Anda di halaman 1dari 46

ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT

KECAMATAN MORONGE KABUPATEN TALAUD

HASIL PENELITIAN

Virginia Tucunan
NIM : 2021321005

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON
2023
ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT
KECAMATAN MORONGE KABUPATEN TALAUD

HASIL PENELITIAN

Virginia Tucunan
NIM : 2021321005

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON
2023

ii
ETNOBOTANI TUMBUHAN OBAT PADA MASYARAKAT
KECAMATAN MORONGE KABUPATEN TALAUD

HASIL PENELITIAN

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Akademik


Penyelesaian Studi di FMIPA UKIT

Virginia Tucunan
NIM : 2021321005

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM UNIVERSITAS KRISTEN INDONESIA TOMOHON
202
HALAMAN PENGESAHAN
iii
Judul : Etnobotani Tumbuhan Obat Pada Masyarakat
Kecamatan Moronge Kabupaten Talaud.

Nama Mahasiswa : Virginia Tucunan

Nomor Induk Mahasiswa : 2021321005

Menyetujui :
Komisi Pembimbing
Ketua,

Douglas N. Parenta, S.Farm., M.Farm


NIDN : 0920128904

Anggota, Anggota,

Apt. Christel Sambou, S.Farm., M.Farm Dr. Friska M. Montolalu, M.Si


NIDN : ………. NIDN : ……….

Dekan, Ketua Program Studi

Wilmar Maarisit, S.Ik., M.Sc., PhD Douglas N. Parenta, S.Farm., M.Farm


NIDN : 031807902 NIDN : 0920128904

Tanggal Seminar : . . . . . . . . . . . . . . . . . .

iv
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa

atas berkat dan tuntunan-Nya sehingga penulis dapat menyusun makalah

usul penelitian ini dengan judul Etnobotani Tumbuhan Obat Pada

Masyarakat Kecamatan Moronge Kabupaten Talaud pada Program

Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA

UKI Tomohon) dengan tidak kurang suatu apapun.

Penulis berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada Penasehat

Akademik, Ibu Selvana S Tulandi, S.Si., M.Si. karena telah membantu,

membimbing dan memotivasi penulis dalam penyelesaian makalah usul

penelitian ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Rektor Universitas Kristen Indonesia Tomohon

(UKIT) : Pdt. Dr. Arthur Reinhard Rumengan, M.PdK

v
2. Bapak Dr. Wilmar Maarisit, S.IK., M.Sc, sebagai Dekan

Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

Universitas Kristen Indonesia Tomohon.

3. Ibu Jeane Mongi, S.Si., MARS., Apt, sebagai Wakil Dekan I

Bidang Akademik

4. Ibu Yessie K. Lengkey, S.Si., M.Si sebagai Wakil Dekan II

Bidang Administrasi Umum dan Keuangan

5. Douglas N. Pareta, S.Farm., M.Farm sebagai Ketua

Program Studi Farmasi.

6. Seluruh Dosen Pengajar dan Tata Usaha Fakultas MIPA

yang telah membantu kelancaran dalam perkuliahan.

7. Orang Tua, Keluarga Besar karena telah memberikan

dukungan moril dan materil selama proses pembuatan

makalah ini.

8. Teman-teman Farmasi Fakultas MIPA karena telah

memberikan semangat dalam pembuatan makalah usul

peneitian ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu

persatu yang telah turut serta membantu penulis selama

pembuatan makalah usul penelitian ini.

atas motivasi dan semua bentuk topangan spiritual serta bantuan

materil kepada penulis.

Penulis sadari dalam penyusunan ini tentu masih terdapat

kekurangan. Untuk itu lewat usulan penelitian ini penulis harapkan

vi
bimbingan sehingga makalah ini dapat dipertanggung jawabkan

secara akademik.

Tomohon, … Maret 2023

Penulis

DAFTAR ISI

COVER DEPAN....................................................................................................i
SAMPUL KEDUA.................................................................................................ii
HALAMAN JUDUL...............................................................................................iii
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................iv
KATA PENGANTAR............................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................vii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. ix
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................... x
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1. Latar Belakang.................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................4
1.3. Batasan Masalah..............................................................................4
1.4. Tujuan Penelitian..............................................................................5
1.5. Manfaat Penelitian............................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6


2.1. Tumbuhan Obat................................................................................6
2.1.1. Pengertian Tumbuhan Obat...................................................6
2.1.2. Manfaat Tumbuhan Obat.......................................................6
2.2. Etnobotani.........................................................................................8
2.2.1. Pengertian Etnobotani............................................................8
2.2.2. Manfaat dan Peran Etnobotani...............................................8
2.3. Deskripsi Kecamatan Moronge.........................................................9

vii
BAB III METODE PENELITIAN.........................................................................11
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.........................................................11
3.2. Alat dan Bahan Penelitian...............................................................11
3.2.1. Alat........................................................................................11
3.2.2. Bahan....................................................................................11
3.3. Populasi dan Sampel......................................................................11
3.3.1. Populasi............................................................................... 11
3.3.2. Sampel.................................................................................12
3.4. Desain Penelitian............................................................................12
3.5. Cara Kerja.......................................................................................12
3.5.1. Studi Pendahuluan...............................................................12
3.5.2. Tahap Observasi dan Pengambilan Data............................13
3.5.3. Dokumentasi Tumbuhan......................................................13
3.6. Variabel Penelitian..........................................................................13
3.7. Analisis Data...................................................................................13
3.7.1. Tabulasi................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................15
LAMPIRAN........................................................................................................ 17

viii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Teks Halaman

1 Gambar Peta Kecamatan Moronge................................... 10

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Teks Halaman

1 Kuisioner Pemanfataan Tumbuhan Obat di Desa


Moronge, Kecamatan Moronge, Kabupaten
Kepulauan Talaud………………………………….. 17

2 Identitas Responden Di Sekitar Desa Moronge,


Kecamatan Moronge, Kabupaten Kepulauan
Talaud……………………………………………….. 22
.

x
BAB I. PENDAHULUAN

1.1 . Latar Belakang

Indonesia merupakan negara tropis yang terkenal akan keindahan

dan kekayaan flora faunanya, yang terdiri dari berbagai pulau, suku, adat

istiadat dan budaya (Sutarno & Setyawan, 2015). Menurut data

KPPN/Bappenas (2016) dan Widyatmoko (2019) keanekaragaman

spesies flora yang ada di Indonesia mencapai 108.558 spesies, 89.323

untuk kelompok tumbuhan berspora dan 19.232 spesies tumbuhan

berbunga. Jumlah saat ini total lebih dari 1,5 juta spesies tumbuhan

berspora dan 369.000 tumbuhan berbunga di dunia telah berhasil

diidentifikasi. Aziz et al. (2018) sehingga Indonesia mendapat julukan

sebagai negara “megabio-diversity”, yang mana sekitar 26% spesies

tumbuhan telah dibudidayakan dan sisanya 74% masih tumbuh di alam

liar. Lebih lanjut PT.

