Anda di halaman 1dari 50

LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

KOMPETENSI KEAHLIAN ASISTEN KEPERAWATAN


DI PKM TEMPEH

Disusunoleh:
RISTIN SAFITRI
XI Keperawatan 2
NIS : 1281/247.071

SMK MUHAMMADIYAH LUMAJANG


KOMPETENSI KEAHLIAN MULTIMEDIA, ASISTEN KEPERAWATAN,
TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK & FARMASI KLINIS DAN KOMUNITAS
TERAKREDITASI A
Jalan Letkol Slamet Wardoyo 103 Labruk Lor, Lumajang
Telp.: (0334) 890222
Website : http:// www.smkmlumajang.sch.id Email : smkm.lmj@gamil.com
2020
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) Kompetensi Keahlian Keperawatan di Puskesmas


Tempeh Lumajang telah disahkan dan disetujui oleh Pembimbing Sekolah, Ketua Program
Keahlian Keperawatan, penanggung jawab PKL yaitu Waka Humas, dan Kepala Sekolah
pada:
hari :
tanggal :

Kaprogli Keperawatan Pembimbing Sekolah

( Dyaning Dhamayanti, S.Kep.) ( Dyaning Dhamayanti, S.Kep.)

Mengetahui,
Penanggung Jawab PKL
Waka Humas

(Laily Fitriani, S.Pd.)

Kepala Sekolah

(Drs. Agus Siswantono, M.Psi)


NBM. 563.077

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) di Puskesmas TEMPEH Lumajang. Pembuatan laporan Praktik Kerja Lapangan ini
bertujuan untuk mengetahui dan memaparkan kegiatan apa saja yang telah dilaksanakan di
DU/DI. Laporan ini juga menjadi salah satu syarat kelulusan kegiatan Praktik Kerja
Lapangan (PKL).
Praktik Kerja Lapangan (PKL) merupakan salah satu bentuk pendidikan dan pelatihan
yang akan membentuk kompetensi peserta didik. Tujuan PKL ini adalah memberikan
pengalaman nyata, mengaplikasikan, dan meningkatkan ilmu yang telah diperoleh di sekolah.
Selain itu, kegiatan PKL juga dapat menjadi salah satu cara bagi sekolah dan peserta didik
untuk mengenalkan potensi yang dimiliki kepada DU/DI. .
Laporan ini dapat diselesaikan atas bantuan dan bimbingan berbagai pihak. Untuk itu,
penyusun mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang ikut membantu dalam
penyelesaian laporan ini, terutama kepada :
1. Drs. Agus Siswantono, M.Psi selaku Kepala SMK Muhammadiyah Lumajang
2. Laily Fitriani, S.Pd. selaku Wakil Kepala Sekolah bagian Humas SMK Muhammadiyah
Lumajang dan selaku penanggung jawab PKL
3. Dyaning Dhamayanti, S.Kep selaku Ketua Program Keahlian Keperawatan dan selaku
Pembimbing Sekolah
4. dewan guru SMK Muhammadiyah Lumajang
5. karyawan di Puskesmas Tempeh
6. semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan laporan ini dan tidak dapat
penyusun sebutkan satu persatu.
Tiada gading yang tak retak. Kritik dan saran dari pembimbing sangat kami harapkan
untuk perbaikan laporan selanjutnya. Semoga laporan ini bermanfaat dan menambah
wawasan bagi pembaca serta adik kelas yang akan mengikuti PKL.

Lumajang, April 2019

Penyusun

iii
DAFTAR ISI
COVER DALAM.................................................................................................................i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..........................................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang PKL................................................................................................ 1
1.2 Tujuan PKL............................................................................................................. 2
1.3 Manfaat PKL........................................................................................................... 3
1.4 Waktu dan Tempat PKL.......................................................................................... 3
BAB II GAMBARAN UMUM INSTITUSI
2.1 Sejarah Institusi....................................................................................................... 1
2.2 Tujuan Pendirian...................................................................................................... 2
2.3 Pengelolaan.............................................................................................................. 3
( Disesuaikan di tempat DU/DI )
BAB III DASAR TEORI
3.1 (Penjabaran disesuaikan tujuan khusus PKL) ........................................................ 3
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Laporan Pendahuluan tentang Oksigenasi di R. IGD ............................................. 6
4.2 Laporan Pendahuluan tentang Mencuci Tangan di R. Kelas II............................... 7
4.3 Laporan Pendahuluan tentang Tanda – Tanda Vital di R. Kelas III........................ 8
4.4 Laporan Pendahuluan tentang Memandikan Pasien di R.VK ................................. 9
4.5 Laporan Pendahuluan tentang Pemberian Nutrisi di R. Kelas I ............................ 10
4.6 Laporan Pendahuluan tentang Mencuci Rambut di R.Kelas II ............................. 11
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................................... 12
5.2 Saran.........................................................................................................................13

iv
LAMPIRAN
Lampiran 1: LEMBAR KONSULTASI LAPORAN PKL
Lampiran 2: LEMBAR KONSULTASI LP
Lampiran 3: LEMBAR TARGET KETRAMPILAN PESERTA DIDIK / BULAN
Lampiran 4: LEMBAR KEGIATAN TAMBAHAN PESERTA DIDIK / BULAN
Lampiran 5: DAFTAR HADIR ( ABSENSI ) / RUANGAN
Lampiran 6:JADWAL SHIFT DI TEMPAT PRAKTiK KERJA LAPANGAN / RUANGAN

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang PKL


PKL (Praktik Kerja Lapangan) merupakan salah satu bentuk pendidikan dan pelatihan yang
akan membentuk kompetensi peserta didik. National Training Board Australia mendeskripsikan
bahwa Competency based Educational and Training (CBET) adalah pendidikan dan pelatihan yang
menitikberatkan pada penguasaan suatu pengetahuan dan keterampilan khusus serta penerapannya
di lapangan kerja. Pengetahuan dan keterampilan ini harus dapat didemonstrasikan dengan standar
industri yang ada, bukan standar relatif yang ditentukan oleh keberhasilan seseorang di dalam suatu
kelompok.

1.2 Tujuan PKL


1.2.1 Tujuan Umum
Melalui PKL peserta didik diharapkan dapat ;
a. merasakan langsung pembelajaran praktik di dunia kerja
b. memperoleh pengalaman etos kerja
c. mengetahui lingkungan kerja yang sebenarnya
d. mengetahui proses kinerja yang terdapat di perusahaan produk, tenaga kerja,
kedisiplinan dan keselamatan kerja
e. membandingkan ilmu dan keterampilan yang diperoleh di sekolah dengan pelaksanaan
magang di industri
f. memperoleh pengetahuan terkini dari tempat praktik kerja industri
g. mengaplikasikan sikap, pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh di sekolah di
tempat praktik kerja lapangan, dan
h. memiliki soft skill yang lebih baik dalam hal motivasi, komunikasi, kemandirian kerja
keras dan kemandirian

1.2.2 Tujuan Khusus


Setelah menjalankan PKL, siswa dapat melakukan tindakan :
a. menerapkan penyuluhan kesehatan masyarakat
b. menganalisis infeksi
c. menerapkan penggunaan alat-alat kesehatan sesuai dengan fungsinya
d. menerapkan sterilisasi dan desinfeksi
e. menerapkan penyimpanan peralatan kesehatan
f. menerapkan menyiapkan tempat tidur klien
g. menerapkan pemeriksaan tanda- tanda vital

6
7

h. menerapkan mobilisasi dan ambulasi


i. menerapkan pertolongan pemberian makan dan minum per oral
j. menerapkan prosedur personal hygiene
k. menerapkan pertolongan eliminasi
l. menerapkan perhitungan tetesan infus
m. menerapkan pertolongan latihan nafas dalam dan batuk efektif
n. menerapkan pemasangan buli-buli panas dan kirbat es
o. menerapkan kompres hangat dan dingin
p. menerapkan penanganan nyeri
q. menerapkan pemberian oksigenasi
r. menerapkan perawatan luka dasar
s. menerapkan pemberian obat oral
t. menerapkan perawatan klien meninggal dunia

1.3 Manfaat PKL


1.3.1 Manfaat bagi Peserta Didik
a. Mengaplikasikan dan meningkatkan ilmu yang telah diperoleh di sekolah.
b. Menambah wawasan mengenai dunia kerja khususnya berupa pengalaman kerja langsung
(real) dalam rangka menanamkan iklim kerja positif yang berorientasi pada peduli mutu
proses dan hasil kerja.
c. Menambah dan kompetensi serta dapat menanamkan etos kerja yang tinggi.
d. Memiliki kemampuan produktif sesuai dengan bimbingan/ arahan pembimbing industri
dan dapat berkontribusi kepada dunia kerja.

1.3.2 Manfaat bagi Sekolah


a. Terjalinnya hubungan kerjasama yang saling menguntungkan antara sekolah dengan
DUDI
b. Meningkatkan kualitas lulusannya melalui pengalaman kerja selama PKL
c. Mengembangkan program sekolah melalui sinkronisasi kurikulum, proses pemeblajaram,
teaching factory, dan pengembangan sarana dan prasarana praktik berdasarkan hasil
pengamatan di tempat PKL
d. Meningkatkan kualitas lulusan

1.3.3 Manfaat bagi Dunia Kerja


a. DU/DI lebih dikenal oleh masyarakat khuusnya masyarakat sekolah sehingga dapat
membantu promosi produk
b. Adanya masukan yang positif dan konstruktif dari SMK untuk perkembangan DU/DI
c. DU/DI dapat mengembangkan proses dan atau produk melalui optimalisasi peserta PKL
8

d. Mendapatkan calon tenaga kerja yang berkualitas sesuai dengan kebutuhannya


e. Meningkatkan citra positif DU/DI karena dapat berkontribusi terhadap dunia pendidikan
sekaligus sebagai implementasi dari Inpres No. 9 Tahun 2016

1.4 Waktu dan Tempat PKL


Kegiatan PKL peserta didik SMK Muhammadiyah Lumajang Kompetensi Keahlian
Keperawatan untuk menambah pengalaman kerja peserta didik. Kegiatan PKL dilaksanakan mulai
tanggal 2 Januari 2019 – 31 Maret 2019 di Puskesmas Tempeh Lumajang. Kegiatan ini dilakukan
dengan sebaik - baiknya dan semaksimal mungkin.
9

BAB II
GAMBARAN UMUM INSTITUSI

2.1 Kondisi Geografis


Puskesmas Tempeh terletak di Kecamatan Tempeh dengan luas wilayah 88,05 km 2 dan
merupakan dataran rendah serta tidak memiliki daerah terpencil sehingga mudah dijangkau oleh
kendaraan roda dua maupun roda empat.
Secara administrasi batas- batas wilayah kecamatan tempeh :
Utara : Kecamatan Sumbersuko
Timur : Kecamatan Kunir
Selatan: Kecamatan Senduro
Barat : Kecamatan Pasirian
Kecamatan tempeh merupakan daerah dengan tipe iklim agak kering. Walaupun begitu
datarannya termasuk daerah subur karena sumber air merata di seluruh wilayah sehingga kebutuhan
air tercukupi untuk pertanian dan kebutuhan sehari- hari.
Secara topografi kecamatan tempeh sebagai besar adalah dataran alluvial dengan potensi
pertanian dan perkebunan. Jarak antara Kecamatan tempeh dengan kabupaten Lumajang kurang
lebih 10 km.

