Anda di halaman 1dari 17

Mini Riset Etnobotani

Kajian Etnobotani Tumbuhan Obat Etnis Batak Simalungun di Desa


Merek Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten
Simalungun, Sumatera Utara
Dosen Pengampu : Dr. Aswarina Nasution, M.Pd

Disusun Oleh :
Kelompok 1
Asri Sinurat (42131220003)
Chindy Charolin Manalu (4213220023)

Destra Mika Novtasari Sari Damanik (4213220007)

Naomi Angel Samosir (4213220014)

Pipin Pebriani Simanjuntak (4213520030)

Sekar Nurjannah (4213520001)


Septynia Pelantika Manurung (4213220031)

KELAS : PS21 A
PROGRAM STUDI S 1 BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2023
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mini riset dengan topik “Kajian
Etnobotani Tumbuhan Obat Etnis Batak Simalungun di Desa Merek Raya, Kecamatan Raya,
Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara”. Adapun tugas ini dikerjakan untuk memenuhi
penyelesain tugas mata kuliah Etnobotani.
Kami berterimah kasih kepada Ibu Dr. Aswarina Nasution, M.Pd selaku dosen
pengampu mata kuliah Etnobotani. Atas pengajaran yang diberikan kepada kami sehingga
makalah ini dapat di selesaikan dengan baik.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kami
sangat berharap bagi para pembaca agar dapat memberi kritik dan saran atas makalah ini.
Semoga tugas makalah ini dapat berguna dalam memberikan informasi dan bermanfaat untuk
menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.

Medan, 12 Mei 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang Masalah ....................................................................................................... 1
1.2. Identifikasi Masalah ............................................................................................................. 3
1.3. Ruang Lingkup .................................................................................................................... 3
1.4. Batasan Masalah................................................................................................................... 3
1.5. Rumusan Masalah ................................................................................................................ 3
1.6. Tujuan Penelitian .................................................................................................................. 4
1.7. Manfaat Penelitian................................................................................................................ 4
BAB II TINJAUAN TEORITIS .............................................................................................. 5
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN............................................................................ 10
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................................. 10
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian ......................................................................................... 10
3.3. Desain Penelitian ................................................................................................................ 10
3.4. Instrumen Penelitian ........................................................................................................... 11
3.5. Teknik Pengumpulan Data ................................................................................................. 12
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 13

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan salah satu negara megabiodiversity terbesar di dunia yang kaya
akan sumberdaya hayati. Indonesia mempunyai spesies tumbuhan sebanyak 17% yang ada di
dunia (Putra, Wiryono, & Apriyanto, 2012). Spesies tumbuhan di negara ini meliputi 30.000
spesies tumbuhan dari total 40.000 spesies tumbuhan obat di dunia, dengan jumlah tersebut
mewakili 90% dari tanaman obat yang ada di wilayah Asia, dari jumlah tersebut 25%
diantaranya atau sekitar 7.000 jenis tumbuhan yang diketahui berkhasiat obat sedangkan
tanaman obat di Indonesia terdapat sekitar, 90% atau sekitar 9.000 tumbuhan yang diduga
memiliki khasiat obat (Salim & Munadi, 2017). Hal ini tidak terlepas dari penemuan
dokumen-dokumen tertulis dari peradaban kuno seperti Cina, India dan Timur Tengah
mengenai tradisi pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional dengan tanaman obat di
Indonesia merupakan salah satu mata rantai yang sangat penting dalam membantu untuk
kesejahteraan masyarakat (Walujo, 2009).Pengetahuan tentang hubungan antara tumbuhan
dan manusiaini disebut juga etnobotani.
Etnobotani berasal dari kata"etnologi" yang berarti kajian mengenai budaya, dan
"botani" yang berarti kajian mengenai tumbuhan. Etnobotani adalah suatu bidang ilmu yang
mempelajari hubungan antara manusia dengan tumbuhan. Etnobotani juga merupakan suatu
studi pengetahuan masyarakat lokal tentang tumbuhan. Ilmu etnobotani berkisar
padapemanfaatan tumbuh-tumbuhan oleh orang-orang di sekitarnya sebagai bahan pangan,
papan, kosmetik, obat dan lain-lain yang pada aplikasinya mampu meningkatkandaya hidup
manusia (Arum, Laksana, & Yudiantoro, 2018).
Menurut pakar lain Etnobotani merupakan hubungan antara manusia dan tumbuhan
dalam ekosistem alamiah yang dinamis dan terkait komponen-komponen sosial
lainnya.Etnobotani adalah studi tentang interaksi manusia dan tetumbuhan serta penggunaan
tetumbuhan oleh manusia terkait dengan sejarah, faktor-faktor fisik dan lingkungan sosial, serta
daya tarik tetumbuhan itu.Etnobotani tanaman obat sebagai bidang yang paling banyak dikaji
menunjukkan peran penting informasi dari masyarakat tradisional terkait upaya-upaya
penyembuhan berbagai penyakit.( Hakim,Luchman.2014)
Penggunaan berbagai macam tanaman obat telah menjadi perhatian besar bagi
masyarakat, terutama para peneliti di bidang kesehatan. Selain penggunaan yang lebih aman,
pencarian bahan aktif juga sangat mudah karena tersedia di alam. Berbagai macam pengobatan

