Disusunoleh:
RISTIN SAFITRI
XI Keperawatan 2
NIS : 1281/247.071
Mengetahui,
Penanggung Jawab PKL
Waka Humas
Kepala Sekolah
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) di Puskesmas TEMPEH Lumajang. Pembuatan laporan Praktik Kerja Lapangan ini
bertujuan untuk mengetahui dan memaparkan kegiatan apa saja yang telah dilaksanakan di
DU/DI. Laporan ini juga menjadi salah satu syarat kelulusan kegiatan Praktik Kerja
Lapangan (PKL).
Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu bentuk pendidikan dan pelatihan
yang akan membentuk kompetensi peserta didik. Tujuan PKL ini adalah memberikan
pengalaman nyata, mengaplikasikan, dan meningkatkan ilmu yang telah diperoleh di sekolah.
Selain itu, kegiatan PKL juga dapat menjadi salah satu cara bagi sekolah dan peserta didik
untuk mengenalkan potensi yang dimiliki kepada DU/DI. .
Laporan ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu,
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam
penyelesaian laporan ini, terutama kepada :
1. Drs. Agus Siswantono, M.Psi selaku Kepala SMK Muhammadiyah Lumajang
2. Laily Fitriani, S.Pd. selaku Wakil Kepala Sekolah bagian Humas SMK Muhammadiyah
Lumajang dan selaku penanggung jawab PKL
3. Dyaning Dhamayanti, S.Kep selaku Ketua Program Keahlian Keperawatan dan selaku
Pembimbing Sekolah
4. dewan guru SMK Muhammadiyah Lumajang
5. karyawan di Puskesmas Tempeh
6. semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan ini dan tidak dapat
penyusun sebutkan satu persatu.
Tiada gading yang tak retak. Kritik dan saran dari pembimbing sangat kami harapkan
untuk perbaikan laporan selanjutnya. Semoga laporan ini bermanfaat dan menambah
wawasan bagi pembaca serta adik kelas yang akan mengikuti PKL.
Penyusun
iii
DAFTAR ISI
COVER DALAM.................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang PKL................................................................................................ 1
1.2 Tujuan PKL............................................................................................................. 2
1.3 Manfaat PKL........................................................................................................... 3
1.4 Waktu dan Tempat PKL.......................................................................................... 3
BAB II GAMBARAN UMUM INSTITUSI
2.1 Sejarah Institusi....................................................................................................... 1
2.2 Tujuan Pendirian...................................................................................................... 2
2.3 Pengelolaan.............................................................................................................. 3
( Disesuaikan di tempat DU/DI )
BAB III DASAR TEORI
3.1 (Penjabaran disesuaikan tujuan khusus PKL) ........................................................ 3
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Laporan Pendahuluan tentang Oksigenasi di R. IGD ............................................. 6
4.2 Laporan Pendahuluan tentang Mencuci Tangan di R. Kelas II............................... 7
4.3 Laporan Pendahuluan tentang Tanda – Tanda Vital di R. Kelas III........................ 8
4.4 Laporan Pendahuluan tentang Memandikan Pasien di R.VK ................................. 9
4.5 Laporan Pendahuluan tentang Pemberian Nutrisi di R. Kelas I ............................ 10
4.6 Laporan Pendahuluan tentang Mencuci Rambut di R.Kelas II ............................. 11
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 12
5.2 Saran.........................................................................................................................13
iv
LAMPIRAN
Lampiran 1: LEMBAR KONSULTASI LAPORAN PKL
Lampiran 2: LEMBAR KONSULTASI LP
Lampiran 3: LEMBAR TARGET KETRAMPILAN PESERTA DIDIK / BULAN
Lampiran 4: LEMBAR KEGIATAN TAMBAHAN PESERTA DIDIK / BULAN
Lampiran 5: DAFTAR HADIR ( ABSENSI ) / RUANGAN
Lampiran 6:JADWAL SHIFT DI TEMPAT PRAKTiK KERJA LAPANGAN / RUANGAN
v
BAB I
PENDAHULUAN
6
7
BAB II
GAMBARAN UMUM INSTITUSI
1. Kelompok
a. Kelompok ibu hamil
b. Kelompok ibu-ibu yang memiliki anak dan balita
c. Kelompok pasangan usia subur dengan risiko tinggi kebidanan
d. Kelompok- kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan di antaranya
adalah :
1. kelompok usia lanjut
2. kelompk wanita tunasusila
3. kelompok anak remaja yang terlibat dalam penyalahgunaan narkotika.
e. Kelompok- kelompok masyarakat yang ada di berbagai institusi pelayanan kesehatan.
a. Masyarakat sekolah.
b. Pekerja- pekerja dalam perusahaan.
A. Materi
Materi atau pesan yang disampaikan kepada masyarakat hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sehingga
materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan
sebaiknya :
1. menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat dalam bahasa sehari- hari
2. materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran
3. dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan alat peraga untuk mempermudah
pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran
4. materi atau pesan yang disampaikan merupakan kebutuhan sasaran dalam masalah
kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.
III
DASAR TEORI
13
C. Tujuan
a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam membina dan
memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
b. Terbentuknya perilaku sehat pada indivdu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental, dan sosial sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan dan kematian.
c. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan
dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.
D. Sasaran
Penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2. Individu
Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan yang dapat dilakukan di
rumah sakit, klinik, puskesmas, rumah bersalin, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat
binaan.