2.2 Wilayah Administrasi


Puskesmas Tempeh membawahi wilayah kerja sebanyak 8 desa dari total 13 desa di
Kecamatan Tempeh. Delapan desa tersebut meliputi :
a. Desa Tempeh Tengah
b. Desa Tempeh Lor
c. Desa Tempeh Kidul
d. Desa Sumberjati
e. Desa Lempeni
f. Desa Kaliwungu
g. Desa Pandanarum
h. Desa Pandanwangi

2.3 Tugas Pokok dan Fungsi


Puskesmas berdasarkan Permenkes No. 75 Tahun 2014 mempunyai tugas melaksanakan
kebijakan kesehatan untuk mencapai tujuan pembangunan di wilayah kerja Puskesmas Tempeh
dalam rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat.
10

Adapun Fungsi puskesmas adalah menyelenggarakan Usaha Kesehatan Masyarakat (UKM)


tingkat pertama dan Usaha Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Adapun fungsi UKM meliputi sebagai berikut :
a. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan
b. masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan
c. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan
d. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam
bidang kesehatan
e. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan
pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain
terkait
f. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan
berbasis masyarakat
g. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas
h. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan
i. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan
Pelayanan Kesehatan
j. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dukungan
terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit.
fungsi Puskesmas dalam UKP meliputi :
1. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dasar secara komprehensif, berkesinambungan
dan bermutu
2. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan upaya promotif dan
preventif
3. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang berorientasi pada individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat
4. menyelenggrakan Pelayanan Kesehatan yang mengutamakan keamanan dan keselamatan
pasien, petugas dan pengunjung
5. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan prinsip koordinatif dan kerjasama inter
dan antar profesi
6. melaksanakan rekam medis
7. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan akses Pelayanan
Kesehatan
8. melaksanakan peningkatan kompetensi Tenaga Kesehatan
9. mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas Pelayanan Kesehatan tingkat
pertama di wilayah kerjanya
10. melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi media dan Sistem Rujukan.
11

2.3.1 Rencana Strategis ( Renstra )


Dalam mendukung tugas pokok dan fungsi agar bisa terarah dan terukur dalam
Pelaksanaannya serta sebagai penjabaran Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
(RPJMD) maka PKM Tempeh menyusun rencana strategis yang dijabarkan sebagai berikut

2.4 Visi, Misi, Motto Puskesmas Tempeh


2.4.1 Visi Puskesmas Tempeh
Terwujudnya Masyarakat di wilayah Puskesmas Tempeh yang Sejahtera dan Bermartabat
2.4.2 Misi Puskesmas Tempeh
“Meningkatkan kualiatas SDM yang agamis, cerdas, kreatif, inovatis, dan bermoral melalui
peningkatakan pelayanan kualitas pendidikan dan kesehatan, pembinaan keagamaan “
2.4.3 Motto Puskesmas Tempeh
Puskesmas Tempeh memiliki motto dalam pelayanan kesehatan, yaitu Puskesmas Tempeh
adalah Sahabat Anda Saat Sehat Maupun Sakit.
2.4.5 Tujuan Puskesmas Tempeh
1. Tujuan Puskesmas Tempeh yaitu : Meningkatnya Derajat Kesehatan Masyarakat
2. Indikator Tujuan Yaitu : Angka Harapan Hidup
2.5 Sasaran
Sasaran Puskesmas Tempeh ada 2 ( dua ) yaitu :
1. Meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat, dengan 3 ( tiga ) indikator sasaran yaitu :
a. Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup
b. Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup
c. Prevalensi Balita Stunting
2. Meningkatnya Akses dan Kualitas Pealayan Kesehatan dengan 4 ( empat ) indikator
sasaran yaitu :
a. Tertanganinya Kejadian Luar Biasa kurang dari 24 jam
b. Persentase Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional
c. Persentase Fasilitas Kesehatan Terakreditasi
d. Persentase Pelayanan Administrasi, Manajemen Kesehatan Serta Sarana dan Prasarana

2.6 Struktur Organisasi


12

1. Kelompok
a. Kelompok ibu hamil
b. Kelompok ibu-ibu yang memiliki anak dan balita
c. Kelompok pasangan usia subur dengan risiko tinggi kebidanan
d. Kelompok- kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan di antaranya
adalah :
1. kelompok usia lanjut
2. kelompk wanita tunasusila
3. kelompok anak remaja yang terlibat dalam penyalahgunaan narkotika.
e. Kelompok- kelompok masyarakat yang ada di berbagai institusi pelayanan kesehatan.
a. Masyarakat sekolah.
b. Pekerja- pekerja dalam perusahaan.

A. Materi
Materi atau pesan yang disampaikan kepada masyarakat hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sehingga
materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan
sebaiknya :
1. menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat dalam bahasa sehari- hari
2. materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran
3. dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan alat peraga untuk mempermudah
pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran
4. materi atau pesan yang disampaikan merupakan kebutuhan sasaran dalam masalah
kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.

III
DASAR TEORI
13

3.1 Menerapkan Penyuluhan Kesehatan Masyarakat


B. Pengertian
Penyuluhan kesehatan adalah gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang
berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, di mana individu, keluarga,
kelompok, atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan
melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dan meminta
pertolongan bila perlu (Dapartemen Kesehatan).

C. Tujuan
a. Tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga, dan masyarakat dalam membina dan
memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat, serta berperan aktif dalam upaya
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.
b. Terbentuknya perilaku sehat pada indivdu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang
sesuai dengan konsep hidup sehat baik fisik, mental, dan sosial sehingga dapat
menurunkan angka kesakitan dan kematian.
c. Menurut WHO tujuan penyuluhan kesehatan adalah untuk merubah perilaku perseorangan
dan atau masyarakat dalam bidang kesehatan.

D. Sasaran
Penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
2. Individu
Individu yang mempunyai masalah keperawatan dan kesehatan yang dapat dilakukan di
rumah sakit, klinik, puskesmas, rumah bersalin, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat
binaan.
3. Keluarga
Keluarga binaan yang mempunyai masalah kesehatan dan keperawatan yang tergolong
dalam keluarga – keluarga risiko tinggi diantaranya adalah :
b. keluarga-keluarga dengan kondisi sosial ekonomi dan pendidikan yang rendah
c. keluarga-keluarga dengan masalah sinitasi lingkungan yang buruk
d. keluarga-keluarga dengan keadaan gizi yang buruk
e. keluarga-keluarga dengan jumlah anggota keluarga yang banyak di luar kemampuan
kapasitas keluarga.

4. Kelompok
e. Kelompok ibu hamil
14

f. Kelompok ibu-ibu yang memiliki anak dan balita


g. Kelompok pasangan usia subur dengan risiko tinggi kebidanan
h. Kelompok- kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan di antaranya
adalah :
1. kelompok usia lanjut
2. kelompk wanita tunasusila
3. kelompok anak remaja yang terlibat dalam penyalahgunaan narkotika.
e. Kelompok- kelompok masyarakat yang ada di berbagai institusi pelayanan kesehatan.
c. Masyarakat sekolah.
d. Pekerja- pekerja dalam perusahaan.

E. Materi
Materi atau pesan yang disampaikan kepada masyarakat hendaknya disesuaikan dengan
kebutuhan kesehatan dan keperawatan dari individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat sehingga
materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan
sebaiknya :
5. menggunakan bahasa yang mudah dimengerti masyarakat dalam bahasa sehari- hari
6. materi yang disampaikan tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran
7. dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan alat peraga untuk mempermudah
pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran
8. materi atau pesan yang disampaikan merupakan kebutuhan sasaran dalam masalah
kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi.

F. Metode
Metede yang dipakai dalam penyuluhan kesehatan hendaknya metode yang dapat
mengembangkan komunikasi dua arah antara yang memberikan penyuluhan terhadap sasaran,
sehingga diharapkan tingkat pemahaman sasaran terhadap pesan yang disampaikan akan lebih jelas
dan mudah dipahami, diantaranya metode curah pendapat, diskusi, demonstrasi, simulasi, bermain
peran dan sebagainya.

3.2 Menganalisis Infeksi


A. Pengertian
Infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen dan bersifat sangat dinamis.
Mikroba sebagai makhluk hidup memiliki cara bertahan hidup dengan berkembang biak pada suatu
reservoir yang cocok dan mampu mencari reservoir lainnya yang baru dengan cara menyebar atau
berpindah. Penyebaran mikroba patogen ini tentunya sangat merugikan bagi orang-orang yang
dalam kondisi sehat, lebih-lebih bagi orang-orang yang sedang dalam keadaan sakit. Orang yang
sehat akan menjadi sakit dan orang yang sedang sakit serta sedang dalam proses asuhan
15

keperawatan di rumah sakit akan memperoleh “tambahan beban penderita” dari penyebaran
mikroba patogen ini.

B. Penyebab
a. Batuk dan bersin.
b. Kontak dengan orang terinfeksi, terutama melalui ciuman dan hubungan seks.
c. Kontak dengan perubahan, makanan dan air yang terkontaminasi.
d. Kontak dengan makhluk hidup yang terinfeksi, termasuk hewan peliharaan, ternak, dan
serangga, seperti lalat dan kutu.

C. Pengobatan
a. Obat antibiotik.
b. Paracetamol untuk meredakan demam.
c. Melakukan pencegahan infeksi agar infeksi tidak semakin parah.

