang disajikan membuat

siswa lebih termotivasi dan tertarik untuk mempelajari IPA


khususnya di kelas X M.A.Pokobulo Kec.Bontoramba

Kab.Jeneponto. dan mengubah kegiatan belajar pasif siswa menjadi

kegiatan belajar aktif.

b. Guru

mendapatkan pengalaman dalam belajar untuk lebih

meningkatkan kemampuan profesional Anda sebagai guru

pembelajaran anak.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT

dalam pembelajaran IPA dapat dimaksimalkan sebagai alat untuk

meningkatkan aktivitas belajar siswa.

c. Sekolah

Memberikan kontribusi yang baik kepada sekolah untuk

meningkatkan proses pembelajaran, mutu lulusan, dan kehadiran

sekolah untuk meningkatkan mutu pendidikan.

E. Hipotesis Tindakan

Tanggapan awal untuk masalah penelitian adalah hipotesis tindakan.

Rangkaian langkah-langkah penelitian yang diuraikan dalam hipotesis bab ini

merupakan rangkuman temuan teoritis dari tinjauan pustaka. Solusi untuk

masalah penelitian yang dihipotesiskan paling mungkin dan memiliki tingkat

kebenaran tertinggi disebut hipotesis.

Hipotesis penelitian penelitian menyatakan bahwa dengan

menggunakan model Team Games Tournament (TGT), aktivitas belajar siswa

pada materi buku teks IPA mengklasifikasikan hewan sesuai kebutuhan


nutrisinya yang meningkat. Hal ini berbeda dengan siswa yang tidak

menggunakan model TGT (TGT).


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Aktivitas Belajar

Aktivitas adalah semua hal yang dilakukan oleh seseorang yang

berpartisipasi dalam suatu aktivitas, apakah mereka melakukannya dalam

kelompok, sendiri, atau secara individu. Akan tetapi, belajar adalah suatu

proses perubahan tingkah laku seseorang sebagai hasil interaksi dengan

lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya. Leren adalah aktivitas

komersial yang dilakukan seseorang untuk membawa perubahan sosial di

Wezen.

Menurut R. Gagné (dikutip oleh Ahmad Susanto, 2018), belajar

dapat diartikan sebagai suatu proses di mana suatu organisme mengubah

perilakunya sebagai respons terhadap suatu pengalaman. Oleh karena itu,

sangat penting untuk mengindividualisasikan kegiatan belajar siswa dalam

kerangka proses belajar mengajar. Kegiatan belajar melibatkan kegiatan

fisik dan mental. Kedua kegiatan dalam kegiatan pembelajaran tersebut

harus selalu dihubungkan. Selain kegiatan belajar siswa meningkatkan

proses pembelajaran, kegiatan siswa selama proses pembelajaran juga

memenuhi kebutuhan fisik dan mental siswa.

Akibatnya, kegiatan belajar diproduksi secara sengaja agar

seseorang dapat mengubah perilakunya menjadi lebih baik..

Hasil belajar dipengaruhi oleh bagaimana subjek diperkenalkan

dengan dunia fisik dan lingkungannya selama proses pembelajaran. Hasil


belajar seseorang tergantung pada pengetahuannya, materi yang mereka

gunakan, tujuan mereka, dan motivasi mereka karena faktor-faktor ini

mempengaruhi bagaimana mereka terlibat dengan materi tersebut.

Pengalaman belajar siswa harus mampu menginspirasi mereka

untuk mengambil tindakan. Istilah "aktivitas" tidak dimaksudkan untuk

terbatas pada aktivitas fisik saja; itu juga termasuk aktivitas intelektual dan

mental. Penerapan prinsip kegiatan sangat berharga bagi pendidikan siswa:

a. Siswa secara aktif mencari dan berpartisipasi dalam pengalaman mereka

sendiri.

b. Jika dikerjakan sendiri, semua pengembangan pribadi siswa dilakukan

secara holistik.

c. Mendorong kerjasama antar mahasiswa yang harmonis.

d. Siswa mengerjakan proyek yang sesuai dengan minat dan

keterampilannya.

e. Menumbuhkan disiplin kelas yang masuk akal, dan lingkungan belajar

yang demokratis akan berkembang.

f. Mempererat tali silaturahmi antara sekolah dengan masyarakat serta

antara orang tua dan guru.

g. Pelajaran diajarkan dengan cara yang realistis dan praktis untuk

menumbuhkan pemikiran kritis dan pemahaman sambil menghindari

verbalisasi.

h. Pendidikan menjadi kegiatan sosial sebagai akibat dari sistem

persekolahan.

Peran guru dalam kegiatan pendidikan sangatlah rumit. Guru harus


memikul berbagai tanggung jawab agar dapat mengembangkan potensi

anak didiknya secara maksimal. Mereka tidak bisa begitu saja memberikan

pengetahuan kepada siswa.

Kegiatan sangat penting untuk belajar karena diperlukan untuk

operasi yang tepat dari proses pembelajaran. Proses pembelajaran harus

melibatkan seluruh komponen peserta didik, baik fisik maupun mental,

agar dapat dengan cepat, tepat, mudah, dan benar melaksanakan perubahan

perilaku pada tataran kognitif, afektif, dan psikomotorik.

2. Model Teams Games Tournament (TGT)

Teams Games Tournament (TGT) adalah model pembelajaran

kolaboratif yang dikembangkan Slavin untuk membantu siswa dalam

meninjau dan menguasai materi pelajaran. Model Turnamen Permainan Tim

(TGT) mudah diterapkan di ruang kelas dan menggabungkan semua

aktivitas siswa tanpa bias.

Team Games Tournament (TGT) adalah model pembelajaran

kolaboratif langsung dan dasar yang melibatkan semua siswa, terlepas dari

statusnya, dan mudah diterapkan. Model pembelajaran ini meliputi

partisipasi siswa sebagai tutor berpasangan, serta kegiatan seperti permainan

yang dapat memicu minat belajar dan memperkuat pembelajaran.

Kegiatan pembelajaran kooperatif yang mengikuti model Team

Games Tournament (TGT) memungkinkan siswa untuk belajar lebih

mendalam dengan tetap mengedepankan tanggung jawab, kesetaraan, kerja

tim, kompetisi yang sehat, dan partisipasi dalam proses pembelajaran.


a. Langkah–langkah

Model pembelajaran kooperatif menurut Slavin Lima bagian

membentuk turnamen permainan tim (TGT), meliputi tahap presentasi

di kelas, kegiatan belajar kelompok, permainan, kompetisi, dan

pemberian hadiah kelompok. Model pembelajaran kooperatif Team

Games Tournament (TGT) mengikuti langkah-langkah di bawah ini

yang didasarkan pada gagasan Slavin:

1) Tahap penyajian kelas

Pertama, presentasi di kelas digunakan untuk

memperkenalkan materi pembelajaran team tournament (TGT).

Presentasi ini biasanya melibatkan diskusi yang dipimpin guru

atau arahan eksplisit. Namun, presentasi juga dapat mencakup

kegiatan penemuan kelompok atau presentasi audiovisual. Dalam

kegiatan ini, siswa bekerja terlebih dahulu untuk mengumpulkan

pengetahuan dan memahami topik sendiri.

