Anda di halaman 1dari 20

ANTROPOLOGI

Dosen Pengajar :
Apt. Baharuddin Yusuf, S.Farm., M.Farm
NIP. 199311032022031001

Oleh:

Anisa Oktavia PO6220122054


Irwanda PO6220122065
Kezia Naduma Syahreza PO6220122068

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KEMENKES PALANGKA RAYA
PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN
2023
KATA PENGANTAR

Segala Puji bagi Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahNya, sehingga
kami dapat menyusun dan menyelesaikan sebuah makalah yang berjudul “Stratifikasi
Sosial Akibat Pemilihan Obat Yang Digunakan Masyarakat”. Makalah ini disusun
untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Antropologi. Dengan tetap menyadari
kekurangannya, buku panduan ini diharap dapat menambah pengetahuan belajar.
Apresiasi dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang
telah turut berpartisipasi dalam penyusunan dan penyempurnaan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberikan manfaat.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini bisa menambah wawasan para
pembaca dan bisa bermanfaat untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.
Sekian dan terima kasih.

Palangka Raya, 12 Februari 2023

Kelompok 3

1
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR1

DAFTAR ISI2

BAB I PENDAHULUAN3

A. Latar Belakang3
B. Tujuan Penulisan 4
C. Manfaat Penulisan 4

BAB II PEMBAHASAN 5

A. Tipe Tipe Pengobatan 5


B. Pengobatan Tradisional 5
C. Pengobatan Modern 6
D. Kerugian dan keutungan 7
E. Faktor Faktor yang Mempengaruhi 10
F. Contoh Kasus Stratifikasi Sosial 12

BAB III PENUTUP 7

A. Kesimpulan17
B. Penutup17

DAFTAR PUSTAKA 18

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Menurut Siti Kholifah, dkk dalam buku Pengantar Sosiologi (2021),
pengertian stratifikasi sosial adalah pelapisan sosial individu di dalam
masyarakat. Istilah stratifikasi sosial berasal dari bahasa
Yunani, stratum dan socius. Stratum berarti lapisan, dan socius artinya
masyarakat. Pelapisan atau pengelompokan masyarakat tersebut ditentukan oleh
beberapa hal, seperti keadaan ekonomi, kekayaan, status sosial, pekerjaan,
kekuasaan, pendidikan, dan pemilihan obat. Dalam memilih pengobatan
masyarakat dapat memilih pengobatan tradisional dan modern. Obat tradisional
adalah bahan atau ramuan alami dari tumbuhan, yang dipercaya dapat mengobati
penyakit tertentu, dan telah digunakan secara turun-temurun, misalnya jamu.
Sedangkan obat modern adalah obat yang telah teruji manfaat maupun efek
sampingnya secara farmakologis dan klinis. Baik obat modern maupun obat
herbal yang dijual di pasaran, harus telah terdaftar resmi di BPOM RI.
Menurut Menteri Kesehatan No. 919 Menkes/Per/X/1993, swamedikasi
merupakan suatu tindakan pengobatan sendiri dengan obat yang dimadsudkan
tidak memberikan resiko pada kelanjutan penyakit, serta hal tersebut tidak
memerlukan cara dan atau alat khusus yang harus dilakukan oleh tenaga
kesehatan (Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 1993). Penggunaan obat
tradisional dan obat modern dalam kegiatan swamedikasi sudah mulai menarik
untuk dilakukan pembahasan. (Zulkarni, Tobat, et al., 2019). Obat tradisional
tentu saja mendapatkan tempat khusus bagi sebahagian masyarakat Indonesia,
karena harganya yang murah serta mudah untuk didapatkan dan juga sederhana
dari segi pengolahannya (Purnama, 2016). Obat tradisional juga bias berpeluang
untuk dijadikan sebagai obat modern (Sudradjat, 2017). Pada review artikel ini
hanya akan berfokus pada bahasan swamedikasi terhadap obat tradisional dan
obat modern yang pernah dilakukan penelitiannya di Indonesia.

