Anda di halaman 1dari 33

1

LEMBAR PENGESAHAN

PERAWATAN TUBUH TRADISIONAL PRA-NIKAH BAGI


CALON PENGANTIN PRIA DAN WANITA MELAYU DI DESA
SEMUNTAI KECAMATAN MUKOK KABUPATEN SANGGAU

Proposal Penelitian

Monica Mandala Putri


NIM. E1121161036

Disetujui Oleh:

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Dr. Hj. Dahniar Th. Musa, M. Hum Diaz Restu Darmawan S.Pd, M.A

NIP: 196404011993032002 NIDN 8886580018

i
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadiran Allah SWT, karena atas berkat

dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Usulan Penelitian ini. Adapun tema

yang digunakan dalam penulisanini adalah tentang “ Perawatan Tubuh Tradisional

Pra-nikah Bagi Calon Pengantin Pria dan Wanita Melayu Di Desa Semuntai

Kecamatan Mukok”.

Terselesaikannya penulisan Usulan Penelitian ini tidak terlepas dari

bantuan berbagai pihak yang berperan dalam memberian dorongan, semangat

serta masukan bagi penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan Usulan

Penelitian ini. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terimakasih yang

sebesar-besarnya dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Dr. H. Martoyo, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Tanjungpura Pontianak.

2. Dr. Hj. Dahniar Th.Musa, M.Hum selaku Pembimbing Utama yang telah

memberikan arahan, motivasi, kritikan dan saran dalam Usulan Penelitian.

3. Diaz Restu Darmawan S.Pd,M.A selaku Pembimbing Pendamping yang telah

memberikan arahan, kritikan dan saran dalam penulisan Usulan Penelitian.

4. Dr. Hj. Hasanah, M.Ag selaku Penguji Pertama yang telah memberikan

kritikan dan saran dalam penulisan Usulan Penelitian.

5. Efriani, S.Ag, M.Ant selaku peguji Kedua yang telah memberikan masukan,

serta arahannya terkait Usulan Penelitian ini


3

6. Dr. Hj. Hasanah, M.Ag selaku Dosen Pembimbing Akademik selama penulis

menjalani perkuliahan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Tanjungpura.

7. Wakil Dekan, Bapak/Ibu Dosen, Staf Tata Usaha dan Akademik Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura yang telah banyak

memberikan motivasi dan dukungan yang sangat besar selama proses penulisan

maupun perkuliahan.

8. Rekan-rekan seperjuangan Program Studi Antropologi Sosial angkatan 2016

yang telah memberikan dukungannya yang sangat besar dalam penulisan

Usulan Penelitian ini.

9. Kepala Desa Semuntai beserta jajaran, tokoh-tokoh masyarakat serta

masyarakat Semuntai yang telah bersedia menerima peneliti untuk melakukan

penelitian di Desa semuntai dan bersedia memberikan informasi terkait

penelitian ini.

Akhir kata semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan,

penulis mengharapkan kritik maupun saran yang membangun, agar dapat

memperbaiki segala bentuk kekurangan guna penyempurnaaan Usulan Penelitian

ini.

Pontianak, 10 Febuari 2020

Penulis
Monica Mandala Putri
4

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................i

KATA PENGANTAR ........................................................................................ii

DAFTAR ISI .....................................................................................................iv

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ..................................................................................1


1.2. Indentifikasi Masalah ........................................................................4
1.3. Fokus Penelitian.................................................................................4
1.4. Rumusan Masalah .............................................................................4
1.5. Tujuan Penelitian ..............................................................................4
1.6. Manfaat Penelitian ............................................................................5
1.6.1. Manfaat Teoritis ..............................................................................5
1.6.2. Manfaat Praktis ...............................................................................5
1.7. Tinjauan Pustaka ...............................................................................5
1.7.1. Definisi Konsep ..............................................................................5
1.7.2. Kajian Teori ..................................................................................12
1.7.3. Penelitian yang Relevan ................................................................14
1.7.4. Kerangka Berfikir .........................................................................16
1.8. Metode Penelitian ...........................................................................18
1.8.1. Jenis Penelitian ..............................................................................18
1.8.2. Langkah-Langkah Penelitian ........................................................18
1.8.3. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................19
1.8.4. Subjek dan Objek Penelitian .........................................................20
1.8.5. Instrumen Pengumpulan Data .......................................................21
1.8.6. Teknik dam Alat Pengumpulan Data ............................................21
1.8.7. Teknik Analisis Data .....................................................................24
1.8.8. Teknik Keabsahan Data ................................................................24
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................26
5

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Penelitian

Rangkaian acara menuju hari raya pernikahan merupakan langkah-langkah

penting yang seharusnya tidak boleh untuk dilewatkan. Salah satu langkah

persiapan menuju hari raya pernikahan adalah perawatan tubuh oleh kedua calon

pengantin untuk membersihkan diri sebelum melaksanakan upacara pernikahan

(Hapsari, 2019). Langkah-langkah menuju hari raya pernikahan yang dilakukan

oleh masyarakat desa Semuntai menjadi suatu kegiatan kebudayaan yang sakral.

Perawatan tubuh di desa ini merupakan ritual yang diturunkan oleh nenek

moyang sejak masa kerajaan Putri Daranante mendirikan kerajaan Sanggau,

pernyataan ini diperoleh dari narasumber yang mengetahui sejarah dari ritual

perawatan pra-nikah di Desa Semuntai.

Perawatan tubuh oleh kedua calon pengantin sebelum melaksanakan

upacara pernikahan adalah sebuah tradisi yang dilakukan secara turun-temurun

oleh nenek moyang dan dilakukan hingga saat ini. Ramuan tersebut dipercaya

mampu membersihkan kotoran pada kulit, sekaligus sebagai obat untuk

menyembuhkan penyakit kulit (Foster 2009). Pada masa kerajaan keraton

Sanggau, ritual mandi Betangas menggunakan kombinasi dedaunan dan bunga

yang mempunyai aroma khas juga mempunyai manfaat untuk kesehatan kulit

dan pembersihan tubuh sebelum melangsungkan pernikahan.

