Anda di halaman 1dari 9

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ADOPSI TEKNOLOGI

PENGENDALIAN HAMA TIKUS SAWAH (Rattus argentiventer) SECARA


TERPADU PADA TANAMAN PADI (Oryza sativa) DI DESA SIDOLUHUR,
KECAMATAN GODEAN, KABUPATEN SLEMAN

Factors Associated to the Adoption of Integrated Ricefield Mice Pest Control


Technology in Sidoluhur, Godean Subdistrict, Sleman Regency Yogyakarta Special
Region
Meliana, Miftakhul Arifin, dan Suharno
05.1.4.16.0721
Politeknik Pembangunan Pertanian Yogyakarta Magelang
Email: melianaana97@gmail.com

INTISARI
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan adopsi
teknologi petani dalam mengendalikan hama tikus sawah secara terpadu di Desa
Sidoluhur, Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kajian
ini dilaksanakan pada bulan Februari 2020 sampai bulan juni 2020. Jenis data yang
digunakan dalam kajian adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh dari hasil
pengumpulan data menggunakan metode wawancara dan kuesioner. Penentuan lokasi
hingga kelompok tani dilakukan secara Purposive sample, sedangkan penentuan sampel
responden dilakukan dengan teknik jenuh. Data dianalisis menggunakan Korelasi
Pearson atau Pearson Product Moment yang sebelumnya dilakukan analisis deskriptif.
Hasil analisis data menggunakan Korelasi Pearson menunjukan dari keempat faktor yang
menjadi variabel bebas, hanya variabel Pengalaman Bertani (X4) yang memiliki
hubungan yang signifikan dengan adopsi petani (Y) dengan nilai Koefisien Korelasi (r)
0, 398. Kegiatan penyuluhan bertujuan untuk meningkatkan motivasi dan pengalaman
petani dalam mengendalikan hama tikus sawah secara terpadu melalui Gerakan
Pengendalian (Gerdal) hama tikus sawah secara terpadu. Hasil Pre Test dan Post Test
menunjukan terjadinya peningkatan tingkat pengetahuan dan sikap petani dalam Gerakan
Pengendalian hama tikus sawah secara terpadu sebesar 31,8%. Tindak lanjut yang
dilakukan adalah melakukan penyuluhan, pendampingan, dan praktek dilapangan
mengenai pengendalian hama tikus sawah secara terpadu, melakukan koordinasi dengan
dinas terkait, perangkat desa, penyuluh, bersama anggota kelompok menyusun jadwal
kegiatan pengendalian hama tikus sawah disetiap blok sawah.
Kata Kunci : Adopsi, Hama Tikus, Pengendalian Terpadu.
ABSTRACT
This study aims to review the adoption of technology in farmers control pests and
integrated field mice in Sidoluhur Village, Godean Subdistrict, Sleman Regency
Yogyakarta Special Region. This study was conducted in February 2020 to June 2020.
The kind of data used in the study was primary and secondary data obtained from
interviews and questionnaires. The determination of locations up to the farmers was done
in Purposive Sample , the respondents saturated technique sample . Data analyzed by
employing Correlation Pearson or Pearson Product Moment carried out through
descriptive analysis. The results of the analysis employing correlation pearson data show
of the four independent variables, only farming experience variable ( X4 ) show

