Anda di halaman 1dari 37

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

KOMPETENSI KEAHLIAN ASISTEN KEPERAWATAN


DI RSUD dr. HARYOTO

Disusun oleh:
TIARA ADELIA RIZAL
XI Keperawatan 3
NIS . 1315/263.071

SMK MUHAMMADIYAH LUMAJANG


KOMPETENSI KEAHLIAN MULTIMEDIA, ASISTEN KEPERAWATAN,
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK & FARMASI KLINIS DAN KOMUNITAS
TERAKREDITASI A
Jalan Letkol Slamet Wardoyo 103 Labruk Lor, Lumajang
Telp.: (0334) 890222
Website : http:// www.smkmlumajang.sch.id Email : smkm.lmj@gamil.com
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Kompetensi Keahlian Keperawatan di Puskesmas


Senduro Lumajang telah disahkan dan disetujui oleh Pembimbing Sekolah, Ketua Program
Keahlian Keperawatan, penanggung jawab PKL yaitu Waka Humas, dan Kepala Sekolah pada:
hari :
tanggal :

Kaprogli Keperawatan Pembimbing Sekolah

( Dyaning Dhamayanti, S.Kep.) ( Dyaning Dhamayanti, S.Kep.)

Mengetahui,
Penanggung Jawab PKL
Waka Humas

(Laily Fitriani, S.Pd.)

Kepala Sekolah

(Drs. Agus Siswantono, M.Psi)


NBM. 563.077
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL)
di RSUD dr. HARYOTO Lumajang. Pembuatan laporan Praktik Kerja Lapangan ini bertujuan
untuk mengetahui dan memaparkan kegiatan apa saja yang telah dilaksanakan di DU/DI.
Laporan ini juga menjadi salah satu syarat kelulusan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL).
Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu bentuk pendidikan dan pelatihan
yang akan membentuk kompetensi peserta didik. Tujuan PKL ini adalah memberikan
pengalaman nyata, mengaplikasikan, dan meningkatkan ilmu yang telah diperoleh di sekolah.
Selain itu, kegiatan PKL juga dapat menjadi salah satu cara bagi sekolah dan peserta didik untuk
mengenalkan potensi yang dimiliki kepada DU/DI. .
Laporan ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu,
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam
penyelesaian laporan ini, terutama kepada :
1. Drs. Agus Siswantono, M.Psi selaku Kepala SMK Muhammadiyah Lumajang
2. Laily Fitriani, S.Pd. selaku Wakil Kepala Sekolah bagian Humas SMK Muhammadiyah
Lumajang dan selaku penanggung jawab PKL
3. Dyaning Dhamayanti, S.Kep selaku Ketua Program Keahlian Keperawatan dan selaku
Pembimbing Sekolah
4. dewan guru SMK Muhammadiyah Lumajang
5. karyawan di RSUD dr. Haryoto Lumajang
6. semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan ini dan tidak dapat
penyusun sebutkan satu persatu.
Tiada gading yang tak retak. Kritik dan saran dari pembimbing sangat kami harapkan
untuk perbaikan laporan selanjutnya. Semoga laporan ini bermanfaat dan menambah wawasan
bagi pembaca serta adik kelas yang akan mengikuti PKL.

Lumajang, April 2019

Penyusun
DAFTAR ISI
COVER DALAM.................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang PKL................................................................................................ 1
1.2 Tujuan PKL............................................................................................................. 2
1.3 Manfaat PKL........................................................................................................... 3
1.4 Waktu dan Tempat PKL.......................................................................................... 3
BAB II GAMBARAN UMUM INSTITUSI
2.1 Sejarah Institusi....................................................................................................... 1
2.2 Tujuan Pendirian...................................................................................................... 2
2.3 Pengelolaan.............................................................................................................. 3
( Disesuaikan di tempat DU/DI )
BAB III DASAR TEORI
3.1 (Penjabaran disesuaikan tujuan khusus PKL) ........................................................ 3
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Laporan Pendahuluan tentang Oksigenasi di R. IGD ............................................. 6
4.2 Laporan Pendahuluan tentang Mencuci Tangan di R. Kelas II............................... 7
4.3 Laporan Pendahuluan tentang Tanda – Tanda Vital di R. Kelas III........................ 8
4.4 Laporan Pendahuluan tentang Memandikan Pasien di R.VK ................................. 9
4.5 Laporan Pendahuluan tentang Pemberian Nutrisi di R. Kelas I ............................ 10
4.6 Laporan Pendahuluan tentang Mencuci Rambut di R.Kelas II ............................. 11
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 12
5.2 Saran.........................................................................................................................13
LAMPIRAN
Lampiran 1: LEMBAR KONSULTASI LAPORAN PKL
Lampiran 2: LEMBAR KONSULTASI LP
Lampiran 3: LEMBAR TARGET KETRAMPILAN PESERTA DIDIK / BULAN
Lampiran 4: LEMBAR KEGIATAN TAMBAHAN PESERTA DIDIK / BULAN
Lampiran 5: DAFTAR HADIR ( ABSENSI ) / RUANGAN
Lampiran 6:JADWAL SHIFT DI TEMPAT PRAKTiK KERJA LAPANGAN / RUANGAN
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PKL


