Anda di halaman 1dari 57

Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Komoditi tanaman pangan memiliki peranan pokok sebagai pemenuh


kebutuhan pangan, pakan dan industri dalam negeri yang setiap tahunnya
cenderung meningkat seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan
berkembangnya industri pangan dan pakan. Sehingga dari sisi Ketahanan
Pangan Nasional fungsinya menjadi amat penting dan strategis.

Komoditi padi berperan untuk memenuhi kebutuhan pokok karbohidrat


masyarakat, sedangkan jagung, dan kedelai terutama untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku industri pangan olahan dan pakan.

Upaya peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai yang terfokus pada
penerapan SL-PTT tahun 2010 pada areal seluas 2.950.000 Ha telah berhasil
menjadi pemicu dalam meningkatkan produksi padi 2,46 %, dan jagung 1,22 %.
Berdasarkan hasil penerapan SL-PTT tahun 2010, maka pada tahun 2011 fokus
kegiatan tersebut akan dilanjutkan menjadi seluas 2.778.980 Ha untuk padi
non hidrida, padi hibrida, padi gogo, untuk areal jagung hibrida seluas 206.730
Ha, dan areal kedelai seluas 300 ribu Ha.

Pelaksanaan SL-PTT tahun 2011 akan mendapat fasilitasi/dukungan penyediaan


benih padi non hibrida, padi hibrida, padi gogo, jagung hibrida, dan kedelai
melalui Bantuan Benih Unggul.

SL-PTT merupakan Sekolah Lapangan bagi petani dalam menerapkan berbagai


teknologi usahatani melalui penggunaan input produksi yang efisien menurut

1
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

spesifik lokasi sehingga mampu menghasilkan produktivitas tinggi untuk


menunjang peningkatan produksi secara berkelanjutan.

Dalam SL-PTT petani dapat belajar langsung di lapangan melalui pembelajaran


dan penghayatan langsung (mengalami), mengungkapkan, menganalisis,
menyimpulkan dan menerapkan (melakukan/mengalami kembali), menghadapi
dan memecahkan masalah-masalah terutama dalam hal teknik budidaya
dengan mengkaji bersama berdasarkan spesifik lokasi.

Melalui penerapan SL-PTT petani akan mampu mengelola sumberdaya yang


tersedia (varietas, tanah, air dan sarana produksi) secara terpadu dalam
melakukan budidaya di lahan usahataninya berdasarkan kondisi spesifik lokasi
sehingga petani menjadi lebih terampil serta mampu mengembangkan
usahataninya dalam rangka peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai.
Namun demikian wilayah diluar SL-PTT akan tetap dilakukan pembinaan
peningkatan produksi sehingga produksi dan produktivitas tahun 2011 dapat
meningkat.

B. Tujuan dan Sasaran


1. Tujuan

a. Menyediakan acuan pelaksanaan SL-PTT padi, jagung, dan kedelai


untuk mendukung kegiatan peningkatan produksi tahun 2011 di
provinsi dan kabupaten/kota.

b. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan peningkatan


produksi melalui kegiatan SL-PTT padi, jagung, dan kedelai antara
pusat, provinsi dan kabupaten/kota.

c. Mempercepat penerapan komponen teknologi PTT padi, jagung, dan


kedelai oleh petani sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan

2
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

keterampilan dalam mengelola usahataninya untuk mendukung


peningkatan produksi nasional.

d. Meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan serta


kesejahteraan petani padi, jagung, dan kedelai.

2. Sasaran

a. Tersedianya acuan pelaksanaan SL-PTT padi, jagung, dan kedelai


untuk mendukung kegiatan peningkatan produksi tahun 2011 di
provinsi dan kabupaten/kota.

b. Terkoordinasi dan terpadunya pelaksanaan peningkatan produksi


melalui kegiatan SL-PTT padi, jagung, dan kedelai antara pusat,
provinsi dan kabupaten/kota.

c. Teradopsinya berbagai alternatif pilihan komponen teknologi PTT


padi, jagung, dan kedelai oleh petani sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan dan ketrampilan dalam mengelola usahataninya untuk
mendukung peningkatan produksi nasional.

d. Meningkatnya produktivitas padi non hibrida sekitar 0,5 – 1,0 ton/Ha


pada areal SL-PTT seluas 2,2 juta Ha, padi hibrida sekitar 1,5 – 2,5
ton/Ha pada areal SL-PTT seluas 228 ribu Ha, padi gogo sekitar 0,5 –
1,0 ton/Ha pada areal SL-PTT seluas 350 ribu Ha, jagung hibrida
sekitar 2,0 – 3,0 ton/Ha pada areal SL-PTT seluas 206 ribu Ha, dan
kedelai sekitar 0,5 ton/Ha pada areal SL-PTT seluas 300 ribu Ha.

e. Mendukung tercapainya produksi padi tahun 2011 sebesar 70,59 juta


ton GKG, produksi jagung sebesar 22 juta ton PK, dan produksi
kedelai sebesar 1,56 juta ton BK

3
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

C. Pengertian – Pengertian dalam SL-PTT


1. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) adalah suatu pendekatan inovatif
dalam upaya meningkatkan produktivitas dan efisiensi usahatani melalui
perbaikan sistem / pendekatan dalam perakitan paket teknologi yang
sinergis antar komponen teknologi, dilakukan secara partisipatif oleh
petani serta bersifat spesifik lokasi. Komponen teknologi dasar PTT
adalah teknologi yang dianjurkan untuk diterapkan di semua lokasi.
Komponen teknologi pilihan adalah teknologi pilihan disesuaikan dengan
kondisi, kemauan, dan kemampuan.

2. Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) adalah


suatu tempat Pendidikan non formal bagi petani untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan dalam mengenali potensi, menyusun
rencana usahatani, mengatasi permasalahan, mengambil keputusan dan
menerapkan teknologi yang sesuai dengan kondisi sumberdaya setempat
secara sinergis dan berwawasan lingkungan sehingga usahataninya
menjadi efisien, berproduktivitas tinggi dan berkelanjutan.

3. Laboratorium Lapangan (LL) adalah kawasan / area yang terdapat dalam


kawasan SL-PTT yang berfungsi sebagai lokasi percontohan, temu lapang,
tempat belajar dan tempat praktek penerapan teknologi yang disusun
dan diaplikasikan bersama oleh kelompoktani / petani.

4. Pemandu Lapangan (PL) adalah Penyuluh Pertanian, Pengamat


Organisme Pengganggu Tanaman (POPT), Pengawas Benih Tanaman
(PBT) yang telah mengikuti pelatihan SL-PTT.

5. Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau Kajian Kebutuhan dan


Peluang (KKP) adalah tahapan pendekatan PTT yang diawali dengan
kelompoktani melakukan identifikasi masalah peningkatan hasil padi di

4
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

wilayah setempat dan membahas peluang kemungkinan mengatasi


masalah tersebut.

6. POSKO I - V adalah Pos Simpul Koordinasi sebagai tempat melaksanakan


koordinasi dalam rangka mendukung kelancaran pelaksanaan SL-PTT,
POSKO yang dimaksud adalah POSKO yang telah ada misalnya POSKO
P2BN.

7. Rencana Usahatani Kelompok (RUK) adalah rencana kerja usahatani dari


kelompoktani untuk satu periode musim tanam yang disusun melalui
musyawarah dan kesepakatan bersama dalam pengelolaan usahatani
sehamparan wilayah kelompoktani yang memuat uraian kebutuhan,
jenis, volume, harga satuan dan jumlah uang yang diajukan untuk
pembelian saprodi.

8. Pupuk Organik adalah pupuk yang sebagian besar atau seluruhnya terdiri
atas bahan organik yang berasal dari sisa tanaman, kotoran hewan,
antara lain pupuk kandang, pupuk hijau dan kompos (humus) berbentuk
padat yang telah mengalami dekomposisi.

9. Pengawalan dan Pendampingan oleh Peneliti adalah kegiatan yang


dilakukan oleh peneliti Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)
didukung oleh peneliti UK/UPT Lingkup Badan Litbang Pertanian guna
meningkatkan pemahaman dan akselerasi adopsi PTT dengan menjadi
narasumber pada pelatihan, penyebaran informasi, melakukan uji
adaptasi varietas unggul baru, demo-plot, dan supervisi penerapan
teknologi.

5
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

10. Pengawalan dan Pendampingan oleh Penyuluh adalah kegiatan yang


dilakukan oleh Penyuluh guna meningkatkan penerapan teknologi
spesifik lokasi sesuai rekomendasi BPTP dan secara berkala hadir di lokasi
khususnya lokasi LL dalam rangka pemberdayaan kelompoktani sekaligus
memberikan bimbingan kepada kelompok dalam penerapan teknologi.

11. Pengawalan dan Pendampingan oleh POPT (Pengawas Organisme


Pengganggu Tanaman) adalah kegiatan pendampingan oleh Pengawas
OPT dalam rangka pengendalian hama terpadu.

12. Pengawalan dan Pendampingan oleh Pengawas Benih Tanaman adalah


kegiatan pendampingan oleh Pengawas Benih dalam rangka pengawasan
benih.

13. Wilayah Fokus adalah lokasi peningkatan produktivitas di areal SL-PTT.

14. Wilayah Non-Fokus adalah lokasi peningkatan produktivitas di luar areal


SL-PTT.

15. Carry Over adalah sisa pertanaman kegiatan tahun berjalan tetapi
produksi tidak berkontribusi pada tahun tersebut, dan akan berkontribusi
pada tahun berikutnya.

16. Kelompoktani adalah sejumlah petani yang tergabung dalam satu


hamparan / wilayah yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan
untuk meningkatkan usaha agribisnis dan memudahkan pengelolaan
dalam proses distribusi, baik itu benih, pestisida, sarana produksi dan
lain-lain.

17. Swadaya adalah semua upaya yang berasal dari modal petani sendiri.

6
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

18. Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) adalah sejumlah tertentu benih
varietas unggul bermutu padi non hibrida, padi hibrida, padi gogo, jagung
hibrida, dan kedelai yang disalurkan oleh pemerintah secara gratis
kepada petani (kelompoktani) yang ditetapkan.

19. Cadangan Benih Nasional (CBN) adalah sejumlah tertentu benih padi,
jagung, dan kedelai yang memenuhi spesifikasi teknis, dan merupakan
milik pemerintah pusat yang pengadaannya bersumber dari dana APBN.

