Anda di halaman 1dari 9

AGRISOCIONOMICS ISSN 2580-0566

http://ejournal2.undip.ac.id/index.php/agrisocionomics
Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian 1(1):63-71, Mei 2017

ANALISIS EFISIENSI EKONOMI PENGGUNAAN FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI


PADA USAHATANI JAMUR TIRAM DI DESA GENTING KECAMATAN JAMBU
KABUPATEN SEMARANG

V. D. Puspitasari, E. Prasetyo, H. Setiyawan


Program Studi S1 Agribisnis Fakultas Peternakan dan Pertanian
Universitas Diponegoro, Semarang
Email : vinisadiahpuspitasari@gmail.com
Diterima 9 Februari 2017, disetujui 10 Maret 2017
ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh penggunaan faktor–faktor
produksi terhadap produksi jamur tiram dan menganalisis efisiensi penggunaan faktor-faktor
produksi pada usahatani jamur tiram di Desa Genting Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang.
Penelitian dilaksanakan pada bulan Desember 2016 di Desa Genting Kecamatan Jambu
Kabupaten Semarang. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survai. Sampel dalam
penelitian ini ditentukan dengan metode sensus dengan jumlah responden 30 orang petani jamur
tiram. Data dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda dengan fungsi produksi
model Cobb-Douglas dan analisis efisiensi ekonomi penggunaan faktor-faktor produksi. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa faktor produksi yang berpengaruh terhadap produksi jamur
tiram adalah luas lahan, serbuk kayu, bekatul dan tenaga kerja, sedangkan faktor produksi bibit
dan kapur tidak berpengaruh nyata terhadap produksi jamur tiram. Penggunaan faktor produksi
bibit, serbuk kayu, bekatul, kapur dan tenaga kerja secara ekonomi belum efisien, sedangkan
penggunaan faktor produksi lahan secara ekonomi tidak efisien.

Kata Kunci : efisiensi, faktor produksi, jamur tiram

ABSTRACT

The purpose of this research was to analyze the effect of factors of production factors of
oyster mushrooms production and to analyze efficiency of the production factors usage on the
oyster mushroom farm. The research was conducted in December 2016 in the Genting Village
of Jambu District of Semarang Region. The cencus method was used in this research with the
number of respondents were 30 farmers. The analysis used in this research was multiple
regression analysis with Cobb-Douglas function and economic efficiency. The result showed
that the factors that influence the production of oyster mushroom were land, sawdust, rice bran,
and labor. The usage of seeds, sawdust, rice bran, limestone, and labor were inefficient. The
usage of the landform was economically not efficient.

Keyword: efficiency, factors of production, oyster mushroom.

PENDAHULUAN Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia dan


berperan penting dalam perekonomian
Subsektor hortikultura merupakan salah nasional, dengan kecenderungan pertum-
satu subsektor pertanian yang memberikan buhan yang naik atau meningkat. Subsektor
kontribusi strategis dalam menyumbang nilai hortikultura khususnya pada komoditas sayur

