Anda di halaman 1dari 19

STUDI ETNOBOTANI PADA MASYARAKAT MORONGE

KABUPATEN TALAUD

USULAN PENELITIAN

Virginia Tucunan
NIM : 2021321005

PROGRAM STUDI FARMASI


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU
PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS KRISTEN
INDONESIA TOMOHON
2023

ii
HALAMAN PENGESAHAN

Judul Seminar : Studi Etnobotani pada masyarakat


Moronge Kabupaten Talaud
Nama Mahasiswa : Virginia Tucunan
Nomor Induk Mahasiswa :2021321005

Menyetujui : Komisi Pembimbing


Ketua,

NIDN :

Anggota, Anggota,

NIDN : NIDN :

Dekan Studi, Ketua Program

Wilmar Maarisit, S.Ik., M.Sc., PhD Douglas N. Pareta, S.Farm.,M.Farm


NIDN : 031807902 NIDN : 0920128904

Tanggal Seminar :

ii

iii
KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
tuntunanNya sehingga penulis dapat menyusun makalah usul penelitian ini
dengan judul Studi Etnobotani Pada Masyarakat Moronge Kabupaten Talaud
pada Program Studi Farmasi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA UKI Tomohon) dengan tidak kurang suatu apapun.

Penulis berterima kasih yang sebesar-besarnya kepada Penasehat Akademik, Ibu


Selvana S Tulandi, S.Si., M.Si. karena telah membantu, membimbing dan
memotivasi penulis dalam penyelesaian makalah usul penelitian ini. Ucapan
terima kasih juga penulis sampaikan kepada :

1. Bapak Rektor Universitas Kristen Indonesia Tomohon (UKIT) :


Pdt. Dr. Arthur Reinhard Rumengan, M.PdK
2. Bapak Dr. Wilmar Maarisit, S.IK., M.Sc, sebagai Dekan Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Kristen
Indonesia Tomohon.
3. Ibu Jeane Mongi, S.Si., MARS., Apt, sebagai Wakil Dekan I
Bidang Akademik
4. Ibu Yessie K. Lengkey, S.Si., M.Si sebagai Wakil Dekan II
Bidang Administrasi Umum dan Keuangan
5. Douglas N. Pareta, S.Farm., M.Farm sebagai Ketua Program
Studi Farmasi.
6. Seluruh Dosen Pengajar dan Tata Usaha Fakultas MIPA yang
telah membantu kelancaran dalam perkuliahan.
7. Orang Tua, Keluarga Besar karena telah memberikan dukungan
moril dan materil selama proses pembuatan makalah ini.
8. Teman-teman Farmasi Fakultas MIPA karena telah memberikan
semangat dalam pembuatan makalah usul peneitian ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang

iii

iv
telah turut serta membantu penulis selama pembuatan makalah
usul penelitian ini.
Penulis sadari dalam penyusunan ini tentu masih terdapat
kekukurangan disana-sini. Untuk itu lewat usulan penelitian ini
penulis harapkan bimbingan sehingga makalah ini dapat
dipertanggung jawabkan secara akademik.

Tomohon, Maret 2023

Penulis

iv

v
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN.................................................................................
KATA PENGANTAR............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................
1.1. Latar Belakang.............................................................................................
1.2. Rumusan Masalah........................................................................................
1.3. Batasan Masalah...........................................................................................
1.4. Tujuan Penelitian.........................................................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................
2.1. Etnobotani.....................................................................................................
2.2. Manfaat Tumbuhan sebagai Obat.................................................................
2.3. Deskripsi Wilayah Kecamatan Moronge......................................................
BAB III METODE PENELITIAN.......................................................................
3.1. Jenis dan Pendekatan penelitian...................................................................
3.2. Waktu dan lokasi penelitian..........................................................................
3.3. Penelitian......................................................................................................
3.4. Teknik Sampling...........................................................................................
3.4.1. Sampel Penelitian..................................................................................
3.4.2. Alat dan Bahan......................................................................................
3.5. Variabel Penelitian........................................................................................
3.6. Teknik Penelitian Data..................................................................................
3.7. Analisis Data.................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................