Presentasi kelas Teams Games Tournament (TGT)

berbeda dari kelas reguler karena harus secara eksplisit berfokus

pada unit Teams Games Tournament (TGT). Para siswa

menyadari bahwa mereka perlu memperhatikan presentasi di

kelas sebagai hasilnya. Oleh karena itu, itu akan menguntungkan

Anda dalam permainan dan skor Anda akan menentukan skor tim

Anda.

Pada langkah ini, guru harus mampu menyampaikan

pengetahuan dasar dari topik yang ditawarkan sehingga siswa


dapat mengukur tingkat pemahamannya. Selain itu, agar siswa

memenuhi indikator, guru juga harus memberikan tolok ukur

pencapaian keterampilan dasar.

2. Belajar dalam kelompok

Kelompok tersebut terdiri dari 4 sampai 5 orang yang

mewakili berbagai perbedaan kelas, seperti: B. kemampuan

akademik, jenis kelamin, ras, atau latar belakang suku. Tugas

utama mereka adalah mengatur, atau lebih tepatnya, meyakinkan

anggota kelompok bahwa mereka dapat bekerja sama untuk

belajar dan mengerjakan permainan atau lembar kerja, atau

alternatifnya, menyiapkan semua orang untuk kompetisi. Salah

satu teknik yang digunakan guru adalah mendorong siswa untuk

berkolaborasi, mengungkapkan pandangan mereka, dan

menyelesaikan hasil kerja kelompok mereka adalah pembelajaran

kelompok.

3. Games Tournament

Tujuan dari permainan ini adalah untuk menentukan

seberapa baik setiap anggota kelompok memahami subjek.

Akibatnya, pertanyaan terfokus pada materi yang dibahas selama

kegiatan kelompok.

Setiap siswa yang mengikuti permainan merupakan

perwakilan dari timnya. Setiap siswa duduk di meja turnamen

sebagai perwakilan kelompoknya. Untuk setiap meja turnamen,

pesaing seragam dicari. Hadiah untuk Grup.


Menghitung skor rata-rata kelompok adalah langkah

pertama dalam menetapkan hadiah kelompok. Untuk melakukan

ini, poin yang diperoleh setiap anggota grup dijumlahkan dan

dibagi dengan jumlah anggota grup. Harga ditentukan oleh rekor

rata-rata grup. Jumlah kartu yang diterima menentukan berapa

banyak poin yang diterima setiap anggota kelompok. Namun,

penulis dalam hal ini berinisiatif untuk membacakan soal-soal

tersebut dan kemudian berhak menjawabnya satu per satu sambil

memberikan perhatian khusus kepada siswa yang telah meminta

perhatiannya terlebih dahulu.

4. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Madrasah Aliyah

Definisi sains adalah karunia kemampuan untuk

mempelajari fakta dan pengetahuan tentang alam. Misalnya,

manusia, hewan, dan tumbuhan yang bergantung pada siklus

hidupnya, ekosistem, dll. Sains adalah pendekatan metodis untuk

berurusan dengan alam, menguasai pengetahuan faktual,

pemahaman konseptual, pemahaman etis, dan pola pikir ilmiah.

Secara lebih rinci, Bridgman mengklaim bahwa berikut adalah inti

dari ilmu alam:

a. Selama proses memperoleh pengetahuan, seorang ilmuwan

mengadopsi sikap yang mencakup keterbukaan pikiran dan

Keingintahuan tentang objek, kejadian alam, makhluk

hidup, dan hubungan sebab akibat yang dapat menyebabkan

terbentuknya masalah baru yang dapat diperbaiki dengan


tindakan yang tepat.

b. Processus: Tata cara penyelesaian masalah dengan

menggunakan metode ilmiah, yang meliputi merumuskan

hipotesis, mengembangkan eksperimen atau tes,

mengevaluasi, mengukur, dan menarik kesimpulan.

c. Produk: meliputi yang berupa undang-undang, aturan, teori,

dan konsep hukum lainnya. Tiga kategori pengetahuan yang

menyusun sains adalah pengetahuan faktual (keyakinan),

pengetahuan konseptual (konsep), dan pengetahuan

prosedural (prinsip, hukum, hipotesis, teori, dan desain

model). Akhirnya, ada bagian pengetahuan metakognitif.

d. Aplikasi: penggabungan prinsip dan metode ilmiah ke

dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan ilmiah yang

diperoleh melalui metode ilmiah selanjutnya dapat

digunakan dalam kehidupan sehari-hari untuk kepentingan

umat manusia. Keempat komponen IPA tersebut merupakan

satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dilihat secara

terpisah.

Penjelasan di atas dapat diartikan bahwa hasil (produk)

dikembangkan dari suatu keadaan pikiran ilmiah dan bahwa

hakikat ilmu adalah konsep yang dikembangkan melalui proses

yang menggunakan metode ilmiah.


1. Proses Belajar Mengajar IPA

Dalam pengertian ini, proses adalah interaksi semua

pihak atau unsur pengajaran dan pembelajaran yang saling

bergantung satu sama lain untuk mencapai tujuan. Belajar

diartikan sebagai proses perubahan tingkah laku individu

karena adanya interaksi antara individu dengan

lingkungannya maupun antara individu dengan individu

lainnya.

Apa pun yang melibatkan pengajaran memiliki

banyak tanggung jawab. Pelajaran terutama menginstruksikan

siswa tentang bagaimana menghubungkan lingkungan dalam

hal sumber daya pendidikan yang mengarah ke proses

pembelajaran.

Untuk mencapai tujuan pendidikan dan mengubah

perilaku sebagai respon terhadap pengalaman, proses belajar

mengajar melibatkan interaksi antara siswa dan guru. Proses

belajar mengajar terdiri dari sejumlah tindakan guru dan

siswa yang terjadi dalam lingkungan pendidikan untuk

mencapai tujuan tertentu. Tindakan ini didasarkan pada

hubungan yang saling menguntungkan. Interaksi atau

hubungan timbal balik antara guru dan siswa sangat

menentukan berlangsungnya proses belajar mengajar.

Tesis ini mengarah pada kesimpulan bahwa proses

belajar mengajar ilmu-ilmu itu melibatkan interaksi antara


guru dan peserta didik dan mencakup kegiatan pendidikan

mulai dari perencanaan, pelaksanaan, evaluasi, dan

pemantauan program yang berlangsung di lingkungan

pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu.

2. Materi Ajar

Hewan dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan jenis

makanan yang mereka konsumsi: herbivora, karnivora, dan

omnivora.

a. Hewan Pemakan Tumbuhan (Herbivora)

Hewan yang diklasifikasikan sebagai herbivora

termasuk yang mengkonsumsi tumbuhan, termasuk

batang, daun, biji-bijian, dan buah-buahan. Hewan

herbivora disebut sebagai herbivora. Coba perhatikan

baik-baik letak gigi pada hewan herbivora seperti mouton.

Hewan herbivora termasuk mouton. Dengan moutons,

konsumsi ramuan disebabkan oleh gerakan lateral dari

gigi bawah yang memotong bagian atas dura mater.