3
B. TUJUAN PENULISAN
Mengetahui tentang perilaku masyarakat dalam pemilihan obat
tradisional dan modern

C. MANFAAT PENULISAN
1. Menambah pengetahuan dan memperluas pengetahuan peneliti tentang pemilihan
obat di masyrakat
2. Menjadi refrensi bagi penulis
3.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. TIPE-TIPE PENGOBATAN
1. Tradisional
Pengobatan tradisional sebagai alternatif sistem pengobatan modern yang
ada di klinik- klinik kesehatan, puskesmas dan rumah sakit. Perlu dipahami,
sistem pengobatan tradisional ini disebut sebagai sistem pengobatan alternatif
baik itu dari sisi orang/ pelaku praktik pengobatan, ilmunya, obatnya maupun
juga kuatnya budaya mistis atau magis yang bercampur dengan kehidupan
modern mengarahkan kecenderungan untuk memilih dan menggunakan sistem
pengobatan tradisional sebagai alternatif sistem pengobatan modern yang ada di
klinik- klinik kesehatan, puskesmas dan rumah sakit
2. Modern
Sistem pengobatan modern telah berkembang pesat di masa sekarang ini
dan telah menyentuh hampir semua lapisan masyarakat seiring dengan majunya
ilmu pengetahuan, teknologi, kedokteran, farmasi, dan sebagainya. Dalam
kenyataannya pada saat ini, perkembangan praktik-praktik pengobatan medis
modern baik yang dikelola oleh lembaga pemerintah maupun swasta selalu
diiringi dengan perkembangan praktik-praktik pengobatan tradisional. Hal
tersebut ditunjukkan dengan adanya
pengobatan tradisional yang masih tetap hidup dan menjadi model
pengobatan alternatif dalam masyarakat.
B. PENGOBATAN TRADISIONAL
Perlu dipahami, sistem pengobatan tradisional ini disebut sebagai sistem
pengobatan alternatif baik itu dari sisi orang/ pelaku praktik pengobatan, ilmunya,
obatnya maupun juga dari segi biayanya yang biasanya lebih murah dibanding cara-
cara pengobatan modern. Secara khusus, mahalnya biaya penyembuhan penyakit
secara medis mendorong masyarakat untuk berbondong-bondong menuju berbagai
tempat pengobatan tradisional. Kecenderungan untuk memilih sistem pengobatan
tradisional, menurut pakar Sosiologi dan Kebudayaan Prof. Dr. Tadjoer Ridjal, M.

5
Pd, menunjukkan sebuah gambaran umum tentang masyarakat Indonesia yang
masih memegang teguh nilai-nilai tradisi warisan generasi sebelumnya (Andreasari,
2010).
Pemikiran masyarakat yang masih konservatif tersebut didukung dengan
adanya faktor kepercayaan (belief) yang begitu kuat terhadap kekuatan metafisik
yang memiliki daya penyembuh bagi berbagai macam penyakit. Kepercayaan ini
merupakan sesuatu yang diyakini keberadaannya, dia selalu memunculkan sebuah
pertanyaan benar dan salah, beberapa orang berpendapat bahwa kepercayaan tidak
dapat didiskusikan dalam konteks benar atau salah, sebab ini menyangkut tentang
sebuah keyakinan. Adapun sistem pengobatan tradisional yang berkembang pada
masing- masing masyarakat tidaklah sama. Hal tersebut tergantung pada sistem
kepercayaan, kebudayaan dan kehidupan sosial yang dianut oleh masyarakat yang
bersangkutan.
C. PENGOBATAN MODERN
Pengobatan moderen merupakan cara-cara pengobatan yang dilakukan
berdasarkan penelitian ilmiah dan berdasarkan pengetahuan dari berbagai aspek.
Biasanya pengobatan medis menggunakan beberapa terapan disiplin ilmu
pengetahu
an dalam mengobati sebuah penyakit, cara pemeriksaan dan diagnose
penyakit pun lebih akurat daripada pengobatan tradisional.
Selain itu obat yang gunakan dalam pengobatan medis semuanya
merupakan hasil uji klinis yang mendalam dan memiliki fungsi yang dapat
dibuktikan secara ilmiah. Pengobatan modern memiliki sebuah prosedur yang
sesuai dan terus di tingkatkan seiring dengan kemajuan teknologi. Saat ini, obat
modern memiliki jawaban untuk mendeteksi dan mengobati sejumlah besar dari
berbagai kondisi medis, terutama yang di picu oleh bakteri, virus dan jenis lain dari
penyebab infeksi atau penyakit.
Banyak penyakit yang dulunya tidak dapat disembuhkan dan berakhir pada
kematian tetapi sekarang mudah untuk disembuhkan antara lain batuk rejan, difteri,
cacar, dan penyakit lainnya. Pengobatan modern biasanya cenderung mengabaikan
aspek-aspek spiritual, social dan keyakinan seseorang. Ini semacam ketidakpuasan
menyebabkan peningkatan yang signifikan jumlah orang yang masih mengandalkan

