SKRIPSI
OLEH
JELITA ESTER L. S
131101140
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2017
Segala puji, hormat dan syukur kepada Allah Tritunggal karena kasih karunia-
Nya dan pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
“Hubungan Peran Keluarga dengan Tingkat Kemandirian Personal Hygiene Anak
Tunagrahita di SLB Negeri Binjai”.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi penulis untuk menyandang gelar
Sarjana Keperawatan (S.Kep), sebagai hasil dari proses belajar penulis selama
menimba ilmu di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang berusaha
dipersembahkan untuk dunia pendidikan dan pihak-pihak lain yang
membutuhkannya.
Selama mengerjakan skripsi ini penulis mendapatkan banyak bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan, Ibu
Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I, Ibu Cholina Trisa
Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan II, Ibu Dr. Siti Saidah
Nasution, S.Kp, M.Ked., Sp.Mat selaku Wakil Dekan III.
2. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing
yang telah menyediakan waktu dan memberi saran serta kritik yang
bermanfaat kepada saya dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns, M.Biomed selaku dosen penguji I, Ibu Nur Asnah
Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen penguji II yang bersedia menguji
saya dan memberikan masukan untuk perbaikan penyusunan skripsi ini.
4. Ibu Siti Zahara Nasution, S.Kp., MNS selaku dosen Fakultas Keperawatan
yang telah menguji validitas kuesioner peran keluarga dan tingkat
kemandirian personal hygiene anak tunagrahita serta memberikan tanggapan
dan saran kepada penulis.
Penulis
Halaman
Halaman Judul ............................................................................................ i
Halaman Pengesahan Hasil Sidang .......................................................... ii
Halaman Persetujuan Orisinalitas ........................................................... iii
Prakata ........................................................................................................ iv
Daftar Isi ..................................................................................................... vi
Daftar Lampiran ......................................................................................... ix
Daftar Bagan .............................................................................................. x
Daftar Tabel ............................................................................................... xi
Abstrak ........................................................................................................ xii
Bab 1. Pendahuluan .................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
1.3. Tujuan Penelitian ....................................................................... 6
1.3.1. Tujuan Umum ................................................................. 6
1.3.2. Tujuan Khusus ................................................................ 6
1.4. Manfaat Penelitian ..................................................................... 7
1.4.1. Pendidikan Keperawatan ............................................... 7
1.4.2. Pelayanan Keperawatan ................................................. 7
1.4.3. Penelitian Keperawatan .................................................. 7
Bab 2. Tinjauan Pustaka ............................................................................ 8
2.1 Keluarga .................................................................................... 8
2.1.1. Definisi Peran Keluarga ................................................. 8
2.1.2. Struktur Keluarga ........................................................... 12
2.1.3. Tugas Perkembangan Keluarga ..................................... 14
2.1.4. Tugas Perkembangan Anak Usia Sekolah ...................... 18
2.1.5. Perkembangan Pemahaman Diri Anak Usia Sekolah .... 19
2.1.6. Fungsi Keluarga ............................................................. 19
2.1.7. Peran Orang Tua Dalam Perkembangan Anak .............. 20
ABSTRAK
pada penyandang cacat fisik dan gangguan mental. Penyandang cacat fisik dibagi
and hyperactivity disorder (ADHD), dan autism (Menkes RI, 2010). Kelompok
khusus (ABK).
Anak berkebutuhan khusus diartikan sebagai anak yang lambat (slow) atau
sebagai anak yang mengalami ganguuan fisik, mental, intelegensi, dan emosi
dianggap sosok yang tidak berdaya sehingga perlu diberikan bantuan. Setiap anak
dimilikinya secara optimal (Kosasih, 2012). Salah satu anak berkebutuhan khusus
yang mempunyai tingkat kecerdasan dibawah rata-rata yaitu 70, kesulitan dalam
berperilaku adaptif dan terjadi pada usia dibawah 18 tahun. Anak tunagrahita
memiliki karakteristik khusus yang akan membedakannya dengan anak lain yang
terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh terjadinya hendaya
kecerdasan secara menyeluruh, misalnya dalam hal kognitif, bahasa, motorik dan
belajar membaca, menulis, dan berhitung sederhana. Bimbingan dan didikan yang
baik pada anak tunagrahita ringan akan dapat memperoleh penghasilan untuk
dirinya (Kosasih, 2012). Berbeda halnya dengan anak tunagrahita sedang dan
pada kelompok anak, sangat tua, orang sakit atau orang yang cacat (Kittay et al,
2005). Kemandirian pada anak usia sekolah berbeda dengan kemandirian dewasa.
Kemandirian anak usia sekolah adalah kemampuan yang terkait dengan tugas
Anak jika tidak mampu dalam melakukan tugas perkembangan, maka anak
tersebut telah memenuhi syarat kemandirian. Peran dan bimbingan dari orang ta
dibutuhkan dalam menanamkan kemandirian anak sejak dini, serta dapat bersikap
kembang anak serta anak mulai menunjukkan karakteristik tersendiri dan mulai
belajar untuk melakukan aktivitas dalam perawatan diri secara mandiri. Salah satu
dan kemandirian dalam merawat diri sendiri tanpa bantuan orang lain dapat
Living/ADL) (Effendi,2009).
1,71% dari 5300 anak (Sharma, et al 2016). Dan penelitian di Amerika Serikat
al 2016).
2014) mencatat bahwa jumlah penyandang retardasi mental sebagai salah satu
mental sebanyak 1,1 juta jiwa. Pada tahun 2013 dari total sampel anggota rumah
tangga sejumlah 1.027.763 (93,0%) jiwa jumlah angka nasional anak dengan
yang terendah di Papua Barat 4,6% sampai tertinggi di Sulawesi Selatan 23,8%
(Riskesdas, 2013). Prevalensi yang cukup tinggi serta permasalahan yang timbul
menunjukan bahwa anak retardasi mental merupakan bagian dari komunitas yang
antara pola asuh dengan tingkat kemandirian personal hygiene anak retardasi
anak retardasi mental di SLB Negeri 2 Yogyakarta menerapkan pola asuh dengan
pola bimbingan dan hubungan dengan kategori baik kepada anaknya yaitu
Negeri 2 Yogyakarta dengan kategori baik dalam hal personal hygiene yaitu
(ADL).
Sekolah Luar Biasa Negeri Binjai adalah salah satu sekolah penyandang
cacat di Kota Binjai yang berstatus negeri. Berdasarkan hasil survey awal SLB
Negeri Binjai adalah Sekolah Luar Biasa yang didalamnya terdapat Sekolah Dasar
(SD), Sekolah Menegah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA).
tunaghita yang duduk pada bangku sekolah dasar berjumlah 50 orang. Sesuai
dengan observasi awal, Anak tunagrahita terlihat hampir sama dengan anak usia
sekolah normalnya dalam penampilan kebersihan diri. Rutinitas orang tua dari
pada anak tunagrahita yang bersekolah di SLB Negeri Binjai hanya antar dan
jemput sekolah, namun untuk mereka yang masih Sekolah Dasar hanya sebagian
orang tua yang menunggu di sekitar sekolah. Pemahaman dan pengenalan secara
perawatan diri.