6
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Interaksi manusia dengan tumbuhan diawali sekitar ribuan tahun yang lalu yaitu
pemanfaatannya sebagai obat. Disamping itu, tiga kebutuhan dasar manusia
berupa sandang, pangan dan papan ditopang oleh tumbuhan. Beberapa penelitian
telah banyak mengungkapkan potensi dan pemanfaatan tumbuhan bermanfaat
oleh masyarakat setempat terutama di kawasan konservasi atau yang dikenal
sebagai pengetahuan masyarakat lokal.Pengkajian pemanfaatan tanaman oleh
suatu masyarakat adat atau suku dapat dilakukan dengan pendekatan etnobotani.
Dhatmono (2007) menuturkan bahwa etnobotani merupakan ilmu botani
mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam keperluan sehari-hari dan adat suatu
suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya mengenai data botani taksonomi saja,
tetapi juga menyangkut pengetahuan botani yang bersifat kedaerahan.
Pengetahuan ini berupa tinjauan interpretasi dan asosiasi yang mempelajari
hubungan timbal balik antara manusia dengan tanaman, serta pemanfaatan
tumbuhan tersebut. Menurut Martin (1998) etnobotani merujuk pada kajian
interaksi antara manusia dengan tumbuhan. Etnobotani adalah sebuah cabang
ilmu yang mempelajari hubungan tumbuhan yang dipergunakan penduduk asli
dengan segala aspek kebudayaannya. Etnobotani membahas pemanfaatan
tumbuh-tumbuhan secara komersil. Istilah Etnobotani pertama kali
diperkenalkan oleh seorang ilmuwan bernama Dr. J.W Harshberger pada 1595.
Ilmu yang diperkenalkannya ini mempelajari tumbuhan yang dimanfaatkan
sebagai bahan makanan, obat-obatan, pakaian, perkakas, bangunan, serta sesaji
dalam upacara adat. Pengetahuan tentang keanekaragaman hayati dan
pemanfaatan bertumpu pada keanekaragaman budaya dan pelestarian
keanekaragaman hayati yang sering turut membantu mempererat keterpaduan
dan tata nilai budaya masyarakat lokal (Soeriatmadja,1997). Pengetahuan
masyarakat lokal tentang pemanfaatan tumbuhan berguna di kawasan konservasi
penting untuk dipelajari sebagai informasi pengembangan potensinya.
Tumbuhan bermanfaat, merupakan tumbuhan yang bagian-bagiannya dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan manusia dan dapat juga menjadi penyangga
bagi kehidupan masyarakat setempat. Kelompok tumbuhan yang dimanfaatkan
tersebut umumnya berasal dari beberapa lingkungan yang sangat berpengaruh
terhadap pola-pola adaptasi mereka. Pemanfaatan yang terus-menerus oleh
masyarakat akan membentuk suatu pola pemanfaatan tumbuhan oleh
masyarakat itu sendiri. Pola pemanfaatan tumbuhan tersebut dilatarbelakangi
oleh tingkat kemampuan dan pengetahuan masyarakat dalam mengenal dan
mengeksplorasi sumber daya tumbuhan di sekitarnya. Hal ini tidak saja berlaku
pada pemanfaatan tanaman sebagai sumber bahan pangan, minuman, sumber
energi, bahan rumah tangga tetapi juga digunakan untuk obat. Dalam
perkembangannya, masyarakat

7
1

Indonesia pada umumnya mengenal tumbuhan diantaranya sebagai bahan


minuman seperti temulawak dan teh. Sebagai bumbu masak seperti jahe dan
kunyit, sebagai obat-obatan tradisional seperti kumis kucing, tumbuhan yang
manfaatnya sebagai kosmetik seperti lidah buaya, lalu tumbuhan ginseng untuk
menjaga kebugaran dan masih banyak lagi yang lainnya. Penelitian ini ditujukan
untuk melakukan kajian etnobotani pada masyarakat desa , Moronge, Kabupaten
Talaud. Pengetahuan etnobotani ini dapat mengungkap aneka jenis tumbuhan
yang diketahui oleh masyarakat untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya.
Penggalian informasi mengenai keanekaragaman potensi tumbuhan di Desa
Moronge ini perlu dilakukan karena dengan informasi ini diharapkan dapat
memberi kesadaran banyak pihak untuk memeliharan dan menjaga keutuhan dan
keberadaan tumbuhan.