1
significant correlation with farmer experience (Y ) with the value of ( r) 0,398. Extension
activities aimed at increasing motivation and from the Pre Test and Post Test showed
elevated levels of knowledge by 31,8%. The follow-up is to conduct counseling,
mentoring, and field practice regarding integrated pest control in the fields and
coordinate with related agencies, village officials, extension workers, and hold meetings
with group members in preparing schedules for rice pest control activities in each block
sustainably.
Keywords : Adoption, Mice Rice Fields, Integrated ControlKeywords : Adoption, Mice
Rice Fields, Integrated Control
PENDAHULUAN
Masalah kerusakan tanaman akibat serangan hama telah merupakan bagian
budidaya pertanian sejak manusia mengusahakan pertanian ribuan tahun yang lalu.
Mula-mula manusia membunuh hama secara sederhana yaitu dengan cara fisik dan
mekanik sebagai bentuk reaksi pertahanan alami manusia. Namun, dengan semakin
luasnya lahan pertanian dan bertambahnya penduduk dunia cara-cara sederhana tersebut
tak mampu membendung peningkatan populasi dan keganasan hama (Kasumbogo
Untung, 1993). Tikus Sawah (Rattus argentiventus) masih merupakan hama padi utama
di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia. Suatu perkiraan yang konservatif
menyebutkan bahwa kehilangan hasil akibat tikus sawah berkisar antara 200.000 –
300.000 ton padi per tahun. Sedangkan di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta, pada
tanaman padi dilaporakan kehilangan hasil akibat serangan hama tkus mencapai 17%
per tahun (Petunjuk Teknis Pengendalian Tikus Sawah, BPTP DIY, 2013).
Menurut BPS Kecamatan Godean 2015-2019, produksi padi di desa Sidoluhur
terus mengalami fluktuasi bahkan cenderung menurun. Tidak hanya produktivitas,
namun produksi, luas lahan dan luas panen komoditas padi juga mengalami fluktuatif
yang cenderung menurun dari tahun 2014-2018 (Tabel 11 ). Dari tabel hasil olah data
sekunder pada tabel dapat dilihat bahwa luas tanam,luas panen, dan produksi padi
selama kurun waktu 5 tahun mengalami fluktuatif dan cenderung menurun. Sejak tahun
2015 produksi padi mengalami penurunan dari 5.019,3 ton ditahun 2014 menjadi 4.704
ton tahun 2015 dan terus mengalami fluktuatif hingga ditahun 2018 produksi padi di
desa Sidoluhur hanya mencapai 3.930,84 ton. Dari hasil produksi padi pun terlihat
bahwa ditahun 2014 dengan luas tanam yang sama dengan tahun 2018, menghasilkan
produksi yang berbeda dan lebih tinggi produksi padi di tahun 2014 yaitu sebesar
5.019,3 ton dibandingkan ditahun 2018. Data tersebut menunjukan adanya masalah dan
penghambat dalam proses budidaya sehingga terjadinya penurunan produksi padi.
Berdasarkan kajian data sekunder, luas serangan hama tikus di Desa Sidoluhur
pada tahun 2018 yaitu 227 ha meningkat dua kali lipat dari luas serangan pada tahun
2017 yaitu 101 ha (BPS Godean 2019, Tabel 12). Fakta dilapangan yang diperoleh dari
data primer berupa wawancara dengan penyuluh desa, petugas POPT dan petani,
menyatakan penyebab utama terjadinya penurunan produksi padi adalah tingginya
serangan hama tikus sawah dilahan pertanian dan didukung dengan kondisi petani
belum melakukan pengendalian hama tikus secara optimal. Petugas POPT menyatakan
tingkat penerapan komponen pengendalian hama tikus secara terpadu masih rendah
yaitu baru sekitar 46%. Hingga saat ini petani hanya melakukan pengendalian dengan
cara groyopokan dan petani melakukan pengendalian berupa goproyakan massal hanya
pada vase vegetatif tanaman padi (Hermanta, Petugas POPT UPTD BP4 II Godean).