Pembersihan yang dilakukan dipercaya sebagai pembersihan untuk

memulai kehidupan berumah tangga. Perawatan tubuh ini memiliki dampak


6

positif terhadap kesehatan karena bahan-bahan yang digunakan untuk

melakukan perawatan tubuh menjelang pernikahan diperoleh dari alam. Kajian

perawatan tubuh ini mengacu pada Antropologi Kesehatan melihat dari pola

pikir masyarakat yang memandang tradisi perawatan tubuh sebagai media

kesehatan yang dilakukan secara turun temurun (Larasati 2014).

Akan tetapi penulis pengamat budaya di sebuah artikelnya mengatakan

bahwa pada sebagian masyarakat modern lebih tertarik dengan keunikan gaya

masa kini yang lebih menghemat waktu dan biaya jika dibandingkan dengan

proses pernikahan yang menggunakan rangkaian proses adat dan tradisi.

Fenomena yang sering terjadi pada acara pernikahan masa kini bagi sebagian

masyarakat tidak lagi menganggap proses persiapan resepsi menjadi suatu hal

yang sakral. (Washarti, 2015).

Masyarakat di Desa Semuntai juga merupakan masyarakat modern yang

sebagian dari mereka sudah mulai menggunakan jasa perawatan tubuh modern

di salon kecantikan. Alasan masyarakat Desa Semuntai yang menggunakan

perawatan tubuh modern ini dikarenakan waktu yang dibutuhkan untuk proses

perawatan tubuh lebih singkat. Masyarakat yang menggunakan perawatan tubuh

modern juga tidak perlu mencari bahan-bahan yang dibutuhkan, mereka hanya

perlu membayar dan semua bahan dan alat sudah disiapkan oleh jasa salon.

Pada masa berdirinya Keraton Surya Negara Sanggau, perawatan

tradisional menjadi bagian penting saat menjelang perayaan pernikahan.

Perawatan tubuh menjadi salah satu tradisi yang dilakukan secara turun-

temurun. Perawatan tubuh tradisional pra-nikah mencakup nilai-nilai budaya dan


7

juga mengandung manfaat kesehatan yang penting untuk di contoh pada

sebagian masayarakat hingga sekarang. guna sebagai pelestarian nilai-nilai

budaya lokal yang bermanfaat bagi kesehatan (Gloria, 2015).

Dalam sebuah judul artikel “Ritual Masyarakat Melayu Sebelum

Menikah” menulis mengenai perawatan tubuh tradisional yang mempunyai tiga

tahapan. Tradisi perawatan tubuh pra-nikah yang dilakukan masyarakat Melayu

Sanggau yang masih dilakukan hingga saat ini adalah Inai, Lulur beras pandan,

dan yang terakhir adalah Betangas (Hapsari, 2019).

Namun dalam penelitian Yoseph pada tahun 2016 sebagian masyarakat

mulai meninggalkan tradisi perawatan tubuh tradisional pra-nikah bagi calon

pengantin dilihat dari fenomena eksisnya lukis tangan menggunakan Henna yang

menggantikan Inai, Scrub tubuh yang menggantikan lulur beras pandan, dan

sauna yang menggantikan Betangas. Salah satu hal yang melatar belakangi

tradisi perawatan tubuh pra-nikah khususnya tradisi Betangas adalah sulitnya

menemukan bahan-bahan alami yang digunakan dalam melaksanakan tradisi

Betangas. Selain bahan-bahan yang sulit ditemukan, waktu pelaksanaan tradisi

ini cukup memakan waktu yang lama.

Tradisi perawatan tubuh tradisional Betangas ini perlahan sudah mulai

ditinggalkan sebagian masyarakat dan beralih dengan menggunakan cara yang

lebih sederhana dan dapat menghemat waktu. Dengan latar belakang tersebut

penulis merasa tertarik untuk meneliti lebih dalam mengenai tradisi Betangas

yang mempunyai manfaat kesehatan akan tetapi peminatnya kini sudah mulai

berkurang. Sehingga dengan adanya penelitian ini dapat membantu masayarakat


8

yang tidak mengetahui tradisi Betangas dalam konteks kesehatan agar tertarik

untuk menerapkan kembali dan melestarikan warisan budaya Melayu.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan diatas, maka

identifikasi masalah dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Sebagian masyarakat mulai meninggalkan tradisi Betangas pra-nikah bagi

calon pengantin masyarakat Melayu Sanggau.

2. Proses penyelenggaraan tradisi Betangas pra-nikah bagi calon pengantin

masyarakat Melayu Sanggau membutuhkan waktu yang cukup panjang

3. Bahan-bahan ramuan yang digunakan dalam proses Betangas mempunyai

manfaat kesehatan, tetapi sulit ditemukan.

1.3. Fokus Penelitian

Agar penelitian tidak terlalu luas, maka penelitian ini difokuskan pada

tradisi Betangas calon pengantin masyarakat Melayu Sanggau. Diharapkan

dengan fokus penelitian tersebut, penelitian dapat memfokuskan objek kajian

yang akan diteliti, dikaji dan dicapai oleh penulis dalam penelitian ini.

1.4. Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana proses perawatan

tubuh tradisional Betangas bagi calon pengantin laki-laki dan perempuan.

Masyarakat Melayu di Desa Semuntai Kecamatan Mukok.

1.5. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian jika dilihat dari rumusan masalah di atas memiliki tujuan

yakni:
9

1. Untuk mendeskripsikan proses penyelenggaraan Tradisi Betangas oleh

masyarakat Melayu Sanggau di Desa Semuntai Kecamatan Mukok.

2. Untuk mengetahui dampak kesehatan dari penggunaan Tradisi Betangas yang

dipercayaioleh masyarakat Melayu Sanggau di Desa Semuntai Kecamatan

Mukok.

1.6. Manfaat Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan diharapkan memberikan kegunaan

kepada pihak-pihak yang membutuhkan. Adapun kegunaan penelitian yang

dilakukan ini adalah yang pertama.

