Anda di halaman 1dari 59

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII

DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PERAGA KIT IPA PADA


MATA PELAJARAN IPA DI Mts.MUHAMMADIYAH
POKOBULO KEC.BONTORAMBA KAB.JENEPONTO

SKRIPSI

NUR ASIZAH
Nirm : 9183490410008

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI


INSTITUT TURATEA INDONESIA (INTI)
YAYASAN PENDIDIKAN YAPTI
KAB. JENEPONTO
TAHUN 2022
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertanda tanagan di bawah ini :

Nama : NUR ASIZAH

Stambuk/Nim : 9183490410008

Prodi : Pendidikan Biologi

Judul Skripsi : Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII Dengan

Menggunakan Alat Peraga KIT Ipa Pada Mata Pelajaran Ipa Di

MTs. Muhammadiyah Pokobulo

Dengan ini menuturkan bahwasanya skripsi yang saya ajukan di depan tim

penguji ialah hasil karya sendiri dan bukan hasil ciptaan orang lain atau dibuatkan

oleh siapapun. Demikian pernyataan ini saya buat dan bersedia menerima sanksi

apabila pernyataan ini tidak benar.

Jeneponto, 13 Oktober 2022

Yang membuatpernyataan

NUR ASIZAH
NIM: 9183490410041
HALAMAN PENGESAHAN

JudulSkripsi : : ‘’Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII Dengan

Menggunakan Alat Peraga KIT Ipa Pada Mata Pelajaran Ipa Di

MTs. Muhammadiyah Pokobulo’’

Skripsi ini telah diperiksa dan diterima oleh panitia ujian skripsi yang dibentuk

sesuai surat keputusan Rektor Institut Turatea Indonesia (INTI) kabupaten

Jeneponto, 13 Oktober 2022 yang telah dipertahankan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana Strata Satu (S-1) pada Institut Turatea Indonesia

(INTI) Kabupaten Jeneponto.

PANITIA UJIAN

1.PenanggungJawab : 1. LLDIKTI Wil. IX Sul-Sel


2. Ketua yayasan pendidikan YAPTI Turatea Jeneponto
3. Rektor Institut Turatea Jeneponto (INTI) Kab.
Jeneponto
2. Ketua : (….…………)
3. Sekretaris : (.……………)
4. Penguji : 1. (…………….)
2. (…….………)
3. (…………….)
4. (…………….)

Mengetahui,
Rektor,
InstitutTuratea Indonesia (INTI) Kab. Jeneponto

Prof. DR. H. Maksud Hakim, S.Pd., SE., MM.


HALAMAN PERSETUJUAN
Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan bahwa:

Nama : NUR ASIZAH

No.Stambuk/NIRM : 410008/9183490410008

Jenjang : Strata Satu (S1)

Program Studi : Pendidikan Biologi

JudulSkripsi : Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII

Dengan Menggunakan Alat Peraga KIT Ipa Pada

Mata Pelajaran Ipa Di MTs. Muhammadiyah

Pokobulo

Mahasiswa tersebut diatas skripsinya telah diperiksa dan disetujui untuk

mengikuti seminar proposal sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Pada Institut Turatea Indonesia (INTI)

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Meri Hariratuljannah, SE., S.Pd., MM Nurqiyamah Hamid, S.Pd., M.Pd

Mengetahui,

Wakil Rektor I
Bag. AkademikdanKemahasiswaan

Ali Syahban Amir, S.Pd., M.Pd


NIDN : 092039202
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Penulis memohon kepada Allah SWT untuk selalu

menyertainya atas nikmat dan musibahnya sehingga dapat menyelesaikan skripsi

ini walaupun belum sempurna. berbagai pihak, sehingga hambatan bagi penulis

ini dapat diturunkan.

Sudah sepantasnya penulis mengucapkan terima kasih dan rasa hormat

yang tulus kepada mereka yang telah membantunya:

Meri HariratulJannah.,S.Pd.SE.M.M selaku Pembimbing I sekaligus

Ketua Institut Turatea Indonesia (INTI) Yayayasan Pendidikan Yapti Turatea

yang telah meluangkan waktunya setiap saat untuk menerima dan memberikan

arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Nurqiyamah Hamid.,S.Pd.M.Pd selaku Pembimbing II dengan senang

hati menerima, mengarahkan, dan membimbing dalam menyusun tulisan ini

sampai selesai.

Drs.Anwar Rivai, Selaku Pembina Ketua Yayasan Pendidikan Yapti

Turatea Indonesia Kabupaten Jeneponto dan Ibu Andi Fitriani

Suryadi.,S..Pd.M.Pd selaku Ketua Prodi Pendidikan Biologi Instutut Turatea

Indonesia (INTI) Yayasan Pendidikan Yapti Turatea Jeneponto

Para Dosen Prodi Pendidikan Biologi yang telah banyak memberikan

ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjalani pendidikan.

Almarhum Kedua orang tua tercinta dan Saudara-saudaraku, atas

ketabahan dan kesabarannya memberikan bantuan dan doa yang tulus dalam
rangka penyelesaian studi penulis. Serta rekan-rekan yang telah membantu dalam

penulisan Proposal ini. Dan semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu

persatu, kiranya bantuan yang anda berikan selama ini punya arti dan makna

tersendiri bagi penulis.

Akhirnya, atas segala bantuan, dorongan, dan bimbingan yang diberikan

oleh mereka kepada penulis, semoga mendapat Ridho Allah swt, dan

mendapatkan berkah dan amal yang setimpal.Amin.

Jeneponto, 2022

Penulis,

NUR ASIZAH
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................... ii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI ................................................................................................... iv

ABSTRAK ....................................................................................................... v

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................... 1

B. Perumusan dan Pemecahan Masalah ......................................... 5

C. Tujuan Penelitian ....................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian..................................................................... . 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS

A. Kajian Pustaka .......................................................................... 9

B. Kerangka Pikir............................................................................ 22

B. Hipotesis Tindakan .................................................................... 23

BAB III METODE PENELITIAN

A. Setting dan Subjek Penelitian .................................................... 24

B. Prosedur Pelaksanaan Penelitian .............................................. 26

C. Teknik dan Pengumpulan Data................................................... 27

D. Teknik analisis Data .................................................................. 27

E. Defenisi Operasional ................................................................. 28


F. Indikator Keberhasilan............................................................... 29

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kegiatan .................................................................... 30

B. Paparan Data Proses dan hasil penelitian .................................. 31

C. Pembahasan Hasil Penelitian...................................................... 43

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................ 48

B. Saran .......................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
ABSTRAK

Nur Asizah, 2022.Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan


dan Ilmu Pendidikan Intitut Turatea Indonesia (INTI) YAPTI
Jeneponto, Judul: Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas Vii Dengan
Menggunakan Alat Peraga Kit Ipa Pada Mata Pelajaran IPA Di
Mts.Muhammadiyah Pokobulo Kec.Bontoramba Kab.Jeneponto.

Mustahil untuk memisahkan kehidupan manusia dari belajar, yang


merupakan aktivitas manusia yang sangat penting, dari konsepsi sampai
kematian. Kemajuan pesat ilmu pengetahuan alam (API) dapat dikaitkan
dengan hubungan dekat mereka dengan kemajuan teknologi, yang
berfungsi sebagai kendaraan untuk kemajuan ini.
Lesson research ini dilakukan di banyak lokasi di Mts.
Muhammadiyah Pokobulo Kec. Kabin Bontoramba Jeneponto. Kelas
Tujuh. Siswa kelas tujuh berjumlah 33 orang, informasi tentang 18 siswa
perempuan dan 15 siswa laki-laki.
Masalah yang diangkat di atas menunjukkan bahwa tujuan studi
ini adalah untuk memberikan pengetahuan tentang apakah menggunakan
alat KIT-IPA meningkatkan hasil belajar dan bagaimana pendekatan untuk
melakukannya bagi siswa. kelas VII Mts untuk dideskripsikan.
Muhammadiyah Pokobulo Kec. Kawasan Bontoramba. Jeneponto tentang
sifat-sifat sistem alat gerak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa
kelas VII Mts. Muhammadiyah Pokobulo Kec. Seperempat Bontoramba
menggunakan sumber belajar KIT IPA. Pemanfaatan sumber daya KIT
IPA pada mata kuliah IPA pada karakteristik sistem muskuloskeletal dapat
meningkatkan Kabupaten Jeneponto. Menurut mekanismenya, pendekatan
pemanfaatan sumber daya ilmiah KIT dapat diterapkan.
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak pembuahan hingga kematian, kehidupan manusia tidak dapat

dipisahkan dari pembelajaran, yang merupakan aktivitas manusia yang

sangat penting. Pernyataan ini menekankan bahwa manusia tidak selalu

dan di mana pun dapat dipandang sebagai sesuatu yang terpisah dari

proses pembelajaran dan bahwa kebutuhan akan pembelajaran semakin

meningkat seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan.

Kemajuan pesat ilmu pengetahuan alam (API) dapat dikaitkan

dengan hubungan dekat mereka dengan kemajuan teknologi, yang

bertindak sebagai katalis untuk kemajuan ini. Perkembangan pesat ini

mendorong para pendidik untuk merancang dan mengimplementasikan

kurikulum yang lebih fokus untuk membantu siswa memahami konsep-

konsep sains sekaligus mendukung kehidupan mereka sehari-hari.

Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) menuntut

mahasiswa untuk mengembangkan keterampilan ilmiah (IPA) tahun kedua

yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikan lebih lanjut, serta

keterampilan, minat, dan akulturasi lingkungan. Salah satu latihan yang

membantu anak berpikir kritis, mengembangkan kreativitasnya, dan

menjadi lebih tertarik pada alam adalah mendorong siswa untuk berpikir

kreatif dan inovatif melalui pegajaran sains.


Seperti yang dikemukakan oleh Piaget dalam Moedjiono (2018),

mengingat usia siswa Indonesia yang masuk kelas dua yaitu 6-7 tahun, dan

waktu mereka masuk ke SMP. Sumber daya milik fase operasional

tertentu. Ciri-ciri berikut biasanya ada pada anak-anak pada usia atau tahap

ini: Keingintahuan adalah (a). (a) Suasana yang menyenangkan atau

kesenangan dalam permainan. (c) Otonom, mengeksplorasi berbagai

setting, oleh karena itu ia senang bereksperimen. (d) tidak mendorong

kegagalan dan memiliki keinginan yang kuat untuk berhasil. (e) belajar

sambil bekerja dan menikmati menyampaikan apa yang dia pelajari di

kantor.

Dalam perspektif ini, jelaslah bahwa mengajarkan ilmu-ilmu alam

sangat penting di semua tingkat pendidikan, tetapi terutama di tingkat

Realschule, yang berfungsi sebagai dasar untuk semua tingkat berikutnya.

Efektivitas proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan program

pendidikan IPA menjadi penentu keberhasilan pendidikan IPA baik bagi

siswa maupun guru.

Sebagai satu-satunya elemen terpenting dalam keberhasilan

kurikulum sains, guru harus mampu mentransfer materi pendidikan

dengan baik kepada siswanya. Untuk itu, guru perlu memiliki pengetahuan

ilmiah dan teknik mengajar yang dapat digunakan untuk mengajar mata

pelajaran tersebut.

Keterlibatan siswa dengan benda-benda atau alam sangat penting

untuk pembelajaran ilmiah. Akibatnya, guru harus bertindak sebagai


fasilitator untuk mengatur panggung dan menyediakan sumber belajar

KIT-IPA yang memungkinkan siswa untuk melihat dan memahami objek

ilmiah. Hal ini memungkinkan siswa untuk belajar ide-ide baru dan

memperkuat sistem kognitif mereka.

Mengingat informasi di atas dan fakta bahwa sekolah menengah

atau yang sederajat menandai awal kegiatan pembelajaran, penting untuk

membedakan antara pembelajaran tingkat lanjut dan kapasitas siswa untuk

berpikir kritis. Oleh karena itu, selama proses pembelajaran guru harus

memusatkan perhatian pada karakteristik siswa dan prinsip-prinsip

pembelajaran naturopati khususnya di kelas VII SMP atau sederajat agar

dapat mencapai hasil yang maksimal.

Pada pusat kegiatan pendidikan dan pembelajaran merupakan

faktor yang perlu diperhatikan. Ini adalah hasil dari konversi di bawah

standar dari kegiatan-kegiatan ini ke dalam pesan-pesan kurikulum. karena

ini, rencana studi tersebut tidak sepenuhnya terealisasi sebagai gambaran

tentang standar kecakapan dan keterampilan dasar yang harus dimiliki

mahasiswa. Upaya untuk meningkatkan kualitas pekerjaan yang dilakukan

tentu tidak banyak terbantu dengan penerapan topik tersebut.

Menurut temuan penelitian Ratna (2018), masih terdapat

kesenjangan penerapan pendekatan proses ilmiah di sekolah (perguruan

tinggi, perguruan tinggi, dan SMA) serta kurangnya minat siswa di pihak

guru dalam mempraktekkannya. pengajaran yang berpusat pada

pembelajaran dan kurangnya kesadaran guru tentang penggunaan sumber


pengajaran KIT Ilmiah secara efektif mencegah peningkatan apapun. Guru

masih menjunjung tinggi pengetahuan siswanya dan tidak memanfaatkan

sumber belajar KIT IPA. Kegiatan pendidikan dan pembelajaran seperti itu

hanya membantu mengubah siswa menjadi auditor pasif; tidak ada

kesempatan untuk belajar bagaimana melihat, memegang, dan merasakan.

Fakta bahwa siswa tidak terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran

merupakan ciri lain yang tidak memuaskan dari jenis pendidikan ini.

Menurut Joni (2018), operasional kegiatan belajar mengajar di

sekolah biasanya hanya merupakan Upaya mentransmisikan ilmu yang

penguasaannya dinilai melalui ujian, biasanya dalam bentuk pembelajaran

intensif. Akibatnya siswa menjadi kurang tertarik dengan proses

pembelajaran yang pada akhirnya berdampak pada hasil pembelajaran.

berdasarkan pertemuan peneliti dengan profesor sains untuk ujian

tahun ketujuh. Muhammadiyah Pokobulo Kec. Bontoramba Kab.

Jeneponto melaporkan pada Februari 2022 di sekolah tersebut bahwa

penggunaan aksesoris KIT IPA dalam pembelajaran IPA jarang terjadi,

sehingga siswa tidak memahami materi yang diajarkan dan memberikan

hasil yang tidak sesuai dengan ketuntasan 70 persen hasil.

Berdasarkan rangkuman di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tindakan kelas dengan pokok bahasan tersebut ”Meningkatkan

Hasil Belajar Siswa kelas VII Dengan Menggunakan Alat Peraga KIT

IPA Pada Mata Pelajaran IPA di Mts. Muhammadiyah Pokobulo

Kec.Bontoramba Kab.Jeneponto” untuk di adakan, mengingat kenyataan

tentang hal itu belum ada perubahan di sekolah ini. Khususnya di Mts.
Muhammadiyah Pokobulo Kec. Quartier de Bontoramba, temuan

penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pendidikan dan sebagai

alternatif untuk membantu siswa belajar lebih efektif sehingga

meningkatkan kualitas pendidikan. Jenponto.

B. Perumusan dan Pemecahan Masalah

1. Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian di atas, masalah penelitian adalah sebagai

berikut:

a. Hasil belajar siswa kelas VII Mts. Muhammadiyah Pokobulo

Kec. Kuarter Bontoramba dapat ditingkatkan dengan

pemanfaatan sumber belajar KIT IPA. Jeneponto tentang

karakteristik sistem penggerak?

b. Bagaimana prosedur penggunaan sumber belajar KIT IPA untuk

meningkatkan prestasi akademik siswa kelas VII Mts?

Muhammadiyah Pokobulo Kec. Kawasan Bontoramba.

Jeneponto tentang karakteristik sistem penggerak?

2. Pemecahan Masalah

Beberapa hal perlu dianalisis untuk memecahkan masalah

dengan kegiatan ini. Menurut Nana (2018), setiap permasalahan yang

muncul perlu diselesaikan dengan melihat sumber permasalahan

tersebut. Menggunakan bahan ajar dari KIT IPA dapat membantu

memecahkan masalah rendahnya keberhasilan belajar Realschule,

yang kemungkinan disebabkan oleh efektivitas evaluasi kinerja.


Selain itu, pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini

untuk mengatasi masalah tersebut antara lain:

1) Tahap Pemecahan

Tahap ini meliputi: (1) Peneliti, guru, dan siswa

menyepakati persepsi mereka tentang penggunaan materi KIT

pendidikan IPA untuk meningkatkan hasil belajar, (2) Peneliti

dan pendidik harus merancang sumber belajar yang digunakan.

2) Tahap tindakan

Pada langkah ini peneliti melakukan observasi awal

tanpa menggunakan sumber belajar KIT IPA, kemudian peneliti

memeriksa hasil belajar dari observasi awal tersebut tanpa

menggunakan sumber belajar KIT IPA karena hasilnya sangat

kurang baik. Pengajar dan peneliti memutuskan untuk

menggunakan materi KIT IPA pendidikan.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut, tergantung pada

bagaimana masalah didefinisikan di atas:

1. Memberikan data yang menunjukkan apakah dengan menggunakan

sumber belajar KIT-IPA akan meningkatkan hasil belajar siswa kelas

VII Mts. Muhammadiyah Pokobulo Kec. Kawasan Bontoramba.

Jeneponto tentang karakteristik sistem penggerak.

2. Deskripsi prosedur penggunaan sumber belajar KIT IPA untuk

peningkatan kemampuan siswa kelas VII Mts. Muhammadiyah


Pokobulo Kec. Bontoramba Kab. Hasil belajar Jeneponto tentang

sifat-sifat sistem gerak.

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan penyelidikan ini, diperkirakan bahwa mereka akan

menawarkan manfaat yang signifikan kepada pihak berelasi, yang masing-

masing akan dijelaskan di bawah ini:

1. Manfaat Teoritis

Tujuan proyek penelitian kelas adalah untuk meningkatkan

pengetahuan siswa dan memungkinkan mereka menerapkannya dalam

kehidupan sehari-hari.