Sido Muncul (2015) menyatakan bahwa untuk ribuan spesies dari

jumlah tersebut mewakili 90% tumbuhan obat yang terdapat di wilayah

Asia. Sekitar 7.500 atau 25% spesies diketahui mempunyai khasiat

sebagai tumbuhan obat. Akan tetapi hanya 1.200 spesies saja yang

sudah dimanfaatkan untuk bahan baku obat-obatan herbal. Oleh karena

itu perlu dilakukan adanya penelitian untuk mengeksplorasi tumbuhan

obat yang ada di Indonesia. Sebagaimana yang dikemukakan Sari (2018)

tumbuhan obat adalah suatu spesies tumbuhan atau bagian tumbuhan

yang memiliki khasiat obat dan digunakan sebagai bahan obat untuk

meningkatkan sistem kekebalan tubuh (immune system), pencegahan,

1
maupun penyembuhan penyakit. Tidak berhenti sampai disitu, berbagai

macam spesies tumbuhan obat juga telah dimanfaatkan sebagai bahan

rempah-rempah dalam meracik atau membuat masakan sehari-hari, yang

berasal dari organ tumbuhan seperti daun, batang, akar, dan bunga.

Indonesia memiliki kekayaan pengetahuan mengenai tradisi

pengobatan tradisional, baik secara tertulis maupun secara lisan, yang

ditansformasikan dari satu generasi ke generasi berikutnya. Penggunaan

obat tradisional pada zaman modern ini mulai popular, terlebih dengan

gencarnya tren kembali ke alam (back to nature) dan peningkatan (healthy

lifestyle), kondisi tersebut menjadikan obat tradisional dengan bahan baku

tumbuhan yang diketahui mempunyai khasiat obat ramai digunakan

lantaran mudah untuk didapatkan dan tidak mengeluarkan biaya yang

banyak. Lebih lanjut masyarakat memilih pengobatan tradisional

dikarenakan tingginya efek samping dari penggunaan obat kimia sintetik

serta jauhnya jarak dari sarana kesehatan (Ismail, 2015).

Pengetahuan pengobatan tradisional lebih banyak dikuasai oleh kaum

tua, generasi muda saat ini kurang termotivasi untuk menggali dan

mempelajarinya. Begitu juga kurangnya upaya untuk

mendokumentasikan pengetahuan pengobatan tradisional yang sampai

saat ini lebih sering menggunakan tradisi lisan daripada

mentransformasikannya ilmu pengetahuan obat tradisional tersebut

dengan sebuah bentuk tulisan dalam tujuan pelestariannya. Hal

semacam itu yang mengakibatkan warisan budaya pengobatan tradisional

lambat laum akan mengalami kepunahan dan hilang oleh arus zaman

2
(Sari, 2018).

Modernisasi zaman dapat menyebabkan hilangnya pengetahuan

tradisional yang telah dimiliki oleh masyarakat dari warisan nenek

moyangnya. Hal tersebut juga terlihat dari beberapa daerah di Indonesia

yang telah mengalami perkembangan dari segi pengetahuan dan juga

kebutuhan yang semakin modern, dengan bersamaan akan menggeser

pengetahuan lokal masyarakat setempat serta akan mengakibatkan

terkikisnya resep ramuan pengobatan tradisional yang telah ada sejak

zaman terdahulunya. Hal ini sejalan dengan pemikiran Zamzami (2013)

bahwa hilangnya pengetahuan pengobatan tradisional dikarenakan

terputusya transformasi pengetahuan dari generasi tua ke generasi

juniornya, serta alih fungsi lahan hutan menjadi kawasan industrialisasi

sehingga semakin berkurangnya tumbuhan obat sebagai bahan baku

pengobatan.

Kontribusi etnobotani diantaranya berpotensi untuk mengungkapkan

pengetahuan lokal (indigenous knowledge) masyarakat. Pengkajian atau

eksplorasi etnobotani juga menjadi suatu bentuk konservasi terhadap

kekayaan intelektual mengenai pengetehuan dan budaya tradisional

tentang keanekaragaman tumbuhan obat, begitu juga dari biopiraci bagi

kepentigan industrialisasi farmasi, dan juga dapat memperkuat identitas

etnik masyarakat, disamping itu etnobotani merupakan implikasi dalam

penemuan obat-obat baru (Wulandari, 2016).

Pengetahuan lokal yang dimiliki oleh masyarakat Kecamatan

Moronge tersebut, diperlukan adanya suatu bentuk pendokumentasian

3
dan penelitian sebagai satu diantara yang ada upaya konservasi

pengetahuan terhadap budaya pemanfaatan spesies tumbuhan obat

sebagai pengobatan. Penelitian tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai

obat tradisioal di masyarakat Desa Moronge belum pernah dilakukan

sebelumnya, sehingga hal ini mengindikasikan bahwa belum adanya

publikasi ilmiah terkait pemanfaatan tumbuhan sebagai obat di

masyarakat Desa Moronge.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan diatas,

penelitian ini penting untuk dilakukan sekaligus sebagai upaya

menggiatkan kembali tradisi mengkonsumsi obat tradisional pada

masyarakat, maka dalam penelitian ini diambil sebuah judul penelitian

“Etnobotani Tumbuhan Obat pada masyarakat Kecamatan Moronge

Kabupaten Talaud”.

1.2. Rumusan Masalah

a. Tumbuhan apa yang dimanfaatkan oleh masyarakat

Kecamatan Moronge, Kabupaten Talaud ?

b. Bagaimanakah cara masyarakat Kecamatan Moronge dalam

memanfaatkan tumbuhan sekitar ?

c. Bagaimana penggunaan dan cara pengolahan tumbuhan obat ?

1.3. Batasan Masalah

a. Subyek penelitian ini terbatas pada masyarakat Kecamatan

Moronge.

4
b. Parameter penelitian ini terbatas pada jenis tumbuhan obat,

manfaat tumbuhan obat, macam organ tumbuhan yang

digunakan, dan cara penggunaan tumbuhan obat sebagai

pengobatan tradisional.

c. Informan yang diwawancarai untuk mendapatkan data

pengetahuan obat tradisional pada penelitian ini sebanyak 3

orang (Kepala Desa, Kepala Adat dan dukun kampung).

1.4. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Keanekaragaman tumbuhan obat apa saja

yang dimanfaatkan dalam pengobatan oleh masyarakat

Kecamatan Moronge.

b. Untuk mengetahui bagaimana cara pemanfaatan tumbuhan

untuk pengobatan oleh masyarakat Desa Moronge.

c. Untuk mengetahui penggunaan dan cara pengolahan tumbuhan

obat oleh Masyarakat Desa Moronge.

1.5. Manfaat Penelitian

a. Diperolehnya informasi ilmiah tentang pengetahuan lokal

tumbuhan obat untuk pengobatan tradisional oleh masyarakat

Kecamatan Moronge.

b. Diperolehnya informasi tentang jenis tumbuhan obat dan jenis-

jenis penyakit yang dapat diobati menggunakan bagian dari

tumbuhan obat yang bermanfaat sebagai alternatif pengobatan

5
dalam meningkatkan Kesehatan masyarakat Desa Moronge.

c. Sebagai data etnobotani tumbuhan obat, serta sebagai rujukan

untuk penelitian selanjutnya.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tumbuhan Obat

2.1.1. Pengertian Tumbuhan Obat

Tumbuhan obat merupakan sumber yang kaya akan senyawa

bioaktif sehingga banyak penyakit manusia yang dapat diobati dengan

pengobatan nabati (Ahmad et al., 2020). Menurut Herbie (2015)

tumbuhan obat diartikan sebagai jenis tumbuhan yang seluruh bagiannya

digunakan sebagai obat, bahan, atau ramuan obat-obatan. Tumbuhan

obat juga dapat dibedakan menjadi tiga golongan, yaitu: Tumbuhan obat

tradisional, merupakan jenis tumbuhan yang diketahui atau dipercaya

memiliki khasiat obat dan telah dimanfaatkan sebagai bahan baku obat

tradisional. Kemudian tumbuhan obat modern adalah jenis tumbuhan

yang secara ilmiah terbukti mengandung senyawa obat atau senyawa

bioaktif dan dapat dipertanggung jawabkan kegunaannya secara medis.