Analisis Efisiensi Ekonomi (Puspitasari et al.) 63


– sayuran merupakan penyumbang PDB (Trichodrma spp, Mucor spp, Neurospora spp
terbesar kedua setelah komoditas buah- dan Penicillium spp) dan kemampuan
buahan yang ada di urutan pertama, nilai PDB penggunaan sarana produksi. Sebagian besar
untuk komoditas sayur – sayuran terus petani jamur tiram biasanya dalam penggunaan
meningkat dari tahun ke tahun (BPS, 2008). input atau faktor produksi tidak optimal sehingga
Jamur merupakan salah satu jenis pemeliharaan-pemeliharaan dalam aktivitas
makanan yang termasuk dalam kategori usahatani tidak memadai. Penggunaan faktor
sayur-sayuran. Jamur dapat tumbuh subur di produksi untuk usahatani jamur tiram seperti
tempat yang beriklim tropis. Jamur dapat luas lahan, bibit, serbuk kayu, bekatul, kapur
menjadi salah satu komoditi potensial yang dan tenaga kerja secara tepat dan efisien akan
dapat dibudidayakan dan dikembangkan di memberikan hasil produksi yang besar bagi
wilayah Indonesia. petani jamur tiram. Kemampuan penentuan
Berdasarkan jumlah produksi terdapat jumlah dan kombinasi faktor produksi yang
empat provinsi di Indonesia yang merupakan tepat dan efisien akan mampu mengurangi
penghasil jamur tiram terbanyak yaitu Jawa biaya produksi dan petani akan mendapatkan
Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa produksi yang optimal.
Yogyakarta dan Jawa Timur. Jawa Tengah Tujuan dari penelitian ini adalah 1)
merupakan sentra produksi jamur tiram kedua menganalisis pengaruh penggunaan faktor-
terbesar di Indonesia dengan luas panen faktor produksi terhadap produksi jamur
sebesar 15,98 Ha, produktivitas 143 ton/Ha tiram. 2) menganalisis efisiensi penggunaan
dan produksinya mencapai 2.285,10 ton pada faktor-faktor produksi pada usahatani jamur
Tahun 2006 setelah Jawa Barat yang tiram di Desa Genting Kecamatan Jambu
merupakan sentra produksi jamur tiram Kabupaten Semarang.
terbesar pertama di Indonesia dengan luas METODE PENELITIAN
panen 194,91 Ha, produktivitas 52,20 ton/ha
dan produksinya sebesar 10.173,80 ton Penelitian dilaksanakan pada bulan
(Ditjen Bina Produksi Hortikultura, 2007). Desember 2016 di Desa Genting Kecamatan
Provinsi Jawa Tengah memiliki sentra Jambu Kabupaten Semarang. Pemilihan
produksi jamur tiram yang cukup berpotensi lokasi ditentukan secara purposive, dengan
salah satunya di Kabupaten Semarang. Pada pertimbangan bahwa Desa Genting
Tahun 2015 produksi jamur tiram di Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang
Kabupaten Semarang mencapai 971.325 kg sebagai sentra produksi jamur tiram.
dengan luas panen 35.195 m2 (BPS Penelitian dilakukan dengan menggunakan
Semarang, 2015). Produktivitas usahatani metode sensus.
jamur tiram dapat mengalami peningkatan Metode yang digunakan dalam
maupun penurunan jumlah produksi, pengambilan sampel adalah dengan
disebabkan oleh kuantitas atau kualitas menggunakan metode sampling jenuh atau
penggunaan faktor produksi yang kurang yang dikenal dengan sensus sebanyak 30
tepat. Penggunaan faktor produksi merupakan petani jamur tiram. Menurut Wiratna dan
salah satu kunci utama dalam produksi Endrayanto (2012), sampling jenuh
usahatani jamur tiram. Jika penggunaan merupakan teknik penentuan sampel, bila
faktor produksi tidak tepat maka akan semua anggota populasi digunakan sebagai
menyebabkan penurunan produksi dalam sampel, hal ini dilakukan karena jumlah
usahatani jamur tiram. populasi relatif kecil biasanya kurang dari 30
Permasalahan yang sering dihadapi oleh orang. Responden pada penelitian ini adalah
petani jamur tiram adalah kondisi lahan unuk petani jamur tiram di Desa Genting
bangunan jamur tiram yang tidak syarat Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang.
tumbuh jamur tiram, produktivitas tenaga Pengambilan responden dilakukan sesuai
kerja rendah, penyakit pada jamur tiram dengan kriteria untuk tujuan penelitian ini,