2. Manfaat Praktis

a. sekolah; melalui rasionalisasi manajemen pembelajaran yang

bekerja untuk meningkatkan standar pendidikan di kelas.

b. guru; meningkatkan kompetensi profesional mereka dalam

mempraktekkan implementasi model pembelajaran di kelas.

c. Pendidikan; memaksimalkan potensi siswa untuk meningkatkan

hasil belajar.

d. Untuk melakukan penelitian, bahan referensi harus digunakan

sambil mengembangkan RPP dan mengarahkan proses belajar

mengajar untuk memastikan nilai akhir siswa.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Kajian Pustaka

1. Hasil Belajar Siswa

a. Pengetian hasil belajar

Kata-kata "ergebnis" dan "belajar" bergabung membentuk

frase "lernergebnisse." Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,

“Ergebnis” mengacu pada segala sesuatu yang dihasilkan oleh

suatu organisasi. Sejak saat itu, istilah “belajar” memiliki banyak

arti, sebagaimana dicatat oleh Barry dan Kingsky, yang

mendefinisikannya sebagai proses perubahan perilaku sebagai

respons terhadap pengalaman (Nana Sudjana, 2018).

Tingkat keberhasilan yang dicapai pada saat penyelesaian

proses pembelajaran disebut sebagai “hasil belajar”. Pengukuran

hasil belajar dapat dilakukan melalui evaluasi keberhasilan belajar.

Hasil belajar yang dicapai seseorang dapat digunakan sebagai

ukuran bakat, tingkat keterampilan, penguasaan materi pelajaran,

serta sikap dan nilai mereka saat terlibat dalam kegiatan

pembelajaran (Haling, 2019).

Belajar adalah proses yang melibatkan perubahan perilaku

seseorang. Akibatnya, belajar mengarah pada perubahan perilaku,

yang berarti seseorang belajar ketika mereka dapat melakukan


tugas yang sebelumnya tidak dapat mereka lakukan. Setelah

kegiatan belajar mengajar selesai, maka hasil belajar dapat dilihat

sebagai tingkat keberhasilan siswa dalam menguasai mata

pelajaran tertentu. Oleh karena itu, hasil belajar mengukur

keberhasilan atau kegagalan seseorang setelah mereka menerima

pengajaran di sekolah dan kemudian mengukur atau mengevaluasi

hasil yang dicapai oleh setiap siswa dalam mata pelajaran tertentu.

Semua perubahan perilaku bukanlah hasil belajar, menurut

Ali (2019). Beberapa muncul secara alami sebagai hasil dari

proses perkembangan, seperti saat bayi mencapai usia tertentu dan

mampu menggenggam objek. Skenario ini lebih baik digambarkan

sebagai hasil pematangan daripada pembelajaran. Hasil belajar

dipengaruhi oleh faktor-faktor yang signifikan. Oleh karena itu,

ketika pembelajar cukup siap, pembelajaran menghasilkan hasil

yang lebih baik.

Karena Hasil belajar yang paling penting—perubahan

perilaku seseorang yang sering terjadi—dihasilkan melalui

interaksi dengan lingkungan belajar. Tanpa mengorbankan sifat

ilmu alam, ilmu alam harus terkait erat dengan tujuan kurikulum

ilmu alam sekolah untuk pendidikan naturopati.

Hasil penelitian IPA dibagi menjadi dua kategori, yaitu

proses dan produk, sesuai dengan bagaimana IPA itu sendiri

beroperasi. Hal ini didasarkan pada pernyataan Hugerford (2018)

dalam Patta Bundu bahwa ada dua cabang ilmu alam yang
berbeda: (a) Penelitian (prosesus) seperti observasi, klasifikasi,

pengukuran, peramalan, dan inferensi (b) Pengetahuan (produk)

seperti fakta ilmiah, prinsip, konsep, hukum, dan teori.

Proses pendidikan yang bertujuan untuk mencapai tujuan

tertentu mendorong peserta didik untuk berpartisipasi aktif karena

mereka merupakan komponen yang paling penting. Usman (1996)

mengatakan bahwa berkembangnya kondisi pembelajaran

setidaknya bergantung pada lima faktor, antara lain: Minat dan

fokus siswa harus terusik, mereka harus terlibat aktif, mereka

harus terinspirasi, mereka harus menjaga nilai individualitas, dan

mereka harus mendemonstrasikannya di kelas. Karena

perencanaan siswa dan pelaksanaan pembelajaran mereka di

bawah bimbingan guru, partisipasi siswa sangat penting.

Menurut Djamarah (2018), salah satu tujuan pembelajaran

adalah membantu siswa dalam mengintegrasikan pengetahuan

secara efektif dan teratur ke dalam struktur kognitifnya. Untuk

mencapai tujuan ini, pendidik harus mampu merancang kegiatan

pembelajaran langsung yang dapat dipahami dan digunakan siswa.

Seorang guru yang baik memiliki kemampuan untuk menciptakan

atau menciptakan lingkungan yang memungkinkan siswa untuk

terlibat dalam kegiatan pembelajaran.

Menurut taksonomi Bloom, bagian-bagian kognitif, afektif,

dan psikomotor dari pembelajaran harus diukur agar dapat

menggambarkan secara akurat seluruh perilaku siswa sebagai hasil


belajarnya. Oleh karena itu, ketiga komponen tersebut harus

benar-benar diperhatikan dalam evaluasi hasil belajar.

Hasil belajar dapat ditentukan baik dari proses

pembelajaran maupun produk jadinya. Proses pembelajaran dan

berbagai kegiatan lain yang berkaitan dengan pembelajaran yang

berlangsung di lingkungan sekolah tidak terkait dengan perilaku

yang dihasilkan dari pembelajaran. Karena itu, pendidikan siswa

dan lulusan untuk perhitungan dan evaluasi memiliki nilai yang

tidak dapat diukur.

Menurut Kemendiknas (2018), penilaian aspek kognitif

meliputi subaspek sebagai berikut: (1) Pemahaman berkenaan

dengan kemampuan mengenali atau mengingat kembali materi

yang dipelajari; (2) Pemahaman berkenaan dengan kemampuan

memahami makna atau makna suatu konsep; (3) Aplikasi

berkaitan dengan kemampuan menerapkan konsep, ide, rumus,

atau aturan dalam situasi baru; dan (4) Analisis berkaitan dengan

kemampuan membedah satuan dan memahami bagaimana bagian-

bagian penyusunnya berhubungan satu sama lain, (5) Kemampuan

untuk mensintesis mengacu pada kemampuan untuk menyatukan

banyak elemen menjadi satu keseluruhan yang kohesif, dan (6)

Kemampuan untuk mengevaluasi mengacu pada kemampuan

untuk memberikan nilai pada sesuatu berdasarkan kriteria yang

dimiliki seseorang.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

Menurut Darwis (2018), faktor-faktor yang mempengaruhi

prestasi akademik anak dapat dibedakan menjadi dua kategori

yaitu faktor internal, atau orang-orang yang memiliki anak, dan

faktor eksternal, atau faktor sosial yang tidak dapat dikendalikan

oleh anak. Penjelasan berikut berlaku untuk dua faktor yang

disebutkan di atas:

1. Faktor individu (faktor internal) meliputi (a) potensi

pertumbuhan, (b) kecerdasan, (c) latihan dan pengulangan,

(d) sifat karakter, dan (e) motivasi belajar.

2. Keadaan keluarga anak, komunitas pasangan, rasa hormat

anak terhadap hubungan pribadi di luar keluarga, dan

tuntutan guru sekolah adalah contoh faktor (eksternal) yang

signifikan secara sosial.

Kemajuan belajar siswa juga tergantung pada seberapa

besar penekanan yang diberikan guru pada mata pelajaran tertentu.

Oleh karena itu, guru harus memperhatikan perbedaan individu

siswa tertentu saat memberikan materi pembelajaran bagi siswa.

c. Langkah-langkah meningkatkan hasil belajar

Menurut Darwis (2018), tindakan berikut dapat dilakukan

untuk meningkatkan hasil belajar: Memberi siswa tugas singkat

yang harus mereka selesaikan dan pahami, Zeitmanagement, dan


menghindari kata-kata yang sulit bagi pembelajar muda. Berikut

adalah penjelasan dari langkah-langkah di atas:

1. Memberikan tugas singkat kepada siswa dengan tetap

memperhatikan penyelesaian tugas sebelumnya.

2. Pastikan siswa memahami apa yang harus dilakukan.

Misalnya dengan menandai dengan pensil warna atau

pulpen pada bagian yang dapat dieksekusi.

3. Ganti waktu rapat dengan aktivitas lain dan perpanjang

waktu rapat secara bertahap.

4. Hindari memberikan instruksi yang sulit dipahami siswa.

5. Sediakan sebanyak mungkin faktor motivasi untuk

membuat siswa bersemangat menyelesaikan tugasnya.

2. Pengertian Alat Peraga KIT IPA.


Menurut kamus bahasa Indonesia terbitan 2018, alat bantu

visual adalah alat yang digunakan di kelas yang dapat dilihat untuk

membantu Anda memahami apa yang dikatakan, membantu dalam

perhitungan, dll. Sumber belajar yang disediakan oleh KIT sangat

sesuai dengan topik (KIT). Menurut Shadely (2019), KIT IPA adalah

seperangkat alat ilmiah yang digunakan dalam kegiatan yang sedang

atau sedang berlangsung dan dibuat atau dibuat menyerupai

seperangkat alat yang digunakan untuk mengkaji kapasitas

pengolahan kajian dalam ilmu pengetahuan. Dalam dunia pendidikan

manakah yang penting sebagai faktor keberhasilan proses

pembelajaran. KIT bertujuan antara lain:


 Hilangkan konflik sambil menciptakan dan mempertahankan

efektivitas pembelajaran.

