Anda di halaman 1dari 25

Lembaran Pengesahan

Telah di setujui dan di sahkan oleh pembimbing lapangan dan pembimbing institusi
sesuai dengan
prosedur dan ketentuan yang berlaku

Makassar, Oktober 2023


Pembimbing PKL Pembimbing Institusi

A. Muh Fadhil Haris, Amd.Kes Andi Sengngeng Relle, Sp.M.,MARS

Menyetujui,
Ketua Program Studi DIII Optometri Universitas Megarezky

dr. Andi Sengngeng Relle, Sp.M.,MARS

i
Kata Pengantar

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT., karena atas rahmat- Nya, kami
dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) ini. Laporan ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untukmendapatkan nilai
Praktik Kerja Lapangan (PKL) Komunitas pada Program studi D3-Optometri
Fakultas Teknologi Kesehatan UniversitasMegarezky Makassar.
Kami Menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari pihak, sangatlah
sulit bagi penulis untuk menyelesaikan laporan PKLkelompok ini. Oleh karena itu,
kami mengucapkan terima kasih kepada:
1. dr.Andi Senggngeng Relle, Sp.M.,MARS selaku Ketua Prodi DIII Optometri,
2. dr. Soraya Arifin Sp.M.,M.kes
3. Andi Muhammad Fadhil Amd.RO sebagai pembibing kami selama menjalankan
PKL ini.
4. Dosen dan staff Program Studi DIII
Optometri. Terima kasih kami ucapkan juga
kepada:
1. Kepala Sekolah SLB A YAPTI MAKASSAR yang telah menerima kami,
dengan senang hati untuk menjalankan PKL Komunitas di SLB A YAPTI
MAKASSAR,
2. Pak Ayyub yang telah membimbing dan menemani kami, selama menjalankan
PKL di SLB A YAPTI MAKASSAR,
3. Para guru dan Staf Yayasan SLB A Yapti Makssar,
Para teman-teman Siswa dan Siswi SLB A Yapti Makkasar, Yang sangat luar biasa
dan memberikan kami banyak pembelajaran dan hal yang baru.

ii
Daftar Isi
Lembaran Pengesahan.....................................................................................................i
Kata Pengantar................................................................................................................ii
Daftar Isi.........................................................................................................................iii
BAB I Pendahuluan.........................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................1
B. Tujuan pelaksanaan PKL........................................................................................2
C. Manfaat...................................................................................................................2
D. Langkah Kegiatan...................................................................................................4
Bab II Tinjauaan Umum Tempat Praktik....................................................................6
A. SELOKAH LUAR BIASA A YAPTI MAKASSAR.............................................6
Bab III PEMBAHSAN....................................................................................................8
A. Definisi Low Vision...............................................................................................8
B. Gejala......................................................................................................................8
C. Anamnesis..............................................................................................................9
D. Pemeriksaan Fungsi Penglihatan..........................................................................11
E. Pemeriksa tajam penglihatan................................................................................11
B. Tatalaksana...........................................................................................................11
Bab IV Laporan kasus..................................................................................................14
A. IDENTITAS PASIEN..........................................................................................14
B. Anemnasis............................................................................................................14
C. Visus Tanpa Koreksi............................................................................................14
D. Visus Sesudah Koreksi.........................................................................................15
E. Pemeriksaan Lapang Pandang..............................................................................15
Daftar Pustaka...............................................................................................................17