64 Jurnal Agrisocionomics 1(1):63-71


yaitu petani yang memproduksi jamur tiram smirnov dan dilakukan uji asumsi klasik. Uji
dari awal pembuatan baglog hingga normalitas bertujuan untuk menguji apakah
pemanenan jamur tiram. dalam model regresi, variabel pengganggu
Data yang dikumpulkan merupakan data atau residual memiliki distribusi normal. Uji
primer dan data sekunder. Data primer terdiri normalitas data dilakukan dengan uji
dari identitas responden (umur, pendidikan kolmogorov-smirnov. Suatu data dikatakan
terakhir, jumlah tanggungan keluarga, lama normal apabila nilai sigifikansi yang
berusahatani jamur tiram dan luas lahan yang diperoleh sebesar ≥ 0,5 (Ghozali, 2005). Uji
dimiliki), faktor–faktor produksi jamur tiram, asumsi klasik terdiri dari uji
jumlah penggunaan faktor produksi dan heterokedastisitas, uji autokorelasi dan uji
jumlah produksi jamur tiram dalam satu kali multikolinieritas (Santoso, 2001).
periode. Data sekunder didapatkan dari buku, Tujuan kedua dalam penelitian ini
literatur dan penelitian terdahulu. Data yang dianalisis menggunakan analisis efisiensi
telah diperoleh kemudian dikumpulkan, ekonomi. Efisiensi ekonomi dapat tercapai
ditabulasi dan dianalisis. Terdapat dua macam apabila Nilai Produk Marjinal (NPM) sama
analisis data yaitu analisis data secara dengan Biaya Korbanan Marjinal (BKM)
kualitatif dan analisis data secara kuantitatif. sehingga dirumuskan sebagai berikut :
Analisis data kualitatif berdasarkan dari data Efisiensi Ekonomi = NPMx = BKMx atau
yang dinyatakan dalam bentuk uraian dan (NPMx/BKMx) =1
analisis data kuantitatif berdasarkan angka Dijabarkan sebagai berikut :
dan perhitungan dengan metode statistik Efisiensi Ekonomi = NPMxi = Bxi.Y/ Xi.Py
menggunakan program SPSS (Soebagyo, BKMxi Pxi
1997). atau MPP.Py = 1
Tujuan pertama dalam penelitian ini Pxi
menggunakan model Cobb – Douglas untuk Keterangan :
menjelaskan pengaruh penggunaan input atau NPM = Nilai Produk Marjinal
faktor produksi jamur tiram. Model Bxi = Koefisien regresi (b) masing-masing
persamaan mengacu pada (Sumodiningrat, variabel
2001): Xi = Input faktor produksi
Y = aX1b2.X2b2.X3b3. X4b4. X5b5. X6b6.eu Py = Harga y / produk (Produk jamur tiram)
Dari persamaan tersebut kemudian diubah BKMxi = Biaya Korbanan Marjinal faktor
dalam bentuk persamaan linier sebagai produksi
berikut : Pxi = Harga faktor produksi
LnY = b1LnX1 + b2LnX2 + b3LnX3 +
b4LnX4 + b5LnX5+ b6LnX6 + u.....(2) MPP (Marginal Physical Product) atau
Keterangan : produk marjinal dapat dihitung dari fungsi
Y = Jumlah produksi jamur tiram (kg) model Cobb-Douglas dengan cara koefisien b
a = Konstanta regresi dikalikan dan perhitungan nilai efisiensi
X1 = Luas lahan (m2) dilakukan setiap faktor produksi dan tidak
X2 = Jumlah penggunaan bibit (botol) secara bersamaan (Soekartawi, 2003),
X3 = Jumlah penggunaan serbuk Kayu kriteria pengujian sebagai berikut :
(karung) a. Penggunaan faktor produksi tidak efisien
X4 = Jumlah penggunaan bekatul (kg) jika NPM/BKM < 1
X5 = Jumlah penggunaan kapur (kg) b. Penggunaan faktor produksi sudah efisien
X6 = Tenaga kerja (jam kerja) jika NPM/BKM = 1
e = Logaritma natural (e=2,178) c.Penggunaan faktor produksi belum efisien
u = Kesalahan/error jika NPM/BKM > 1
Data yang diperoleh diuji kenormalannya
dengan uji normalitas uji kolmogorov-