Hewan yang herbivora memiliki permukaan

broaching penyok yang luas. Untuk tujuan memar daun

dan tumbuhan yang keras, molaires herbivora memiliki

beberapa crêtes (titik gigi). Penggunaan molaire

melibatkan memasak atau memanggang makanan. Lemari

makanan bagian bawah memiliki tepi tajam dan lekukan


yang digunakan untuk memotong makanan. Contoh

hewan herbivora lainnya adalah sapi, kambing, jerapah,

perroquet, anjing, chevaux, buffle, cerf, gajah, dan lapin.

Bersamaan dengan daun, lapin juga menghasilkan umbi,

seperti halnya wortel.

b. Hewan Pemakan Daging ( Karnivora)

Hewan yang dikenal sebagai karnivora

menggunakan sisa-sisa hewan lain sebagai makanan.

Contoh hewan karnivora antara lain hewan liar seperti

harimau, singa, dan singa betina, serta reptil seperti buaya,

ular, naga, dan varan, burung seperti elang, dan ikan

(requins et arowanas).

Selain itu, ada hewan karnivora yang mengelola

charognes, seperti varan. Bentuk tubuh varan lebih kecil

dari komodo. Bau varan berasal dari lidahnya yang

dikuliti untuk menonjolkan bangkai yang dimakannya..

Biasanya, hewan karnivora menemukan

makanannya dengan mengejar mangsanya. Aturan yang

sama berlaku untuk pemburu aktif. Karnivora memiliki

indra penglihatan, pendengaran, dan penciuman yang

tajam yang membantu mereka menginjak-injak mangsa.

Hal ini memungkinkan mayoritas predator terestrial untuk

bergerak cepat. Spesies hewan ini berjalan dengan kaki

belakangnya untuk mencegah kakinya menyentuh tanah.


Kebanyakan karnivora cenderung memakan mangsa yang

lebih kecil dari diri mereka sendiri. Kelompok predator

ini, yang terdiri dari singa, buaya, burung homing, dan

rekin, mampu menangkap mangsa yang lebih besar dari

diri mereka sendiri.

Hewan karnivora memiliki permukaan gigi yang

sangat tersembunyi. Daging digiling dalam molari khusus

yang digunakan oleh hewan karnivora, di mana ujung

penggiling daging bergabung bersama untuk membentuk

couteaux atau ciseaux. Tujuan dari molaires adalah untuk

memanggang dan menghancurkan makanan. Tujuan dari

sayatan kecil yang runcing adalah untuk mencincang dan

memotong makanan. Buaya itu panjang, lebar, dan tajam.

Ses crocs berguna untuk menonaktifkan proie-nya.

Karnivora adalah hewan seperti singa. Singa

memiliki buaya yang panjang untuk dibunuh dan

dipegang mangsanya. Untuk mematahkan kursi dan casser

os, dia menggunakan gigi besar yang bersisik.

Keluarga burung yang dikenal sebagai karnivora

termasuk makhluk dengan paruh dan griff yang kuat dan

runcing. Ingatlah paruh dan sabot elang! Selain itu, ada

karnivora yang menggunakan kerahasiaan venin untuk

membunuh mangsanya. Misalnya, ular kobra dan araigné

yang berbisa. Lézards, araignées, echidnas, dan


fourmillers adalah contoh predator pemakan serangga.

c. Hewan Pemakan Segala(Omnivora)

hewan yang mengkonsumsi daging dan tumbuhan

(Allesfresser). Mereka kadang-kadang disebut sebagai all-

fressers. Omnivora tidak memiliki ciri khas yang

mendukung jenis makanan yang mereka konsumsi. Contoh

omnivora adalah tikus dan ayam.

B. Kerangka Pikir

Salah satu mata pelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berpikir kritis adalah sains. Pendidikan keilmuan yang diperoleh siswa,

khususnya di Madrasah Aliyah, hendaknya memberikan kesempatan untuk

membangkitkan minatnya terhadap keilmuan. Oleh karena itu, para siswa di

Madrasah Aliyah harus dapat aktif belajar ketika ilmu-ilmu diajarkan di sana.

Pembelajaran yang aktif mendorong siswa untuk terlibat dalam aktivitas fisik

dan mental selama mereka belajar. Aktivitas siswa yang diamati meliputi

aktivitas verbal, visual, menyimak, menulis, menggambar, mengukur,

berpikir, dan emosional. Tersedia beberapa metode belajar aktif yang dapat

diterapkan di Madrasah Aliyah. Salah satu strategi pembelajaran aktif yang

dapat digunakan di Madrasah Aliyah adalah model learning teams games

tournament (TGT). Madrasah Aliya, model pembelajaran Turnamen Olahraga

Beregu dapat digunakan. Hal ini disebabkan siswa Madrasah Aliyah kelas

atas senang bermain game, hal ini sesuai dengan model pembelajaran Teams

Games Tournament (TGT). Hasilnya, model pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) berjalan dengan baik terhadap aktivitas scaffolding siswa.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan ini menggabungkan pendekatan psikologis dan

pendidikan. Selain dapat diartikan sebagai upaya untuk mendukung siswa

dalam mengembangkan kemampuan akademik, sosial, dan emosionalnya,

pendekatan psikologi merupakan metode untuk menganalisis tingkah laku

dan tindakan siswa. Berbeda dengan pendekatan pendidikan yang bertujuan

untuk meningkatkan kepribadian, pengembangan keterampilan akademik dan

sosial menciptakan keadaan pikiran pada siswa.

Metodologi penyelidikan adalah penelitian tindakan kelas. Gagasan

penelitian tindakan pendidikan juga dapat dilihat sebagai kegiatan bijaksana

yang dilakukan oleh instruktur dalam kursus yang mereka instruksikan, di

mana mereka merencanakan, melaksanakan, memantau, dan merefleksikan

tindakan kolaboratif dan partisipatif multi-siklus yang dimaksudkan untuk

meningkatkan kualitas pendidikan. petunjuk. meningkatkan prestasi

akademik mereka.

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan komitmen belajar

akademik siswa kelas X dengan menggunakan metodologi Team Games

Tournament (TGT). M.A. Pokobulo, Kec. Bontoramba, Kab. Penulis

berharap dengan menggunakan model ini akan meningkatkan keterlibatan

siswa.

Proyek kelas ini harus dilakukan dalam dua siklus selama periode

penelitian. Setiap siklus terdiri dari tiga sesi: dua sesi presentasi dan satu
kompetisi bersepeda. Siklus berakhir ketika kondisi belajar sudah stabil,

dimana guru dapat menguasai teknik pembelajaran yang baru, Siswa

didorong untuk menggunakan metode pengajaran Teams Game Tournament

(TGT), dan penulis memiliki banyak wawasan pengajaran yang diakui.

Dalam hal ini, kegiatan belajar siswa harus ditinjau ulang atau harus

dilakukan perubahan.

Paling sering, saat melakukan studi penelitian, model Kurt Lewin

diikuti, yang menetapkan bahwa ada empat langkah yang terlibat dalam

proses penelitian: perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Ada

banyak kode pembelajaran yang dapat diterapkan untuk membantu dalam

perencanaan dan implementasi proyek penelitian di dalam kelas. Para penulis

menggunakan model Kurt Lewin untuk studi mereka.