7
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

II. KERAGAAN, SASARAN DAN TANTANGAN PRODUKSI


TAHUN 2011

A. Keragaan produksi
Produksi padi dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 4,93 %/tahun, dari
54,45 juta ton GKG pada tahun 2006 menjadi 65,98 juta ton GKG pada tahun
2010 (ARAM III) sedangkan laju peningkatan produktivitas baru mencapai 2,16
%/tahun sebagaimana terlihat dalam Tabel 1.

Tabel 1. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Padi 2006-


2010 (2010 adalah ARAM III)

LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI


TAHUN
Ha % Ku/Ha % Ton %
2006 11.786.430 46,20 54.454.937
2007 12.147.637 3,06 47,05 1,84 57.157.435 4,96
2008 12.327.425 1,48 48,94 4,02 60.325.925 5,54
2009 12.883.576 4,51 49,99 2,15 64.398.890 6,75
2010 13.118.120 1,82 50,30 0,62 65.980.670 2,46
Rata-Rata 2,72 2,16 4,93

Produksi jagung dalam 5 tahun terakhir meningkat rata-rata 11,63 %/tahun


dari 11,60 juta ton pada tahun 2006 menjadi 17,84 juta ton pada tahun 2010
(ARAM III) sedangkan laju peningkatan produktivitas baru mencapai 5,67
%/tahun sebagaimana terlihat dalam Tabel 2.

8
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

Tabel 2. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Jagung 2006-


2010 (2010 adalah ARAM III)

LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI


TAHUN
Ha % Ku/Ha % Ton %
2006 3.345.805 34,70 11.609.463
2007 3.630.324 8,50 36,60 5,48 13.287.527 14,45
2008 4.001.724 10,23 40,78 11,42 16.317.252 22,80
2009 4.160.659 3,97 42,37 3,90 17.629.748 8,04
2010 4.133.785 (0,65) 43,17 1,89 17.844.676 1,22
Rata-Rata 5,52 5,67 11,63

Produksi kedelai dalam 5 tahun terakhir meningkat rata 7,17 %/tahun dari
747.611 ton pada tahun 2006 menjadi 905.015 ton pada tahun 2010 (ARAM III)
sedangkan laju peningkatan produktivitas baru mencapai 1,11 %/tahun
sebagaimana terlihat dalam Tabel 3.

Tabel 3. Perkembangan Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Kedelai 2006-


2010 (2010 adalah ARAM III)

LUAS PANEN PRODUKTIVITAS PRODUKSI


TAHUN
Ha % Ku/Ha % Ton %
2006 580.534 12,88 747.611
2007 459.116 (20,91) 12,91 0,23 592.534 (20,74)
2008 590.956 28,72 13,13 1,70 775.710 30,91
2009 722.791 22,31 13,48 2,67 974.512 25,63
2010 672.242 (6,99) 13,46 (0,15) 905.015 (7,13)
Rata-Rata 5,78 1,11 7,17

B. Sasaran Produksi Tahun 2011


1. Padi

Sasaran produksi padi tahun 2011 adalah 70,59 juta ton GKG atau meningkat
5,54 % dibanding sasaran produksi tahun sebelumnya. Sasaran tanam 13,41
juta Ha, sasaran panen 13,13 juta Ha, sasaran produktivitas 53,77 ku/ha.
9
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

2. Jagung

Sasaran produksi jagung tahun 2011 mencapai 22,00 juta ton PK atau
meningkat 18,90 % dibanding tahun sebelumnya. Sasaran tanam 4,63 juta ha,
sasaran panen 4,40 juta ha, sasaran produktivitas 50,00 ku/ha.

3. Kedelai

Sasaran produksi kedelai tahun 2011 mencapai 1,56 juta ton BK atau
meningkat 16,67 % dibanding dengan sasaran produksi tahun sebelumnya.
Sasaran tanam 1,09 juta ha, sasaran panen 1,04 juta ha, sasaran produktivitas
15,06 ku/ha.

Tabel 4. Persentase Kenaikan Angka Sasaran 2011 terhadap ARAM III (2010)

ARAM III SASARAN


KOMODITAS URAIAN %
(2010) 2011
Luas Tanam (jt Ha) 13,41
Luas Panen (jt Ha) 13,12 13,13 0,08
PADI Produktivitas (Ku/Ha) 50,30 53,77 6,90
Produksi (jt ton GKG) 65,98 70,59 6,99
Luas Tanam (jt Ha) 4,63
Luas Panen (jt Ha) 4,13 4,40 6,54
JAGUNG Produktivitas (Ku/Ha) 43,17 50,00 15,82
Produksi (jt ton PK) 17,84 22,00 23,32
Luas Tanam (rb Ha) 1.090,00
Luas Panen (rb Ha) 672,00 1.040,00 54,76
KEDELAI Produktivitas (Ku/Ha) 13,46 15,06 11,89
Produksi (rb ton BK) 905,00 1.560,00 72,38

10
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

C. Tantangan
Kendala antar sektoral dalam peningkatan produksi tanaman pangan yang
semakin kompleks karena berbagai perubahan dan perkembangan lingkungan
strategis diluar sektor pertanian yang amat berpengaruh dalam peningkatan
produksi pangan, antara lain dampak perubahan iklim (DPI), semakin
berkurangnya ketersedian lahan produksi untuk tanaman pangan akibat alih
fungsi lahan, berkurangnya ketersediaan air irigasi karena sumber – sumber air
yang semakin berkurang dan persaingan penggunaan air diluar sektor
pertanian (industri dan pemukiman) serta laju pertumbuhan penduduk.

Permasalahan subsektor tanaman pangan khususnya padi, jagung, dan kedelai


adalah adanya kesenjangan produktivitas ditingkat petani yang cukup besar,
dibanding potensi yang dapat dicapai petani. Penyebabnya antara lain
penggunaan benih unggul varietas potensi tinggi dan bersertifikat ditingkat
petani masih belum optimal, penggunaan pupuk yang belum berimbang dan
efisien, penggunaan pupuk organik yang belum populer, budidaya spesifik
lokasi masih belum berkembang, pendampingan penyuluh, POPT, PBT dan
peneliti belum optimal, lemahnya akses petani terhadap sumber
permodalan/pembiayaan usaha serta pasar, dll.

11
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

III. STRATEGI DAN UPAYA PENCAPAIAN PRODUKSI


TAHUN 2011

A. Strategi
Strategi peningkatan produksi tanaman pangan tahun 2011 adalah sebagai
berikut :

1. Peningkatan Produktivitas

Peningkatan produktivitas dilakukan melalui pemakaian benih varietas


unggul bermutu termasuk benih padi hibrida dan jagung hibrida,
pemupukan berimbang dan pemakaian pupuk organik serta pupuk bio-
hayati, pengelolaan pengairan dan perbaikan budidaya disertai
pengawalan, pemantauan, pendampingan dan koordinasi dll.

2. Perluasan Areal

Perluasan areal dilakukan melalui upaya optimalisasi lahan melalui upaya


perbaikan seperti JITUT, JIDES, dan Tata Air Mikro, pompanisasi dan
penambahan baku lahan sawah (cetak sawah baru), disertai konservasi
lahan yang berkelanjutan dll.

3. Pengamanan Produksi

Pengamanan produksi dimaksudkan untuk mengurangi dampak


perubahan iklim seperti kebanjiran dan kekeringan serta pengendalian
Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT), dan pengamanan kualitas
produksi dari residu pestisida serta mengurangi kehilangan hasil pada
saat penanganan panen dan pasca panen yang masih cukup besar.

12
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

4. Kelembagaan dan Pembiayaan

Strategi ini dilakukan melalui penguatan kelembagaan pertanian antara


lain yang meliputi kelembagaan penyuluhan, kelompoktani (Poktan),
gabungan kelompoktani (Gapoktan), koperasi tani (Koptan), penangkar
benih, pengusaha benih, kios, KUD, pasar desa, pedagang, asosiasi
petani, asosiasi industri olahan, asosiasi benih, P3A, UPJA, kelembagaan
perlindungan tanaman seperti brigade proteksi dan lain-lain diupayakan
diberdayakan se-optimal mungkin untuk mendukung keberhasilan
pembangunan tanaman pangan.

Pembiayaan usahatani melalui KKP-E, LM3, Kredit Usaha Rakyat (KUR),


PUAP serta kemitraan diupayakan meningkat dalam realisasi
penyerapannya.

B. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Tahun 2011


Upaya pencapaian sasaran produksi padi, jagung, dan kedelai tahun 2011
secara spesifik komoditas adalah sebagai berikut :

1. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2011

Fokus Utama pencapaian sasaran produksi padi tahun 2011 adalah


peningkatan produktivitas padi melalui SL-PTT padi seluas 2,8 juta ha.
Sedangkan diluar fokus utama melalui upaya peningkatan produksi lainnya
pada kawasan areal tanam seluas 10,63 juta ha, perluasan areal tanam
seluas 600 ribu ha sebagaimana terlihat dalam Tabel 5. berikut ini :

13
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

Tabel 5. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Padi Tahun 2011


Luas Tanam Luas Panen Provitas Produksi (Ribu
No Uraian
(Ribu Ha) (Ribu Ha) (Ku/Ha) Ton)
1 Oktober-Desember 2010 5.630 5.517 51,43 28.375
2 Januari - September 2011 7.783 7.613 55,46 42.224
a. SL-PTT 2.779 2.723 58,57 15.950
- Padi Non Hibrida 2.200 2.156 60,00 12.936
- Padi Hibrida 229 224 77,00 1.728
- Padi Lahan Kering 350 343 37,50 1.286
b. Non SL-PTT 375 368 40,00 1.470
- Padi Non Hibrida 125 123 60,00 735
- Padi Rawa 250 245 30,00 735
c. Optimasi Lahan 600 588 44,99 2.645
- Lahan Sawah (IP) 380 372 51,43 1.915
- Lahan Kering 170 167 35,00 583
- Lahan Rawa 50 49 30,00 147
d. Pengembangan Hibrida 771 753 77,00 5.798
e. Swadaya (Jan-Sep 2011) 3.258 3.181 51,43 16.360
Jumlah 1 + 2 13.413 13.130 53,77 70.599

a. Fokus utama peningkatan produktivitas padi melalui SL-PTT adalah


upaya pencapaian sasaran produksi padi tahun 2011 yang difokuskan
pada kegiatan peningkatan produktivitas di kawasan areal tanam padi
seluas 2,8 juta ha, yang terdiri dari:
 SL-PTT padi sawah non hibrida seluas 2,2 juta ha dengan
melibatkan 88 ribu kelompoktani/unit di 31 provinsi, 402
kabupaten/kota.
 SL-PTT padi hibrida seluas 229 ribu ha dengan melibatkan 23 ribu
kelompoktani/unit di 21 provinsi, 223 kabupaten/kota.
 SL-PTT padi lahan kering seluas 350 ribu ha dengan melibatkan 14
ribu kelompoktani/unit di 29 provinsi, 255 kabupaten/kota.

b. Upaya peningkatan produksi padi diluar wilayah fokus

Peningkatan produktivitas dan produksi dilakukan dengan pembinaan


yang terkoordinasi melalui pemanfaatan bantuan benih, pupuk
bersubsidi (urea, ZA, SP-36 / Superphos NPK dan pupuk organik),
alsintan, kemitraan dengan stakeholder melalui pengembangan padi

14
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

non hibrida dan padi rawa non SL-PTT, optimalisasi lahan,


pengembangan hibrida, dan swadaya. Areal tanam yang dikelola
dengan pola ini seluas 5 juta ha, serta adanya carry over pertanaman
Oktober – Desember 2010 seluas 5,63 jt ha.