Analisis Efisiensi Ekonomi (Puspitasari et al.) 65


HASIL DAN PEMBAHASAN dalam usaha pertanian, karena kemampuan
fisiknya masih baik.
Keadaan Umum Daerah Penelitian Tingkatan pendidikan responden
Desa Genting merupakan salah satu desa sebagian besar adalah tamatan SMP yaitu
yang berada di Kecamatan Jambu Kabupaten sebanyak 17 orang atau sebesar 56,67% yang
Semarang Provinsi Jawa Tengah. Letak Desa mana lebih dari separuh responden
Genting secara geografis pada 7,267560 LS berpendidikan terakhir SMP. Berdasarkan
dan 110,333000 BT dengan akurasi 11-23 m. data tersebut berarti tingkat pendidikan petani
Topografi wilayah Desa Genting Kecamatan jamur tiram dapat dikatakan cukup baik,
Jambu berada pada ketinggian rata-rata karena semakin tinggi tingkat pendidikannya
12.010 m di atas permukaan laut. Suhu udara maka semakin tinggi pengetahuannya. Hal ini
di Desa Genting Kecamatan Jambu berkisar sesuai dengan pendapt Soeharjo dan Patong
(1999) yang menyatakan bahwa tinggi
antara 17,060 – 25,790 C. Desa Genting
rendahnya pendidikan akan berpengaruh pada
Kecamatan Jambu mempunyai curah hujan
inovasi baru, dimana sikap mental dan
rata–rata 3.896,235 mm per tahun dan 138,77
perilaku tenaga kerja dalam pekerjaannya
hari hujan per tahun, dengan rata-rata suhu
dipengaruhi oleh tingkat pendidikan yang
tersebut maka Desa Genting sangat berpotensi
lebih tinggi, yaitu akan lebih mudah untuk
sebagai tempat pembudidayaan jamur tiram
menerapkan inovasi.
hal ini sesuai dengan pendapat Cahyana et al
Pengalaman bertani jamur tiram yang
(1999) yang menyatakan bahwa suhu yang
dimiliki responden sebagian besar masih
optimal untuk pertumbuhan jamur tiram
dikatakan rendah. Diketahui bahwa sebesar
dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi
40% dari responden hanya berpengalaman 1
yang memerlukan suhu udara berkisar antara
hingga 5 tahun. Rendahnya pengalaman
22 – 28oC dengan kelembaban 60 – 70% dan dikarenakan bahwa usaha yang dilakukan
fase pembentukan badan buah, memerlukan masih baru dan merupakan usaha sampingan
suhu udara antara 16 – 22oC. Desa Genting untuk memenuhi kebutuhan harian selain
Kecamatan Jambu merupakan salah satu Desa usaha tetapnya sebagai petani perkebunan.
di Kabupaten Semarang yang merupakan Diketahui jumlah tanggungan keluarga
sentra jamur tiram. Sebagian besar mata responden terbesar adalah sebanyak 3-5 orang
pencaharian penduduk Desa Genting adalah (66,67%). jumlah tanggungan keluarga
sebagai petani, selain sebagai petani jamur merupakan beban tanggungan petani untuk
tiram, penduduk Desa Genting juga mayoritas memenuhi kebutuhan sehari-hari anggota
bekerja sebagai petani perkebunan. keluarga, maka perlu diperhatikan jumlah
tanggungan keluarga yang dimiliki. Hal ini
Identitas Responden sesuai dengan pendapat Soekartawi (2003)
Responden yang digunakan dalam bahwa jumlah tanggungan keluarga erat
penelitian ini adalah sebanyak 30 orang kaitannya dengan peningkatan pendapatan
petani jamur tiram di Desa Genting. Identitas keluarga. Petani yang memiliki jumlah
responden meliputi umur, tingkat pendidikan, tanggungan keluarga banyak sebaiknya
jumlah tanggungan keluarga, lama usahatani meningkatkan pendapatan dengan
dan luas lahan. Responden dengan usia 41 – meningkatkan skala usahatani dengan
50 tahun mempunyai jumlah terbanyak yaitu menerapkan inovasi baru agar dapat
sebanyak 11 orang (36,67%). Usia 41 – 50 meningkatkan pendapatan untuk memenuhi
tahun merupakan usia produktif dan usia kebutuhan sehari-hari anggota keluarga. Rata-
lebih dari 60 tahun merupakan usia non- rata luas lahan yang dimiliki petani jamur
produktif. Tingkatan umur dapat tiram di Desa Genting sebesar 124,43 m 2.
mempengaruhi kemampuan fisik untuk dapat Status kepemilikan lahan petani adalah milik
bekerja. Usia produktif akan lebih menunjang pribadi.