Serta tumbuhan obat potensial, merupakan jenis tumbuhan yang diduga

mengandung atau memiliki senyawa obat atau bahan bioaktif namun

penggunaannya belum terbukti secara ilmiah dan medis sebagai bahan

obat.

2.1.2. Manfaat Tumbuhan Obat

Penggunaan tumbuhan dalam pengobatan manusia telah

didokumentasikan dengan baik. Bahan yang disediakan oleh tumbuhan

6
memiliki berbagai macam khasiat obat. Secara global orang bergantung

pada jamu sebagai kebutuhan perawatan kesehatan primer. Selanjutnya,

jumlah tumbuhan yang direkomendasikan sebagai obat herbal terus

meningkat, di mana biaya perawatan medis modern dianggap lebih mahal.

Oleh karena itu, fokus ilmu pengetahuan tentang tumbuhan yang

digunakan dalam pengobatan herbal semakin meningkat. Pengetahuan

tentang pemanfaatan tumbuhan obat diperoleh melalui dokumentasi

pengetahuan tradisional yang tertulis secara ilmiah telah digunakan

sebagai rujukan oleh dokter dan institusi, serta masyarakat atau kelompok

etnis. Pengelolaan tumbuhan obat berfokus pada pendekatan lokal yang

melibatkan pengetahuan obat tradisional. Yang menarik adalah sejauh ini

yang dilakukan di negara berkembang sebagian besar berfokus pada

inventarisasi, pemanfaatan, dan konservasi tumbuhan obat. Berbagai

rekomendasi telah disusun terkait dengan konservasi tumbuhan obat

(Wanjohi, 2020).

Tumbuhan obat tidak hanya digunakan sebagai obat serta

mempunyai sekian banyak khasiat lain ialah : sebagai peningkat gizi,

bahan bumbu ataupun bahan masakan serta menaikkan keelokan

(estetika). Khasiat yang dihasilkan dari tumbuhan obat untuk masyarakat,

bisa digolongkan jadi 3 jenis manfaat, yang awal dari sisi ekonomi buat

mengurangi dampak ketergantungan pemakaian obat kimia, pula

tingkatkan pengetahuan warga tentang tumbuhan obat, dan tingkatkan

kesehatan masyarakat. Kedua, sebagai nilai tambah dari sisi area hidup

supaya terus menjadi indah serta asri sehabis ditanami tumbuhan obat

7
serta bisa kurangi pemanasan global. Kemudian yang terakhir terciptanya

pembelajaran Kesehatan pada warga yang notabene di pedesaan

memiliki keterampilan serta kepandaian yang lebih serta perlu pelestarian

serta pemberdayaan sehingga bisa menaikkan kesejahteraannya (Al-

qamari et al., 2017).

2.2. Etnobotani

2.2.1. Pengertian Etnobotani

Abbasi (2015) mengatakan definisi etnobotani dapat diringkas

dalam empat istilah yaitu Orang, Tumbuhan, Interaksi dan Kegunaan. Itu

terkait dengan hubungan masa lalu dan sekarang antara budaya manusia

dan tumbuhan, hewan, serta organisme lain di lingkungannya. Etnobotani

mempunyai korelasi yang jelas antara praktik budaya manusia dan sub-

disiplin ilmubiologi. Saat ini etnobotani diterima secara luas sebagai ilmu

interaksi manusia dengan tumbuhan dan ekosistemnya. Struktur dasar

penelitian etnobotani adalah untuk meneliti hubungan dinamis antara

populasi dan nilai-nilai budaya manusia. Etnobotani lebih dari sekedar

ilmu yang mempelajari tumbuhan yang bermanfaat bagi manusia, dilain

sisi mengabdikan diri untuk memahami batasan dan konsekuensi dari

perilaku manusia dengan tumbuhan disekitar lingkungannya. Data

etnobotani sangat tinggi signifikannya untuk ahli botani ekonomi, yang

diantaranya untuk mengeksplorasi sumber daya tumbuhan baru, juga

dapat menjadi referensi dalam pemilihan spesies tumbuhan untuk

perencanaan lingkungan perkebunan dan pengembangan obat oleh ahli

8
farmakologi dan fitokimia (Albuquerque, 2017).

2.2.2. Manfaat dan Peran Etnobotani

Secara garis besar manfaat etnobotani memiliki dua keunggulan

yaitu keunggulan ekonomi dan perlindungan sumber daya hayati. Peran

penelitian etnobotani saat ini menunjukkan keuntungan ekonomi, dan

penelitian tersebut dapat mengidentifikasi jenis tumbuhan yang memiliki

potensi ekonomi. Keuntungan lain adalah mengungkapkan sistem

pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam tradisional, serta

perlindungan tradisional plasma nutfah tumbuhan dalam rencana

pemuliaan di masa depan. Agar mampu berkontribusi dalam mendukung

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Purwanto,1999).

Kontribusi etnobotani bagi kehidupan masyarakat saat ini dan di

generasi masa depan sangat luas, dapat disimpulkan bahwa peran

etnobotani sebagai bentuk konservasi tumbuhan, termasuk berbagai

varietas tumbuhan di bidang pertanian dan perkebunan, juga menjamin

keberlangsungan hidup, sumber pasokan makanan, serta ketahanan

pangan lokal, regional dan global. Data yang diperoleh dapat memperkuat

identitas dan nasionalisme, memperbesar keamanan fungsi lahan

produktif, dan menghindari kerusakan lahan. Etnobotani tanpa alasan

mengakui hak masyarakat lokal atas kekayaan sumber daya dan akses

kedepannya. Selain itu, berperan dalam penemuan obat-obatan baru

yang ramah lingkungan, yang pada akhirnya akan menciptakan

kedamaian spiritual dalam hidup (Aziz, 2018).

9
2.3. Deskripsi Kecamatan Moronge

Kecamatan Moronge berada di Pulau Salibabu, salah satu pulau

utama di Kepulauan Talaud. Selain Kecamatan Moronge, di pulau ini ada

Kecamatan Salibabu, Kecamatan Lirung dan Kecamatan Kalongan.

Kecamatan Moronge memiliki luas wilayah 55,97 Km2. Di dalamnya

terdapat enam desa, yakni Desa Moronge, Moronge 1, Moronge II,

Moronge Selatan, Moronge Selatan I, dan Desa Moronge Selatan II.

Badan Pusat Statistik dalam Kecamatan Moronge Dalam Angka Tahun

2021 mencatat jumlah penduduk Kecamatan Moronge pada tahun 2020

sebanyak 3880 jiwa; laki-laki 1986 jiwa dan perempuan 1894 jiwa

(Kecamatan Moronge Dalam Angka Tahun 2021) Dari total penduduk

tersebut, mayoritas bekerja sebagai petani, yaitu sebanyak 725 jiwa.

Adapun tanaman yang dibudidaya, selain tanaman perkebunan berupa

pala, cengkih dan kelapa, mereka juga membudidayakan tanaman

holtikultura seperti bawang merah dan cabe rawit.

10
Gambar 1. Gambar Peta Kecamatan Moronge

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2023, yang

bertempat di Desa Moronge Selatan, Desa Moronge Selatan 1, dan Desa

Moronge Kecamatan Moronge Kabupaten Talaud.