6
pengobatan tradisional untuk mengatasi masalah kesehatan mereka. Semua ini
terjadi meskipun fakta bahwa tidak ada bukti ilmiah terhadap metode pengobatan
tradisional yang dapat memberikan hasil yang memuaskan.
D. KERUGIAN DAN KEUNTUNGAN
Obat Tradisional:
Adapun yang menjadi kekurangan/kelemahan penggunaan tanaman obat
tradisional dalam pengobatan di Indonesia diantaranya :

1. Efek dari tanaman obat tradisional terhadap penyakit cenderung lebih lambat
dan lama, sehingga pengguna obat tradisonal diharapakan untuk lebih bersabar.
Hal ini terjadi karena obat modern terdiri dari bahan kimia yang murni baik
tunggal maupun campuran. Bahan kimia bersifat tidak organis dan murni
sehingga bersifat tajam dan reaktif (mudah bereaksi) sedangkan tubuh kita
bersifat organis dan kompleks, sehingga bahan kimia dapat langsung
menunjukkan reaksi yang begitu cepat dibandingkan dengan obat dari tanaman
tradisional.
2. Sering kurang efektif untuk penyakit tertentu, hal ini dapat kita lihat banyak
penyakit belum ditemukan obatnya, sehingga obat yang digunakan lebih banyak
bersifat simptomatis dan digunakan terus menerus sesuai gejalanya. Beberapa
penyakit bahkan belum diketahui sebabnya. Sehingga pasien masih harus
berulang-ulang ke klinik, puskesmas atau rumah sakit untuk mengimbangi
dengan pengobatan secara modern dan kimiawi.
3. Obat tradisional tidak mungkin tanpa kekurangan. Secara tiba-tiba, penyakit
serius, obat utama masih menjadi pilihan. Obat tradisional tidak dapat mengobati
trauma serius seperti patah kaki, tidak juga menyembuhkan radang usus buntu
atau serangan jantung seefektif dokter yang menggunakan pengujian diagnosis
modern, operasi, dan obat-obatan. Ilmu kedokteran modern mengobati penyakit
tiba-tiba dan kecelakaan lebih efektif dibanding herbal atau pengobatan
alternatif lainnya.
4. Kelemahan yang lain adalah risiko nyata apabila melakukan pengobatan
tradisional sendiri karena ketidaktahuan dosis. Sementara pihak lain dapat
berargumentasi bahwa hal yang sama dapat terjadi pada obat-obatan, seperti
kecelakaan overdosis obat flu, salah dalam pengaturan dosis ramuan sehingga

7
dapat menyebabkan kerusakan ginjal yang serius. Ada risiko yang sangat nyata
pada overdosis obat tradisional.

Adapun yang menjadi kelebihan penggunaan tanaman obat tradisional dalam


pengobatan di Indonesia diantaranya :