66 Jurnal Agrisocionomics 1(1):63-71


Pengaruh Faktor Produksi Terhadap Faktor produksi luas lahan memiliki
Produksi Jamur tiram koefisien regresi (b) sebesar -0,615 hal ini
Pengaruh penggunaan faktor produksi berarti setiap adanya penambahan 1% luas lahan
jamur tiram terhadap jumlah produksi jamur dengan asumsi faktor-faktor produksi lainnya
tiram di Desa Genting Kecamatan Jambu dianggap konstan maka akan mengurangi
Kabupaten Semarang disajikan pada Tabel 1. rata-rata produksi jamur tiram sebesar
Berdasarkan Tabel 1 diketahui pengaruh 0,615%. Hal ini menunjukan bahwa budidaya
penggunaan faktor produksi terhadap produksi jamur tiram tidak membutuhkan lahan yang luas.
jamur tiram adalah didapatkan nilai koefisien Hal ini sesuai dengan pendapat Umniyatie et al.
determinasi (R2) sebesar 0,651 berarti 65,1% (2013), bahwa budidaya jamur merupakan
variasi hasil produksi dapat dijelaskan oleh salah satu budidaya yang tidak mengenal
faktor produksi yang dimasukkan dalam musim dan tidak membutuhkan tempat yang
model, sedangkan sisanya sebesar 34,9% luas, besarnya rumah jamur ini tergantung
dijelaskan oleh faktor lain diluar model pada jumlah polybag yang akan ditempatkan.
regresi yang digunakan Ketinggian rumah jamur 5-6 meter, beratap
Hasil analisis uji F menunjukkan nilai genting/plastik,dinding dari anyaman bambu
signifikansi sebesar 0,000. Hasil tersebut yang dilapisi plastik.
menunjukkan bahwa faktor produksi lahan, bibit Faktor produksi serbuk kayu mempunyai
jamur, serbuk kayu, bekatul, kapur dan tenaga koefisien regresi (b) sebesar 0,484 artinya
kerja secara serempak berpengaruh terhadap setiap penambahan serbuk kayu sebesar 1%
produksi jamur tiram karena nilai signifikansi dengan asumsi faktor-faktor produksi lainnya
yang didapatkan ≤ 0,05. dianggap konstan maka akan menaikkan rata-rata
Berdasarkan Tabel 1 juga didapatkan produksi jamur tiram sebesar 0,484%. Serbuk
persamaan sebagai berikut : kayu merupakan komponen penting dalam
Y = 0,867- 0,615 X1 + 0,484 X3 + 0,417 X4 budidaya jamur tiram karena serbuk kayu
+ 0,484 X6 merupakan media tanam yang digunakan dalam
Berdasarkan analisis uji t dapat diketahui budidaya jamur tiram maka dari itu perlu
bahwa faktor produksi yang berpengaruh diperhatikan jumlah kebutuhannya agar
terhadap produksi jamur tiram adalah lahan, tercukupi hal ini sesuai dengan pendapat
serbuk kayu, bekatul dan tenaga kerja Cahyana et al. (1999) yaitu media tumbuh
sedangkan faktor produksi bibit dan kapur dalam budidaya jamur tiram dapat berupa
tidak berpengaruh terhadap produksi jamur serbuk kayu ataupun campuran serbuk kayu
tiram. dan jerami.

Tabel 1. Hasil Analisis Regresi Faktor Produksi Usahatani Jamur Tiram


di Desa Genting Kecamatan Jambu
Variabel Koefisien Regresi (b) Signifikansi
Constant 0,867
Lahan (X1) -0,615 0,046*
Bibit jamur (X2) 0,235 0,237
Serbuk kayu (X3) 0,484 0,045*
Bekatul (X4) 0,417 0,034*
Kapur (X5) 0,038 0,831
Tenaga Kerja (X6) 0,484 0,007
R-square 0,651
F-hitung 7,144 0,000
Sumber: Data penelitian diolah, 2016.
Keterangan: * Signifikansi pada α 5%