 Pertahankan suasana dan sikap anti simpatik selama pelaksanaan

KIT.

 Sebagai wadah pengembangan diri.

Alat pembelajaran menurut Mujadi (2017) adalah alat yang

apabila digunakan secara tidak langsung dapat membantu dalam

memahami suatu mata pelajaran. Sumber daya ini biasanya tidak

datang dalam bentuk kata-kata. Kelompok ini mencakup model,

metode, dan sudut pandang. Karena membongkar objek atau alat yang

sebenarnya untuk analisis dapat menjadi tantangan, aksesori dibuat.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa sumber

belajar dapat digunakan untuk memahami suatu konsep yang dapat

diterapkan dalam keseluruhan proses pembelajaran. Bekerja dengan

meja hitam dan arang kayu membutuhkan lebih dari sekadar

memasok persediaan yang diperlukan. Persyaratan pembelajaran saat

ini mencakup tidak hanya beberapa fakta yang harus diingat siswa

dari waktu ke waktu, tetapi juga kemampuan siswa untuk

menjelaskan mengapa fakta tertentu ada, bagaimana fakta tersebut

dihasilkan, dan dimana fakta tersebut dapat dihasilkan.

Untuk memastikan bahwa siswa memahami semua

persyaratan pembelajaran, tidak cukup hanya mengajarkan mata

pelajaran tersebut kepada mereka. Menurut Mujadi (2017), mengajar

siswa adalah memberikan pengetahuan yang harus mereka peroleh


atau yang tidak dapat mereka pertahankan. Namun, jika penjelasan

guru diikuti dengan alat bantu visual, kata-katanya akan lebih pendek

dan siswa akan lebih cepat memahami dan mengasimilasi informasi.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

banyak model telah dibuat untuk merepresentasikan interior suatu

objek sedemikian rupa sehingga memudahkan pengamatan bagian ini.

Model biasanya disederhanakan dan kurang kompleks untuk

memastikan bahwa siswa dapat memperhatikan prinsip-prinsip dasar

yang diajarkan. Untuk mengganti objek nyata dan menghindari

memberikan informasi palsu, model harus dibangun dengan hati-hati.

Menurut Mujadi (2017), penggunaan model proses belajar

mengajar memiliki beberapa manfaat, antara lain: (1) Model adalah

benda tiga dimensi yang sangat mirip dengan benda nyata. (2) Model

dibuat sesuai dengan spesifikasi yang diperlukan. (3) Model dibuat

untuk menunjukkan berbagai tujuan pembelajaran. Objekten, Model

hanya digunakan untuk menonjolkan elemen kunci, dan dibangun

sedemikian rupa sehingga dapat dibongkar dan kemudian disatukan

kembali. (6) Model berpotensi meningkatkan keterlibatan dan

aktivitas siswa selama pembelajaran.

Selain berbagai aksesoris berupa model, gambar atau foto juga

sering digunakan sebagai aksesoris. Konten utama adalah foto-foto.

Alat ini sangat penting karena sebuah gambar dapat menyampaikan

semua informasi yang dibutuhkan untuk memahami subjek atau isu

yang digambarkan.
Gambar digunakan sebagai model untuk menggantikan

kenyataan. Ketika tidak mungkin memasukkan objek atau kejadian

nyata dalam pelajaran, foto biasanya digunakan sebagai stand-in.

Foto-foto tersebut dipilih karena mudah didapat dan diproduksi.

Misalnya, tidak mungkin seorang guru bahasa Indonesia

menggambarkan kecelakaan lalu lintas di kelas dan kemudian

meminta siswa untuk menceritakan kejadian tersebut. Oleh karena itu,

untuk belajar, siswa melihat foto-foto kecelakaan lalu lintas yang

relevan, kemudian mereka menulis teks sesuai dengan peristiwa yang

terjadi.

Berikut ini adalah beberapa keuntungan menggunakan

Sukarnos Zeichnungen (2018) sebagai alat pengajaran adalah: (1)

Gambar mudah dibuat, baik dengan menggambar sendiri atau

mencarinya di publikasi atau surat kabar. (2) Gambar mudah

digunakan tanpa alat. (3) Gambar dapat diperbesar atau diperkecil

dengan berbagai cara, antara lain melalui Damier-Verfahren,

Pantograph-Verfahren, atau Fotokopierverfahren. (4) Dengan

menggunakan retroproyektor, gambar dapat diproyeksikan ke layar

dengan terlebih dahulu menyalin gambar ke film transparan. Hal ini

terjadi jika Anda ingin gambar dikaburkan sementara dari tampilan

oleh sejumlah besar siswa.

Pernyataan di atas dapat disimpulkan dengan mengatakan

bahwa penggunaan alat bantu visual dalam proses belajar mengajar

dapat membantu siswa lebih mudah memahami konsep atau prinsip


yang sulit, mendukung guru dalam pekerjaannya, dan memotivasi

siswa untuk lebih berpartisipasi.

3. Kelebihan dan kekurangan Penggunaan Alat Peraga KIT IPA

Menurut Arsyad (2018), Berikut adalah kualitas alat bantu

pembelajaran: (a) harganya terjangkau; (b) mereka mudah diperoleh;

(c) mudah digunakan; (d) mereka dapat mempertahankan fokus; (e)

mereka lebih realistis; (f) mereka dapat membantu mengatasi

keterbatasan pengamatan; dan (g) mereka dapat mengatasi

keterbatasan ruang dan waktu. Alat pendidikan terbatas termasuk yang

berikut: (a) hanya media visual; (b) ukuran gambar seringkali tidak

sesuai untuk instruksi kelompok besar; dan (c) penggunaannya

membutuhkan sumber daya, keterampilan, dan kejelasan yang terbatas

di pihak guru.

Menurut Karimah (2018), penggunaan KIT IPA memiliki

keuntungan sebagai berikut:

a. Efektif mencapai tujuan pembelajaran

b. Meningkatkan efektivitas pembelajaran

c. Menyelaraskan isi dengan tujuan pembelajaran

d. Meningkatkan konsentrasi siswa.

Keuntungan menggunakan bahan ajar KIT saat ini

dikemukakan oleh Hasbullah (2013) sebagai berikut:

a. Memberi siswa landasan pengalaman praktis untuk pemikiran

abstrak.
b. Meningkatkan atau mempertinggi perhatian siswa saat belajar

c. Menyajikan realita sehingga membangkitkan motivasi diri.

d. Memastikan hasil belajar yang tahan lama

e. Meningkatkan keterampilan bahasa anak-anak dengan

menekankan pengalaman belajar daripada instruksi verbal.

f. Saat pembelajaran menjadi lebih menarik, siswa menjadi lebih

tertarik.

g. Menjelaskan tujuan materi pendidikan agar lebih mudah

dipahami siswa.

h. Format pembelajaran yang semakin bervariasi membuat siswa

tidak mudah bosan.

i. Membuat kegiatan pendidikan lebih aktif.

Bahkan jika kekurangan berikut dari penggunaan KIT sumber

belajar ini tercantum:

a. Mengajar kepada siswa dalam jumlah besar kurang efektif.

b. Guru harus ekstra hati-hati, tenaga, pikiran, dan waktu ketika

merencanakan pelajaran.

c. Membutuhkan instalasi yang sesuai

d. Kebebasan siswa tidak selalu digunakan dengan sebaik-

baiknya.

e. Memerlukan pertimbangan khusus bagi siswa karena setiap

siswa memiliki daya ingat yang unik.

f. Alat bantu mengajar adalah untuk instruktur.

g. Persiapan membutuhkan waktu


h. harus siap untuk membuat pengorbanan yang nyata.

4. Hakikat Pembelajaran IPA

Mata pelajaran ilmu alam, sering dikenal dengan ilmu alam atau

ilmu alam dalam arti sempit (ilmu biologi), meliputi ilmu alam dan

ilmu hayati. Istilah "IPA" adalah singkatan dari pengetahuan umum.

Mengingat bahwa definisi sains adalah kumpulan pengetahuan yang

terorganisir, istilah "sains" biasanya digunakan untuk merujuk pada

ilmu alam dan sosial. Khususnya, istilah "ilmu" atau "API sebagai

ilmu". Menurut Conant, pengertian istilah “IPA” dalam pengertian ilmu

pengetahuan alam sangat beragam. Ini didefinisikan sebagai struktur

atau ansambel konsep yang terkait satu sama lain sebagai hasil

percobaan dan pengamatan. Pengertian sains dalam Indonesian Oxford

English Dictionary adalah sebagai pengetahuan yang dapat dibuktikan,

diuji, atau berdasarkan kenyataan.

Menurut Conant, ada banyak cara orang menginterpretasikan

istilah "IPA" dalam konteks ilmu alam. IPA didefinisikan sebagai

struktur atau ansambel konsep-konsep yang terkait satu sama lain

sebagai hasil percobaan dan pengamatan. Definisi ilmu alam dalam

Indonesian Oxford English Dictionary diberikan sebagai pengetahuan

yang dapat diuji untuk menentukan apakah itu benar atau didasarkan

pada kenyataan.
5. Proses Penggunaan Alat Peraga KIT IPA untuk Meningkatkan
Hasil Belajar.