1. Dibandingkan obat-obatan kimia, obat tradisonal memiliki beberapa kelebihan,


antara lain : efek sampingnya relatif rendah, dalam suatu ramuan dengan
komponen berbeda memiliki efek saling mendukung, pada satu tanaman
memiliki lebih dari satu efek farmakologi serta lebih sesuai untuk penyakit-
penyakit metabolik dan degeneratif. Jika mengunakan obat modern
dikawatirkan adanya efek samping yang terakumulasi dan dapat merugikan
kesehatan. Oleh karena itu lebih sesuai bila menggunakan obat alam/OT,
walaupun penggunaanya dalam waktu lama tetapi efek samping yang
ditimbulkan relatif kecil sehingga dianggap lebih aman.
2. Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan obat
tradisional/komponen bioaktif antar tanaman obat tradisonal. Dalam suatu
ramuan obat tradisional umumnya terdiri dari beberapa jenis tanaman obat
tradisonal yang memiliki efek saling mendukung satu sama lain untuk mencapai
efektivitas pengobatan yang maksimal. Formulasi dan komposisi ramuan
tersebut dibuat setepat mungkin agar tidak menimbulkan kontra indikasi, bahkan
harus dipilih jenis ramuan yang saling menunjang terhadap suatu efek yang
dikehendaki. Sebagai contoh tanaman kunyit akan lebih bagus efeknya jika
dikonsumsi berbarengan dengan tanaman kencur dan madu, supaya dperoleh
rasa yang manis dan efektivitas yang maksimal untuk penyembuhan sakit perut.
3. Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Zat aktif pada
tanaman obat umunya dalam bentuk metabolit sekunder, sedangkan satu
tanaman bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder; sehingga
memungkinkan tanaman tersebut memiliki lebih dari satu efek farmakologi.
Efek tersebut adakalanya saling mendukung (seperti pada herba timi dan daun
kumis kucing), tetapi ada juga yang seakan-akan saling berlawanan atau
kontradiksi (sperti pada akar kelembak). Sebagai contoh misalnya pada rimpang
temu lawak (Curcuma xanthoriza) yang disebutkan memiliki beberapa efek

8
farmakologi, antara lain : sebagai anti inflamasi (anti radang), anti
hiperlipidemia (penurun lipida darah), cholagogum (merangsang pengeluaran
produksi cairan empedu), hepatoprotektor (mencegah peradangan hati) dan juga
stomakikum (memacu nafsu makan).
4. Murah dan mudah didapat. Ya, benar sekali hampir semua obat tradisional yang
mempunyai manfaat sangat baik bagi kesehatan mudah ditemukan disekitar kita.
Terkadang kita tidak perlu mengeluarkan uang untuk membeli tanaman obat
tertentu, namun meskipun harus mengeluarkan uang pasti juga sangat murah
dibandingkan harus membeli obat herbal atau obat kimia.
5. Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif.
Sebagaimana diketahui bahwa pola penyakit di Indonesia (bahkan di dunia)
telah mengalami pergeseran dari penyakit infeksi (yang terjadi sekitar tahun
1970 ke bawah) ke penyakit-penyakit metabolik degeneratif (sesudah tahun
1970 hingga sekarang). Hal ini seiring dengan laju perkembangan tingkat
ekonomi dan peradaban manusia yang ditandai dengan pesatnya perkembangan
ilmu dan teknologi dengan berbagai penemuan baru yang bermanfaat dalam
pengobatan dan peningkatan kesejahteraan umat manusia. Yang termasuk
contoh penyakit metabolik antara lain : diabetes (kecing manis), hiperlipidemia
(kolesterol tinggi), asam urat, batu ginjal dan hepatitis; sedangkan contoh
penyakit degeneratif diantaranya : rematik (radang persendian), asma (sesak
nafas), ulser (tukak lambung), haemorrhoid (ambaien/wasir) dan pikun (Lost of
memory)
6. Bebas toksin. Obat herbal bebas racun sehingga aman dikonsumsi siapa pun,
bahkan seringkali memberikan efek meluruhkan racun dalam tubuh
(detoksifikasi).
7. Tidak selalu bergantung pada bantuan tenaga medis. Apabila diagnosa sudah
jelas, pengobatan umumnya dapat dilakukan oleh anggota keluarga sendiri tanpa
harus tergantung pada bantuan tenaga medis atau paramedis. Dokter dibutuhkan
untuk diagnosa yang benar dengan bantuan analisa laboratorium klinik
(rekomendasi pengobatan herbal atau tradisional juga dapat diberikan oleh
dokter).
Obat Modern:

9
Adapun yang menjadi kekurangan/kelemahan penggunaan obat modern
dalam pengobatan di Indonesia diantaranya:
1. Efek samping. Terdapat efek samping dari obat kimia yang bisa berupa efek
samping langsung maupun tidak langsung atau terakumulasi. Hal ini terjadi
karena bahan kimia bersifat anorganik dan murni sementara tubuh bersifat
organik dan kompleks. Maka bahan kimia bukan bahan yang benar-benar cocok
untuk tubuh. Penggunaan bahan kimia pada tubuh dianggap sebagai sesuatu
yang tidak terhindarkan dan digunakan secara terbatas yang dapat diterima dan
ditoleransi oleh tubuh.
2. Sering kurang efektif untuk penyekit tertentu. Beberpa penyakit memang belum
ada obatnya, obat yang ada hanya bersifat simptomatik dan harus diminum
seumur hidup. Beberapa penyakit belum diketahui penyebabnya. Banyak pasien
secara rutin pergi ke dokter tanpa perbaikan yang signifikan bahkan semakin
buruk keadaannya.
3. Harga yang mahal karena faktor impor. Hampir semua obat kimia yang kita
gunakan berasal dari luar. Hal ini terjadi karena untuk menghasilkan obat kita
membutuhkan teknologi tinggi, biasa investasi yang tinggi dan waktu penelitian
yang lama. Alasan lain di impor obat adalah perlunya kepercayaan atas produsen
obat. Sampai saat ini kepercayaan terutama ada pada beberapa negara yang
dikenal produsen obat.

Adapun yang menjadi kelebihn penggunaan tanaman obat modern dalam


pengobatan di Indonesia diantaranya :

1. Reaksi cepat untuk penyembuhan penyakit. Mungkin hanya itu saja kelebihan
dari obat kimia, dan kebanyakan memang dampak negatif obat kimia yang
digunakan terus menerus sehingga akan membuat dampak buruk yang terjadi
pada tubuh seperti melemahnya organ tubuh, dll.
2. Formulasi obata dapat memberi panduan indikasi maupun kontraindikasi
penggunaan tiap jenis obat secara lebih spesifik, dalam hal manfaat dan cara
penggunaannya.
E. FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
Pengetahuan seseorang dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu :

10
1. Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu upaya untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan di dalam dan di luar sekolah (baik formal maupun nonformal), yang
berlangsung seumur hidup. Pendidikan adalah sebuah proses pengubahan sikap
dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan memengaruhi proses
belajar. Makin tinggi pendidikan seeorang, maka makin mudah orang tersebut
untuk menerima informasi.
Dengan pendidikan tinggi, maka seseorang akan cenderung untuk
mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media massa. Semakin
banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat
tentang kesehatan. Namun, perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan
rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula, karena peningkatan
pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat
diperoleh pada pendidikan nonformal.
2. Informasi/media massa
Informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui atau sebagai transfer
pengetahuan. Menurut Undang-Undang Teknologi Informasi, Informasi
didefinisikan sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan,
menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisis, dan menyebarkan
informasi dengan tujuan tertentu Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan
formal maupun nonformal dapat memberikan pengaruh jangka pendek
(immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan
pengetahuan. Berkembangnya teknologi akan menyediakan bermacam-macam
media massa yang dapat memengaruhi pengetahuan masyarakat tentang inovasi
baru.
3. Sosial, budaya dan ekonomi
Terkadang kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa dapat
menilai apakah yang dilakukannya baik atau buruk. Status ekonomi seseorang
juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan
tertentu sehingga status sosial ekonomi ini akan memengaruhi pengetahuan
seseorang.

11
4. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan
tersebut. Hal ini terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak, yang
akan direspons sebagai pengetahuan oleh setiap individu.\

5. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali
pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa
lalu. Pengalaman akan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil
keputusan.
6. Usia
Usia memengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya
sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Semakin
bertambah tua biasanya semakin bijaksana, karena banyak informasi yang
dijumpai dan banyak hal yang dikerjakan sehingga pengetahuannya bertambah.
Namun, sulit mengajarkan ilmu baru kepada orang yang sudah tua karena
mereka telah mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Dapat
diperkirakan bahwa Intellegence Quotient (IQ) akan menurun sejalan dengan
bertambahnya usia. Beberapa teori berpendapat ternyata IQ seseorang akan
menurun cukup cepat sejalan dengan bertambahnya usia.
F. CONTOH KASUS STRATIFIKASI SOSIAL
Lika-Liku Pengobatan Kanker Anak di Indonesia, Obat dan Tenaga Ahli Terbatas
Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan terkait deteksi dan penanganan
kanker anak di Indonesia. Terkesan, penyakit ini belum menjadi prioritas dan belum
mendapat perhatian banyak orang karena jumlah kasusnya yang masih tergolong
'sedikit' dibanding kanker pada orang dewasa.
Ratio yang seringkali digunakan untuk menggambarkan kondisi kanker anak adalah di
antara satu juta anak, diperkirakan terdapat 120 anak pengidap kanker setiap tahunnya.

12
Kalo di Jakarta ini saja kita asumsikan penduduknya 12 juta, anaknya ada 4 juta.
Anaknya 4 juta, lalu yang sakit kanker ada 480 anak setiap tahun kasus barunya.
Apakah itu sedikit? 'Kan gak juga, banyak gitu," ucap Ira Soelistyo, pendiri dari
Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia kepada detikcom, Kamis (9/2/2023).

Menanggapi permasalahan kanker anak di Indonesia, dr Haridini Intan Setiawati,


SpA(K), konsultan hematologi onkologi anak di RS Kanker Dharmais, menyoroti
sistem pendataan kasus kanker anak di Indonesia yang masih perlu banyak pembenahan.
Di samping itu, jumlah ahli kanker anak di Indonesia pun dinilainya masih sedikit.
Jelas, hal ini turut berdampak pada terbatasnya juga fasilitas layanan kanker yang
tersedia.
"Untuk ahli kanker anak masih sedikit. Saya bisa sebut kurang lebih 83. Jadi kita
memang harus banyak yang mau belajar kanker pada anak," kata dr Haridini.
"Karena saya di Manado, yang ada di sini hanya kemoterapi. Kalau di Manado baru ada
kemoterapi, kalau untuk ditambah terapi yang lain dirujuk ke Jakarta," ucap Maylan,
salah satu orang tua dari pengidap kanker anak, kepada detikcom, Senin (13/2/2023).
Ahli kanker dan fasilitas kesehatan yang tidak merata menjadi salah satu hambatan
dalam proses pengobatan kanker anak di Indonesia. Tak berhenti di situ, ketersediaan
obat-obatan juga menjadi permasalahan yang tak kunjung terselesaikan.
Sabrina Alvie Amelia, seorang penyintas kanker anak Leukemia, membagikan kisah
perjuangan keluarganya ketika mengalami kesulitan mendapat suatu obat untuk
kemoterapi di tahun 2000-an.
"Kebetulan ayahku di Jogja nggak nemu. Sampai dia nyari di Jateng, apotek, rumah
sakit, dan lain-lain. Soalnya kalau kemo itu 'kan ada jadwalnya. Tiap minggu harus
masuk obat apa. Ada schedule ketat jadi nggak bisa mundur beberapa lama karena akan
mengulang dari awal. Makanya pas itu di Yogya lagi habis atau langka obatnya. Sampai
akhirnya nemu di daerah Jawa Tengah," cerita Alvie.
Ira, sebagai salah satu dari sekian banyak orang tua pengidap kanker anak di Indonesia
juga merasakan kesulitan yang sama dalam mendapatkan obat yang dibutuhkan dalam
proses pengobatan anaknya.