1.6.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan sumbangan pengetahuan,

khususnya dalam bidang Antropologi mengenai Tradisi Betangas yang

dilakukan calon pengantin Masyarakat Melayu di Desa Semuntai Kecamatan

Mukok, Sanggau.

1.6.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi bahan informasi kepada peminat kebudayaan

yang ingin mengetahui lebih jelas bagaimana perkembangan tradisi betangas

serta menambah wawasan bagi penulis dan pembaca tentunya mengenai tradisi

betangas oleh masyarakat Melayu di Desa Semuntai Kecamatan Mukok.


10

1.7. Tinjauan Pustaka

1.7.1. Definisi Konsep

Adapun definisi konsep dalam penelitian ini untuk mengetahui pejelasan

terkait tema penelitian ini yaitu:

1.7.1.1. Kebudayaan

Menurut Ilmu Antropologi “kebudayaan” adalah keseluruhan sistem

gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam kehidupan masyarakat yang

dijadikan milik diri manusia dengan belajar (Koentjaraningrat 2009). Sedangkan,

menurut Koentjaraningrat (2009) kata “kebudayaan” berasal dari kata Sanskerta

buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”.

Dengan demikian ke-budaya-an dapat diartikan: “hal-hal yang bersangkutan

dengan akal. Ada sarjana lain yang mengupas kata budaya sebagai suatu

perkembangan dari kata majemuk budi-daya, yang berarti “daya dan budi”.

Karena itu mereka membedakan “budaya” dan “kebudayaan”. Demikian

“budaya” adalah “daya dan budi” yang berupa cipta, karsa, dan rasa. Sedangkan

“kebudayaan” adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu. Dalam isitilah

“antropologi-budaya” perbedaan itu ditiadakan. Kata “budaya” disini hanya

dipakai sebagai suatu singkatan saja dari “kebudayaan” dengan arti yang sama.

Para sarjana yang biasa menanggapi suatu kebudayaan sebagai suatu

keseluruhan yang terintegrasi, ketika hendak menganalisis membagi keseluruhan

itu ke dalan unsur-unsur yang besar disebut “unsur-unsur universal” atau cultural

universal. Tujuh unsur kebudayaan itu adalah:


11

1. Bahasa,

2. Sistem pengetahuan,

3. Organisasi sosial,

4. Sistem peralatan hidup dan teknologi,

5. Sistem mata pencaharian hidup,

6. Sistem religi,

7. Kesenian

Tiap-tiap unsur kebudayaan universal sudah tentu juga menjelma dalam

ketiga wujud kebudayaan terurai di atas, yaitu wujudnya berupa sistem budaya,

berupa sistem sosial, dan berupa unsur-unsur kebudayaan fisik (Koentjaraningrat

2009).

Menurut Cliffort Geertz (Pujileksono 2015) kebudayaan sebagai suatu

“sistem simbol dari makna-makna. Kebudayaan adalah sesuatu yang dengannya

kita memahami dan memberikan makna pada hidup kita. Kebudayaan mengacu

pada suatu pola makna-makna yang diwujudkan dalam simbol-simbol yang

diturun alihkan secara historis, suatu sistem gagasan-gagasan yang diwarisi yang

diungkapkan dalam bentuk-bentuk simbolik yang dengannya manusia

menyampaikan mengenai sikap dan pendirian mereka terhadap kehidupan”.

Menurut Edward Burnett Tylor kebudayaan sebagai kumpulan yang

kompleks dari pengetahuan, kepercayaan, seni, hukum, moral, adat-istiadat dan

setiap kemampuan lain atau kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai anggota

masyarakat (Liliweri 2014).


12

1.7.1.2. Tradisi

Kata “Tradisi” berasal dari bahasa Latin trader yang secara harfiah berarti

mengirimkan, menyerahkan, memberi untuk diamankan. Tradisi adalah suatu

ide, keyakinan atau perilaku dari suatu masa yang lalu yang diturunkan secara

simbolis dengan makna tertentu kepada suatu kelompok atau masyarakat

(Langlois, 2001 dalam Liliweri, 2014).

Menurut Liliweri (2014) makna “Tradisi” merupakan sesuatu yang dapat

bertahan dan berkembang selama ribuan tahun, sering kali tradisi diasosiasikan

sebagai sesuatu yang mengandung atau memiliki sejarah kuno.

Menurut Esten (1991), tradisi merupakan kebiasaan turun-temurun

sekelompok masyarakat berdasarkan nilai budaya masyarakat yang

bersangkutan. Jadi tradisi merupakan sebuah kebiasaan yang dilakukan secara

terus-menerus oleh masyarakat dan akan diwarisi secara turun-temurun. Dilihat

dari aspek gagasan, tradisi bisa dilihat dengan adanya keyakinan, kepercayaan,

simbol-simbol, nilai, aturan dan ideologi yang semuanya merupakan

peninggalan masa lalu yang hingga kini masih dilakukan.

Tradisi mencakup kelangsungan masa lalu di masa kini ketimbang sekedar

menunjukan fakta bahwa masa kini berasal dari masa lalu. Kelangsungan masa

lalu di masa kini mempunyai dua bentuk material dan gagasan, atau objek dan

subjektif. Menurut arti yang lebih lengkap, tradisi adalah keseluruhan benda

material dan gagasan yang berasal dari masa lalu namun benar-benar masih ada

kini, belum dihancurkan, dirusak, dibuang, atau dilupakan (Sztompka 2008).


13

Menurut Hanafi (Sztompka 2007) lahirnya tradisi melalui dua cara. Cara

yang pertama, muncul dari bawah melalui mekanisme kemunculan secara

sepontan dan tidak diharapkan serta melibatkan rakyat banyak. Karena sesuatu

alasan, individu tertentu menemukan warisan historis yang menarik perhatian,

ketakziman, kecintaan, dan kekaguman yang kemudian yang disebarkan melalui

berbagi cara, memengaruhi rakyat banyak. Sikap takzim dan kagum itu berubah

menjadi perilaku dalam bentuk upacara, penelitian, dan pemugaran peninggalan

purbakala serta menafsir ulang keyakinan lama. Semua perbuatan itu

memperkokoh sikap. Kekaguman dan tindakan individual menjadi milik

bersama dan berubah menjadi fakta sosial sesungguhnya. Begitulah tradisi

dilahirkan.