PKL (Praktik Kerja Lapangan) merupakan salah satu bentuk pendidikan
dan pelatihan yang akan membentuk kompetensi peserta didik. National
Training Board Australia mendeskripsikan bahwa Competency based
Educational and Training (CBET) adalah pendidikan dan pelatihan yang
menitikberatkan pada penguasaan suatu pengetahuan dan keterampilan
khusus serta penerapannya di lapangan kerja. Pengetahuan dan
keterampilan ini harus dapat didemonstrasikan dengan standar industri yang
ada, bukan standar relatif yang ditentukan oleh keberhasilan seseorang di
dalam suatu kelompok.
1.2 Tujuan PKL
1.2.1 Tujuan Umum
Melalui PKL peserta didik diharapkan dapat ;
a. merasakan langsung pembelajaran praktik di dunia kerja
b. memperoleh pengalaman etos kerja
c. mengetahui lingkungan kerja yang sebenarnya
d. mengetahui proses kinerja yang terdapat di perusahaan produk, tenaga
kerja, kedisiplinan dan keselamatan kerja
e. membandingkan ilmu dan keterampilan yang diperoleh di sekolah
dengan pelaksanaan magang di industri
f. memperoleh pengetahuan terkini dari tempat praktik kerja industri
g. mengaplikasikan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh
di sekolah di tempat praktik kerja lapangan, dan
h. memiliki soft skill yang lebih baik dalam hal motivasi, komunikasi,
kemandirian kerja keras dan kemandirian.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah menjalankan PKL, siswa dapat melakukan tindakan :
a. menerapkan penyuluhan kesehatan masyarakat
b. menganalisis infeksi
c. menerapkan penggunaan alat-alat kesehatan sesuai dengan fungsinya
d. menerapkan sterilisasi dan desinfeksi
e. menerapkan penyimpanan peralatan kesehatan
f. menerapkan menyiapkan tempat tidur klien
g. menerapkan pemeriksaan tanda-tanda vital
h. menerapkan mobilisasi dan ambulasi
i. menerapkan pertolongan pemberian makan dan minum per oral
j. menerapkan prosedur personal hygiene
k. menerapkan pertolongan eliminasi
l. menerapkan perhitungan tetesan infus
m. menerapkan pertolongan latihan nafas dalam dan batuk efektif
n. menerapkan pemasangan buli-buli panas dan kirbat es
o. menerapkan kompres hangat dan dingin
p. menerapkan penanganan nyeri
q. menerapkan pemberian oksigenasi
r. menerapkan perawatan luka dasar
s. menerapkan pemberian obat oral
t. menerapkan perawatan klien meninggal dunia.
1.3 Manfaat PKL
1.3.1 Manfaat bagi Peserta Didik
a. Mengaplikasikan dan meningkatkan ilmu yang telah diperoleh di
sekolah.
b. Menambah wawasan mengenai dunia kerja khususnya berupa
pengalaman kerja langsung (real) dalam rangka menanamkan iklim
kerja positif yang berorientasi pada peduli mutu proses dan hasil kerja.
c. Menambah dan kompetensi serta dapat menanamkan etos kerja yang
tinggi.
d. Memiliki kemampuan produktif sesuai dengan bimbingan/ arahan
pembimbing industri dan dapat berkontribusi kepada dunia kerja.
1.3.2 Manfaat bagi Sekolah
a. Terjalinnya hubungan kerjasama yang saling menguntungkan antara
sekolah dengan DUDI.
b. Meningkatkan kualitas lulusannya melalui pengalaman kerja selama
PKL.
c. Mengembangkan program sekolah melalui sinkronisasi kurikulum,
proses pemeblajaram, teaching factory, dan pengembangan sarana
dan prasarana praktik berdasarkan hasil pengamatan di tempat PKL.
d. Meningkatkan kualitas lulusan.
1.3.3 Manfaat bagi Dunia Kerja
a. DU/DI lebih dikenal oleh masyarakat khususnya masyarakat sekolah
sehingga dapat membantu promosi produk.
b. Adanya masukan yang positif dan konstruktif dari SMK untuk
perkembangan DU/DI.
c. DU/DI dapat mengembangkan proses dan atau produk melalui
optimalisasi peserta PKL.
d. Mendapatkan calon tenaga kerja yang berkualitas sesuai dengan
kebutuhannya.
e. Meningkatkan citra positif DU/DI karena dapat berkontribusi terhadap
dunia pendidikan sekaligus sebagai implementasi dari Inpres No. 9
Tahun 2016.

1.4 Waktu dan Tempat PKL


Kegiatan PKL peserta didik SMK Muhammadiyah Lumajang Kompetensi
Keahlian Keperawatan untuk menambah pengalaman kerja peserta didik.
Kegiatan PKL dilaksanakan mulai tanggal 2 Januari 2019 – 31 Maret 2019 di
RSUD dr. Haryoto Lumajang. Kegiatan ini dilakukan dengan sebaik-baiknya
dan semaksimal mungkin.
BAB III
DASAR TEORI

3.1 Menerapkan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat


A. Pengertian
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan
kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu
keadaan, di mana individu, keluarga, kelompok, atau masyarakat secara
keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa
yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan
meminta pertolongan bila perlu (Dapartemen Kesehatan).
B. Tujuan
1. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat
dalam membina dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat,
serta berperan aktif dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan yang
optimal.
2. Terbentuknya perilaku sehat pada indivdu, keluarga, kelompok dan
masyarakat yang sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental,
dan sosial sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian.
3. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah
perilaku perseorangan dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.
C. Sasaran
Penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok, dan
masyarakat.
1. Individu
Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan yang
dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, rumah bersalin,
posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan.
2. Keluarga
Keluarga binaan yang mempunyai masalah kesehatan dan
keperawatan yang tergolong
dalam keluarga–keluarga risiko tinggi di antaranya adalah :
a. keluarga-keluarga dengan kondisi sosial ekonomi dan pendidikan yang
rendah
b. keluarga-keluarga dengan masalah sinitasi lingkungan yang buruk
c. keluarga-keluarga dengan keadaan gizi yang buruk
d. keluarga-keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang banyak di
luar kemampuan kapasitas keluarga.
11

3. Kelompok
a. Kelompok ibu hamil.
b. Kelompok ibu-ibu yang memiliki anak dan balita.
c. Kelompok pasangan usia subur dengan risiko tinggi kebidanan.
d. Kelompok- kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah
kesehatan di antaranya adalah :
1. kelompok usia lanjut
2. kelompk wanita tunasusila
3. kelompok anak remaja yang terlibat dalam penyalahgunaan narkotika.
e. Kelompok- kelompok masyarakat yang ada di berbagai institusi
pelayanan kesehatan.
f. Masyarakat sekolah.
g. Pekerja- pekerja dalam perusahaan.
D. Materi
Materi atau pesan yang disampaikan kepada masyarakat hendaknya
disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari individu,
keluarga, kelompok, dan masyarakat sehingga materi yang disampaikan
dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya :
1. menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat dalam
bahasa sehari- hari
2. materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh
sasaran
3. dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan alat peraga untuk
mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran
4. materi atau pesan yang disampaikan merupakan kebutuhan sasaran
dalam masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.
E. Metode
Metode yang dipakai dalam penyuluhan kesehatan hendaknya metode
yang dapat mengembangkan komunikasi dua arah antara yang memberikan
penyuluhan terhadap sasaran, sehingga diharapkan tingkat pemahaman
sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas dan mudah
dipahami, di antaranya metode curah pendapat, diskusi, demonstrasi,
simulasi, bermain peran dan sebagainya
3.2 Menganalisis Infeksi
A. Pengertian
Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan
bersifat sangat dinamis. Mikroba sebagai makhluk hidup memiliki cara
12

bertahan hidup dengan berkembang biak pada suatu reservoir yang cocok
dan mampu mencari reservoir lainnya yang baru dengan cara menyebar atau
berpindah. Penyebaran mikroba patogen ini tentunya sangat merugikan bagi
orang-orang yang dalam kondisi sehat, lebih-lebih bagi orang-orang yang
sedang dalam keadaan sakit. Orang yang sehat akan menjadi sakit dan
orang yang sedang sakit serta sedang dalam proses asuhan keperawatan di
rumah sakit akan memperoleh “tambahan beban penderita” dari penyebaran
mikroba patogen ini.
B. Penyebab
1. Batuk dan bersin.
2. Kontak dengan orang terinfeksi, terutama melalui ciuman dan
hubungan seks.
3. Kontak dengan perubahan, makanan dan air yang terkontaminasi.
4. Kontak dengan makhluk hidup yang terinfeksi, termasuk hewan
peliharaan, ternak, dan serangga, seperti lalat dan kutu.
C. Pengobatan
1. Obat antibiotik.
2. Paracetamol untuk meredakan demam.
3. Melakukan pencegahan infeksi agar infeksi tidak semakin parah.
D. Pencegahan
1. Cuci tangan.
2. Menghindari orang yang sedang terinfeksi.
3. Makan makanan yang sehat.
4. Olahraga teratur.
3.3 Menerapkan Penggunaan Alat-Alat Kesehatan Sesuai dengan
Fungsinya
3.3.1 Jenis - Jenis Alat Kesehatan Berdasarkan Fungsinya
A. Alat - Alat untuk Perawatan
1. Plester, untuk menutupi luka dilengkapi pelekat.
2. Kasa, menutupi luka.
B. Alat Perawatan Klien
1. Hot Water Bottle/ Warm Water Zak/ Botol Panas, untuk kompres panas.
2. Ice Bag/ Eskap, untuk kompres dingin.
3. Breast Pump/ Pompa Susu, untuk memompa air susu keluar dari
payudara wanita yang sedang menyusui.
4. Air Cushion/ Windring, sebagai tempat rendaman duduk pada penderita
wasir/ ambeien/ episiotomy.
13