Data awal

Sebelum melakukan penelitian dengan menggunakan model Team

Games Tournament (TGT), penulis melakukan wawancara awal dengan X

M.A. Pokobulo untuk mengetahui ekspektasi aktivitas belajar siswa dan

membandingkannya dengan Prasiklus, Siklus I, dan Siklus II.

1. Siklus I

Ada Zyklus-I-Planning tiga pertemuan materi dan Zyklus-I-

Evaluierung Sitzung dengan tujuan pelaksanaan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Setelah ditemukannya masalah di lokasi, tahap

perencanaan dimulai dan merinci langkah selanjutnya yang


harus diambil. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut

dalam pound:

1) Penulis berbicara dengan siswa kelas X MI Datok

Sulaiman tentang masalah yang perlu ditangani.

2) Penulis telah menyusun Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) bersama guru kelas untuk

meningkatkan kegiatan pembelajaran IPA dengan model

Tournament of Team Games (TGT).

3) Penulis membuat bahan ajar dan alat peraga pendidikan.

4) Penulis membahas model pembelajaran untuk guru dan

pertimbangan penggunaan model Teams Games

Tournament (TGT) di kelas.

5) Untuk menyelidiki penerapan model permainan toernooi-

akurat terhadap pembelajaran akademik dan aktivitas

belajar siswa, penulis meneliti nama aktivitas belajar siswa

selama proses pembelajaran.

b. Tindakan

Merealisasikan kegiatan sesuai dengan RPP yang telah

ditentukan. Dengan melakukan penelitian ini, penulis

menjelma menjadi fasilitator pembelajaran yang membantu

siswa menggunakan model pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT). Tindakan ini diambil:

1) Guru menggunakan metode pengajaran untuk menjelaskan


materi ajar tentang cara mengklasifikasikan hewan

menurut pola makannya.

2) Instruktur menerapkan model Team Games Tournament

(TGT) pada mata pelajaran Ilmiah.

3) Menetapkan suasana di mana siswa dapat berinteraksi

dengan pasangan mereka sehubungan dengan mata kuliah

yang diajarkan. Kemudian, bagi siswa menjadi beberapa

kelompok kecil untuk melaksanakan model team-based

game tournament (TGT),

4) Guru menginstruksikan siswa untuk memainkan permainan

yang menggambarkan suara dan tingkah laku berbagai

binatang.

5) Guru yang juga sebagai penanda turnamen mengadakan tes.

6) Lintasan paga.

Penulis menawarkan evaluasi tertulis pada akhir setiap

siklus pembelajaran untuk mengetahui seberapa efektif siswa

memahami materi yang disampaikan oleh guru, dalam hal ini

penulis.

c. Observasi

Selama kegiatan berlangsung, observasi dilakukan

untuk mengumpulkan data kedatangan tekor. Penulis meminta

bantuan guru dalam mengamati proses belajar mengajar

dengan menggunakan rumus observasi, khususnya rumus

observasi untuk siswa. Observatorium memberikan informasi


kepada penulis mengenai berbagai kelemahan yang muncul

selama proses pengajaran.

d. Refleksi

Penulis menganalisis proses pembelajaran yang

dipimpin oleh guru pada fase ini. Dengan menggunakan alat

evaluasi, guru dan penulis mempertimbangkan bagaimana

siswa belajar. Hasil refleksi digunakan untuk memutuskan

apakah akan melanjutkan ke tahap penelitian berikutnya,

apakah akan berhenti karena tindakan sudah sesuai dengan

yang diinginkan dan telah terjadi perbaikan, atau apakah akan

melanjutkan ke siklus berikutnya jika sudah terjadi perbaikan.

dibuat.

2. Siklus II

Stadion di siklus kedua mendorong stadion di siklus

pertama ke depan. Artinya, rencana tindakan siklus kedua

didasarkan pada hasil reflektifitas siklus pertama. Kegiatan Cyclus

II yang berupa perbaikan atau penyesuaian pelaksanaan Cyclus I-

peserta didik dengan paradigma kompetisi Teams Games. Ada

empat langkah dalam siklus kedua juga, termasuk merencanakan,

melakukan sesuatu, mengamati apa yang terjadi, dan

merenungkannya. Fase-fase ini dapat mencakup penambahan

berdasarkan apa yang diamati di lapangan.


B. Lokasi dan subjek penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dusun Bangkalaloe, Kecamatan

Bontoramba, Kabupaten Jeneponto, Provinsi Sulawesi Selatan. Penelitian

ini dilakukan di Sekolah Tinggi Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) M.A.

Pokobulo untuk tahun ajaran 2021–2022, semester kedua, dengan jumlah

siswa sebanyak 33 orang. Informasi lebih lanjut disediakan dalam tabel

di bawah ini:

Tabel 3.1 Jumlah peserta didik Kelas X M.A.Muhammadiyah Pokobulo

C. Sumber Data

a. Peserta didik

Model Teams Games Tournament harus memberikan informasi tentang

aktivitas belajar siswa selama proses belajar mengajar yang merupakan

sumber data (TGT) terpenting untuk penelitian.

b. Guru

Pertimbangkan bagaimana paradigma Teams Games Tournament (TGT)

diterapkan pada kegiatan pendidikan di mana anak-anak terganggu.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Penelitian di perpustakaan menggunakan teknik agregasi data dengan

membaca buku-buku yang ada kaitannya dengan topik kajian.

b. Veldonderzoek, yang juga dikenal sebagai dataverzameling melalui


direct veldonderzoek. Metode yang digunakan untuk data wrangling

adalah:

a) Observasi

Analisis dan pencatatan perilaku secara sistematis melalui

pengamatan langsung terhadap individu atau kelompok serta

pengamatan tidak langsung dikenal sebagai pengamatan. 25 Dalam

penelitian ini, observasi digunakan untuk merekam semua aktivitas

pembelajar selama mereka belajar, dengan bantuan model

pembelajar, dan melacak perilaku mereka menggunakan observasi

sistematis. Pemisahan tim berdasarkan jurnal observasi yang

diterbitkan sebelumnya. Teknik observasi yang dikembangkan

siswa ini bertujuan untuk mengetahui seberapa banyak kegiatan

yang berlangsung. Para siswa belajar seperti Anda.

b) Dokumentasi

Dokumentasi adalah metode pengumpulan data melalui

pengumpulan dokumen. Dalam hal penulis, informasi yang

dibutuhkannya baik berasal dari orang maupun data berupa

dokumen yaitu bahan tertulis seperti buku pelajaran dan gambar

siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran. Dokumen yang

dipilih oleh penulis memenuhi persyaratannya. Kertas kerja

digunakan untuk menjelaskan suasana yang tercipta selama proses

pembelajaran.

c) Wawancara

Kaitannya adalah wawancara ditujukan kepada guru dengan


mengajukan pertanyaan langsung tentang topik yang diabaikan

selama pengajaran. systematiquement. Wawancara untuk penelitian

ini dirahasiakan karena penulis telah secara khusus menguraikan

masalah dan pertanyaan.