3. Keluarga
Keluarga binaan yang mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan yang tergolong
dalam keluarga – keluarga risiko tinggi diantaranya adalah :
b. keluarga-keluarga dengan kondisi sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah
c. keluarga-keluarga dengan masalah sinitasi lingkungan yang buruk
d. keluarga-keluarga dengan keadaan gizi yang buruk
e. keluarga-keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang banyak di luar kemampuan
kapasitas keluarga.
4. Kelompok
e. Kelompok ibu hamil
14
E. Materi
Materi atau pesan yang disampaikan kepada masyarakat hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sehingga
materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan
sebaiknya :
5. menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat dalam bahasa sehari- hari
6. materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran
7. dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan alat peraga untuk mempermudah
pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran
8. materi atau pesan yang disampaikan merupakan kebutuhan sasaran dalam masalah
kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.
F. Metode
Metede yang dipakai dalam penyuluhan kesehatan hendaknya metode yang dapat
mengembangkan komunikasi dua arah antara yang memberikan penyuluhan terhadap sasaran,
sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas
dan mudah dipahami, diantaranya metode curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi, bermain
peran dan sebagainya.
keperawatan di rumah sakit akan memperoleh “tambahan beban penderita” dari penyebaran
mikroba patogen ini.
B. Penyebab
a. Batuk dan bersin.
b. Kontak dengan orang terinfeksi, terutama melalui ciuman dan hubungan seks.
c. Kontak dengan perubahan, makanan dan air yang terkontaminasi.
d. Kontak dengan makhluk hidup yang terinfeksi, termasuk hewan peliharaan, ternak, dan
serangga, seperti lalat dan kutu.
C. Pengobatan
a. Obat antibiotik.
b. Paracetamol untuk meredakan demam.
c. Melakukan pencegahan infeksi agar infeksi tidak semakin parah.
D. Pencegahan
a. Cuci tangan
b. Menghindari orang yang sedang terinfeksi
c. Makan makanan yang sehat
d. Olahraga teratur
8. Bengkok, untuk menampung muntah, nanah, kapas bekas atau cairan tubuh ( darah, urine,
dll).
9. Paratus, untuk menyimpan alat - alat perawatan.
10. Kasur, untuk tempat klien.
11. Heating pad, untuk menghangatkan badan bila kedinginan.
12. Skin Traction Kit, untuk mencegah imobilisasi persendian yang terluka atau meradang, atau
pada patah tulang atau dislokasi.
13. Kruk, untuk menyangga tubuh yang cedera.
14. Breukband, untuk para penderita hernia agar bebas bergerak.
15. Pressure Garments, untuk mencegah dan mengobati bekas luka yang menonjol ke luar di
bagian dada dan perut.
16. Spalk, untuk pertolongan pertama pada kecelakaan patah tulang.
17. Pembalut Leher, untuk menopang kepala dan membatasi gerak pada tulang leher.
18. Kursi Roda, untuk pasien yang tidak dapat berjalan.
E. Alat-Alat Bedah
1. Scalpel, untuk pegangan pisau operasi.
17
B. Metode
Dalam melakukan sterilisasi alat kesehatan rumah sakit terdapat beberapa metode yang bisa
dilakukan, berikut ini metode tersebut:
a. Pemanasan Kering
Sterilisasi yang dilakukan dengan pemanasan secara kering. Jika temperature yang digunakan
kurang tinggi, cara ini cenderung kurang efektif. Sterilisasi dengan pemanasan kering ini akan efektif
jika temperatur yang digunakan mencapai 160 derajat celcius sampai dengan 180 derajat celcius.
Sterilisasi menggunakan sistem pemanasan kering tidak dianjurkan untuk peralatan seperti atau
gunting.Hal ini dikarenakan bisa mempengaruhi ketajaman dari alat tersebut.
b. Radiasi
Sterilisasi dilakukan dengan memanfaatkan radiasi.Radiasi yang biasa digunakan adalah
ultraviolet atau sinar-x. Radiasi yang dihasilkan baik itu oleh ultraviolet atau sinar-x akan membuat
mikroorganisme yang tumbuh akan mati.
e. Pembakaran langsung
Metode sterilisasi ini dilakukan dengan membakar benda yang akan disterilkan secara
langsung.
3.4.2 Desinfeksi
A. Pengertian Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada objek yang
tidak hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri. Desinfeksi juga dikatakan suatu tindakan
yang dilakukan untuk membunuh kuman patogen dan apatogen tetapi tidak dengan membunuh
spora yang terdapat pada alat perawatan ataupun kedokteran. Desinfeksi dilakukan sebelum dan
sesudah tindakan.
Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan melalui cara mencuci,
mengoles, merendam, dan menjemur dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi, dan
mengondisikan alat dalam keadaan siap pakai.
kriteria desinfeksi yang ideal adalah :
1. bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
2. aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban
3. tidak toksik pada hewan dan manusia
4. tidak bersifat korosif
5. tidak berwarna dan meninggalkan noda
6. tidak berbau
7. bersifat biodegradable / mudah diurai
8. larutan stabil
9. mudah digunakan dan ekonomis
10. aktivitas berspektrum luas.
2. Aldehid
19
Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang popular pada kedokteran gigi , baik
tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid
2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan.
3. Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang
kedokteran gigi sebagai antiseptic kontrok plak.