Analisis Efisiensi Ekonomi (Puspitasari et al.) 67


Koefisien regresi (b) faktor produksi produksi jamur tiram di Desa Genting sudah
bekatul sebesar 0,417 artinya setiap mencapai efisien atau belum. Perhitungan
penambahan bekatul sebesar 1% dengan nilai efisiensi dilakukan untuk setiap faktor
asumsi faktor-faktor produksi lainnya produksi. Rata-rata produksi jamur tiram
dianggap konstan maka akan menaikkan rata- dalam saatu kali peride tanam selama 4 bulan
rata produksi jamur tiram sebesar 0,417%. adalah sebanyak 2.546,5 kg dengan harga
Bekatul berperan sebagai nutrisi untuk media rata-rata tiap kilogram sebesar Rp 8.383,-.
serta perkembangan miselia. Hal ini sesuai Input faktor produksi (X), harga input (PX),
dengan pendapat Lelley dan Janβen (1993) marginal produk (MPP) dan hasil perhitungan
yang menyatakan bahwa untuk meningkatkan efisiensi ekonomi dapat dilihat pada Tabel 2.
produktifitas jamur tiram dan kandungan Berdasarkan Tabel 2 diketahui bahwa
nutrien dalam substrat diperlukan nilai efisiensi ekonomi yang didapatkan untuk
suplementasi bahan-bahan tambahan (bekatul, faktor produksi lahan adalah sebesar -0,011
kapur atau gips). maka dikatakan bahwa penggunaan faktor
Koefisien regresi (b) faktor produksi produksi luas lahan tidak efisien karena nilai
tenaga kerja sebesar 0,484 berarti setiap efisiensi yang didapat kurang dari 1, maka
penambahan penggunaan tenaga kerja sebesar perlu adanya pengurangan untuk
1% dengan asumsi faktor-faktor produksi mendapatkan hasil yang maksimal dengan
lainnya dianggap konstan maka akan biaya yang efisien. Pembudidayaan jamur
menaikkan rata-rata produksi jamur tiram tiram tidak memerlukan lahan yang luas
sebesar 0,484%. Tenaga kerja merupakan untuk tempat tumbuh jamur. Banyak atau
faktor yang penting dalam suatu kegiatan tidaknya hasil yang didapatkan tidak
usahatani dengan menggunakan tenaga kerja tergantung pada besarnya ruangan tempat
yang cukup maka akan menghasilkan poduksi tumbuh jamur. Sesuaikan dengan kebutuhan
yang maksimal. Hal ini sesuai dengan jumlah log atau media tanam yang akan
pendapat Hernanto (1991) yang menyatakan dipelihara. Hal ini sesuai dengan pendapat
bahwa, penggunaan tenaga kerja harus sesuai Suriawiria (2006) yang menyatakan bahwa
dengan kebutuhan dari suatu kegiatan budidaya jamur tiram tidak membutuhkan
usahatani agar mendapatkan produksi yang lahan yang luas, disesuaikan dengan
terus meningkat. kebutuhan, misalnya disesuaikan dengan
jumlah log atau media tanam yang akan
Efisiensi Ekonomi Penggunaan Faktor dipelihara. Bahan-bahan yang diperlukan
Produksi untuk rak atau tempat pemeliharaan media
Analisis efisiensi digunakan untuk tanam sebaiknya terbuat dari bambu, agar
mengetahui apakah penggunaan faktor tidak cepat rusak kalau ditumbuhi jamur.

Tabel 2. Perhitungan Efisiensi Ekonomi Usahatani Jamur Tiram di Desa Genting


Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang
Faktor produksi Koefisien Nilai Faktor Harga X Marginal Efisiensi
Regresi (b) Produksi (x) Physical ekonomi
Product
Luas lahan -0,615 124,43 30000 -14,89 -0,01
Bibit 0,235 278,53 4881 2,25 3,87
Serbuk kayu 0,484 287,20 6116 4,28 5,87
Bekatul 0,417 1052,27 1891 1,52 6,76
Kapur 0,038 137,12 6000 0,87 1,22
Tenaga kerja 0,484 453,93 27500 3,40 1,03

Sumber : Data penelitian diolah, 2016.