iii
BAB I
Pendahuluan
A. Latar Belakang
Low vision menurut Word Helath Organization (WHO) adalah orang
yang mengalami gangguan fungsi penglihatansetelah penatalaksanaan atau
koreksi refraksi standar dan mempunyai tajam penglihatan kurang dari 6/18
(20/60) hingga persepsi cahaya atau lapang pandang kurang dari 100 dari
titik fiksasi serta masih menggunakan sisa penglihatan untuk kegiatan
tertentu. (Zulhijjah Yati Syari, dkk 2021).
Mahasiswa Prodi Optometri ini diharapkan dapat mengidentifikasi
masalah Kesehatan yang ada serta merencanakan program Kesehatan yang
tepat bagi Masyarakat khususnya mengenai Kesehatan mata Masyarakat
khususnya pada low vision. Oleh karena itu kegiatan PKL (Praktek Kerja
Lapangan) Komunitas ini bermaksud untuk mengaplikasikan semua
pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh selama perkuliahan sehingga
mampu mengintegrasikannya untuk di terapkan di Masyarakat.
PKL Komunitas adalah proses belajar mengajar di luar kampus
dengan tujuan memberi pengalaman kepada mahasiswa untuk mnegenal dan
memahami berbagai masalah Kesehatan di Masyarakat maupun institusi
pelayanan Kesehatan. Selain itu dalam kegiatan PKL mahasiswa dapat
melakukan pemberdayaan masyarkat dan pengembangan kegiatan dukungan
sosial (kemitraan) serta advookasi dibidang kesehatatn Masyarakat untuk
meningkatkan jejaring dan aksebilitas pelayanan Kesehatan Masyarakat
selain itu juga bentuk Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sedangkan kompetensi
5 adalah pengkajian status Kesehatan Masyarakat berdasarkan data,
infromasi dan indicator Kesehatan (evidence based) untuk pengambilan
keputusan dalam menyelesaikan masalah dibidang Kesehatan
Masyarakat.Pada prinsip PKL merupakan salah satu strategi pembelajaran
atau bentuk pengajaran yang mebelajarkkan secara versama-sama antara
kemampuan psikomotrik (keterampilan), pengertian (pengetahuan) dan
efektif (sikap) yang dimiliki mahasiswa.

1
2

Adanya PKL Komunitas tahun 2023 ini mahasiswa Prodi Optometr


diharapkan mampu menerapkan ilmu yang dipelajari di bangku kuliah untuk
Menyusun intervensi Kesehatan sesuai dengan permasalahan yang ada dan
di prioritaskan oleh Masyarakat khusunya masalah Kesehatan mata di SLB
A YAPTI Makassar.

B. Tujuan pelaksanaan PKL


Berdasarkan hasil Praktik Kerja Lapangan (PKL) komunitas, tujuan yang
akan dicapai dalam PKL ini sebagai berikut :

1. Tujuan umum
Secara umum tujuan kegiatan Praktik Kerja Lapangan adalah
mahasiswa memiliki kompetensi melakukan pemberdayaan Masyarakat
untuk dapat meningkatkan partisipasi Masyarakat dengan fokus setiap
keluarga dalam mengenali dan memecahkanmasalah serta mencegah dan
meningkatkan kesehtannya.
2. Tujuan Khusus
a. Menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan profesi Kesehatan
yang berorientasikan pada Kesehatan Masyarakat khususnya
Kesehatan mata,
b. Mengidentifikasi masalah Kesehatan dan mengetahui penyebab
terjadinya masalah tersebut,
c. Meningkatkan kemampuan profesi Kesehatan dalam menangani
permasalhan kususnya pada Kesehatan mata, dan
d. Mengaplikasikan kemampuan soft skill selama kegiatan Praktik Kerja
Lapangan.
C. Manfaat

PKL yang dilaksanakan harapannya dapat memberikan manfaat bagi berbagai


pihak, antara lain:
3

1. Manfaat bagi Mahasiswa

a) Mendapatkan gambaran umum mengenai permasalahn Kesehatan di


Masyarakat dan mendapatkan pengalaman terlibat langsung dalam
Masyarakat,

b) Mendapatkan kesempatan untuk ikut serta menganalisis dan


menyelesaikan problema yang terjadi di Masyarakat sehingga
mahasiswa dapat secara langsung mengimplementasikan metode
yang di peroleh di proses perkuliahan khususnya tentang masalah
Kesehatan mata,

c) Membantu mahasiswa untuk menyesuaikan diri di lingkungan


Masyarakat dan menambah wawasan mengenai permasalahan
Kesehatan di hadapi Masyarakat,

d) Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan ilmu yang di dapat


dalam proses perkuliahan untuk dikaitkan dalam permalasahan rill
sehingga mahasiswa dapat mengembangkan metode baru yang lebih
inovatif khusunya masalah Kesehatan mata.

e) Membantu mahasiswa untuk menyesuaikan diri di lingkungan


Masyarakat dan menambah wawasan mengenai permasalahan
Kesehatan di hadapi Masyarakat

f) Mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan ilmu yang di dapat


dalam proses perkuliahan untuk dikaitkan dalam permalasahan rill
sehingga mahasiswa dapat mengembangkan metode baru yang lebih
inovatif khusunya masalah Kesehatan mata.