11
3.2. Alat dan Bahan Peneltian

3.2.1. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain :

a. Alat tulis yang digunakan untuk mencatat informasi yang didapat

dari masyarakat.

b. Kamera yang digunakan untuk mendokumentasikan suatu kegiatan

dalam proses penelitian.

3.2.2. Bahan

Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini berupa Pedoman

kuisioner yang digunakan dalam kegiatan wawancara dengan responden.

3.3. Populasi dan sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah masyarakat Kecamatan

Moronge, yaitu Desa Moronge Selatan, Desa Moronge Selatan 1 dan

Desa Moronge. Pemilihan responden ditentukan melalui teknik purposive

sampling, atau dengan prosedur pertimbangan, yaitu orang yang

dianggap mengetahui tentang tumbuhan obat.

3.3.2. Sampel

Sampel terdiri dari Informan kunci, Kepala Desa, dukun atau tabib

dan Ketua Adat. Adapun responden dari tiga desa pada penelitian ini

berjumlah 15 responden, 7 responden pada Desa Moronge Selatan, 5

responden pada Desa Moronge Selatan 1, dan 3 responden pada Desa

Moronge.

12
3.4. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif eksploratif

dengan menggunakan metode survei dan teknik wawancara. Tujuan

survei adalah menentukan lokasi penelitian dan narasumber berdasarkan

tema penelitian. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara

terbuka yang disertai dengan partisipasi aktif peneliti dalam kegiatan

masyarakat PEA (Participatory Ethnobotanical Appraisal).

3.5. Cara Kerja

Pengumpulan data pengetahuan masyarakat Kecamatan Moronge

terhadap tumbuhan obat tradisional dilakukan melalui tahap-tahap

sebagai berikut:

3.5.1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan untuk mengidentifikasi desa yang

akan dijadikan lokasi penelitian, dan mengidentifikasi serta menentukan

informan kunci yang akan memberikan informasi tentang pemanfaatan

tumbuhan obat yang ada di masyarakat yaitu Desa Moronge Selatan,

Desa Moronge Selatan 1, dan Desa Moronge. Untuk nama-nama

informan kunci didapatkan dari tabib atau dukun, Kepala Desa, sesepuh

desa atau ketua adat yang memahami local wisdom masyarakat.

Sedangkan untuk menentukan non informan kunci didapatkan dari

pengguna (orang yang mengkonsumsi) serta pasien dari tabib atau dukun.

3.5.2. Tahap Observasi dan Pengambilan Data

13
Tujuan tahap observasi adalah untuk mendapatkan informasi dari

masyarakat (informan kunci dan non kunci) antara lain: tabib atau dukun,

kepala desa, dan masyarakat yang menggunakannya. Sedangkan untuk

pengambilan data dilakukan melalui teknik survei dan wawancara terbuka

dengan menggunakan pedoman wawancara. Bahasa yang digunakan

adalah bahasa Moronge, dan Indonesia.

3.5.3. Dokumentasi Tumbuhan

Data dari hasil wawancara mengenai pemanfaatan tumbuhan obat

yang telah dilakukan sebelumnya, kemudian dibuktikan dengan adanya

dokumentasi dalam bentuk gambar tumbuhan yang ada dilapangan.

3.6. Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini berupa Pengetahuan Masyarakat

lokal Kecamatan Moronge Mengenai tumbuhan obat yang mencakup jenis

tumbuhan obat, manfaat tumbuhan obat cara pengolahan tumbuhan obat.

3.7. Analisis Data

Data yang di peroleh akan di Analisa secara deskriptif yaitu

dengan mendiskripsikan atau menguraikan keadaan secara objektif dan

disajikan dalam bentuk tabulasi

3.7.1 Tabulasi

Data tumbuhan obat yang diperoleh dikelompokkan dalam bentuk

tabel. Yang terdiri dari nama tanaman, bagian yang digunakan, dan

manfaat.

14
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 sekilas tentang kecamatan Moronge

Kecamatan Moronge merupakan salah satu kecamatan di

kabupaten Talaud provinsi Sulawesi utara. Kecamatan ini terletak di

garis lintang : 3°38’ 00”-5° 33’ 00” lintang utara dan 126° 38’ 00”- 127°

10’ 00” bujur timur. Kecamatan moronge merupakan daerah pesisir

Pantai dengan jumlah wilayah administrasi terdiri dari 6 (enam) desa

yakni desa moronge , desa moronge I, moronga II, Moronge Selatan,

Moronge Selatan I, dan Desa Moronge Selatan II. Luas Kecamatan

Moronge 55,97 Km² dengan jumlah penduduk sebanyak 3880 jiwa yang

terdiri dari laki-laki 1986 jiwa dan Perempuan 1894 jiwa dan sekitar 99.9

% beragama Kristen.

Beberapa fasilitas umum yang terdapat di Kecamatan Moronge

seperti sarana Pendidikan antara lain taman kanak-kanak sebanyak 3

buah, sekolah dasar negeri 1, sekolah dasar inpres 1, sekolah

menengah pertama 1, sekolah menengah atas 1, disamping itu terdapat

beberapa sarana Kesehatan, tempat ibadah dan pasar.

Terkait masalah sarana Kesehatan, puskesmas terdapat di

desa moronge II dengan pelayanan dan fasilitas yang terbatas dengan 1

orang dokter dan 13 paramedis tentu saja ini merupakan jumlah yang

minim mengingat jumlah Masyarakat kecamatan Moronge yang harus

terlayani cukup banyak. Adapun beberapa penyakit yang biasa di derita

oleh Masyarakat Kecamatan Moronge menurut hasil wawancara

dengan pihak Kapus (Kepala Puskemas) Moronge meliputi penyakit-

15
penyakit sebagai berikut : Tipes, jantung, darah tinggi, kolestrol,

diabetes,katarak,diare, kanker, demam, TB paru dan lain-lain. Angka

tertinggu pada penyakit darah tinggi dan diare.

4.2 Hasil dan Pembahasan

Hasil penelitian menunjukan pada umumnya masih banyak Masyarakat

kecamatan Moronge yang memanfaatkan pengobatanh secara

tradisional. Berdasarkan wawancara dengan dukun kampung serta

beberapa penduduk di 3 desa yang terdapat pada kecamatan Moronge

kabupaten Talaud tercatat tidak kurang dari 53 jenis tumbuhan (tabel 1)

yang dimanfaatkan untuk mengobati berbagai penyakit rakyat.

Tumbuhan obat tradisional ini Sebagian ada yang telah dibudidayakan

secara terbatas dan Sebagian masih tumbuh liar di Kawasan

hutan/kebun. Dari hasil wawancara dengan biang dan penduduk

setempat ternyatan bukan hanya penyakit ringan yang di obati secara

tradisonal tapi juga penyakit yang tergolong berat ada 43 jenis penyakit

yang di obati dengan ramuan dari tumbu-tumbuhan diantaranya adalah

sakit muntaber, alergi, batuk, mata merah, patah tulang, penambah

stamina pasca melahirkan, sakit pinggang, penawar racun, sariawan,

mangi (lidah putih pada bayi), saraf terjepit, obat liver, obat maag, ginjal,

amandel, rambut rontok, panu, darah tinggi, demam, sakit kepala, sakit

gigi, gula, diare, penambah asi, keputihan, hilang kesadaran, asma,

tipes, penambah nafsu makan, luka bakar, mengecilkan perut,

meningkatkan imun, menurunkan bengkak, meredakan nyeri,

memperbaiki pencernaan, mencegah kanker, mengatasi susah tidur,

16
menghentikan pendarahan, batu ginjal, bisul, mencegah kekurangan sel

darah merah, nyeri haid, dan perut kembung. Tanaman obat tersebut

dipergunakan secara majemuk ( ramuan dibuat dengan kombinasi

beberapa jenis tanaman obat tertentu).