68 Jurnal Agrisocionomics 1(1):63-71


Jumlah dan tinggi rak tergantung pada tinggi perkembangan miselia. Pendapat Winarni
ruang pemeliharaan dan jumlah media tanam dan Rahayu (2002), jamur tiram dapat
yang akan dipelihara. tumbuh pada media yang mengandung nutrisi
Nilai efisiensi ekonomi yang didapatkan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan yaitu
untuk faktor produksi bibit sebesar 3,87 lignin, karbohidrat (selulosa dan glukosa),
berarti nilai efisiensi ekonomi yang nitrogen, serat, dan vitamin. Produksi jamur
didapatkan untuk faktor produksi bibit adalah tiram putih (Pleuratus ostreatus)
lebih besar dari 1 maka dikatakan penggunaan menunjukkan bahwa formulasi paling baik
faktor produksi bibit secara ekonomi belum media tanam terhadap produksi jamur tiram
efisien, sehingga perlu adanya penambahan putih adalah serbuk gergaji kayu 15 kg,
faktor produksi bibit untuk menaikkan jumlah bekatul 2,25 kg, gips 0,15 kg, kapur 0,375 kg.
produksi jamur tiram. Bibit merupakan salah Nilai efisiensi ekonomi faktor produksi
satu faktor produksi yang menentukan dalam kapur adalah sebesar 1,22 dimana nilai
budidaya jamur tiram jika bibit yang efisiensi lebih besar dari 1 maka penggunaan
digunakan mempunyai keunggulan yang faktor produksi kapur belum efisien,
maksimal dan dengan jumlah yang memadai diperlukan adanya penambahan faktor
maka akan meningkatkan produktifitas dari produksi kapur untuk meningkatkan produksi
budidaya jamur tiram. Hal ini sesuai dengan jamur tiram. Kapur berfungsi untuk mengatur
pendapat Mufarrihah (2009), bibit yang PH. Tingkat keasaman media sangat
unggul dan kuantitas penggunaan yang berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur
mencukupi akan menghasilkan jamur yang tiram. Apabila pH terlalu tinggi atau terlalu
berkualitas tinggi yang memungkinkan dapat rendah akan mengganggu pertumbuhan jamur
beradaptasi terhadap lingkungan yang lebih tiram atau bahkan akan tumbuh jamur lain.
baik dan akan mengahasilkan produktifitas Keasaman pH dapat diatur antara 6 – 7. Hal
yang tinggi. ini sesuai dengan pendapat Maulana (2011),
Nilai efisiensi faktor produksi serbuk yang menyatakan bahwa pada saat
kayu adalah 5,87 maka penggunaan faktor pertumbuhan miselia menghendaki keasaman
produksi serbuk kayu secara ekonomi media mendekati netral sampai netral.
dikatakan belum efisien sehingga perlu Nilai efisiensi ekonomi untuk faktor
adanya penambahan faktor produksi untuk produksi tenaga kerja adalah sebesar 1,03
meningkatkan jumlah produksi jamur tiram. dimana nilai efisiensi ekonomi yang didapat
Serbuk kayu merupakan salah satu komponen lebih besar dari 1 maka penggunaan faktor
penting dalam budidaya jamur tiram yaitu produksi tenaga kerja belum efisien, perlu
sebagai media tumbuh jamur tiram, maka adanya penambahan tenaga kerja untuk
perlu diperhatikan jumlah kebutuhan media mendapatkan produksi jamur tiram yang
tumbuh agar dapat menghasilkan poduksi maksimal. Kegiatan yang dilakukan oleh
yang maksimal. Menurut Cahyana et al. tenaga kerja adalah pengayakan,
(1999) bahwa nutrisi media berperan penting pencampuran, pewadahan, sterilisasi,
dalam proses budidaya jamur tiram, nutrisi inokulasi, inkubasi, penumbuhan, dan
bahan baku yang ditambahkan harus sesuai pemanenan. Tenaga kerja merupakan faktor
dengan kebutuhan hidup jamur tiram. yang penting dalam suatu kegiatan usahatani
Nilai efisiensi ekonomi faktor produksi dengan menggunakan tenaga kerja yang
bekatul adalah sebesar 6,76 maka cukup maka akan menghasilkan poduksi yang
penggunaan faktor produksi bekatul belum maksimal. Menurut Mubyarto (1995), bahwa
efisien, diperlukan adanya penambahan input tenaga kerja menentukan tingkat keberhasilan
faktor produksi tersebut untuk meningkatkan usahatani jika jumlah penggunaan tenaga
jumlah produksi jamur tiram. Bekatul kerja sesuai dengan kebutuhan.
berperan sebagai nutrisi untuk media serta