2
Teknologi pengendalian hama tikus pada budidaya padi sawah telah disampaikan
oleh petugas POPT kepada petani di Desa Sidoluhur melalui SL – PHTT padi sawah
pada Tahun 2015. Tidak hanya sekali dalam setahun, berdasarkan hasil wawancara
setiap pertemuan kelompok tani yaitu 35 hari sekali, selalu disampaikan tentang
pengendalian hama tikus oleh petugas POPT maupun oleh penyuluh desa kepada
anggota kelompok tani. Namun petani di Desa Sidoluhur sendiri dalam hal penerapan
komponen pengendalian hama tikus pada tanaman padi sawah belum ada yang
menerapkan sesuai rekomendasi, cara pengendalianya yang paling banyak diterapkan
yaitu gropyokan, dan hanya sebagian kecil saja petani yang mengendalikan hama tikus
dengan musuh alami yaitu burung hantu, TBS, pengumpanan, pengemposan dan masih
dilakukan secara individual.
Berdasarkan uraian tersebut maka penulis melakukan kajian yang dituangkan
dalam tugas akhir yang berjudul “Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Adopsi
Teknologi Pengendalian Hama Tikus Sawah (Rattus Argentiventer) secara
Terpadu pada Tanaman Padi (Oryza sativa) di Desa Sidoluhur, Kecamatan
Godean, Kabupaten Sleman”. Tujuan dalam kajian meliputi : (1) mengetahui
hubungan yang signifikan antara umur petani pada adopsi komponen pengendalian
hama tikus terpadu, (2) mengetahui hubungan yang signifikan antara pendidikan petani
pada adopsi komponen pengendalian hama tikus terpadu, (3) mengetahui hubungan
yang signifikan antara luas lahan petani pada adopsi komponen pengendalian hama tikus
terpadu, dan (4) Untuk mengetahui hubungan yang signifikan antara pengalaman bertani
pada adopsi komponen pengendalian hama tikus terpadu.
METODE PELAKSANAAN
Kajian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2020 sampai Juni 2020 yang
berlokasi di Desa Sidoluhur Kecamatan Godean Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa
Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif
dimana analisa data berupa analisa deskriptif dan korelasi. Skala pengukuran yang
digunakan adalah skala rasio dan interval.
Data yang digunakan dalam kajian ini yaitu data primer dan data sekunder. Data
tersebut dikumpulkan menggunakan dua metode yaitu dengan metode wawancara dan
penyebaran kuesioner. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara terstruktur dan in
depth interview. Wawancara terstruktur digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan
kajian saat penjajakan. Sedangkan in depth interview digunakan untuk mencari informasi
mengenai petani yang telah mengadopsi/menerapkan komponen PHTT dan menentukan
faktor-faktor internal dan eksternal yang berhubungan dengan adopsi teknologi PHTT.
Angket yang digunakan pada kajian ini menggunakan angket semantic differential
dengan skala interval dari rentang angka 1 (Tidak menerapkan) sampai dengan 7
(Menerapkan). Teknik pengumpulannya yaitu dengan cara mendatangi responden secara
langsung untuk memberikan instrument angket kepada reponden (petani) secara perorang
(door to door)
Penentuan lokasi menggunakan teknik purposive sampling sedangkan untuk
pengambilan sampel teknik yang digunakan adalah secara sampel jenuh. Sampel Jenuh
adalah teknik penentuan responden bila semua anggota populasi digunakan sebagai
sampel. Hal ini sering digunakan bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang
(Sugiyono, 2018). Responden dalam kajian ini yaitu seluruh petani yang terdaftar
mengikuti kegiatan SL-PHTT berdasarkan daftar hadir peserta SL-PHTT 2015 yang
diselenggarakan di kelompok tani Ngudi Makmur II. Dengan jumlah sampel masing-

3
masing kelompok yaitu 18 peserta dari kelompok Tani Ngudi Makmur II dan 7 peserta
dari Kelompok Tani Kragilan.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam kajian ini berdasarkan tujuan kajian
yaitu teknik kuantitatif dengan uji statistik yaitu Korelasi yang digunakan untuk mengkaji
hubungan variabel bebas (X) dengan variabel terikat (Y). Berdasarkan jenis skala data
yang digunakan yaitu data interval dan rasio maka korelasi yang digunakan adalah
korelasi non-parametrik yaitu Korelasi Pearson Product Moment (r). Korelasi Pearson
menghasilkan koefesien korelasi yang berfungsi untuk mengukur kekuatan hubungan
linier antara dua variabel. Jika hubungan dua variabel tidak linier, maka koefesien
korelasi Pearson tersebut tidak mencerminkan kekuatan hubungan dua variabel yang
sedang diteliti, meski kedua variabel mempunyai hubungan kuat. Koefisien korelasi ini
disebut koefisien korelasi Pearson karena diperkenalkan pertama kali oleh Karl Pearson
tahun 1990 (Firdaus, 2009).
Koefisien korelasi adalah ukuran yang dipakai untuk mengetahui derajat
hubungan antara variabel-variabel (Siregar, 2013). Nilai koefesien korelasi berada di
antara -1<0<1 yaitu apabila r= -1 korelasi negatif sempurna, artinya setiap peningkatan
pada variabel tertentu maka terjadi penurunan pada variabel lainnya. Sebaliknya jika r =
1, maka diperoleh korelasi positif sempurna, artinya ada hubungan yang positif antara
variabel, dan kuat atau tidaknya hubungan ditunjukan oleh besarnya nilai koefisien
korelasi (Sugiyono, 2008).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Desa Sidoluhur merupakan satu dari ketujuh desa yang berada di wilayah
administrasi Kecamatan Godean, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Desa
Sidoluhur memiliki luas wilayah terbesar kedua di Kecamatan Godean yaitu 519 Ha.
Memiliki 15 dukuh, 35 RW dan 77 RT yang berbatasan dengan Desa Margoluwih
Kecamatan Seyegan di Sebelah Utara desa, Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa
Sumbersari Kecamatan Moyudan, sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sidorejo
Kecamatan Godean dan di sebelah Timur berbatasan dengan Desa Sidomulyo Kecamatan
Godean. Wilayah Desa Sidoluhur Kecamatan Godean Kabupaten Sleman merupakan
daerah dataran rendah dengan topografi 90% datar dan 10% perbukitan dengan ketinggian
tempat 143 – 150 meter dari permukaan laut. Keadaan tanah berwarna cokelat yang
terbentuk dari pasir, debu dan liat. Sebagian tanah terdiri dari tanah liat dan debu berpasir.
Hasil Kajian
Karakteristik Responden
Responden pada penelitian ini adalah anggota kelompok tani yang pernah
mengikuti kegiatan SL-PHTT di Desa Sidoluhur pada tahun 2015 yang berjumlah 25
peserta. Karakteristik responden berdasarkan usia responden menunjukan rata-rata
responden berusia 50-65 tahun keatas masuk kategori usia produktif. Mayoritas responden
memiliki tingkat pendidikan dasar sebesar 44%. Rata-rata luas lahan yang dimilik
responden yaitu kurang dari 5000 m2 yang masuk dalam kategori sempit yaitu sebesar
72% dengan pengalaman bertani sebagian besar diatas 10 tahun yang termasuk memiliki
pengalaman bertani yang tinggi yaitu sebesar 72%.
Uji Instrument dan Data
Dari 26 butir soal yang dilakukan uji validitas, terdapat 16 soal yang valid dan
reliabel. Sepuluh butir soal yang dinyatakan tidak valid dikarenakan sebaran jawaban
yang tidak merata dan banyaknya ragam jawaban dalam soal yang sama. Sedangkan Hasil
reliabilitas menunjukan bahwa nilai Cronbach Alpha dari seluruh soal adalah 0,733 hasil