13
"Kalau negara turun tangan dalam arti memfasilitasi nggak akan susah (didapat) seperti
itu. Sudah dari zaman anak saya berobat tahun 1983 sampai sekarang. Putus-putus
(distribusinya)," katanya.
Di luar pengalaman para penyintas dan orang tua, para dokter spesialis kanker juga turut
merasakan kesulitan itu.
"Ketersediaan stok obat juga sulit karena termasuk obat-obatan yg mahal dan spesifik.
Tidak semua rumah sakit punya," ujar dr Yogi Prabowo, SpOT(K) Onk, dokter spesialis
ortopedi dan traumatologi serta konsultan onkologi ortopedi di RSCM, ketika ditemui
oleh detikcom, Rabu (1/2/2023).
Tak hanya dr Yogi, Prof dr Rita Sita Sitorus, PhD, SpM(K), seorang dokter spesialis
mata anak di Departemen Ilmu Kesehatan Mata FKUI-RSCM juga mengeluhkan hal
serupa.
"Beberapa jenis (pengobatan) saat ini di Indonesia bisa, tapi beberapa jenis sayangnya
belum," ucap Prof Rita.
"Salah satu terobosan yang dilakukan RSCM saat ini, jadi teknik pengobatan ini Intra-
arterial chemoteraphy (IAC) dan disuntikkan dalam bola mata adalah terobosan baru
yang dilakukan oleh rumah sakit ini. Dulunya kita tidak bisa, setiap pasien tertentu tidak
bisa kita lakukan. Terpaksa dikirim ke luar negeri, (ke) Amerika, Itali, Barcelona. Tapi
'kan masa dikirim semua? Biayanya dari mana? Kalau yang mampu ya bisa, kalau yang
ga mampu gimana, masa mau didiemin? Makanya kita akhirnya buat terobosan itu,
yang pertama nih di Indonesia di RSCM ini. Tapi obatnya tidak ada," tuturnya ketika
ditemui detikcom di kawasan Jakarta Pusat, Jumat (3/2/2023).

Upaya Kemenkes Mengatasinya


Menanggapi berbagai macam persoalan kanker anak yang ada, Direktur
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular (P2PTM) Kementerian
Kesehatan (Kemenkes RI) dr Eva Susanti angkat bicara.
Ia mengatakan bahwa saat ini, Kementerian Kesehatan sedang melakukan transformasi
di enam pilar, termasuk transformasi layanan primer dan transformasi layanan rujukan
di mana adanya peningkatan akses dan mutu layanan sekunder dan tersier termasuk
kanker.

14
"Untuk layanan kanker saat ini sudah terdapat 10 rumah sakit paripurna, 9 rumah sakit
utama, dan 75 rumah sakit madya. Kemudian pada tahun 2024 diharapkan juga layanan
pengampuan kanker ini dapat bertambah menjadi sekitar 23 rumah sakit paripurna, 34
rumah sakit utama, dan 42 rumah sakit madya," jelas Eva ketika dihubungi detikcom,
Selasa (14/2/2023).
Lebih lanjut, pemerintah juga saat ini telah mengupayakan transformasi tenaga
kesehatan untuk memastikan bahwa kanker anak dapat tertangani dengan baik dan
merata.
"Jadi kita menyiapkan SDM-SDM yang akan kita butuhkan. Jadi bisa diberikan dengan
beasiswa spesialis atau ditingkatkan dengan program fellowship. Di samping itu kita
juga melakukan pelatihan kepada nakes kita secara keutuhan, mulai dari dokter hingga
tenaga kesehatan. Jadi semuanya kita latih untuk menyiapkan SDM yang lebih baik,"
tuturnya.
Selain itu, Kementerian Kesehatan dalam rangka peringatan Hari Kanker Anak Sedunia
juga meluncurkan buku pedoman yang ditujukan untuk para tenaga kesehatan agar
dapat melakukan deteksi dini pada kanker anak.
Terkait sistem pendataan kasus kanker anak di Indonesia, Eva mengatakan bahwa saat
ini pemerintah sedang mengupayakan yang terbaik dengan membentuk aplikasi untuk
pendataan kasus nasional secara lebih terintegrasi.
"Kami ada namanya Satu Sehat Indonesia, di aplikasi itu salah satunya akan tercatat
seluruh penyakit kanker atau penyakit lain secara terintegrasi. Jadi bisa dilihat secara
real time perubahan angkanya, per seluruh kabupaten kota dan seluruh provinsi di
Indonesia. Jadi pemantauannya lebih gampang," jelas Eva
Memang sistemnya sedang kita perkuat, sedang kita berjalan, karena teman-teman
kabupaten 'kan juga akan menginput begitu banyaknya kasus dalam satu aplikasi. Jadi
ini memang sedang berjalan dan perbaikan terus-menerus agar hasilnya lebih baik,"
lanjutnya.
Menanggapi kesulitan dalam mendapatkan obat-obatan yang dibutuhkan dalam
pengobatan kanker anak, Eva mengakui hal ini merupakan bagian dari tanggung jawab
bersama antara industri farmasi, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan,
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Kesehatan sendiri, dan
pemerintah daerah juga pihak swasta.