Tabel 1. Daftar tumbuhan obat yang dimanfaatkan oleh Masyarakat

kecamatan Moronge kabupaten Talaud

No Nama Nama Bagian Bahan Cara Kegunaan


Ilmiah Lokal yang Tambah Penggun
digunak an aan
an
1 Terminalia Sarise Kulit - Direbus, Obat
catappa L. Batang Diminum Muntaber
2 Ficus Tagalolo Getah - Digosok Mengatasi
septica Alergi
Burm f.
3 Coleus Mayana Daun Kunyit, Ditumbuk, Obat batuk
scutellariioi Madu Diperas
des (L.) airnya lalu
Benth. diminum
4 Piper Sirih Batang - Batang Obat Mata
aduncum dipotong Merah
L. sampai
keluar
airnya,
kemudian
teteskan
pada mata
yang sakit
5 Melanoleps Kayu Kulit Minyak Kulit Obat patah
is Kapur Batang Kelapa Batang tulang
multiglandu dikupas
losa lalu
Reinch f. ditumbuk
dicampur
dengan
minyak
kelapa,
kemudian
ditempelk
an
6 Ipomoea Uwi ane Daun - Direbus Obat
pescaprai dan akar lalu penambah
Roth. diminum stamina
bagi Wanita
setelah

17
melahirkan
7 Phyllanthus Dukung Akar Goraka Direbus Sakit
niruri L anak hingga Pinggang
mendidih,
lalu
diminum
8 Phrynium Daong nasi Batang - Tumbuk Obat
pubinerve Daun dan penawar
Blume. yang tempelkan racun akibat
masih gigitan ular
muda atau
serangga
9 Jatropa Saringamb Getah - Dioleskan Obat
curcas L. ong Sariawan,
Obat mangi
(lidah putih)
pada bayi
10 Orthosipho Kumis Akar - Direbus Saraf
n aristatus Kucing terjepit
11 Curcuma Kunyit Rimpang Madu Diparut Obat Liver
domestica lalu dan Obat
Val diperas, maag
air
perasan
dicampur
dengan
madu
12 Averrhoa Belimbing Kulit - Dikupas Obat Ginjal
blimbi L. Botol Batang kemudian
direbus
dan
diminum
13 Strobilanth Kejibeling Daun - Direbus Obat Ginjal
es crispus dan
T. Diminum
14 Kalanchoe Cocor Daun - Ditumbuk Amandel,
blossfeldia Bebe hingga Kanker
na Poeln. halus, Payudara
dikeringka
n lalu
diseduh
dengan air
hangat,
ditumbuk
dan
ditempelk
an pada
area yang
sakit.
15 Aloe vera Lidah Getah - Diteteskan Obat
L. Buaya , Rambut
Dioleskan rontok

18
(kebotakan).
Luka luar
16 Zingiber Goraka Rimpang Madu, Goraka Obat Batuk
officinale Jeruk diparut,
Rosc. nipis ditambahk
an
perasan
jeruk nipis
dan madu
17 Alpinia Lengkuas Rimpang - Digosok Obat Panu
galanga
18 Nasturtium Slada Daun - Direbus Obat darah
officinale tinggi
19 Persea Alpukat Daun - Dimasak, Demam,
americana diminum tekanana
P.Mill. darah tinggi,
Diare
20 Bambusa Bulu Pucuk Daun Diremas, Sakit Kepala
sp. Kuning daun Obotobo Ditempelk
, daun an
sirih
21 Allium Bawang Umbi - Direndam Obat
sativum L. Putih lapis di air Tekanan
panas, darah tinggi
Diminum
22 Syzygium Cingke Buah - Ditumbuk, Sakit Gigi
aromaticu Ditempelk
m (L.) an
Merr. & L.
M. Perry
23 Zea mays Wuakanga Buah - DImasak, Gula
L. Dimakan
24 Psidium Jambu Daun - Dikunya, Diare
guajava L. Diminum
25 Cocos Kalapa Air Gula Diminum Keracunan,
nucifera L. merah, loyo,
Garam, muntah-
kuning muntah,
telur penyakit
dalam,
magh
26 Moringa Kelor Daun Air Dimasak, Penambah
oleifera dimakan asi, Mata
Lam
27 Hibiscus Bunga Bunga, - Dimasak, Keputihan
rosa- sepatu Akar Diminum
sinensis L.
28 Sechium Sambiki Buah - Diparut, Darah
edule diminum tinggi, hilang
(Jacq.) Sw. Diparut, kesadaran
dioleskan
29 Swietenia Mahoni Buah, - Dimasak, Asma

19
mahagoni Biji, diminum Demam
(L.) Jacq. Daun DImasak, Gatal-gatal
diminum
Dimasak,
diolesi
30 Carica Pepaya Daun - Dimasak, Demam,
papaya L. Muda diminum Asma, obat
dalam,
tipes, sakit
kepala, gula
31 Cymbopog Bramakusu Akar Garam DImasak, Penambah
on nardus Daun Diminum nafsu
L. Rendle makan,
Sakit gigi,
penyakit
dalam
32 Colocasia Bete Getah - Dioleskan Luka Luar
gigantea
(Blume)
Hook f.
33 Curcuma Temulawak Rimpang - Diparut, Mengecilkan
xanthorrhiz Diminum Perut
a Roxb.
34` Cucumis Ketimun Buah - Dimakan Darah tinggi
sativus L.
35 Solanum Tomat Buah - Dimakan Sariawan
lycopersicu
m L.
36 Gynura Sambung Daun - Direbus Meningkatk
procumben Nyawa dan airnya an
s diminum kekebalan
tubuh,
37 Piper Sirih Merah akar - akar Menurunkan
crocatum direbus bengkak,
lalu airnya meredakan
diminum nyeri
38 Pluchea Beluntas Daun, - Direbus, Meredakan
indica batang lalu airnya batuk,
diminum memperbaik
i
pencernaan
39 Curcuma Kunyit Rimpang - Ditumbuk membantu
aeruginosa Hitam dan pencernaan,
direbus Mencegah
lalu airnya Kanker
diminum
40 Datura Bunga Daun, - Direbus, Meredakan
metel trompet bunga lalu airnya nyeri,
diminum Mengatasi
Susah tidur
41 Plumeria Bunga Getah - Dioleskan Mengobati
acuminate, Kamboja langsung Luka

20
W.T.Ait diluka bernanah
42 Phyllanthus Daun Seluruh - Direbus, Meringanka
niruri Dewa tanaman lalu airnya n batu
diminum ginjal,
meningkatk
an fungsi
hati
43 Andrograp Sambiloto Daun, - Direbus, Meredakan
his batang lalu airnya demam,
paniculata diminum antiinflamasi
,
meningkatk
an sistem
kekebalan
44 Jatropha Daun Jarak Daun - Direbus, Mengatasi
curcas lalu airnya gangguan
diminum. pernapasan,
Daun mengobati
Ditampal bisul,
45 Tinospora Tali Pait Batang, -- Rebus Meningkatk
crispa daun batang an sistem
atau daun, kekebalan,
lalu airnya membantu
diminum pencernaan
46 Anredera Binahong Daun, - Panaskan Mempercep
cordifolia batang daun lalu at
tampal penyembuh
pada luka an luka,
Direbus, mengatasi
Lalu asma,
airnya antiinflamasi
diminum
47 Vigna Kacang Biji, - Direbus, Mencegah
radiata hijau buah lalu airnya kekurangan
diminum sel darah
merah
48 Phaleria Mahkota Buah - Rebus Membantu
macrocarp Dewa buah, mengatasi
a (var. Kuning minum diabetes,
yellow) airnya, antiinflamasi
ekstrak ,
meningkatk
an imunitas
49 Plectranthu Daun Daun - Daun Antioksidan,
s Loyang diolah meredakan
scutellarioi menjadi batuk,
des minuman membantu
atau pencernaan
campuran
makanan
50 Graptophyll Ronga Daun - Direbus, Kanker,
um pictum Ungu lalu airnya Mengatasi