Cara kedua, muncul dari atas melalui mekanisme paksaan. Sesuatu yang

dianggap sebagai tradisi dipilih dan dijadikan perhatian umum atau dipaksakan

oleh individu yang berpengaruh atau berkuasa. Raja mungkin memaksakan

tradisi dinastinya kepada rakyat. Diktator menarik perhatian rakyatnya kepada

kejayaan bangsanya di masa lalu. Komandan militer menceritakan sejarah

pertempuran besar kepada pasukannya. Perancangan mode terkenal menemukan

inspirasi dari masa lalu dan mendiktekan gaya “Kuno” kepada konsumen

(Sztompka 2008). Yang terpenting dalam memahami tradisi adalah sikap atau

orientasi pikiran tentang benda material atau gagasan yang berasal dari masa lalu

yang dipungut orang di masa kini. Sikap atau orientasi ini menempati bagian

khusus dari keseluruhan warisan historis dan mengangkatnya menjadi tradisi.

(Sztompka 2008).
14

1.7.1.3. Antropologi Kesehatan

Kebudayaan masyarakat dalam menjalankan hidup berpengaruh pada

kesehatannya sendiri. Konsep dan sikap masyarakat tentang kesehatan berupa,

sakit, dukun, obat-obat tradisional, kebiasaan-kebiasaan, dan pantangan

makanan dapat menjadi kajian Antropologi kesehatan (Marimbi 2019).

Antropologi kesehatan dipandang sebagai disiplin biobudaya, memberikan

perhatian pada aspek-aspek biologis dan sosial budaya dari tingkah laku

manusia. Fokusnya adalah cara-cara interaksi antar aspek di sepanjang sejarah

kehidupan manusia yang memengaruhi kesehatan dan penyakit. Antropologi

kesehatan menjadi ilmu yang ingin meneropong masalah-masalah interaksi

kesehatan dan penyakit pada suatu tempat tertentu. Antropologi kesehatan

mencakup studi tentang fenomena medis yang dipengaruhi oleh aspek sosial dan

budaya.

Pusat perhatian antropologi kesehatan terfokus pada bagaimana manusia

dari bermacam-macam masyarakat memberikan tanggapannya terhadap keadaan

sakit, atau bagaimana faktor sosial dan budaya memengaruhi insidensi penyakit

(Nasrul 2016). Antropologi kesehatan melihat berbagai data dan hubungannya

dengan kebudayaan, sedangkan sosiologi kesehatan melihat dunia kesehatan

dalam hubungannya dengan sosial. Perhatian Antropologi kesehatan pada suku

bangsa, kepercayaan, praktik nilai yang ada didalam masyarakat dalam

hubungannya dengan sehat dan sakit. Ruang lingkup antropologi kesehatan


15

meliputi ekologi dan epidemiologi. Pada ekologi perhatiannya berorientasi pada

timbal balik antara manusia dan lingkungan alamnya. Sedangkan Epidemiologi

berorientasi pada usaha mencapai suatu tujuan utama, yakni meningkatkan

derajat kesehatan dan mengurangi timbulnya segala macam ancaman kesehatan.

Pada garis besar budaya, nilai budaya sehat merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari kehidupan manusia. Nilai budaya sehat bahkan menjadi bagian

budaya yang dapat ditemukan universal. Artinya budaya tentang kesehatan

selalu ada pada setiap kebudayaan diseluruh dunia. Budaya masyarakat dalam

menjaga kesehatan dapat berubah dari waktu ke waktu seperti menjaga

kesehatan personal contohnya mandi, keramas, dan sikat gigi. Setiap manusia

mempunyai cara yang berbeda dalam membersihkan tubuh. Perubahan terdapat

pada penggunaan bahan dari yang lazim pada masa itu seperti abu, minysk, batu

(sesuai dengan kebudayaan mereka), bahan-bahan tersebut digunakan sebelum

ditemukannya formula untuk membuat sabun dan lainnya.

1.7.1.4. Konsep Pernikahan

Salah satu masa peralihan terpenting dalam kehidupan manusia adalah

peralihan dari masa remaja menuju masa dewasa dan berkeluarga yang ditandai

dengan pernikahan. Dibanding dengan masa peralihan lainnya dalam kehidupan

manusia, pernikahan merupakan fase yang banyak memperoleh perhatian

antropolog. Pernikahan sebagai bagian unsur budaya yang universal ditemukan

diseluruh kehidupan sosial. Dipandang dari sudut kebudayaan, pernikahan

merupakan pangatur kelakuan manusia yang bersangkut paut dengan kehidupan

seksnya, ialah kelakuan-kelakuan seks, terutama persetubuhan (Koentjraningrat,


16

2009). Dalam pengertian yang lain, perkawinan merupakan suatu transaksi dan

kontrak yang sah dan resmi antara seorang wanita dengan seorang pria yang

mengukuhkan hak mereka yang tetap untuk berhubungan seks satu sama lain,

serat menegaskan bahwa si wanita yang bersangkutan sudah memenuhi syarat

untuk melahirkan.

Pernikahan juga dapat dimaknai sebagai bagian dari siklus dan ritus

kehidupan manusia yang dimulai dari kelahiran, masa anak-anak, masa remaja,

masa dewasa, masa lanjut usia dan meninggal. Jika dikaitkan dengan siklus

kehidupan manusia, perkawinan merupakan penanda masa transisi dari masa

remaja menuju masa dewasa. Oleh karena itu, seseorang yang telah menikah

dianggap telah dewasa, meskipun usianya masih dibawah 18 tahun. Pernikahan

merupakan pelebaran menyamping tali ikatan keluarga dari dua kelompok

keluarga yang bukan saudara (dekat).