Analisis Efisiensi Ekonomi (Puspitasari et al.) 69


SIMPULAN DAN SARAN Swadaya, Jakarta.
Ghozali, I. 2005. Aplikasi Analisis
Simpulan Multivariate dengan Program SPSS.
Berdasarkan Penelitian yang telah Badan Penerbit Universitas Diponegoro,
dilaksanakan di Desa Genting Kecamatan Semarang.
Jambu Kabupaten Semarang mengenai Hernanto, F. 1991. Ilmu Usahatani. Penebar
efisiensi ekonomi penggunaan faktor Swadaya, Jakarta.
produksi usahatani Jamur Tiram dapat Lelley, J.I. dan Janβen. 1993. Interactions
disimpulkan bahwa: Between Supplementation,
a. Faktor produksi yang berpengaruh nyata Fructifications-Surface AND Productivity
terhadap produksi Jamur Tiram di Desa of The Substrate of Pleurotus spp. The
Genting Kecamatan Jambu Kabupaten Chinese University Press, Hong Kong.
Semarang adalah luas lahan, serbuk kayu, Maulana, E. 2011. Panen Jamur Tiap Musim
bekatul dan tenaga kerja. Bibit dan kapur (Panduan Lengkap Bisnis dan Budidaya
tidak berpengaruh secara nyata terhadap Jamur Tiram). Lily Publisher, Yogyakarta.
produksi jamur tiram di Desa Genting Mubyarto. 1995. Pengantar Ekonomi
Kecamatan Jambu Kabupaten Semarang. Pertanian. PPBS, Jakarta.
b. Penggunaan faktor produksi pada usahatani Muffarihah, L. 2009. Penambahan Bekatul
Jamur Tiram di Desa Genting pada dan ampas Tahu Pada Media Terhadap
prinsipnya belum dan tidak efisien efisien Pertumbuhan dan Produksi Jamur Tiram
secara ekonomi. Bibit jamur, serbuk kayu, Putih (Pleurotus ostreatus). Universitas
bekatul, kapur dan tenaga kerja merupakan Islam Negeri Malang, Malang. (Skripsi)
faktor produksi usahatani jamur tiram yang Santoso, S. 2001. Analisi Parametrik dengan
belum efisien, sedangkan penggunaan SPSS. Exelmultimedia, Jakarta.
faktor produksi luas lahan tidak efisien. Soebagyo, J. 1997. Metode Penelitian Dalam
Teori Dan Praktek. PT. Rineka Cipta,
Saran Jakarta.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah Soeharjo, A. dan Patong, D. 1999. Sendi-
dilakukan maka disarankan penggunaan Sendi Pokok Ilmu Usaha Tani.
faktor produksi bibit, serbuk kayu, bekatul, Departemen Ilmu-Ilmu Sosial Ekonomi.
kapur dan tenaga kerja perlu ditingkatkan Fakultas Pertanian. Institut Pertanian
karena secara ekonomi faktor produksi Bogor, Bogor.
tersebut belum efisien. Agar tercapainya Soekartawi. 2003. Teori Ekonomi Produksi
tingkat efisiensi ekonomi pada usahatani Dengan Pokok Bahasan Analisis Fungsi
jamur tiram di Desa Genting diperlukan Cobb-Douglass. PT Raja Grafindo
adanya penambahan input bibit, serbuk kayu, Persada, Jakarta.
bekatul, kapur dan tenaga kerja. Penggunaan Sumodiningrat, G. 2001. Ekonometrika
faktor produksi lahan secara ekonomi pada Pengantar. BPFE, Yogyakarta.
usahatani jamur tiram di Desa Genting tidak Suriawiria, U. 2006. Budidaya Jamur Tiram.
efisien, sehingga tidak diperlukan adanya Kanisius, Yogyakarta.
penambahan lahan pada usahatani jamur Umniyatie, S., Astuti., Pramiadi, D dan
tiram karena usahatani budidaya jamur tiram Henuhili, V. 2013. Budidaya jamur tiram
tidak memerlukan lahan yang luas. (Pleuretus. Sp) sebagai alternatif usaha
bagi masyarakat korban erupsi Merapi di
DAFTAR PUSTAKA Dusun Pandan, Wukirsari, Cangkringan,
Sleman, DIY. Jurnal Inotek (17) : 2 167 –
Cahyana, Y.A., M. Mucrodji dan Bakrun. 168.
1999. Pembibitan, Pembudidayaan dan Winarni, I dan Rahayu, U. 2002. Pengaruh
Analisis Usaha Jamur Tiram. Penebar Formulasi Media Tanam Dengan Bahan

70 Jurnal Agrisocionomics 1(1):63-71


Dasar Serbuk Gergaji Terhadap Produksi Universitas Terbuka.
Jamur Tiram Putih (Pleuratus Ostreatus). Wiratna, S dan Endrayanto P,. 2012. Statistik
Jurnal Jurusan Pendidikan Biologi, Untuk Penelitian. Graha Ilmu, Jakarta.

Analisis Efisiensi Ekonomi (Puspitasari et al.) 71

Anda mungkin juga menyukai