E. Teknik Pengolahan dan analisi Data

Dengan bantuan metode persentase, data verzamelded untuk setiap

kegiatan pengamatan siklus belajar dideskripsikan dan kemudian dianalisis

untuk melihat apakah kecenderungan yang muncul dalam kegiatan

pembelajaran.

Kwantitatieve en kwalitatieve beschrijvingen digunakan dalam

analisis data penelitian ini. Analisis kuantitatif melihat persentase

pengamatan untuk setiap aktivitas peserta didik. Hasil persentase tersebut

kemudian diteliti secara kuantitatif dengan menggunakan penyajian data

yang berbasis kata-kata.

a. Analisis Aktifitas Peserta didik

Informasi tentang pengamatan pengamat terhadap kegiatan

belajar siswa disusun dari pengamatan pengamat yang dicatat

sebelumnya. Informasi tersebut dideskripsikan dan dievaluasi.

Penggunaan rumus menghasilkan frekuensi yang wajar (procent):


Setiap hasil dievaluasi menggunakan standar berikut, dinyatakan

sebagai persentase:

Tabel 3.2 Kategori persentase skor

Sumber : Buku Pedoman Universitas Negeri Makassar, 2021.

F. Indikator Keberhasilan

Pertumbuhan aktivitas belajar IPA siswa kelas X M.A. Pokobulo Kec.

Bontoramba Kab. Jeneponto adalah tanda bahwa penelitian ini berhasil.


BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Keadaan guru

Salah satu fungsi pendidik adalah fungsi moral yang harus selalu

dilaksanakan dengan benar dalam pelaksanaan segala kegiatan

pendidikan. Pendidik merupakan faktor profesional yang sangat berarti

dalam pendidikan. Mereka berperan penting dalam pemecahan masalah,

pelaksanaan, dan evaluasi proses pendidikan yang dilakukan dalam

pemenuhan tugasnya sebagai pendidik.

Karena mengajar adalah profesi sadar mereka, guru harus selalu

dipanggil untuk mengajar, mencintai siswanya, dan bertanggung jawab

atas mereka. Guru harus mencintai semua siswanya secara setara, tanpa

memandang status sosial ekonomi mereka. Padahal guru muridnya harus

bertanggung jawab penuh atas keberhasilan pendidikan muridnya jika ia

yakin bahwa ia dibimbing oleh ilmunya. Keberhasilan dalam pendidikan

tidak hanya diukur dari seberapa baik siswa melakukan ujian; itu juga

termasuk seberapa baik guru mampu menanamkan moralitas dan

perilaku yang tepat. Alumni Anda.

Meskipun guru adalah faktor utama yang mempengaruhi

pendidikan, anggota staf juga mempengaruhi kelancaran proses belajar

mengajar karena mereka bertugas menyiapkan infrastruktur yang

diperlukan untuk mendukung interaksi belajar mengajar. Tabel di bawah


ini menunjukkan keadaan dosen dan staf di M.A. Pokobulo Kec.

Bontoramba Kab Jeneponto:

2. Peserta didik

Proses belajar mengajar tidak dapat dilaksanakan secara efektif

jika tidak ada siswa yang hadir di dalam kelas. Akibatnya, siswa

dituntut agar kegiatan pembelajaran di kelas dapat dimulai.

3. Keadaan sarana dan prasarana

Selain itu, infrastruktur dan fasilitas memainkan peran penting

dalam keseluruhan proses pembelajaran yang berlangsung di ruang

kelas dan di seluruh sekolah. Tanpa infrastruktur dan instalasi yang

memadai, proses pendidikan tidak akan berjalan dengan baik. Tabel di

bawah menunjukkan M.A. Pokobulo Kec. Infrastruktur dan instalasi

Bontoramba Kab Jeneponto:

Sumber Data: Tata usaha M.A Pokobulo,2022


B. Uraian dan Analisis Penelitian

Uraian berikut merupakan upaya evaluasi keefektifan penggunaan

model pembelajaran berbasis team-based game di lingkungan akademik

untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas X yang terdiri dari 33

siswa (19 laki-laki dan 14 perempuan).

Penulis mengindikasikan bahwa aktivitas belajar siswa khususnya

pada mata pelajaran IPA yang berkaitan dengan topik hewani dan pangan

masih tergolong rendah dan perlu perbaikan pada bab sebelumnya yaitu

pada bab pendahuluan.

Karena terdapat permainan dan turnamen dalam model

pembelajaran kooperatif ini, siswa lebih termotivasi untuk memperdalam

pemahamannya sehingga dapat menanggapi dan meminta dengan sopan

imbalan yang telah diperolehnya. Guru harus mengadopsi model

pembelajaran inovatif untuk membantu siswa belajar lebih efektif.

Mulailah melatih siswa segera dalam proses pembelajaran dan minta

mereka untuk berpartisipasi sebagai pembelajar aktif.

Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dengan masing-masing

tiga sesi (dua sesi untuk membahas substansi dan satu sesi untuk

mengevaluasi hasil siklus). Indikator untuk setiap siklus diketahui oleh

siswa dan memungkinkan untuk membedakan klasifikasi hewan menurut

pola makan.

Berdasarkan tujuan penelitian untuk menentukan kapan aktivitas

belajar siswa kelas X terjadi, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas


belajar siswa tersebut terjadi ketika mereka mampu mengaitkan dan

mengelaborasi apa yang dipelajarinya dari objek yang dilihat. Siswa akan

tertarik jika mereka dapat mencoba sesuatu yang mereka ingin coba atau

sesuatu yang mereka butuhkan segera. Mendorong siswa untuk mencoba

memperhatikan hal-hal yang diminatinya.

Kegiatan belajar siswa dan model pembelajaran seringkali berjalan

beriringan karena seseorang yang tertarik pada suatu bidang studi tertentu

akan sering mengabdikan dirinya untuk itu. Seorang mahasiswa misalnya

yang tertarik untuk belajar tentang IPA berusaha untuk memperhatikan

penjelasan dosen. Karena itu, jelaskan bagaimana temuan penelitian ini

menunjukkan bagaimana aktivitas belajar siswa berubah ketika dilihat di

seluruh kelas.

Oleh karena itu, sebelum melakukan penelitian, buatlah beberapa

pengamatan sebagai titik awal untuk mengukur tingkat aktivitas siswa

sebelum menerapkan permainan tim ala turnamen. Temuan awal dari

pengamatan ini memberikan ukuran seberapa baik atau buruknya

pembelajaran setelah tindakan tertentu dilakukan.

C. Penjelasan Tiap Siklus

a. Siklus I

1. Perencanaan

Perencanaan adalah proses memberikan bimbingan dalam

melaksanakan proyek penelitian kelas. Selama fase perencanaan

ini, penulis telah mencapai keputusan berikut:

a) Setelah berdiskusi dengan guru kelas X, penulis


menggunakan model pembelajaran Team Games

Tournament untuk membuat RPP materi yang akan

diajarkan.

b) Menyediakan perangkat pembelajaran, perangkat

pendukung, model pembelajaran, dan data observasi

kegiatan belajar siswa yang dapat diterapkan pada proses

pembelajaran.

c) Penulis dan guru memiliki perhatian terhadap materi

pelajaran yang akan diliput.