1
dilakukan dengan cara yang ekstrim seperti operasi, kemoterapi danperhatian besar bagi
masyarakat, terutama para peneliti di bidang kesehatan. Selain penggunaan yang lebih aman,
pencarian bahan aktif juga sangat mudah karena tersedia di alam (Hakim, 2011). Tumbuhan
dapat digunakan sebagai sumber jamu yang memiliki berbagai aktivitas biologis pada tubuh.
aktivitas biologis tanaman disebabkan oleh kehadiran senyawa metabolit sekunder di
dalamnya, seperti alkaloid, terpenoid, steroid, saponin, flavonoid, polifenol, dan lain-lain.
Modernisasi dapat menyebabkan hilangnya pengetahuan tradisional yang dimiliki oleh
masyarakat. Akibatnya terjadi ancaman kelestarian Tumbuhan Obat (TO) diakibatkan oleh
kerusakan habitat dan minimnya upaya budidaya TO terutama untuk jenis-jenis yang
digunakan dalam jumlah kecil dan kemampuan regenerasi yang lambat (Wijayakusuma et
al.,1992). Oleh karena itu salah satu cara yang efektif dalam menemukan bahan-bahan kimia
baru yang berguna bagi pengobatan adalah pemanfaatan penggunaan data tentang Tumbuhan
Obat (TO) dengan meningkatkan penggunaan tumbuhan berkhasiat obat di kalangan
masyarakat, sehingga perlu dipelajari kearifan lokal, pengobatan tradisional dan pengetahuan
etnobotani khususnya masyarakat Etnis Simalungun.
Salah satu daerah di Indonesia yang masih menjaga pengetahuan lokal tradisi leluhur
mereka tentang pemanfaatan tumbuhan obat adalah masyarakat di Kabupaten Simalungun. Di
daerah Simalungun ini masih ditemukan banyak tumbuhan obat baik yang telah dibudidayakan
atau yang masih tumbuh liar di hutan atau sebagai gulma di kebun atau di sawah. Kabupaten
Simalungun adalah salah satu kabupaten di Sumatera Utara yang melimpah tanaman herbal
baik di budidayakan maupun yang tidak dibudidayakan. Masyarakat Kabupaten Simalungun
sudah lama dari nenek moyang menggunakan tumbuhan (gulma) sebagai obat tradisional dan
percaya khasiat dari tanaman tersebut dapat menyembuhkan berbagai jenis penyakit.
Pengetahuan tentang penggunaan tumbuhan obat tradisional untuk penyembuhan suatu
penyakit ini mereka dapatkan secara turun-temurun. Walaupun khasiat sebagai obat belum
tervalidasi secara saintifik, namun kearifan lokal tentang obat tradisional ini penting untuk di
lestarikan dan di jaga.
Penelitian ini bertujuan untuk menginventarisasi tumbuhan obat dan bagian yang
digunakan untuk ramuan obat oleh masyarakat Etnis Simalungun, Kabupaten Simalungun,
Provinsi Sumatera Utara. Lebih tepatnya di Desa Merek Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten
Simalungun, Sumatera Utara.