4. Fenol
Larutan jernih tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang
terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organic. Zat ini bersifat virusidal dan
sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini , banyak
digunakan di Rumah Sakit dan laboratorium.
5. Klorsilenol
Merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptic ,
aktivitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan
(misalnya dettol).
B. Persiapan Alat
a. Aseptic gel
b. Handscoen
20
c. Korentang
d. Alat yang akan disimpan
C. Prosedur
a. Cuci tangan 6 langkah.
b. Memakai handscoen.
c. Ambil korentang dan jepit alat yang akan disimpan.
d. Letakan alat di tempat penyimpanan alat.
B. Tujuan
Tujuan dari menyiapkan tempat tidur klien meliputi :
1. agar siap pakai sewaktu–waktu
2. agar tampak selalu rapi
3. memberikan perasaan senang dan nyaman pada pasien dalam memenuhi kebutuhan dirinya.
D. Prosedur
Prosedur menyiapkan tempat tidur meliputi :
1. cuci tangan 6 langkah
2. memakai APD (handscoen, masker, scord)
21
B. Tujuan
1. Mengetahui data obyektif
2. Mengetahui kondisi klien
3. Mengetahui perkembangan penyakit klien
4. Membantu menentukan diagnosa dan intervensi keperawatan
C. Ruang lingkup
1. Tekanan darah
2. Suhu tubuh
3. Denyut nadi
4. Pernapasan
b. Cara kerja
1) Jelaskan prosedur pada klien.
2) Cuci tangan.
3) Atur posisi pasien.
4) Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang.
5) Lengan baju dibuka.
6) Pasang manset pada lengan kanan/ kiri atas sekitar 3cm di atas fossa cubiti (jangan terlalu
ketat maupun terlalu longgar).
7) Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra / sinistra.
8) Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.
9) Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari titik radialis tidak
teraba.
10) Letakkan diafragma stetoskop diatas nadi brakhialis dan kompreskan balon udara manset
secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar skrup pada pompa udara
berlawanan arah jarum jam.
11) Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali. Nilai ini
menunjukkan tekanan sistolik secara palpasi.
12) Catat hasil.
13) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
b. Cara kerja
1) Jelaskan prosedur pada klien.
2) Cuci tangan.
3) Atur posisi pasien.
4) Letakkan kedua lengan telentang di sisi tubuh.
5) Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung).
6) Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari tengah, dan jari
manis. Tentukan frekuensinya permenit dan keteraturan irama, dan kekuatan denyutan.
7) Catat hasil.
23
b. Cara kerja
1) Jelaskan prosedur pada klien
2) Cuci tangan
3) Atur posisi pasien
4) Hitung frekuensi dan irama pernapasan
5) Catat hasil
6) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
B. Cara kerja
a. Posisi fowler
1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2) Minta pasien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan
3) Naikkan kepala bed setinggi 45 derajat
4) Letakkan bantal kecil di bawah kepala pasien
5) Letakkan bantal kecil di bawah punggung pada lurus lumbal
6) Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit
7) Pastikan tidak terdapat fleksi pada area poplitea dan lutut
8) Letakkan bantal atau gulungan handuk di bawah paha pasien
9) Topang telapak kaki dengan menggunakan footboard atau papan kaki
10) Letakkan bantal untuk menompang kedua lengan dan tangan
11) Lepas sarung tangan dan cuci tangan
d. Posisi lateral
1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2) Baringkan pasien dengan posisi terlentang
3) Gulingkan pasien hingga posisi miring
4) Letakkan bantal di bawah kepala dan leher
5) Fleksikan bahu bawah, posisikan ke depan
6) Letakkan bantal di bawah lengan atas
7) Letakkan bantal di bawah paha dan kaki atas
8) Letakkan bantal di belakang punggung pasien
9) Lepas sarung tangan dan cuci tangan
e. Posisi sims
1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2) Baringkan pasien terlentang mendatar di tengah tempat tidur
3) Gulingkan pasien hingga pada posisi setengah telungkup
4) Letakkan bantal di bawah kepala pasien
5) Atur posisi bahu sehingga bahu dan siku fleksi
6) Letakkan bantal di bawah lengan pasien yang fleksi
7) Letakkan bantal di bawah tungkai yang fleksi
8) Letakkan support device di bawah telapak kaki pasien
9) Lepas sarung tangan dan cuci tangan
f. Posisi trendeleburg
1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2) Pasien dalam keadaan terlentang, bantal diletakkan diantara kepala dan ujung tempat tidur
3) Berikan bantal di bawah lipatan lutut
4) Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur
5) Lepas sarung tangan dan cuci tangan
g. Posisi lithotomi
1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2) Pasien dalam keadaan terlentang, angkat kedua paha dan tarik ke arah perut
3) Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
4) Letakkan bagian lutut atau kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomi
5) Pasang selimut
6) Lepas sarung tangan dan cuci tangan
3.8.2 Ambulasi
3.8.2.1 Memindahkan Klien ke kursi
a. Pengertian
Suatu kegiatan yang dilakukan pada klien.dengan kelemahan kemampuan fungsional untuk
berpindah dari tempat tidur ke kursi roda.
b. Tujuan
1. Melatih otot skeleton untuk mencegah kontraktor atau sindrom disuse
2. Memberikan kenyamanan
3. Mempertahankan kontrol diri klien
4. Memungkinkan klien untuk bersosialisasi
5. Mempermudahkan perawat yang akan mengganti sprei Pada klien yang tidak baring
6. Memindahkan klien untuk pemeriksaan diagnostic
c. Prosedur
1. Ikuti protokol standar.
2. Bantu klien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi pada sudut 45° terhadap
tempat tidur.apabila menggunakan kursi roda, yakinkan bahwa kursi ini dalam keadaan
terkunci.