Pernikahan merupakan bentuk kontrak sosial antara laki-laki dan

perempuan untuk hidup bersama. Kontrak sosial tersebut berimplikasi pada

dengan siapa individu boleh melakukan hubungan seks. Atau dengan kata lain

pernikahan melegalkan hubungan biologis antara laki-laki dan perempuan.

1.7.2. Teori Foster

Antropologi Kesehatan adalah disiplin yang memberi perhatian pada

aspek-aspek biologis dan sosio-budya dari tingkah laku manusia, terutama

tentang cara-cara interaksi antara keduanya disepanjang sejarah kehidupan

manusia, yang mempengaruhi kesehatan dan penyakit pada manusia (Foster

dan Anderson 1978).


17

Dalam definisi yang dibuat Foster dan Anderson dengan tegas disebutkan

bahwa antropologi kesehatan studi objeknya yang mempengaruhi kesehatan dan

penyakit pada manusia. Menurut Foster dan Anderson, Antropologi kesehatan

mengkaji masalah-masalah kesehatan dan penyakit dari dua kutub yang berbeda

yaitu kutub biologi dan kutub sosial budaya.

Pokok-pokok perhatian kutup biologi yang dimaksud Foster/Anderson

adalah Pertumbuhan dan perkembangan manusia, Peranan penyakit dalam

evolusi manusia, Paleopatologi (studi mengenai penyakit-penyakit purba).

Sedangkan pokok perhatian pada kutup sosial-budaya meliputi sistem medis

tradisional, masalah petugas-petugas kesehatan dan persiapan profesional

mereka, tingkah laku sakit, hubungan antara dokter pasien, dan dinamika dan

usaha memperkenalkan pelayanan kesehatan barat kepada masyarakat

tradisional.

Foster dan Anderson menyatakan bahwa Antropologi kesehatan

kontemporer dapat ditemukan pada empat sumber daya yang berbeda yaitu

Antropologi Fisik, Ethnomedicine, Studi Personalitas dan Kultural, dan

Kesehatan Publik Internasional (Foster dan Anderson 1978). Dalam penelitian

ini Antropologi kesehatan kontemporer dapat ditemukan pada sumber daya

Antropologi Fisik. Antropologi Fisik merupakan ilmu yang mempelajari

pelukisan tentang diri, tata bahasa, dan asas kebudayaan manusia di dalam

kehidupan masyarakat suku bangsa di seluruh dunia. Dengan mempelajari

sejarah dan pola pikir masyarakat yang masih menggunakan tradisi Betangas
18

bentuk dari Antropologi kesehatan kontemporer yang dikemukakan oleh Foster

dan Anderson dapat ditemukan.

Perilaku kesehatan merupakan kenyataan tindakan yang tidak terlepas dari

unsur-unsur pengetahuan, kepercayaan, nilai, norma (kebudayaan) yang lahir,

berkembang, atau hidup dalam organisasi sosial dan yang diwarnai oleh

kepribadian individu-individunya. Memahami suatu masalah perilaku kesehatan

harus dilihat dalam hubungannya dengan kebudayaan, organisasi sosial, dan

kepribadian individu-individu yang bersangkutan.

Foster Anderson menyebut teori baru adalah premis. Premis

mengimplikasikan bahwa masalah-masalah utama pembangunan kesehatan

bersumber pada masyarakat dan kebudayaan kelompok-kelompok resipien.

Tugas utama para ilmuwan sosial, terutama ilmuwan Antropologi, adalah

meneliti dan mengidentifikasikan kendala dan stimulan dari segi-segi sosial,

budaya dan psikologis terhadap penerimaan program kesehatan baru. Hasil

kegiatan ini dijadikan landasan dalam merancang dan menyajikan program-

program kesehatan masyarakat.

Sekalipun premis ini merupakan langkah maju yang memberi pengakuan

mutlak terhadap pentingnya penelitian faktor-faktor sosiobudaya, sekaligus

merupakan pengakuan akan pentingnya peranan antropologi kesehatan, bagi

perencanaan dan pelaksanaan program-program kesehatan, namun tidak luput

dari penilaian kritis.


19

1.7.3. Hasil Penelitian Yang Relevan

Ada beberapa hasil penelitian terdahulu yang relevan atau berhubungan

dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai tradisi Betangas oleh

masyarakat Desa Semuntai, yaitu sebagai berikut:

Penelitian pertama oleh Uci Wulandari (2019), berjudul : “Persitilahan

Perawatan Tubuh Secara Tradisional pada Masyarakat Melayu Sambas sebagai

Model Pembelajaran Berbasis Teks”. Rumusan masalah penelitian ini yaitu

bagaimana masyarakat memahami peristilahan perawatan tubuh secara

tradisional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui makna dari Betangas.

tidak hanya membahas tentang Betangas pada penelitian ini penulis juga

membahas tentang istilah dan makna dari perawatan tubuh tradisional. Antara

lain mandi bersih Melayu yang dilakukan setelah melakukan hubungan seksual,

juga menggunakan bahan-bahan tradisional seperti daun sirih untuk

membersihkan bagian intim wanita.

Kemudian penelitian kedua, penelitian oleh Zulkarnain (2015), berjudul :

“Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan Masyarakat Melayu di Keraton Surya

Negara Kelurahan Ilir Kota Kecamatan Kapuas Kabupaten Sanggau”. Rumusan

masalah penelitian ini adalah bagaimana proses pelaksanaan upacara adat

perkawinan masyarakat Melayu di Keraton Surya Negara kelurahan Ilir kota

kecamatan Kapuas Kabupaten sanggau. Pada penelitian yang ditulis oleh peneliti

juga menceritakan bagaimana tahap prosesi tradisi Betangas yang berlangsung

di keraton. Tetapi pada penelitian ini merujuk pada perbandingan kekentalan


20

tradisi pernikahan di masa kekerajaan dibandingkan dengan tradisi pernikahan di

masa kini yang sudah sangat modern dari segala hal.