21
diminum, radang
Air tenggorokan
rebusan
dikumur
51 Cosmos Bunga Tai Bunga, - Direbus, meredakan
caudatus Ayam daun lalu airnya demam,
diminum Asma

52 Hydrocotyl Leda Kuda Seluruh - Direbus, Diabetes


e tanaman lalu airnya
sibthorpioid diminum
es
53 Cinnamom Kayu Kulit - Direbus, Meredakan
um verum Manis kayu lalu arinya nyeri haid
diminum

Pemanfaatan pengobatan tradisonal oleh masyarkat Kecamatan

Moronge ini tidak terlepas dari salah satu faktor yaitu masih kurangnya

sentra-sentra Kesehatan yang tersedia didaerah tersebut didaerah

tersebut, sehingga Sebagian Masyarakat masih mempercayakan masalah

kesehatannya kepada dukun kampung atau mengobati diri sendiri

berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya. Hal ini juga sangat didukung

dengan kondisi daerah dan tanah yang subur sehingga keanekaragaman

tumbuhannya cukup tinggi

Adapun bagian tumbuhan obat yang biasa dipergunakan adalah

akar, daun, kulit batang, batang, kulit kayu, buah, umbi, rimpang, bunga,

biji dan getah. Bagian terbanyak yang digunakan adalah daunnya baik

daun muda, daun dewasa, atau masih dalam bentuk tunas. Tumbuh-

tumbuhan yang dipergunakan ini bisa dalam bentuk Tunggal (satu

tumbuhan saja) atau dicampur dengan tumbuhan yang lain.

Daun tumbuhan yang dipergunakan secara Tunggal misalnya,

daun Strobilanthes crispus T (kejibeling) untuk mengobati ginjal. Caranya

22
yaitu hanya dengan merebus beberapa lembar daun dalam air lalu

diminum. Daun Nasturtium officinale (Selada air) oleh Masyarakat setempat

dipergunakan untuk mengobati darah tinggi. Daun Persea americana P.Mill.

(Alpukat) untuk mengobati penyakit demam, diare dan tekanan darah tinggi

caranya yaiut dengan merebus beberapa lembar daun dalam air lalu diminum.

Daun Psidium guajava L. (Jambu batu) untuk mengobati penyakit diare. Daun

Moringa oleifera Lam (Kelor) Sebagai penambah ASI dan Mata merah. Daun

Carica papaya L. (Papaya) terutama daun muda untuk mengobati penyakit

demam, asma, penyakit dalam, tipes, sakit kepala dan diabetes, Daun Gynura

procumbens (Sambung Nyawa) Untuk meningkatkan kekebalan tubuh dan

antiinflamasi. Daun Plectranthus scutellarioides (Daun Mangkokan) untuk

meredakan batuk, membantu pencernaan dan antioksidan. Daun Graptophyllum

pictum (Ronga Ungu) Untuk mencegah Kanker dan Mengatasi radang

tenggorokan. Penyakit diare dan hipertensi adalah dua penyakit yang paling

sering diderita oleh Masyarakat Kecamatan Moronge. Selain daun Alpukat untuk

mengobati diare Masyarakat kecmatan moronga juga menggunakan daun-daun

dari tumbuhan Psidium guajava L. (Jambu Batu). Sedangkan untuk racikan

menggunakan beberapa Tumbuhan misalnya bisa dilihat pada penggunaan daun

Coleus scutellariioides (L.) Benth. (Mayana) dicampur dengan Kunyit dan Madu

untuk mengobati batuk. Selain itu untuk menambah stamina pasca proses

kelahiran anak dukun kampung biasanya meracik daun dan akar Ipomoea

pescaprai Roth. (Uwi Ane) dengan air beras kemudian direbus dan diminum air

rebusannya.

Bagian lain yang seing digunakan adalah akar, dari tabel diatas bisa

dilihat pada tumbuhan Phyllanthus niruri L (Dukung anak) untuk mengobati sakit

pinggang caranya sangat sederhana yaitu dengan menambahkan goraka direbus

23
sampai mendidih lalu diminum. Akar Orthosiphon aristatus (Kumis Kucing) Untuk

mengobati saraf terjepit. Akar Hibiscus rosa-sinensis L. (Kembang Sepatu)

Untuk mengobati Keputihan. Akar Piper crocatum (Sirih Merah) Untuk

Menurunkan Bengkak dan meredakan nyeri.

Bagian lain dari tumbuhan yang banyak dipergunakan adalah buah, dari

tabel diatas bisa dilihat misalnya buah pada tumbuhan Syzygium aromaticum (L.)

Merr. & L. M. Perry ( Cengkeh) untuk mengobati penyakit sakit gigi, caranya

sangat sederhana yaitu dengan cara ditumbuk lalu ditempelkan, buah Zea mays

L.(Jagung) untuk menurunkan kadar gula darah cara nya direbus dan dimakan,

buah Sechium edule (Jacq.) Sw ( sambiki) untuk mengobati darah tinggi dengan

cara di parut lalu diminum dan bisa juga menyembuhakan orang yang hilang

kesadaran caranya diparut lalu di oleskan di bagian wajah, buah pada tumbuhan

Swietenia mahagoni (L.) Jacq. Untuk mengobati penyakit asma, caranya sangat

sederhana yaitu dengan merebus buah tersebut dan air hasil rebusannya

diminum. Selain mengobati asma ternyata biji dan daunnya bisa dimanfaatkan

masing-masing untuk menurunkan demam dan gatal-gatal, buah Cucumis

sativus L. (Ketimun) untuk menurunkan darah tinggi dengan cara yang

sederhana yaitu dimakan, buah Solanum lycopersicum L. Untuk mengobati

sariawan dengan cara di cuci buah nya lalu dimakan, Phaleria macrocarpa var.

Yellow ( Mahkota dewa kuning) untuk membantu mengatasi diabetes dan

meningkatkan imun.

Bagian batang tumbuhan tertentu juga dipergunakan sebagai bahan alam

dalam racikan tertentu. Yang biasa dipakai adalah kulit batangnya misalnya

pada tumbuhan Terminalia catappa L. ( Sarise) untuk mengobati penyakit muntaber ;

Melanolepsis multiglandulosa Reinch f. (Kayu kapur) untuk mengobati patah

tulang ; Averrhoa blimbi L. (Belimbong botol) sebagai obat ginjal ; Cinnamomum

verum (kayu manis) untuk meredakan nyeri haid ; selain kulit kayu pada bagian

24
batang kadang kadang hanya diambil getahnya saja misalnya batang Terminalia

catappa L. (tagalolo) untuk mengatasi alergi ; getah tumbuhan Jatropa curcas L.