Agar upaya ini dapat berhasil maka perlu dilakukan melalui berbagai
gerakan seperti :

(1) gerakan pengolahan tanah,


(2) gerakan tanam serentak,
(3) gerakan pemupukan berimbang,
(4) gerakan penerapan teknologi,
(5) gerakan pengendalian OPT,
(6) gerakan penanganan panen dan pasca panen serta gerakan lainnya
dengan dukungan dana APBN maupun APBD serta dana masyarakat
dan stakeholder.

Upaya ini diharapkan mampu menyumbangkan produksi pada tahun


2011 sebesar 54,65 juta ton GKG.

2. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun 2011

Fokus utama pencapaian sasaran produksi jagung tahun 2011 adalah


peningkatan produktivitas jagung melalui SL-PTT jagung hibrida seluas
206,73 ribu Ha. Sedangkan diluar fokus utama melalui upaya
peningkatan produksi lainnya pada kawasan areal tanam seluas 2,72 juta
melalui program 2011, dan carry over bantuan benih 2010 seluas 2,10 jt
Ha, sebagaimana terlihat dalam Tabel 6. berikut ini :

15
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

Tabel 6. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Jagung Tahun 2011


Luas Tanam Luas Panen Produktivitas Produksi
No. Kegiatan
(ha) (ha) (ku/ha) (ton)
A. Carry Over Ban Benih 2010
1 SLPTT 2010 30.000 28.500 65,00 185.250
2 BLBU 2010 15.000 14.250 60,00 85.500
3 CBN 2010
* Jagung Hibrida 176.568 167.739 60,00 1.006.436
* Jagung Komposit 4.855 4.612 47,00 21.678
4 APBN-P 379.800 360.810 55,00 1.984.455
5 Swadaya (Okt-Des 2010) 1.498.777 1.444.888 36,42 5.262.284
Jumlah A 2.105.000 2.020.800 42,29 8.545.603
B. Program 2011
1. SL-PTT 206.730 196.394 65,00 1.276.558
2. CBN 2011
* Jagung Hibrida 266.170 252.862 60,00 1.517.169
* Jagung Komposit 22.300 21.185 47,00 99.570
3. Swadaya (Jan-Sep 2011) 2.228.181 2.082.210 50,72 10.561.101
Jumlah B 2.723.381 2.552.650 52,71 13.454.398
Jumlah A + B 4.828.381 4.573.450 48,10 22.000.000

a. Fokus utama peningkatan produktivitas jagung melalui SL-PTT


jagung hibrida adalah upaya pencapaian sasaran produksi jagung
tahun 2011 yang difokuskan pada kegiatan peningkatan
produktivitas jagung di kawasan areal tanam seluas 206,73 ribu Ha
melalui kegiatan SL- PTT jagung hibrida.

Kegiatan peningkatan produktivitas SL-PTT jagung hibrida melibatkan


13,78 ribu kelompoktani/ unit di 25 provinsi (237 kabupaten/kota).

b. Upaya peningkatan produksi jagung diluar fokus utama


peningkatan produktivitas dan produksi dilakukan dengan
pembinaan yang terkoordinasi melalui pemanfaatan carry over
bantuan benih 2010 seluas 2,10 juta Ha. Upaya ini diperkirakan
mampu menyumbangkan produksi pada tahun 2011 sebesar 8,54
juta ton PK. Sedangkan sisa sasaran produksi sebesar 12,17 juta ton
PK diharapkan didapat dari pertanaman seluas 2,52 jt Ha, yang
berasal dari CBN dan swadaya petani.

16
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

3. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Kedelai Tahun 2011


Fokus utama pencapaian sasaran produksi kedelai tahun 2011 adalah
peningkatan produktivitas kedelai melalui SL-PTT kedelai seluas 300 ribu
Ha. Sedangkan diluar fokus utama yaitu melalui upaya peningkatan
produksi lainnya pada kawasan areal tanam seluas 788 ribu ha
sebagaimana terlihat dalam Tabel 7.
Tabel 7. Upaya Pencapaian Sasaran Produksi Kedelai Tahun 2011
Luas Tanam Luas Panen Produktivitas Produksi
NO. URAIAN KEGIATAN
(ha) (ha) (ku/ha) (ton)
1 PENINGKATAN PRODUKTIVITAS

- Carry over BLBU APBN - P 2010 146.000 138.700 15,20 210.824


- SL- PTT dan BLBU 300.000 285.000 15,00 427.500
- Optimalisasi Pembinaan/Swadaya 142.000 134.900 14,40 194.039
Jumlah 1 588.000 558.600 832.363
2 PERLUASAN AREAL TANAM
- CBN 100.000 95.000 14,50 137.750
- Perluasan Areal Baru (Optimalisasi Lahan) 400.000 382.400 15,43 589.887
Jumlah 2 500.000 477.400 727.637
JUMLAH 1 dan 2 1.088.000 1.036.000 15,06 1.560.000

a. Fokus Utama peningkatan produktivitas kedelai melalui SL-PTT


kedelai adalah Upaya pencapaian sasaran produksi kedelai tahun
2011 yang difokuskan pada kegiatan peningkatan produktivitas
kedelai di kawasan areal tanam seluas 300 ribu Ha melalui kegiatan
SL-PTT kedelai.

Kegiatan peningkatan produktivitas SL-PTT kedelai dilakukan pada


kawasan luas tanam 300 ribu Ha dengan melibatkan 30.000
kelompoktani / unit di 27 provinsi (191 kabupaten/kota). Dengan
kegiatan SL-PTT kedelai diperkirakan dapat meningkatkan
produktivitas sebesar 15,00 ku/Ha, sehingga mampu menyumbang
tambahan produksi sebesar 427,5 ribu ton.

c. Upaya peningkatan produksi kedelai diluar fokus utama adalah


upaya–upaya peningkatan produksi kedelai yang dilakukan melalui

17
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

bantuan benih CBN pada areal tanam seluas 100 ribu Ha, carry over
BLBU APBN-P 2010 seluas 146 ribu Ha, melalui optimalisasi
pembinaan/swadaya 142 ribu Ha, CBN seluas 100 rb Ha, dan
Perluasan Areal Baru (Optimalisasi Lahan) seluas 400 rb Ha.
Pembinaan peningkatan produksi pada areal tersebut diharapkan
mampu menyumbangkan produksi pada tahun 2011 sebesar 1,13 jt
ton.

18
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

IV. PTT PADI, JAGUNG, DAN KEDELAI

A. Prinsip-prinsip PTT
1. Terpadu : PTT merupakan suatu pendekatan agar sumber daya tanaman,
tanah dan air dapat dikelola dengan sebaik-baiknya secara terpadu.

2. Sinergis : PTT memanfaatkan teknologi pertanian terbaik, dengan


memperhatikan keterkaitan yang saling mendukung antar komponen
teknologi.

3. Spesifik lokasi : PTT memperhatikan kesesuaian teknologi dengan


lingkungan fisik maupun sosial budaya dan ekonomi petani setempat.

4. Partisipatif : berarti petani turut berperan serta dalam memilih dan


menguji teknologi yang sesuai dengan kondisi setempat dan kemampuan
petani melalui proses pembelajaran dalam bentuk laboratorium
lapangan.

B. Tahapan Penerapan PTT


1. Langkah pertama penerapan PTT adalah pemandu lapangan bersama
petani melakukan Pemahaman Masalah dan Peluang (PMP) atau Kajian
Kebutuhan dan Peluang (KKP). Identifikasi masalah peningkatan hasil di
wilayah setempat dan membahas peluang mengatasi masalah tersebut,
berdasarkan cara pengelolaan tanaman, analisis iklim/curah hujan,
kesuburan tanah, luas pemilikan lahan, lingkungan sosial ekonomi.

2. Langkah kedua adalah merakit berbagai komponen teknologi PTT


berdasarkan kesepakatan kelompok untuk diterapkan di lahan
usahataninya.

19
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

3. Langkah ketiga, penyusunan RUK berdasarkan kesepakatan kelompok.

4. Langkah keempat, penerapan PTT.

5. Langkah kelima, pengembangan PTT ke petani lainnya.

C. Komponen Teknologi Unggulan PTT Padi


(komponen teknologi dasar dan pilihan disesuaikan spesifik wilayah setempat
yang paling tepat diterapkan)

Komponen teknologi dasar:


1. Varietas unggul baru, inbrida (non hibrida), atau hibrida
2. Benih bermutu dan berlabel
3. Pemberian bahan organik melalui pengembalian jerami ke sawah atau
dalam bentuk kompos
4. Pengaturan populasi tanaman secara optimum
5. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah
6. Pengendalian OPT (Organisme Pengganggu Tanaman) dengan
pendekatan PHT (Pengendalian Hama Terpadu)

Komponen teknologi pilihan:


1. Pengolahan tanah sesuai musim dan pola tanam
2. Penggunaan bibit muda (< 21 hari)
3. Tanam bibit 1 – 3 batang per rumpun
4. Pengairan secara efektif dan efisien
5. Penyiangan dengan landak atau gasrok
6. Panen tepat waktu dan gabah segera dirontok

D. Komponen Teknologi Unggulan PTT Jagung


(komponen teknologi dasar dan pilihan disesuaikan spesifik wilayah setempat
yang paling tepat diterapkan)

20
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

Komponen teknologi dasar:


1. Varietas unggul baru, hibrida atau komposit
2. Benih bermutu dan berlabel
3. Populasi 66.000 - 75.000 tanaman/ha
4. Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah

Komponen teknologi pilihan:


1. Penyiapan lahan
2. Pemberian pupuk organik
3. Pembuatan saluran drainase pada lahan kering, atau saluran irigasi pada
lahan sawah
4. Pembumbunan
5. Pengendalian gulma secara mekanis atau dengan herbisida kontak
6. Pengendalian hama dan penyakit
7. Panen tepat waktu, pengeringan segera

E. Komponen Teknologi Unggulan PTT Kedelai


(komponen teknologi dasar dan pilihan disesuaikan spesifik wilayah setempat
yang paling tepat diterapkan)

Komponen teknologi dasar:


1. Varietas unggul baru
2. Benih bermutu dan berlabel
3. Populasi tanaman
4. Pemupukan
5. Pengendalian OPT (organisme pengganggu tanaman)

Komponen teknologi pilihan:


1. Pengolahan tanah
2. Pupuk Hayati
3. Pemberian pupuk organik
21
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

4. Amelioran pada lahan masam


5. Pengairan
6. Panen dan pascapanen

F. Peran Komponen Teknologi PTT


Penggunaan benih varietas unggul bermutu akan menghasilkan daya
perkecambahan yang tinggi dan seragam, tanaman yang sehat dengan
perakaran yang baik, tanaman tumbuh lebih cepat, tahan terhadap hama dan
penyakit, berpotensi hasil tinggi dan mutu hasil yang lebih baik.