D. Pencegahan
a. Cuci tangan
b. Menghindari orang yang sedang terinfeksi
c. Makan makanan yang sehat
d. Olahraga teratur

3.3 Menerapkan Penggunaan Alat-Alat Kesehatan Sesuai dengan Fungsinya


3.3.1 Jenis - Jenis Alat Kesehatan Berdasarkan Fungsinya
A. Alat - Alat untuk Perawatan
a. Plester, untuk menutupi luka dilengkapi pelekat.
b. Kasa, menutupi luka.

B. Alat Perawatan Klien


1. Hot Water Bottle/ Warm Water Zak/ Botol Panas, untuk kompres panas.
2. Ice Bag/ Eskap, untuk kompres dingin.
3. Breast Pump/ Pompa Susu, untuk memompa air susu keluar dari payudara wanita yang
sedang menyusui.
4. Air Cushion/ Windring, sebagai tempat rendaman duduk pada penderita wasir/ ambeien/
episiotomy.
5. Colostomy Bag, untuk menampung feses pada klien setelah operasi kolon.
6. Urinal, untuk menampung urine pada klien yang tidak bisa ke kamar mandi.
7. Bedpan, untuk menampung urine dan feses pada wanita yang bedrest total.
16

8. Bengkok, untuk menampung muntah, nanah, kapas bekas atau cairan tubuh ( darah, urine,
dll).
9. Paratus, untuk menyimpan alat - alat perawatan.
10. Kasur, untuk tempat klien.
11. Heating pad, untuk menghangatkan badan bila kedinginan.
12. Skin Traction Kit, untuk mencegah imobilisasi persendian yang terluka atau meradang, atau
pada patah tulang atau dislokasi.
13. Kruk, untuk menyangga tubuh yang cedera.
14. Breukband, untuk para penderita hernia agar bebas bergerak.
15. Pressure Garments, untuk mencegah dan mengobati bekas luka yang menonjol ke luar di
bagian dada dan perut.
16. Spalk, untuk pertolongan pertama pada kecelakaan patah tulang.
17. Pembalut Leher, untuk menopang kepala dan membatasi gerak pada tulang leher.
18. Kursi Roda, untuk pasien yang tidak dapat berjalan.

C. Alat untuk Tindakan Medis


1. Sarung Tangan, untuk melindungi tangan dari pengaruh lingkungan sekitar.
2. Kateter, untuk mengeluarkan/ pengambilan urine.
3. Urine Bag, untuk menampung urine pada pasien yang dipasang kateter.
4. Stomach Tube, untuk mengumpulkan cairan, mencuci isi perut, dan pemberian obat-obatan.
5. Feeding Tube, untuk pemberian nutrisi melalui hidung.
6. Infusion Set, selang untuk pemberian cairan infuse.
7. Transfusion Set, untuk pemberian transfusi darah.
8. Spuit, untuk menyuntik.
9. Injection Needle, untuk menyuntik digabungkan dengan spuit.

D. Alat untuk Diagnosa


1. Buku Tes Buta Warna, untuk mendeteksi buta warna.
2. Chart Vission Snellen, untuk memeriksa ketajaman penglihatan.
3. Reflex Hammer, untuk memeriksa refleksi bagian tertentu tubuh kita.
4. Tongue, untuk memeriksa tenggorokan.
5. Termometer, untuk mengukur suhu.
6. Stetoskop, untuk mendengar bunyi jantung.
7. Tensimeter, untuk mengukur tekanan darah.

E. Alat-Alat Bedah
1. Scalpel, untuk pegangan pisau operasi.
17

2. Gunting, untuk pembedahan.


3. Forceps, untuk dijepitkan pada luka sehingga luka tidak terbuka.
4. Klem, untuk menjepit pembeluh darah arteri dan jaringan selaput perut.
5. Needle Holders, untuk menjepit jarum jahit dan menjahit luka terbuka.
6. Hecht Naald, untuk menjahit luka.
7. Benang Bedah, sebagai benang untuk menjahit luka.

3.4 Menerapkan Sterilisasi dan Desinfeksi


3.4.1 Sterilisasi
A. Pengertian
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 124/Menkes/SK/2004 mengenai kesehatan yang
ada dalam lingkungan rumah sakit.Setiap peralatan rumah sakit haruslah steril. Sterilisasi adalah
upaya menghilangkan semua mikroorganisme yang ada baik dalam peralatan ataupun lingkungan
rumah sakit baik dengan cara kimiawi maupun fisik. Sterilisasi menghilangkan mikroorganisme
sampai ke sporanya.

B. Metode
Dalam melakukan sterilisasi alat kesehatan rumah sakit terdapat beberapa metode yang bisa
dilakukan, berikut ini metode tersebut:
a. Pemanasan Kering
Sterilisasi yang dilakukan dengan pemanasan secara kering. Jika temperature yang digunakan
kurang tinggi, cara ini cenderung kurang efektif. Sterilisasi dengan pemanasan kering ini akan efektif
jika temperatur yang digunakan mencapai 160 derajat celcius sampai dengan 180 derajat celcius.
Sterilisasi menggunakan sistem pemanasan kering tidak dianjurkan untuk peralatan seperti atau
gunting.Hal ini dikarenakan bisa mempengaruhi ketajaman dari alat tersebut.

b. Radiasi
Sterilisasi dilakukan dengan memanfaatkan radiasi.Radiasi yang biasa digunakan adalah
ultraviolet atau sinar-x. Radiasi yang dihasilkan baik itu oleh ultraviolet atau sinar-x akan membuat
mikroorganisme yang tumbuh akan mati.

c. Pemanasan dengan uap air dan pengaruh tekanan


Suhu pada saat air mendidih adalah 100 derajat celcius, dimana suhu tersebut dapat
membunuh beberapa organisme berspora dalam waktu 10 menit saja. Benda yang akan disterilkan
dengan metode ini ditaruh diatas air mendidih, namun tidak mengenai air secara langsung.
d. Pemanasan secara terputus-putus
Metode sterilisasi ini dilakukan dengan terputus-putus, dimana benda yang disterilkan tidak
hanya dalam sekali proses selesai.
18

e. Pembakaran langsung
Metode sterilisasi ini dilakukan dengan membakar benda yang akan disterilkan secara
langsung.

3.4.2 Desinfeksi
A. Pengertian Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses pembuangan semua mikroorganisme patogen pada objek yang
tidak hidup dengan pengecualian pada endospora bakteri. Desinfeksi juga dikatakan suatu tindakan
yang dilakukan untuk membunuh kuman patogen dan apatogen tetapi tidak dengan membunuh
spora yang terdapat pada alat perawatan ataupun kedokteran. Desinfeksi dilakukan sebelum dan
sesudah tindakan.
Desinfeksi dilakukan dengan menggunakan bahan desinfektan melalui cara mencuci,
mengoles, merendam, dan menjemur dengan tujuan mencegah terjadinya infeksi, dan
mengondisikan alat dalam keadaan siap pakai.
kriteria desinfeksi yang ideal adalah :
1. bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar
2. aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan kelembaban
3. tidak toksik pada hewan dan manusia
4. tidak bersifat korosif
5. tidak berwarna dan meninggalkan noda
6. tidak berbau
7. bersifat biodegradable / mudah diurai
8. larutan stabil
9. mudah digunakan dan ekonomis
10. aktivitas berspektrum luas.

B.   Macam – macam Desinfektan


1.    Alkohol
Etil alcohol atau propel alcohol pada air digunakan untuk mendesinfeksi kulit. Alkohol yang
dicampur dengan aldehid digunakan dalam bidang kedokteran gigi untuk mendesinfeksi
permukaan.

2.    Aldehid
19

Glutaraldehid merupakan salah satu desinfektan yang popular pada kedokteran gigi , baik
tunggal maupun dalam bentuk kombinasi. Aldehid merupakan desinfektan yang kuat. Glutaraldehid
2% dapat dipakai untuk mendesinfeksi alat-alat yang tidak dapat disterilkan.

3.    Biguanid
Klorheksidin merupakan contoh biguanid yang digunakan secara luas dalam bidang
kedokteran gigi sebagai antiseptic kontrok plak.

4.    Fenol
Larutan jernih tidak mengiritasi kulit dan dapat digunakan untuk membersihkan alat yang
terkontaminasi oleh karena tidak dapat dirusak oleh zat organic. Zat ini bersifat virusidal dan
sporosidal yang lemah. Namun karena sebagian besar bakteri dapat dibunuh oleh zat ini , banyak
digunakan di Rumah Sakit dan laboratorium.

5.    Klorsilenol
Merupakan larutan yang tidak mengiritasi dan banyak digunakan sebagai antiseptic ,
aktivitasnya rendah terhadap banyak bakteri dan penggunaannya terbatas sebagai desinfektan
(misalnya dettol).

C.   Cara Kerja Desinfeksi


1.    Denaturasi protein mikroorganisme, perubahan strukturnya hingga sifat-sifat khasnya
hilang.
2.    Pengendapan protein dalam protoplasma (zat-zat halogen, fenol, alkohol, dan garam logam).
3.    Oksidasi protein (Oksidanasia).
4.    Mengganggu system dan proses enzim (zat-zat halogen, alcohol ,dan garam logam).
5.    Modifikasi dinding sel dan atau membran sitoplasma (desinfektasi dengan aktivitas
permukaan).

3.5 Menerapkan Penyimpanan Peralatan Kesehatan


A. Pengertian
Penyimpanan peralatan kesehatan adalah suatu tindakan untuk memelihara peralatan
kesehatan agar aman. Pemeliharaan alat ini dilakukan dengan cara mencuci, mendesinfeksi, dan
mensterilkan lalu disimpan di tempat yang aman. Penyimpanan alat bertujuan untuk memelihara
alat agar tidak terkontaminasi kembali.

B. Persiapan Alat
a. Aseptic gel
b. Handscoen
20

c. Korentang
d. Alat yang akan disimpan

C. Prosedur
a. Cuci tangan 6 langkah.
b. Memakai handscoen.
c. Ambil korentang dan jepit alat yang akan disimpan.
d. Letakan alat di tempat penyimpanan alat.

3.6 Menerapkan Menyiapkan Tempat Tidur Klien


A. Pengertian
Tempat tidur klien adalah tempat tidur yang disiapkan untuk klien. Menyiapkan tempat tidur
merupakan menyiapkan tempat tidur setelah dipasang sprei, perlak, selimut, dan sarung bantal.
Menyiapkan tempat tidur ini dilakukan ketika ada pasien baru.