1.2 Rumusan masalah

a. Tumbuhan apa yang dimanfaatkan oleh masyarakat desa Moronge,


Kabupaten Talaud ?
b. Bagaimanakah cara masyarakat desa Moronge dalam memanfaatkan
tumbuhan sekitar ?
c. Bagaimana penggunaan dan cara pengolahan tumbuhan obat ?

1.3 Batasan masalah

Penelitian ini hanya di batasi untuk masyarakat Moronge yang terdiri


darikampung dengan 3 responden

1.4 Tujuan
a. Mengetahui keanekaragaman tumbuhan yang banyak di manfaatkan
oleh masyarakat desa Moronge.
b. Mengetahui pemanfaatan keanekaragaman tumbuhan oleh masyarakat di
desa Moronge.

8
2

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etnobotani
Etnobotani adalah interaksi antara masyarakat setempat dengan lingkungan
hidupnya, secara spesifik pada tumbuhan serta pengkajian penggunaan
tumbuhan sebagai makanan, perlindungan rumah, pengobatan, pakaian,
perburuan dan upacara adat (Atmojo, 2013). Menurut Footami (2017) studi
etnobotani sangat penting untuk memberikan informasi mengenai budaya
masalalu dan sekarang tentang tumbuhan di dunia. Kunwar (2008)
menyatakan, bahwa definisi etnobotani sejalan dengan definisi etnoekologi
yaitu mempelajari tentang bagaimana pandangan kelompok masyarakat
tentang alam melalui kepercayaan, pengetahuan dan tujuan, dan bagaimana
mereka mengimajinasikan penggunaanya, pengelolaan dan peluang
pemanfaatan sumberdaya. Menurut Suryadarma (2008) penekanannya pada
keseluruhan sumber alam, melalui keterlibatan berbagai bidang keilmuan, dan
etnobotani membatasi pada sumberdaya tumbuhan.
Lingkungan alam pada dasarnya menyediakan sumber daya agar
dapat dimanfaatkan oleh penghuninya untuk kelangsungan hidup. Manusia
sebagai bagian dari penghuni alam itu diketahui paling mudah menyesuaikan
diri dengan lingkungan dimana ia tinggal di bandingkan dengan makhluk
lainya. Tanpa disadari bahwa manusia, baik sebagai individu atau dalam
berkelompok secara bertahap tumbuh dan saling bergantung dengan
perkembangan sosial dan budayanya (Walujo, 2011).

2.2 Manfaat Tumbuhan sebagai obat


Tumbuhan obat yang sifatnya alami memiliki tingkat keamanan yang lebih
tinggi dibandingkan dengan obat modern. Hal ini menjadi salah satu faktor
pendorong masyarakat beralih pada pengobatan alami atau herbal. Kegagalan
penggunaan obat-obatan modern dan informasi mengenai obat-obatan alami
semakin meluas diseluruh lapisan masyarakat. Zaman (2009) menyebutkan,

9
3

bahwa beberapa manfaat dari tumbuhan obat diantaranya yaitu:


1. Menjaga kesehatan, khasiat tumbuhan obat telah terbukti secara
empirik dalam menyembuhkan penyakit dan menjaga kesehatan pada
berbagai lapisan masyarakat dan dalam semua usia, mulai dari anak-
anak, dewasa, hingga pada lanjut usia.
2. Memperbaiki status gizi masyarakat, jenis tumbuhan yang dapat
digunakan dalam pengobatan banyak diantaranya dapat dikonsumsi
sehingga dapat meninggkatkan dan memperbaiki status gizi,
diantaranya ialah buah-buahan seperti manggis (Garcinia
mangostana) dan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi), serta sayur-
sayuran seperti seledri (Apium graveolens).
3. Menghijaukan lingkungan dan peningkatan pengolaan hutan,
meningkatnya kebutuhan tumbuhan obat dapat dijadikan salah satu
cara untuk menghijaukan lingkungan dan meningkatkan pengelolaan
hutan, yakni dengan membudidayakan atau menjadikan tumbuha
obat sebagai apotik hidup yang ditempatkan disekitar lingkungan
rumah maupun dihutan.
4. Meningkatkan pendapatan masyarakat dengan cara menjual pada
masyarakat lain ataupun untuk keperluan farmasi dan lainnya.
Variasi dan komposisi yang terdapat pada tumbuhan obat dapat
meningkatkan nilai ekonomi, namun masyarakat juga harus menjaga
eksistensi tumbuhan obat dari kemungkinan eksploitasi yang
berlebihan (Wahyuningsi, 2008).