3. Pasang sabuk pemindahan bila perlu, sesuai kebijakan lembaga.
4. Yakinkan bahwa klien menggunakan sepatu yang stabil dan anti slip.
5. Rengangkan kedua kaki anda.
6. Fleksikan panggul dan lutut Anda, sejajar lutut Anda dengan klien.
27
7. Pegang sabuk pimindahan dari bawah atau gapai melalui aksila klien dan tempatkan tangan
di bawah skapula klien.
8. Angkat Klien sampai berdiri pada hitungan ke 3 sambil meluruskan panggul dan kaki anda,
pertahankan lutut agak fleksi.
9. Pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan dengan lutut Anda
10. Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindah klien secara langsung ke depan kursi
11. Instruksikan klien untuk menggunakan penyangga tangan pada kursi untuk menyokong
12. Flesikan panggul anda dan lutut saat menurunkan klien ke kursi
13. Kaji klien untuk kesejajaran yang tepat
14. Stabilkan tungkai dengan selimut mandi
15. Ucapkan terima kasih atas upaya klien dan puji klien untuk kemajuan dan penampilannya
16. Lengkapi akhir protocol
b. Tujuan
Adalah untuk memindahkan klien antar ruang untuk tujuan tertentu (misalnya pemeriksaan
diagnostik, pindah ruangan dll).
c. Prosedur
1. Ikuti protokol standar
2. Atur brankar dalam posisi terkunci dengan sudut 90° terhadap tempat tidur
3. Dua atau tiga orang perawat menghadap ketempat tidur klien
4. Silang tangan klien ke depan dada
5. Tekuk lutut anda, kemudian masukan tangan anda di bawah tubuh klien
6. Perawat pertama meletakkan tangan dibawa leher/ bahu dan bawah pinggang, perawat kedua
meletakkan tangan dibawah pinggang dan panggul klien, sedangkan perawat ketiga
meletakkan tangan di bawah pinggul, dan kaki
7. Pada hitung ketiga, angkat klien bersama-sama dan pindahkan ke brankar
8. Atur posisi klien dan pasang pengaman
3.8.2.3 Membantu Klien Berjalan
a. Pengertian
Membantu klien berjalan adalah tindakan untuk membantu klien berjalan apabila klien
lemas. tindakan ini bisa dilakukan dengan menggunakan alat seperti kruk, tongkat dll, apabila klien
28
tidak lemas tidak perlu menggunkan alat. Tindakan ini paling sering dilakukan agar pasien bisa naik
ke tempat tidur untuk diperiksa.
b. Tujuan
1. Untuk memulihkan kembali
2. Mencegah terjadinya kontraktur sendi dan fleksi otot.
c. Persiapan Alat
1. Aseptic gel
2. Alat bantu ( kruk, tongkat dll )
d. Prosedur
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan 6 langkah.
3. Minta klien untuk meletakkan tangan disamping badan atau memegang telapak tangan
perawat.
4. Berdiri disamping klien dan pengang telapak dan lengan tangan pada bahu klien.
5. Bantu klien untuk berjalan.
6. Observasi respon klien saat berdiri dari tempat tidur (frekuensi nadi dan tanda hipotensi
ortostatik).
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
8. Catat tindakan dan respon klien.
B. Tujuan
a. Menghidangkan makanan dan minuman kepada pasien tepat waktu dan sesuai dengan
kebutuhan atau dietnya.
C. Persiapan Alat
a. Piring
b. Sendok
c. Garpu
29
d. Gelas minum
e. Serbet
f. Mangkuk
g. Tisu (jika Perlu)
D. Prosedur Pelaksanaan
1. Beri tahu pasien.
2. Atur kelapa pasien dengan posisi kepala lebih tinggi dari pada badan.
3. Bentangkan serbet dibawah dagu pasien.
4. Ingatkan pasien untuk berdoa sebelum makan.
5. Tawari pasien minum, jika perlu gunakan sedotan.
6. Beri tahu pasien jika makanan panas/ dingin, anjurkan untuk mencicipi makanan terlebih
dahulu.
7. Suapkan makan sedikit demi sedikit jangan tergesa-gesa untuk menghindari tersedak.
8. Setelah selesai makan, beri pasien minum, dilanjutkan dengan pemberian obat jika ada.
9. Bersihkan mulut paisen dengan tisu.
10. Bereskan peralatan dan kembalikan ke tempat semula.
B. Tujuan
a. Meningkatkan derajat kebersihan dan kesehatan
b. Memelihara kebersihan diri seseorang
c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
d. Mencegah penyakit
e. Meningkatkan rasa percaya diri seseorang
f. Menciptakan keindahan
g. Memberi rasa nyaman
b. Cara kerja
1) Mendekatkan peralatan ke dekat pasien.
2) Memakai APD ( mulai dari skoret, celemek, dan masker ).
3) Cuci tangan 6 langkah.
4) Memakai handscoon.
5) Menawarkan pasien untuk BAK atau BAB.