B. Tujuan
Tujuan dari menyiapkan tempat tidur klien meliputi :
1. agar siap pakai sewaktu–waktu
2. agar tampak selalu rapi
3. memberikan perasaan senang dan nyaman pada pasien dalam memenuhi kebutuhan dirinya.

C Persiapan Alat dan Bahan


1. Aseptic gel
2. APD ( handscoen, masker, scord )
3. Tempat tidur, kasur, dan bantal
4. Laken/ sprei
5. Perlak
6. Steek laken
7. Boven laken
8. Selimut
9. Sarung bantal
10. Bengkok

D. Prosedur
Prosedur menyiapkan tempat tidur meliputi :
1. cuci tangan 6 langkah
2. memakai APD (handscoen, masker, scord)
21

3. atur tempat tidur, kasur, dan bantal


4. pasang laken dengan garis tengah lipatan tepat di tengah kasur bagian atas sprei dimasukkan
ke bawah kasur, kemudian bagian bawahnya.
5. atur sisi kedua samping sprei dengan sudut 90 derajat kemudian sudut 45 derajat, lalu
masukan ke bawah kasur
6. pasang perlak di tengah tempat tidur
7. pasang steek laken di atas perlak
8. lipatkan selimut menjadi 4 secara terbalik dan pasang bagian bawah, ujung selimut dibentuk
sudut 45 derajat, lalu masukan ke dalam bawah kasur
9. pasang sarung bantal
10. terminasi (cuci tangan, melepas APD, dokumentasikan).

3.7 Menerapkan Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital


A. Pengertian
Tanda-tanda vital adalah suatu cara untuk mendeteksi adanya perubahan sistem tubuh.
Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan tekanan darah. Adanya
perubahan tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat menunjukan keadaan metabolisme dalam tubuh,
denyut nadi dapat menunjukan perubahan pada sistem kardiovaskuler, frekuensi napas dapat
menunjukan fungsi pernapasan, dan tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem
kardiovaskuler, yang dapat dikaitkan dengan denyut nadi. Pemeriksaan tanda-tanda vital dilakukan
pada seluruh pasien.

B. Tujuan
1. Mengetahui data obyektif
2. Mengetahui kondisi klien
3. Mengetahui perkembangan penyakit klien
4. Membantu menentukan diagnosa dan intervensi keperawatan

C. Ruang lingkup
1. Tekanan darah
2. Suhu tubuh
3. Denyut nadi
4. Pernapasan

3.7.1 Prosedur pemeriksaan tekanan darah


a. Persiapan alat
1) Sfighmomanometer (tensimeter) yang terdiri dari :
2) stetoskop
22

3) buku catatan tanda vital


4) pena

b. Cara kerja
1) Jelaskan prosedur pada klien.
2) Cuci tangan.
3) Atur posisi pasien.
4) Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang.
5) Lengan baju dibuka.
6) Pasang manset pada lengan kanan/ kiri atas sekitar 3cm di atas fossa cubiti (jangan terlalu
ketat maupun terlalu longgar).
7) Tentukan denyut nadi arteri radialis dekstra / sinistra.
8) Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba.
9) Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari titik radialis tidak
teraba.
10) Letakkan diafragma stetoskop diatas nadi brakhialis dan kompreskan balon udara manset
secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar skrup pada pompa udara
berlawanan arah jarum jam.
11) Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali. Nilai ini
menunjukkan tekanan sistolik secara palpasi.
12) Catat hasil.
13) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

3.7.2 Prosedur pemeriksaaan denyut nadi


a. Persiapan alat
1) Arloji (jam) atau stopwatch
2) Buku catatan nadi
3) Pena

b. Cara kerja
1) Jelaskan prosedur pada klien.
2) Cuci tangan.
3) Atur posisi pasien.
4) Letakkan kedua lengan telentang di sisi tubuh.
5) Tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan dihitung).
6) Periksa denyut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari tengah, dan jari
manis. Tentukan frekuensinya permenit dan keteraturan irama, dan kekuatan denyutan.
7) Catat hasil.
23

8) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

3.7.3 Prosedur pemeriksaan pernapasan


a. Persiapan alat
1) Arloji (jam) atau stopwatch 
2) Buku catatan 
3) Pena

b. Cara kerja
1) Jelaskan prosedur pada klien
2) Cuci tangan
3) Atur posisi pasien
4) Hitung frekuensi dan irama pernapasan
5) Catat hasil
6) Cuci tangan setelah prosedur dilakukan

3.7.4 Prosedur pemeriksaan suhu tubuh


a. Persiapan alat
1. Termometer
2. Tiga buah botol yang berisi :
a. botol pertama berisi larutan sabun
b. botol kedua berisi larutan desinfektan
c. botol ketiga berisi air bersih.
3. Bengkok
4. Kertas/ tisu
5. Vaselin
6. Buku catatan suhu
7. Sarung tangan

3.8 Menerapkan Mobilisasi dan Ambulasi


3.8.1 Mobilisasi
A. Persiapan alat
a. Tempat tidur
b. Bantal kecil
c. Gulungan handuk
d. Footboard (papan kaki)
e. Sarung tangan
f. Bantalan kaki
24

B. Cara kerja
a. Posisi fowler
1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2) Minta pasien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan
3) Naikkan kepala bed setinggi 45 derajat
4) Letakkan bantal kecil di bawah kepala pasien
5) Letakkan bantal kecil di bawah punggung pada lurus lumbal
6) Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit
7) Pastikan tidak terdapat fleksi pada area poplitea dan lutut
8) Letakkan bantal atau gulungan handuk di bawah paha pasien
9) Topang telapak kaki dengan menggunakan footboard atau papan kaki
10) Letakkan bantal untuk menompang kedua lengan dan tangan
11) Lepas sarung tangan dan cuci tangan

b. Posisi supinasi (terlentang)


1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2) Baringkan pasien terlentang mendatar di tengah tempat tidur
3) Letakkan bantal di bawah kepala leher dan bahu pasien
4) Letakkan bantal kecil di bawah punggung pada lurus lumbal
5) Letakkan bantal pada kaki mulai dari lutut sampai tumit
6) Topang telapak kaki dengan menggunakan footboard atau papan kaki
7) Jika pasien tidak sadar, maka evaluasikan tangan dan lengan di bawah dengan menggunakan
bantal
8) Lepas sarung tangan dan cuci tangan

c. Posisi pronasi (telungkup)


1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2) Baringkan pasien dengan posisi terlentang
3) Gulingkan pasien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya, siku lurus dan tangan
diatas pahanya
4) Putar kepala pasien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal
5) Letakkan bantal kecil di bawah abdomen
6) Letakkan bantal di bawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit
7) Jika pasien tidak sadar, maka elevasikan tangan dan lengan di bawah dengan menggunakan
bantal
8) Lepas sarung tangan dan cuci tangan
25

d. Posisi lateral
1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2) Baringkan pasien dengan posisi terlentang
3) Gulingkan pasien hingga posisi miring
4) Letakkan bantal di bawah kepala dan leher
5) Fleksikan bahu bawah, posisikan ke depan
6) Letakkan bantal di bawah lengan atas
7) Letakkan bantal di bawah paha dan kaki atas
8) Letakkan bantal di belakang punggung pasien
9) Lepas sarung tangan dan cuci tangan

e. Posisi sims
1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2) Baringkan pasien terlentang mendatar di tengah tempat tidur
3) Gulingkan pasien hingga pada posisi setengah telungkup
4) Letakkan bantal di bawah kepala pasien
5) Atur posisi bahu sehingga bahu dan siku fleksi
6) Letakkan bantal di bawah lengan pasien yang fleksi
7) Letakkan bantal di bawah tungkai yang fleksi
8) Letakkan support device di bawah telapak kaki pasien
9) Lepas sarung tangan dan cuci tangan

f. Posisi trendeleburg
1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2) Pasien dalam keadaan terlentang, bantal diletakkan diantara kepala dan ujung tempat tidur
3) Berikan bantal di bawah lipatan lutut
4) Berikan balok penopang pada bagian kaki tempat tidur
5) Lepas sarung tangan dan cuci tangan

g. Posisi lithotomi
1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2) Pasien dalam keadaan terlentang, angkat kedua paha dan tarik ke arah perut
3) Tungkai bawah membentuk sudut 90 derajat terhadap paha
4) Letakkan bagian lutut atau kaki pada tempat tidur khusus untuk posisi lithotomi
5) Pasang selimut
6) Lepas sarung tangan dan cuci tangan

h. Posisi dorsal recumbent


26

1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan


2) Pasien dalam keadaan terlentang, pakaian bawah dibuka
3) Tekuk lutut, renggangkan paha, telapak kaki menghadap tempat tidur dan renggangkan
kedua kaki
4) Pasang selimut
5) Lepas sarung tangan dan cuci tangan

i. Posisi knee chest


1) Cuci tangan dan gunakan sarung tangan
2) Minta pasien untuk mengambil posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk, diletakkan di
samping kepala
3) Pasang selimut
4) Lepas sarung tangan dan cuci tangan.