Penelitian ketiga oleh Dias Pratami Putri (2017), berjudul : “Potensi dan

Strategi Pengembangan Betangas sebagai Ekowisata Kesehatan di Kecamatan

Sintang Kabupaten Sintang Kalimantan Barat”. Rumusan masalah penelitian ini

adalah bagaimana peluang potensi pengembangan Betangas sebagai ekowisata

kesehatan di kecamatan Sintang kabupaten Sintang Kalimantan Barat Penelitian

ini juga menggambarkan secara garis besar tentang Betangas seperti sejarah,

proses, dan tujuan dari pelaksanaan tradisi Betangas. Selain itu yang menarik

dari penelitian ini penulis memandang Betangas dari dua sisi yang dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat modern masa kini. Penulis melakukan penelitian

dengan tujuan untuk mengkaji kondisi aktual Betangas beserta spesies

tumbuhan yang digunakan dan strategi pengembangan Betangas sebagai

ekowisata kesehatan yang dapat menaikan perekonomian sekaligus pelestarian

nilai budaya Suku Melayu.

1.7.4. Kerangka Pikir

Ada pun kerangka pikir dalam penelitian ini agar lebih terarah dan dapat

menghubungkan satu sama lain. Tradisi adalah sesuatu yang bertahan dari nenek

moyang hingga sekarang, bertahannya sebuah tradisi pada masyarakat karena

sudah mempercayai tradisi tersebut. Dalam sebuah tradisi pastinya memiliki

nilai-nilai budaya lokal yang akan disampaikan melalui tradisi. Salah satu tradisi

yang masih dipertahankan yaitu Tradisi Betangas pada calon pengantin

perempuan Suku Melayu di Desa Semuntai Kecamatan Mukok Kabupaten


21

Sanggau. Tradisi ini masih dipertahankan masyarakat terutama pada pengantin

perempuan yang hendak menikah.

Tradisi ini masih dipertahankan oleh masyarakat Desa Semuntai agar tradisi

ini menjadi harta warisan yang tidak akan lekang oleh waktu. Dengan fungsi

tradisi ini juga masyarakat sangat ingin bahwa tradisi ini dianggap sebagai solusi

pemeliharaan perawatan tubuh pada calon pengantin. Sehingga untuk

mengetahui fungsi dari tradisi ini sendiri penulis menggunakan Teori Foster

mengenai Perilaku kesehatan merupakan kenyataan tindakan yang tidak terlepas

dari unsur-unsur pengetahuan, kepercayaan, nilai, norma (kebudayaan) yang

lahir, berkembang, atau hidup dalam organisasi sosial dan yang diwarnai oleh

kepribadian individu-individunya. Memahami suatu masalah perilaku kesehatan

harus dilihat dalam hubungannya dengan kebudayaan, organisasi sosial, dan

kepribadian individu-individu yang bersangkutan.

1.7.5. Alur Pikir


22

Rumusan Masalah
Perawatan
"BagaimanaTubuh
prosesTradisional Pra-Nikah
tradisi Betangas Bagiperawatan
sebagai Calon Pengantin
tubuh
Pria dan Wanita Melayu Di Desa Semuntai Kecamatan Mukok
tradisional bagi calon pengantin laki-laki dan perempuan. Suku
Kabupaten
Melayu di Desa Semuntai Sanggau.Mukok Kabupaten
Kecamatan
Sanggau".

Tujuan Penelitian
Untuk mendeskripsikan proses penyelenggaraan tradisi
Betangas sebagai perawatan tubuh pra-nikah bagi calon
pengantin laki-laki dan perempuan. Suku Melayu di Desa
Semuntai Kecamatan Mukok.

Teori Foster untuk memahami prilaku


masyarakat Melayu Sanggau dalam memandang
tradisi Betangas sebagai media kesehatan.9

Output

Proses perawatan tubuh tradisional sebagai wujud pelestarian nilai-nilai


Metode
budaya lokal dan media kesehatan Penelitian
masyarakat melayu Desa Semuntai
Kecamatan Mukok kabupaten Sanggau.
Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode
kualitatif. dengan teknik pengumpulan data berupa teknik
observasi, Teknik wawancara dan teknik dokumentasi.
23

1.8. Metode Penelitian

Adapun dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian

sebagai berikut :

1.8.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini mengunakan kualitatif dan metode etnografi. Menurut

Moleong (2017) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll., serta holistik, dan dengan cara

deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang

alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Menurut Spradley (2006) Etnografi merupakan pekerjaan mendeskripsikan

suatu kebudayaan. Tujuan utama aktivitas ini adalah memahami suatu

pandangan hidup dari sudut pandangan penduduk asli. Jenis penelitian kualitatif

dan metode etnografi ini berusaha akan menjelaskan latar belakang munculnya

tradisi Betangas sebagai perawatan tubuh pra-nikah bagi calon pengantin laki-

laki dan perempuan.Masyarakat Melayu Sanggau di Desa Semuntai Kecamatan

Mukok, Sanggau.

1.8.2. Langkah-Langkah Penelitian

Adapun proses dalam memperoleh data untuk kelangsungan penelitian ini,

maka diperlukan langkah-langkah penelitian guna untuk mencari data yang


24

relevan dan sesuai dengan judul penelitian ini. Menurut Moleong (2014) tahapan

dalam penelitian terdiri oleh berbagai tahapan yaitu:

1. Tahap Pra-lapangan, pada tahap ini sebelum melakukan penelitian

tahap awalnya dengan membuat proposal penelitian yang di dalamnya

menentukan masalah yang akan dikaji, fokus penelitian, menyiapkan

subjek dan objek penelitian dan membuat surat izin untuk melakukan

penelitian, serta melakukan konsultasi kepada pembimbing sebelum

penelitian di lapangan.

2. Tahap Pekerjaan Lapangan, pada tahap ini peneliti turun langsung ke

lapangan dan ikut terlibat dalam prosesi Betangas yang dilakukan oleh

calon pengantin laki-laki dan perempuan. suku Melayu di Desa

Semuntai Kecamatan Mukok Kabupaten Sanggau.