6) Memasang perlak dan handuk besar di bawah punggung pasien.
7) Mengganti selimut mandi.
8) Menanggalkan pakaian atas dan meletakkan ke dalam tempat baju kotor selimut mandi ke
atas. Beri minyak kayu putih pada bagian dada dan perut putih, posisikan kembali tangan
pasien ke posisi semula, taruh handuk di sampiran.
9) Miringkan pasien menghadap ke arah petugas, bersihkan bagian punggung sampai glutea
seperti prosedur sebelumnya.
10) Keringkan dengan handuk di bawah punggung pasien, beri baby oil/ minyak kayu putih
pada daerah punggung. Gulung handuk besar, posisikan pasien terlentang kembali kemudian
tarik handuk besar, taruh di keranjang pakaian kotor.
11) Pakaian baju ganti yang bersih pada pasien, sambil menarik selimut mandi sampai
ekstremitas bawah.
12) Pasang kembali handuk sedang di bawah kaki, bersihkan mulai dari pangkal paha sampai
ujung kaki, mulai membersihkan kaki dari bagian yang terjauh dari petugas, bersihkan dan
keringkan. Lakukan hal yang sama pada bagian yang terjauh dari petugas.
13) Pakaikan pakaian bawah pada pasien dan ambil perlak.
31
14) Ambil selimut mandi dan pasang selimut tidur pada pasien.
b. Cara Kerja
1) Letakkan peralatan ke dekat pasien.
2) Menjelaskan tujuan tindakan.
3) Cuci tangan.
4) Memakai handscoon.
5) Pasang alas dibawah tangan pasien.
6) Rendam tangan dalam baskom berisi air selama 1-2 menit. Jika kuku kotor sikat dengan
sikat kuku dan bilas dengan air hangat, selanjutnya keringkan.
7) Letakkan tangan pasien diatas bengkok berisi larutan lisol 3% agar kuku tidak
berserakan. Potong kuku tangan sesuai kelengkungan kuku, setelah selesai masukkan
gunting kuku ke dalam bengkok berisi larutan lisol.
8) Setelah dipotong, kikir kuku agar rata dan halus.
9) Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke bengkok.
10) Rapikan peralatan.
11) Cuci tangan.
9) Selimut mandi
10) Celemek
11) Waslap
12) Baki
b. Cara kerja
1) Menjaga privasi.
2) Menggunakan handscoon dan celemek.
3) Mengganti selimut pasien dengan selimut mandi.
4) Mengatur posisi pasien, kepala di pinggir tempat tidur.
5) Meletakkan perlak dibawah kepala pasien dengan perlak diarahkan bawah dengan digulung
bagian tepi menuju baskom yang berada dibawah tempat tidur.
6) Meletakkan baskom kosong yang dialasi kain pel di bawah tempat tidur tepat di bawah
kepala pasien.
7) Menutup lubang telinga dengan kasa atau kapas.
8) Menutup dada dengan handuk sampai leher.
9) Menyisir rambut.
10) Menyiram dengan air, menggosok kulit kepala dan rambut dengan sampo.
11) Membilas rambut hingga bersih.
12) Melepas kasa / kapas penutup telinga.
13) Mengangkat perlak, mengeringkan dengan handuk.
14) Menyisir rambut.
15) Meletakkan kepala pada bantal yang telah dialasi handuk kering.
16) Merapikan pasien ganti selimut dengan selimut tidur.
17) Merapikan alat.
18) Cuci tangan.
3.10.4 Melaksanakan prosedur kerja oral hygiene pasien sadar
a. Persiapan alat
a. APD ( scord, masker, handscoon )
b. Celemek
b. Alas berupa perlak kecil jika perlu
c. Handuk kecil
d. Sikat gigi dan pasta gigi
e. Gelas berisi air bersih
f. Bengkok 2
g. Gelas untuk air kumur dan gelas kosong
h. Tisu
i. Sedotan
33
j. Baki
b. Cara kerja
1) Mendekatkan alat pada pasien.
2) Memakai APD ( mulai dari skoret dan masker ).
3) Menjelaskan tujuan.
4) Cuci tangan 6 langkah menggunakan handsanitizer.
5) Memakai handscoon.
6) Miringkan klien, kemudian pasang alas atau celemek di bawah dagu dan pipinya.
7) Letakkan bengkok di bawah dagu klien, agar air bekas kumur dapat tertampung.
8) Berikan klien sikat gigi yang sudah dibasahi dan dibubuhi pasta gigi secukupnya.
9) Berikan air untuk berkumur.
10) Berikan kesempatan pada klien yang menyikat gigi dan anjurkan untuk berkumur hingga
mulut bersih. Tampung air bekas kumur di dalam bengkok.
11) Masukkan sikat gigi ke dalam gelas kosong.
12) Angkat gelas dan bengkok kemudian letakkan diatas baki.
13) Bersihkan area mulut menggunakan handuk / tisu.
14) Angkat alas kemudian masukkan ke dalam bengkok kosong.
15) Atur posisi pasien hingga nyaman.
16) Rapikan alat.
17) Cuci tangan.
B. Tujuan
a. Mengkaji adanya kelainan feses atau urine secara langsung
b. Membantu eliminasi klien yang tidak dapat turun dari tempat tidur guna mempercepat
penyembuhan penyakit.