2
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka terdapat identifikasi masalah sebagai berikut :
1. Ancaman kelestarian Tumbuhan Obat (TO) diakibatkan oleh kerusakan habitat
dan minimnya upaya budidaya TO terutama untuk jenis-jenis yang digunakan
dalam jumlah kecil dan kemampuan regenerasi yang lambat
2. Modernisasi dapat menyebabkan hilangnya pengetahuan tradisional yang
dimiliki oleh masyarakat.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dalam penelitian ini berfokus mengkaji tentang tentang jenis tumbuhan
obat yang digunakan sebagai pengobatan tradisional secara ilmiah.dengan
meningkatkan penggunaan tumbuhan berkhasiat obat di kalangan masyarakat, sehingga
perlu dipelajari kearifan lokal,pengobatan tradisional dan pengetahuan etnobotani
khususnya masyarakat Etnis Simalungun di Desa Merek Raya, Kecamatan Raya,
Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

1.4 Batasan Masalah


Dalam penelitian ini batasan masalahnya adalah sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya dibatasi di wilayah simalungun di Desa Merek Raya,Kecamatan
Raya,Sumatera Utara.
2. Penelitian ini hanya membahas pemanfaatan tumbuhan berkhasiat obat oleh
Masyarakat simalungun di Desa Merek Raya,Kecamatan Raya,Sumatera Utara.

1.5 Rumusan Masalah


1. Apa saja jenis tumbuhan obat yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat Batak
simalungun di desa Merek Raya,Kecamatan Raya,Sumatera Utara?
2. Bagaimana cara pemanfaatan tumbuhan obat oleh Masyarakat simalungun di desa
Merek Raya,Kecamatan Raya,Sumatera Utara?
3. Bagaimana pemahaman masyarakat desa Merek Raya,Kecamatan Raya,Sumatera
Utara tentang keragaman jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat
tradisional.?

3
1.6 Tujuan Penelitian
1. Mengetahui jenis tumbuhan obat yang digunakan sebagai obat oleh masyarakat Batak
simalungun di desa Merek Raya,Kecamatan Raya,Sumatera Utara.
2. Mengetahui cara pemanfaatan tumbuhan obat oleh Masyarakat simalungun di desa
Merek Raya,Kecamatan Raya,Sumatera Utara.
3. Mengetahui pemahaman masyarakat desa Merek Raya,Kecamatan Raya,Sumatera
Utara tentang keragaman jenis tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat
tradisional.

1.7 Manfaat Penelitian


1. Menginventarisasi tumbuhan obat dan bagian yang digunakan untuk ramuan obat oleh
masyarakat Etnis Simalungun, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara. Lebih
tepatnya di Desa Merek Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, Sumatera
Utara.
2. Memberikan data atau informasi tentang tumbuhan berkhasiat obat yang digunakan
oleh masyarakat Etnis Simalungun, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatera Utara.
Lebih tepatnya di Desa Merek Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun,
Sumatera Utara.
3. Mengungkap jenis-jenis tumbuhan obat yang digunakan masyarakat Desa Merek Raya,
Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, yang bermanfaat bagi
manusia di bidang kesehatan dan dapat dikembangkan menjadi produk yang memiliki
nilai jual tinggi. Hal ini akan berdampak positif bagi kesejahteraan masyarakat.
4. Dengan adanya penelitian ini,Tanaman obat yang terdapat khususnya didesa Merek
raya,kecamatan Raya,Kabupaten simalungun,Sumatera dapat bertujuan untuk lebih
dikenalnya Tanaman obat oleh masyarakat luas daerah luar dan mempertahankan
keberlanjutan industri tanaman obat dan konservasi habitat sumber daya hutan, serta
pemanfaatannya untuk riset farmasi dalam penemuan obat baru.