2. Manfaaat Instansi Tempat Praktek Kerja Lapangan

a) Sebagai sarana dan prasarana untuk menjembatani antara instansi


dengan Lembaga Pendidikan untuk bekerja sama lebih lanjut baik
bersifat akademik maupun non akademik.
4

b) Hasil laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) dapat di manfaatkan


sebagai salah satu sumber infromasi mengenai situasi umum institusi
tempat Praktik Lapangan Kerja (PKL) di laksanakan.

3. Manfaat Institusi Pendidikan

Dapat menajalankan fungsi social terutama dalam Pendidikan dan


pembinaan kearah pengembangan sumber daya manusia yang berkualitas.
Terciptanya hubungan kerja sama yang saling menguntungkan anatar kedua
belah pihak yaitu instansi Pendidikan dan instansi lain yang bersangkutan
serta dapat memberikan gambaran nyata.
D. Langkah Kegiatan
Adapun perincian dalam tiap tahap kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

Sebeleum melaksanakn PKL, pada tanggal 3 Oktober kami melakukan


kegiatan pembekalan yang menjelaskan secara rinci kegiatan apa saja
yang akan di lakukan di tempat PKL nanti, serta pengenalan kepada
Penanggung Jawab tempat PKL Komunitas ini.

2. Tahap Pelaksanaan

Kegiatan PKL Komunitas ini di laksanakan di SLB A YAPTI Makassar


di mulai dari tanggal 3 Oktober 2023 sampai dengan 13 Oktober 2023
yang dilaksankan pada hari Senin-Jum’at pikul 08:00- 16:00 WITA.

3. Tahap Pelaporan

Penyusunan Laporan dimulai sejak tanggal 11 Oktober 2023 sampai


dengan laporan selesai di susun dan disahkan untuk memenuhi salah satu
syarat kelulusan program Studi DIII Optometri, Fakultats Teknologi
Kesehatan Universitas Megarezky Makassar.

4. Tahap Evaluasi

Intervensi yang telah dilakukan di SLB A YAPTI Makassar tersebut


5

untuk mengetahui alat bantu yang di butuhkan penderita low vision,


melakukan beberapa penyuluhan tentang kesehatn mata serta melakukan
screening mata agar mengetahui alat bantu yang di butuhkan penderita
low vision di SLB AYAPTI Makassar.

Untuk mengetahui apa penyebab sehingga para penderita low vision di SLB A
YAPTI Makassar dapat menderita low vision, dan kami juga akan melakukan
pembagian alat bantu yang di butuhkan penderita low vision di SLB A YAPTI
Makassar secara gratis.
Bab II
Tinjauaan Umum Tempat Praktik

A. SELOKAH LUAR BIASA A YAPTI MAKASSAR


1. Sejarah sekolah
SLB-A YAPTI adalah sekolah luar biasa bagiantunanetra diperuntukkan
bagi penyandang tunanetra. Sekolah ini didirikan pada tanggal 6 Juni
1971, dan merupakan sekolah tunanetra pertama yang ada di Pulau
Sulawesi, dan merupakan sekolah swasta yang dibawah naungan
Yayasan Pembinaan Tunanetra Indonesia (YAPTI), Yayasan ini di

dirikan oleh Bapak Drs. H. Darma Pakalirang dengan Nomor Akte


Pendirian 27. Tahun 1972.

2. VISI dan MISI SEKOLAH


a. Visi Sekolah
Membentuk peserta didik disabilitas Netra yang berakhlak mulia,
berprestasi, terampiol, mandiri, dan berwawasan luas.
b. Misi Sekolah
 Mendidik peserta didik menjadi lulusan yang memiliki

6
7

kecerdasan intelektual melalui proses pembelajaran yang aktif,


interaktif, bermakna dan menyenangkan sesuai dengan
kemampuan dan karakteristik kebutuhan khususnya.
 Mendidik peserta didik untuk memiliki kecerdasan emosional,
kecerdasan spiritual, beriman dan berakhlak mulia.
 Meningkatkan peran serta warga sekolah dalam perilaku jujur,
hidup bersih, hidup sehat, rukun, dan peduli lingkungan.
 Mengembangkan kreativitas, bakat dan minat peserta didik serta
memupuk rasa percaya diri
Bab III
PEMBAHSAN