Penanaman yang tepat waktu, serentak dan jumlah populasi yang optimal
dapat menghindari serangan hama dan penyakit, menekan pertumbuhan
gulma, terhindar dari kelebihan dan kekurangan air, memberikan pertumbuhan
tanaman yang sehat dan seragam serta hasil yang tinggi.

Pemberian pupuk secara berimbang berdasarkan kebutuhan tanaman dan


ketersediaan hara tanah dengan prinsip tepat jumlah, jenis, cara, dan waktu
aplikasi sesuai dengan jenis tanaman akan memberikan pertumbuhan yang
baik dan meningkatkan kemampuan tanaman mencapai hasil tinggi.

Pemberian air pada tanaman secara efektif dan efisien sesuai dengan
kebutuhan tanaman dan kondisi tanah merupakan faktor penting bagi
pertumbuhan dan hasil tanaman yaitu air sebagai pelarut sekaligus pengangkut
hara dari tanah ke bagian tanaman. Kebutuhan akan air disetiap stadia
tanaman berbeda-beda, pemberian air secara tepat akan meningkatkan hasil
dan menekan terjadinya stres pada tanaman yang diakibatkan karena
kekurangan dan kelebihan air.

Perlindungan tanaman dilaksanakan untuk mengantisipasi dan mengendalikan


serangan OPT tanaman dengan meminimalkan kerusakan atau penurunan
produksi akibat serangan OPT. Pengendalian dilakukan berdasarkan prinsip

22
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

dan strategi Pengendalian Hama Terpadu (PHT). Khususnya pengendalian


dengan pestisida merupakan pilihan terakhir bila serangan OPT berada diatas
ambang ekonomi. Penggunaan pestisida harus memperhatikan jenis, jumlah
dan cara penggunaannya sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku
sehingga tidak menimbulkan resurjensi atau resistensi OPT atau dampak lain
yang merugikan lingkungan.

Penanganan panen dan pasca panen akan memberikan hasil yang optimal jika
panen dilakukan pada umur dan cara yang tepat yaitu tanaman dipanen pada
masak fisiologis berdasarkan umur tanaman, kadar air dan penampakan visual
hasil sesuai dengan diskripsi varietas. Pemanenan dilakukan dengan sistem
kelompok yang dilengkapi dengan peralatan dan mesin yang cocok sehingga
menekan kehilangan hasil. Hasil panen dikemas dalam wadah dan disimpan
ditempat penyimpanan yang aman dari OPT dan perusak hasil lainnya sehingga
mutu hasil tetap terjaga dan tidak tercecer.

G. Pemilihan Teknologi PTT


Komponen teknologi yang dipilih dan diterapkan oleh petani dalam
melaksanakan SL-PTT adalah komponen teknologi PTT. Perakitan komponen
teknologi budidaya dilakukan dengan cara penelusuran setiap alternatif
komponen teknologi, jumlah yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi, maka
antar komponen teknologi dan aspek lingkungan dapat disinergiskan.
Pemilihan teknologi budidaya yang optimal dapat dilakukan dengan
memaksimalkan komponen teknologi yang saling sinergis dan meminimalkan
komponen teknologi yang saling antagonis (berlawanan) sehingga diperoleh
teknik budidaya dalam pendekatan PTT yang spesifik lokasi.

Kombinasi komponen teknologi yang digunakan pada lokasi tertentu dapat


berbeda dengan lokasi lainnya, karena beragamnya kondisi lingkungan
pertanaman. Setiap teknologi dan kombinasi teknologi yang sedang

23
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

dikembangkan pada suatu lokasi dapat berubah sejalan dengan perkembangan


ilmu dan pengalaman petani di lokasi setempat. Untuk menetapkan paket
teknologi SL-PTT yang akan dilaksanakan di setiap unit agar dikonsultasikan
dengan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) di masing–masing wilayah.

H. Keuntungan Penerapan Teknologi PTT


1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil usahatani

2. Efisiensi biaya usahatani dengan penggunaan teknologi yang tepat untuk


masing-masing lokasi.

3. Kesehatan lingkungan tumbuh pertanaman dan lingkungan kehidupan


secara keseluruhan akan terjaga.

24
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

V. SEKOLAH LAPANGAN PTT PADI, JAGUNG,


DAN KEDELAI

A. Pelaksanaan SL-PTT
Fokus kegiatan peningkatan produktivitas tanaman pangan tahun 2011
dilaksanakan melalui pendekatan kegiatan SL-PTT yang berfungsi sebagai pusat
belajar pengambilan keputusan para petani/kelompoktani, sekaligus tempat
tukar menukar informasi dan pengalaman lapangan, pembinaan manajemen
kelompok serta sebagai percontohan bagi kawasan lainnya.

Petani SL-PTT nantinya akan mampu mengambil keputusan atas dasar


pertimbangan teknis dan ekonomis dalam setiap tahapan budidaya
usahataninya serta mampu mengaplikasikan teknologi secara benar sehingga
meningkatkan produksi dan pendapatannya.

Sekolah Lapangan PTT tidak terikat dengan ruang kelas, sehingga belajar dapat
dilakukan di saung pertemuan petani dan tempat-tempat lain yang berdekatan
dengan lahan belajar. Dalam SL-PTT terdapat satu unit Laboratorium Lapangan
(LL) yang merupakan bagian dari kegiatan SL-PTT sebagai tempat bagi petani
anggota kelompoktani dapat melaksanakan seluruh tahapan SL-PTT pada lahan
tersebut. Dalam melaksanakan LL kelompoktani dapat mengacu pada
rekomendasi teknologi setempat.

Pelaksanaan SL-PTT menggunakan sarana kelompoktani yang sudah terbentuk


dan masih aktif. Kelompoktani yang dimaksud adalah kelompoktani yang
dibentuk berdasarkan domisili atau hamparan, diusahakan yang lokasi lahan
usahataninya masih dalam satu hamparan. Hal ini perlu untuk mempermudah
interaksi antar anggota karena mereka saling mengenal satu sama lainnya dan
tinggal saling berdekatan sehingga bila teknologi SL-PTT sudah diadopsi secara
individu akan mudah ditiru petani lainnya.
25
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

Pertanaman di areal SL-PTT padi non hibrida dan gogo ditargetkan mampu
menaikan produksi sebesar 0,5 – 1 ton/ha dan di areal LL dalam SL-PTT
ditargetkan mampu menaikan produksi sebesar 1 – 1,5 ton/ha, untuk areal SL-
PTT padi hibrida ditargetkan mampu menaikan produksi sebesar 2 ton/ha dan
di areal LL dalam SL-PTT ditargetkan mampu menaikan produksi sebesar 2,5
ton/ha, jagung hibrida ditargetkan mampu menaikan produksi sebesar 2,5
ton/ha dan di areal LL dalam SL-PTT ditargetkan mampu menaikan produksi
sebesar 3 ton/ha, kedelai ditargetkan mampu menaikan produksi sebesar 0,5
ton/ha dan di areal LL dalam SL-PTT ditargetkan mampu menaikan produksi
0,7 ton/ha.

Agar kegiatan SL-PTT tersebut berkontribusi nyata pada produksi tahun 2011,
maka pertanaman di areal SL-PTT diharapkan harus sudah dilaksanakan pada
MK I, kecuali secara teknis maupun administratif tidak memungkinkan
dilakukan pertanaman sehingga pertanaman baru dilakukan pada MK II dan
musim penghujan (Oktober – Desember).

Luas satu unit SL-PTT adalah berkisar antara 10 – 25 ha, satu unit LL seluas
minimal 1 ha. Areal yang digunakan sebagai unit SL-PTT mendapat bantuan
benih dan areal yang digunakan sebagai unit LL akan mendapat bantuan benih,
pupuk Urea, NPK dan pupuk Organik. sebagaimana terlihat dalam Gambar 1.
s/d 7., berikut ini :

26
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

27
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

Gambar 2. Kerangka Pelaksanaan SL-PTT Padi Non Hibrida

Gambar 3. Kerangka Pelaksanaan SL-PTT Padi Hibrida

28
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

Gambar 4. Kerangka Pelaksanaan SL-PTT Padi Gogo

Gambar 5. Kerangka Pelaksanaan SL-PTT Jagung Hibrida

29
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

Gambar 6. Kerangka pelaksanaan SL-PTT Kedelai

Gambar 7. Kerangka Pelaksanaan LL Padi, Jagung, dan Kedelai

30
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

Mengingat bantuan pemerintah yang terdiri dari padi non hibrida seluas ±25
ha, padi hibrida seluas +10 ha, padi gogo seluas + 25 ha, jagung hibrida seluas
±15 ha, dan kedelai seluas ±10 ha tiap kelompok SL-PTT dan saprodi untuk 1 ha
pada LL SL-PTT, maka penyediaan saprodi lainnya agar ditanggung secara
swadana oleh anggota kelompok atau berasal dari sumber lainnya.

Tiap unit SL-PTT terdiri dari petani peserta yang berasal dari satu kelompoktani
yang sama. Dalam setiap unit SL-PTT perlu ditetapkan seorang ketua peserta
yang bertugas mengkoordinasikan aktivitas anggota kelompok, seorang
sekretaris yang bertugas sebagai pencatat kegiatan–kegiatan yang
dilaksanakan pada setiap pertemuan dan seorang bendahara yang bertugas
mengurusi masalah yang berhubungan dengan keuangan.

Untuk menjamin kelangsungan dinamika kelompok dalam kelas SL-PTT, perlu


diusahakan paling tidak satu orang dari kelompoktani sebagai motivator yang
mampu memberikan respon yang cepat terhadap inovasi dan mampu
mendorong anggota kelompok lainnya dapat memberikan respon yang sama.