C. Persiapan alat
a. Pispot dengan tutupnya
b. Urinal ( pakai laki-laki )
c. Sampiran
d. Perlak pengawas
e. Troli
34
f. Kertas file
g. Baskom berisi dua buah untuk suci, bilas dan bilas sabun
h. Sabun
i. Waslap 2
j. Handuk
k. Selimut mandi
l. Sarung tangan
m. Bengkok
n. Sarung tangan
D. Cara kerja
a. Jelaskan tujuan pelaksanaan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan klien.
b. Letakkan peralatan dekat dengan klien.
c. Tutup jendela atau sampiran untuk menjaga privasi.
d. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
e. Ganti selimut tidur klien dengan selimut mandi.
f. Pasang perlak pengalas dibokong dengan meminta klien menekuk lutut, kemudian
mengangkat bokongnya atau mengatur posisi miring.
g. Buka pakaian bawah klien.
h. Minta klien untuk menekuk lutut dan mengangkat bokongnya, kemudian masukkan pispot
secara perlahan.
i. Pada klien pria pasang urinal untuk membantu BAK.
j. Pastikan bahwa sprei dan stik laken tidak terkena urine klien.
k. Tinggalkan klien, kemudian minta klien untuk memberi tahu dengan membunyikan bel jika
sudah selesai.
l. Tarik pispot, kemudian kaji warna, bau, jumlah, konsistensi, dan karakteristik.
m. Letakkan pispot bersama tutupnya di atas bangku kecil atau troli.
n. Bersihkan area genital dan peranial klien dengan tisu, kemudian buang ke dalam pispot.
Pada klien wanita, bersihkan mulai dari uretra hingga anus untuk mencegah perpindahan
mikroorganisme dari rectal ke saluran kemih.
o. Gunakan waslap untuk membersihkannya karena perianal dengan air sabun, kemudian bilas
dengan air bersih.
p. Keringkan area perianal menggunakan handuk.
q. Angkat perlak pengalas bokong.
r. Bantu klien kembali pada posisi semula.
s. Bantu klien mengenakan kembali pakaian bawahnya.
t. Angkat selimut mandi sambil menarik selimut klien ke atas.
u. Ganti linen jika kotor karena terkena feses atau urine.
35
B. Tujuan
a. Mencegah terjadinya kolaps kardiovaskular dan sirkulasi pada klien dehidrasi dan syok.
b. Mencegah kelebihan cairan pada klien.
C. Persiapan Alat
a. Kertas dan pensil
b. Jam dengan jarum detik
D. Prosedur
a. Membaca program dokter dan ikuti enam benar untuk memastikan larutan yang benar.
b. Mencari tahu kalibrasi dalam tetesan per-mililiter dari set infus ( sesuai petunjuk bungkus)
1) Tetesan mikro (mikrodrip): 1cc = 60 tetesan
2) Tetesan makro ( makrodrp).
1 cc = 15 tetes
1 cc = 20 tetes
Memilih salah satu rumus
1) Berdasarkan jumlah tetes per- mililiter larutan
2) Konversi tetes per- menit ke milliliter
Rumus kecepatan infus
Jumlah cairan yang akan diberikan (ml) X Faktor tetasan/ drip
7) Mendokumentasikan.
B. Tujuan
Tujuan latihan napas dalam dan batuk efektf meliputi :
a. mencapai ventilasi yang lebih tercapai dan efisien serta untuk mengurangi kerja napas
b. meningkatkan ekspansi paru-paru
c. memobilisasi secret
d. membersihkan sekret dan mengeluarkan sputum/ dahak
e. membersihkan jalan napas
f. mengurangi sesak napas akibat penumpukan sekret.
D. Prosedur
Cara latihan napas dalam dan batuk efektif adalah sebagai berikut :
a. mencuci tangan
b. memakai APD
c. mengatur posisi klien dengan posisi semi fowler/ fowler
d. pasang perlak/ handuk kecil di dada klien
e. anjurkan klien bernapas pelan 2 – 3 kali melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut
f. instruksikan pasien menarik nafas dalam dan ditahan 1 – 3 detik kemudian batukan dengan
kuat
37
D. Persipan alat :
1. buli-buli panas dan sarung
2. termos berisi air panas/termometer air panas
3. lap kerja
E. Prosedur :
1. cuci tangan
2. lakukan pemasangan telebih dahulu pada buli-buli panas dengan cara : mengisi buli-buli
dengan air panas, kencangkan penutupnya kemudian membalik posisi buli-buli berulang-
ulang, lalu kosongkan isinya. Siapkan dan ukur air yang di inginkan (50-60ºc) isi buli-buli
dengan air panas sebanyak kurang lebih setengah bagian dari buli-buli tesebut. Lalu
keluarkan udaranya dengan cara :
a. letakkan atau tidurkan buli-buli di atas meja atau tempat datar.