A. Definisi Low Vision


Tajam penglihatan merupakan salah satu indicator ada atau tidaknya
gangguan penglihatan pada mata seseorang. Seseorang dikatakan memiliki
penglihatan yang normal Ketika visus 6/6 sedangkan visusnya yang tidak bisa
mencapai 6/6 maka terdapat gangguan penglihatan pada orang terebut..
Low Vision atau penglihatan kurang merupakan gangguan fungsi
penglihatan permanen, yang setelah dilakukan tindakan optimal seperti
pengobatan dan/atau koreksi refraksi masih memiliki ketajaman penglihatan
kurang dari 6/18 dan lebih baik atau sama dengan 3/60 pada mata yang lebih
baik atau lapangan pandang kurang dari 20 derajat dari titik fiksasi.1 Low vision
tidak sama dengan kebutaan. Tidak seperti orang yang mengalami kebutaan,
seseorang yang mengalami low vision masih dapat mempergunakan
penglihatannya. Namun, low vision biasanya mempengaruhi kegiatan atau
aktifitas sehari-hari seperti membaca, membaca, menulis, menonton televisi,
mengemudi, dan mengenali wajah orang lain. Seseorang dengan low vision
mungkin tidak dapat mengenali gambar pada kejauhan atau kesulitan
membedakan warna yang hampir serupa.
B. Gejala
Penderita low vision mengalami gangguan dalam menjalani aktivitas
sehari-harinya oleh karena penurunan fungsi penglihatan yang tidak dapat
dikoreksi. Beberapa gejala yang dapat dijumpai antara lain penderita
mengalami kesulitan dalam membaca, menulis, menonton televisi, mengemudi,
dan mengenali wajah orang lain. Seseorang dengan low vision mungkin tidak
dapat mengenali gambar pada kejauhan atau kesulitan membedakan warna yang
hampir sama. Keluhan penglihatan yang biasanya terdapat pada individu
dengan Low Vision adalah sebagai berikut :
- Berkurangnya lapang pandang bagian tengah.
- Berkurangnya lapang pandang di bagian perifer, menimbulkan "tunnel

8
9

vision".
- Sulit membedakan benda dengan warna yang hampir serupa atau
membedakan fitur wajah.
- Menurunnya persepsi untuk menentukan posisi benda di sekitar
sehingga sulit memperkirakan ketinggian tangga atau kesulitan
mengambil barang
- Pandangan buram atau berkabut
- Sensitivitas terhadap Cahaya
C. Anamnesis

Anamnesis awal sangat penting dilakukan karena akan menentukan


menentukan keseluruhan proses rehabilitasi. Individu dengan low vision dinilai
riwayat kebiasaan, riwayat medis, prioritas, dan tujuan dari kunjungannya.
Kegiatan sehari-hari yang dirasa terganggu atau tidak bisa dilakukan juga
dinilai untuk lebih memahami fungsi penglihatan dari pasien, secara rinci
dikaji aktivitas yang terlimitasi dan yang masih ingin terus dilakukan di
kemudian hari dan apakah menggunakan alat bantu untuk melakukan aktivitas
sehari-hari ini. Kondisi lingkungan dari individu dengan low vision juga dikaji
seperti lingkungan rumah, sekolah, tempat bekerja, dan juga bantuan yang
sekiranya dibutuhkan di tempat- tempat ini.

Penilaian penglihatan jarak jauh adalah metode yang paling mudah dan
paling sering digunakan dalam menilai fungsi penglihatan, walaupun tidak
sepenuhnya mencerminkan fungsi penglihatan pasien yang berkurang dalam aspek
kehidupan sehari-hari. Penilaian ini menggunakan chart yang dapat dilihat oleh
individu dengan low vision dengan jarak yang sesuai. Pemeriksaan ini juga sangat
penting dalam memantau perjalanan penyakit, menentukan kacamata dan alat bantu
optik. Snellen chart biasanya tidak digunakan untuk individu dengan low vision
karena sensitivitasnya yang rendah, namun akan lebih dianjurkan untuk
menggunakan logMAR-based Bailey-Lowie atau Early treatment diabetic
retinopathy study charts. Visus dinilai sebagai 0.1 logMAR untuk setiap baris dan
0.02logMAR untuk tiap huruf yang terbaca dengan benar. Berdasarkan visusnya,
10

jarak pemeriksaan antar pasien dengan chart dapat disesuaikan. Pemeriksaan dapat
dilakukan pada jarak 4 meter untuk visus 6/60 - 6/6, atau pada jarak 2 meter
saat visus kurang dari 6/60, dan pada jarak 1 meter saat visus kurang dari 1/60.