Peserta SL-PTT akan mengadakan pengamatan bersama–sama di petak


percontohan / Laboratorium Lapangan (LL), mendiskripsikan dan membahas
temuan–temuan lapangan. Pemandu Lapangan berperan sebagai fasilitator
untuk mengarahkan jalannya diskusi kelompok.

Peserta SL-PTT wajib mengikuti setiap tahap pertanaman dan mengaplikasikan


kombinasi komponen teknologi yang sesuai spesifik lokasi mulai dari
pengolahan tanah, budidaya, penanganan panen dan pasca panen. Pada setiap
tahapan pelaksanaan, petani peserta diharapkan melakukan serangkaian
kegiatan yang sudah direncanakan dan dijadwalkan, baik dipetak LL maupun
dilahan usahataninya.

Pendampingan kegiatan SL-PTT oleh Pemandu Lapangan (PP, POPT,PBT) dan


Peneliti.

31
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

Pemandu Lapangan berperan sebagai :

1. Pemandu yang paham terhadap permasalahan, kebutuhan dan kekuatan


yang ada di lapangan dan desa.

2. Dinamisator proses latihan SL-PTT sehingga menimbulkan ketertarikan


dan lebih menghidupkan latihan.

3. Motivator yang kaya akan pengalaman dalam berolah tanam dan dapat
membantu membangkitkan kepercayaan diri para peserta SL-PTT

4. Konsultan bagi petani peserta SL-PTT untuk mempermudah menentukan


langkah-langkah selanjutnya dalam melaksanakan kegiatan usahataninya
setelah kegiatan SL-PTT selesai.

B. Penentuan Calon Lokasi dan Calon Petani / Kelompoktani SL-


PTT
Pemilihan penempatan lokasi SL-PTT dengan prioritas luasan areal memenuhi
syarat, produktivitasnya masih berpotensi untuk ditingkatkan dan petaninya
responsif terhadap teknologi.

Pemilihan letak petak LL yang berada didalam areal SL-PTT terpilih dengan
prioritas pertimbangan terletak dibagian pinggir areal SL-PTT sehingga
berbatasan langsung dengan areal diluar SL-PTT diharapkan penerapan
teknologi SL-PTT mudah dilihat dan ditiru oleh petani diluar SL-PTT. Format
CP/CL sebagaimana terlihat pada Lampiran 1.

1. Penentuan Calon Lokasi

a. Lokasi dapat berupa persawahan yang beririgasi, sawah tadah hujan,


lahan kering dan pasang surut yang produktivitasnya masih dapat
ditingkatkan.

32
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

b. Diprioritaskan bukan daerah endemis hama dan penyakit, bebas dari


bencana kekeringan, kebanjiran dan sengketa.

c. Unit SL-PTT, diusahakan agar berada dalam satu hamparan yang


strategis dan mudah dijangkau petani serta dipasang papan
pelaksanaan SL/LL.

d. Letak Laboratorium Lapangan (LL) seluas minimal 1 ha, ditempat


yang sering dilewati petani sehingga mudah dijangkau dan dilihat
oleh petani sekitarnya.

2. Penentuan Calon Petani/Kelompoktani SL-PTT

a. Kelompoktani/petani yang dinamis dan bertempat tinggal dalam satu


wilayah yang berdekatan.

b. Petani yang dipilih adalah petani aktif yang memiliki lahan ataupun
penggarap/penyewa dan mau menerima teknologi baru.

c. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT.

d. Kelompoktani SL-PTT ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala


Dinas Pertanian Tanaman Pangan / yang membidangi tanaman
pangan Kabupaten / Kota, sebagaimana contoh pada Lampiran 2.

C. Ketentuan Pelaksana SL-PTT


Ketentuan pelaksana SL-PTT sebagai berikut :
1. Lokasi SL-PTT diusahakan berada pada satu hamparan, mempunyai
potensi peningkatan produktivitas dan anggota kelompoktaninya
responsif terhadap penerapan teknologi.
2. Luas satu unit SL-PTT padi non hibrida adalah  25 ha yang didalamnya
terdapat satu unit LL seluas minimal 1 ha.
3. Luas satu unit SL-PTT padi hibrida adalah  10 ha yang didalamnya
terdapat satu unit LL seluas minimal 1 ha.
33
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

4. Luas satu unit SL-PTT padi gogo adalah  25 ha yang didalamnya terdapat
satu unit LL seluas minimal 1 ha, namun jika keadaan tidak
memungkinkan untuk SL-PTT padi gogo luasan satu unit SL 25 Ha dapat
ditempatkan dalam beberapa lokasi masing-masing minimal 5 Ha, serta
unit LL ditempatkan pada lokasi yang paling strategis.
5. Luas satu unit SL-PTT jagung hibrida adalah  15 ha yang didalamnya
terdapat satu unit LL seluas minimal 1 ha.
6. Luas satu unit SL-PTT Kedelai adalah  10 ha yang didalamnya terdapat
satu unit LL seluas minimal 1 ha.
7. Luas satu unit SL-PTT diatas (poin 2 s/d 6) dapat disesuaikan pada kondisi
luasan setempat, dengan ketentuan :
a. Luasan setiap unit SL-PTT bisa bervariasi disesuaikan dengan kondisi
setempat namun Total luasan dan unit SL-PTT tidak boleh kurang
dari yang dibiayai.
b. Total Luasan dan unit SL-PTT bisa lebih dari yang dibiayai. Kelebihan
luasan ataupun unit SL-PTT ditanggung anggaran lain ataupun
swadana petani.
c. Luas areal LL bisa lebih dari 1 ha apabila dananya masih
memungkinkan tetapi tidak boleh kurang dari 1 ha.
8. Peserta tiap unit SL-PTT idealnya terdiri dari 15 – 25 petani yang berasal
dari satu kelompoktani yang sama, namun jumlah peserta dapat
disesuaikan dengan luas pemilikan lahan serta situasi dan kondisi
setempat.
9. Memiliki Pemandu Lapangan.

D. Persyaratan Kelompoktani pelaksana SL-PTT


1. Kelompoktani tersebut masih aktif dan mempunyai kepengurusan yang
lengkap yaitu Ketua, Sekretaris dan Bendahara.
2. Telah menyusun RUK sebagaimana terlihat dalam Lampiran 3.
34
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

3. Kelompoktani penerima bantuan SL-PTT ditetapkan dengan Surat


Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten / Kota.
4. Kelompoktani peserta SL-PTT diutamakan yang belum pernah menerima
bantuan SL-PTT tahun anggaran 2010 atau bantuan dari BLBU tahun
2010.
5. Memiliki rekening yang masih berlaku / masih aktif di Bank Pemerintah
(BUMN atau BUMD/ Bank Daerah) yang terdekat dan bagi Kelompok Tani
yang belum memiliki, harus membuka rekening di bank.
6. Rekening bank dapat berupa rekening bank setiap kelompoktani ataupun
rekening bank gabungan kelompoktani (gapoktan). Jika menggunakan
rekening gapoktan mekanisme pengaturan antar kelompoktani dan
jumlah kelompok yang digabung rekeningnya ditentukan dan disesuaikan
dengan kondisi kabupaten setempat serta diatur lebih lanjut oleh Kepala
Dinas Kabupaten/Kota yang bersangkutan.
7. Membuat surat pernyataan bersedia dan sanggup menggunakan dana
bantuan SL-PTT sesuai peruntukannya dan sanggup mengembalikan dana
apabila tidak sesuai peruntukannya sebagaimana terlihat dalam
Lampiran 4.
8. Bersedia menambah biaya pembelian benih unggul bersertifikat
bilamana bantuan benih yang tersedia tidak mencukupi.
9. Bersedia mengikuti seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT.

E. Bantuan SL-PTT
1. Bantuan benih yang diberikan kepada petani pelaksana SL-PTT termasuk
areal LL 1 ha, sebagai berikut :

a. SL-PTT Padi Non Hibrida sebesar 25 kg/Ha

b. SL-PTT Padi Hibrida sebesar 15 kg/Ha

35
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

c. SL-PTT Padi Gogo sebesar 25 kg/Ha

d. SL-PTT Jagung Hibrida sebesar 15 kg/Ha

e. SL-PTT Kedelai sebesar 40 kg/Ha

2. Bantuan untuk pembelian pupuk urea, pupuk NPK, pupuk organik dan atau
yang lain-lain, diberikan kepada kelompoktani pelaksana SL-PTT padi
nonhibrida, padi hibrida, padi gogo, jagung hibrida, dan kedelai di areal LL 1
Ha, dosis pemupukan disesuaikan dengan rekomendasi setempat dan
sesuai dengan anggaran yang tersedia. Apabila rekomendasi di suatu lokasi
memerlukan dolomit/kapur pertanian maka bila dana mamadai dapat
dibiayai dari dana saprotan.

F. Mekanisme Pelaksanaan SL-PTT


1. Persiapan SL-PTT

a. Pertemuan persiapan dengan tokoh formal dan informal serta petani


calon peserta sebelum pelaksanaan SL-PTT untuk membahas :
analisis masalah, analisis tujuan, rencana kerja peningkatan
produktivitas padi / jagung / kedelai.

b. Menetapkan langkah–langkah yang menyangkut tujuan, hasil


diharapkan dan metode pembelajaran SL-PTT yang dilakukan
bersama sebagai suatu kesepakatan.

c. Membuat jadwal pertemuan SL-PTT minimal dua mingguan dengan


menentukan tempat, hari dan waktu serta materi pertemuan secara
bersama–sama.

36
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

d. Menentukan 1 (satu) hari sebagai “hari lapang petani” untuk


memasyarakatkan dan mendeseminasikan penerapan teknologi
budidaya melalui SL-PTT kepada kelompoktani dan petani sekitarnya.

e. Menentukan letak petak LL yang diusahakan di tempat yang paling


strategis yaitu dibagian pinggir areal SL-PTT sehingga berbatasan
langsung dengan areal diluar SL-PTT dan berada didekat jalan /
lintasan sehingga penerapan teknologi mudah dilihat dan ditiru oleh
petani diluar SL-PTT.

f. Menyiapkan pengelolaan usahatani di petak LL secara bersama–sama


sesuai dengan tahapan budidaya masing–masing komoditi dengan
harapan dapat diterapkan di usahataninya masing – masing.