15
Ia mengharapkan pandemi COVID-19 bisa menjadi pembelajaran bahwa Indonesia
membutuhkan industri farmasi yang lebih baik ke depannya.
"Pemerintah mendorong pihak industri farmasi Indonesia agar mampu memproduksi
obat-obatan kanker agar menjaga ketersediaannya di pasaran dan mendistribusi secara
merata di seluruh rumah sakit pemerintah dan swasta yang memberikan layanan
kanker," ucapnya.
Eva juga menjelaskan bahwa Kementerian Kesehatan melalui Direktorat Jenderal
Kefarmasian dan Alat Kesehatan telah menyusun Daftar Obat Esensial Nasional
(DOEN), termasuk di dalamnya obat kanker, dalam rangka meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan untuk menjamin ketersediaan obat yang lebih merata dan
terjangkau.
"Obat esensial ini adalah obat terpilih yang paling dibutuhkan untuk pelayanan
kesehatan, ini bisa mencakup upaya diagnosis, kemudian juga kompilasi, terapi, dan
rehabilitasi. Yang diupayakan ini tersedia di pusat-pusat kesehatan sesuai dengan fungsi
dan tingkatnya," jelas Eva lebih lanjut.
“kita akan mengejar lebih cepat. Sekarang alatnya sudah kita penuhi, alat deteksi dini di
level puskesmas, nakesnya sudah kita latih, lalu rumah sakit pengampuannya sudah kita
tingkatkan, sudah dibuat SK-nya. Jadi tinggal pelaksanaannya sehingga pelaporannya
lebih baik. Di samping itu industri farmasi juga kita upayakan," tutupn

16
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Mengenai perilaku masyarakat bukanlah hal mudah karena setiap
individu berbeda karakter dan kepribadiannya kadang mereka terus terang
menyatakan kebutuhan dan keinginannya namun sering pula mereka bertindak
sebaliknya. Dalam setiap karakteristik masyarakat ini terdapat perbedaan
keadaan dan pengetahuan yang menyebabkan munculnya beberapa tanggapan
serta persepsi dalam memilih obat kimia dan obat tradisional.

B. SARAN
Komunikasi, Edukasi, dan Informasi dari pemerintah khususnya Badan
Pengawas Obat dan Makanan dan Kemenkes kepada masyarakat masih
perlu banyak ditingkatkan dan diadakan nya penyuluhan atau seminar ke
semua lapisan masyarakat.
Saya turut berharap obat-obatan dan terapi kanker yang tersedia di
Indonesia boleh semakin memadai dan semakin sesuai dengan kebutuhan
masyarakat Indonesia.

17
DAFTAR PUSTAKA

Andriati A, Wahjudi R., Tingkat penerimaan penggunaan jamu sebagai alternative


penggunaan obat modern pada masyarakat ekonomi rendah-menengah dan atas.
Jurnal Mandiri di Kalangan Masyarakat Desa Bantir, Kecamatan Candiroto,
Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah. Skripsi, Fakultas Farmasi, Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta. Masyarakat, Kebudayaan dan Politik, 2016; 29(3):
133.
Pangastuti, Rinda.M. 2014. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Mengenai Obat
Tradisional dan Obat Modern Dengan Tindakan Pemilihan Obat Untuk
Pengobatan
Wawan, A dan Dewi, M. 2010. Teori Pengukuran Pengetahuan, Sikap, Dan Perilaku
Manusia. Nuha Media: Yogyakarta.
DetikHealth, "Lika-liku Pengobatan Kanker Anak di Indonesia, Obat dan Tenaga Ahli
Terbatas".https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-6569351/lika-liku-
pengobatan-kanker-anak-di-indonesia-obat-dan-tenaga-ahli-terbatas

18

Anda mungkin juga menyukai