4
BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2. 1 PENGENALAN ETNOBOTANI
Etnobotani merupakan ilmu botani yang mepelajari tentang pemanfaatan tumbuh-
tumbuhan dalam keperluan hidup sehari-hari dan adat suku bangsa .Pengetahuan tradisional
yang dimiliki setiap suku atau etnis tersebut, diwariskan secara turun temurun, contohnya yaitu
penggunaan tumbuhan sebagai obat untuk menyembuhkan penyakit (Situmorang &
Eka,2018).
Etnobotani sebagai adalah studi tentang hubungan antara tumbuhan dan manusia serta
tentang bagaimana berbagai budaya menggunakan tumbuhan, contohnya dalam upacara ritual
keagamaan. Kajian etnobotani mampu meningkatkan masyarakat terhadap tumbuhan yang ada
disekitar lingkungan mereka, bahwa tumbuhan memiliki peran penting dalam berbagai segi
kehidupan, salah satunya dalam pelaksanaan ritual keagamaan. (Ristanto, et al 2020)
Berbagai suku memanfaatkan tumbuhan sebagai bahan etnomedisin dengan keunikan
ramuan dan cara penyajian yang menunjukkan tingginya pengetahuan etnis lokal tentang
tumbuhan obat.Hampir disetiap suku baik di belahan dunia manapun pasti memiliki tradisi-
tradisi yang mereka jalankan di dalam kehidupan mereka, salah satu contoh tradisi yang ada
dalam tiap suku ialah mengenai pengobatan tradisionalnya. Pengobatan tradisional ialah
pengobatan yang dilakukan secara tradisional, bahan-bahan dan cara pengolahannya masih
tradisional. Saragih & Payerli(2021)mengungkapkan bahwa pengobatan tradisional menjadi
salah satu kearifan lokal yang menjadi ciri khas pada tiap kelompok/ folk. Umumnya
pengetahuan lokal dimiliki dengan mengamati lingkungan di sekelilingnya. Termasuk di
dalamnya penemuan tumbuhan-tumbuhan yang berkhasiat.
Pengobatan tradisional merupakan bagian dari sistem budaya masyarakat yang potensi
manfaatnya sangat besar dalam pembangunan kesehatan masyarakat. Pemanfaatan obat
tradisional untuk pengobatan sendiri (selfcare) cenderung meningkat. Pada tahun 1999 baru
mencapai 20,5 persen, sementara itu menurut hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas)
di tahun 2001 angkanya menjadi 31,7 persen dan 9,8% memilih cara pengobatan tradisional
lainnya. Secara internasional obat-obat tradisional yang menggunakan bahan-bahan dari
tumbuhan (herbal medicine) lebih maju. .
Salah satu etnis yang memiliki pengobatan tradisional ialah etnis Simalungun.Secara
administrasi Kabupaten Simalungun terletak di Provinsi Sumatra Utara yang tepatnya berada
di tengah provinsi. Secara geografis tertelak diantara koordinat 20 36’-30 18’ Lintang Utara

5
dan 98⁰ 32’- 99⁰ 35’ Bujur Timur. Kecamatan Raya merupakan kecamatan terbesar dan terluas
di Kabupaten Simalungun. Kecamatan ini memiliki luas 328,50 Km2, dengan letak geografis
sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Raya Kahean dan Kecamatan Silou Kahean,
sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Dolok Pardamean, sebelah Barat berbatasan
dengan Kecamatan Purba dan Kecamatan Dolok Silou, dan sebelah Timur berbatasan dengan
Kecamatan Panombeian Panei.Dan salah satu desanya adalah Desa Merek Raya (Nasution et
al., 2020)

2.2 JENIS TUMBUHAN YANG DI MANFAATKAN


Masyarakat Etnis Simalungun merupakan salah satu etnis yang masih memanfaatkan
tumbuh-tumbuhan sebagai Obat Tradisional dalam berbagai penyakit. Obat Tradisional dari
bahan alam menjadi salah satu alternatif pengobatan seperti diabetes mellitus. Phyllanthus
niruri (Rumput dukung anak) merupakan jenis tumbuhan liar yang tumbuh pada tempat lembab
dan berbatu. Dapat dijumpai di daerah dataran rendah sampai pada ketinggian 1000 m dpl.
Terna, semusim, tumbuh tegak, tinggi 30-50 cm, bercabang-cabang. Kandungan kimia yang
terdapat pada tumbuhan ini adalah adanya flavonoid yang terdiri dari quercetin, isoquercetrin,
astragalin yang berperan sebagai obat diabetes (Simanjuntak, 2018)