Menurut Zamatovo (2019), banyak penelitian ilmiah tentang

pembelajaran saat ini difokuskan pada anak-anak daripada guru. Upaya

untuk menggunakan perangkat pendidikan KIT IPA menunjukkan

bahwa belajar IPA dipandang sebagai proses aktif yang dapat

meningkatkan hasil belajar. Dari perspektif ini, sumber belajar KIT IPA

dan bagaimana anak berinteraksi dengan materi sesuai dengan tingkat

pemahamannya berdampak pada hasil belajar. Hasil belajar tidak

semata-mata tergantung pada apa yang disajikan guru.

Aspek terpenting dalam belajar sains adalah agar anak-anak

mengenali kesenjangan pengetahuan mereka, ingin tahu tentang ide-ide

baru berkat materi pendidikan KIT, dan dapat menerapkan apa yang

telah mereka pelajari dalam kehidupan sehari-hari. Didukung dengan

baik oleh KIT dan memuaskan rasa ingin tahu anak-anak. Bagaimana

anak-anak mencari informasi, membuat keputusan yang memiliki

potensi lebih besar untuk mempengaruhi diri mereka sendiri dan

masyarakat, dan meningkatkan hasil belajar.

B. Kerangka Pikir

Penggunaan sumber daya KIT IPA di MT memiliki pengaruh yang

signifikan terhadap nilai akhir siswa. Perhitungan kinerja seharusnya

secara teori didasarkan pada hasil yang diperoleh siswa dari berbagai

kegiatan pembelajaran dari siklus pembelajaran pertama dan kedua.


Berikut rangkuman strategi pelaksanaan pembelajaran IPA MÜ: (1) Guru

secara efektif memandu proses pembelajaran; (2) Guru menggunakan alat

peraga sesuai mata pelajaran dari KIT Ilmiah; dan (3) Materi yang

digunakan dalam pedagogi dapat berdampak negatif, sedang, atau positif

terhadap hasil belajar siswa. Dapat digambarkan dalam diagram di bawah

ini:

Gambar 1. Bagan kerangka pikir.

C. Hipotesis Tindakan

Proyek penelitian yang diajukan di kelas adalah “Meningkatkan hasil

belajar siswa kelas IX Mts. Muhammadiyah Pokobulo Kec. Bontoramba

Kab.Jeneponto dengan menggunakan perangkat pembelajaran KIT IPA pada

mata pelajaran Ilmiah dengan hipotesis sebagai berikut: Hasil penelitian siswa
pembelajaran, Ibu Muhammadiyah Pokobulo Kec.Bontoramba Dengan

memanfaatkan sumber belajar KIT IPA pada mata pelajaran keilmuan Kab

Jeneponto dapat ditingkatkan.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Setting dan Subjek Penelitian


1. Setting
1. Penetapan Lokasi Penelitian

Lesson research ini dilakukan dengan menggunakan lokasi di

Mts. Muhammadiyah Pokobulo Kec. Kabin Bontoramba Jeneponto

Kelas VII. Siswa kelas VII berjumlah 33 orang, dengan keterangan

siswa laki-laki 15 orang dan anak perempuan 18 orang. Penelitian ini

akan berlangsung selama dua bulan, mulai Juni hingga Juli 2022.

2. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Struktur Utama Gunung Muhammadiyah Pokobulo Kec

Berbentuk huruf U, Bontoramba Kab Jeneponto memiliki enam

ruang kegiatan belajar dan ruang dewan fakultas yang dibagi

menjadi tiga bagian, termasuk ruang tunggu sekolah dan

perpustakaan/UKS penjualan. Kantor direktur dibagi menjadi lounge

dan musala, keduanya dibatasi oleh dinding penyeimbang.

Halaman sekolah cukup untuk olah raga dan upacara, di

depan di pagari dengan pagar terali besi sementara di samping kiri

dan kanan hanya di pagari dengan kayu dan di belakang tidak di

pagari karena berbatasan dengan kebun sekolah. Taman-taman

cukup tertata dengan rapi, baik yang ada di depan kelas maupun di

sudut-sudut halaman. Setiap ruang kelas memiliki meja, kursi

instruktur dengan lemari, dan semuanya berfungsi dengan baik.


Selain itu, meja dan kursi siswa ditata sedemikian rupa sehingga

proses belajar mengajar berlangsung tanpa gangguan, dan dilengkapi

dengan alat-alat pendidikan seperti SEQIP IPA dan sumber daya lain

yang dapat membantu pembelajaran. Ketersediaan alat ini sangat

membantu dalam memastikan bahwa siswa memahami semua

pelajaran yang telah diajarkan.

Tenaga pengajar pada Mts. Muhammadiyah Pokobulo

Kec.Bontoramba Kab.Jenepontopada umumnya adalah guru-guru

yang berstatus Pegawai Negeri Sipil yang memiliki pengalaman

yang memadai dalam menjalankan tugas pembelajaran di kelas pada

umumya mereka telah mengikuti berbagai penataran dan diklat

dalam rangka meningkatkan wawasan profesionalisme sehingga

mereka mampu menjalankan tugas mendidik siswa dengan efektif.

Adapun jumlah personil guru Mts. Muhammadiyah

Pokobulo Kec.Bontoramba Kab.Jeneponto terdiri atas 11 orang

dengan rincian 1 orang kepala sekolah, 5 orang guru kelas, 1 orang

guru agama, 3 GTT, serta 1 orang penjaga sekolah.

2. Subjek Penelitian

Semua peserta penelitian adalah siswa kelas sembilan dan

instruktur ilmu alam. 33 orang di Bontoramba Kec.

Muhammadiyah Pokobulo Kab. selama tahun ajaran saat ini 2021–

2022. Investigasi memakan waktu dua bulan. Berikut alasan

pemilihan sekolah tersebut: (a) Peneliti sebelumnya pernah bekerja

di bidang pendidikan. (b) lokasi sekolah dengan harga terjangkau.


c) Pimpinan lembaga, pengajar, peneliti, dan staf lainnya menjalin

komunikasi yang harmonis.

B. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Di adopsi dari Mulyadi (2019), prosedur penelitian sebagai berikut:

Gambar 2. Bagan prosedur penelitian.


C. Teknik dan Pengumpulan Data.

Menggunakan informasi yang diberikan sebagai dasar, Mts.

Muhammadiyah Pokobulo Kec. Distrikt Bontoramba. Tanpa

memanfaatkan sumber belajar KIT IPA, kinerja Jeneponto dalam mata

kuliah IPA tidak maksimal. Oleh karena itu, peneliti ini berharap dapat

meningkatkan prestasi akademik siswa kelas 7 dengan memanfaatkan

sumber daya KIT IPA pada mata pelajaran IPA. Data penelitian

dikumpulkan, dan mereka termasuk:

1. Data kinerja siswa mengacu pada seberapa aktif atau antusiasnya

siswa terlibat dalam pembelajaran ketika menggunakan perangkat

pengajaran KIT atau IPA.

2. Hasil belajar (Dokumen) adalah hasil pekerjaan siswa dalam

menyelesaikan soal sesuai dengan materi sifat-sifat Sistem Gerak.

D. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif kualitatif. Tujuan dari analisis ini adalah untuk menggambarkan

semua gejala yang terkait dengan penelitian. Data diolah dan dianalisis

dengan menggunakan deskripsi dan persentase.


Tabel 1. Ketuntasan hasil belajar

Sumber : Buku Pedoman Universitas Negeri Makassar, 2021.

Berdasarkan indikator keberhasilan penelitian ini, data kemampuan

siswa dalam menggunakan sumber belajar KIT IPA meliputi tiga hal yaitu

85% sampai 100% dinilai sangat kompeten, 70% sampai 84% dinilai baik,

dan 69% dinilai cukup atau tidak cukup.

E. Definisi Opoerasional

Definisi operasional berikut harus diberikan untuk mencegah

kesalahpahaman dari terminologi yang digunakan dalam penyelidikan ini:

1. Penggunaan alat peraga KIT IPA adalah pendemonstrasian alat

peraga untuk membantu memperjelas materi bahan ajar.

2. Proses penggunaan alat peraga KIT IPA adalah serangkaian metode

dan tata cara penggunaan alat peraga KIT IPA.

F. Indikator Keberhasilan

Kemampuan mahasiswa dalam menggunakan Science KIT-

Lehrmittel merupakan indikator kunci keberhasilan penelitian ini; jika


konsisten kurang dari 70 maka penelitian tidak berhasil secara signifikan

dan akan dilanjutkan pada siklus berikutnya.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kegiatan

Wawancara singkat dengan ketua jurusan IPA dan guru besar kelas

VII Mts. Muhammadiya Pokobulo mendahului penelitian ini. Berikut

kutipan wawancara dengan para profesor ilmiah:

Peneliti : Assalamualaikum
Guru : Waalaikussalam.
Peneliti : Berapa lama waktu yang kita habiskan untuk mengajar
sains?
Guru : Hanya satu tahun.
Peneliti : Seberapa sering Anda terhubung secara pribadi dengan
orang setiap minggu?
Guru : 3 kali seminggu, yaitu hari Rabu, Jum’at dan Sabtu.
Peneliti : Mungkin ada mata pelajaran lain selain sains, tanya
guru?.
Guru : Ada, yaitu pelajaran KTK
Peneliti : Pernahkah kita sebagai instruktur menggunakan alat
bantu visual saat mengajar sains?.
Guru : hanya dua kali, keduanya pada sifat cahaya.
Peneliti : Keterbatasan apa yang menghasilkan penggunaan alat
peraga yang lebih rendah?
Guru : Sangat berat jika harus membawa alat peraga setiap kali
mengajar karena saya tidak terlalu berpengalaman dalam
menggunakan alat peraga KIT IPA.
Peneliti : Apakah ada di antara kita (guru) yang pernah mengikuti
pelatihan tentang cara menggunakan bahan ajar KIT IPA?
Guru : Belum pernah.
Peneliti : Tujuan penelitian saya adalah menggunakan Science KIT
sebagai alat pengajaran untuk disiplin ilmu. Kapan saya
dapat memulai penelitian saya?.
Guru : Hari Kamis tanggal 9 Juni 2022
Peneliti : apakah Ada buku penunjangnya ?
Guru : Ada
Peneliti : Terimakasih atas bantuanya.