3. Tahap Analisis Data, pada tahap ini peneliti menganalisis data yang

diperoleh yang didapat di lapangan berupa observasi, wawancara dan

dokumentasi. Selanjutnya peneliti melanjutkan dengan berkonsultasi

dengan dosen pembimbing agar data sesuai dengan permasalahan yang

dikaji, serta dilanjutkan dengan penulisan hasil laporan.

1.8.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

1.8.3.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kelurahan Semuntai Kecamatan Mukok,

Kabupaten Sanggau Kapuas. Kelurahan ini tidak jauh dari Kabupaten Sanggau,

hanya memakan waktu sekitar 20 menit untuk menempuh Kelurahan Semuntai

Kecamatan Mukok yang berada di pinggir sungai bersebelahan dengan


25

kelurahan Sungai Kunyit. Masyarakat Kelurahan Semuntai Kecamatan Mukok

ini mayoritas masyarakatnya bersuku Melayu dan sebagian bersuku Dayak.

Tradisi yang masih dilakukan oleh masyarakat Kelurahan Semuntai ini salah

satunya adalah tradisi Betangas yang sudah terancam generasi penerusnya

karena zaman yang semakin maju, sehingga membuat generasi Millenial enggan

untuk mengetahui lebih dalam fungsi dari Tradisi betangas tersebut.

1.8.3.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan setelah tema yang diangkat disetujui oleh dosen

pembimbing dan telah mendapatkan izin dari berbagai pihak yang berkaitan

ataupun berwenang baik dari kampus maupun lembaga serta instansi. Waktu

penelitian dilakukan selama 3 bulan dimulai dari bulan Febuari 2020 hingga

bulan April 2020, guna untuk mendapatkan hasil penelitian yang relevan.

1.8.4. Subjek dan Objek Penelitian

1.8.4.1. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah informan yang memahami Tradisi Betangas

yang mampu memberikan informasi dan data yang relevan. Adapun Penentuan

informan ditentukan dengan teknik purposive sampling. Menurut Sugiyono

(2017) purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data

dengan pertimbangan tertentu. Demikian yang menjadi subjek dalam penelitian

ini adalah:

1. Masyarakat Melayu yang masih melakukan Tradisi Betangas di Desa

Semuntai Kecamatan Mukok

2. Salah satu tokoh masyarakat di Desa Semuntai Kecamatan Mukok.


26

3. Masyarakat Melayu yang telah melakukan Tradsi Betangas.

4. Masyarakat yang mempercayai tradisi Betangas sebagai media kesehatan

1.8.4.2. Objek Penelitian

Objek penelitian merupakan hal yang menjadi titik perhatian dari suatu

penelitian. Titik perhatian tersebut berupa subtansi atau materi yang diteliti atau

dipecahkan permasalahannya menggunakan teori-teori yang bersangkutan yaitu

fungsi dari tradisi Betangas. Objek penelitian ini adalah semua aspek yang

berkaitan dengan tradisi Betangas dan hal-hal mengenai berkurangnya

masyarakat yang menggunakan tradisi Betangas.

1.8.5.Instrumen Pengumpulan Data

Dalam sebuah penelitian kualitatif (Sugiono 2017), yang menjadi

instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri, karena peneliti kualitatif

sebagai human instrument yang berfungsi menetapkan fokus penelitian,

memilih informan sebagai sumber data, menilai kualit as data, analisis data,

menafsirkan data dan membuat kesimpulan pada temuannya. Hal ini dilakukan

agar data yang diperoleh akurat dan valid, maka penulis bertindak sebagai

intrumen utama (key instrument) atau terjun langsung ke lapangan dan menyatu

dengan sumber data dalam situasi yang alamiah (natural setting)

1.8.6.Teknik dan Alat Pengumpulan Data

1. Teknik Obsevasi

Observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk

menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan (Bungin,

2007).
27

Alat pengumpulan data yang digunakan berupa pengamatan secara

langsung, serta berlandaskan pedoman yang telah didapatkan dari pengamatan

sejak turun kelapangan. Sehingga menemukan data-data secara nyata sesuai apa

yang ada di lapangan dalam panduan observasi.

2. Teknik Wawancara

Menurut Satori dan Aan (2011) wawancara dapat digunakan sebagai

teknik pengumpulan data dengan menemukan permasalahan-permasalahan yang

diteliti dan peneliti berkeinginan untuk mengetahui hal-hal yang berhubungan

dengan informan lebih mendalam. Teknik wawancara berarti melakukan

interaksi komunikasi antara pewawancara (interviewer) dan terwawancara

(interviewee) dengan maksud untuk mendapatkan informasi.

Wawancara adalah metode pengumpulan data yang amat popular, karena

itu banyak digunakan diberbagai penelitian (Bungin, 2003). Teknik yang

dilakukan dalam wawancara penelitian ini adalah wawancara terstruktur, hal ini

dilakukan untuk mencari jawaban hipotesis, untuk itu pertanyaan yang disusun

secara ketat dan pertanyaan yang diajukan sama untuk setiap subjek (Bungin,

2003). Teknik ini dilakukan dengan pertanyaan terbuka dan biasa sehari-hari,

tujuan dilakukannya agar mampu menggali kejujuran atas jawaban-jawaban

yang telah diberikan oleh informan

Alat yang digunakan dalam panduan wawancara berisi tentang daftar

pertanyaan yang akan ditanyakan peneliti pada saat mewawancarai informan,

serta alat perekam, kamera untuk mendokumentasikan dan buku tulis untuk

mencatat hasil wawancara yang telah dilakukan. Hal ini dilakukan agar
28

memudahkan menambah informasi dalam penelitian. Sehingga peneliti dapat

mengumpulkan data dari hasil wawancara tersebut menjadi kajian penelitian.

3. Teknik Dokumentasi

Teknik dokumentasi merupakan pencarian data mengenai hal-hal atau

variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen rapat,

agenda dan lain sebagiannya (Arikunto, 1998). Menurut Moleong (2014) bahwa

dokumen dibedakan menjadi dua, yaitu dokumentasi pribadi dan dokumentasi

resmi.