Tunagrahita pada Sekolah Dasar (SD). Peran keluarga yang baik akan dapat
diteliti adalah apakah ada hubungan antara peran keluarga dengan tingkat
Negeri Binjai.
tingkat kemandirian personal hygiene anak tunagrahita dan peran keluarga dari
anak tunagrahita yang dapat menjadi dasar pengetahuan bagi perawat dalam
memberi pendidikan kesehatan dan konseling pada orang tua dalam upaya
hubungan antara peran keluarga dari anak tunagrahita dengan tingkat kemandirian
yang ingin meneliti faktor – faktor lain yang berkaitan dengan kemandirian anak
tunagrahita.
2.1. Keluarga
berhubungan dengan individu dalam posisi dan dalam satuan tertentu. Setiap
Ayah sebagai pemimpin, pencari nafkah, pendidik atau penganyom, dan pemberi
rasa aman pada setiap anggota keluarga. Ibu sebagai pengurus rumah tangga,
perkembangan fisik, mental, sosial dan spiritual (Ali, 2010). Peran Keluarga
sangat penting dalam tahap-tahap perawatan kesehatan yaitu mulai dari tahapan
dalam keluarga yang akan dijalankan melalui peran formal maupun peran
peran untuk memulai atau berkontribusi dalam menghadapo suatu masalah, peran
karena maslah kesehatan pada keluarga akan saling berkaitan dan akan saling
peran keluarga menjadi 2, yaitu peran formal dan peran informal yang meliputi:
a. Peran Formal
Peran formal terdiri atas dua bagian yaitu peran parental dan peran
perkawinan.
1) Peran parental
keluarga.
2) Peran perkawinan
b. Peran Informal
atau cara-cara yang dapat mengingat masalah atau tujuan-tujuan. Peran ini
sebagai suatu “penggerak” atau peran yang dicirikan sebagai suatu tindakan
Friedman, et al (2010).
disekitarnya, tidak pernah tidak setuju dan berbicara atas nama kedua belah
kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam posisi dan situasi tertentu.
Peran individu dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari
orang lain terhadap seseorang sesuai dengan kedudukan dalam sistem, dimana
berikut:
1) Motivator
2) Edukator
Dalam hal ini dapat diartikan sebagai upaya keluarga dalam memberikan
pendidikan kepada anggota keluarga. Untuk itu agar keluarga dapat menjadi
anak.
1) Patrilineal yaitu keluarga yang sedarah terdiri dari sanak saudara, sedarah
dalam beberapa generasi dan dimana itu akan disusun melalui jalur garis
ayah.
2) Matrilineal yaitu keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis ibu.
3) Matrilokal yaitu keluarga sepasang suami istri yang tinggal bersama dalam
4) Patrilokal yaitu keluarga sepasang suami istri yang akan tinggal bersama
5) Keluarga kawin yaitu keluarga hubungan suami istri yaitu sebagai suatu
dasar bagi pembinaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang akan
menjadi bagian keluarga serta adanya sutau hubungan dengan suami atau
istri.
Struktur keluarga memiliki sifat sangat kaku dan flesibel yang bisa mengganggu
interaktif yang terorganisir yang dapat mengatur system keluarga dimana keluarga
akan menjadi sebuah system yang bersatu. Struktur keluarga dibagi dalam empat
elemen besar, yaitu struktur komunikasi keluarga, peran keluarga, nilai dan norma
pola yang terjadi antara ayah dan ibu dalam menyampaikan informasi. Ayah dan
ibu (orang tua), orang tua dengan anak, anak dengan anak dan semua anggota
Peran yang ada didalam keluarga masing-masing akan berbeda, serta peran
keluarga dalam lingkungan masyarakat yaitu bisa peran formal maupun peran
informal.
dipelajari dalam kesatuan keluarganya mengenai nilai dan norma, khususnya yang
akan mempengaruhi dan akan mengendalikan keluarga maupun orang lain untuk
dapat mengubah perilaku serta mendukung kesehatan yang ada didalam keluarga.
rasa tanggung jawab yang harus dicapai oleh keluarga pada setiap tahap
penekanan budaya keluarga dan aspirasi nilai keluarga itu sendiri (Wong, 2008).
tugas perkembangan keluarga yang timbul ketika keluarga sebagai unit berjuang
keras dalam memenuhi tuntutan dan kebutuhan anggota keluarga yang juga akan
perkembangan keluarga yaitu meliputi harapan tugas atau peran yang spesifik
pada tahap setiap tahap yang inheren untuk dapat mencapai lima fungsi perawatan
adalah dapat memenuhi setiap kebutuhan anggota keluarga dan fungsi keluarga
merupakan suatu harapan perkembangan yang harus dicapai oleh setiap keluarga
keluarga akan lebih cenderung dalam menumbuhkan rasa tanggung jawab yang
harus keluarga capai pada setiap tahap perkembangan keluarga sehingga, keluarga
yang berjuang keras untuk dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan pada anggota
keluarga baru dengan membentuk keluarga asli sampai ke hubungan intim yang
baru. Tugas pada perkembangan keluarga tahap ini adalah membentuk pernikahan
yang memuaskan bagi satu sama lain, yang akan terhubungan secara harmonis
Tahap II dimulai dengan kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi
membentuk keluarga muda sebagai unit yang stabil, serta memperbaiki hubungan
Tahap ini dimulai dengan anak pertama berusia dua setengah tahun dan
diakhiri ketika berusia lima tahun. Tugas pada perkembangan keluarga tahap ini
anak., mengintegrasikan anak kecil sebagai anggota keluarga yang baru, serta
Tahap ini dimulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu
penuh, biasanya pada usia lima tahun, dan diakhiri ketika mencapai pubertas.
Tahap ini dimulai ketika anak pertama berusia 13 tahun dan diakhiri ketika
mencapai usia 19 -20 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah
hubungan pernikahan, serta komunikasi terbuka antara orang tua dengan anak.
anak pertama dari rumah orang tuanya. Tahap perkembangan keluarga pada tahap
pernikahan, serta membantu orang tua suami dan istri yang sudah menua dan
mudah sakit.
Tahap ini merupakan tahap dimana masa pertengahan bagi orang tua,
dimulai ketika anak terlahir meninggalkan rumah dan berakhir dengan pensiun
atau kematian salah satu pasangan. Tugas perkembangan pada tahap ini adalah
kepuasan dan hubungan makna antara orang tua yang telah menua dengan anak
salah satu atau kedua pasangan kemudian berlanjut sampai kehilangan salah satu
pasangan, dan berakhir dengan kematian pasangan lain (Duvall & Miller dalam
anggota keluarga.
Tahap ini dimulai sejak anak pertama memasuki sekolah dalam jangka
waktu penuh, biasanya pada usia 5 tahun dan diakhiri ketika anak akan masuk
pubertas sekitar pada usia 13 tahun. Keluarga biasnya mencapai jumlah anggota
keluarga maksimal dan hubungan keluarga pada akhir tahap ini juga akan
maksimal. Saat ini ank memiliki aktivitas dan minat mereka sendiri selain
memiliki aktivitas yang wajib untuk mereka lakukan dalam kehidupan sekolah,
dan orang tua memiliki aktivitas sendiri yang berbeda. Orang tua berjuang dengan
pada saat yang sama anak usia sekolah sedang berada dalam tugas pengembangan
Tugas orang tua pada masa ini adalah mempelajari untuk beradaptasi
dengan perpisahan anak atau yang lebih sederhana adalah melepaskan anak.