Berdasarkan temuan wawancara dengan guru IPA, diputuskan

untuk menerapkan model pembelajaran dengan menggunakan sumber

belajar KIT IPA pada kelas IPA kelas 7 dan 8 Mts. Muhammadiyah

Pokobulo.

Dilanjutkan dengan ujian masuk pada 9 Juni 2022 untuk menilai

pemahaman awal siswa terhadap materi keilmuan yang tercakup di kelas

VII Mts. Mohammadiyak Pokobulo. Ketrampilan pertama ini akan

digunakan sebagai pedoman dalam menyelesaikan tugas-tugas Zyklus I.

Soal-soal tes pembuka terdiri dari konten yang mengacu pada materi

pelajaran. Hasil pretest diketahui bahwa pemahaman konsep sains siswa

sebesar 27,27%; mereka memperoleh skor minimal 70 dan rata-rata 53,93.

Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa yang belum memahami

prinsip-prinsip IPA yang diajarkan.

B. Paparan Data Proses dan Hasil Penelitian

1. Siklus I
Pada tanggal 9 Juni 2022 telah diluncurkan program

pembelajaran Siklus I dengan materi tentang ciri-ciri sistem gerak.

Ini adalah tindakan yang diambil:


a. Perencanaan

Setelah guru memutuskan untuk menggunakan

sumber Science Kit-Learn ke dalam bahan ajar tentang ciri-

ciri sistem gerak. Kegiatan berikut melibatkan menyiapkan

materi yang akan dibutuhkan untuk melaksanakan tindakan

Zyklus I. Persiapan berikut diperlukan:

1. Menyusun RPP untuk pelaksanaan tindakan Siklus I.

2. Membuat formulir observasi untuk guru dan siswa.

3. Mengubah LKS menjadi alat evaluasi.

b. Pelaksanaan tindakan

Guru dan siswa mengambil bagian dalam kegiatan ini

sebagai pengamat. Peneliti memulai proses pembelajaran

dengan melakukan tugas pendahuluan seperti B. mendidik

mata pelajaran, memunculkan tema pembelajaran, dan

mengevaluasi program ramah anak. Ingatlah untuk

menyertakan tujuan pembelajaran di seluruh kegiatan

pengantar ini, para pendidik.

Setelah kegiatan persiapan selesai, guru melakukan

kegiatan pokok sesuai dengan RPP Siklus I dan materi

pembelajaran. 33 siswa terdaftar untuk kelas ini. Dalam

kegiatan inti ini, instruktur mendefinisikan gaya dan

membahas karakteristik sistem gerak.


Kemudian guru mengecek apakah siswa sudah paham

dengan memberikan contoh cara melakukan sistem gerak

lurus. Pada titik ini, hanya sekelompok siswa terpilih yang

mampu menjawab pertanyaan guru. Juga, instruktur

mengarahkan respons yang sesuai.

Kegiatan selanjutnya adalah guru membimbing siswa

melalui pembuatan sistem gerak sederhana dan meminta

perwakilan masing-masing kelompok untuk

mempresentasikan hasil kerja kelompoknya.

Latihan dasar kemudian diselesaikan oleh guru.

Dosen memberikan penjelasan singkat tentang fungsi dan

sifat-sifat sistem lokomotor. Guru kemudian memberikan

siswa dengan lembar kerja untuk mengukur pemahaman

mereka tentang subjek. Kurangnya waktu menghalangi

instruktur untuk meringkas subjek pada pertemuan ini atau

memberikan pekerjaan rumah apa pun.

Sebuah kutipan tentang siklus pertama pembelajaran:

Peneliti : Apakah Anda siswa siap untuk belajar?


Siswa : Sudah bu!
Peneliti : Baiklah anak-anak, hari ini kita akan belajar apa?
Siswa : Sifat-sifat Sistem Gerakbu!
Peneliti : Pintar, siapa yang sudah pernah melihat Sistem Gerak?.
Siswa : Saya bu ! (hanya 7 orang dari 33 siswa)
Peneliti : Perlihatkan kepada siswa beberapa contoh sistem gerak.
setelah peneliti menjelaskan materi tersebut. Peneliti
(guru) sekali lagi bertanya kepada siswa. Siapa yang
dapat mengklasifikasikan ciri-ciri sistem muskuloskeletal
pada tulang dan otot?
Siswa : Saya bu ! (semua siswa mengangkat tanganya)
Peneliti : memilih Baharuddin untuk menjawab pertanyaan
instruktur di depan kelas.
Siswa : Untuk menjawab pertanyaan guru, maju ke depan kelas
(peneliti).
Peneliti : Apakah jawaban teman kalian sudah benar?
Siswa : Iya, sudah benar bu ! (siswa menjawab serempak)
Peneliti : Selamat; sebutkan dua strategi untuk membuat sistem
langkah langsung?
Siswa : Saya bu!, saya bu!.
Peneliti : Coba Erwin.
Siswa : Menanggapi pertanyaan, Erwin maju ke depan kelas.
Peneliti : ErwAnak-anak, apakah jawaban teman-temanmu masuk
akal?
Siswa : Belum bu!
Peneliti : Siapa yang bisa betulkan?
Siswa : Saya bu! ( Israwati sambil mengangkat tanganya)
Peneliti : Ya, silakan Israwati kedepan kelas.
Siswa : Jawab pertanyaan guru dengan melanjutkan. (peneliti)
Peneliti : Apakah sudah benar jawaban teman kalian?
Siswa : Sudah benar bu!
Peneliti : Baiklah, dia mengajak Israwati merebut kembali kursinya.
Selamat anak muda, jangan lupa pulang dan belajar apa
yang kita pelajari hari ini?

Siswa : Iya bu!

Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa siswa kurang

paham ketika menjawab pertanyaan tentang ciri-ciri sistem gerak.


Inilah mengapa para peneliti dan pendidik akan melanjutkan pekerjaan

mereka di siklus mendatang.

c. Observasi

Dalam pelaksanaan intervensi siklus I diamati penyampaian materi

oleh guru dan penyelesaian RPP. Kegiatan pasca-pelajaran siswa juga

dievaluasi. Hasil pengamatan guru dan siswa menunjukkan apa yang

terjadi selanjutnya:

1) Tidak ada siswa yang pernah menggunakan bahan ajar.

2) Instruktur tidak menjelaskan secara detail tentang materi.

3) Guru memberikan demonstrasi sistem gerak lugas yang kurang

jelas sehingga siswa masih bingung.

4) Guru tidak membimbing dan mendampingi setiap siswa yang

kesulitan mengelompokkan benda-benda yang meliputi sistem

rangka dan otot.

5) Guru tidak memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk

bertanya di depan kelas.

6) Siswa dapat membedakan antara benda yang memiliki mekanisme

gerak dan yang tidak, namun masih ada yang kesulitan.

7) Masih banyak siswa yang belum dapat menyebutkan bahan-bahan

membuat Sistem Gerak sederhana.

8) Tidak semua siswa dapat membuat Sistem Gerak sederhana.

9) Tidak ada siswa yang muncul untuk menjawab pertanyaan guru.


Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama pelaksanaan

tindakan siklus I, tingkat kinerja untuk mempraktekkan keterampilan

yang dipelajari telah mencapai 45,45%. Pada akhir pelaksanaan

tindakan Siklus I akan dilakukan evaluasi. Hanya 45,45% peserta tes

dengan skor rata-rata 63,0 yang mencapai skor minimal 70, menurut

hasil. Berdasarkan temuan penilaian awal pelaksanaan tindakan pada

Siklus I terjadi peningkatan sebesar 18,18% atau dari 27,27% menjadi

45,45%, dan siswa memenuhi syarat poin minimal 70. Selain itu,

terdapat rata-rata meningkat dari 63,0 sampai saat ini, dari 53,93

menjadi 63,0. Evaluasi implementasi Zyklus I terhadap hasil

pengukuran menunjukkan bahwa kelima indikator kinerja yang telah

ditetapkan tidak terpenuhi. Artinya penyelidikan atau kelanjutan dari

tindakan siklus pertama pada siklus kedua.

Berdasarkan temuan dari pembelajaran siklus I, kemampuan

siswa dalam menjawab pertanyaan tentang ciri-ciri sistem gerak pada

ansambelnya dalam kaitannya dengan kemampuan belajar dapat

dikategorikan pada tabel di bawah ini:

Tabel 2. Data hasil pembelajaran siklus I


Berdasarkan tabel di atas, dari 33 siswa, 18 siswa menjawab benar

tidak pada soal dengan skor persentase 54,55%, sedangkan 15 siswa

menjawab ya dengan benar pada soal dengan skor persentase 45,45%.

Data tersebut tidak sesuai dengan indikator keberhasilan nomor 70.