Tumbuh-tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai Obat tradisional oleh masyarakat suku


Simalungun terdiri dari 25 Ordo yaitu Apiales, Arecales, Asparacales, Asterales, Bromeliales,
Capparales, Caryphyllales,Euphorbiales, Fabales, Lamieales, Laurales, Liliales, Magnoliales,
Myrtales, Piperales, Plantaginales, Ranunculales, Sapindales,Scrophulariales, dan violales dan
terdiri 34 Famili antaranya yaitu Apiaceae, Arecaceae, Asphodelaceae, Asteraceae,
Bromeliaceae, Moringaceae, Nyctaginaceae, Euphorbiaceae, Fabaceae, Lamiaceae,
Verbenaceae, lauraceae, Amaryllidaceae,Liliaceae, Annonaceae , Magnoliaceae, Elaecarpacea,
Malvac,ea, Thymelaeaceae, Myrtaceae, Piperaceae, Plantaginaceae, Poaceae,
Menispermaceae, Clusiaceae , Rubiaceae, . Anacardiaceae ,Rutaceae, Acanthaceae,
Solanaceae,Caricaceae, Cucurbitaceae, Musaceae , Zingiberaceae dan terdiri dari 53 yaitu
Anethum graveolens, Apium graveolens,Areca catechu , Aloe vera ,Gynura segetum, Sonchus
arvensis ,Ananas comosus , Moringa oleifera, Bougainvillea sp, Manihot esculenta,Cassia
alata,Tamarindus indica, Ocimum basilicum, Orthosiphon,stamineus,Vitex trifolia Legunde ,
Cinnamomumburmannii,Persea americana, Crinum jagus Allium cepa , Allium sativum,
Annona muricata, Michelia alba, Muntingia calabura, Hibiscus mutabilis,sida rhombifolia ,
Eugenia uniflora, Psidium guajava, Phaleria macrocarpa, Piper betle ,Piper crocatum, Piper

6
cubeba, Plantago major, Cymbopogon nardus, Zea mays, Tinospora cordifolia, Garcinia
mangostana, Clusiaceae, Morinda citrifolia ,Mangifera indica Citrus aurantifolia,
Strobilanthes crispus, Capsicum annum, Physalis minima, Solanum melongena , Carica papaya
Pepaya Daun Malaria, Cucurbita moschata Musa paradisiaca , Alpinia galanga, Curcuma sp ,
Curcuma longa,Curcuma xanthorrhiza, Kaemferia galanga, Zingiber officinale , Zingiber
zerumbet Jenis tumbuhan yang terdiri dari dan 43 Ramuan dengan 34 Jenis Penyakit yang
diperoleh dari 2 Battra.

Menurut Auliana (2014), menjelaskan bahwa salah satu kelompok tumbuhan yang
berpotensi sebagai obat adalah dari suku Zingiberaceae. Suku Zingiberaceae adalah jenis
tumbuhan temu-temuan atau jahe-jahean yang memiliki rimpang dan berbau khas. Tumbuhan
dari suku Zingiberaceae sangat sering dijumpai di kawasan Indonesia, hal ini dikarenakan
Indonesia beriklim tropis yang sangat sesuai untuk tumbuhnya berbagai jenis tumbuhan dari
suku Zingiberaceae. Terdapat 43 jenis ramuan dalam pengobatan tradisional yang
dimanfaatkan oleh masyarakat suku Simalungun yaitu Sinusitis, Obat Ginjal, Obat Malaria,
Obat Lever, Obat Batuk, Lambung, Pegal Linu, Penetralisir Racun, Diare, Kurap, Panas Dalam,
Hipertensi, Ambeien, Batu Ginjal, Keputihan, Pelancar Haid, Asam Urat, Diabetes, Kencing
Darah, Deman Berdasar, Terkilir, Bisulan, Malaria, Disentri, Luka Bakar, Jantung Koroner,
Kanker Rahim, Kencing nanah, Batu Empedu, Kolesterol, Masuk Angin, TBC, Kanker, dan
Kesuburan.