Hubungan teman sebaya dan aktivitas diluar rumah semakin akan memainkan
peranan yang lebih besar dalam kehidupan anak usia sekolah. Masa ini akan di isi
dengan aktivitas keluarga, akan tetapi juga terdapat kekuatan secara bertahap dan
mendorong anak untuk berpisah dari keluarga sebagai persiapan untuk masa
Pada usia sekolah dasar, pemahaman diri atau konsep diri anak mengalami
perbandingan sosial.
a. Karakteristik Internal
membedakan diri mereka dengan orang lain secara komperatif dari pada secara
absolut.
yang efektif.
keseluruhan pada dirinya, selain itu juga anak akan bergantung pada fase
perkembangannya. Pada fase ini dimana anak akan bergantung sepenuhnya pada
orang lain yaitu orang yang paling utama dan pertama yang akan bertanggung
anak baik dari sudut organisasi-psikologi antara lain makan, kebutuhan psikis
akan rasa dikasihi, dimengerti dan rasa aman melalui perawatan, asuhan dan
kepribadian yang harmonis dan matang, serta akan berkembang tanpa ganguan-
ganguan dan penyakit hingga menjadi anak yang sehat, ideal sesuai dengan
umurnya. Adapun dilihat dari segi intelektualnya anak akan mencapai prestasi
hambatan dalam pelajaran, serta dilihat dari karakter logisnya anak akan
merupakan salah satu tahap yang harus dilalui dan merupakan masa-masa yang
sangat sibuk bagi orang tuanya dan banyak kegiatan yang akan dilakukan oleh
pakaian, makan dan minum, serta tempat tingga); d) Mendorong anak untuk
al, 2010).
Menurut Dukes & Smith (2009), hal yang perlu dilakukan dalam
membantu orang tua mengani anak berkebutuhan khusus adalah bahwa mereka
adalah individu yang berbeda-beda dan harus diperlakukan dengan cara yang
berbeda.
1) Kelas sosial
struktur peran keluarga karena dengan banyak anggota keluarga atau sebaliknya,
dapat menggambarkan hubungan dengan pengaturan peran yang unik dan stres
dalam sebuah keluarga tertentu, pengetahuan tentang inti dari nilai kebiasaan dan
5) Model-model peran
mempelajari perannya dari teman atau rekan serta pengalaman awal itu.
2.2. Kemandirian
Kemandirian berarti hal atau keadaan seseorang yang dapat berdiri sendiri
tanpa bergantung pada orang lain. Kata kemandirian berasal dari kata dasar diri
yang mendapat awalan ke dan akhiran an yang kemudian membentuk suatu kata
kemandirian tidak dapat dilepaskan dari perkembangan diri itu sendiri. Diri adalah
inti dari kepribadian dan merupakan titik pusat yang menyelaraskan dan
dapat diartikan sebagai suatu kondisi dimana seseorang tidak bergantung kepada
adalah keadaan seseorang yang dapat menentukan diri sendiri dimana dapat
dinyatakan dalam tindakan atau perilaku seseorang yang dapat dinilai. Berangkat
dari definisi tersebut, maka dapat diambil pengertian kemandirian adalah keadaan
yang berdiri sendiri, tumbuh dan berkembang karena disiplin dan komitmen
sehingga dapat menentukan diri sendiri yang dinyatakan dalam tindakan dan
Adalah sikap cepat bertindak secara tiba-tiba menurut gerak hati dan
pertama ini adalah: a) Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat
dan hedonistic, c) Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu, d)
b. Tingkat komforistik
penampilan diri dan penerimaan sosial, b) Cenderung berfikir stereotif dan klise,
Adalah merasa, tahu, dan ingat pada keadaan diri yang sebenarnya. Ciri-
ciri tingkat kemandirian yang ketiga ini adalah: a) Mampu berfikir alternative dan
yang keempat ini adalah: a) Bertindak atas dasar nilai-nilai internal, b) Mampu
melihat diri sebagai pembuat piihan dan pelaku tindakan, c) Mampu melihat
akan tanggung jawab dan mampu melakukan kritik dan penilaian diri, e) Peduli
melihat peristiwa dalam konteks sosial, h) Berfikir lebih kompleks dan atas dasar
pola analisis.
e. Tingkat individualistis
Adalah keadaan atau sifat-sifat khusus sebagai individu dari semua ciri-
ciri yang dimiliki seseorang yang membedakannya dengan orang lain. Ciri-ciri
ketergantungan, c) Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain, d)
f. Tingkat mandiri
yang keenam ini adalah: a) Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan,
b) Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun orang
(Soetjiningsih, 1995) :
a. Faktor Internal
b. Faktor Eksternal
keluarga kaya.
3) Anak yang mendapat stimulus terarah dan teratur akan lebih cepat mandiri
4) Pola asuh, anak dapat mandiri dengan diberi kesempatan, dukungan dan
karena jika diberikan berlebihan, anak menjadi kurang mandiri. Hal ini
dapat diatasi bila interaksi dua arah antara orang tua dan anak berjalan
tua, dengan pendidikan yang baik, informasi dapat diberikan kepada anak.
7) Status pekerjaan ibu, apabila ibu bekerja diluar rumah untuk mencari
Personal hygiene berasal dari bahasa yunani yang berarti personal yang
artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Kebersihan perorangan adalah suatu
Menurut Potter & Perry (2005), personal hygiene adalah suatu tindakan
dan psikis, kurang perawatan diri adalah kondisi dimana seseorang tidak mampu
dan kesehatan diri seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikisnya. Seseorang
dikatakan memiliki personal hygiene baik apabila, orang tersebut dapat menjaga
kebersihan tubuhnya yang meliputi kebersihan kulit, gigi dan mulut, rambut,
mata, hidung, dan telinga, kaki dan kuku, genitalia, serta kebersihan dan
kerapihan pakaiannya.
kebersihan rambut dan kulit kepala, kebersihan kulit, kebersihan kuku tangan dan
Seperti halnya dengan bagian tubuh yang lain, maka mulut dan gigi juga
perlu perawatan yang teratur dan seyogyanya sudah dilakukan sejak kecil. Untuk
A atau C sangat baik untuk kesehatan gigidan mulut. Gosok gigi merupakan
upaya atau cara yang terbaik untuk perawatan gigi dan dilakukan paling sedikit
dua kali dalam sehari yaitu pagi setelah sarapan dan malam sebelum tidur.
Dengan menggosok gigi yang teratur dan benar maka plak yang ada pada gigi
akan hilang.
Rambut merupakan pelindung bagi kulit kepala dari sengatan matahari dan
hawa dingin. Penampilan akan lebih rapi apabila rambut dalam keadaan bersih
dan sehat. Sebaliknya rambut yang dalam keadaan kotor, kusam dan tidak terawat
akan terkesan jorok. Rambut dan kulit kepala harus selalu sehat dan bersih,
sehingga perlu perawatan yang baik. Untuk perawatan rambut dapat dilakukan
cara pencucian rambut. Rambut yang sehat yaitu tidak mudah rontok dan
patah,tidak terlalu berminyak dan terlalu kering serta tidak berketombe dan
berkutu.