Oleh karena itu penelitian ini akan dilanjutkan pada Siklus II.

d. Refleksi

Indikator kinerja yang ditetapkan belum terpenuhi dan belum

sesuai dengan harapan program pembelajaran, atau Dengan kata lain,

masih ada celah atau kelemahan berdasarkan evaluasi dan pengamatan

yang dilakukan selama Zyklus I. tindakan. kemudian dikembalikan ke

siklus berikutnyaIndikator kinerja yang ditetapkan belum terpenuhi

dan belum sesuai dengan harapan Program pembelajaran atau dengan

kata lain masih terdapat kesenjangan atau permasalahan berdasarkan

evaluasi dan observasi yang dilakukan selama pelaksanaan kegiatan

Zyklus I. kemudian dikembalikan ke siklus sebelumnya.

2. Siklus II
Kegiatan Siklus II dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 31 Mei

2008. Hasilnya, dilakukan tindakan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Peneliti dan pendidik mempersiapkan kegiatan Zyklus II

dengan harapan agar kekurangan atau kekurangan Zyklus I dapat

diminimalkan sebagai hasil observasi, evaluasi, dan refleksi yang

dilakukan terhadap pelaksanaan kegiatan Zyklus I.

Untuk mengatasi kekurangan pada siklus I dilakukan tindakan

sebagai berikut:

1. Guru harus mengkomunikasikan tujuan pembelajaran

2. Guru harus sadar diri agar siswa memperhatikan dengan seksama

apa yang diajarkan guru.

3. Guru harus membimbing siswa secara adil.

4. Keterampilan manajemen waktu yang efektif diperlukan guru

agar semua tahapan kegiatan dan rencana pelajaran dapat

diselesaikan.

Peneliti dan guru sedang mengembangkan RPP baru, catatan

observasi, dan lembar kerja siswa selain rencana perbaikan tersebut di

atas untuk pelaksanaan tindakan siklus II.

b. Pelaksanaan tindakan

Selama pelaksanaan tindakan siklus kedua, peneliti mencoba sekali

lagi melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rancangan program


pembelajaran. Selain itu, penyelidik telah mengambil tindakan korektif

seperti yang direncanakan selama fase perencanaan.

Dengan menggunakan bahan ajar dari KIT IPA yang berjumlah

33 siswa, pembelajaran dilanjutkan. Instruktur memberikan informasi

tentang materi pembelajaran, termasuk karakteristik sistem

muskuloskeletal. Instruktur kemudian menjelaskan secara singkat

pengertian sistem gerak dan ciri-cirinya. Selain itu, instruktur

membagikan lembar kerja dan mengarahkan siswa.

Berikut adalah contoh dari apa yang dipelajari selama kegiatan

pembelajaran siklus II.

Peneliti : Siswa sekalian!, sudah siap untuk belajar hari ini!.

Siswa : Sudah bu!

Peneliti : Oke anak-anak, hari ini kita masih belajar tentang Sistem
Pergerakan. Siapa yang masih ingat apa yang kita pelajari
kemarin?.

Siswa : (Muh. Rizal), saya bu!

Peneliti : Oke, anak-anak. Harap perhatikan apa yang ada di depan.


Saya akan merangkum informasi yang kami bahas
kemarin.

Siswa : Memperhatikan penjelasan guru (peneliti)

Peneliti : Siapa yang bisa menyebutkan 2 macam Sistem Gerak?

Siswa : Saya pak!, saya bu!

Peneliti : Coba Kasmawati

Siswa : Menyebutkan 2 macamSistem Gerak sederhana.

Peneliti : Apakah jawaban teman kalian sudah benar?


Siswa : Sudah benar bu!

Peneliti : Siapa lagi yang akan berpikir untuk menyebutkan tujuan


Sistem Gerak?

Siswa : Saya bu!, saya bu! ( semua berebutan)

Peneliti : Menunjuk ANRIANI

Siswa : Menjawab soal ke depan kelas

Peneliti : Periksa untuk memeriksa apakah respons teman Anda


akurat?.

Siswa : Sudah bu, masih ada yang keliru.

Peneliti : Siapa yang dapat sempurnakan

Siswa : Saya bu!, say bu!

Peneliti : Menunjuk Muhammad

Siswa : Muhammad berdiri di depan kelompok itu untuk


mengoreksi jawabannya.

Peneliti : Bagaimana sudah benar?

Siswa : Sudah benar bu!

Peneliti : Semua orang masuk akal (dengan alis sedikit terangkat)


dan membiarkan Muhammad kembali ke tempat
duduknya. Sekali lagi, anak-anak muda, apa saja jenis
sistem gerak itu?

Siswa : Saya bu!, saya bu!.

Peneliti : Menunjuk Sahrini

Siswa : Sahrini menjawab

Peneliti : Bagaimana dengan jawaban teman kalian?

Siswa : Sudah benar bu!

Peneliti : Ya, bagus sekali, tepuk tangan untuk Sahrini.


1 Dari petikan pembahasan pembelajaran di atas, dapat

disimpulkan bahwa siswa sekarang sudah lebih memahami ciri-ciri

unik alat gerak. Berdasarkan pengetahuan tentang hasil kegiatan

pembelajaran dari Zyklus I dan Zyklus II, tercapai suatu tingkat

pemahaman yang memungkinkan penelitian ini dilakukan di Zyklus

ini.

c. Observasi

Secara keseluruhan, observasi siklus II menghasilkan temuan yang

lebih baik dibandingkan observasi siklus I. Pengamatan berikut

memberikan dukungan untuk ini:

1. Instruktur mengumumkan tujuan pembelajaran.

2. Guru lebih percaya pada pembelajaran siswa daripada di Zyklus I,

yang menarik perhatian siswa pada pelajaran.

3. Profesor mengatur waktunya dengan baik.

Persentase keberhasilan pelaksanaan pembelajaran adalah 100%

berdasarkan observasi yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan

siklus II. Artinya semua komponen RPP dilaksanakan meskipun

hasilnya disinyalir belum sempurna karena masih banyak siswa yang

kesulitan untuk mempertahankan LKS tersebut.


Hasil tes menunjukkan bahwa penguasaan karakteristik

muskuloskeletal siswa meningkat dari siklus I, dengan 45,45% siswa

memperoleh skor 70 menjadi 72,72%. Rata-rata kinerja siswa dalam

menyelesaikan tindakan siklus II adalah 70,45. maka dapat

digambarkan dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 3. Data hasi pembelajaran siklus II

Berdasarkan tabel di atas, 24 siswa dapat menjawab soal

karakteristik sistem gerak dengan skor kurang dari 72,72%, sedangkan

9 siswa dapat menjawab soal dengan skor kurang dari 27,27%.

Hasil evaluasi sifat sistem muskuloskeletal menunjukkan

bahwa 72,72% siswa mendapat skor 70 atau lebih, dengan rata-rata

70,45, menunjukkan indikator kinerja yang ditunjukkan oleh evaluasi

terpenuhi.

d. Refleksi
Kegiatan reflektif tindakan siklus kedua antara peneliti dan

guru dinilai sebagai hasil belajar yang memberikan hasil positif baik

bagi guru maupun peneliti. Temuan peneliti menunjukkan bahwa

penggunaan sumber belajar KIT IPA memberikan hasil belajar yang

terbaik.

Hasil pengamatan dan analisis mengungkapkan bahwa

penelitian di Zyklus II dihentikan, yang merupakan tanda penelitian

berhasil. Tercapainya indikator kinerja dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa tujuan penelitian “Meningkatkan hasil belajar

siswa kelas VII dengan penggunaan perangkat pembelajaran dari

skasten IPA di Kelas IPA” adalah layak di Mts. Muhammadiyah

Pokobulo Kec. Bontoramba taxi Jeneponto” telah tercapai. bertemu.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Guru memilih untuk memasukkan penggunaan perangkat

pembelajaran KIT IPA ke dalam bahan ajar tentang ciri-ciri sistem gerak

untuk kelas study in action. Kegiatan berikut melibatkan menyiapkan

materi yang akan dibutuhkan untuk melaksanakan tindakan Zyklus I.

Persiapan berikut diperlukan:

1. Menyusun RPP untuk pelaksanaan tindakan Siklus I.

2. Membuat formulir observasi untuk guru dan siswa.

3. Mengubah LKS menjadi alat evaluasi.

Peneliti dan guru berpartisipasi dalam tindakan ini sebagai

pengamat. Peneliti memulai proses pembelajaran dengan melakukan tugas


awal, seperti memberikan informasi tentang materi yang dibahas,

membuat tema pembelajaran, dan mengevaluasi program anak. Jangan

lupa untuk menyampaikan tujuan pembelajaran selama kegiatan

pembukaan ini ya pak guru.

Setelah kegiatan persiapan selesai, guru melakukan kegiatan pokok

sesuai dengan RPP Siklus I dan materi pembelajaran. 33 siswa terdaftar

untuk kelas ini. Dalam kegiatan inti ini, instruktur mendefinisikan gaya

dan membahas karakteristik sistem gerak.

Guru kemudian menggunakan sistem gerak sederhana sebagai

contoh untuk mengecek pemahaman siswa. Pada titik ini, hanya

sekelompok siswa terpilih yang mampu menjawab pertanyaan guru. Guru

kemudian mengarahkan respon yang sesuai.

Guru meminta perwakilan masing-masing kelompok untuk

membagikan hasil kerja kelompoknya sebelum membimbing siswa

melalui langkah-langkah sistem gerak sederhana pada kegiatan yang akan

datang.