5. Colostomy Bag, untuk menampung feses pada klien setelah operasi


kolon.
6. Urinal, untuk menampung urine pada klien yang tidak bisa ke kamar
mandi.
7. Bedpan, untuk menampung urine dan feses pada wanita yang bedrest
total.
8. Bengkok, untuk menampung muntah, nanah, kapas bekas atau cairan
tubuh (darah, urine, dll).
9. Paratus, untuk menyimpan alat-alat perawatan.
10. Kasur, untuk tempat klien.
11. Heating pad, untuk menghangatkan badan bila kedinginan.
12. Skin Traction Kit, untuk mencegah imobilisasi persendian yang terluka
atau meradang, atau pada patah tulang atau dislokasi.
13. Kruk, untuk menyangga tubuh yang cedera.
14. Breukband, untuk para penderita hernia agar bebas bergerak.
15. Pressure Garments, untuk mencegah dan mengobati bekas luka yang
menonjol keluar di bagian dada dan perut.
16. Spalk, untuk pertolongan pertama pada kecelakaan patah tulang.
17. Pembalut Leher, untuk menopang kepala dan membatasi gerak pada
tulang leher.
18. Kursi Roda, untuk pasien yang tidak dapat berjalan.
C. Alat untuk Tindakan Medis
1. Sarung Tangan, untuk melindungi tangan dari pengaruh lingkungan
sekitar.
2. Kateter, untuk mengeluarkan/ pengambilan urine.
3. Urine Bag, untuk menampung urine pada pasien yang dipasang
kateter.
4. Stomach Tube, untuk mengumpulkan cairan, mencuci isi perut, dan
pemberian obat-obatan.
5. Feeding Tube, untuk pemberian nutrisi melalui hidung.
6. Infusion Set, selang untuk pemberian cairan infuse.
7. Transfusion Set, untuk pemberian transfusi darah.
8. Spuit, untuk menyuntik.
9. Injection Needle, untuk menyuntik digabungkan dengan spuit.
D. Alat untuk Diagnosa
1. Buku tes buta warna, untuk mendeteksi buta warna.
2. Chart Vission Snellen, untuk memeriksa ketajaman penglihatan.
14

3. Reflex Hammer, untuk memeriksa refleksi bagian tertentu tubuh kita.


4. Tongue, untuk memeriksa tenggorokan.
5. Termometer, untuk mengukur suhu.
6. Stetoskop, untuk mendengar bunyi jantung.
7. Tensimeter, untuk mengukur tekanan darah.
E. Alat-Alat Bedah
1. Scalpel, untuk pegangan pisau operasi.
2. Gunting, untuk pembedahan.
3. Forceps, untuk dijepitkan pada luka sehingga luka tidak terbuka.
4. Klem, untuk menjepit pembeluh darah arteri dan jaringan selaput
perut.
5. Needle Holders, untuk menjepit jarum jahit dan menjahit luka terbuka.
6. Hecht Naald, untuk menjahit luka.
7. Benang Bedah, sebagai benang untuk menjahit luka.
3.4 Menerapkan Sterilisasi dan Desinfeksi
3.4.1 Sterilisasi
A. Pengertian
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 124/Menkes/SK/2004
mengenai kesehatan yang ada dalam lingkungan rumah sakit. Setiap
peralatan rumah sakit haruslah steril. Sterilisasi adalah upaya menghilangkan
semua mikroorganisme yang ada baik dalam peralatan ataupun lingkungan
rumah sakit baik dengan cara kimiawi maupun fisik. Sterilisasi menghilangkan
mikroorganisme sampai ke sporanya.
B. Metode
Dalam melakukan sterilisasi alat kesehatan rumah sakit terdapat
beberapa metode yang bisa dilakukan, berikut ini metode tersebut:
a. Pemanasan Kering
Sterilisasi yang dilakukan dengan pemanasan secara kering. Jika
temperatur yang digunakan kurang tinggi, cara ini cenderung kurang efektif.
Sterilisasi dengan pemanasan kering ini akan efektif jika temperatur yang
digunakan mencapai 160 derajat celcius sampai dengan 180 derajat celcius.
Sterilisasi menggunakan sistem pemanasan kering tidak dianjurkan untuk
peralatan seperti atau gunting. Hal ini dikarenakan bisa mempengaruhi
ketajaman dari alat tersebut.
b. Radiasi
Sterilisasi dilakukan dengan memanfaatkan radiasi. Radiasi yang biasa
digunakan adalah ultraviolet atau sinar-x. Radiasi yang dihasilkan baik itu
15

oleh ultraviolet atau sinar-x akan membuat mikroorganisme yang tumbuh


akan mati.
c. Pemanasan dengan uap air dan pengaruh tekanan
Suhu pada saat air mendidih adalah 100 derajat celcius, dimana suhu
tersebut dapat membunuh beberapa organisme berspora dalam waktu 10
menit saja. Benda yang akan disterilkan dengan metode ini ditaruh di atas air
mendidih, namun tidak mengenai air secara langsung.
d. Pemanasan secara terputus-putus
Metode sterilisasi ini dilakukan dengan terputus-putus, benda yang
disterilkan tidak hanya dalam sekali proses selesai. John Tyndall (1877)
memperoleh dari hasil penelitiannya bahwa pada temperatur didih (100
derajat celcius) selama 1 jam tidak dapat membunuh semua mikroorganisme
tetapi air didihkan berulang-ulang sampai lima kali dan setiap air mendidih
istirahat berlangsung 1 menit akan berhasil membunuh kuman. Hal ini dapat
dimengerti dengan pemanasan intermittent lingkaran hidup pembentukan
spora dapat diputuskan.
e. Pembakaran langsung
Metode sterilisasi ini dilakukan dengan membakar benda yang akan
disterilkan secara langsung. Alat-alat platina, Khrome yang akan disteril dapat
dilakukan melalui pembakaran secara langsung pada nyala lampu bunzen
hingga mencapai inerah padam. Hanya saja dalam proses pembakaran
langsung alat-alat akan mudah rusak. Keuntungan dari pembakaran langsung
adalah mikroorganisme akan hancur semua.
3.4.2 Desinfeksi
A. Pengertian Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen
pada objek yang tidak hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri.
Desinfeksi juga dikatakan suatu tindakan yang dilakukan untuk membunuh
kuman patogen dan apatogen tetapi tidak dengan membunuh spora yang
terdapat pada alat perawatan ataupun kedokteran. Desinfeksi dilakukan
sebelum dan sesudah tindakan.
Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan melalui
cara mencuci, mengoles, merendam, dan menjemur dengan tujuan
mencegah terjadinya infeksi, dan mengondisikan alat dalam keadaan siap
pakai.
kriteria desinfeksi yang ideal adalah :
16

1. bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu


kamar
2. aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan
kelembaban
3. tidak toksik pada hewan dan manusia
4. tidak bersifat korosif
5. tidak berwarna dan meninggalkan noda
6. tidak berbau
7. bersifat biodegradable/ mudah diurai
8. larutan stabil
9. mudah digunakan dan ekonomis
10. aktivitas berspektrum luas.
B.   Macam – macam Desinfektan
1.    Alkohol
Etil alkohol atau propel alkohol pada air digunakan untuk
mendesinfeksi kulit. Alkohol
yang dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran
gigi untuk
mendesinfeksi permukaan.
2.    Aldehid
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang popular pada
kedokteran gigi, baik
tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan
desinfektan yang kuat.
Glutaraldehid 2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang
tidak dapat
disterilkan.
3.    Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh biguanid yang digunakan secara luas
dalam bidang
kedokteran gigi sebagai antiseptic kontrok plak.
4.    Fenol
Larutan jernih tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk
membersihkan alat yang
terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organic. Zat ini
bersifat virusidal
17

dan sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri


dapat dibunuh oleh zat
ini , banyak digunakan di Rumah Sakit dan laboratorium.
5.    Klorsilenol
Merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan
sebagai antiseptic,
aktivitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya
terbatas sebagai
desinfektan (misalnya dettol).

3.5 Menerapkan Penyimpanan Peralatan Kesehatan


A. Pengertian
Penyimpanan peralatan kesehatan adalah suatu tindakan untuk
memelihara peralatan kesehatan agar aman. Pemeliharaan alat ini dilakukan
dengan cara mencuci, mendesinfeksi, dan mensterilkan lalu disimpan di
tempat yang aman. Penyimpanan alat bertujuan untuk memelihara alat agar
tidak terkontaminasi kembali.
B. Tujuan
Demi keamanan dan kenyamann bagi pihak tenaga medis kesehatan
maupun pasien terhadap penggunaan alat kesehatan selama proses
tindakan medis agar tidak terjadi infeksi atau penularan bakteri, virus, kuman
yang tertinggal dari penggunaan alat kesehatan sebelumnya (Fardiaz.2012)
3.6 Menerapkan Menyiapkan Tempat Tidur Klien
A. Pengertian
Tempat tidur klien adalah tempat tidur yang disiapkan untuk klien.
Menyiapkan tempat tidur merupakan menyiapkan tempat tidur setelah
dipasang sprei, perlak, selimut, dan sarung bantal. Menyiapkan tempat tidur
ini dilakukan ketika ada pasien baru.
B. Tujuan
Tujuan dari menyiapkan tempat tidur klien meliputi :
1. agar siap pakai sewaktu–waktu
2. agar tampak selalu rapi
3. memberikan perasaan senang dan nyaman pada pasien dalam
memenuhi kebutuhan dirinya.
3.7 Menerapkan Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
18

A. Pengertian
Tanda-tanda vital adalah suatu cara untuk mendeteksi adanya
perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi,
frekuensi pernapasan, dan tekanan darah. Adanya perubahan tanda vital,
misalnya suhu tubuh dapat menunjukan keadaan metabolisme dalam tubuh,
denyut nadi dapat menunjukan perubahan pada sistem kardiovaskuler,
frekuensi napas dapat menunjukan fungsi pernapasan, dan tekanan darah
dapat menilai kemampuan sistem kardiovaskuler, yang dapat dikaitkan
dengan denyut nadi. Pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukan pada seluruh
pasien.
B. Tujuan
1. Mengetahui data obyektif
2. Mengetahui kondisi klien
3. Mengetahui perkembangan penyakit klien
4. Membantu menentukan diagnosa dan intervensi keperawatan

3.8 Menerapkan Mobilisasi dan Ambulasi


3.8.1 Mobilisasi
A. Pengertian
Mobilisasi adalah kondisi dimana dapat melakukan kegiatan dengan
bebas
(Kozier,1989). Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak
secara bebas dan teratur
untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan mobilisasi yang
mengacu
padaketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas (Potter dan
Perri,2006)
B Tujuan
1. Memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktivitas hidup sehari-
hari dan aktivitas rekreasi)
2. Mempertahankan diri ( melindungi dari trauma)
3. Mempertahankan konsep diri
4. Mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal
3.8.2 Ambulasi
3.8.2.1 Memindahkan Klien ke kursi
a. Pengertian
19

Suatu kegiatan yang dilakukan pada klien. Dengan kelemahan


kemampuan fungsional untuk berpindah dari tempat tidur ke kursi roda.
b. Tujuan
1. Melatih otot skeleton untuk mencegah kontraktor atau sindrom disuse.
2. Memberikan kenyamanan.
3. Mempertahankan kontrol diri klien.
4. Memungkinkan klien untuk bersosialisasi.
5. Mempermudahkan perawat yang akan mengganti sprei pada klien
yang tidak baring.
6. Memindahkan klien untuk pemeriksaan diagnostic.
3.8.2.2 Memindahkan klien ke Brankar
a. Pengertian
Merupakan suatu kegiatan memindahkan klien yang mengalami
ketidak mampuan, keterbatasan, tidak boleh melakukan sendiri, atau pasien
tidak sadar, dari tempat tidur ke brankar yang dilakukan oleh 2 atau 3 orang.
b. Tujuan
Adalah untuk memindahkan klien antar ruang untuk tujuan tertentu
(misalnya pemeriksaan diagnostik, pindah ruangan dll).
3.8.2.3 Membantu Klien Berjalan
a. Pengertian
Membantu klien berjalan adalah tindakan untuk membantu klien
berjalan apabila klien lemas. Tindakan ini bisa dilakukan dengan
menggunakan alat seperti kruk, tongkat dll, apabila klien tidak lemas tidak
perlu menggunkan alat. Tindakan ini paling sering dilakukan agar pasien bisa
naik ke tempat tidur untuk diperiksa.
b. Tujuan
1. Untuk memulihkan kembali.
2. Mencegah terjadinya kontraktur sendi dan fleksi otot.
3.9 Menerapkan Pertolongan Pemberian Makan Dan Minum Per
Oral
A. Pengertian
Makan adalah kegiatan memasukkan makanan atau sesuatu ke dalam
mulut untuk menyediakan nutrisi bagi binatang dan makhluk hidup, dan juga
energi untuk bergerak serta pertumbuhan, yaitu dengan memakan
organisme. Minum adalah kegiatan mengonsumsi cairan melalui mulut.
Pemberian makan dan minum pada pasien secara langsung melalui mulut
20

dan menghidangkan makanan serta minuman pada pasien sesuai daftar


makan atau diet pasien.
B. Tujuan
Menghidangkan makanan dan minuman kepada pasien tepat waktu
dan sesuai dengan
kebutuhan atau dietnya.
3.10 Menerapkan Prosedur Personal Hygiene
A. Pengertian
Personal hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara
kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis.
Tindakan ini penting dilakukan agar kebersihan pasien terjaga. Tindakan ini
termasuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.
B. Tujuan
1. Meningkatkan derajat kebersihan dan kesehatankebersihan diri
seseorang
2. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
3. Mencegah penyakit
4. Meningkatkan rasa percaya diri seseorang
5. Menciptakan keindahan
6. Memberi rasa nyaman
3.10.1 Melaksanakan prosedur kerja memandikan pasien
A. Pengertian
Memandikan pasien adalah suatu tindakan keperawatan yang
dilakukan pada pasien yang
tidak mampu mandi secara sendiri dengan cara memandikannya ditempat
tidur.
B.Tujuan
1. Menjaga kebersihan tubuh
2. Menghilangkan bau badan
3. Mengurangi infeksi akibat kulit kotor
4. Memperlancar sistem peredaran darah,syaraf serta merelaksasikan
otot
5. Menambah kenyamanan pasien