2.3 Deskripsi Wilayah Kecamatan Moronge

Kecamatan Moronge berada di Pulau Salibabu, salah satu pulau utama di


Kepulauan Talaud. Selain Kecamatan Moronge, di pulau ini ada Kecamatan
Salibabu, Kecamatan Lirung dan Kecamatan Kalongan. Kecamatan Moronge

1
0
4

memiliki luas wilayah 55,97 Km2. Di dalamnya terdapat enam desa, yakni Desa
Moronge, Moronge 1, Moronge II, Moronge Selatan, Moronge Selatan I, dan
Desa Moronge Selatan II. Badan Pusat Statistik dalam Kecamatan Moronge
Dalam Angka Tahun 2021 mencatat jumlah penduduk Kecamatan Moronge pada
tahun 2020 sebanyak 3880 jiwa; laki-laki 1986 jiwa dan perempuan 1894 jiwa
(Kecamatan Moronge Dalam Angka Tahun 2021) Dari total penduduk tersebut,
mayoritas bekerja sebagai petani, yaitu sebanyak 725 jiwa. Adapun tanaman yang
dibudidaya, selain tanaman perkebunan berupa pala, cengkih dan kelapa, mereka
juga membudidayakan tanaman holtikultura seperti bawang merah dan cabe rawit.

1
1
5

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan pendekatan penelitian


Metode penelitian yang digunakan dalam studi ini yaitu metode kualitatif
bersifat deskriptif analisis. Sementara itu, teknik pengumpulan data lapangan
adalah observasi lapangan dan wawancara semi struktur atau wawancara
mendalam (deep interview). Observasi lapangan yaitu peneliti melakukan
observasi tentang kondisi kampung, dengan rumah-rumah dan pekarangan
penduduk, serta tataguna lahan lainnya, seperti kebun. Sementara itu,
wawancara mendalam dilakukan terhadap berbagai informan penduduk Desa
Wonohardjo yang dianggap kompeten memiliki pengetahuan tentang
berbagai aspek tentang jenis-jenis tumbuhan obat dengan dipilih secara
purposive (cf. Martin 1995; Iskandar 2012). Untuk pemilihan berbagai
informan dilakukan dengan cara teknik snowball sampling. Caranya, peneliti
mendatangi informan pangkal, seperti Kepala Dusun (Kadus) dan Kepala
Desa (Kades) memohon izin penelitian dan sekaligus menanyakan berbagai
orang yang kompeten, seperti memiliki pengetahuan mendalam dan banyak
pengalaman dalam pengobatan berbagai penyakit dengan mengunakan
berbagai jenis tumbuhan obat. Maka, dari informasi seorang informan dapat
diketahui secara berantai berbagai informan lainnya yang kompeten di daerah
penelitian. Berbagai kalangan penduduk yang dijadikan informan adalah
kepala desa dan staf desa, kepala dusun, para tetua desa (sesepuh), ahli
pengobatan (dukun pria), dan dukun wanita.

3.2 Waktu dan lokasi penelitian


3.3 Penelitian
dilaksanakan pada tanggal 4 – 11 Juli 202. Penelitian ini bertempat di enam
desa yang ada di satu kecamatan yaitu Desa Desa Moronge, Moronge

1
2
6

1, Moronge II, Moronge Selatan, Moronge Selatan I, dan Desa Moronge


Selatan II.