3.8.2 Ambulasi
3.8.2.1 Memindahkan Klien ke kursi
a. Pengertian
Suatu kegiatan yang dilakukan pada klien.dengan kelemahan kemampuan fungsional untuk
berpindah dari tempat tidur ke kursi roda.

b. Tujuan
1. Melatih otot skeleton untuk mencegah kontraktor atau sindrom disuse
2. Memberikan kenyamanan
3. Mempertahankan kontrol diri klien
4. Memungkinkan klien untuk bersosialisasi
5. Mempermudahkan perawat yang akan mengganti sprei Pada klien yang tidak baring
6. Memindahkan klien untuk pemeriksaan diagnostic

c. Prosedur
1. Ikuti protokol standar.
2. Bantu klien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi pada sudut 45° terhadap
tempat tidur.apabila menggunakan kursi roda, yakinkan bahwa kursi ini dalam keadaan
terkunci.
3. Pasang sabuk pemindahan bila perlu, sesuai kebijakan lembaga.
4. Yakinkan bahwa klien menggunakan sepatu yang stabil dan anti slip.
5. Rengangkan kedua kaki anda.
6. Fleksikan panggul dan lutut Anda, sejajar lutut Anda dengan klien.
27

7. Pegang sabuk pimindahan dari bawah atau gapai melalui aksila klien dan tempatkan tangan
di bawah skapula klien.
8. Angkat Klien sampai berdiri pada hitungan ke 3 sambil meluruskan panggul dan kaki anda,
pertahankan lutut agak fleksi.
9. Pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan dengan lutut Anda
10. Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindah klien secara langsung ke depan kursi
11. Instruksikan klien untuk menggunakan penyangga tangan pada kursi untuk menyokong
12. Flesikan panggul anda dan lutut saat menurunkan klien ke kursi
13. Kaji klien untuk kesejajaran yang tepat
14. Stabilkan tungkai dengan selimut mandi
15. Ucapkan terima kasih atas upaya klien dan puji klien untuk kemajuan dan penampilannya
16. Lengkapi akhir protocol

3.8.2.2 Memindahkan klien ke Brankar


a. Pengertian
Merupakan suatu kegiatan memindahkan klien yang mengalami ketidak mampuan,
keterbatasan, tidak boleh melakukan sendiri, atau pasien tidak sadar, dari tempat tidur ke brankar
yang dilakukan oleh 2 atau 3 orang.

b. Tujuan
Adalah untuk memindahkan klien antar ruang untuk tujuan tertentu (misalnya pemeriksaan
diagnostik, pindah ruangan dll).

c. Prosedur
1. Ikuti protokol standar
2. Atur brankar dalam posisi terkunci dengan sudut 90° terhadap tempat tidur
3. Dua atau tiga orang perawat menghadap ketempat tidur klien
4. Silang tangan klien ke depan dada
5. Tekuk lutut anda, kemudian masukan tangan anda di bawah tubuh klien
6. Perawat pertama meletakkan tangan dibawa leher/ bahu dan bawah pinggang, perawat kedua
meletakkan tangan dibawah pinggang dan panggul klien, sedangkan perawat ketiga
meletakkan tangan di bawah pinggul, dan kaki
7. Pada hitung ketiga, angkat klien bersama-sama dan pindahkan ke brankar
8. Atur posisi klien dan pasang pengaman
3.8.2.3 Membantu Klien Berjalan
a. Pengertian
Membantu klien berjalan adalah tindakan untuk membantu klien berjalan apabila klien
lemas. tindakan ini bisa dilakukan dengan menggunakan alat seperti kruk, tongkat dll, apabila klien
28

tidak lemas tidak perlu menggunkan alat. Tindakan ini paling sering dilakukan agar pasien bisa naik
ke tempat tidur untuk diperiksa.

b. Tujuan
1. Untuk memulihkan kembali
2. Mencegah terjadinya kontraktur sendi dan fleksi otot.

c. Persiapan Alat
1. Aseptic gel
2. Alat bantu ( kruk, tongkat dll )

d. Prosedur
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan 6 langkah.
3. Minta klien untuk meletakkan tangan disamping badan atau memegang telapak tangan
perawat.
4. Berdiri disamping klien dan pengang telapak dan lengan tangan pada bahu klien.
5. Bantu klien untuk berjalan.
6. Observasi respon klien saat berdiri dari tempat tidur (frekuensi nadi dan tanda hipotensi
ortostatik).
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
8. Catat tindakan dan respon klien.

3.9 Menerapkan Pertolongan Pemberian Makan Dan Minum Per Oral


A. Pengertian
Makan adalah kegiatan memasukkan makanan atau sesuatu ke dalam mulut untuk
menyediakan nutrisi bagi binatang dan makhluk hidup, dan juga energi untuk bergerak serta
pertumbuhan, yaitu dengan memakan organisme. Minum adalah kegiatan mengonsumsi cairan
melalui mulut. Pemberian makan dan minum pada pasien secara langsung melalui mulut dan
menghidangkan makanan serta minuman pada pasien sesuai daftar makan atau diet pasien.

B. Tujuan
a. Menghidangkan makanan dan minuman kepada pasien tepat waktu dan sesuai dengan
kebutuhan atau dietnya.
C. Persiapan Alat
a. Piring
b. Sendok
c. Garpu
29

d. Gelas minum
e. Serbet
f. Mangkuk
g. Tisu (jika Perlu)

D. Prosedur Pelaksanaan
1. Beri tahu pasien.
2. Atur kelapa pasien dengan posisi kepala lebih tinggi dari pada badan.
3. Bentangkan serbet dibawah dagu pasien.
4. Ingatkan pasien untuk berdoa sebelum makan.
5. Tawari pasien minum, jika perlu gunakan sedotan.
6. Beri tahu pasien jika makanan panas/ dingin, anjurkan untuk mencicipi makanan terlebih
dahulu.
7. Suapkan makan sedikit demi sedikit jangan tergesa-gesa untuk menghindari tersedak.
8. Setelah selesai makan, beri pasien minum, dilanjutkan dengan pemberian obat jika ada.
9. Bersihkan mulut paisen dengan tisu.
10. Bereskan peralatan dan kembalikan ke tempat semula.

3.10 Menerapkan Prosedur Personal Hygiene


A. Pengertian
Personal hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Tindakan ini penting dilakukan agar kebersihan
pasien terjaga. Tindakan ini termasuk mencegah terjadinya infeksi nosokomial.

B. Tujuan
a. Meningkatkan derajat kebersihan dan kesehatan
b. Memelihara kebersihan diri seseorang
c. Memperbaiki personal hygiene yang kurang
d. Mencegah penyakit
e. Meningkatkan rasa percaya diri seseorang
f. Menciptakan keindahan
g. Memberi rasa nyaman

3.10.1 Melaksanakan prosedur kerja memandikan pasien


a. Persiapan alat
1) APD ( handscoon , masker, scord )
2) Celemek
30

3) Baskom dan tempatnya (2) berisi air hangat


4) Waslap (2)
5) Perlak (1)
6) Handuk besar (1)
7) Handuk sedang (1)
8) Handuk kecil (1)
9) Selimut mandi (1)
10) Selimut tidur (1)
11) Baju ganti bersih
12) Sabun mandi cari
13) Baby oil / minyak kayu putih
14) Bengkok
15) Baki
16) Pispot
17) Urinal

b. Cara kerja
1) Mendekatkan peralatan ke dekat pasien.
2) Memakai APD ( mulai dari skoret, celemek, dan masker ).
3) Cuci tangan 6 langkah.
4) Memakai handscoon.
5) Menawarkan pasien untuk BAK atau BAB.
6) Memasang perlak dan handuk besar di bawah punggung pasien.
7) Mengganti selimut mandi.
8) Menanggalkan pakaian atas dan meletakkan ke dalam tempat baju kotor selimut mandi ke
atas. Beri minyak kayu putih pada bagian dada dan perut putih, posisikan kembali tangan
pasien ke posisi semula, taruh handuk di sampiran.
9) Miringkan pasien menghadap ke arah petugas, bersihkan bagian punggung sampai glutea
seperti prosedur sebelumnya.
10) Keringkan dengan handuk di bawah punggung pasien, beri baby oil/ minyak kayu putih
pada daerah punggung. Gulung handuk besar, posisikan pasien terlentang kembali kemudian
tarik handuk besar, taruh di keranjang pakaian kotor.
11) Pakaian baju ganti yang bersih pada pasien, sambil menarik selimut mandi sampai
ekstremitas bawah.
12) Pasang kembali handuk sedang di bawah kaki, bersihkan mulai dari pangkal paha sampai
ujung kaki, mulai membersihkan kaki dari bagian yang terjauh dari petugas, bersihkan dan
keringkan. Lakukan hal yang sama pada bagian yang terjauh dari petugas.
13) Pakaikan pakaian bawah pada pasien dan ambil perlak.
31

14) Ambil selimut mandi dan pasang selimut tidur pada pasien.

3.10.2 Prosedur kerja perawatan kuku pasien tanpa komplikasi


a. Persiapan alat
1. Alat pemotong kuku
2. Handuk
3. Baskom berisi air hangat
4. Bengkok berisi larutan lisol 3%
5. Sabun
6. Kapas
7. Sikat kuku

b. Cara Kerja
1) Letakkan peralatan ke dekat pasien.
2) Menjelaskan tujuan tindakan.
3) Cuci tangan.
4) Memakai handscoon.
5) Pasang alas dibawah tangan pasien.
6) Rendam tangan dalam baskom berisi air selama 1-2 menit. Jika kuku kotor sikat dengan
sikat kuku dan bilas dengan air hangat, selanjutnya keringkan.
7) Letakkan tangan pasien diatas bengkok berisi larutan lisol 3% agar kuku tidak
berserakan. Potong kuku tangan sesuai kelengkungan kuku, setelah selesai masukkan
gunting kuku ke dalam bengkok berisi larutan lisol.
8) Setelah dipotong, kikir kuku agar rata dan halus.
9) Lepaskan sarung tangan dan masukkan ke bengkok.
10) Rapikan peralatan.
11) Cuci tangan.

3.10.3 Melaksanakan prosedur kerja cuci rambut pasien tanpa komplikasi


a. Persiapan alat
1) Handuk 2 buah
2) Handscoon
3) Perlak
4) Baskom berisi air dan kosong
5) Gayung
6) Sampo
7) Sisir
8) Kasa atau kapas
32

9) Selimut mandi
10) Celemek
11) Waslap
12) Baki

b. Cara kerja
1) Menjaga privasi.
2) Menggunakan handscoon dan celemek.
3) Mengganti selimut pasien dengan selimut mandi.
4) Mengatur posisi pasien, kepala di pinggir tempat tidur.
5) Meletakkan perlak dibawah kepala pasien dengan perlak diarahkan bawah dengan digulung
bagian tepi menuju baskom yang berada dibawah tempat tidur.
6) Meletakkan baskom kosong yang dialasi kain pel di bawah tempat tidur tepat di bawah
kepala pasien.
7) Menutup lubang telinga dengan kasa atau kapas.
8) Menutup dada dengan handuk sampai leher.
9) Menyisir rambut.
10) Menyiram dengan air, menggosok kulit kepala dan rambut dengan sampo.
11) Membilas rambut hingga bersih.
12) Melepas kasa / kapas penutup telinga.
13) Mengangkat perlak, mengeringkan dengan handuk.
14) Menyisir rambut.
15) Meletakkan kepala pada bantal yang telah dialasi handuk kering.
16) Merapikan pasien ganti selimut dengan selimut tidur.
17) Merapikan alat.
18) Cuci tangan.
3.10.4 Melaksanakan prosedur kerja oral hygiene pasien sadar
a. Persiapan alat
a. APD ( scord, masker, handscoon )
b. Celemek
b. Alas berupa perlak kecil jika perlu
c. Handuk kecil
d. Sikat gigi dan pasta gigi
e. Gelas berisi air bersih
f. Bengkok 2
g. Gelas untuk air kumur dan gelas kosong
h. Tisu
i. Sedotan
33

j. Baki

b. Cara kerja
1) Mendekatkan alat pada pasien.
2) Memakai APD ( mulai dari skoret dan masker ).
3) Menjelaskan tujuan.
4) Cuci tangan 6 langkah menggunakan handsanitizer.
5) Memakai handscoon.
6) Miringkan klien, kemudian pasang alas atau celemek di bawah dagu dan pipinya.
7) Letakkan bengkok di bawah dagu klien, agar air bekas kumur dapat tertampung.
8) Berikan klien sikat gigi yang sudah dibasahi dan dibubuhi pasta gigi secukupnya.
9) Berikan air untuk berkumur.
10) Berikan kesempatan pada klien yang menyikat gigi dan anjurkan untuk berkumur hingga
mulut bersih. Tampung air bekas kumur di dalam bengkok.
11) Masukkan sikat gigi ke dalam gelas kosong.
12) Angkat gelas dan bengkok kemudian letakkan diatas baki.
13) Bersihkan area mulut menggunakan handuk / tisu.
14) Angkat alas kemudian masukkan ke dalam bengkok kosong.
15) Atur posisi pasien hingga nyaman.
16) Rapikan alat.
17) Cuci tangan.