Karena itu kotoran, debu, asap mudah melekat. Kasus gangguan kesehatan rambut
sangat sering ditemukan, misalnya ketombe dan kulit kepala yang gatal. Biasanya
seseorang yang berketombe sering menggaruk kulit kepala sehingga tangan ikut
menjadi tidak higienis. Upaya menjaga kebersihan rambut dan kulit kepala
c. Kebersihan kulit
kulit juga berpengaruh kepada kesehatan kulit seseorang. Berbagai penyakit kulit
2012). Penyakit kulit bermula dari kebiasaan mandi yang kurang bersih, pakaian
dan handuk yang jarang dicuci serta alas tidur yang tidak bersih.
yang dapat mencegah individu dari penyakit kulit adalah mandi satu sampai dua
kali sehari, khususnya di daerah tropis, bagi yang terlibat dalam kegiatan olahraga
atau pekerjaan lain yang mengeluarkan banyak keringat dianjurkan untuk segera
mandi setelah selesai kegiatan tersebut, menggunakan sabun yang lembut, sabun
genitalia dengan baik karena pada kondisi tidak bersih, sekresi normal dari anus
dan genitalia akan menyebabkan iritasi dan infeksi serta tidak memakai sabun dan
setelah buang air kecil dan besar, dan setelah menyentuh benda-benda yang kotor.
kotoran yang menempel di tangan. Mencuci kaki setelah beraktivitas dari luar
dilakukan setelah pulang dari bepergian dan sebelum tidur, agar kamar tetap
bersih dan bebas dari sumber penyakit. Selain itu, kuku pada jari-jari tangan dan
kaki harus dipotong pendek sehingga kotoran tidak tertinggal dibalik kuku
(Nurjannah, 2012).
adalah saat mandi. Secara normal tidak ada perawatan khusus yang diperlukan
untuk mata karena secara terus-menerus dibersihkan air mata, dan kelopak mata
dan bulu mata mencegah masuknya partikel asing. Seseorang hanya memerlukan
untuk memindahkan sekresi kering yang terkumpul pada kantus sebelah dalam
atau bulu mata. Pembersihan matta biasanya dilakukan selama mandi dan
substansi lilin atau benda asing berkumpul pada kanal telinga luar, yang
pembersihan.
dan kelembapan udara yang dihirup serta mencegah masuknya partikel asing ke
mengangkat sekresi hidung secara lembut dengan menggunakan tissue. Hal ini
menjadi hygiene harian yang diperlukan. Jika mengeluarkan kotoran dengan kasar
dan bahkan struktur mata yang sensitif. Perdarahan hidung adalah tanda kunci dari
pengeluaran yang kasar, iritasi mukosa, atau kekeringan (Potter & Perry, 2005).
b. Praktik sosial
orang tua seperti menggosok gigi sebelum tidur. Hal ini akan
tingkat personal hygiene setiap orang berbeda. Pada individu dengan ekonomi
yang mampu akan ada kesadaran untuk mandi minimal dua kali sehari karena
d. Pengetahuan
penularan penyakit panu pada kulit tentu tidak akan memakai baju yang sama
e. Budaya
masih banyak larangan mencuci rambut (bersampo) dan memotong kuku pada
f. Kebiasaan individu
Banyak orang yang tidak menjaga kebersihan diri dikarenakan tidak biasa
sebelum tidur maka dia akan jarang atau bahkan tidak melakukannya.
g. Kondisi fisik/psikis
seperti kesulitan mandi, dan membersihkan rumah. Hal tersebut juga bisa
dijaga dengan baik akan membuat anak menjadi sehat, dan terhindar dari berbagai
macam penyakit. Berikut ini adalah dampak yang ditimbulkan jika anak tidak
a. Dampak Fisik
terpeliharanya personal hygiene dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi
adalah: gangguan integrasi kulit, gangguan membrane mukosa mulut, infeksi pada
b. Dampak psikososial
harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial (Tarwoto & Wartonah
2010).
2.4 Tunagrahita
Pengertian Retardasi mental menurut PPDGJ III dan DSM 5 (2013) adalah
suatu keadaan perkembangan jiwa yag terhenti atau tidak lengkap, yang terutama
kondisi anak yang kecerdasannya jauh dibawah rata-rata dan ditandai oleh
disekolah biasa secara klasikal, oleh karena itu anak keterbelakangan mental
1. Selama Kehamilan
b. Didapat
oleh penyakit ibu seperti diabetes mellitus, PKU (phenyl Keton Uria)
Trauma berat pada kepala atau susunan saraf pusat, d) Neuro toksin, seperti
4. Faktor lingkungan
ekonomi yang rendah juga berperan dalam adanya penyebab organik tunagrahita,
seperti kurang gizi, keracunan logam berat dan infeksi sitomegalovirus yang
seperti yang dianjurkan oleh banyak pakar, ialah mengunakan tes intelegensi yang
mereka dalam kehidupan, yang meliputi: ringan, sedang, berat dan sangat berat.
Anak tunagrahita ringan tingkat IQ berada pada rentang 50-69 atau setara
dengan anak tunagrahita yang mampu didik. Estimasi anak tunagrahita ringan
sedikit bedanya dalam sensorik dan motorik pada usia pra sekolah dan tidak dapat
b. Tunagrahita Sedang
setara dengan anak tunagrahita yang mampu dilatih. Estimasi anak tunagrahita
sekolah dasar.
c. Tunagrahita Berat
Estimasi pada anak tunagrahita berat sebanyak 3-4%. Anak tunagrahita berat tidak
mampu dalam berkomunikasi bahasa pada saat usia pra sekolah, akan tetapi dapat
belajar bicara untuk kecakapan dalam mengurus diri sendiri saat usia sekolah.
pada anak tunagrahita sangat berat sekitar 1-2%. Anak tunagrahita sangat berat
lingkungan.
yaitu :
abstrak, seperti membaca, menulis, dan berhitung. Anak tunagrahita sering tidak
mengerti apa yang sedang dipelajari atau cenderung belajar dengan meniru/
membeo.
2. Keterbatasan sosial
anak yang lebih muda usianya, memiliki ketergantungan terhadap orang tua yang
sangat besar, dan tidak mampu memikul tanggung jawa sosial dengan bijaksana,
tersebut.
Anak tunagrahita memerlukan waktu yang lebih lama dalam beraksi pada
mengerjakan hal-hal yang rutin dan secara konsisten. Anak tunagrahita tidak
dapat menghadapi suatu kegiatan atau tugas dalam jangka waktu yang lama. Anak
yang lebih intensif dan konkret dengan menggunakan kata-kata yang lebih
Pada Penelitian ini ada dua variabel penelitian yaitu peran keluarga dan
B. Variabel Dependen
Kemandirian Kemampuan anak Kuesioner 1. Mandiri Ordinal
Personal tunagrahita dalam dengan 19 = 61-80
Hygiene melakukan aktivitas dan Pertanyaan 2. Cukup
Anak menjaga kebersihan diri dan mandiri
Tunagrahita tanpa adanya bantuan menggunakan = 41-60
dari orang lain yakni skala Linkert 3. Kurang
kebersihan gigi dan positif : Mandiri
mulut, kebersihan Selalu = 4 = 20-40
rambut dan kulit rambut, Sering = 3
kebersihan kulit, Kadang-
kebersihan kuku, serta kadang = 2
kebersihan mata, telinga Tidak pernah
dan hidung. =1
Hipotesis adalah sebuah prediksi tentang hubungan anatara dua atau lebih
variabel (Polit & Beck, 2004). Hipotesis penelitian (Ha) adalah jawaban
pengamatannya dilakukan secara simultan pada waktu yang bersamaan (Polit dan
Hungler, 1996).Hal ini berarti bahwa pengumpulan data hanya dilakukan satu kali
peneliti (Polit & Hungler, 1996). Populasi dalam penelitian ini adalah orang tua
dari murid yang menyandang tunagrahita di SLB Negeri Binjai. Berdasarkan data
teknik penetapan sampel dengan cara memilih sampel di antara populasi sesuai
Kriteria inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang perlu dipenuhi oleh setiap
anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoatmodjo, 2010). Dari
anak tunagrahita di SLB Negeri Binjai, adapun kriteria inklusi dalam penelitian
ini adalah 1) Orang tua dengan memiliki anak tunagrahitausia 7-18 tahun, Sekolah
Dasar diSLB Negeri Binjai. 2) Sehat jasmani dan rohani, 3) Bersedia menjadi
responden dan kooperatif, 4) Ayah atau ibu (orang tua dari anak tunagrahita) dan
5) Anak dengan tingkat retardasi mental ringan atau klasifikasi tunagrahita ringan.