3.4 Teknik sampling

Studi etnobotani masyarakat Kecamatan Moronge ini dilakukan dengan


menggunakan teknik Purposive sampling dan Snowball sampling.
Purposive sampling merupakan teknik penentuan sampel dengan
berdasarkan kriteria- kriteria atau pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012).
Penentuan sampel berdasarkan teknik purposif sampling adalah orang/tokoh
yang di anggap paling mengetahui tentang masyarakat lokal Kabupaten
Bima. Tokoh yang dipilih melalui metode ini untuk diwawancarai adalah
Kepala Desa sebagai Key Informan. Penentuan sampel berdasarkan teknik
Snowball sampling digunakan untuk menentukan responden dari arahan
responden awal yang telah dipilih menggunankan Purpose sampling yang
juga memiliki karakteristik sama atau lebih dengan responden awal. Jumlah
responden awal ditentukan peneliti yaitu sebanyak 1 orang yang pada
akhirnya akan semakin bergulir hingga jumlah responden sesuai dengan
yang telah ditentukan yaitu sebanyak 10 responden.

3.4.1 Sampel Penelitian

Karakteristik sampel penelitian dipilih ialah: 1) masyarakat yang


menggunakan tumbuhan obat, 2) memiliki pengetahuan dalam pemanfaatan
tumbuhan obat, 3) mengoleksi atau mengumpulkan tumbuhan obat ataupun
olahan tumbuhan obat. Sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 45
responden yang terdiri dari: pengobat tradisional, masyarakat yang
mengetahui tentang tumbuhan obat, serta Kepala Desa di Kabupaten Bima.
Responden pada setiap Desa sebanyak 15 responden yaitu 13 responden
dengan masyarakat dan pengobat tradisional 2 responden.

1
3
3.4.2 Alat dan bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan fokus

penelitian yaitu dibantu dengan menggunakan alat tulis, kamera. Instrument


pengumpulan data berupa lembar wawancara, buku literatur dan identifikasi
tumbuhan obat.

3.5 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini berupa pengetahuan masyarakat lokal


Kecamatan Moronge mengenai tumbuhan obat yang mencakup jenis
tumbuhan obat, manfaat tumbuhan obat, cara pengolahan tumbuhan obat,
dan jenis yang dapat diobati menggunakan tumbuhan obat.

3.6 Teknik pengumpulan data

Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik penjelajahan


dengan pengambilan data dilakukan menggunakan metode:
a. Observasi
Hasil observasi yang dilakukan akan memberikan gambaran secara
langsung sumber data yang akan di teliti. Observasi juga mencangkup
perolehan data mengenai keberadaan responden awal serta kondisi alam
pada lokasi pengamantan. Selama proses pengamatan peneliti tidak
terlibat langsung dengan kegiatan yang sedang diobservasi tetapi hanya
sebagai pengamat.

b. Survei dan wawancara


Penelitian yang dilakukan menggunakan wawancara terbuka pada
observasi awal, kemudian pengumpulan data dilakukan dengan
kegiatan survei yang disertai dengan wawancara semi-terstruktur. Hasil
wawancara dihimpun menggunakan instrument berupa lembar

1
4
wawancara dengan data yang dikumpulkan secara garis besar berupa
identifikasi jenis tumbuhan, manfaat tumbuhan obat, pengolahan
tumbuhan obat, dan jenis penyakit yang dapat di obati menggunakan
tumbuhan obat.

c. Dokumentasi
Dokumentasi yang dilakukan pada penelitian yakni dokumentasi
berupa gambar, yang bertujuan untuk mengumpulkan dan menunjukan
keberadaan tumbuhan yang digunakan serta habistusnya.

3.7 Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini berupa deskriptif kualitatif dengan


menganalisis etnobotani tumbuhan obat menggunakan analisis isi (Content
analysis) berdasarkan data yang telah diperoleh. Estimasi nilai kegunaan
jenis tumbuhan obat perolehan data tersebut kemudian akan dihitung
menggunakan rumus Philips dan Gentry (1993) dalam Hoffman &
Gallaher (2007) sebagaimana rumus estimasi nilai guna tumbuhan obat.