3.11 Menerapkan Pertolongan Eliminasi


A. Pengertian
Eliminasi adalah proses pembuangan sisa metabolism tubuh baik berupa urine atau feses.
Pertolongan eliminasi adalah tindakan yang dilakukan untuk membantu pasien membuang urine
atau feses. Tindakan ini dilakukan pada pasien yang tidak mampu berdiri.

B. Tujuan
a. Mengkaji adanya kelainan feses atau urine secara langsung
b. Membantu eliminasi klien yang tidak dapat turun dari tempat tidur guna mempercepat
penyembuhan penyakit.
C. Persiapan alat
a. Pispot dengan tutupnya
b. Urinal ( pakai laki-laki )
c. Sampiran
d. Perlak pengawas
e. Troli
34

f. Kertas file
g. Baskom berisi dua buah untuk suci, bilas dan bilas sabun
h. Sabun
i. Waslap 2
j. Handuk
k. Selimut mandi
l. Sarung tangan
m. Bengkok
n. Sarung tangan

D. Cara kerja
a. Jelaskan tujuan pelaksanaan prosedur dan tindakan yang akan dilakukan klien.
b. Letakkan peralatan dekat dengan klien.
c. Tutup jendela atau sampiran untuk menjaga privasi.
d. Cuci tangan dan kenakan sarung tangan.
e. Ganti selimut tidur klien dengan selimut mandi.
f. Pasang perlak pengalas dibokong dengan meminta klien menekuk lutut, kemudian
mengangkat bokongnya atau mengatur posisi miring.
g. Buka pakaian bawah klien.
h. Minta klien untuk menekuk lutut dan mengangkat bokongnya, kemudian masukkan pispot
secara perlahan.
i. Pada klien pria pasang urinal untuk membantu BAK.
j. Pastikan bahwa sprei dan stik laken tidak terkena urine klien.
k. Tinggalkan klien, kemudian minta klien untuk memberi tahu dengan membunyikan bel jika
sudah selesai.
l. Tarik pispot, kemudian kaji warna, bau, jumlah, konsistensi, dan karakteristik.
m. Letakkan pispot bersama tutupnya di atas bangku kecil atau troli.
n. Bersihkan area genital dan peranial klien dengan tisu, kemudian buang ke dalam pispot.
Pada klien wanita, bersihkan mulai dari uretra hingga anus untuk mencegah perpindahan
mikroorganisme dari rectal ke saluran kemih.
o. Gunakan waslap untuk membersihkannya karena perianal dengan air sabun, kemudian bilas
dengan air bersih.
p. Keringkan area perianal menggunakan handuk.
q. Angkat perlak pengalas bokong.
r. Bantu klien kembali pada posisi semula.
s. Bantu klien mengenakan kembali pakaian bawahnya.
t. Angkat selimut mandi sambil menarik selimut klien ke atas.
u. Ganti linen jika kotor karena terkena feses atau urine.
35

v. Bantu klien merapikan pakaiannya.


w. Buka sampiran.
x. Bersihkan pispot.

3.12 Menerapkan Perhitungan Tetesan Infus


A. Pengertian
Menghitung kecepatan infus untuk mencegah ketidaktepatan pemberian cairan. Karena
cairan yag masuk harus sama dengan cairan yang keluar. Pemberian cairan harus dihitung agar
sesuai dengan jumlah cairan yang dibutuhkan oleh tubuh.

B. Tujuan
a. Mencegah terjadinya kolaps kardiovaskular dan sirkulasi pada klien dehidrasi dan syok.
b. Mencegah kelebihan cairan pada klien.

C. Persiapan Alat
a. Kertas dan pensil
b. Jam dengan jarum detik

D. Prosedur
a. Membaca program dokter dan ikuti enam benar untuk memastikan larutan yang benar.
b. Mencari tahu kalibrasi dalam tetesan per-mililiter dari set infus ( sesuai petunjuk bungkus)
1) Tetesan mikro (mikrodrip): 1cc = 60 tetesan
2) Tetesan makro ( makrodrp).
1 cc = 15 tetes
1 cc = 20 tetes
Memilih salah satu rumus
1) Berdasarkan jumlah tetes per- mililiter larutan
2) Konversi tetes per- menit ke milliliter
Rumus kecepatan infus
Jumlah cairan yang akan diberikan (ml) X Faktor tetasan/ drip

Lama pemberian dalam jam x 60 menit


3) Mencuci tangan.
4) Memakai sarung tangan.
5) Menetapkan kecepatan aliran dengan menghitung tetesan pada bilik drip selama satu menit
dengan jam, kemudian atur klem pengatur untuk menaikkan atau menurunkan kecepatan
infus.
6) Memeriksa kecepatan setiap jam.
36

7) Mendokumentasikan.

3.13 Menerapkan Pertolongan Latihan Napas Dalam dan Batuk Efektif


A. Pengertian
Latihan napas dalam adalah bernapas dengan perlahan dan menggunakan diafragma,
sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh ( Parsudi, dkk.
2002 ). Batuk adalah mekanisme refleks yang sangat penting untuk menjaga jalan napas tetap
terbuka ( paten ) dengan cara menyingkirkan hasil sekresi lendir yang menumpuk pada jalan napas.
Efektif adalah pencapaian sebah tujuan atau sasaran. Batuk efektif yaitu latihan batuk untuk
mengeluarkan sekret.

B. Tujuan
Tujuan latihan napas dalam dan batuk efektf meliputi :
a. mencapai ventilasi yang lebih tercapai dan efisien serta untuk mengurangi kerja napas
b. meningkatkan ekspansi paru-paru
c. memobilisasi secret
d. membersihkan sekret dan mengeluarkan sputum/ dahak
e. membersihkan jalan napas
f. mengurangi sesak napas akibat penumpukan sekret.

C. Persiapan Alat dan Bahan


a. Aseptic gel
b. APD (handscoen, masker, scord)
c. Pot sputum berisi larutan desinfektan
d. Air minum hangat
e. Perlak/ handuk kecil
f. Tisu
g. Bengkok

D. Prosedur
Cara latihan napas dalam dan batuk efektif adalah sebagai berikut :
a. mencuci tangan
b. memakai APD
c. mengatur posisi klien dengan posisi semi fowler/ fowler
d. pasang perlak/ handuk kecil di dada klien
e. anjurkan klien bernapas pelan 2 – 3 kali melalui hidung dan dikeluarkan melalui mulut
f. instruksikan pasien menarik nafas dalam dan ditahan 1 – 3 detik kemudian batukan dengan
kuat
37

g. siapkan pot sputum, anjurkan pasien membuang sputum ke pot sputum


h. mengusap mulut klien dengan tisu
i. anjurkan klien istirahat sebentar
j. anjurkan klien mengulangi prosedur sampai 3 kali
k. terminasi (evaluasi, membereskan alat, melepas APD, mencuci tangan, dan
dokumentasikan).

3.14 Menerapkan Pemasangan Buli-Buli Panas Dan Kirbat Es


3.14.1 Kompres Menggunakan Buli-buli Panas
A. Pengertian : Buli-buli hangat adalah botol karet yang diisi air panas.
B. Fungsi        : Untuk kompres hangat
C. Kegunaan  :
1) menangani demam atau menurunkan panas.
2) untuk cedera lama/ kondisi kronis yang mana bisa membantu membuat rileks, dan
mengurangi tekanan pada jaringa.
3) mengurangi atau menghilangkan rasa sakit/nyeri di bagian tubuh seperti perut, pinggang,
persendian, dsb.
4) merileksasikan otot-otot yang tegang
5) meringankan rasa nyeri pada wanita yang mengalami nyeri haid.
6) memperlancar aliran darah.

D. Persipan alat :
1. buli-buli panas dan sarung
2. termos berisi air panas/termometer air panas
3. lap kerja

E. Prosedur :
1. cuci tangan
2. lakukan pemasangan telebih dahulu pada buli-buli panas dengan cara : mengisi buli-buli
dengan air panas, kencangkan penutupnya kemudian membalik posisi buli-buli berulang-
ulang, lalu kosongkan isinya. Siapkan dan ukur air yang di inginkan (50-60ºc) isi buli-buli
dengan air panas sebanyak kurang lebih setengah bagian dari buli-buli tesebut. Lalu
keluarkan udaranya dengan cara :
a. letakkan atau tidurkan buli-buli di atas meja atau tempat datar.
b.     Bagian atas buli-buli di lipat sampai kelihatan permukaan air di leher buli-buli
38

c.      Kemudian penutup  buli-buli di tutup dengan rapat/benar.


3. periksa apakah buli-buli bocor atau tidak lalu keringkn dengan lap kerja dan masukkan ke
dalam sarung buli-buli
4. bawa buli-buli tersebut ke dekat klien
5. letakkan atau pasang buli-buli pada area yang memerlukan
6. kaji secara teratur kondisi klien untuk mengetaui kelainan yang timbul akibat pemberian
kompres dengan buli-buli panas, seperti kemerahan, ketidak nyamanan, kebocoran.
7. ganti buli-buli panas setelah 30 menit di pasang dengn air anas lagi, sesuai yang dikehendaki
8. bereskan alat alat bila sudah selesai
9. cuci tangan
10. dokumentasikan.