2. Tindakan

Eksekusi dari semua pengaturan yang dibuat sebelumnya

disebut sebagai mengambil tindakan.

Tindakan ini dilakukan:

a. Penulis menjelaskan tujuan pembelajaran dan kegiatan


keterlibatan.

b. Penulis memberikan ringkasan materi yang perlu


ditempatkan.

c. Penulis menggunakan Model Pembelajaran Team Game


Tournament untuk mengekstraksi informasi.

d. Penulis memberi setiap siswa kesempatan untuk menahan diri


dari mengajukan pertanyaan yang belum terjawab.

e. Setiap siswa berkesempatan memperagakan gerakan dan


suara hewan sesuai dengan klasifikasi hewan tersebut, dan
siswa lainnya menanggapi (jouent)
f. Penulis menawarkan nasihat kepada siswa yang tidak
mengerti.

g. Menilai siswa.

3. Observasi

Sementara tindakan sedang dilakukan, observasi adalah

tugas yang dilakukan sambil memusatkan perhatian pada kegiatan

yang terlibat dalam proses pembelajaran. Berdasarkan pengamatan

yang dilakukan selama proses pembelajaran, hasil berikut telah

ditentukan:

a) Mayoritas siswa lebih suka menggunakan model pembelajaran

tim berbasis turnamen.

b) Meskipun menggunakan model pembelajaran team-based

tournament, tidak semua siswa yang berjumlah 33 orang

mengikuti proses pembelajaran.

c) Beberapa siswa menolak untuk mengajukan pertanyaan sepanjang


waktu.

d) Siswa seringkali kurang berani untuk menyuarakan pendapatnya.

e) Penilaian terhadap peningkatan aktivitas belajar siswa


menunjukkan adanya sedikit peningkatan.

4. Refleksi

Refleksi adalah fase melihat dan menggunakan informasi

pembelajaran untuk menentukan apakah saya harus berhasil atau tidak.

Setelah penulis melakukan pengamatan terhadap proses pembelajaran


saintifik yang berlangsung pada Siklus I, pada saat diterapkan model

pembelajaran berbasis tim dari turnamen, pembelajaran sudah maju

seperti yang diharapkan. Namun, beberapa siswa terus kurang

memperhatikan keterlibatan mereka di kelas.

Dalam mempertimbangkan aktivitas belajar siswa selama

proses pembelajaran, penulis mencatat, antara lain, beberapa tantangan

yang dihadapi:

a) Beberapa siswa bahkan kurang memperhatikan saat guru

memperkenalkan pelajaran dan setelah guru menjelaskan materi,

masih ada beberapa siswa yang kurang memperhatikan

penyerapan materi.

b) Para siswa tidak menanggapi secara tertulis pernyataan utama dan

topik yang dibuat oleh pembicara konferensi.

c) Masih ada siswa yang enggan bertanya dan mengemukakan

pendapatnya sendiri.

d) Beberapa siswa muncul di depan kelas untuk menirukan berbagai

jenis hewan sesuai dengan makanan yang diberikan.

e) Beberapa siswa terus berbicara dengan tetangganya, membuat

marah siswa lain.

Penyelidikan ini membawa kami pada kesimpulan bahwa hasil

belajar siswa yang menggunakan pendekatan pembelajaran Teams

Games Tournament tidak seperti yang diharapkan. Oleh karena itu,

penulis perlu mencari solusi atas permasalahan yang menghambat


efektifitas penelitian ilmiah., khususnya materi tentang cara

mengklasifikasikan hewan menurut kebutuhan pakannya dengan

model pembelajaran beregu. Ada langkah-langkah yang dapat diambil

untuk mengatasi masalah ini:

a) Persiapkan sebelumnya sesuatu yang menarik untuk pelajaran,

seperti permainan flip.

b) Membantu siswa memahami bahwa penulis harus menulis

pernyataan yang bermakna tanpa menunggu bimbingan guru.

c) Memberikan penghargaan berupa kenang-kenangan kepada siswa

yang menunjukkan keberanian dan semangat.

d) Menciptakan lingkungan belajar yang menarik agar siswa tidak

bosan selama berada di sekolah.

b. Siklus II
1. Perencanaan

Berdasarkan kesimpulan yang ditarik dari refleksi yang

dilakukannya pada Siklus I, penulis mengembangkan strategi

selama tahap perencanaan. Berdasarkan temuan refleksi Siklus I

dapat dikatakan bahwa kegiatan pembelajaran akademik yang

dilaksanakan guru dengan menggunakan model pembelajaran

berbasis kansspel belum sepenuhnya sesuai dengan kegiatan

belajar siswa. Kegiatan ini berdasarkan materi untuk

mengklasifikasikan hewan menurut makanannya. pengguna. Hal

ini terlihat pada lembar observasi siswa untuk setiap pertemuan.


Aspek-aspek tertentu dari kegiatan yang dilaksanakan

dengan model pembelajaran Team Play Tournament perlu

diperbaiki agar kesenjangan yang ada pada siklus I tidak muncul

pada siklus II. Untuk menutup kesenjangan ini, guru mengambil

tindakan berikut:

a) Pengajar dan penulis merevisi Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) dengan menambahkan kegiatan baru

agar siswa tidak kehilangan minat.

b) Guru menyiapkan luka mata sederhana untuk siswa sebagai

semacam pengenalan.

c) Guru menyediakan alat peraga dan bahan ajar yang dapat

digunakan dalam proses pembelajaran serta lembar observasi

bagi siswa.

2. Tindakan
Berikut adalah beberapa contoh bagaimana penelitian

siklus kedua dilaksanakan sesuai dengan isi pembelajaran yang

direncanakan:

a) Guru melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai dengan

tahapan RPP untuk menguatkan kelemahan-kelemahan

pengetahuan yang dikembangkan pada Siklus I.

b) Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mengajukan pertanyaan yang belum mereka pikirkan.

c) Setiap siswa memiliki pilihan untuk menirukan beberapa


contoh binatang berdasarkan makanan yang dikonsumsinya.

d) Guru dievaluasi pada setiap akhir siklus, dan komentar

evaluasi siswa meningkat secara signifikan.

3. Observasi
Kegiatan observasi berlangsung bersamaan dengan

pertemuan dan memberikan penjelasan langsung tentang kegiatan

yang terlibat dalam proses pembelajaran.

Berikut temuan yang diperoleh berdasarkan observasi

yang dilakukan selama prosedur pembelajaran siklus II:

a) Siswa memperhatikan dengan seksama penjelasan guru.

b) Siswa menjadi terlibat dan tidak ragu untuk bertanya atau

menanggapi pertanyaan guru.

c) Siswa memiliki kepercayaan diri untuk menyuarakan

pendapatnya sendiri.

d) Selama penilaian perluasan kegiatan pembelajaran saintifik,

siswa mengalami peningkatan yang positif.

4. Refleksi

Dimulai pada semester kedua, siswa mulai melihat

perubahan yang disebabkan oleh antusiasme mereka, dan setelah

model pembelajaran turnamen permainan berbasis tim diterapkan,

kepercayaan diri siswa terhadap kemampuan mereka dalam

memperhatikan mata pelajaran meningkat. Hal ini ditunjukkan

dengan kerelaan siswa untuk menjawab pertanyaan guru dan


keberanian serta kepercayaan diri siswa yang berdiri di depan

kelas untuk menirukan contoh hewan sesuai dengan pola

makannya.