UVis = ⅀U𝑖𝑠 n𝑖𝑠

Keterangan :

UVis : nilai kegunaan (manfaat) suatu jenis tumbuhan obat (i) yang disampaikan
responden (s)
⅀ Uis : Jumlah seluruh kegunaan jenis tumbuhan yang dijelaskan setiap kali
bertanya.
Nis : Jumlah total responden yang diwawancarai untuk nilai guna (manfaat)
jenis tumbuhan obat.

1
5
DAFTAR PUSTAKA

Fathi,R.Mohammad.2009. Pengetahuan dan Pemanfaatan Tumbuhan desa


Cidahu dan Girijaya, Kecamatan Cidahu,
Sukabumi.2009.Keanekaragaman Hayati, Budaya dan Ilmu
Pengetahuan. Bogor: 145-150.

Murti.S,Francisca.2009.Potensi Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat dan


Kosmetik Bagi Masyarakat Talang Mamak di Taman Nasional Bukit
Tiga Puluh. 2009. Keanekaragaman Hayati, Budaya dan Ilmu
Pengetahuan. Bogor: 372-380.

Purnomo.2009.Studi Etnobotani Pekarangan Sebagai Sumbet Pangan Desa


Sendangsari, Pajangan, Bantul, Yogyakarta. 2009. Keanekaragaman
Hayati, Budaya dan Ilmu Pengetahuan. Bogor: 381-389.

Widhiono, Imam.2009. Pemanfaatan Keanekaragana Hayati Oleh


Masyarakat di Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah. 2009.
Keanekaragaman Hayati, Budaya dan Ilmu Pengetahuan. Bogor: 92-95.

Yuliati, Susi,dkk.2009.Pemanfaatan Jenis Tumbuhan di Pulau Simeuleu


Nangro Aceh Darussalam.
2009. Keanekaragaman Hayati, Budaya dan Ilmu Pengetahuan. Bogor:
103-110.
Agus W.R., & Slamet, W. (2017). Eksplorasi Pengetahuan Lokal
Etnomedisin dan Tumbu
han Obat Bebasis Komunitas di Indonesia Provinsi Nusa Tenggara
Barat: Kementerian Kesehatan RI
Atmojo, S.E. 2013. Pengenalan Etnobotani Pemanfaatan Tanaman
Sebagai Obat Kepada Masyarakat Desa Cabak Jiken Kabupaten
Brola. Majalah WUNY, 15(1), 1-6.
Awang. (2002). Etnologi Manusia di Hutan Rakyat. Sinergi Press.
Yogyakarta, 2- 36.
Azmin, N., & Rahmawati, A. (2019). Kearifan Lokal Dalam
Pemanfaatan Tumbuhan Obat Tradisional Oleh Masyarakat
Daerah Bima. In Prosiding Seminar Nasional II APPPI NTB
2018. 1, (1).
Badan Litbang Kesehatan. 2013. Riset Eksplorasi Eksplorasi
Pengetahuan Lokal Etnomedisin dan Tumbuhan Obat di
Indonesia Berbasis Komunitas.
Badan Pusat Statistik. 2013. Deskripsi Wilayah Kabupaten Bima.
https://bimakab.bps.go.id/.