3.14.2 Kompres dengan kirbat es ( eskap )


A. Pengertian
Kirbat Es adalah alat untuk melakukan kompres dingin dengan es. Kompres Kirbat Es
adalah suatu cara atau upaya untuk menurunkan demam atau mengurangi nyeri dan peregangan otot
dengan memberikan kompres dingin kering dengan menggunakan kirbat es. Kompres ini bagus
untuk pasien pendarahan bagian tubuh bagi pasien kecelakaan.

B. Persiapan Alat
1. Kirbat Es
2) Perlak dan alas
3) Mangkok berisi potongan es
4) Garam satu sendok the

C. Prosedur Pelaksanaan
1.       Bawa alat-alat ke dekat klien.
2.       Cuci tangan.
3.       Masukkan batnan es ke dalam kom air supaya pinggir es tidak tajam.
4.       Isi kirbat es dengan potongan es sebanyak kurang lebih setengah bagian dari kirbat tersebut.
5.       Keluarkan udara dari eskap dengan melipat bagian yang kosong, lalu di tutup rapat
6.       Periksa eskap, adakah kebocoran atau tidak.
7.       Keringkan eskap dengan lap, lalu masukkan ke dalam sarungnya.
8.       Buka area yang akan di kompres dan atur yang nyaman pada klien.
9.       Pasang perlak pengalas pada bagian tubuh yang akan di kompres.
10.     Letakkan eskap pada bagian yang memerlukan kompres.
11.     Kaji keadaan kulit setiap 20 menit terhadap nyeri, mati rasa, dan suhu tubuh.
12.     Angkat eskap bila sudah selesai.
39

13.     Atur posisi klien kembali pada posisi yang nyaman.


14.     Bereskan alat setelah selesi melakukan prasat ini.
15.     Cuci tangan.
16.     Dokumentasikan.

3.15 Menerapkan Kompres Hangat Dan Dingin


A. Pengertian
Kompres merupakan salah satu cara untuk meredakan rasa sakit. Kompres hangat adalah
kompres untuk menurunkan demam. Kompres dingin untuk mengurangi nyeri dan bengkak pada
luka yang mengalami peradangan.

B. Persiapan alat
a. Kompres hangat
1) Baskom berisi air hangat sesuai kebutuhan (40-46 derajat celcius)
2) Handuk kecil
b. Kompres dingin
1) Kirbat es dengan sarungnya
2) Lap kerja
3) Perlak pengalas
4) Sarung tangan
5) Potongan kecil es ditambah satu sendok teh garam
6) Air dalam wadah
7) Kassa gulung
8) Plester dan larutan klorin 0,5%

C. Cara kerja
a. Kompres hangat
1) Dekatkan alat kepada pasien.
2) Cuci tangan.
3) Atur posisi yang nyaman.
4) Masukkan handuk ke dalam air hangat yang telah disediakan .
5) Kemudian peras handuk tersebut lalu letakkan pada daerah yang nyeri.
6) Lakukan tindakan ini selama 15-30 menit dan kompres setiap 5 menit.
7) Setelah tindakan selesai atur kembali posisi pasien.
8) Bereskan alat.
9) Cuci tangan.
40

10) Dokumentasikan.

b. Kompres dingin
1) Menyiapkan alat dan bahan.
2) Mencuci tangan.
3) Mendekatkan alat dan bahan kepada pasien.
4) Memasang perlak pengalas.
5) Memakai sarung tangan.
6) Memasang kompres pada bagian tubuh yang memerlukan dengan jangka waktu tertentu.
7) Membereskan alat.
8) Merendam sarung tangan dalam larutan klorin.
9) Mencuci tangan.

3.16 Menerapkan Penanganan Nyeri


A. Pengertian
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan
jaringan yang aktual atau potensial ( smeltzer dan bare, 2002 ). Nyeri merupakan alasan utama
seseorang untuk mencari bantuan perawatan kesehatan. Nyeri terjadi bersamaan dengan beberapa
pemeriksaan diagnostik atau pengobatan. Nyeri sangat menggangu dan menyulitkan lebih banyak
orang dibanding suatu penyakit manapun.
B. Tatalaksana
1. Stimulasi dan masase kutaneus
Masase adalah stmulasi kutaneus tubuh secara umum, sering dipusatkan pada punggung dan
bahu . Masase tidak secara spesifik menstimulasi reseptor nyeri tetapi dapat mempunyai dampak
melalui sistem kontrol desenden. Masase dapat membuat pasien lebih nyaman karena menyebabkan
relaksasi otot

2. Terapi es dan panas


Terapi es dapat menurunkan prostaglandin, yang memperkuat sensitifitas reseptor nyeri dan
subkutan lain pada tempat cedera dengan menghambat proses inflamasi. Penggunaan panas
mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke suatu area dan kemungkinan dapat turut
menurunkan nyeri dengan mempercepat penyembuhan.

3. Trancutaneus electric nerve stimulation


Menggunakan unit yang dijalankan oleh baterai dengan elektroda yang dipasang pada kulit
untuk menghasilkan sensasi kesemutan, menggetar atau mendengung pada area nyeri. Dapat
digunakan baik untuk nyeri maupun maupun nyeri kronis.
41

4. Distraksi
Distraksi yang mencakup memfokuskan perhatian pasien pada sesuatu selain pada nyeri
dapat menjadi strategi yang berhasil dan mungkin merupakan mekanisme yang bertanggung jawab
terhadap teknik kognitif efektif lainnya. Seseorang yang kurang menyadari adanya nyeri atau
memberikan sedikit perhatian pada nyeri akan sedikit tergangu oleh nyeri dan lebih toleransi
terhadap nyeri. Distraksi diduga dapat menurunkan persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem
kontrol desenden, yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli nyeri yang ditransmisikan ke otak.

5. Teknik relaksasi
Relaksasi otot skeletal dipercaya dapat menurunkan nyeri dengan merilekskan ketengangan
otot yang menunjang nyeri. Hampir semua orang dengan nyeri kronis mendapatkan manfaat dari
metode relaksasi. Periode relaksasi yang teratur dapat membantu untuk melawan keletian dan
ketegangan otot yang terjadi dengan nyeri kronis dan yang meningkatkan nyeri.

6. Imajinasi terbimbing
Adalah menggunakan imajinasi seseorang dalam suatu cara yang dirancang secara khusus
untuk mencapai efek positif tertentu. Sebagai contoh, imajinasi terbimbing untuk relaksasi dan
meredakan nyeri dapat terdiri atas menggabungkan napas berirama lambat dengan suatu bayangan
mental relaksasi dan kenyamanan.

7. Hypnosis
Hypnosis efektif dalam meredakan nyeri atau menurunkan jumlah analgesik yang
dibutuhkan pada nyeri akut dan kronis. Keefektifan hypnosis tergantung pada kemudahan hipnotik
individu.

3.17 Menerapkan Pemberian Oksigenasi


A. Pengertian
Oksigen adalah suatu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel - sel secara normal yang diperoleh dengan cara
menghirup oksigen setiap hari. Oksigenasi adalah pemenuhan oksigen untuk kebutuhan sel dan
jaringan tubuh. Pemberian oksigenasi adalah pemberian aliran gas oksigen pada tekanan 1 atmosfer
sehingga konsentrasi oksigen dalam darah dapat meningkat.

B. Tujuan
Tujuan Pemberian Oksigenasi meliputi :
a. mengatasi keadaan kekurangan oksigen dalam tubuh
42

b. menurunkan kerja pernafasan


c. menurunkan beban kerja otot jantung (miokard).

C. Persiapan Alat dan Bahan


1. Aseptic gel dan APD (handscoen, masker dan Scord).
2. Tabung oksigen dan flowmeter.
3. Humidifier menggunakan cairan steril/ aquabidest, aqua, air kran yang dimasak sesuai
ketentuan Puskesmas.
4. Kanula nasal/ kateter nasal, masker sungkup sederhana, rebreathing/ non rebreathing.
5. Plester.
6. Kasa jika perlu.

D. Prosedur
Cara pemberian oksigenasi adalah sebagai berikut :
a. cuci tangan 6 langkah
b. memakai APD (handscoen, masker, scord )
c. menjelaskan prosedur tindakan kepada klien
d. isi glass humidifier dengan water for irrigation setinggi batas yang tertera
e. menghubungkan flowmeter dengan tabung oksigen/ sentral oksigen
f. cek fungsi flowmeter dan humidifier dengan memutar pengatur konsentrasi oksigen dan
amati ada tidaknya gelembung gas dalam glass flowmeter
g. menghubungkan kateter nasal/ kanul nasal dengan flowmeter
h. alirkan oksigen ke kateter nasal dengan aliran antara 1 - 6 liter/ menit. Kanul nasal dengan
aliran antara 1 - 6 liter/ menit
i. alirkan oksigen ke sungkup muka partial rebreathing dengan aliran udara 8 - 12 liter/ menit
j. alirkan oksigen ke sungkup muka non rebreathing dengan aliran udara 8 - 12 liter/ menit
k. cek aliran kateter nasal/ kanul nasal menggunakan punggung tangan untuk mengetahui ada
tidaknya aliran oksigen
l. olesi ujung kateter nasal/ kanul nasal dengan jeli sebelum dipakai ke pasien
m. pasang alat kateter nasal/ kanul nasal pada klien
n. tanyakan pada klien apakah udara sudah terasa/ tidak
o. berikan plester dan fiksasi selang masker
p. terminasi (evaluasi, membereskan alat dan bahan, melepas APD, cuci tangan, dan
dokumentasi).

3.18 Menerapkan Perawatan Luka Dasar


A. Pengertian
43

Perawatan luka dasar adalah tindakan untuk merawat luka dan melakukan pembalutan denga
tujuan mencegah infeksi silang (masuk melalui luka) dan mempercepat proses penyembuhan luka.
Pada prinsipnya dalam merawat luka di butuhkan sterilitas mengingat luka sangat rentang terhadap
masuknya mikroorganisme. Luka yang dibiarkan tanpa diobati akan menjadi infeksi.