Berdasarkan apa yang telah terjadi, dapat dikatakan bahwa

kegiatan Siklus II dibandingkan dengan kegiatan Siklus 1 pada

umumnya. Ini hasil dari partisipasi dan keterlibatan siswa dalam

proses pembelajaran selama Siklus II.

Tabel 2. Data Hasil Observasi Aktivitas Peserta Didik Kelas X M.A Pokobulo
pada Pra siklus.

D. Hasil Analisis Kuantitatif Siklus I

Selama siklus pertama, observasi dilakukan di daerah dimana

siswa menggunakan pendekatan kerja tim saat belajar. Hal ini dilakukan

dalam rangka memberikan wawasan dimana kegiatan belajar siswa

bergeser setelah paradigma ini diterapkan. Skor dari siklus pertama

ditunjukkan pada tabel di bawah ini:


Tabel 3 Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Peserta Didik kelas X
M.A Pokobulo Pada Akhir Siklus I
E. Hasil Analisis Kualitatif siklus I

berdasarkan temuan observasi aktivitas belajar siswa dengan

menggunakan model pembelajaran team based game tournament.

Kegiatan pembelajaran pada kegiatan visual tergolong cukup, setiap

aspek dianggap kurang yaitu hanya 55,55% siswa memperhatikan guru

saat membuka pelajaran, siswa memperhatikan guru saat menyampaikan

materi dengan permainan pembelajaran berbasis tim turnamen hanya

60,60%, dan siswa telah mendengarkan konfirmasi guru dengan tingka.

Hanya dua faktor terkait menulis yang dipertimbangkan: tulisan siswa

tentang tanggapan pertanyaan diskusi, yang mendapat skor 60,61%, dan

tulisan siswa tentang gagasan penting yang disampaikan guru, yang

mendapat skor 59,57%. Selain itu, kegiatan lisan dengan komponen

pengamatan terbanyak, yang meliputi siswa mengajukan pertanyaan


kepada guru tentang masalah yang tidak jelas, adalah cukup dengan skor

42,42% dalam kategori, dengan siswa menjawab pertanyaan guru jika

guru telah menunjukkan 64,63% motivasi dan persepsi. dalam kategori.

Namun, siswa juga memberikan umpan balik tertulis dalam bentuk

cakram. kategori baik, dan siswa yang bertanya kepada guru tentang hal-

hal yang belum mereka pahami. Kegiatan selanjutnya yang disebut

Zuhöractivities meliputi siswa yang menyimak materi yang diberikan

guru dengan skor 64,63% dan siswa yang mengerjakan tugas yang

diberikan teman satu kelompoknya Siswa mengajukan pertanyaan kepada

guru tentang hal-hal yang belum mereka pahami. Pada kegiatan

berikutnya bertajuk “Liisteractivities”, siswa membaca catatan guru

dengan skor 64,63 persen, dan mereka merumuskan keputusan kelompok

dengan skor 6160,0 persen pada kategori “Baik”. dengan skor 6160%

dengan kategori “baik”. Kegiatan bermuatan emosi yang komponennya

dievaluasi antara lain siswa merasa stres saat mengikuti permainan

kelompok (yang mendapat rating 59,57 persen pada kategori “carnaval”)

dan siswa yang merasa stres saat mengikuti kompetisi (yang mendapat

rating 72,72 persen pada kategori “ merasa baik"). Kategori aktivitas

mental cukup untuk 44,24 persen peserta yang menarik kesimpulan dari

temuan diskusi. Dan terakhir, aktivitas motorik, I.H. Siswa sangat rajin

mengerjakan tugas dengan kelompoknya, mendapat nilai 50,48% benar,

sedangkan siswa yang bermain sangat aktif berkompetisi dalam

turnamen, mendapat nilai 75,76% benar.


F. Hasil Analisis Kuantitatif Siklus II

Mirip dengan Siklus I. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan

pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana kegiatan pembelajaran

akademik siswa pindah dari Siklus I ke Siklus II dapat dikoordinasikan.

Tabel berikut menyajikan informasi yang diperoleh dari analisis hasil

pemantauan kegiatan Cyclus II:

Tabel 4 Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Peserta Didik Kelas X M.A
Pokobulo Pada Akhir Siklus II.
G. Hasil Analisis Kualitatif Siklus II

Hasil formulir observasi yang diisi pada setiap pertemuan selama

siklus II menunjukkan peningkatan aktivitas belajar siswa meningkat.


Setiap aktivitas proses belajar siswa direkam atau dipantau sepanjang

setiap sesi kelas. Pengamatan ini dilakukan selama berlangsungnya proses

pembelajaran yaitu selama tiga sesi. Aktivitas siswa meningkat secara

signifikan di kelas dua ketika aktivitas visual digunakan. Aspek pertama

yang diperhatikan adalah perhatian siswa terhadap guru di awal

pembelajaran yaitu sebesar 93,93%. Aspek kedua adalah perhatian siswa

terhadap guru meskipun penggunaan pembelajaran berbasis model

meningkat pada kompetisi game edukasi yaitu sebesar 90,90%. Aspek

ketiga adalah perhatian siswa terhadap guru. With a percentage of 76,75%

in the writing of the students' responses to the discussion's outcomes and a

percentage of 73,72% in the category, the writing exercises with the factors

taken into consideration produce good results.. Kegiatan lisan meliputi

siswa mengajukan pertanyaan kepada guru ketika kurang jelas, dengan

rata-rata keseluruhan 92,91 persen; siswa menanggapi pertanyaan guru

ketika guru memberikan motivasi dan apresiasi; dan siswa menyampaikan

pendapatnya pada saat diskusi kelompok dengan menggunakan model

pembelajaran dari turnamen berbasis tim, dengan rata-rata keseluruhan

96,97 persen. Sangat baik. Kegiatan yang melibatkan menyimak, meliputi

siswa mendengarkan materi guru dengan jumlah 100%, dan Sebanyak

96,97% siswa bekerja sama dengan kelompoknya dengan kategori sangat

baik. aktivitas emosional disertai dengan faktor risiko, seperti B. Siswa

yang santai saat kegiatan kelompok mencapai 4,3% dari total populasi

siswa, yang menunjukkan bahwa hanya sedikit siswa yang santai atau tidak

fokus saat belajar. Di sisi lain, siswa merasa senang selama turnamen game
mencapai 100% karena dapat bermain sambil belajar dalam kategori sangat

aktif. Siswa membuat kesimpulan berdasarkan temuan diskusi pada

aktivitas mental dengan aspek yang diamati (87,88% dengan kategori

sangat baik), dan pada aktivitas motorik dengan aspek yang dievaluasi

(90,0% dengan partisipasi sangat aktif dalam permainan turnamen dan

100% secara keseluruhan pada kategori ).