2. Mengorganisasikan Kelas SL-PTT

Kegiatan pengorganisasian kelas SL-PTT dimaksudkan untuk membentuk


organisasi kelompoktani peserta SL-PTT dengan langkah–langkah sbb :
a. Memilih satu orang petani sebagai ketua kelas SL-PTT yang berfungsi
sebagai motivator sekaligus bertugas mengkoordinasikan kegiatan
dikelas SL-PTT.
b. Memilih satu orang petani sebagai sekretaris kelas SL-PTT yang
berfungsi sebagai pencatat kegiatan - kegiatan dikelas SL-PTT.
c. Memilih satu orang petani sebagai bendahara kelas SL-PTT yang
bertugas mengurusi masalah yang berkaitan dengan keuangan
kelompok.
d. Mewajibkan semua peserta kelas SL-PTT untuk mengadakan
pengamatan bersama–sama dan membahas temuan Lapangan sesuai
dengan topik–topik pengajaran dalam SL-PTT.

37
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

3. Menerapkan Metode Belajar Orang Dewasa

Kegiatan belajar dalam SL-PTT dilakukan dengan tahapan sebagai


berikut:
a. Peserta SL-PTT memilih materi sesuai dengan kebutuhan teknologi
spesifik lokasi.
b. Memacu peserta untuk berperan aktif dalam berdiskusi kelompok
ataupun kegiatan lain dalam SL-PTT.
c. Proses belajar melalui pengalaman, dimulai dengan penghayatan
langsung (pengamatan langsung), diikuti dengan pengungkapan
pengalaman, pengkajian hasil dan pengambilan kesimpulan

4. Menciptakan suasana belajar yang menyenangkan

Kegiatan suasana belajar yang menyenangkan dalam SL-PTT ditujukan


untuk mengembalikan perhatian peserta pada proses belajar yang
sedang berlangsung dalam SL-PTT dengan langkah–langkah antara lain :
a. Meminta beberapa peserta menceritakan pengalaman–pengalaman
yang lucu / berkesan dalam hidupnya.
b. Pemandu Lapangan dapat menceritakan humor–humor segar
sehingga suasana belajar menjadi hidup kembali.

5. Menghidupkan dinamika kelompok

Kegiatan dinamika kelompok dalam SL-PTT ditujukan untuk menjadikan


peserta saling mengenal ciri dan sifat masing–masing sehingga dapat
akrab satu dengan yang lainnya dalam SL-PTT dengan langkah–langkah
sbb :
a. Melakukan permainan - permainan yang dapat menciptakan
keakraban dan memberikan pengalaman bagi peserta dalam tampil
didepan forum ataupun didepan banyak orang.

38
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

b. Melakukan olahraga bersama baik yang bersifat tim ataupun


individual yang mampu menciptakan suasana kebersamaan dan
kekeluargaan.

6. Monitoring dan evaluasi oleh Pemandu Lapangan

Kegiatan monitoring dan evaluasi dalam SL-PTT ditujukan untuk


mengikuti, mengetahui kemajuan, pencapaian tujuan ataupun sasaran
serta memberikan umpan balik upaya–upaya mengatasi permasalahan
yang dihadapi dalam SL-PTT dengan langkah–langkah antara lain :
a. Menilai tingkat partisipasi peserta pada setiap periode maupun
selama periode kegiatan dari tingkat kehadiran maupun pencapaian
materi.
b. Membandingkan ketepatan penerapan teknologi oleh peserta antara
petunjuk dengan praktek Lapangan dalam LL.
c. Membandingkan perkembangan tingkat pemahaman dan
ketrampilan peserta sebelum dengan sesudah mengikuti kegiatan.
d. Menyusun pertanyaan berdasarkan pengetahuan dan ketrampilan
Lapangan yang berkaitan dengan penerapan teknologi budidaya.
e. Pertanyaan diberikan secara tertulis atau lisan kepada peserta
sebelum dan sesudah melakukan kegiatan.

7. Membuat pelaporan oleh Pemandu Lapangan

Kegiatan pelaporan dalam SL-PTT ditujukan untuk memberikan laporan


hasil kegiatan selama pelaksanaan SL-PTT dengan langkah – langkah
antara lain :
a. Merekap kehadiran peserta selama pelaksanaan SL-PTT.
b. Mencatat topik–topik yang menarik perhatian peserta.

39
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

c. Mencatat kesulitan–kesulitan dan permasalahan yang dihadapi


dalam pelaksanaan SL-PTT meliputi metode, bahan,
pengorganisasian peserta, waktu, administrasi dll.
d. Menilai daya serap peserta terhadap materi yang telah disampaikan
dalam pelaksanaan SL-PTT.
e. Memberikan saran perbaikan dari segi metode, bahan,
pengorganisasian peserta, waktu, administrasi dll.
f. Mencatat hasil–hasil kegiatan pelaksanaan SL-PTT khususnya dalam
petak LL.
g. Mengisi form laporan sebagaimana terlihat pada Lampiran 5. yang
tersedia dalam buku Pedoman Pelaksanaan Pelaksanaan Sekolah
Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT).

G. Pertemuan Kelompok SL-PTT


Pertemuan dalam SL-PTT diharapkan 8 kali pertemuan, oleh karena itu perlu
dijadwalkan secara periodik dengan waktu pertemuan dirundingkan bersama
petani peserta sehingga dapat dihadiri dan tidak mengganggu / merugikan
waktu petani.

Pertemuan kelompok dilakukan oleh pelaksana SL-PTT, tempat pertemuan


dilokasi pelaksana SL-PTT. Peserta pertemuan adalah petani peserta dipandu
oleh Pemandu Lapangan.

Dalam Pertemuan kelompok ada dua hal pokok yang perlu diperhatikan yaitu :
1). Materi pertemuan dan 2). Kegiatan Lapangan.

1. Materi pertemuan kelompok antara lain :

a. Teknik pengolahan tanah yang disesuaikan dengan tipologi lahan dan


komoditi yang akan ditanam.

40
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

b. Penanaman dengan memilih benih atau bibit yang baik, jarak tanam
yang tepat, jumlah benih/bibit per lubang yang sesuai.

c. Pemupukan dengan memperhatikan daya dukung tanah, keadaan


tanaman, tepat jenis dan dosis yang spesifik lokasi, tepat waktu
pemberian didasarkan pada fase pertumbuhan tanaman dan sifat
pupuk, tepat cara yaitu dengan cara menyebar dan
membenamkannya ke lapisan reduksi dan pemberian setelah
dilakukannya penyiangan gulma.

d. Pengelolaan air didasarkan pada kebutuhan tanaman akan air, cara


dan waktu yang tepat, ketersediaan sumber air dan jumlah air yang
tersedia.

e. Pengendalian OPT didasarkan pada prinsip PHT dengan melakukan


tindakan pencegahan dan mengembangkan musuh alami yang
terdapat dialam itu sendiri serta aplikasi kimiawi secara bijaksana bila
serangan sudah diatas ambang pengendalian.

f. Penanganan panen dan pasca panen dilakukan dengan cara yang


tepat dan benar yaitu dengan mempertimbangkan kemasakan biji
(masak fisiologis), ketepatan dalam penggunaan alat panen,
pengemasan, pengangkutan dan penyimpanan sehingga mampu
mengurangi kehilangan dan kerusakan hasil.

g. Mendiskusikan pemecahan masalah yang ada serta langkah –


langkah yang diambil selanjutnya dll.

2. Kegiatan Lapangan

Kegiatan lapangan didampingi oleh Pemandu Lapangan berdasarkan


materi diatas (butir 1.) antara lain :

41
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

a. Kerja Lapangan
Kelompoktani peserta SL-PTT melakukan kerja lapangan di lokasi SL-
PTT misalnya melakukan pengolahan tanah, penanaman,
pemupukan, pengairan, pengendalian OPT dan gulma, pemanenan
dll.

b. Pengamatan Agroekosistem
Kelompoktani peserta SL-PTT melakukan pengamatan agroekosistem
di lokasi SL-PTT antara lain pertumbuhan tanaman, kecukupan air,
kecukupan hara tanah, serangan OPT, gulma dll.

c. Menggambar dan mempresentasikan kondisi Agroekosistem


Kelompoktani peserta SL-PTT menggambar dan mempresentasikan
kondisi Agroekosistem di lokasi SL-PTT pada saat itu misalnya
menggambar jumlah anakan per rumpun, jarak tanam, gulma dan
hama yang ada, dll.

d. Diskusi Kelompok
Diskusi dimaksudkan untuk mengkaji hasil kerja lapangan,
pengamatan pertanaman, gambaran pertanaman dll sehingga dapat
disimpulkan kondisi pertanaman pada saat itu sebagai dasar untuk
menentukan langkah pengelolaan pertanaman selanjutnya.

e. Topik khusus
Topik khusus dalam diskusi dipilih berdasarkan permasalahan pokok
setempat yang dihadapi pada saat itu misalnya serangan OPT
mengapa dan bagaimana mengatasinya dll.

f. Mempraktekan kegiatan SL-PTT pada lahan usahataninya


Peserta SL-PTT diharapkan dapat langsung mempraktekkan
pengetahuan dan ketrampilan yang diperoleh dalam mengikuti
SL-PTT pada lahan usahataninya.

42
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

VI. PENGORGANISASIAN DAN OPERASIONAL SL-PTT

A. Pengorganisasian SL-PTT
Agar pelaksanaan SL-PTT terkoordinasi dan terpadu mulai dari kelompoktani,
kabupaten, provinsi sampai ke tingkat pusat maka perlu dibentuk tim pembina
tingkat pusat, tim pembina dan tim teknis tingkat provinsi, tim pelaksana dan
tim teknis tingkat kabupaten/kota.

Tim pembina tingkat pusat, ditetapkan dengan Surat Keputusan Direktur


Jenderal Tanaman Pangan. Tim pembina tingkat provinsi dan tim teknis tingkat
provinsi ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur/Kepala Dinas Pertanian
Provinsi yang bersangkutan. Sedangkan tim pelaksana tingkat kabupaten/kota
dan tim teknis tingkat kabupaten/kota ditetapkan dengan Surat Keputusan
Bupati/Walikota/Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

Tim pembina dan tim teknis tingkat provinsi serta tim pelaksana dan tim teknis
tingkat kabupaten melaksanakan kegiatan koordinasi pelaksanaan SL-PTT di
Pos Simpul Koordinasi (POSKO) mulai dari tingkat desa, kecamatan,
kabupaten/kota sampai tingkat provinsi.

1. Tim Pembina Tingkat Pusat

Tim Pembina Tingkat Pusat beranggotakan pejabat Eselon I terkait


lingkup Departemen Pertanian dengan tugas antara lain :
a. Penyusunan pedoman Pelaksanaan.
b. Sosialisasi SL-PTT.
c. Pengawasan penyaluran bantuan.
d. Pembinaan teknis budidaya dan administrasi.
e. Koordinasi dengan instansi terkait.