Kriteria ekslusi adalah ciri-ciri anggota populasi yang tidak dapat diambil
sebagai sampel (Notoatmojo, 2010). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini terdiri
atas 1) Anak tunagrahita yang dirawat oleh baby sitter, 2) Anak dengan tingkat
retardasi mental sedang dan berat. 3) Anak dengan tunadaksa, tunanetra, dan autis
yaitu orang tua yang sesuai dengan kriteria inklusi yang telah ditentukan karena
ada sebagian dari anak tunagrahita yang bersekolah di SLB Negeri Binjai yang
tidak aktif sekolah dan orang tua yang tidak bersedia sebagai responden.
Biasa Negeri Binjai yang berada di Jl. Dewi Sartika No. 167, Jati Karya, Binjai
Utara, Kota Binjai, Sumatera Utara kode pos 20374. Pertimbangan lokasi
adanya populasi yang mencukupi untuk dijadikan sampel. Waktu penelitian ini
penelitian, hak asasi manusia dan perilaku normal. Pertimbangan etik ini meliputi
Fakultas Keperawatan Sumatera Utara, 2) ijin dan rekomendasi dari Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan ijin dari Kepala Sekolah SLB
ini dikembangkan sendiri oleh peneliti dengan berpedoman pada landasan teori
dari variabel penelitian. Instrumen penelitian ini terdiri dari tiga bagian, yaitu
Kuesioner data demografi terdiri dari dua bagian. Bagian pertama yaitu
data demografi orang tua seperti inisial nama depan responden, umur, jenis
kedua yaitu data demografi anak tunagrahita seperti usia, jenis kelamin, dan
tingkatan kelas pada sekolah dasar. Peneliti telah menyediakan jawaban, sehingga
responden tinggal memilih atau membubuhkan tanda check list () pada kolom
yaitu skala 1-4. Nilai dari masing-masing jawaban pada variabel peran keluarga
akan dibagi menjadi jawaban selalu, sering, kadang-kadang, jarang dan tidak
pernyataan untuk peran keluarga sebagai motivator yakni pernyataan no. 1 sampai
sampai 14, dan 7 pernyataan untuk peran keluarga sebagai fasilitator yakni
tertinggi dikurangi nilai terendah. Maka panjang kelas diperoleh 21 dengan nilai
rentang yakni 64 dibagi banyak kelas ialah 3. Pada kuesioner ini peran keluarga
dikategorikan menjadi tiga tingkat yaitu peran keluarga kurang jika skor jawaban
responden adalah 21-41, peran keluarga cukup jika skor jawaban responden
adalah 42-62, dan peran keluarga baik jika skor jawaban responden adalah 63-84.
jawaban (skala Likert). Nilai jawaban Tidak Pernah diberi skor 1, Kadang-kadang
banyak kelas ialah 3diperoleh panjangkelas 20. Pada kuesioner ini dibagi menjadi
tiga yakni kategori kurang mandiri jika skor jawaban adalah 20-40, kategori
4.6.1. Validitas
validitas isi (Content Validity Index)Uji ini dilakukan terhadap kuesioner peran
Alat ukur dinyatakan valid apabila diperoleh nilai Content Validity Index (CVI)
lebih dari 0,80 (Polit & Beck, 2012). Kuesioner peran keluarga dan tingkat
4.6.2. Reliabilitas
suatu alat ukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan (Notoatmodjo, 2012). Hasil
Apabila dari waktu ke waktu perbedaan sangat besar, maka hasil pengukuran
tidak dapat dipercaya dan dikatakan alat ukur tidak reliabel. Data tersebut diolah
instrumen skala likert (Arikunto, 2013). Alat ukur dinyatakan reliabel apabila
personal hygiene anak tunagrahita ini telah dilakukan kepada 20 orang responden.
Uji ini dilakukan pada lokasi yang berbeda dari penelitian namun memiliki
karakteristik kriteria inklusi yang sama. Nilai Cronbach’s Alpha yang diperoleh
dari dua puluh satu item peran keluarga adalah 0,788 dan dari dua puluh item
data yang digunakan adalah penyebaran kuesioner. Hal pertama yang dilakukan
izin pelaksanaan penelitian kepada Kepala Sekolah Luar Biasa Negeri Binjai
berada pada tingkat sekolah dasar yang bersekolah di SLB Negeri Binjai. Peneliti
penjelasan kepada responden (Ayah atau Ibu dari anak tunagrahita) secara
hal yang belum dimengerti dalam mengisi kuesioner tersebut. Setelah proses
Pada penelitian ini peneliti dibantu oleh satu orang asisten peneliti, yakni
penelitian ini dilakukan, peneliti telah membagikan apa saja yang perlu diketahui
dan dilakukan oleh asisten peneliti tersebut selama proses pengambilan sampel
berlangsung.
kepada pihak sekolah SLB Negeri Binjai bahwa penelitian telah selesai dilakukan,
penelitian.
a. Editing
yangtelah diisi oleh responden, meliputi kelengkapan isian dan kejelasan jawaban
dan tulisan.
b. Coding
Coding adalah proses merubah data yang berbentuk huruf menjadi data
yangberbentuk angka. Hal utama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah
peran keluarga untuk jawaban SL ( Selalu) diberi nilai 4, SR (Sering) diberi nilai
3, KD (Kadang) diberi nilai 2 dan TP (Tidak Pernah) diberi nilai 1, demikian juga
c. Processing
d. Cleaning
e. Komputerisasi
1. Analisa Univariat
terakhir, penghasilan, dan pekerjaan orang tua. Serta data demografi anak
tunagrahita yakni: usia anak tunagrahita, jenis kelamin, dan kelas anak
tunagrahita. Hasil dari data demografi akan disajikan dalam tabel distribusi
2. Analisa Bivariat
ordinal, maka pengujian data dilakukan dengan menggunakan uji statistik yaitu
Spearmen rank. Berdasarkan hasil uji tersebut, maka peneliti menggunakan uji
di SLB Negeri Binjai. Penelitian ini telah dilaksanakan pada tanggal 10 Mei 2017
sampai 12 Juni 2017 di SLB Negeri Binjai terhadap 40 orang responden yaitu
keluarga (ayah atau ibu) yang memiliki anak tunagrahita yang berada pada tingkat
Hasil penelitian ini dibagi menjadi empat bagian yaitu distribusi karakteristik
data demografi responden baik keluarga maupun anak tunagrahita, peran keluarga,
Karakteristik keluarga (orang tua) yang diteliti pada penelitian ini adalah usia,
keluarga sebagai ayah/ ibu, pendidikan terakhir, penghasilan perbulan, dan pekerjaan.
mayoritas yang menjadi responden ialah seorang ibu yakni sebanyak 27 orang
responden bekerja sebagai ibu rumah tangga sebanyak 21 orang (52,5%) karena
sebagian besar responden adalah ibu-ibu dan yang paling banyak berpenghasilan<Rp
2.271.255,-/Bulan sebanyak 24 orang (60,0%), serta dapat dilihat pada tabel 2.1
dibawah ini.