10

1
6
Darsini, N. N.2013. Analisis Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat
Tradisional Berkhasiat untuk Pengobatan Penyakit Saluran
Kencing di Kecamatan Kintamani Kabupaten Bangil Provinsi
Bali. Jurnal Bumi Lestari 13 No.1h:159-165.
Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Panduan Pengembangan Bahan
Ajar.
Jakarta: Depdiknas.
Dharmono. 2007. Kajian Etnobotani Tumbuhan Jalukap (Centella
asiatica) di Suku Dayak Bukit Desa Haratai Loksado. Jurnal
Biosience, 4(2), 71-78.
El-Gharbaoui, A., Benitez, G., Tejero, M., Mesa, J., & Merzouki, A.
(2017). Comparison of Lamiaceae medicinal uses in eastern
Morocco and eastern Andalusia and in Ibn al-Baytar’s
Compendium of Simple Medicaments (13th century CE), Journal
of Ethnopharmacology, 202, 208-224.
Fernandes, D. A., Franca, A., Cassia, R., Assis, E., Pereira, J., & Costa,
D. (2017). Ethnobotanical survey of plants with toxic aktive
constituents, grown in the municipality of Cuite, Paraiba, Brazil.
Infarma , 339-348.
Footami, I., & Akbarlou, M. 2017. Tradisional and local use of
medicinal plants by local communities in Hezar Jerib summer
area, north of Iran. Journal of Herbal Drug, 8(1), 27-39.
Hakim, L. (2014). Etnobotani dan Manajemen Kebun Pekarangan
Rumah: Ketahanan Pangan, Kesehatan dan Agrowisata. Malang:
Penerbit Selaras. Hidayat, D., & Hardiansyah, G. (2012). Studi
Keanekaragaman Jenis Tumbuhan Obat Di Kawasan Iuphhk Pt. Sari
Bumi Kusuma Camp Tontang
Kabupaten Sintang. Vokasi, 8(8), 61-68
Irsyad, M. N., Jumari, & Murningsih. (2013). Studi Etnobotani
Masyarakat Desa Sukolilo. BIOMA, 15(1), 27-34.
Kewessa, G., Abebe, T., & Demessie, A. (2015). Indigenous Knowledge
on the Use and Management of Medicinal Trees and Shrubs in
Dale District, Sidama Zone, Southern Ethiopia. Ethnobotany
Research & Applications, 14, 171-182.
Kunvar, R., & Bussmann, R. 2008. Ethnobotany in the Nepal Himalaya.
Journal of Ethnobiology and Etnomedicine, 4(24), 1-8.
Lalu, H. (2015). Panduan Penulisan & Hibah Buku Bagian
Pengembangan dan Pembelajaran. Bandung: Telkom
University.
Latifah. (2015). Identifikasi Golongan Senyawa Flavonoid dan Uji
Aktivitas Antioksidan pada Ekstrak Rimpang Kencur Kaempferia
galangal L. dengan Metode DPPH (1,1-Difenil-2-Pikrilhidrazil)
(Skripsi diterbitkan). Universitas Islam Negri Maulana Malik
Ibrahim Malang, Malang.

1
7
11

Lautenschlager, T., Monizi, M., Pedro, M., Mandombe, J., Branquima,


M., Heinze, C., & Neinhuis, C. (2018). First large-scale
etnobotanical survey in the province of Uige, northern Angola.
Journal of Ethnobiology and Ethnomedicine, 14(51), 1-73.
Maesfin, K., Tekle G., & Tesfay, T. (2013). Ethnobotanical Study of
Traditional Medicinal Plants Used by Indigenous Peaple of
Gemad District, Northern Ethiopia. Journal of Medicinal Plants
Studies, 1 (4), 32-37.
Martiningsih.,Nasir M., Azmin N. (2018). Inventarisasi Berbagai Jenis
Tumbuhan Obat Tradisional di Kecamtan Wawo Sebagai
Kearifan Lokal Masyarakat Bima. Oryza Jurnal Pendidikan
Biologi. 7 (2): 8-13.
Pieroni A., Anely N., Avni H., B. Mustafa, Bruno S., Kevin C.,
Cassandra L.Q. (2014). Local knowledge on plant and domestic
remedies in the mountain village of Peshkopoa (Eastern Albania).
J Mt Sci 11 (1): 180-194
Prastowo, A. (2012). Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif.
Jogjakarta: DIVA Press.
Purba, M. R. (2011). Kajian Pemanfaatan Tumbuhan Obat Pada
Masyarakat Karo di Kecamatan Tigabinanga Kabupaten Karo.
Medan: FMIPA USU.
Purwanti, Miswan, & Pitopang, R. (2017). Studi Etnobotani Pada Proses
Ritual Adat Masyarakat Suku Saluan Di Desa Pasokan
Kabupaten Tojo Una- Una. Biocelebes, 11(1), 46-60.
Purwanti, Miswan, & Pitopang, R. 2017. Studi Etnobotani Pada Proses
Ritual Adat Masyarakata Suku Saluan Di Desa Pasokan
Kabupaten Tojo Una- Una Biocelebes,11(1), 46-60.
Pusat Pengembangan Pendidikan dan Aktivitas Instruksional. 2015.
Instrumen Evaluasi Jenis Buku Perguruan Tinggi. Surabaya:
P3AI ITS.
Quiroga, R., Meneses, L., & Bussmann, R. (2012). Medicinal
ethnobotany in Huacareta (Chuquisaca, Bolivia). Journal of
Ethnobiology and Ethnomedicine, 8(29), 1-14.
Qureshi, R., Ghazanfar, S., Obied, H., Vasileva, V., & Tariq, M. 2016.
Ethonotany: A Living Science for Alleviating Human Suffering.
Hindawi Publishing Corporation, 1-3.
Rabia, A. (2005). Urinary diseases and ethnobotany among pastoral
nomads in the Middle East. Journal of Ethnobiology and
Ethnomedicine, 1(4), 1-3.
Rusmina, H. Z., Rhamadanil, R., & Miswan, M. (2015). Studi
Etnobotani Tumbuhan Obat pada Masyarakat Suku Mandar di
Desa Sarude Sarjo Kabupaten Mamuju Utara Sulawesi Barat.
Biocelebes, 9(1), 73-87.