Etnis Simalungun merupakan salah satu etnis yang masih kental dengan kebudayaan dan
pengobatannya. Hal ini dipercaya bahwa masyarakat Simalungun masih memanfaatkan
tumbuh-tumbuhan sebagai bahan obat untuk mengobati penyakit-penyakit tertentu. Selain
itu, masyarakat Simalungun juga memanfaatkan tumbuhan yang berpotensi sebagai obat
untuk pemullihan kesehatan ibu pasca melahirkan.

Tinuktuk merupakan salah satu makanan yang dipercayai oleh etnis Simalungun
memiliki khasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit dalam, khususnya membantu
pemulihan ibu pasca melahirkan dan menghangatkan tubuh. Pada umumnya setiap
perempuan yang habis melahirkan selalu dianjurkan untuk mengkonsumsi tinuktuk, karena
memiliki khasiat dapat memulihkan dan menghilangkan rasa lelah dan dingin pasca
melahirkan. Mengkonsumsi tinuktuk dipercaya dapat mempercepat penyembuhan luka rahim,

7
menyegarkan tubuh, memperlancar peredaran darah, dan memperbanyak produksi ASI.
(Nasution & Damanik, 2021)

Terdapat 4 famili tumbuhan yang menjadi bahan ramuan tinuktuk yaitu Euphorbiaceae,
Amaryllidiaceae, Piperaceae, Zingiberaceae dan terdapat 8 jenis tumbuhan yang di manfaatkan
adalah Aleurites moluccanus, Allium sativum, Allium cepa ,Piper nigrum, Etlingera
elatior,Kaempferia galangal, Zingiber officinale var rubrum dan Zingiber officinale var
amarum tetapi yang paling dominan di gunakan dalam pembuatan tuktuk berasal daari famili
Zingiberaceae yang mendominasi jenis dari ramuan tinuktuk terdiri dari jenis tanaman
Etlingera elatior, Kaempferia galanga, Zingiber officinale var rubrum, dan Zingiber officinale
var amarum

2.3 PEMAHAMAN MASYARAKAT TERHADAP JENIS TUMBUHAN


Masyarakat Merek Raya dengan etnis Batak Simalungun sejak zaman dahulu sudah
mengenal obat-obatan tradisional yang beraneka ragam dan berbagai manfaat bagi Kesehatan
serta merupakan salah satu daerah yang masih menjaga tradisi leluhur dalam memanfaatkan
tanaman sebagai obat untuk mengobati suatu penyakit maupun mencegah penyakit. Obat-
obatan tradisional diperoleh langsung dari alam dan diolah secara sederhana berdasarakan
pengalaman dan pengetahuan yang dimiliki oleh masyarakat. Pengetahuan tradisional tersebut
diperoleh dari nenek moyang masyarakat Batak Simalungun yang telah mengenal pengobatan
tradisional jauh sebelum masyarakat tersebut mengenal pengobatan medis dan pada umumnya
masyarakat Batak Simalungun belajar pengobatan tersebut dari alam.
Namun seiring dengan berkembangnya zaman dan pengetahuan manusia akan ilmu
kesehatan mengenai obat-obatan medis, penggunaan obat-obatan tradisional ini mulai
berkurang dalam kehidupan etnis Simalungun. Berkurangnya penggunaan obat tradisional,
bukan berarti etnis Simalungun tidak mempercayai lagi khasiat pengobatan yang terkandung
dalam tumbuhan – tumbuhan yang biasa dijadikan obat oleh masyarakat dulu. Umumnya
semua etnis Simalungun mengakui bahwa penggunaan obat tradisional dari tumbuhan-
tumbuhan sangat bermanfaat untuk kesehatan. Hanya saja karena mulai langkanya orang yang
bisa membuat dan mengenal jenis-jenis tumbuhan apa saja yang bisa dijadikan obat maka etnis
Simalungun banyak beralih menggunakan obat-obatan yang sudah diracik secara medis.
Meskipun di Desa Merek Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara ini
sudah mulai langka, dikarenakan orang yang ahli membuat atau meramu obat tradisonal sudah
mulai berkurang, akan tetapi hal tersebut tidak menjadikan etnis Simalungun melupakan