adalah usia anak tunagrahita, jenis kelamin dan kelas anak tunagrahita.
pada rentang 7-9 tahun yakni sebanyak 13 orang (32,5%). Jenis Kelamin anak
tunagrahita mayoritas laki-laki sebanyak 24 orang (60,0%) Serta dilihat dari segi
tingkat kelas sekolah dasar mayoritas berada pada kelas 2 yakni sebanyak 10 orang
Peran keluarga dari anak tunagrahita di SLB Negeri Binjai dinilai dengan
mengajukan 21 pernyataan. Data diperoleh menunjukkan bahwa keluarga yang sering
dan selalu mendukung anak untuk menjaga kebersihan dirinya sendiri sebanyak 40
orang (100%), keluarga yang sering dan selalu peduli dengan masalah personal
hygiene / kebersihan diri anak sebanyak 40 orang (100%) dan keluarga yang sering
dan selalu melatih anak untuk mandi secara mandiri sebanyak 40 orang (100%).
Namun terdapat juga data yang menunjukkan bahwa keluarga yang tidak pernah dan
kadang-kadang mengajarkan anak cara memotong kuku sebanyak 9 orang (22,5%)
keluarga tidak pernah dan kadang-kadang menyediakan alat pemotong kuku sebanyak
5 orang (12,5%) serta keluarga tidak pernah dan kadang-kadang menyediakan alat
pembersih telinga sebanyak 7 orang (17,5%). Dari hasil penelitian yang telah
dilakukan diperoleh hasil yang ditunjukkan pada tabel 2.3.
diteliti dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu kurang, cukup, dan
baik.
Tabel 2.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Peran Keluarga dari anak
tunagrahita di SLB Negeri Binjai (n= 40)
Persentase
Peran Keluarga
) (%)
Kurang 0
Cukup 10,0
Baik 90,0
Dari Tabel 2.4 menunjukkan bahwa tidak ada keluarga yang berada dalam
sebanyak 36 orang (90,0%) dan peran keluarga kategori cukupberada diurutan kedua
diperoleh dari penelitian yang telah dilakukan adalah keluarga mengatakan bahwa
anak sering dan selalu membersihkan kakinya apabila kotor sebanyak 31 orang
(77,5%), keluarga mengatakan bahwa anak sering dan selalu membersihkan sudut
bahwa anak sering dan selalu mengganti pakaian yang kotor dengan pakaian yang
bersih sebanyak 31 orang (77,5%). Dari data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel
2.5.
personal hygiene yang diteliti dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga kategori yaitu
personal hygiene anak tunagrahita berada pada kategori cukup mandiri sebanyak 24
mandiri sebanyak 14 orang (35,0%) dan untuk kategori kurang mandiri sebanyak 2
orang (5,0%).
Korelasi ini menguji hubungan antara variabel peran keluarga dengan variabel tingkat
Hasil uji hipotesis dalam penelitian ini diperoleh korelasi antara peran
menggunakan korelasi Spearman rank. Berikut ini adalah uji statistik hubungan peran
Negeri Binjai.
tunagrahita tergolong lemah dengan arah korelasi positif. Arah korelasi positif
menunjukkan bahwa semakin tinggi peran keluarga maka semakin tinggi pula tingkat
semakin tinggi peran keluarga maka kurang berpengaruh dengan tingkat kemandirian
personal hygiene anak tunagrahita. Nilai signifikansi (p< 0,05) menunjukkan bahwa
ada hubungan signifikan antara peran keluarga dengan tingkat kemandirian personal
berbunyi “Ada hubungan antara peran keluarga dengan tingkat kemandirian personal
5.2 Pembahasan
di SLB Negeri Binjai menyatakan bahwa keluarga memiliki peran dengan kategori
baik. Peran Keluarga yang baik berarti responden lebih banyak memilih jawaban
selalu dan sering pada pengisian kuesioner peran keluarga. Kebanyakan keluarga
sendiri, mendukung mandi minimal 2x sehari, dan memberikan pujian kepada anak
saat mampu dalam melakukan personal hygiene. Kemudian memberi edukasi atau
mengajarkan anaknya seperti melatih untuk mandi secara mandiri, serta memfasilitasi
segala kebutuhan dalam hal personal hygieneseperti menyediakan air bersih untuk
mandi, alat mandi, pakaian bersih dan alat berdandan. Ini menunjukan bahwa rata-
rata keluarga melakukan perannya dengan baik dan tidak ada satupun keluarga yang
berperan kurang. Namun pada kuesioner penelitian tersebut responden yang memilih
jawaban jarang dilakukan adalah mengajarkan anak cara memotong kuku dan
keluarga atau orang tua memiliki sumbangan terbesar. Dalam hal ini bagaimanapun
diimbangi dengan tindakan dan sikap orang tua/keluarga secara konstruktif dan
Dalam membimbing dan mendidik anak orang tua dipengaruhi oleh beberapa
faktor, salah satunya adalah pendidikan. Pendidikan adalah salah satu yang
mempengaruhi pola pikir dan pandangan orang tua dalam mengasuh, membimbing
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa mayoritas orang tua melakukan peran
dengan baik. Hal ini memungkinkan karena pada hasil penelitian, sebagian besar
sebanyak 24 responden (60,0%). Hal ini sesuai dengan pendapat Hurlock (2007)
mengatakan bahwa apabila orang tua berpendidikan tinggi atau menengah, umumnya
akan memiliki banyak pengetahuan maupun pendidikan tentang cara mengasuh anak
yang sesuai dengan kebutuhannya. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan hasil
orang tua dengan hasil p value > 0,25 dengan analisi multivariat.
Latar pendidikan orang tua yang tinggi dapat mempengaruhi kemampuan dan
keinginan orang tua dalam memberikan latihan dan bimbingan kepada anak
berdampak pada keinginan orang tua dalam mencari tahu dan belajar serta
hygiene.
keluarga dalam melakukan perannya secara langsung kepada anak. Tabel distribusi
orangtua adalah IRT sebanyak 21 orang (52,5%). Hal ini sesuai dengan orangtua
informasi tentang aktivitas yang peran keluarga kepada anak melalui berbagai
informasi atau berkonsultasi kepada ahli. Hal tersebut akan membentuk wawasan
pada keseharian. Hal ini dipengaruhi karena orangtua lebih mengikuti cara-cara yang
berstatus ibu rumah tangga dapat meluangkan waktu yang cukup dalam memberikan
miliknya sendiri, dan mampu mengatasi hambatan atau masalah, mempunyai rasa
percaya diri dan dapat melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain
mandiri dengan jumlah 24 orang (60,0%) dari 40 responden. Hal ini menunjukkan
bahwa anak tunagrahita sedang digolongkan dalam kategori yang dapat dilatih
(trainable) dan mereka memperoleh manfaat dari latihan tersebut dengan pengawasan
yang cukup sehingga pada kategori ini dapat merawat diri sendiri (PPDGJ-III&DSM-
5, 2013).