(saringambong) untuk mengobati sariawan dan sebagai obat mangi (lidah putih

pada bayi) ; Aloe vera L. (lidah buaya) untuk mengobati rambut rontok dan luka

bakar ; Colocasia gigantea (Blume) Hook f. (Bete) untuk mengobati luka luar ;

dan Plumeria acuminate, W.T.Ait (Kamboja) untuk luka bernanah. Sedangkan

batang tumbuhan yang dipergunakan secara utuh adalah batang tumbuhan Piper

aduncum L (Sirih) untuk mengobati mata merah ; Pluchea indica (Beluntas) untuk

memperbaiki pencernaan ; Andrographis paniculate (Sambiloto) dan Tinospora

crispa (Tali pait) untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh ; dan Anredera

cordifolia (Binahong) untuk mengatasi asma.

Selain daun, akar, buah, kulit batang, getah dan batang maka bagian

rimpang juga banyak dimanfaatkan sebagai obat. Hal ini bisa ditemukan pada

tumbuhan Curcuma domestica Val (Kunyit) yang dicampur dengan madu

sebagai obat liver dan obat maag ; Zingiber officinale Rosc (Goraka) yang

dicampur dengan madu dan jeruk nipis sebagai obat batuk ; Alpinia galanga

(Lengkuas) untuk mengobati panu ; Curcuma xanthorrhiza Roxb (Temulawak)

untuk mengecilkan perut ; dan Curcuma aeruginosa (Kunyit hitam) untuk

melancarkan pencernaan dan mencegah kanker.

Bagian Umbi-umbian juga bisa dimanfaatkan sebagai tanaman obat.

misalnya ; Allium Sativum L (Bawang putih) untuk menurunkan tekanan darah

tinggi dengan cara direndam di dalam air panas kemudian airnya diminum.

Adapun bagian tanaman yang digunakan sebagai obat adalah bagian bunga

misalnya ; Datura metel (Kecubung) direbus dan air rebusannya diminum untuk

mengobati susah tidur ; dan Cosmos caudatus (Bunga tai ayam) untuk

meredakan demam. Bagian tanaman yang terakhir yang bisa digunakan untuk

menjadi obat adalah biji, misalnya Vigna radiata (kacang hijau) untuk mencegah

25
kekurangan sel darah merah.

Salah satu penduduk penderita kanker payudara yang diwawancarai lebih

memilih pengobatan tradisional dengan tanaman yang berasal dari alam.

Alasannya adalah karena biaya pengobatan di medis yang begitu mahal

sehingga lebih memilih daun Kalanchoe blossfeldiana Poeln. (Cocor bebek) yang

ditumbuk dan ditempelkan pada area yang sakit sebagai obat kanker payudara.

4.3 Peran Dukun Kampung Dalam Masyarakat Kecamatan Moronge.

Keterbatasan akses Kesehatan di Kecamatan Moronge seperti klinik-

klinik Kesehatan menyebabkan Masyarakat memilih alternatif lain untuk

mengatasi permasalahan kesehatannya. Salah satunya adalah dengan

menggunakan sistem pengobatan tradisional. Sebagian Masyarakat

mempercayakan masalah kesehatannya pada dukun kampung, ini sangat umum

terjadi pada Masyarakat di desa-desa atau kelurahan yang terdapat pada

kecamatan moronge. Dalam kehidupan Masyarakat tradisional, apabila

seseorang memiliki pengetahuan tentang pengobatan tradisional, maka denga

sendirinya yang bersangkutan akan mendapatkan pengakuan status social yang

lebih tinggi dengan istilah dukun kampung. Pengetahuan tentang obat-obat

tradisional dijaga kerahasiaannya dan hanya disampaikan secara turun-temurun

serta sulit disampaikan secara bebas. Dukun kampung yang ada dikecamatan

moronge umumnya yang mempunyai pengetahuan tentang pengobatan

tradisional dan sudah berumur diatas 50 tahun sehingga dikhawatirkan tidak ada

generasi penerus yang memahami tentang pengobatan tradisional dan akibatnya

kesinambungan penggunaan obat tradisional yang sudah dipakai akan terputus.

Pada Masyarakat kecamatan moronge dikenal tiga dukun kampung yaitu: dukun

beranak (biang), ahli pata tulang (ma’kamisa), dan dukun biasa (memiliki

keahlian mengobati penyakit dalam dan sejenisnya).

Metode pengobatan dukun kampung untuk mengobati penyakit para

26
pasien pada umumnya adalah metode tradisional yang telah didapatkan secara

turun-temurun dari keluarga para dukun kampung. Jika pasien datang kerumah

dukun kampung untuk berobat, maka pengobatan tradisonal dilakukan dirumah

dukun kampung. Tapi kadang kala para dukun kampung dipanggil ke rumah

pasien tentunya diejmput oleh keluarga pasien untuk mengobati pasien di

rumahnya sendiri. Jika ada pasien yang tidak bisa diobati oleh para dukun

kampung, biasanya para dukun kampung akan mengarahkan ke puskesmas.

Menurut para dukun kampung, semua tumbuhan disekitar kita merupakan bahan

obat yang bermanfaat untuk semua penyakit. Tapi diantara semua tumbuhan

hanya sedikit saja yang diketahui fungsi dan manfaatnya.

BIasanya jika ada pasien yang berobat, para dukun kampung

menyiapkan sendiri obatnya, tumbuhan obat biasanya diambil dari alam sekitar,

baik langsung dari hutan maupun dipinggir-pinggir jalan kampung, dikebun, atau

diambil dari pekarangan rumah. Beberapa dukun kampung juga

membudidayakan tanaman obat secara sederhana sehingga bila diperlukan tidak

perlu jauh-jauh mencari bahannya.

Tidak semua penyakit dapat disembuhkan oleh para dukun kampung

biasanya sesuai dengan keahlian masing-masing. Misalnya, dukun beranak

(biang) memiliki keahlian untuk proses persalinan ibu yang mau melahirkan,

dukun patah tulang (ma’kamisa) memiliki keahlian untuk penyakit patah tulang.

Sedangkan dukun kampung biasa mengobati penyakit dalam, menular, dsb.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

27
5.1. Kesimpulan

Hasil penelitian menunjukan bahwa masih banyak Masyarakat

kecamatan moronga kabupaten Talaud menerapkan pengobatan

tradisional untuk mengatasi masalah kesehatannya terutama dengan

menggunakan tumbuhan obat. dari hasil penelitian tercatat sebanyak

53 jenis tumbuhan untuk mengobati 43 jenis penyakit. Adapun bagian

tumbuhan yang dimanfaatkan dari tumbuhan obat tersebut mulai dari

akar, batang, kulit batang, daun, kulit kayu, bunga, buah, biji dan

rimpangnya dengan cara pengolahan yang bermacam-macam

tergantung dari jenis penyakit nya. Sebagian tumbuhan dipergunakan

secara Tunggal dan Sebagian lagi ditambahkan dengan bahan-bahan

lain..

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lanjutan sehubungan dengan

kandungan kimia dari setiap jenis tumbuhan tersebut walaupun sudah

ada beberapa tanaman yang diketahui kandungan kimianya namun

masih perlu diuji lagi termasuk dosis yang tepat dalam penggunaannya

beserta uji klinisnya.

DAFTAR PUSTAKA

28
Abbasi, A. M. Shah, M. H. Khan, M. A. 2015. Wild Edible Vegetables of
Lesser Himalayas Ethnobotanical and Nutraceutical Aspects,
Volume 1. New York: Springer.