43
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

f. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan SL-PTT serta membantu


pemecahan masalah yang dihadapi.

2. Tim Pembina Tingkat Provinsi

Tim Pembina Tingkat Provinsi keanggotaannya dapat melibatkan


berbagai Dinas/Badan, UPT, Instansi terkait lainnya serta perguruan
tinggi, LSM dan sebagainya, dengan tugas antara lain :
a. Menetapkan kabupaten/kota pelaksana.
b. Menyusun petunjuk pelaksanaan.
c. Melakukan sosialisasi dan koordinasi dan verifikasi ke kabupaten
pelaksana.
d. Melakukan pengawasan penyaluran bantuan.
e. Melakukan koordinasi dengan instansi terkait.
f. Melakukan pemantauan dan pengendalian serta membantu
pemecahan masalah di lapangan.
g. Menyusun laporan pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian
serta menyampaikan ke Direktorat Jenderal Tanaman Pangan.

Sekretaris Tim Pembina tingkat provinsi diharapkan dari BPTP setempat.


Tim Pembina tingkat provinsi dalam melaksanakan tugas dibantu oleh
Tim Teknis tingkat provinsi yang diketuai oleh Kepala BPTP atau Peneliti
yang ditunjuk, yang anggotanya antara lain adalah PL I, Peneliti dan unsur
Dinas/Badan, UPT, Perguruan tinggi, Instansi terkait lainnya. Tugas tim
teknis provinsi ditetapkan oleh tim pembina tingkat provinsi.

3. Tim Pelaksana Tingkat Kabupaten/Kota

Tim Pelaksana tingkat Kabupaten/Kota keanggotaannya dapat


melibatkan berbagai Dinas/Badan, UPT, Instansi terkait lainnya serta
perguruan tinggi, LSM dan sebagainya, dengan tugas antara lain :
44
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

1. Sosialisasi program kepada petugas dan kelompoktani.


2. Menyusun petunjuk teknis.
3. Melakukan seleksi dan verifikasi terhadap kelompoktani beserta
RUK.
4. Mengusulkan kelompoktani yang memenuhi syarat untuk ditetapkan
mendapat bantuan kepada Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.
5. Melakukan pengawasan pengadaan/penyaluran bantuan.
6. Pembinaan/bimbingan kepada kelompoktani.
7. Monitoring dan evaluasi.
8. Menyusun laporan pelaksanaan, pemantauan dan pengendalian
serta menyampaikan ke Dinas Pertanian Provinsi.

Tim Pelaksana tingkat Kabupaten/Kota dalam melaksanakan tugas


dibantu oleh Tim Teknis tingkat Kabupaten/Kota yang anggotanya antara
lain adalah PL II dan unsur-unsur BPP, KCD, UPT, dan Instansi terkait
lainnya. Tugas Tim Teknis tingkat kabupaten/kota ditetapkan oleh Tim
Pelaksana tingkat kabupaten/kota.

B. Operasionalisasi SL-PTT
Penanggung jawab pelaksanaan SL-PTT tingkat pusat adalah Direktur Jenderal
Tanaman Pangan, operasional pelaksanaan tingkat nasional SL-PTT padi dan
jagung adalah Direktur Budidaya Serealia, dan SL-PTT kedelai adalah Direktur
Aneka Kacang dan Umbi berkedudukan di POSKO I.

Penanggung jawab pelaksanaan SL-PTT di tingkat Provinsi adalah Kepala Dinas


Pertanian Provinsi, operasional pelaksanaan SL-PTT ditingkat propinsi adalah
Kepala Sub Dinas yang membidangi produksi tanaman pangan berkedudukan
di POSKO II.

Penanggung jawab pelaksanaan SL-PTT di tingkat Kabupaten/Kota adalah


Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota, operasional pelaksanaan SL-PTT
45
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

ditingkat kabupaten/kota adalah Kepala Sub Dinas/Kepala Bidang yang


membidangi produksi tanaman pangan berkedudukan di POSKO III.

Penanggung jawab pelaksanaan SL-PTT di tingkat kecamatan adalah KCD


sedangkan penanggung jawab teknis disetiap kecamatan adalah koordinator
penyuluh/Kepala BPP setempat dan di tingkat desa/unit SL-PTT adalah
Pemandu Lapangan/Penyuluh Pertanian dibantu POPT dan PBT tingkat
kecamatan/desa. Dalam melaksanakan kegiatan PL berkedudukan di POSKO
IV/V (kecamatan/desa). Operasional SL-PTT dilakukan secara lengkap
sebagaimana terlihat pada Gambar 8. dibawah ini :

Gambar 8. Skema Operasional SL-PTT

POSKO 1 PUSAT

Penyuluh Provinsi PL I POSKO 2 PROVINSI PENELITI

Penyuluh Kabupaten PL II POSKO 3 KABUPATEN

Penyuluh BPP PL POSKO 4 KECAMATAN

PPL PL POSKO 5 KELOMPOK TANI


SL
LL 10 - 25 ha
Bantuan :
1. Pendampingan oleh
Penyuluh, POPT,
PBT dan Peneliti
1 ha Kemitraan 2. Benih
Paket Saprodi (Saprodi dan Pemasaran Hasil) 3. Alsintan

46
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

VII. PELATIHAN PETUGAS SL-PTT

Pelatihan petugas SL-PTT dilaksanakan di Provinsi dan Kabupaten/Kota,


sebaiknya secara berurutan yang dimulai dari pelatihan Pemandu Lapangan
(PL) II di Provinsi dan terakhir pelatihan Pemandu Lapangan (PL III) di
Kabupaten/Kota.

A. Pelatihan Pemandu Lapangan II

Pelatihan Pemandu Lapangan II diselenggarakan oleh Provinsi, tempat


pelatihan di Provinsi atau tempat lain yang memungkinkan seperti balai
latihan, UPT Departemen Pertanian atau Daerah.

Peserta pelatihan adalah Pemandu Lapangan II yaitu :


 Penyuluh Pertanian,
 Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT),
 Pengamat Benih Tanaman (PBT) ditingkat Kabupaten/Kota

Dari ketiga peserta pelatihan diatas, selanjutnya akan menjadi pelatih


dalam pelatihan Pemandu Lapangan. Materi pelatihan meliputi tatacara
pelaksanaan SL-PTT dan di titikberatkan pada praktek lapangan.
Narasumber/pengajar adalah PL I, para ahli dari lingkup Dinas Pertanian
Provinsi, BPTP dan pakar dari perguruan tinggi serta lembaga lainnya.

B. Pelatihan Pemandu Lapangan III

Pelatihan Pemandu Lapangan diselenggarakan oleh Kabupaten/Kota,


tempat pelatihan di Kabupaten/Kota pelaksana SL-PTT atau tempat lain
seperti balai pelatihan baik pusat maupun daerah.

Peserta pelatihan adalah Pemandu Lapangan yaitu :


 Penyuluh Pertanian,
 Pengamat Organisme Pengganggu Tanaman (POPT),
47
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

 Pengamat Benih Tanaman (PBT) ditingkat kecamatan/desa.

Materi pelatihan meliputi tatacara pelaksanaan SL-PTT dan di titikberatkan


pada praktek lapangan. Narasumber/pengajar adalah PL II, para ahli dapat
berasal Dinas Pertanian Kabupaten, Dinas Pertanian Provinsi, BPTP dan
instansi terkait lainnya serta stakeholders yang diutamakan telah mendapat
pelatihan.

48
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

VIII. PEMBIAYAAN, MEKANISME PENCAIRAN DANA DAN


PENGADAAN

A. Pembiayaan
Sumber pembiayaan pelaksanaan SL-PTT padi, jagung, dan kedelai berasal dari
APBN dan APBD maupun dana dari pihak swasta / stakeholders yaitu antara
lain sebagai berikut :

A. Pelatihan PL II SL-PTT, melalui dana tugas dekonsentrasi di Provinsi.

B. Pelatihan PL III SL-PTT, melalui dana tugas pembantuan di Kabupaten.

C. Bantuan Sosial (Bansos) dengan pola Bantuan Langsung Masyarakat


(BLM) melalui dana tugas pembantuan Kabupaten tahun 2011 dalam
bentuk bantuan dana pembelian pupuk urea, NPK dan pupuk organik
atau dolomite/kapur putih (bila diperlukan) sesuai alokasi untuk SL-PTT
padi, jagung, dan kedelai serta biaya pertemuan SL-PTT untuk setiap SL-
PTT.

D. Bantuan Alat dan mesin pertanian antara lain traktor, mesin pembuat
pupuk organik, dll.

E. Bantuan pengendalian OPT melalui dana APBN pada BPTPH.

F. Bantuan Pembinaan, Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan SL-PTT melalui


dana tugas dekonsentrasi di Dinas Pertanian Provinsi serta melalui dana
tugas pembantuan di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

G. Bantuan pendampingan SL-PTT sebagai PL oleh PPL, POPT dan PBT


melalui dana BOP masing-masing Institusi.

49
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

H. Bantuan pendampingan teknologi SL-PTT oleh peneliti melalui dana


APBN pada BPTP/Badan Litbang.

I. Bantuan JITUT, JIDES, TAM, optimasi lahan dan cetak sawah melalui dana
tugas dekonsentrasi di Dinas Pertanian Provinsi serta melalui dana tugas
pembantuan di Dinas Pertanian Kabupaten/Kota.

J. Bantuan alat perontok mekanis dan pengering untuk menurunkan loses.

K. Rehabilitasi jaringan irigasi melalui dana APBN di Balai Pengelolaan


Sumberdaya Air wilayah sungai.

L. APBD maupun DAK Provinsi dan Kabupaten untuk mendukung


peningkatan produksi padi, jagung, dan kedelai tahun 2011.

M. Kemitraan dengan perusahaan mitra yang bergerak dibidang agribisnis


tanaman pangan yang difasilitasi oleh Dinas Pertanian Provinsi maupun
Kabupaten/Kota setempat.

B. Mekanisme Pengajuan dan Penyaluran Dana Bantuan Sosisal


SL-PTT
1. Pencairan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) SL-PTT, dilakukan
sesuai dengan peraturan perundangan–undangan yang berlaku antara
lain Peraturan Menteri Keuangan atau Peraturan Direktorat Jenderal
Perbendaharaan Departemen Keuangan, tentang tata cara Pencairan
Belanja Bantuan Sosial, dan peraturan lainnya.