3.10.2 Prosedur kerja memotong kuku pasien tanpa komplikasi


A. Pengertian
21

Perawatan kuku adalah sebuah tindakan keperawatan dengan


memotong kuku klien/pasien yang panjang karena tidak dapat melakukan
sendiri.
B, Tujuan
1. Menjaga kebersihan tangan dan kaki
2. Mencegah timbulnya luka atau infeksi
3. Mengkaji atau memonitor masalah-masalah pada kuku tangan dan
kaki
3.10.3 Melaksanakan prosedur kerja cuci rambut pasien tanpa
komplikasi
A. Pengertian
Mencuci rambut adalah menghilangkan kotoran pada rambut kulit
kepala dengan menggunakan sabun atau shampo kemudian dibilas dengan
air bersih.
B. Tujuan
1. Memberikan perasaan senang dan segar kepada klien/pasien
2. Rambut tetap bersih, rapi, dan terpelihara
3. Merangsang peredaran darah dibawah kulit kepala
4. Membersihkan kutu dan ketombe
3.10.4 Melaksanakan prosedur kerja oral hygiene pasien sadar
A. Pengertian
Oral hygiene adalah suatu perawatan mulut dengan atau tanpa
menggunakan antiseptik untuk memenuhi salah satu kebutuhan personal
hygiene klien secara sederhana. Oral hygiene dapat menggunakan air bersih,
hangat dan matang. Oral hygiene dapat dilakukan bersama pada waktu
perawatan kebersihan tubuh yang lain seperti mandi, menggosok gigi dll.
B. Tujuan
1. Mencegah terjadinya infeksi
2. Memberikan rasa nyaman pada daerah mulut klien
3. Mengurangi nyeri yang berlebihan
4. Mencegah terjadinya komplikasi
3.11 Menerapkan Pertolongan Eliminasi
A. Pengertian
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa
urine atau feses. Pertolongan eliminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk
membantu pasien membuang urine atau feses. Tindakan ini dilakukan pada
pasien yang tidak mampu berdiri.
22

B. Tujuan
a. Mengkaji adanya kelainan feses atau urine secara langsung.
b. Membantu eliminasi klien yang tidak dapat turun dari tempat tidur
guna mempercepat penyembuhan penyakit.
C. Persiapan alat
1. Pispot dengan tutupnya
2. Urinal (pakai laki-laki)
3. Sampiran
4. Perlak pengawas
5. Troli
6. Kertas file
7. Baskom berisi dua buah untuk suci, bilas dan bilas sabun
8. Sabun
9. Waslap 2
10. Handuk
11. Selimut mandi
12. Sarung tangan
13. Bengkok
14. Sarung tangan
D. Cara kerja
1. Jelaskan tujuan pelaksanaan prosedur dan tindakan yang akan
dilakukan klien.
2. Letakkan peralatan dekat dengan klien.
3. Tutup jendela atau sampiran untuk menjaga privasi.
4. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
5. Ganti selimut tidur klien dengan selimut mandi.
6. Pasang perlak pengalas dibokong dengan meminta klien menekuk
lutut, kemudian mengangkat bokongnya atau mengatur posisi miring.
7. Buka pakaian bawah klien.
8. Minta klien untuk menekuk lutut dan mengangkat bokongnya,
kemudian masukkan pispot secara perlahan.
9. Pada klien pria pasang urinal untuk membantu BAK.
10. Pastikan bahwa sprei dan stik laken tidak terkena urine klien.
11. Tinggalkan klien, kemudian minta klien untuk memberitahu dengan
membunyikan bel jika sudah selesai.
12. Tarik pispot, kemudian kaji warna, bau, jumlah, konsistensi, dan
karakteristik.
23

13. Letakkan pispot bersama tutupnya di atas bangku kecil atau troli.
14. Bersihkan area genital dan peranial klien dengan tisu, kemudian buang
ke dalam pispot. Pada klien wanita, bersihkan mulai dari uretra hingga
anus untuk mencegah perpindahan mikroorganisme dari rectal ke
saluran kemih.
15. Gunakan waslap untuk membersihkannya karena perianal dengan air
sabun, kemudian bilas dengan air bersih.
16. Keringkan area perianal menggunakan handuk.
17. Angkat perlak pengalas bokong.
18. Bantu klien kembali pada posisi semula.
19. Bantu klien mengenakan kembali pakaian bawahnya.
20. Angkat selimut mandi sambil menarik selimut klien ke atas.
21. Ganti linen jika kotor karena terkena feses atau urine.
22. Bantu klien merapikan pakaiannya.
23. Buka sampiran.
24. Bersihkan pispot
3.12 Menerapkan Perhitungan Tetesan Infus
A. Pengertian
Menghitung kecepatan infus untuk mencegah ketidaktepatan
pemberian cairan. Karena cairan yang masuk harus sama dengan cairan
yang keluar. Pemberian cairan harus dihitung agar sesuai dengan jumlah
cairan yang dibutuhkan oleh tubuh.
B. Tujuan
1. Mencegah terjadinya kolaps kardiovaskular dan sirkulasi pada klien
dehidrasi dan syok.
2. Mencegah kelebihan cairan pada klien.
C. Persiapan Alat
1. Kertas dan pensil
2. Jam dengan jarum detik
D. Prosedur
1. Membaca program dokter dan ikuti enam benar untuk memastikan
larutan yang benar.
2. Mencari tahu kalibrasi dalam tetesan per-mililiter dari set infus (sesuai
petunjuk bungkus)
a. Tetesan mikro (mikrodrip): 1cc = 60 tetesan
b. Tetesan makro (makrodrp).
1 cc = 15 tetes
24

