Di susun oleh :
2023
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah
“Pengobatan Tradisonal di Indonesia”.
Saya sadar bahwa dalam penulisan makalah ini tentunya masih banyak
kekurangan. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari dosen dan teman-
teman sangat berguna untuk memperbaiki penulisan makalah yang selanjutnya.
Semoga penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca dan terutama
bagi saya sendiri.
Penyusun
21 Oktober 2023
i
DAFTAR ISI
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
1.1. Latar belakang........................................................................................... 1
1.2. Rumusan masalah ..................................................................................... 3
1.3. Tujuan ....................................................................................................... 3
BAB II .................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ............................................................................................... 18
3.1. Pengertian pengobatan tradisional .......................................................... 18
3.2. Jenis pengobatan tradisional di indonesia ............................................... 19
3.3. Pemanfaatan obat tradisional di indonesia.............................................. 20
3.4. Tantangan pengembangan obat tradisional di indonesia ........................ 22
BAB IV ................................................................................................................. 27
PENUTUP ......................................................................................................... 27
4.1. Kesimpulan ............................................................................................. 27
4.2. Saran ....................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 29
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
bahwa Masyarakat Indonesia sudah sangat lama menggunakan jamu sebagai
obat herbal. Hal ini menunjukkan masyarakat terhadap pengobatan tradisional
cukup tinggi . Pilihan itu didasarkan selain karena mahalnya pengobatan
modern dan beberapa faktor lainnya, adanya metode ingin kembali ke alam
(back to nature) memicu penggunaan pelayanan kesehatan tradisional.
2
yang merupakan produk obat tradisional asli Indonesia. Berdasarkan riset
tersebut 95,60% (sembilan puluh lima koma enam puluh persen) merasakan
manfaat jamu. Dari berbagai kekayaan aneka ragam hayati yang berjumlah
sekitar 30.000 (tiga puluh ribu) spesies, terdapat 1.600 (seribu enam ratus) jenis
tanaman obat yang berpotensi sebagai produk ramuan kesehatan tradisional
atau pada gilirannya sebagai obat modern (Riskesdas, 2010). Pada penelitian
yang dilakukan oleh (Aprilla & Purwana, 2020) Proporsi masyarakat Indonesia
dalam memanfaatkan ramuan jadi 48%, ramuan buatan sendiri 31,8%,
keterampilan manual 65,3%, keterampilan olah pikir 1,9% dan keterampilan
energi 2,1%.
1.3. Tujuan
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
a. Pembinaan dan pengawasan obat tradisional yang ada dan beredar
di Indonesia.
b. Pemanfaatan obat tradisional bagi kesehatan dan kesejahteraan
rakyat.
5
yang dimaksud berasal dari tumbuhan, hewan, mineral, dan sediaan sarian
(galenik) dalam pengertian kefarmasian merupakan bahan yang digunakan
sebagai simplisia. Simplisia adalah bahan alam yang telah dikeringkan yang
digunakan untuk pengobatan dan belum mengalami pengolahan, kecuali
dinyatakan lain suhu pengeringan tidak lebih dari 600°C.
a. Simplisia Nabati
b. Simplisia Hewani
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan atau bagian zat-
zat hewan yang berguna dan belum berupa zat kimia murni.
6
a. Jamu
Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang tidak memerlukan
pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan
pembuktian empiris atau turun temurun. Jamu harus memenuhi
kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim
khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris, dan memenuhi
persyaratan mutu yang berlaku. Contoh : Tolak Angin®, Antangin®,
Woods’ Herbal®, Diapet Anak®, dan Kuku Bima Gingseng®
7
c. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan obat bahan alam yang dapat disejajarkan
dengan obat modern karena telah dibuktikan keamanan dan
khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik pada hewan dan uji
klinik pada manusia, bahan baku dan produk jadinya telah di
standarisasi. Fitofarmaka harus memenuhi kriteria aman sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan dengan
uji klinis, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang
digunakan dalam produk jadi. Contoh: Stimuno®, Tensigard®,
Rheumaneer®, X-gra® dan Nodiar®.
8
c. Obat tradisional dengan formula yang berasal dari butir (a) dan butir
(b) dalam jumlah besar, diperoleh dari pasar, pemasok maupun
kolektor.
a. Rajangan
b. Serbuk
c. Pil
e. Pastiles
9
f. Kapsul
g. Tablet
i. Sari jamu
Parem, pilis, dan tapel adalah sediaan padat obat tradisional, bahan
bakunya berupa serbuk simplisia, sediaan galenik, atau
campurannya dan digunakan sebagai obat luar.
10
2) Pilis adalah obat tradisional dalam bentuk padat atau pasta yang
digunakan dengan cara mencoletkan pada dahi.
3) Tapel adalah obat tradisional dalam bentuk padat, pasta, atau
seperti bubur yang digunakan dengan cara melumurkan pada
seluruh permukaan perut.
k. Koyok
Sediaan obat tradisional berupa pita kain yang cocok dan tahan air
yang dilapisi dengan serbuk simplisia dan atau sediaan galenik,
digunakan sebagai obat luar dan pemakainya ditempelkan pada kulit.