b. Bagian atas buli-buli di lipat sampai kelihatan permukaan air di leher buli-buli
38
B. Persiapan Alat
1. Kirbat Es
2) Perlak dan alas
3) Mangkok berisi potongan es
4) Garam satu sendok the
C. Prosedur Pelaksanaan
1. Bawa alat-alat ke dekat klien.
2. Cuci tangan.
3. Masukkan batnan es ke dalam kom air supaya pinggir es tidak tajam.
4. Isi kirbat es dengan potongan es sebanyak kurang lebih setengah bagian dari kirbat tersebut.
5. Keluarkan udara dari eskap dengan melipat bagian yang kosong, lalu di tutup rapat
6. Periksa eskap, adakah kebocoran atau tidak.
7. Keringkan eskap dengan lap, lalu masukkan ke dalam sarungnya.
8. Buka area yang akan di kompres dan atur yang nyaman pada klien.
9. Pasang perlak pengalas pada bagian tubuh yang akan di kompres.
10. Letakkan eskap pada bagian yang memerlukan kompres.
11. Kaji keadaan kulit setiap 20 menit terhadap nyeri, mati rasa, dan suhu tubuh.
12. Angkat eskap bila sudah selesai.
39
B. Persiapan alat
a. Kompres hangat
1) Baskom berisi air hangat sesuai kebutuhan (40-46 derajat celcius)
2) Handuk kecil
b. Kompres dingin
1) Kirbat es dengan sarungnya
2) Lap kerja
3) Perlak pengalas
4) Sarung tangan
5) Potongan kecil es ditambah satu sendok teh garam
6) Air dalam wadah
7) Kassa gulung
8) Plester dan larutan klorin 0,5%
C. Cara kerja
a. Kompres hangat
1) Dekatkan alat kepada pasien.
2) Cuci tangan.
3) Atur posisi yang nyaman.
4) Masukkan handuk ke dalam air hangat yang telah disediakan .
5) Kemudian peras handuk tersebut lalu letakkan pada daerah yang nyeri.
6) Lakukan tindakan ini selama 15-30 menit dan kompres setiap 5 menit.
7) Setelah tindakan selesai atur kembali posisi pasien.
8) Bereskan alat.
9) Cuci tangan.
40
10) Dokumentasikan.
b. Kompres dingin
1) Menyiapkan alat dan bahan.
2) Mencuci tangan.
3) Mendekatkan alat dan bahan kepada pasien.
4) Memasang perlak pengalas.
5) Memakai sarung tangan.
6) Memasang kompres pada bagian tubuh yang memerlukan dengan jangka waktu tertentu.
7) Membereskan alat.
8) Merendam sarung tangan dalam larutan klorin.
9) Mencuci tangan.
4. Distraksi
Distraksi yang mencakup memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri
dapat menjadi strategi yang berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang bertanggung jawab
terhadap teknik kognitif efektif lainnya. Seseorang yang kurang menyadari adanya nyeri atau
memberikan sedikit perhatian pada nyeri akan sedikit tergangu oleh nyeri dan lebih toleransi
terhadap nyeri. Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem
kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak.
5. Teknik relaksasi
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketengangan
otot yang menunjang nyeri. Hampir semua orang dengan nyeri kronis mendapatkan manfaat dari
metode relaksasi. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletian dan
ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri.
6. Imajinasi terbimbing
Adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus
untuk mencapai efek positif tertentu. Sebagai contoh, imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan
meredakan nyeri dapat terdiri atas menggabungkan napas berirama lambat dengan suatu bayangan
mental relaksasi dan kenyamanan.
7. Hypnosis
Hypnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah analgesik yang
dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis. Keefektifan hypnosis tergantung pada kemudahan hipnotik
individu.
B. Tujuan
Tujuan Pemberian Oksigenasi meliputi :
a. mengatasi keadaan kekurangan oksigen dalam tubuh
42
D. Prosedur
Cara pemberian oksigenasi adalah sebagai berikut :
a. cuci tangan 6 langkah
b. memakai APD (handscoen, masker, scord )
c. menjelaskan prosedur tindakan kepada klien
d. isi glass humidifier dengan water for irrigation setinggi batas yang tertera
e. menghubungkan flowmeter dengan tabung oksigen/ sentral oksigen
f. cek fungsi flowmeter dan humidifier dengan memutar pengatur konsentrasi oksigen dan
amati ada tidaknya gelembung gas dalam glass flowmeter
g. menghubungkan kateter nasal/ kanul nasal dengan flowmeter
h. alirkan oksigen ke kateter nasal dengan aliran antara 1 - 6 liter/ menit. Kanul nasal dengan
aliran antara 1 - 6 liter/ menit
i. alirkan oksigen ke sungkup muka partial rebreathing dengan aliran udara 8 - 12 liter/ menit
j. alirkan oksigen ke sungkup muka non rebreathing dengan aliran udara 8 - 12 liter/ menit
k. cek aliran kateter nasal/ kanul nasal menggunakan punggung tangan untuk mengetahui ada
tidaknya aliran oksigen
l. olesi ujung kateter nasal/ kanul nasal dengan jeli sebelum dipakai ke pasien
m. pasang alat kateter nasal/ kanul nasal pada klien
n. tanyakan pada klien apakah udara sudah terasa/ tidak
o. berikan plester dan fiksasi selang masker
p. terminasi (evaluasi, membereskan alat dan bahan, melepas APD, cuci tangan, dan
dokumentasi).
Perawatan luka dasar adalah tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalutan denga
tujuan mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan mempercepat proses penyembuhan luka.
Pada prinsipnya dalam merawat luka di butuhkan sterilitas mengingat luka sangat rentang terhadap
masuknya mikroorganisme. Luka yang dibiarkan tanpa diobati akan menjadi infeksi.