1 cc = 20 tetes
Memilih salah satu rumus
1. Berdasarkan jumlah tetes per-mililiter larutan.
2. Konversi tetes per-menit ke milliliter.
Rumus kecepatan infuse.
Jumlah cairan yang akan diberikan (ml) X Faktor
tetasan/ drip
Lama pemberian dalam jam x 60 menit.
3. Mencuci tangan.
4. Memakai sarung tangan.
5. Menetapkan kecepatan aliran dengan menghitung tetesan pada bilik
drip selama satu menit dengan jam, kemudian atur klem pengatur
untuk menaikkan atau menurunkan kecepatan infus.
6. Memeriksa kecepatan setiap jam.
7. Mendokumentasikan.
3.13 Menerapkan Pertolongan Latihan Napas Dalam dan Batuk
Efektif
A. Pengertian
Latihan napas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan
menggunakan diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat
perlahan dan dada mengembang penuh (Parsudi, dkk. 2002). Batuk adalah
mekanisme refleks yang sangat penting untuk menjaga jalan napas tetap
terbuka (paten) dengan cara menyingkirkan hasil sekresi lendir yang
menumpuk pada jalan napas. Efektif adalah pencapaian sebah tujuan atau
sasaran. Batuk efektif yaitu latihan batuk untuk mengeluarkan sekret.
B. Tujuan
Tujuan latihan napas dalam dan batuk efektf meliputi :
1. mencapai ventilasi yang lebih tercapai dan efisien serta untuk
mengurangi kerja napas
2. meningkatkan ekspansi paru-paru
3. memobilisasi secret
4. membersihkan sekret dan mengeluarkan sputum/ dahak
5. membersihkan jalan napas
6. mengurangi sesak napas akibat penumpukan sekret.
C. Persiapan Alat dan Bahan
1. Aseptic gel
2. APD (handscoen, masker, scord)
25

3. Pot sputum berisi larutan desinfektan


4. Air minum hangat
5. Perlak/ handuk kecil
6. Tisu
7. Bengkok
D. Prosedur
Cara latihan napas dalam dan batuk efektif adalah sebagai berikut :
1. mencuci tangan
2. memakai APD
3. mengatur posisi klien dengan posisi semi fowler/ fowler
4. pasang perlak/ handuk kecil di dada klien
5. anjurkan klien bernapas pelan 2–3 kali melalui hidung dan dikeluarkan
melalui mulut
6. instruksikan pasien menarik nafas dalam dan ditahan 1–3 detik
kemudian batukan dengan kuat
7. siapkan pot sputum, anjurkan pasien membuang sputum ke pot
sputum
8. mengusap mulut klien dengan tisu
9. anjurkan klien istirahat sebentar
10. anjurkan klien mengulangi prosedur sampai 3 kali
11. terminasi (evaluasi, membereskan alat, melepas APD, mencuci tangan,
dan dokumentasikan).
3.14 Menerapkan Pemasangan Buli-Buli Panas Dan Kirbat Es
3.14.1 Kompres Menggunakan Buli-buli Panas
A. Pengertian : Buli-buli hangat adalah botol karet yang diisi air panas.
B. Fungsi        : Untuk kompres hangat
C. Kegunaan  :
1. menangani demam atau menurunkan panas.
2. untuk cedera lama/ kondisi kronis yang mana bisa membantu membuat
rileks, dan mengurangi tekanan pada jaringa.
3. mengurangi atau menghilangkan rasa sakit/ nyeri di bagian tubuh
seperti perut, pinggang, persendian, dsb.
4. merileksasikan otot-otot yang tegang
5. meringankan rasa nyeri pada wanita yang mengalami nyeri haid.
6. memperlancar aliran darah.

D. Persipan alat :
1. buli-buli panas dan sarung
26

2. termos berisi air panas/ termometer air panas


3. lap kerja
E. Prosedur :
1. cuci tangan
2. lakukan pemasangan telebih dahulu pada buli-buli panas dengan cara : mengisi buli-buli
dengan air panas, kencangkan penutupnya kemudian membalik posisi buli-buli berulang-
ulang, lalu kosongkan isinya. Siapkan dan ukur air yang di inginkan (50-60ºc) isi buli-buli
dengan air panas sebanyak kurang lebih setengah bagian dari buli-buli tesebut. Lalu
keluarkan udaranya dengan cara :
a. letakkan atau tidurkan buli-buli di atas meja atau tempat datar
b.     Bagian atas buli-buli di lipat sampai kelihatan permukaan air di leher buli-buli
c.      Kemudian penutup  buli-buli di tutup dengan rapat/ benar.
3. periksa apakah buli-buli bocor atau tidak lalu keringkn dengan lap kerja dan masukkan ke
dalam sarung buli-buli
4. bawa buli-buli tersebut ke dekat klien
5. letakkan atau pasang buli-buli pada area yang memerlukan
6. kaji secara teratur kondisi klien untuk mengetaui kelainan yang timbul akibat pemberian
kompres dengan buli-buli panas, seperti kemerahan, ketidak nyamanan, kebocoran.
7. ganti buli-buli panas setelah 30 menit di pasang dengn air anas lagi, sesuai yang
dikehendaki
8. bereskan alat alat bila sudah selesai
9. cuci tangan
10. dokumentasikan.
3.14.2 Kompres dengan kirbat es (eskap)
A. Pengertian
Kirbat Es adalah alat untuk melakukan kompres dingin dengan es. Kompres Kirbat Es
adalah suatu cara atau upaya untuk menurunkan demam atau mengurangi nyeri dan peregangan
otot dengan memberikan kompres dingin kering dengan menggunakan kirbat es. Kompres ini
bagus untuk pasien pendarahan bagian tubuh bagi pasien kecelakaan.
B. Persiapan Alat
1. Kirbat Es
2. Perlak dan alas
3. Mangkok berisi potongan es
4. Garam satu sendok the
C. Prosedur Pelaksanaan
1.       Bawa alat-alat ke dekat klien.
2.       Cuci tangan.
3.       Masukkan batnan es ke dalam kom air supaya pinggir es tidak tajam.
27

4.       Isi kirbat es dengan potongan es sebanyak kurang lebih setengah bagian dari kirbat
tersebut.
5.       Keluarkan udara dari eskap dengan melipat bagian yang kosong, lalu di tutup rapat
6.       Periksa eskap, adakah kebocoran atau tidak.
7.       Keringkan eskap dengan lap, lalu masukkan ke dalam sarungnya.
8.       Buka area yang akan di kompres dan atur yang nyaman pada klien.
9.       Pasang perlak pengalas pada bagian tubuh yang akan di kompres.
10.     Letakkan eskap pada bagian yang memerlukan kompres.
11.     Kaji keadaan kulit setiap 20 menit terhadap nyeri, mati rasa, dan suhu tubuh.
12.     Angkat eskap bila sudah selesai.
13.     Atur posisi klien kembali pada posisi yang nyaman.
14.     Bereskan alat setelah selesi melakukan prasat ini.
15.     Cuci tangan.
16.     Dokumentasikan.
3.15 Menerapkan Kompres Hangat Dan Dingin
A. Pengertian
Kompres merupakan salah satu cara untuk meredakan rasa sakit.
Kompres hangat adalah kompres untuk menurunkan demam. Kompres dingin
untuk mengurangi nyeri dan bengkak pada luka yang mengalami
peradangan.
B. Persiapan alat
a. Kompres hangat
1. Baskom berisi air hangat sesuai kebutuhan (40-46 derajat celcius)
2. Handuk kecil
b. Kompres dingin
1. Kirbat es dengan sarungnya
2. Lap kerja
3. Perlak pengalas
4. Sarung tangan
5. Potongan kecil es ditambah satu sendok teh garam
6. Air dalam wadah
7. Kassa gulung
8. Plester dan larutan klorin 0,5%
C. Cara kerja
a. Kompres hangat
1. Dekatkan alat kepada pasien.
2. Cuci tangan.
28