Ahmad, S. Muhammad, Z. Shehla, S. Mushtaq, A. Zabta, K. S. Shazia, S.


& Maryam A. B. 2020. Ethno-Medicinal Plants and Traditional
Knowledge Linked to Primary Health Care Among the Indigenous
Communities Living in Western Hilly Slopes of Dera Ghazi Khan,
Pakistan. Pak. J. Bot., 52 (2).

Albuquerque, U. P. 2017. Ethnobotany for Beginners. Switzerland:


Springer.

Alqamari, M., Teringan, D. M., & Alridiwirsah. (2017). Budidaya Tanaman


Obat & Rempah (Vol. 2017, Issue 59).

Aziz, R I. Anita, R P. & Susilo. 2018. Peran Etnobotani Sebagai Upaya


Konservasi Keanekaragaman Hayati Oleh Berbagai Suku di
Indonesia. Prosiding Seminar Nasional Megabiodiversitas
Indonesia.

Herbie, T. 2015. Kitab Tanaman Berkhasiat Obat 226 Tumbuhan Untuk


Penyembuhan Penyakit dan Kebugaran Tubuh. Octopus
Publishing House. Yogyakarta.

Ismail, Nawari. 2015. Metodologi Penelitian Untuk Studi Islam.


Yogyakarta:
Penerbit Samudra Biru (Anggota IKAPI).

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (KPPN)/ Badan


Perencanaan Pembangunan Nasional, 2016. Indonesian
Biodiversity Strategy and Action Plan 2015-2020. Jakarta.

PT. Sido Muncul. 2015. Delivering the Vision - Laporan Tahunan PT. Sido
Muncul, Tbk Tahun 2015. Jakarta: PT. Sido Muncul.

Purwanto, Y. 1999. Peran Dan Peluang Etnobotani Masa Kini Di


Indonesia Dalam menunjang Upaya Konservasi dan
Pengembangan Keanekaragaman Hayati. Prosiding Seminar
Hasil-Hasil Penelitian Bidang ilmu Hayati. Bogor: Pusat Antar
Universitas Ilmu hayati IPB.

Sari, Hosnia. Hayati, Ari. & Rahayu, T. 2018. Eksplorasi Pengetahuan


tentang Tumbuhan Obat di Kalangan Generasi Muda Pulau
Mandangin Kecamatan Sampang kabupaten Sampang Madura.
Jurnal Ilmiah Sains Alami (Known Nature) Volume 1 (1).

Sutarno & Setyawan, A. D. 2015. Bioderversitas Indonesia: Penurunan

29
dan Upaya Pengelolaan Untuk Menjamin Kemandirian Bangsa.
Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon. Vol 1 (1).

Wanjohi, B., Sudoi, V., Njenga, E., & Kipkore, W. 2020. An Ethnobotanical
Study of Traditional Knowledge and Uses of Medicinal Wild Plants
among the Marakwet Community in Kenya. Evidence-based
Complementary and Alternative Medicine: eCAM. Vol 1 (1).

Widyatmoko, D. 2019. Strategi Dan Inovasi Konservasi Tumbuhan


Indonesia Untuk Pemanfaatan Secara Berkelanjutan. Seminar
Nasional Pendidikan Biologi dan Saintek (SNPBS) Ke-IV. Isu-Isu
Strategis Sains Lingkungan, dan Inovasi Pembelajarannya.

Wulandari, F & Batoro, Jati. 2016. Etnobotani Jagung (Zea mays L.) Pada
Mayarakat Lokal di Desa Pandansari Kecamatan Poncokusumo
Kabupaten Malang. Jurnal Biotropika. Vol 4 (1).

Zamzami, Lucky. 2013. Sekerei Mentawai: Keseharian dan Tradisi


Pengetahuan Lokal yang Digerus oleh Zaman. Indonesian Journal
of Social and Cultural Antropology. Vol. 34 (1).

LAMPIRAN

30
Lampiran 1. Surat izin penelitian

Lampiran2. Kuesioner

31
Kuesioner

“Etnobotani Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Kecamatan Moronge


Kabupaten Talaud”

DATA DEMOGRAFI

1. Nama :___________________
2. Umur :
18 - 28 tahun 40 - 49 tahun
29 - 39 tahun 50 - 60 tahun
3. Jenis Kelamin
Laki – laki Perempuan
4. Pendidikan Terakhir
SD SMA/SMK/MA
SMP/MTS Perguruan Tinggi
5. Pekerjaan
Tidak Bekerja Petani
Guru Nelayan
Mahasiswa Lainnya :
Tenaga Kesehatan

Kuesioner

“Etnobotani Tumbuhan Obat Pada Masyarakat Kecamatan Moronge

32
Kabupaten Talaud”

Tingkat Penggunaan Tumbuhan Obat

1. Apakah Bapak/Ibu/Saudara sering meggunakan tumbuhan obat ?

a. Ya

b. Tidak

2. Jika tidak, mengapa ?

a. Pahit

b. Tidak manjur

c. Sulit mengenal jenis tumbuhan obat

d. Lainnya

3. Jika ya, sejak kapan menggunakan tumbuhan obat ?

4. Seberapa sering Bapak/Ibu/Saudara menggunakan tumbuhan obat ?

a. 1 hari sekali

b. Kali seminggu

5. Jenis tumbuhan obat apa saja yang Bapak/Ibu/Saudara peroleh

tumbuhan obat tersebut

N
Jenis Tumbuhan Obat Kegunaan Waktu yang digunakan
o

33
6. Menurut Bapak/Ibu/Saudara apa kelebihan tumbuhan obat dari pada

obat - obat kimia lainnya

a. Lebih terasa khasiatnya (manjur)

b. Lebih aman

c. Lebih murah

d. Lebih praktis

e. Mudah didapat

f. Lainnya :

7. Dari mana Bapak/Ibu/Saudara memperoleh tumbuhan obat tersebut ?

a. Tumbuhan liar

b. Budidaya

c. Membeli dari daerah lain

d. Lainnya :

8. Dari tumbuhan tersebut bagian/organ tumbuhan yang diguunakan

sebagai obat ?

Jenis Organ Tumbuhan Cara Untuk


No
Tumbuhan Pengolaha
yang digunakan Mengobati
Nama Lokal n

34
5

Keterangan :

Kolom 1 : Diisi sesuai dengan jenis tumbuhan /nama lokal

Kolom 2 : Mohon disebutkan bagian/organ tumbuhan yang digunakan

sebagai obat

Daun = 1, Bunga = 2, Buah = 3, Biji = 4, Kulit batang = 5,

Akar = 6, Umbi = 7, Lainnya = 8

Kolom 3 : Cara pengolahan

Direbus = 1, Dibakar = 2, Ditumbuk/dihaluskan = 3

Lainnya = 4

Kolom 4 : menurut masyarakat tumbuhan berkhasiat obat diperoleh :

Liar = 1, Budidaya =2, Membeli dari daerah lain = 3

Lainnya = 4

9. Bagaimana Bapak/Ibu/Saudara menggunakan obat tersebut pada usia

yang berbeda ?

12. Bagaimana Bapak/Ibu/Saudara menentukan kemanjuran suatu

tumbuhan obat ?

13. Apakah ada pantangan makan/minum waktu obat tersebut

digunakan ?

a. Ada

b. Tidak

14. Jika ada penyebabnya mengapa ?

15. Dari mana Bapak/Ibuu/Saudara memperoleh pengetahuan tradisional

35
untuk pengolahan obat dan pengetahuan tumbuhan berkhasiat obat ?

36

Anda mungkin juga menyukai