Dokumentasi pribadi adalah catatan atau karangan secara tertulis tentang

tindakan, pengalaman dan kepercayaan. Dokumentasi pribadi mencakup buku

harian, surat pribadi dan otobiografi. Sedangkan dokumen resmi terbagi atas

dokumen internal dan dokumen eksternal. Dokumen internal berupa memo,

pengumuman dan instruksi.Sedangkan dokumen eksternal berisi bahan-bahan

informasi yang dihasilkan suatu lembaga sosial, seperti majalah dan berita yang

disiarkan kepada media masa.

Alat-alat yang digunakan untuk melengkapi tekniknya berupa buku-buku

yang berkaitan dengan simbolik dan kebudayaan manusia, jurnal-jurnal

penelitian, serta catatan-catatan pribadi yang saya peroleh dari pengalaman yang

telah dikumpulkan untuk memperkuat penelitian ini. Untuk mendokumentasikan

hasil penelitian bisa juga berbentuk gambar, sehingga saya juga mengambil

gambar (foto) pada dokumentasi.


29

1.8.7. Teknik Analisis Data

Pada teknik analisis data yang digunakan berdasarkan model deduktif atau

deduksi, dimana teori masih menjadi alat penelitian sejak memilih dan

menemukan masalah membangun hipotesis maupun melakukan pengamatan

dilapangan dengan menguji data. Teori digunakan sebagai awal menjawab

pertanyaan penelitian bahwa sesunggguhnya pandangan deduktif penuntun

penelitian dengan terlebih dahulu menggunakan teori sebagai alat, ukuran dan

bahkan instrumen untuk membangun hipotesis, sehingga secara tidak langsung

peneliti akan menggunakan teori sebagai “kacamata kuda” dalam melihat

masalah penelitian (Bungin, 2007).

1.8.8. Teknik Keabsahan Data

Untuk memeriksa keabsahan data, maka dilakukan dengan:

1. Ketekunan Pengamatan, yaitu dengan mengadakan observasi secara

intensif terhadap objek dan subjek penelitian agar dapat memahami gejala

yang lebih mendalam terhadap aspek-aspek penting kaitannya dengan

tema dan fokus penelitian.

2. Triangulasi, yaitu mengecek keabsahan data dengan memanfaatkan

berbagai sumber di luar data tertentu sebagai bahan perbandingan.

Trigulasi yang digunakan adalah trigulasi teknik yaitu dengan cara

membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil wawancara dan data

hasil pengamatan dengan dokumentasi.


30

3. Pengecekan anggota, dengan cara meneliti melibatkan informan untuk

mengecek keabsahan data. Ini dilakukan untuk mengkonfirmasikan antara

interpretasi peneliti dengan subjek penelitian.


31

Daftar Pustaka

Arikunto, Suhasimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktek.


Jakarta: PT Rineka Cipta.

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Raja


Grafindo Persada.

Bungin, Burhan. 2007. Metode Penelitian Sosial & ekonomi. Jakarta:


Kencana.

Effendy, Nasrul. 2016. Dasar-Dasar Keperawatan Kesehatan Masyarakat.


Jakarta: EGC

Esten, Mursal.1991. Kajian Transformasi Budaya. Bandung: Angkasa.

Foster, George M. 2009. Antropologi Kesehatan. Jakarta: UI-Press.

Geertz, Clifford. 1973. Tafsir Kebudayaan. Yogyakarta: Kartinus.

Koentjaraningrat. 2009. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta:Rineka


Cipta.

Liliweri, Alo. 2014. Pengantar Studi Kebudayaan. Bandung: Nusa Media.

Malinowski. 1987. Teori Fungsional dan Struktural. Jakarta: Universitas


Indonesia Press.

Marimbi, Hanum. 2009. Sosiologi dan Antropologi Kesehatan.


Yogyakarta: Nuha Medika.

Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian kulitatif. Bandung: Remaja


Rosda Karya.

Moleong, Lexy J. 2017. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.


Remaja Rosdakarya.

Pujileksono, Sugeng. 2015. Pengantar Antropologi. Malang:Intrans


Publishing.
32

Rachmawati, Nunung. 2018. Antropologi Kesehatan. Yogyakarta:Pustaka


Baru Press.

Satori, Djam’an., dan Aan Komariah. 2011. Metode Penelitian Kualitatif.


Bandung : Alfabeta.

Spradley, James.P. 2006. Metode Etnografi. Diterjemahkan oleh Amri


Marzali. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Sugiono. 2017. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D.


Bandung: PT Alfabet.

Sztompka, Piotr. 2008. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta: Prenada.

Piotr Sztompka, Sosiologi Perubahan Sosial, (Jakarta: Pernada Media


Grup, 2007)

Sumber Internet

Washarti, Rizki. 2015. Budaya Perawatan Tubuh Tradisional Indonesia.


https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2015/08/150804_majalah_
senibudaya_spa

Hapsari, Anggia. 2019. Perawatan Kecantikan Pra-Nikah dengan durasi


hitung mundur menuju hari
H.https://glitzmedia.co/post/beauty/skincare/perawatan-kecantikan-
3-bulan-hingga-sehari-sebelum-pernikahan

Bastamonografi. 2017. Hubungan Antara Sosial Budaya Dan Perilaku


Kesehatan.
https://www.bastamanography.id/hubungan-antara-sosial-budaya-
dan-perilaku-kesehatan/

Larasati, Andwi F. 2014 Uniknya Tradisi Henna dalam pernikahan


Indonesia.
https://www.merdeka.com/gaya/uniknya-tradisi-henna-dalam-
pernikahan-indonesia.html
33

Media Harapan. 2017. Mewujudkan Desa Sehat: Upaya Mensejahterakan


Masyarakat.
https://mediaharapan.com/mewujudkan-desa-sehatupaya-
mensejahterakan-masyarakat/

Yuris, Gloria. 2015. Pelaksanaan Upacara Adat Perkawinan Masyarakat


Melayu Di Keraton Surya Negara Kelurahan Ilir Kota Kecamatan
KapuasKabupatenSanggau.
http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jmfh/article/view/11413

Anda mungkin juga menyukai