memiliki keinginan didalam dirinya untuk dapat hidup mandiri dan tidak tergantung
pada orang tua atau orang lain. Seorang anak yang disabilitas atau keterlambatan
mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk bisa mencapai kapasitasnya secara
bahwa anak tunagrahita dengan kemampuan intelektual yang rendah dapat menguasai
termasuk personal hygiene dan kegiatan rumah tangga bila diajarkan secara terus
menerus dan konsisten. Sekalipun Votroubek & Tabbaaco (2010) mengatakan bahwa
Dari kondisi ini berarti peneliti melihat ada faktor lain yang mempengaruhi
kemandirian anak. Barus (2002) menyatakan kemandirian anak bisa dipengaruhi oleh
jenis kelamin anak. Pada penelitian ini, Jenis kelamin dari 40 anak tunagrahita
personal hygiene yang cukup sebanyak 32,5% dan 40,0% jumlah anak perempuan
dengan hasil kemandirian personal hygiene yang cukup sebanyak 27,5%. Jumlah
persentase yang berbeda dalam hal kemandirian mempunyai arti bahwa anak
tunagrahita dengan jenis kelamin laki-laki menunjukkan lebih mandiri dari anak yang
diindikasikan dalam hal seorang anak tidak dapat melakukan sesuatu, atau tidak
tidak sama dengan anak pada umumnya (BAPPEDA DIY, 2013).Anak tunagrahita
dengan segala kekuranganya dapat melakukan tindakan secara mandiri dalam hal
personal hygiene seperti sudah dapat mengenakan baju tanpa bantuan orang lain,
dapat menyisir rambut dengan rapi dan dapat mandi secara mandiri. Hasil ini ternyata
sejalan dengan pendapat Barus (2002) yang menyatakan salah satu faktor yang
berbeda dengan Penelitian McDougall et al. (2009) didapatkan bahwa tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara anak laki-laki dan perempuan usia sekolah dalam
Selain faktor jenis kelamin anak, usia juga dapat mempengaruhi kemandirian
anak. Semakin tinggi usia anak akan semakin matang dalam kehidupan sehingga anak
akan semakin mandiri. Dengan bertambahnya usia anak, dari anak tidak teratur atau
tidak tepat dalam berespons terhadap stimulus, sejalan dengan bertambahnya usia
anak akan dapat menguasai dan jika suatu saat dalam situasi tersebut maka anak akan
Mudyaharjo (2008) bahwa belajar dapat kita pahami sebagai proses yang dengan
proses itu sebuah tingkah laku ditimbulkan atau diperbaiki melalui serentetan reaksi
atas situasi atau rangsangan yang ada. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa dari 40
responden ternyata terdapat 15,0% anak yang berumur 10-12 tahun dan dapat mandiri
dapat belajar mengenai personal hygiene yang akhirnya dapat mandiri. Gambaran
(2008) yang menyatakan bahwa semakin bertambah usia anak, maka semakin tinggi
tingkat kemandirian anak, karena anak belajar dan berproses dari lingkungan dan
dirinya sendiri.
diperoleh anak. Berdasarkan kelas pada responden diketahui responden yang duduk
di kelas 4 dan kelas 5 banyak yang sudah mandiri, sementara kelas yang mayoritas
dengan tingkat kemandirian yang cukup berada pada kelas 2. Responden yang duduk
dikelas 2, kelas 4 dan kelas 5 yang mandiri dan cukup mandiri dapat dipengaruhi
stimulasi yang diperoleh orang tua selama di rumah, maupun adanya pelajaran dari
sekolah. Faktor orang tua yang dalam memberikan stimulasi kepada anak juga
menunjukkan bahwa orang tua yang memberikan bantuan kepada responden selama
tua yang tidak memberikan bantuan dapat menjadikan anak semakin mandiri.
mengetahui ada atau tidak adanya hubungan peran keluarga dengan tingkat
kemandirian personal hygiene anak tunagrahita di SLB Negeri Binjai. Dari analisa
statistika diperoleh p= 0,024 (p < 0,05). Nilai ini lebih kecil dari level of significance
(α) sebesar 0,05 yang berarti hal ini menunjukkan bahwa peran keluarga dengan
signifikan. Hasil ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama dalam penelitian ini
diterima yaitu terdapat hubungan antara peran keluarga dengan tingkat kemandirian
Hal ini bertolak belakang dengan hasil penelitian Rizka Puspasari (2012)
dengan judul hubungan peran orang tua dengan tingkat kemandirian anak tunagrahita
kelas dasar di SLB Negeri 1 Yogyakarta yakni tidak ada hubungan yang signifikan
0,279 (>0,05) dan r = 0,118. Anak tunagrahita yang memiliki peran orang tua yang
baik belum tentu memiliki tingkat kemandirian yang tinggi, begitu pula sebaliknya.
yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara peran orang tua
N Ungaran, dibuktikan dengan nilai p= 0,000 (p < 0,05). Serta selaras dengan hasil
peran keluarga dengan kemampuan merawat diri anak retardasi mental sedang yang
bersekolah di SDLB Lamongan dengan nilai p = 0,049 dan nilai koefisien korelasi
adalah 0,424.
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Sudjiningsih (2012) bahwa orang tua
berperan dalam pembentukan dasar tingkah laku, dimana dalam konteks ini adalah
tingkah laku kemandirian personal hygiene. Anak tidak secara lahiriah mampu untuk
melakukan suatu hal secara mandiri tetapi dibutuhkan stimulasi-stimulasi dari luar
yang mana fase tumbuh kembang anak dibutuhkan pola asah atau pemberian
pengasahan otak yang sering disebut stimulasi tumbuh kembang sehingga anak dapat
6.1. Kesimpulan
responden yakni keluarga / orang tua dari anak tunagrahita di SLB Negeri Binjai
anak tunagrahita di SLB Negeri Binjai, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut.
1. Sebagian besar responden adalah ibu yang memiliki anak tunagrahita berada
pada usia dewasa akhir, yaitu usia yang berpengalaman untuk melakukan
adalah laki-laki yang berada pada usia rentang 7-9 tahun dan kelas 2 tingkat
sekolah dasar.
dasar. Ketika keluarga / orang tua melakukan perannya semakin baik maka
6.2. Saran
Saran yang diberikan terkait dengan hasil dan pembahasan dalam penelitian
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi yang berguna
untuk mengembangkan ilmu pengetahuan bagi civitas akademik, dan kepada institusi
tempat untuk membentuk tenaga medis yang mampu untuk memberikan pelayanan
tunagrahita sangat penting artinya karena dapat membantu anak tunagrahita mencapai
ini sebagai acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan pada
Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar yang
dapat digunakan dalam mengungkapkan fenomena yang lebih luas terkait anak
Bappeda DIY. (2013). Grand Design Revitalisasi Peran Keluarga dalam Rangka
Peningkatan Kesejahteraan Sosial Anak. Yogyakarta.
http://bappeda.jogjaprov.go.id/assets/uploads/docs/dokumengranddesignFI
NAL.pdf.
Kittay E, et al. (2005). Dependency Difference and The Global Ethic Of Longterm
Care. Global Nursing Journals, 34(2), 131-138.
Maslim, Rusdi. (2013). Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkas
PPDGJ III dan DSM 5. Jakarta: Bagian Kedokteran Jiwa FK Unika Atma
Jaya.
Moh Saifudin. (2013). Peran Keluarga dengan Kemampuan Merawat Diri Anak
Retardasi Mental (RM) Sedang.
Parker. (2005). Menumbuhkan kemandirian dan Harga Diri Anak. Alih Bahasa:
Bambang Wibisono. Jakarta: Prestasi Pustakaraya.
Polit, D.F & Huengler, B.P. (1999). Nursing Reseach: Principles and Methods
Fifth ditin. Philadelphia: J.B. Lippincot Company.