Di jaman yang sudah modern ini, obat tradisional dapat diperoleh dari
berbagai sumber (Lestari dan Suharmiati, 2006), yaitu :
11
dalam program TOGA (Tanaman Obat Keluarga). Program ini lebih
mengacu pada self care, yaitu pencegahan dan pengobatan ringan
pada keluarga.
b. Obat Tradisional dari Pembuat Jamu (Herbalis)
1) Jamu Gendong
2) Peracik Jamu
12
Departemen kesehatan membagi industri obat tradisional
menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu Industri Kecil Obat Tradisional
(IKOT) dan Industri Obat Tradisional (IOT). Industri farmasi
mulai tertarik untuk memproduksi obat tradisional dalam bentuk
sediaan modern berupa obat herbal terstandar (OHT) dan
fitofarmaka seperti tablet dan kapsul.
13
b) Ketepatan waktu penggunaan
14
e) Ketepatan pemilihan obat untuk indikasi tertentu
3) Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi.
15
tetapi ada juga yang seakan-akan saling berlawanan atau
kontradiksi (akar kelembak).
16
2.2. Kerangka Konsep
17
BAB III
PEMBAHASAN
18
adalah pengobatan dan/atau perawatan dengan cara dan obat yang mengacu
pada pengalaman dan keterampilan turun temurun secara empiris yang dapat
dipertanggung jawabkan dan diterapkan sesuai dengan norma yang berlaku di
masyarakat.”
19
merupakan kombinasi Pelayanan Kesehatan Tradisional yang memiliki
kesamaan, keharmonisan, dan kecocokan yang merupakan satu kesatuan
sistem keilmuan kesehatan tradisional. (Menkes RI, 2018).
20
Obat tradisional dibagi menjadi kelompok jamu, obat herbal
terstandar, dan fitofarmaka. Penggunaan obat tradisional kelompok jamu
banyak dikenal dan digunakan oleh masyarakat. Penggunaan jamu sebagai obat
melalui tahapan yang sederhana misalnya dikeringkan dan direbus dengan cara
pengolahan didapatkan secara turun temurun. Sedangkan, kelompok
fitofarmaka merupakan bahan obat alam yang telah dilakukan uji klinis untuk
membuktikan efektivitas dan keamanannya.
21
Bagian dari tanaman yang dapat dimanfaatkan penggunaannya untuk
pengobatan antara lain, daun, batang, umbi, akar, rimpang, kulit batang, bunga,
buah, biji, getah maupun keseluruhan bagian dari tanaman tersebut. Daun
merupakan bagian tumbuhan yang paling banyak dimanfaatkan untuk obat
dibandingkan bagian tumbuhan lainnya. Daun merupakan organ fotosintesis
utama tumbuhan dan dianggap sebagai komponen kunci dari sintesis
komponen bioaktif dari tumbuhan sebagai bahan aktif yang dapat digunakan
untuk obat.
22
memungkinkan masyarakat dari golongan tertentu dapat mengakses
pendidikan kesehatan yang dibuka pemerintah kolonial. Pembukaan
pendidikan bidang kesehatan tersebut pada awalnya memang hanya untuk
menjadi petugas lapangan atas masalah-masalah wabah penyakit yang
menjangkiti beberapa daerah di Hindia Belanda30.
23
tradisional, begitu banyak spesies yang didapatkan tidak hanya memberi
tantangan dalam upaya pengidentifikasiannya akan tetapi untuk benarbenar
meneliti zat-zat yang terkandung dalam setiap spesies yang ada. Dalam
beberapa tanaman obat tradisional, satu jenis tanaman memiliki pelbagai zat
yang terkadang memiliki efek yang cukup bertentangan. Tantangan tersebut
yang harus dipecahkan untuk menjadikan sebuah obat tradisional yang mampu
terstandardisasi serta teridentifikasi khasiat dan efek sampingnya.
Standardisasi inilah yang penting menjadi pintu masuk obat tradisional
sehingga mampu sejajar dengan obat dan pengobatan modern yang
dipraktikkan pada fasilitas-fasilitas pelayanan kesehatan.
24
mengandalkan kondisi yang dihadapi industri farmasi dalam negeri dalam
memproduksi obat-obatan modern tidak memungkinkan karena sebagian besar
bahan baku dari proses produksi merupakan bahan impor. Oleh karena itu,
dengan memaksimalkan kekayaan hayati serta pengetahuan lokal yang dimiliki
Indonesia adalah modal cukup untuk bersaing dalam persaingan global industri
farmasi.
25
Sarana dan Prasarana Penunjang Subbidang Sarpras Kesehatan Tahun
Anggaran 2016 (Permenkes RI No. 82 Tahun 2015) yang memuat
diperbolehkannya penggunaan obat lain, termasuk obat tradisional, obat herbal
terstandar dan fitofar maka sesuai indikasi medis yang dibutuhkan.
26
BAB IV
PENUTUP
4.1. Kesimpulan
27
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c merupakan kombinasi Pelayanan
Kesehatan Tradisional yang memiliki kesamaan, keharmonisan, dan
kecocokan yang merupakan satu kesatuan sistem keilmuan kesehatan
tradisional.
4.2. Saran
28
DAFTAR PUSTAKA
Cahyaningsih, R., Joana Magos Brehm, and Nigel Maxted. (2021). “Gap Analysis
of Indonesian Priority Medicinal Plant Species as Part of Their Conservation
Planning.” Global Ecology and Conservation.
Kusumo, Adristy Ratna, Farrel Yumna Wiyoga, Haekal Putra Perdana, Izzatidiva
Khairunnisa, Raihan Ibadurrohman Suhandi, and Shinta Sunja Prastika.
(2020) “Jamu Tradisional Indonesia: Tingkatkan Imunitas Tubuh Secara
Alami Selama Pandemi.” Jurnal Layanan Masyarakat (Journal of Public
Services).
29