3. Atur posisi yang nyaman.


4. Masukkan handuk ke dalam air hangat yang telah disediakan .
5. Kemudian peras handuk tersebut lalu letakkan pada daerah yang nyeri.
6. Lakukan tindakan ini selama 15-30 menit dan kompres setiap 5 menit.
7. Setelah tindakan selesai atur kembali posisi pasien.
8. Bereskan alat.
9. Cuci tangan.
10. Dokumentasikan.
b. Kompres dingin
1. Menyiapkan alat dan bahan.
2. Mencuci tangan.
3. Mendekatkan alat dan bahan kepada pasien.
4. Memasang perlak pengalas.
5. Memakai sarung tangan.
6. Memasang kompres pada bagian tubuh yang memerlukan dengan
jangka waktu tertentu.
7. Membereskan alat.
8. Merendam sarung tangan dalam larutan klorin.
9. Mencuci tangan.
3.16 Menerapkan Penanganan Nyeri
A. Pengertian
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak
menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang aktual atau potensial
(smeltzer dan bare, 2002). Nyeri merupakan alasan utama seseorang untuk
mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersamaan dengan
beberapa pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat
menggangu dan menyulitkan lebih banyak orang dibanding suatu penyakit
manapun.
B. Tatalaksana
1. Stimulasi dan masase kutaneus
Masase adalah stmulasi kutaneus tubuh secara umum, sering
dipusatkan pada punggung dan bahu . Masase tidak secara spesifik
menstimulasi reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai dampak melalui sistem
kontrol desenden. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena
menyebabkan relaksasi otot.
2. Terapi es dan panas
29

Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat


sensitifitas reseptor nyeri dan subkutan lain pada tempat cedera dengan
menghambat proses inflamasi. Penggunaan panas mempunyai keuntungan
meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut
menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.
3. Trancutaneus electric nerve stimulation
Menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang
dipasang pada kulit untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau
mendengung pada area nyeri. Dapat digunakan baik untuk nyeri maupun
maupun nyeri kronis.

4. Distraksi
Distraksi yang mencakup memfokuskan perhatian pasien pada
sesuatu selain pada nyeri dapat menjadi strategi yang berhasil dan mungkin
merupakan mekanisme yang bertanggung jawab terhadap teknik kognitif
efektif lainnya. Seseorang yang kurang menyadari adanya nyeri atau
memberikan sedikit perhatian pada nyeri akan sedikit tergangu oleh nyeri
dan lebih toleransi terhadap nyeri. Distraksi diduga dapat menurunkan
persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden, yang
mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak.
5. Teknik relaksasi
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan
merilekskan ketengangan otot yang menunjang nyeri. Hampir semua orang
dengan nyeri kronis mendapatkan manfaat dari metode relaksasi. Periode
relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletian dan
ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan
nyeri.
6. Imajinasi terbimbing
Adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang
dirancang secara khusus untuk mencapai efek positif tertentu. Sebagai
contoh, imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan meredakan nyeri dapat
terdiri atas menggabungkan napas berirama lambat dengan suatu bayangan
mental relaksasi dan kenyamanan.
7. Hypnosis
30

Hypnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah


analgesik yang dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis. Keefektifan hypnosis
tergantung pada kemudahan hipnotik individu.
3.17 Menerapkan Pemberian Oksigenasi
A. Pengertian
Oksigen adalah suatu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel-sel
secara normal yang diperoleh dengan cara menghirup oksigen setiap hari.
Oksigenasi adalah pemenuhan oksigen untuk kebutuhan sel dan jaringan
tubuh. Pemberian oksigenasi adalah pemberian aliran gas oksigen pada
tekanan 1 atmosfer sehingga konsentrasi oksigen dalam darah dapat
meningkat.
B. Tujuan
Tujuan Pemberian Oksigenasi meliputi :
a. mengatasi keadaan kekurangan oksigen dalam tubuh
b. menurunkan kerja pernafasan
c. menurunkan beban kerja otot jantung (miokard).
C. Persiapan Alat dan Bahan
1. Aseptic gel dan APD (handscoen, masker dan Scord).
2. Tabung oksigen dan flowmeter.
3. Humidifier menggunakan cairan steril/ aquabidest, aqua, air kran yang
dimasak sesuai
ketentuan Puskesmas.
4. Kanula nasal/ kateter nasal, masker sungkup sederhana, rebreathing/
non rebreathing.
5. Plester.
6. Kasa jika perlu.

D. Prosedur
Cara pemberian oksigenasi adalah sebagai berikut :
a. cuci tangan 6 langkah
b. memakai APD (handscoen, masker, scord)
c. menjelaskan prosedur tindakan kepada klien
d. isi glass humidifier dengan water for irrigation setinggi batas yang
tertera
e. menghubungkan flowmeter dengan tabung oksigen/ sentral oksigen
31

f. cek fungsi flowmeter dan humidifier dengan memutar pengatur


konsentrasi oksigen dan amati ada tidaknya gelembung gas dalam
glass flowmeter
g. menghubungkan kateter nasal/ kanul nasal dengan flowmeter
h. alirkan oksigen ke kateter nasal dengan aliran antara 1-6 liter/ menit.
Kanul nasal dengan aliran antara 1-6 liter/ menit
i. alirkan oksigen ke sungkup muka partial rebreathing dengan aliran
udara 8-12 liter/ menit
j. alirkan oksigen ke sungkup muka non rebreathing dengan aliran udara
8-12 liter/ menit
k. cek aliran kateter nasal/ kanul nasal menggunakan punggung tangan
untuk mengetahui ada tidaknya aliran oksigen
l. olesi ujung kateter nasal/ kanul nasal dengan jeli sebelum dipakai ke
pasien
m. pasang alat kateter nasal/ kanul nasal pada klien
n. tanyakan pada klien apakah udara sudah terasa/ tidak
o. berikan plester dan fiksasi selang masker
p. terminasi (evaluasi, membereskan alat dan bahan, melepas APD, cuci
tangan, dan dokumentasi).
3.18 Menerapkan Perawatan Luka Dasar
A. Pengertian
Perawatan luka dasar adalah tindakan untuk merawat luka dan
melakukan pembalutan denga tujuan mencegah infeksi silang (masuk
melalui luka) dan mempercepat proses penyembuhan luka. Pada prinsipnya
dalam merawat luka di butuhkan sterilitas mengingat luka sangat rentang
terhadap masuknya mikroorganisme. Luka yang dibiarkan tanpa diobati akan
menjadi infeksi.
B. Tujuan
a. Mencegah pendaharan.
b. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan.
c. Membersihkan luka dari benda asing.
d. Mempercepat penyembuhan luka.
C. Persiapan Alat dan Bahan
1. 1. Handscoon Besih/ steril
2. 2. Masker
3. 3. Pinset Anatomis
4. 4. Pinset Sirungis
32