Guru kemudian menyelesaikan kegiatan dasar. Guru menjelaskan

secara singkat pengertian sistem gerak dan ciri-cirinya. Guru kemudian

membagikan LKS untuk mengukur seberapa baik pemahaman siswa

terhadap materi. Karena keterbatasan waktu, instruktur tidak meringkas

materi atau memberikan pekerjaan rumah selama pertemuan ini.

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan selama pelaksanaan

tindakan siklus I, tingkat kinerja untuk mempraktekkan keterampilan yang


dipelajari telah mencapai 45,45%. Pada akhir pelaksanaan tindakan Siklus

I akan dilakukan evaluasi. Hanya 45,45% peserta tes dengan skor rata-rata

63,0 yang mencapai skor minimal 70, menurut hasil. Berdasarkan hasil tes

I Tingkat penerapan pengukuran di Zyklus I meningkat sebesar 18,18%,

atau dari 27,27% menjadi 45,45%, dan siswa memenuhi total poin

minimum yang disyaratkan sebesar 70. Selain itu, ada peningkatan rata-

rata sebesar 63,0 dari 53 ,93 menjadi 63,0 sebelumnya. Evaluasi

implementasi Zyklus I terhadap hasil pengukuran menunjukkan bahwa

kelima indikator kinerja yang telah ditetapkan tidak terpenuhi. Itu

menunjukkan bahwa penelitian lanjutan atau implementasi tindakan

Zyklus I di Zyklus II.

Peneliti dan pendidik mempersiapkan kegiatan Zyklus II dengan

harapan agar kekurangan atau kekurangan Zyklus I dapat diminimalkan

sebagai hasil observasi, evaluasi, dan refleksi yang dilakukan terhadap

pelaksanaan kegiatan Zyklus I.

Tindakan yang diambil tercantum di bawah ini untuk mengatasi

kekurangan siklus I:

1. Guru harus mengkomunikasikan tujuan pembelajaran

2. Guru harus percaya diri agar siswa memperhatikan dengan seksama

apa yang diajarkan guru.

3. Guru harus membimbing siswa secara adil.

4. Keterampilan manajemen waktu yang efektif diperlukan guru agar

semua tahapan kegiatan dan rencana pelajaran dapat diselesaikan.


Sebagai bagian dari rencana untuk meningkatkan implementasi

inisiatif Zyklus II, para peneliti dan guru juga membuat rencana pelajaran,

catatan observasi, dan lembar kerja untuk siswa.

Selama pelaksanaan tindakan siklus kedua, peneliti mencoba sekali

lagi melaksanakan pembelajaran sesuai dengan rancangan program

pembelajaran. Selain itu, penyelidik telah mengambil tindakan korektif

seperti yang direncanakan selama fase perencanaan.

Dengan menggunakan bahan ajar dari KIT IPA yang berjumlah 33

siswa, pembelajaran dilanjutkan. Instruktur memberikan informasi tentang

materi pembelajaran, termasuk karakteristik sistem muskuloskeletal.

Instruktur kemudian menjelaskan secara singkat pengertian sistem gerak

dan ciri-cirinya. Selain itu, instruktur membagikan lembar kerja dan

mengarahkan siswa.

Secara keseluruhan hasil observasi siklus II lebih baik dari hasil

siklus I. Hal ini dibuktikan dengan pengamatan berikut:

1. Instruktur mengkomunikasikan tujuan pembelajaran

2. Guru lebih percaya pada pembelajaran siswa dibandingkan dengan

Siklus I, akibatnya perhatian siswa terhadap pelajaran meningkat.

3. Profesor mengatur waktunya dengan baik.

Berdasarkan temuan observasi yang dilakukan selama pelaksanaan

kegiatan siklus kedua, tingkat kinerja mempraktekkan pembelajaran adalah

100%. Artinya, setiap komponen RPP dilaksanakan, meskipun hasilnya


dinilai kurang reliabel karena sebagian siswa masih belum mampu

menyelesaikan LKS.

Hasil tes menunjukkan bahwa penguasaan karakteristik

muskuloskeletal siswa meningkat dari siklus I, dengan 45,45% siswa

memperoleh skor 70 menjadi 72,72%. Rata-rata kinerja siswa dalam

menyelesaikan tindakan siklus II adalah 70,45. maka dapat digambarkan

dalam tabel sebagai berikut:

Hasil evaluasi sifat sistem muskuloskeletal menunjukkan bahwa

72,72% siswa mendapat skor 70 atau lebih, dengan rata-rata 70,45,

menunjukkan indikator kinerja yang ditunjukkan oleh evaluasi terpenuhi.

Peneliti dan guru melakukan latihan refleksi selama siklus tindakan

kedua. Latihan-latihan ini dievaluasi sebagai hasil pembelajaran karena

menghasilkan hasil yang menggembirakan bagi peneliti dan ahli materi

pelajaran. Temuan peneliti menunjukkan bahwa penggunaan sumber

belajar KIT IPA memberikan hasil belajar yang terbaik.

Hasil pengamatan dan analisis mengungkapkan bahwa penelitian di

Zyklus II dihentikan, yang merupakan tanda penelitian berhasil.

Pencapaian indikator kinerja dalam penelitian ini menunjukkan bahwa

tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas

IX Mts. Muhammadiyah Pokobulo Kec. Bontoramba taxi Jeneponto

dengan menggunakan perangkat pembelajaran dari kit scientific” telah

terpenuhi.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah pembahasan dan temuan kajian, dapat ditarik kesimpulan

sebagai berikut:

1. Jika digunakan pada mata pelajaran IPA dengan tema karakteristik

muskuloskeletal, sumber daya KIT IPA dapat meningkatkan

pemanfaatan sumber daya tersebut oleh siswa kelas VII di Gunung

Muhammadiyah Pokobulo Kecamatan Bontoramba Kabupaten

Jeneponto.

2. Mekanisme dan tata cara penggunaan sumber daya KIT secara tepat

pada mata kuliah IPA pada topik sifat muskuloskeletal memungkinkan

penerapan proses penggunaan sumber daya ilmiah KIT.

B. Saran

Rekomendasi berikut dapat dibuat sehubungan dengan temuan penelitian:


1. Setelah mengenal peralatan KIT ilmiah, ikuti petunjuk penggunaan

peralatan KIT yang benar..

2. Bagi sekolah khususnya Mts.Muhammadiyah Pokobulo Kec.

Bontoramba Kab. Jeneponto bahwa pemanfaatan sumber belajar KIT-

IPA sebagai salah satu alternatif untuk meningkatkan prestasi

akademik siswa dalam bidang ilmu pengetahuan alam dimungkinkan.

DAFTAR PUSTAKA

Amir. 2018. Usulan Penelitian Tindadakan Kelas.Parepare. Universitas Negeri


Makassar.
Arsyad, Azhar. 2018. Media Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta.

Arikunto, S. 2001. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

Budimansyah, D. 2002. Model Pembelajaran Berbasis Portofolio. Bandung:


Grasindo.

Gulo, W. 2002.Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widyasarana


Indonesia.
Badudu. 2015. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Jakarta : Pustaka Harapan.

Bundu, Patta. 2018. Penilaian Keterampilan Dasar Sikap Ilmiah Dalam


Pembelajaran Sains di SMP. Jakarta : Departemen Pendidikan
Nasional
Darwis. 2018. Pengubahan Perilaku Menyimpang Murid SMP. Jakarta :
Departemen Pendidikan Nasional
Dahar, R. W. 1989. Teori-teori Belajar. Bandung: Erlangga.

Djajadisastra, J. 1982. Metode-metode Mengajar. Bandung: Angkasa.

Diknas. 2018. Petujuk Pengembangan Media Pembelajaran. Jakarta: Dikdasmen


Depdiknas
----------. 2018. Pedoman Penilaian Ranah Kognitif. Jakarta: Dikdasmen
Depdiknas.
Djamarah. 2018. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Hasbullah. 2018. Kelebihan menggunakan alat Peraga KIT. Bandung: Sinar Mas

Karimah. 2018. Alat Peraga KIT. Jakarta: Rineka Cipta

Mulyadi. 2017. Penelitian Tinadaka Kelas. Semarang : Lembaga Penjamin Mutu


Pendidikan.

Moedjiono. 2018. Model Pemanfaatan KIT IPA SMP yang Efektif Untuk
PeningkatanKualitas Pembelajaran IPA. Jakarta : Lembaga Penelitian
IKIP Yogyakarta.

Moejadi. 2017. Konsep Alat Peraga IPA , Bandung ; Penerbit Sinas Mas
Raka, Joni. 2017. Implikasi terhadap Sistem Pengajaran. Jakarta: Proyek
Pengembangan Pendidikan Guru, Depdikbud.
Ratna. 2018. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Menengah Pertama.
Jakarta : Depdiknas.
Samatowo, Usman. 2017. Bagaimana Membelajarkan IPA di Sekolah Menengah
Pertama. Jakarta : Depdiknas.
Sudjana, Nana, 2018. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung :
Penerbit Sinar Baru
Sokarno. 2017. Media Pembelajaran. Jakarta: Proyek Pengembangan Pendidikan
Guru, Depdikbud
Shadely. 2019. Menjadi Guru Profesiona dengan menggunakan Alat Peraga
KITl.Penerbit Sinar Baru

Anda mungkin juga menyukai