8
pengobatan tradisional dan masih tetap berupaya mendapatkan dan menggunakannya sebagai
pengobatan untuk mengobati penyakit hingga sekarang. Pengamatan ini akan memfokuskan
masalah pada jenis tumbuhan apa saja yang bisa dijadikan sebagai obat, cara meramunya ,
Serta habitat dari tumbuhan – tumbuhan tersebut yang ada di Desa Merek Raya, Kecamatan
Raya, Kabupaten Simalungun

9
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3. 1 Lokasi dan Waktu Penelitian


Lokasi dan waktu penelitian yang akan digunakan sebagai objek penelitian adalah
sebagai berikut;
1. Lokasi
Penelitian dilaksanakan di suatu lokasi yang jarang sekali terekspose oleh media
massa dan publik. Pemilihan lokasi yang akan digunakan yaitu di Desa Merek Raya,
Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun. Cakupan luas wilayah desa yang akan di
teliti hanya cakupan Desa Merek Raya saja.
2. Waktu
Waktu penelitian ini akan dilaksanakan dalam kurun waktu selama satu bulan,
dimulai ketika awal bulan April 2023 sampai dengan akhir bulan April 2023. Sebelum
dilaksanakannya penelitian, terlebih dahulu dilakukannya uji lapangan ( survey
lapangan ) yang dilaksanakan pada bulan Januari 2023.
3 .2 Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah masyarakat etnis Batak Simalungun di Desa Merek Raya,
Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Desa Merek Raya tersebut
memiliki potensi tumbuhan obat. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari informan kunci dan
informan utama. Informan kunci meliputi Kepala adat dan dukun. Informan utama meliputi
masyarakat lokal yang memahami tentang tumbuhan obat dari informan kunci sekaligus
mengkonsumsinya.
3.3 Desain Penelitian
Pada desain penelitian ini ada tiga tahapan yang akan di lakukan yaitu, studi pustaka,
observasi lapangan dan wawancara. Setelah mendapatkan data dari hasil wawancara, data akan
diolah dan dianalisis kebenarannya secara pustaka dan lapangan. Desain penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah desain penelitian observasi. Penggunaan desain
penelitian ini karena peneliti ingin meneliti pemanfaatan tumbuhan lokal Desa Merek Raya
yang akan digunakan oleh Masyarakat sekitar dan bagaimana masyarakat sekitar menamai,
mengolah dan memanfaatkan tanaman-tanaman lokal yang ada. Penelitian Observasi ini
termasuk ke dalam penelitian kualitatif untuk meneliti perilaku suatu individu atau kelompok
sampel.

10
3.4 Instrumen Penelitian
Peneliti kualitatif sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian,
memilih informan sebagai sumber data, pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data,
dan membuat kesimpulan atas temuannya. (Sugiono, 2016). Untuk menunjang pengumpulan
data telah dirancang instrumen penelitian, antara lain:
NO Jenis Penjabaran Sumber data
Instrumen
1. Wawancara Pedoman wawancara berisi Narasumber yaitu Kepala adat,
pertanyaan-pertanyaan yang dukun, dan masyarakat lokal
digunakan untuk menggali yang memahami tumbuhan obat
pengetahuan lokal masyarakat, dan mengonsumsinya
Kepala adat, dan dukun
mengenai tanaman obat
2. Observasi Observasi lapangan seperti Fenomena/ aktivitas atau
identifikasi tumbuhan, peristiwa
habitatnya, keadaan demografi,
dokumentasi foto dan
pengambilan sampel spesimen.
Spesimen tanaman obat diambil
untuk deskripsi morfologi,
pengawetan dan pembuatan
herbarium. Deskripsi morfologi
dilakukan dengan mencatat
bagian penting morfologi
tumbuhan seperti, perawakan,
akar, daun, batang dan bunga.
Pengawetan dilakukan dengan
spiritus untuk pengawetan
basah, sedangkan pengawetan
kering dilakukan di herbarium.