Potter, A.G. and Perry, P.A. (2005). Fundamental of nursing. Buku ajar
fundamental keperawatan : konsep, proses, dan praktik. Edisi 4. Volume
1. Alih Bahasa : Yasmin Asih, dkk. Jakarta: EGC.
Supartini, Yupi. (2004). Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta:
EGC.
Peneliti,
Umur : ............................................................................................
Pekerjaan : ............................................................................................
Alamat : ............................................................................................
Responden Peneliti,
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jujur dan sesuai dengan kondisi saudara
Ayah
2. Orang Tua dari anak tunagrahita sebagai:
Ibu
5. Pekerjaan anda :
Tidak Bekerja IRT (Ibu Rumah Tangga)
Tani Buruh
Pegawai Swasta Pedagang
Pegawai Negeri Lain-lain
Usia Anak :
Kelas :
Petunjuk pengisian:
Isi pertanyaan dibawah ini dengan tanda check list () atau silang (X) pada kolom
yang sudah tersedia. Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan jujur dan sesuai
dengan pengalaman yang Bapak / Ibu alami dan rasakan.
Keterangan
SL / Selalu : apabila anda merasa pernyataan tersebut pernah dan
selalu dilakukan keluarga anda
SR / Sering : apabila anda merasa pernyataan itu pernah dan sering
dilakukan oleh keluarga anda
KD/ Kadang-kadang : apabila anda merasa pernyataan itu pernah tetapi tidak
sering dilakukan oleh keluarga anda
TP/ TidakPernah : apabila anda merasa pernyataan tersebut tidak pernah
dilakukan oleh keluarga anda
Jawaban
Pernyataan
SL SR KD TP
A. Peran Keluarga sebagai Motivator
1. Keluarga mendukung anak untuk mandi sendiri
2. Keluarga mendukung anak untuk mandi minimal
2x sehari
3. Keluarga mendukung anak untuk menjaga
kebersihan dirinya sendiri
4. Keluarga sharingdengan anak untuk mengetahui
kesulitan anak dalam hal personal hygiene /
kebersihan perorangan
5. Keluarga peduli dengan masalah personal hygiene
anak / kebersihan diri anak
6. Keluarga memberikan pujian kepada anak untuk
kemampuan anak dalam melakukan kebersihan
No Kegiatan Jawaban
Apakah anak anda : SL SR KD TP
1. Mandi tanpa bantuan orang lain
2. Mandi menggunakan sabun mandi
3. Mandi menggunakan air bersih
Mengeringkan seluruh tubuhnya selesai
4.
mandi
5. Membersihkan alat kelaminnya selesai BAK
6. Membersihkan anusnya selesai BAB
7. Membersihkan kakinya apabila kotor
8. Membersihkan kuku kakinya apabila kotor
Membersihkan kuku tangannya apabila
9.
kotor
10. Mengganti kaus kakinya yang sudah kotor
Excludeda 0 .0
Total 20 100.0
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Scale Statistics
N %
Reliability Statistics
Cases Valid 20 100.0
Cronbach's Alpha N of Items
Excludeda 0 .0
.947 20
Total 20 100.0
Item-Total Statistics
Cronbach's
Scale Mean if Scale Variance if Corrected Item- Alpha if Item
Item Deleted Item Deleted Total Correlation Deleted
Scale Statistics
Descriptives
Median 77.00
Variance 56.195
Minimum 61
Maximum 84
Range 23
Interquartile Range 12
Median 60.00
Variance 136.285
Minimum 25
Maximum 80
Range 55
Interquartile Range 13
Median 77.00
Variance 56.195
Minimum 61
Maximum 84
Range 23
Interquartile Range 12
Median 60.00
Variance 136.285
Minimum 25
Maximum 80
Range 55
Interquartile Range 13
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Tingkat Kemandirian
Personal Hygiene Anak .138 40 .053 .951 40 .082
Tunagrahita
Peran Keluarga
Peran Keluarga Stem-and-Leaf Plot
5.00 6 . 12224
4.00 6 . 5679
6.00 7 . 124444
9.00 7 . 566777888
16.00 8 . 0001334444444444
Stem width: 10
Each leaf: 1 case(s)
Stem width: 10
Each leaf: 1 case(s)
Keterangan:
R : Responden
UK : Usia Keluarga (1=25-33, 2=34-43, 3=44-52)
K (a/i) : Keluarga (1=Ayah, 2=Ibu)
Pd : Pendidikan (1=SD/Mi/Sederajat, 2=SMP/Mts/Sederajat,
3=SMA/MA/Sederajat, 4=Diploma/Sarjana)
Pg : Penghasilan (1=Kurang dari Rp 2.271.255,-
2=Lebih dari Rp 2.271.255,-)
Pk : Pekerjaan (1=Tidak Bekerja, 2=Tani, 3=Pegawai Swasta,
4=Pegawai Negeri, 5=IRT, 6=Buruh, 7=Pedagang, 8=Lain-lain)
UAT : Usia Anak Tunagrahita (1=7-9, 2=10-12, 3=13-15, 4=16-18)
JK : Jenis Kelamin (1=Laki-laki, 2=Perempuan)
Kl : Kelas (1=1, 2=2, 3=3, 4=4, 5=5, 6=6)
P1-P21 : Pernyataan Kuesioner Peran Keluarga
TSP : Total Skor Kuesioner Peran Keluarga
KP : Kategori Peran Keluarga (1= Baik, 2=Cukup, 3=Kurang)
K1-K20 : Pernyataan Koesioner Kemandirian Personal Hygiene
Anak Tunagrahita
TSK : Total Skor Kuesioner Kemandirian Personal Hygiene
Anak Tunagrahita
KK : Kategori Kemandirian (1= Mandiri, 2=Cukup, 3=Kurang)
R K1 K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8 K9 K10 K11 K12 K13 K14 K15 K16 K17 K18 K19 K20 TSK KK
R1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 2
R2 3 3 4 4 2 2 3 2 4 4 4 2 3 4 4 3 3 2 2 4 62 3
R3 2 3 4 2 3 3 3 2 2 3 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 54 2
R4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 2
R5 3 3 3 3 2 2 4 4 4 4 2 2 2 3 3 3 3 3 3 2 58 2
R6 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 55 2
R7 3 4 4 1 2 2 2 1 1 1 4 3 3 3 2 2 2 3 3 3 49 2
R8 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 80 3
R9 4 4 4 4 4 4 4 1 3 2 4 1 4 4 4 4 4 1 1 3 64 3
R10 1 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 2
R11 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 2
R12 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 60 2
R13 4 4 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 73 3
Statistics
N Valid 40 40 40 40 40 40 40 40
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0
Mode 2 3 1 5 1 2
Std.
.474 1.012 .496 1.250 .496 1.534
Deviation
Minimum 1 1 1 1 1 1
Maximum 2 4 2 7 2 6
Frequency Table
Usia Keluarga
Ayah / Ibu
Penghasilan
Pekerjaan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Kelas
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Frequencies
Statistics
N Valid 40 40
Missing 0 0
Frequency Table
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Correlations
Tingkat Kemandirian
Peran
Personal Hygiene Anak
Keluarga
Tunagrahita
N 40 40
N 40 40
Lampiran 15
Sept ‘16 Okt ‘16 Nov ‘16 Des ‘16 Jan ‘17 Feb ‘17 Mar ‘17 Apr ‘17 Mei ‘17 Jun ‘17 Jul‘17
No Kegiatan
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4