H. Pembahasan

Pembahasan difokuskan pada bagaimana meningkatkan aktivitas

belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran turnamen

berbasis tim. Sebelum penerapan model pembelajaran, hasil observasi

tahap tindakan memiliki nilai persentase rata-rata sekitar 20%. Hal ini

menunjukkan bahwa partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran IPA

pada materi mengklasifikasikan hewan berdasarkan pola makannya di

Kelas X Zyklus II mengalami peningkatan dibandingkan dengan Zyklus

I. Salah satu upayanya adalah dengan menggunakan model pembelajaran

yang sesuai dengan materi pelajaran guna mencapai keberhasilan belajar

yang efektif dan menyenangkan. Untuk mencegah kebosanan dan

memungkinkan siswa untuk fokus pada partisipasi mereka dalam proses

pembelajaran, perlu menggunakan model pembelajaran saat mengajar

topik ilmiah, khususnya bagaimana mengklasifikasikan hewan menurut

makanannya.

Peneliti membagi penelitiannya menjadi dua siklus, dengan setiap

siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Penelitian ini menghasilkan temuan
penting antara lain adanya peningkatan kegiatan pembelajaran IPA untuk

siswa kelas X M.A. Pokobulo Kecamatan Bontoramba Kabupaten

Jeneponto. Tabel tersebut menunjukkan pertumbuhan yang terjadi dari

siklus I ke siklus II:

Dapat disimpulkan dari tabel di atas bahwa aktivitas belajar siswa

diperhitungkan selama proses belajar mengajar karena catatan belajar siswa

yang rata-rata mendapat nilai 20% di bawah rata-rata dianggap tidak dapat

diandalkan. Rata-rata proporsi kegiatan pembelajaran saintifik mengalami

penurunan menjadi 58,76% pada kategori relevan pada Siklus I, meningkat

menjadi 86,86% pada kategori sangat baik pada Siklus II. Penggunaan

model speltoernooileer berbasis tim untuk kegiatan pembelajaran

akademik, termasuk mengkategorikan orang menurut eetgedrag mereka,

dapat disimpulkan dari sini.

Gambar berikut menggambarkan bagaimana model pembelajaran

Teams Games Tournament kelas X MI Datok Sulaiman digunakan untuk

mendeskripsikan kegiatan pembelajaran IPA secara lebih detail:


Dari grafik di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model

pembelajaran team competition hasil antara data dari siklus sebelumnya,

Siklus I dan Siklus II, menunjukkan peningkatan yang baik dan

menghasilkan hasil yang terbaik. untuk siswa kelas delapan di M.A.

Pokobulo. Setelah indikator keberhasilan penelitian tercapai, penelitian

dihentikan hingga siklus kedua. Artinya siswa kelas X M.A. Pokobulo,

Bontoramba, Kabupaten Jeneponto dapat memanfaatkan model

pembelajaran Teams Games Tournament.


BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah pemaparan temuan kajian dan pembahasan dalam karya ini,

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Sebelum menggunakan Toernooistijl sebagai alat ajar, Klasse X

M.A. Pokobulo Kec. siswa diharuskan menggunakan Toernooistijl.

Kegiatan pembelajaran peserta didik Bontoramba Kabupaten

Jeneponto termasuk dalam kategori rendah karena fokus

pembelajaran masih banyak pada guru dan peserta didik kurang

terlibat. Hal ini terlihat dari temuan survei pada aktivitas kerja

sebelumnya, di mana tampak bahwa persentase rata-rata hanya 20%

yang termasuk dalam kategori "laag".

2. Peneliti menggunakan model pembelajaran Teams Games

Tournament (TGT) yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang

diberikan, untuk mengelola peserta didik dan menyediakan

lingkungan belajar yang efektif dan menyenangkan. Berdasarkan

temuan laporan pengamat, rata-rata prestasi akademik pada Cyclus I

dinilai "sukses" dengan 58,76 persen, sedangkan rata-rata prestasi

akademik siswa pada Cyclus II dinilai "sangat baik" dengan 86,86

persen. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa penggunaan model

pembelajaran dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran akademik


dengan menunjukkan peningkatan rata-rata persentase ketuntasan

dari Siklus I ke Siklus II. Artinya dengan menggunakan model

pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) bagi siswa kelas X

MA Pokobulo Kec, aktivitas belajar siswa bertumpu pada

pembelajaran akademik. Kabupaten Bontoramba dan Jeneponto

mengalami transisi yang mulus dari Siklus I ke Siklus I.

B. Saran

Menyusun beberapa usulan berdasarkan kesimpulan yang telah

dijelaskan:

1. Diharapkan guru Kelas X MA Pokobulo mulai menggunakan model

Teamturnier-Lern saat ini untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa,

khususnya di kelas IPA.

2. Dengan terpantaunya pelaksanaan, diharapkan guru dapat lebih

mengontrol proses pembelajaran dan mampu memimpin siswa dalam

proyek kelompok dan pembelajaran.

3. Kami berharap guru lain di kelas dapat menyesuaikan dan

menggunakan model pembelajaran dari turnamen berbasis tim (TGT)

ini untuk meningkatkan keterlibatan belajar siswa.


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Susanto, Teori Belajar & Pembelajaran, Cet.V; Jogjakarta:


Ar- Ruzz Media, 2017

, Teori Belajar & Pembelajaran, Cet.V; Jogjakarta:


Ar- Ruzz Media, 2018

Budiono, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Surabaya: Karya Agung, 2018

Huda,Miftahul,Model-model Pengajaran dan pembelajaran, Cet. VI; Yogyakarta:


PustakaPelajar, 2019

Kumala,FaridaNur, Pembelajaran IPA Madrasah, Cet. I; Malang: Ediide


Infografika, 2019.

Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Cet.II; Jakarta: Bumi Aksara, 2018

Purwanto,Ngalim, Prinsip-prinsip dan Evaluasi Pengajaran, Jakarta: Rosdakarya,


2018

Putu Citra Arni Kusumaningrum, dkk.,Pengaruh Model Pembelajaran Team Games


Tournament (TGT) Terhadap Hasil Belajar IPA Pada Peserta Didik .2020

Riduwan, Dasar-Dasar Statistika, Cet. XIII;Bandung: Alfabeta, 2018

Sanjaya,Wina, Penelitian Tindakan Kelas, Cet. I; Jakarta: Kencana Prenamedia


Group, 2019

Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Cet. XX; Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2018

Shoimin,Aris, 68 Model Pembelajaran inovatif dalam kurikulum 2013,Cet. I;


Yogyakarta :Ar – Ruzz Media,2018.

Slameto, Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya, Cet. VI; Jakarta:


RinekaCipta, 2019

Sudijono,Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Cet.I; Jakarta: Raja Grafindo


Persada, 2019

Suryabrata,Sumardi,Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Rajawali Pers, 2019

Susanto,Ahmad, Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar, Cet. IV;Jakarta:


Prenadamedia Group, 2019

Tanirdja,Tukiran,dkk, Model-model Pembelajaran Inovatif, Cet.II; Bandung:


Alfabeta, 2018
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu, Cet. III;Jakarta: PT BumiAksara, 2018

Usman,Andi, “Penggunaan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Aktivitas Siswa”


UniversitasTanjungpura Pon

Anda mungkin juga menyukai