11
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara dan
observasi. Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab
yang berlangsung secara satu arah atau diartikan sebagai pertanyaan diajukan dari pihak yang
mewaawancarai dan jawaban akan diberikan oleh pihak yang diwawancarai. Teknik
wawancara yang digunakan data penelitian ini adalah Personality Interview, dimana
wawancara dilakukan dengan pribadi seorang tokoh yang ada pada Desa Merek Raya seperti
Kepala Desa, Dukun maupun masyarakat Desa yang mengenal adat secara mendalam.
Observasi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukaan melalui sesuatu pengamatan,
dengan disertai pencatatan-pencatatan terhadap keadaan atau prilaku objek sasaran.

12
DAFTAR PUSTAKA

Arum, S., Laksana, M., & Yudiantoro, D. (2018). Etnobotani tanaman antipiretik masyarakat
dusun Mesu Boto Jatiroto Wonogiri Jawa Tengah. Hournal of Pharmaceutical science
and Medical Research , 1(1): 1-11.
Hakim A. 2011. Keanekaragaman metabolit sekunder Genus Artocarpus (Moraceae).
Bioteknologi 8 (2):86- 90
Hakim,Luchman.2014. Etnobotani dan manajemen Kebun-Pekarangan
Rumah.Selurus:Jakarta
Nasution et al. (2022). Aquaponik Sebagai Pemberdayaan Lahan Pekarangan Rumah Di Dusun
Sidauruk Nagori Dolok Hataran Kabupaten Simalungun Sumatera Utara. Jurnal
Pengabdian Masyarakat, 746-751.
Nasution, J., & Damanik, J. E. F. (2021, September). Tinuktuk Makanan Tradisional Etnis
Simalingun Untuk Kesehatan Ibu Pasca Melahirkan. In Prosiding Seminar Nasional
Biologi (Vol. 1, No. 1, pp. 122-128).
Putra, R. A., Wiryono, & Apriyanto, E. (2012). Studi etnobotani suku Serawai di Kelurahan
Suka Ramai Kecamatan Selebar Kota Bengkulu. Jurnal Penelitian dan Pengelola
Sumberdaya Alam dan Lingkungan, 1(3) : 207-224.
Ristanto, R. H., Suryanda, A., Rismayati, A. I., Rimadana, A., & Datau, R. (2020). Etnobotani:
tumbuhan ritual keagamaan hindu-bali. JPBIO (Jurnal Pendidikan Biologi), 5(1),
96-105.
Salim, Z., & Munadi, E. (2017). Info komoditi tanaman obat. Jakarta: Badan Pengkajian dan
Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan Republik Indonesia.
Saragih, S. N., & Pasaribu, P. (2016). Tinuktuk sebagai Pengobatan Tradisional Pasca
Melahirkan di Nagori Amborokan Panei Raya, Kecamatan Raya Kahean, Kabupaten
Simalungun. Jurnal Antropologi Sumatera, 18(2). 9-20.
Simanjuntak, H. A. (2016). Etnobotani Tumbuhan Obat di Masyarakat Etnis Simalungun
Kabupaten Simalungun Provinsi Sumatera Utara. BIOLINK (Jurnal Biologi
Lingkungan Industri Kesehatan), 3(1), 75-80.
Situmorang, T. S., & Sihombing, E. S. R. (2018). Kajian pemanfaatan tumbuhan obat pada
masyarakat suku Simalungun di kecamatan Raya desa Raya Bayu dan Raya Huluan
kabupaten Simalungun. BIOLINK (Jurnal Biologi Lingkungan Industri
Kesehatan), 4(2), 112-120.

13
Walujo, E. (2009). Etnobotani : memfasilitasi penghayatan, pemutakhiran pengetahuan dan
kearifan lokal dnegan menggunakan prinsip-prinsip dasar ilmu pengetahuan. Seminar
Etnobotani IV. Cibinong: Cibinong Science Center-LIPI.
Wijayakusuma, H. Dalimanrtha, S. Dan Wirian, A.S. 1992. Tanaman Berkhasiat Obat di
Indonesia I-IV. Pustaka Kartini.

14

Anda mungkin juga menyukai