5. 5. Gunting
6. 6. Kom
7. 7. Kassa Steril
8. 8. Kapas Lidi
9. 9. Betadin
10. 10. Cairan Ns/ Nacl
11. 11. Pengalas
12. 12. Plester
13. 13. Bengkok
D. Prosedur Pelaksanaan
1. Mencuci tangan 6 langkah.
2. Mendekatkan alat ke samping pasien.
3. Memakai APD.
4. Menjaga privasi pasien.
5. Pasang pengalas di bawah daerah yang luka.
6. Dekatkan bengkok.
7. Jika luka dibalut, buka balutan dengan gunting, lalu dibuang di
bengkok.
8. Bersihkan luka dengan cairan NS/ Nacl, lalu keringkan dengan kasa.
9. Oleskan luka dengan betadin.
10. Tutup luka dengan kasa steril.
11. Rekatkan dengan plester.
12. Rapikan Alat.
13. Lepas APD.
14. Cuci tangan 6 langkah.
3.19 Menerapkan Pemberian Obat Oral
A. Pengertian
Obat adalah suatu bahan yang digunakan untuk mendiagnosa,
menyembuhkan, mengatasi, membereskan, atau mencegah penyakit. Oral
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan mulut. Pemberian obat oral
adalah pemberian obat melalui mulut. Cara ini yang paling banyak dipakai
karena merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi
pasien.
B. Tujuan
Tujuan Pemberian obat oral meliputi :
a. memberikan obat tertentu dengan cara oral
b. memberi obat tanpa harus merusak kulit dan jaringan
33

c. memberi obat tanpa menimbulkan nyeri.

C. Persiapan aalat dan Bahan


1. Aseptic gel
2. APD (handsccoen dan scord )
3. Baki berisi obat-obatan
4. Kartu rencana pengobatan
5. Mangkok untuk wadah obat
6. Martil dan lumping penggerus (bila perlu)
7. Gelas berisi air minum
8. Kertas tissue
9. Sedotan (bila perlu)
10. Spuit/ sendok takar/ pipet (bila perlu).
D. Prosedur
Cara Pemberian Obat Oral adalah sebagai berikut :
a. cuci tangan
b. jelaskan prosedur apa yang akan dilakukan pada klien
c. periksa kembali instruksi pengobatan (nama klien, nama dan dosis
obat, waktu dan rute pemberian obat, yaitu rute pemberian obat
secara oral) dan periksa tanggal kadaluwarsa obat
d. gerus tablet kecuali sirup ditakar dengan sendok takar
e. ambil obat dengan spuit/ pipet sesuai dosis
f. berikan minum pada pasien
g. mengusap mulut klien dengan tissue
h. terminasi (evaluasi, membereskan alat dan bahan, melepas APD, cuci
tangan, dan dokumentasi).
3.20 Menerapkan Perawatan Klien Meninggal Dunia
A. Pengertian
Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, termasuk menyiapkan
jenazah untuk diperlihatkan kepada keluarga, transportasi ke kamar jenazah dan melakukan
disposisi (penyerahan) barang-barang milik klien. Tindakan ini sering dilakukan di Rumah Sakit
ketika ada pasien yang meninggal di ruangan. Perawatan jenazah ini hanya sampai memberikan
identitas, tidak memandikan.
B. Tujuan
1. Penghormatan terhadap jenazah.
2. Jenazah dalam keadaan bersih.
C. Persiapan Alat
34

1. Apron
2. Sarung tangan bersih
3. Masker
4. Kain panjang atau selimut
5. Gunting verban
6. Kasa gulung
7. Plester
8. Bengkok 1 buah
9. Tempat kain kotor
10. Waslap
11. Baskom berisi air bersih
12. Pads, kapas secukupnya
13. Sabun
14. Handuk kecil
15. Kantong jenazah (bila diperlukan)
16. Troli
17. Label identifikasi, form jenazah
D. Prosedur Pelaksanaan
1. Mengidentifikasi kebutuhan/ indikasi pasien.
2. Memastikan dokter telah menyatakan klien meninggal dunia.
3. Cuci tangan.
4. Mengucapkan salam sebagai pendekatan kepada pasien.
5. Memperkenalkan diri.
6. Menjelaskan tujuan pada keluarga pasien.
7. Menjelaskan waktu lamanya tindakan pada keluarga.
8. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan pada keluarga klien.
9. Menanyakan persetujuan dan persiapan keluarga pasien sebelum dilakukan tindakan.
10. Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya sebelum dilakukan perawatan jenazah.
11. Memakai alat pelindung diri : apron, masker, sarung tangan.
12. Menempatkan jenazah dalam posisi supinasi.
13. Menutup kelopak mata jenazah, bila tidak tertutup bisa menggunakan plester.
14. Mengambil gigi palsu bila diperlukan dan tutup mulut. Apabila mulut tidak tertutup,
meletakkan gulungan handuk di bawah dagu.
15. Menempatkan bantal di bawah kepala.
16. Melepaskan perhiasan dan barang berharga seperti cincin, gelang kemudian meletakkan
dalam kantung plastik dihadapan keluarga.
17. Menyerahkan barang berharga kepada keluarga sesuai peraturan rumah sakit.
35

18. Melepaskan satu persatu alat yang terpasang pada tubuh pasien seperti infus, kateter,
monitor.
19. Membersihkan dan merapikan jenazah dengan waslap (sesuai kebutuhan).
20. Memasang label identitas.
21. Melipat tangan di atas perut jenazah dan ikat pergelangan tangan dengan kasa gulung
(sesuai agama dan kepercayaan).
22. Menutup lubang hidung dan telinga dengan kasa.
23. Merapatkan mulut dengan cara mengikat dari dagu ke kepala dengan kasa dan simpul di
bagian kepala.
24. Merapatkan kedua kaki dengan mengikat kedua lutut dan mengikat kedua jempol kaki
dengan kasa.
25. Menutup jenazah dengan kain penutup atau selimut.
26. Memberikan label dengan menuliskan nama, jenis kelamin, tanggal/ jam meninggal, nama
dokter, dll.
27. Membawa jenazah ke kamar mayat.
28. Rapikan alat.
29. Mengkhiri kegiatan dan menyerahkan kepada keluarga pasien.
30. Cuci tangan.
31. Pencatatan kegiatan dan melaporkan hasil tindakan kepada perawat.
36

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Praktik Kerja Lapangan merupakan suatu bentuk pendidikan dengam memberikan
pengalaman belajar bagi peserta didik SMK Muhammadiyah Lumajang untuk berpartisipasi
dengan tugas langsung di DU/DI.
Praktik Kerja Lapangan memberi kesempatan kepada Peserta Didik SMK
Muhammadiyah Lumajang untuk mengaplikasikan ilmu-ilmu yang telah diperoleh di sekolah.
Praktik Kerja Lapangan merupakan wujud relevansi antara teori yang didapat selama berada di
sekolah dengan praktik yang ditemui di DU/DI.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat membangun bagi peserta didik, pihak sekolah dan dunia
industri, yaitu adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan pihak DU/DI sehingga
terjadi sinkronisasi materi yang diajarkan di sekolah dan proses pembimbingan di tempat PKL.
Kerjasama yang kurang membuat kegiatan PKL terjadi komunikasi yang buruk/ komunikasi yang
kurang terjalin antara kedua pihak.

Anda mungkin juga menyukai