Gambar 3. 1 Early Treatment Diabetic


Retinopathy Study chart

Penilaian penglihatan jarak dekat pada individu dengan low vision lebih
dianjurkan menggunakan chart dengan contoh teks dibandingkan dengan optotypes.
Dengan demikian, kemampuan membaca, skotoma, dan efektivitas dari terapi dan
rehabilitasi dapat dinilai. The Minnesoeta Low Vision Reading Chart (MNREAD)
menilai beberapa parameter yaitu ketajaman penglihatan saat membaca, ukuran
cetak kritis, dan kecepatan maca maksimaal. Tajam penglihatan saat membaca
adalah teks dengan ukuran terkecil yang dapat dibaca tanpa kesalahan yang
signifikan. Kecepatan baca maksimal adalah kecepatan baca tercepat yang tidak
dapat dipercepat dengan memperbesar ukuran teks yang dibaca. Pada orang normal,
tes MNREAD dapat dilakukan dengan jarak 40cm dengan kecepatan rata-rata
11

Gambar 3. 2 MNREAD chart


12

membaca maksimal 225 kata/menit, ketajaman penglihatan saat membaca


logMAR -0,2, dan ukuran cetak kritis logMARO.

Pemeriksaan lapang pandang adalah salah satu parameter penting yang


harus dikaji pada individu dengan low vision. Karena skotoma sentral dapat
mengganggu kemampuan membaca dan skotoma perifer dapat mengurangi
orientasi pada lingkungan sekitar dan mobilitas. The Amsler Grid test sangat
membantu dalam mengidentifikasi lokasi dan ukuran skotoma sentral. Namun
pemeriksaan ini kurang adekuat untuk skotoma dengan ukuran yang kecil atau
kondisi yang disebabkan oleh kelainan.
D. Pemeriksaan Penglihatan

Penilaian fungsi penglihatan merupakan kunci rehabilitasi low vision dimana


menjadi penunjuk dalam usaha-usaha memaksimalkan fungsi penglihatan
melalui Latihan-latihan dan penggunaan alat-alat bantu.Pemeriksaan terhadap
pasien low vision berbeda dari pemeriksaan opthaalmologi yang lazim di
terapkan.
E. Pemeriksa tajam penglihatan
Merupakan uji yang pertama dalam penilaian fungsi penglihatan. Ketajaman
penglihatan menunjukka pengenalan gambaran yang berbeda dengan kemampuan
pengenalan benda. Aktifitas sehari-hari sering membutuhkan pengenalan detail seperti
pengenalan wajah dan mengidentifikasi uang.
F. Tatalaksana
Terdapat lima jenis alat bantu low vision: (1) alat bantu lensa konveks, seperti
kacamata, kaca pembesar genggam, dan kaca pembesar berdiri; (2) sistem teleskop,
dapat dipasang di kacamata atau digenggam; alat-alat non-optis (adaptif), seperti
huruf berukuran besar, perbaikan pencahayaan, penyangga baca, alat penanda,
alat yang dapat bersuara (jam, pengatur waktum dan timbangan); (4) pewarnaan,
filter, termasuk lensa antipantul, dan pencahayaan; dan (5) sistem membaca
elektronik yang mencakup mesin pembaca closed-circuit television, optical print
scanners, komputer yang mampu mencetak tulisan dalam ukuran besar, dan
komputer yang dilengkapi dengan perintah suara untuk mengakses program.
13