B. Tujuan
a. Mencegah pendaharan
b. Mencegah bertambahnya kerusakan jaringan
c. Membersihkan luka dari benda asing
d. Mempercepat penyembuhan luka

C. Persiapan Alat dan Bahan


1. 1. Handscoon Besih/ steril
2. 2. Masker
3. 3. Pinset Anatomis
4. 4. Pinset Sirungis
5. 5. Gunting
6. 6. Kom
7. 7. Kassa Steril
8. 8. Kapas Lidi
9. 9. Betadin
10. 10. Cairan Ns/ Nacl
11. 11. Pengalas
12. 12. Plester
13. 13. Bengkok

D. Prosedur Pelaksanaan
1. Mencuci tangan 6 langkah.
2. Mendekatkan alat ke samping pasien.
3. Memakai APD.
4. Menjaga privasi pasien.
5. Pasang pengalas dibawah daerah yang luka.
6. Dekatkan bengkok.
7. Jika luka dibalut, buka balutan dengan gunting, lalu dibuang di bengkok.
8. Bersihkan luka dengan cairan NS/ Nacl, lalu keringkan dengan kasa.
9. Oleskan luka dengan betadin.
10. Tutup luka dengan kasa steril.
11. Rekatkan dengan plester.
44

12. Rapikan Alat.


13. Lepas APD.
14. Cuci tangan 6 langkah.

3.19 Menerapkan Pemberian Obat Oral


A. Pengertian
Obat adalah suatu bahan yang digunakan untuk mendiagnosa, menyembuhkan, mengatasi,
membereskan, atau mencegah penyakit. Oral adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan
mulut. Pemberian obat oral adalah pemberian obat melalui mulut. Cara ini yang paling banyak
dipakai karena merupakan cara yang paling mudah, murah, aman, dan nyaman bagi pasien.

B. Tujuan
Tujuan Pemberian obat oral meliputi :
a. memberikan obat tertentu dengan cara oral
b. memberi obat tanpa harus merusak kulit dan jaringan
c. memberi obat tanpa menimbulkan nyeri.

C. Persiapan aalat dan Bahan


a. Aseptic gel
b. APD (handsccoen dan scord )
c. Baki berisi obat - obatan
d. Kartu rencana pengobatan
e. Mangkok untuk wadah obat
f. Martil dan lumping penggerus (bila perlu)
g. Gelas berisi air minum
h. Kertas tissue
i. Sedotan (bila perlu)
j. Spuit/ sendok takar/ pipet (bila perlu).

D. Prosedur
Cara Pemberian Obat Oral adalah sebagai berikut :
a. cuci tangan
b. jelaskan prosedur apa yang akan dilakukan pada klien
c. periksa kembali instruksi pengobatan ( nama klien, nama dan dosis obat, waktu dan rute
pemberian obat, yaitu rute pemberian obat secara oral ) dan periksa tanggal kadaluwarsa
obat
d. gerus tablet kecuali sirup ditakar dengan sendok takar
e. ambil obat dengan spuit/ pipet sesuai dosis
45

f. berikan minum pada pasien


g. mengusap mulut klien dengan tissue
h. terminasi (evaluasi, membereskan alat dan bahan, melepas APD, cuci tangan, dan
dokumentasi).

3.20 Menerapkan Perawatan Klien Meninggal Dunia


A. Pengertian
Perawatan jenazah adalah perawatan pasien setelah meninggal, termasuk menyiapkan
jenazah untuk diperlihatkan kepada keluarga, transportasi ke kamar jenazah dan melakukan
disposisi (penyerahan) barang-barang milik klien. Tindakan ini sering dilakukan di Rumah Sakit
ketika ada pasien yang meninggal di ruangan. Perawatan jenazah ini hanya sampai memberikan
identitas, tidak memandikan.

B. Tujuan
1. Penghormatan terhadap jenazah
2. Jenazah dalam keadaan bersih

C. Persiapan Alat
1. Apron
2. Sarung tangan bersih
3. Masker
4. Kain panjang atau selimut
5. Gunting verban
6. Kasa gulung
7. Plester
8. Bengkok 1 buah
9. Tempat kain kotor
10. Waslap
11. Baskom berisi air bersih
12. Pads, kapas secukupnya
13. Sabun
14. Handuk kecil
15. Kantong jenazah (bila diperlukan)
16. Troli
17. Label identifikasi, form jenazah

D. Prosedur Pelaksanaan
1. Mengidentifikasi kebutuhan/ indikasi pasien.
46

2. Memastikan dokter telah menyatakan klien meninggal dunia.


3. Cuci tangan.
4. Mengucapkan salam sebagai pendekatan kepada pasien.
5. Memperkenalkan diri.
6. Menjelaskan tujuan pada keluarga pasien.
7. Menjelaskan waktu lamanya tindakan pada keluarga.
8. Menjelaskan prosedur tindakan yang akan dilakukan pada keluarga klien.
9. Menanyakan persetujuan dan persiapan keluarga pasien sebelum dilakukan tindakan.
10. Memberi kesempatan keluarga untuk bertanya sebelum dilakukan perawatan jenazah.
11. Memakai alat pelindung diri : apron, masker, sarung tangan.
12. Menempatkan jenazah dalam posisi supinasi.
13. Menutup kelopak mata jenazah, bila tidak tertutup bisa menggunakan plester.
14. Mengambil gigi palsu bila diperlukan dan tutup mulut. Apabila mulut tidak tertutup,
meletakkan gulungan handuk di bawah dagu.
15. Menempatkan bantal di bawah kepala.
16. Melepaskan perhiasan dan barang berharga seperti cincin, gelang kemudian meletakkan
dalam kantung plastik dihadapan keluarga.
17. Menyerahkan barang berharga kepada keluarga sesuai peraturan rumah sakit
18. Melepaskan satu persatu alat yang terpasang pada tubuh pasien seperti infus, kateter,
monitor.
19. Membersihkan dan merapikan jenazah dengan waslap ( sesuai kebutuhan ).
20. Memasang label identitas.
21. Melipat tangan di atas perut jenazah dan ikat pergelangan tangan dengan kasa gulung (sesuai
agama dan kepercayaan).
22. Menutup lubang hidung dan telinga dengan kasa.
23. Merapatkan mulut dengan cara mengikat dari dagu ke kepala dengan kasa dan simpul di
bagian kepala.
24. Merapatkan kedua kaki dengan mengikat kedua lutut dan mengikat kedua jempol kaki
dengan kasa.
25. Menutup jenazah dengan kain penutup atau selimut.
26. Memberikan label dengan menuliskan nama, jenis kelamin, tanggal/ jam meninggal, nama
dokter, dll.
27. Membawa jenazah ke kamar mayat.
28. Rapikan alat.
29. Mengkhiri kegiatan dan menyerahkan kepada keluarga pasien.
30. Cuci tangan.
31. Pencatatan kegiatan dan melaporkan hasil tindakan kepada perawat.
47

BAB IV
PEMBAHASAN
48

Selama kegiatan PKL ( Praktik Kerja Lapangan ) peserta didik ditugaskan untuk memenuhi
ketentuan dari pihak sekolah yaitu membuat Laporan Pendahuluan dan memenuhi target tindakan
keperawatan. Dimana setiap peserta didik membuat 6 (enam) laporan pendahuluan selama 3 bulan
sesuai dengan kompetensi inti dan kompetensi dasar yang sudah diajarkan di pendidikan dan masuk
pada materi keterampilan kebutuhaan dasar manusia. Peserta didik juga ditugaskan untuk membuat
Satuan Acara Penyuluhan yang dibuat 2 minggu sekali.
Adapun selama pelaksanaan PKL (Praktik Kerja Lapangan), beberapa kompetensi ada yang
sudah terpenuhi dan ada juga yang belum terpenuhi di antaranya :
4.1 Kompetensi yang sudah terpenuhi
Kompetensi dasar yang sudah terpenuhi dan terlaksana oleh peserta didik dan sudah dibuat
dalam bentuk laporan pendahuluan, yaitu :
a. Laporan pendahuluan tentang Pemberian Cairan Intravena/ Infus di Ruang Rawat Inap
Puskesmas Tempeh
b. Laporan pendahuluan tentang Vulva Haigine di Ruang Rawat Inap Puskesmas Tempeh
c. Laporan pendahuluan tentang Memindahkan Pasien Dari Tempat Tidur Ke Kursi Roda di
Ruang UGD Puskesmas Tempeh
d. Laporan pendahuluan tentang Batuk Efektif di Ruang Rawat Inap Puskesmas Tempeh
e. Laporan pendahuluan tentang Pemberian Oksigenasi di Ruang UGD Puskesmas Tempeh
f. Laporan pendahuluan tentang Perawatan Luka Dasar di Ruang UGD Puskesmas

4.2 Kompetensi yang belum terpenuhi


Kompetensi yang ditargetkan oleh sekolah sejumlah 23 kompetensi. Selama PKL (Praktik
Kerja Lapangan ) dari tanggal 2 Januari 2019 – 31 Maret 2019 semua kompetensi peserta didik
telah terpenuhi. Setiap Kompetensi dilakukan secara berulang dan bimbingan dari perawat
Puskesmas Tempeh.

4.3 Solusi
Semua kompetensi telah dilakukan peserta didik sebagaimana mestinya. Beberapa
kompetensi yang tidak ditargetkan oleh sekolah yang sudah peserta didik lakukan ditulis di Lembar
Aktivitas Tambahan. Kompetensi yang seharusnya belum dikuasai oleh peserta didik telah peserta
didik lakukan dengan bimbingan dari perawat-perawat di Puskesmas Tempeh
49

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Praktik Kerja Lapangan merupakan suatu bentuk pendidikan dengam memberikan
pengalaman belajar bagi peserta didik SMK Muhammadiyah Lumajang untuk berpartisipasi dengan
tugas langsung di DU/DI.
Praktik Kerja Lapangan memberi kesempatan kepada Peserta Didik SMK Muhammadiyah
Lumajang untuk mengaplikasikan ilmu – ilmu yang telah diperoleh di sekolah.Praktik Kerja
Lapangan merupakan wujud relevansi antara teori yang didapat selama berada di sekolah dengan
praktik yang ditemui di DU/DI.

5.2 Saran
Adapun saran yang dapat membangun bagi peserta didik, pihak sekolah dan dunia industri,
yaitu adanya kerjasama yang baik antara pihak sekolah dengan pihak DU/DI sehingga terjadi
sinkronisasi materi yang diajarkan di sekolah dan proses pembimbingan di tempat PKL. Kerjasama
yang kurang membuat kegiatan PKL terjadi komunikasi yang buruk/ komunikasi yang kurang
terjalin antara kedua pihak.
50

Anda mungkin juga menyukai