1
8
12

Ryan, J. 2014. Toward An Ethics of Reciprocity: Etnobotanical


Knowledge and Medicinal Plants as Cancer Therapies.
Humanities, 3, 624-644.
Selawa, W., Runtuwene, M.R.J & Citraningtyas, G. (2013). Kandungan
Flavonoid dan Kapasitas Antioksidan Total Ekstrak Etanol daun
Binahong (Anredera cordifolia). Jurnal Ilmiah Farmasi
Universitas Sam Ratulangi, 2 (1): 18- 22.
Singh, A., Kumar, A., & Tewari, D. (2012). An ethnobotanical survey of
medicinal plants used in Terai forest of western Nepal. Journal of
Ethnobiology and Ethnomedicine, 8(11).
Sugiono.2012. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif
kualitatid dan R&D. Bandung: Alfabeta. Negeri Yogyakarta.
Sutikno. (2017). Monograf dari Hasil Penelitian. (Online),
(http://www.lp2m. unnes.ac.id/wp-content), diakses 15 Oktober
2018.
Tjitrosoepomo, Gembong. (2003). Taksonomi Tumbuhan. Yogyakarta:
UGM. Wahyuningsih, et al. (2008). Eksplorasi Tumbuhan dari Hutan
Kalimantan
Tengah sebagai Sumber Senyawa Bioaktif. Jurnal Biodiversitas,
3(9), 169- 172.
Walujo, E. B. (2011). Sumbangan Ilmu Etnobotani Dalam Memfasilitasi
Hubungan Manusia dengan Tumbuhan dan Lingkungannya.
Jurnal Biologi Indonesia, 7(2), 1-17.
Yineger, H., Yewhalaw, D., & Teketay, D. 2008. Ethnomedicinal plant
knowledge and practice of the Oromo ethnic group in
southwestern Ethiopia. Journal of Ethnobiology and
Ethnomedicine, 4(11), 1-10.
Zaman, M.Q. 2009. Etnobotani Tumbuhan Obat Di Kabupaten
Pamekasan. Madura Provinsi Jawa Timur. Pamekasan-Madura,
Jawa Timur. (Skripsi Diterbitkan). Fakultas Sains Dan Teknologi
Universitas Islam Negri Maulana Malik Ibrahim Malang,
Malang.
Zuhud, EAM. (2009). The potential of tropical forest as the buffer for
natural medicine material for the nation’s health. Jurnal Bahan
Alam 6 (6) 227-
232. [Indonesian]
Zulharman., Bagyo, Y., & Jati, B. (2015). Etnobotani Tumbuhan Obat
dan Pangan Masyarakat Suku Sambori Kabupaten Bima Nusa
Tenggara Barat Indonesia. Natural B. 3(2), 199-204

1
9
13

2
0

Anda mungkin juga menyukai