1. Alat Bantu Lensa Konyeks

Kacamata dan kaca pembesar genggam atau berdiri dipilih untuk lebih dari
90% pasien. Apabila pasien menggunakan kacamata, bahan bacaan harus
dipegang pada jarak fokus lensa, misal 10 cm untuk lensa 10-dioptri.
Semakin kuat lensanya, semakin dekat jarak bacanya sehingga
cenderung menghalangi cahaya. Keuntungan memakai kacamata adalah
kedua tangan tetap bebas untuk memegang bahan bacaan. Pasien dengan
fungsi binocular dapat menggunakan kacamata berkekuatan 4-14 dioptri
dengan prisma base-in untuk membantu konvergensi. Di atas 14
dioptri, diperlukan lensa monocular pada mata yang lebih baik. Kaca
pembesar genggam nyaman digunakan untuk berbelanja, membaca
tombol dan label, mengenali uang, dll. Pada orangtua sering
menggunakan alat tersebut bersamaan dengan kacamata baca mereka
untuk memperbesar tulisan. Keuntungan lensa genggam adalah adanya
jarak kerja yang lebih besar antara mata dan lensa. Namun, memegang
lensa mungkin tidak menguntungkan bagi pasien dengan tremor atau kaku
sendi. Kaca pembesar tersedia mulai dari 4 sampai 68 dioptri. Kaca
pembesar berdiri adalah lensa konveks yang dipasang pada suatu tonggak
yang kaku, yang tingginya disesuaikan dengan kekuatan lensa, misalnya
lensa 10 dioptri hanya setinggi 10 cm dari halaman bacaan. Karena
lensa yang berdiri dapat menghalangi cahaya, lensa yang dilengkapi
dengan lampu bertenaga baterai dapat menjadi pilihan terbaik.
Perkembangan terbaru alat-alat ini adalah penggunaan suatu sumber
cahaya LED, yang memungkinkan pencahayaan yang lebih baik dan
mengurangi glare.
14

Gambar 2 1Hand-held magnifiers dan Standing magnifiers

2. Sistem Telestop

Sistem teleskop adalah satu-satunya alat dapat difokuskan dari


jarak yang tak terhingga ke jarak dekat. Alat paling sederhana adalah
teleskop monocular genggam untuk melihat dalam waktu singkat,
khususnya melihat papan petunjuk. Rentang kekuatan untuk alat-alat
genggam adalah 2-8x. Teleskop yang dipasangkan di kacamata sulit
digunakan dengan kekuatan di atas 6x. Kerugian yang dimiliki teleskop
adalah diameter lapangan pandang yang kecil dan dangkalnya bagian
tengah lapangan pandangnya.
Bab IV
LAPORAN KASUS

A. Identitas pasien
Nama : Imran
Tempat Tanggal Lahir: Enrekang, 10 Oktober 2009
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 14 thn
Agama : Islam
Alamat : Makassar

Pekerjaan : Mahasiswa
Gambar 4. 3 (sumber.
Nama : Andi Irwan Taufiq
Diambil dari lahan
Tempat Pemeriksaan : Aula SLB-A YAPTI praktek)
MAKASSAR

B. Anemnasis

Seorang anak bernama imran berusia 14 tahun di SLB YAPTI


MAKASSAR mengalami strabismus sejak bayi,awalnya imran mengalami mata
tinggi sehingga ketidaksejajaran mata di mana satu mata terlihat lurus ke depan dan
mata yang lain melihat ke bawah,tapi orng tua tidak mengalami hal yang sama dan
imran tiga bersaudara mengalami strabismus.

C. Visus Tanpa Koreksi


OD :1/60 di jarak 1 M
OS : 1/60 di jarak 1 M
14

A. Visus Sesudah Koreksi


OD : SPH +6.50 D dijarak 4/25
OS : SPH +6.00

Gambar 4. 4 (sumber. Diambil dari lahan praktek

B. Pemeriksaan Lapang Pandang


Lapang pandang adalah salah satu parameter penting yang harus dikaji pada
individu dengan low vision. Karena skotoma sentral dapat mengganggu
kemampuan membaca dan skotoma perifer dapat mengurangi orientasi pada
lingkungan sekitar dan mobilitas.

Lapang sentral = Penglihatan lapang pandang pasien kurang jelas ( kabur)


Lapang perifer = penglihatan lapang perifer pasien kurang jelas (Kabur)

Gambar 3. 5 (sumber:Diambil dambil dari lahn praktek)


C. Pengukuran
PD
OD: 32
OS :32
32 + 32 = 64

D. Terapi Pemberian Resep


kacamata

OD: SPH +6.50 D


OS : SPH +6.00 D

E. Hasil Pemeriksaan
Setelah di lakukan pemeriksaan ke pasien tersebut mengalami gangguan
penglihatan di mana.ODS pasien yaitu 1/60 di jarak 1 meter,setelah saya
mendapatkan hasil visus tanpa koreksi, selanjutnya saya melakukan visus
koreksi yang dimana penglihatan pasien terganggu di jarak 1/60 setalah saya
koreksi paien tersebut mengalami kemajuan penglihatan di jarak 4/25. jadi saya
memberikan alat bantu, berupa kacamata agar pasien dapat melihat dengan baik,
dimana sebelumnya pasien tidak dapat melihat jelas pada jarak 1Meter setelah
saya melakukan pemeriksaan lebih lanjut, penglihatan pasien lebih meninkat
dari sebelumnya.
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan

Definisi Low vision menurut World Health Organization (WHO) dan


International Classification of Diseases 10 adalah gangguan fungsi penglihatan
permanen, yang setelah dilakukan tindakan optimal seperti pengobatan dan/atau
koreksi refraksi masih memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 6/18 dan lebih
baik atau sama dengan 3/60 pada mata yang lebih baik atau lapangan pandang
kurang dari 20 derajat dari titik fiksasi. Angka gangguan penglihatan di Indonesia
sendiri juga masih tergolong tinggi dengan 2,1 juta kasus severe low vision
pada tahun 2013 dengan angka terbanyak didapati pada rentang usia 65-74 tahun
dengan
647.511 kasus.

Low Vision atau penglihatan merupakan gangguan fungsi penglihatan


permanen, yang setelah dilakukan tindakan optimal seperti pengobatan dan/atau
koreksi refraksi masih memiliki ketajaman penglihatan kurang dari 6/18 dan lebih
baik atau sama dengan 3/60 pada mata yang lebih baik atau lapangan pandang
kurang dari 20 derajat dari titik fiksasi. Low vision tidak sama dengan
kebutaan. Tidak seperti orang yang mengalami kebutaan, seseorang yang
mengalami low vision masih dapat mempergunakan penglihatannya. Namun, low
vision biasanya mempengaruhi kegiatan atau aktifitas sehari-hari seperti
membaca, membaca, menulis, menonton televisi, mengemudi, dan mengenali
wajah orang lain.

Seorag dengan low vision mungkin tidak dapat mengenali gambar pada
kejauhan atau kesulitan membedakan warna yang hamper sama. Dalam
pemeriksaan fisik di temukan menurunya visus, lapang pandang, sensitivitas
terhadap kontras, warna,dan Cahaya. Terdapat lima jenis alat bantu low vision
yaitu alat optic seperti, kaca pembesar, teleskop, logamaro, snelenchart.
17
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, S.Y.D., Anggriani. N., Pangaribuan, M. S. K., & dkk (2022). Ilmu
Keperawatan Komunitas dan Keluarga. Medan : Yayasan Kita Menulis

Salamung, N., R. M., Ifansyah, N. M., &dkk (2021) Keperawatan Keluarga.


Pamerkasan: Duta Media Publishing

Jannah, R. (2016). Segala Gangguang Dan Penyakit Mata. Bogor : Guepedia

Nuraisya N dan Megarianti I. (2019). Gambaran low vision pada anak di pusat mata
nasional di rs mata cicenco Bandung. Jurnal sehat masada Vol. 13 No. 02.

Muhammadnur, R. E., Ine R. M., dkk. (2014). Improvement of Near Vision for Low Vision
Patients in National Eye Healthcare Center Cicendo Eye Hospital 2010–2011. Althea
Medical Journal. 2014;1(2).

Caroline Ratnasari Sarwono. (2020). Referat Kepanitraan Klinik Ilmu Penyakit Mata Low
Vision. Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Mata Siloam Hospital Lippo Village -
Rumah Sakit Umum Siloam Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan.
Tanggerang

Assilia Dharani, S.Ked. (2012). Low Vision. Bagian Ilmu Kesehatan Mata Rsmh Fakultas
Kedokteran Universitas Sriwijaya Palembang

World Health Organization. 1997. ―Management of Low Vision in


Children.‖ WHO/PBL/93.27. Bangkok: World Health Organization.
http://apps.who.int/iris/bitstream/10665/61105/1/WHO_PBL_93.27.pdf.———. 2012. ―Global Data
On Visual Impairment 2010.‖ Geneva : World Health Organization.
www.who.int/blindness/GLOBALDATAFINALforweb.pdf.
Nawawi, Ahmad. 2010. Pendidikan Inklusif Bagi Anak Low Vision.
Makalah.Bandung:Universitas Pendidikan Bandung.
LAMPIRAN

Gambar 1: Penitikan

Gambar 2: Menggunting
Gambar 3:Faset Gambar 4: Pemasangan

Anda mungkin juga menyukai