2. Mekanisme Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) SL-PTT, dengan sumber


dana APBN melalui Pos Belanja Bantuan Sosial, adalah sebagai berikut :

a. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang membidangi Tanaman


Pangan, menerbitkan Surat Keputusan tentang penetapan Kelompok
tani yang akan menerima dana bantuan kegiatan SL-PTT, termasuk di

50
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

dalamnya dilengkapi data-data nama kelompok, jumlah anggota,


nama ketua kelompok, luas lahan, alamat kelompok, nomor rekening
dan nama Bank atas nama kelompok tani sasaran, jumlah bantuan
yang akan diberikan, serta data lainnya yang diperlukan.

b. Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satuan Kerja setempat,


mengajukan usulan pencairan dana atas dasar Surat Keputusan
Kepala Dinas tentang penetapan Kelompok Tani penerima dana SL-
PTT, melalui penerbitan Surat Permintaan Pembayaran Langsung
(SPP-LS) kepada Pejabat Penanda Tangan Surat Perintah Membayar
(SPM) dengan dilampiri dokumen-dokumen sebagai berikut :

1) Surat Keputusan Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota yang


membidangi Tanaman Pangan tentang penetapan Kelompoktani
penerima bantuan.
2) Rencana Usaha Kelompok (RUK).
3) Surat Pernyataan Kelompoktani tentang kesediaan mengikuti
seluruh rangkaian kegiatan SL-PTT.

c. Pejabat Penanda Tangan SPM melakukan pengujian SPP-LS meliputi


pemeriksaan rinci dokumen pendukung SPP sesuai peraturan
perundang-undangan; ketersediaan pagu anggaran dalam DIPA
untuk memperoleh keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas
pagu anggaran; memeriksa hak tagih yang terkait meliputi pihak yang
ditunjuk untuk menerima pembayaran bantuan (nama penerima
bantuan SL-PTT, alamat, nomor rekening dan nama bank), dan nilai
bantuan yang harus dibayar.

d. Berdasarkan hasil pengujian SPP, Pejabat Penanda Tangan SPM


menerbitkan SPM-LS secara penuh/tanpa pemotongan pajak.

51
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

e. Pejabat Penanda Tangan SPM mengajukan SPM-LS kepada KPPN


setempat dengan melampirkan :

1) Surat Pertanggung Jawaban Belanja (SPTB);


2) Surat Pernyataan Kuasa Pengguna Anggaran bahwa semua
dokumen pendukung sebagaimana dipersyaratkan dalam
Pedoman Pelaksanaan Bantuan dana SL-PTT telah diteliti
kebenarannya dan berada pada Kuasa Pengguna Anggaran.

f. KPPN setempat melakukan pengujian atas SPM-LS dan menerbitkan


SP2D serta menstransfer dana ke rekening kelompok tani sasaran
pada bank yang ditunjuk.

g. Penggunaan dana langsung oleh kelompok tani dengan berpedoman


pada pedoman Pelaksanaan pelaksanaan kegiatan SL-PTT.

Mekanisme pencairan dana bantuan SL-PTT Pola Bantuan Langsung


Masyarakat (BLM) TA 2011 dapat dilihat pada Lampiran 6.

C. Mekanisme Pengadaan BLM SL-PTT


1. Dana yang telah dicairkan oleh Kelompoktani dipergunakan untuk
membeli saprodi sesuai dengan kebutuhan kelompok sebagaimana yang
telah tertuang pada RUK.

2. Kelompoktani dapat membeli saprodi di kios/toko saprodi terdekat atau


di Produsen Penyalur Saprodi sesuai dengan RUK.

3. Dalam rangka pengawasan pelaksanaan bantuan SL-PTT, Kelompoktani


penerima bantuan agar melakukan hal-hal sebagai berikut :

a. Mencatat semua nomor seri label benih yang diterima.

b. Mencatat semua nomor seri karung/kantung/botol/sachet


pupuk/saprodi yang dibeli.
52
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

c. Membuat Berita Acara Penerimaan Bantuan SL-PTT sebagaimana


terlihat dalam Lampiran 7.

d. Menggunting salah satu nomor seri label/sertifikat benih pada setiap


kantong benih yang dibantukan untuk dilampirkan pada Berita Acara
Penerimaan Bantuan SL-PTT dan diserahkan kepada PL setempat
untuk selanjutnya disampaikan kepada Kepala Dinas Pertanian
Kabupaten/Kota.

e. Saprodi yang belum digunakan agar disimpan dengan baik untuk


menjaga mutu.

4. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten/Kota bertanggung jawab penuh


terhadap penyaluran dan penggunaan BLM SL-PTT oleh petani.

53
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

IX. BIMBINGAN / PEMBINAAN DAN PENDAMPINGAN

Bimbingan / pembinaan dan pendampingan dilaksanakan secara periodik mulai dari


persiapan sampai dengan panen dan berjenjang mulai dari Pusat, Provinsi,
Kabupaten dan Kecamatan serta Desa sebagaimana terlihat dalam rencana jadwal
pelaksanaan pada Lampiran 8.

A. Pusat melakukan koordinasi, supervisi dan pembinaan pelaksanaan SL-PTT di


Provinsi dan kabupaten sebanyak dua kali dalam setahun atau disesuaikan
dengan ketersediaan dana yang ada.

B. Provinsi melakukan koordinasi, supervisi, pembinaan dan pengawalan


pelaksanaan SL-PTT di kabupaten per dua bulan atau disesuaikan dengan
ketersediaan dana yang ada.

C. Kabupaten melakukan koordinasi dan pembinaan pelaksanaan SL-PTT di


tingkat Lapangan / kelompoktani pelaksana SL-PTT setiap bulan atau
disesuaikan dengan ketersediaan dana yang ada. Melakukan pendampingan
kelompoktani pelaksana SL-PTT dalam menerapkan paket teknologi spesifik
lokasi dan membantu kelancaran distribusi bantuan SL-PTT dll.

D. Pengawalan dan pendampingan oleh peneliti Puslitbangtan, BB Padi,


Balitsereal, Balitkabi, dan Lolit Tungro bersama peneliti BPTP. Pengawalan dan
pendampingan dilakukan di 60 % lokasi SL-PTT padi, jagung, dan kedelai tahun
2011 di wilayah yang sudah ditetapkan untuk peneliti lingkup Puslitbangtan di
setiap provinsi dan peneliti BPTP di setiap kabupaten (Surat Keputusan
Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian
Nomor. 48/Kpts/KP.340/I/02/2011 tanggal 16 Februari 2011 tentang
Pengawalan/Pendampingan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu
(SL-PTT) Padi, Jagung, dan Kedelai).

54
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

Tugas pengawalan/pendampingan SL-PTT oleh peneliti Puslitbangtan adalah :

1. Menyediakan benih padi, jagung, dan kedelai untuk uji adaptasi dan
demo-plot PTT di laboratorium lapang.
2. Menjadi narasumber teknologi padi, jagung, dan kedelai pada pelatihan
PL 1 di provinsi.
3. Melakukan supervisi penerapan teknologi melalui kunjungan lapang 3
kali/tahun.
4. Memberikan saran pemecahan masalah pengamanan produksi.
5. Menyampaikan laporan hasil pengawalan dan pendampingan kepada
Puslitbangtan.

Tugas Pengawalan SL-PTT oleh peneliti BPTP adalah :


1. Melaksanakan demo-plot PTT dan superimpose uji adaptasi padi, jagung,
dan kedelai.
2. Menjadi narasumber teknologi padi, jagung, dan kedelai pada pelatihan
PL-2 di tingkat kabupaten.
3. Memonitor perkembangan OPT bersama dengan instansi terkait daerah.
4. Melakukan supervisi penerapan teknologi.
5. Memberikan saran pemecahan masalah pengamanan produksi
6. Menyampaikan laporan hasil pengawalan dan pendampingan kepada
Kepala BBP2TP.

E. Bentuk pengawalan dan pendampingan yang dilakukan oleh jajaran peneliti


adalah :

a. Demfarm 3 – 5 Ha (di luar lokasi SL-PTT)


b. Introduksi/Uji Adaptasi VUB
c. Temu Lapang
d. Materi Teknologi (cetak dan elektronik)
e. Pelatihan

55
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

X. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

A. Monitoring
Kegiatan monitoring dilaksanakan secara periodik mulai dari persiapan sampai
dengan panen oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten sebagaimana
terlihat dalam rencana jadwal pelaksanaan pada Lampiran 8. Monitoring
meliputi perkembangan pelaksanaan SL-PTT, hasil yang telah dicapai dll.

B. Evaluasi
Kegiatan evaluasi dilaksanakan oleh petugas Pusat, Provinsi dan Kabupaten
setelah seluruh rangkaian kegiatan dalam SL-PTT selesai sebagaimana terlihat
dalam rencana jadwal pelaksanaan pada Lampiran 8. Evaluasi meliputi 1)
Komponen kegiatan pelaksanaan SL-PTT, 2) Tingkat pencapaian sasaran areal
dan hasil, 3) Kenaikan produktivitas dilokasi SL-PTT dan LL, 4) Penerapan
komponen teknologi PTT, dll.

C. Pelaporan
Kegiatan pelaporan dilaksanakan oleh petugas Provinsi, Kabupaten/Kota dan
Kecamatan serta desa/unit SL-PTT secara periodik setiap bulan. Pelaporan
dilakukan secara berjenjang yaitu dari Pemandu Lapangan ke kabupaten/Kota,
kabupaten/Kota ke Provinsi dan Provinsi ke pusat. Laporan meliputi
pelaksanaan SL-PTT, hasil yang telah diperoleh, dll. sebagaimana terlihat dalam
Format Laporan pada Lampiran 5.,9.,10.,11. Laporan akhir memuat hasil
evaluasi, kesimpulan, saran serta data dukung lainnya dll.

56
Pedoman Pelaksanaan SL -PTT 2011

XI. PENUTUP

Peningkatan produktivitas tanaman pangan melalui SL-PTT padi, jagung, dan kedelai
merupakan salah satu terobosan yang diharapkan mampu memberikan kontribusi
yang lebih besar pada produksi tanaman pangan mendatang. SL-PTT ini akan berhasil
meningkatkan produksi dan pendapatan petani apabila didukung oleh semua pihak
termasuk pemangku kepentingan baik hulu, onfarm maupun hilir serta terciptanya
koordinasi pelaksanaan SL-PTT yang sinkron dan sinergis disetiap tingkat
pemerintahan mulai dari Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Kecamatan sampai ke
tingkat Desa.

Jakarta, 8 Pebruari 2011


Direktur Jenderal Tanaman Pangan

Ir. Udhoro Kasih Anggoro, MS


NIP. 19561106 198403 1 002

57

Anda mungkin juga menyukai