B. Tujuan
a. Mencegah pendaharan
b. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
c. Membersihkan luka dari benda asing
d. Mempercepat penyembuhan luka
D. Prosedur Pelaksanaan
1. Mencuci tangan 6 langkah.
2. Mendekatkan alat ke samping pasien.
3. Memakai APD.
4. Menjaga privasi pasien.
5. Pasang pengalas dibawah daerah yang luka.
6. Dekatkan bengkok.
7. Jika luka dibalut, buka balutan dengan gunting, lalu dibuang di bengkok.
8. Bersihkan luka dengan cairan NS/ Nacl, lalu keringkan dengan kasa.
9. Oleskan luka dengan betadin.
10. Tutup luka dengan kasa steril.
11. Rekatkan dengan plester.
44
B. Tujuan
Tujuan Pemberian obat oral meliputi :
a. memberikan obat tertentu dengan cara oral
b. memberi obat tanpa harus merusak kulit dan jaringan
c. memberi obat tanpa menimbulkan nyeri.
D. Prosedur
Cara Pemberian Obat Oral adalah sebagai berikut :
a. cuci tangan
b. jelaskan prosedur apa yang akan dilakukan pada klien
c. periksa kembali instruksi pengobatan ( nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan rute
pemberian obat, yaitu rute pemberian obat secara oral ) dan periksa tanggal kadaluwarsa
obat
d. gerus tablet kecuali sirup ditakar dengan sendok takar
e. ambil obat dengan spuit/ pipet sesuai dosis
45
B. Tujuan
1. Penghormatan terhadap jenazah
2. Jenazah dalam keadaan bersih
C. Persiapan Alat
1. Apron
2. Sarung tangan bersih
3. Masker
4. Kain panjang atau selimut
5. Gunting verban
6. Kasa gulung
7. Plester
8. Bengkok 1 buah
9. Tempat kain kotor
10. Waslap
11. Baskom berisi air bersih
12. Pads, kapas secukupnya
13. Sabun
14. Handuk kecil
15. Kantong jenazah (bila diperlukan)
16. Troli
17. Label identifikasi, form jenazah
D. Prosedur Pelaksanaan
1. Mengidentifikasi kebutuhan/ indikasi pasien.
46
BAB IV
PEMBAHASAN
48
Selama kegiatan PKL ( Praktik Kerja Lapangan ) peserta didik ditugaskan untuk memenuhi
ketentuan dari pihak sekolah yaitu membuat Laporan Pendahuluan dan memenuhi target tindakan
keperawatan. Dimana setiap peserta didik membuat 6 (enam) laporan pendahuluan selama 3 bulan
sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang sudah diajarkan di pendidikan dan masuk
pada materi keterampilan kebutuhaan dasar manusia. Peserta didik juga ditugaskan untuk membuat
Satuan Acara Penyuluhan yang dibuat 2 minggu sekali.
Adapun selama pelaksanaan PKL (Praktik Kerja Lapangan), beberapa kompetensi ada yang
sudah terpenuhi dan ada juga yang belum terpenuhi di antaranya :
4.1 Kompetensi yang sudah terpenuhi
Kompetensi dasar yang sudah terpenuhi dan terlaksana oleh peserta didik dan sudah dibuat
dalam bentuk laporan pendahuluan, yaitu :
a. Laporan pendahuluan tentang Pemberian Cairan Intravena/ Infus di Ruang Rawat Inap
Puskesmas Tempeh
b. Laporan pendahuluan tentang Vulva Haigine di Ruang Rawat Inap Puskesmas Tempeh
c. Laporan pendahuluan tentang Memindahkan Pasien Dari Tempat Tidur Ke Kursi Roda di
Ruang UGD Puskesmas Tempeh
d. Laporan pendahuluan tentang Batuk Efektif di Ruang Rawat Inap Puskesmas Tempeh
e. Laporan pendahuluan tentang Pemberian Oksigenasi di Ruang UGD Puskesmas Tempeh
f. Laporan pendahuluan tentang Perawatan Luka Dasar di Ruang UGD Puskesmas
4.3 Solusi
Semua kompetensi telah dilakukan peserta didik sebagaimana mestinya. Beberapa
kompetensi yang tidak ditargetkan oleh sekolah yang sudah peserta didik lakukan ditulis di Lembar
Aktivitas Tambahan. Kompetensi yang seharusnya belum dikuasai oleh peserta didik telah peserta
didik lakukan dengan bimbingan dari perawat-perawat di Puskesmas Tempeh
49
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Praktik Kerja Lapangan merupakan suatu bentuk pendidikan dengam memberikan
pengalaman belajar bagi peserta didik SMK Muhammadiyah Lumajang untuk berpartisipasi dengan
tugas langsung di DU/DI.
Praktik Kerja Lapangan memberi kesempatan kepada Peserta Didik SMK Muhammadiyah
Lumajang untuk mengaplikasikan ilmu – ilmu yang telah diperoleh di sekolah.Praktik Kerja
Lapangan merupakan wujud relevansi antara teori yang didapat selama berada di sekolah dengan
praktik yang ditemui di DU/DI.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat membangun bagi peserta didik, pihak sekolah dan dunia industri,
yaitu adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan pihak DU/DI sehingga terjadi
sinkronisasi materi yang diajarkan di sekolah dan proses pembimbingan di tempat PKL. Kerjasama
yang kurang membuat kegiatan PKL terjadi komunikasi yang buruk/ komunikasi yang kurang
terjalin antara kedua pihak.
50