4
tersebut lebih besar dari 0,6. Dari hasil tersebut maka disimpulkan bahwa instrument yang
digunakan sudah layak untuk digunakan dalam pengambilan data.
Uji normalitas yang dilakukan menunjukan angka signifikansi Asymp. Sig (2-
tailed) 0,200 > 0,05 maka disimpulkan sebaran data yang dilakukan menunjukan bahwa
data berdistibusi normal dan hasil uji linieritas data menunjukan bahwa empat variabel
bebas memiliki hubungan yang linier dengan variabel terikat.
Deskriptif
Hasil analisis deskriptif dilakukan menggunakan analisis skala Likert yang
menunjukan bahwa hasil persentase adopsi petani tentang teknologi pengendalian hama
tikus sawah secara terpadu pada tanaman padi masuk dalam kategori rendah dengan nilai
persentase sebesar 51,4%.
Analisis Korelasi Pearson Product Moment
Tabel 1. Output SPSS Korelasi Pearson
Correlations
Adopsi teknologi PHTT
Usia Pearson Correlation 0,197
Sig. (2-tailed) 0,344
Tingkat pendidikan Pearson Correlation 0,357
Sig. (2-tailed) 0,080
Luas lahan Pearson Correlation 0,095
Sig. (2-tailed) 0,651
Pengalaman bertani Pearson Correlation 0,398*
Sig. (2-tailed) 0,049
N 25

Sumber : Output SPSS Data, 2020

Berdasarkan tabel 1 tersebut, dari empat faktor X sebagai variabel terikat hanya
faktor pengalaman bertani yang memiliki nilai Sig. (2-tailed) 0,049 < 0,05 pada variavel
bebas. Dari hasil tersebut maka disimpulkan bahwa hanya variabel X 4 yaitu Pengalaman
Bertani yang memiliki korelasi dengan variabel Y (Adopsi Teknologi PHTT). Tabel 1
diatas juga menunjukan bahwa tidak ada hasil negatif, dengan demikian maka sifat
hubungan semua variabel X dengan variabel Y adalah positif.

Berdasarkan tujuan uji korelasi Pearson yaitu untuk mengetahui keeratan


hubungan variabel bebas dengan variabel terikat yang dinyatakan dengan koefisien
korelasi (r), tabel 2 berikut berisi data koefisien korelasi variabel X ke Y yang
diinterpretasikan berdasarkan tabel derajat hubungan.
Tabel 2. Derajat Hubungan Antar Variabel X dan Y
Variabel Koefisien Korelasi (r) Kesimpulan
Usia 0,197 Tidak ada korelasi
Tingkat Pendidikn 0,357 Korelasi lemah
Luas Lahan 0,095 Tidak ada korelasi
Pengalaman Bertani 0,398 Korelasi Lemah
Sumber : Sumber: Data yang Diolah, 2020
Berdasarkan tabel 2 hasil uji statistik menggunakan Korelasi Pearson ada dua
variabel X yaitu faktor usia dan faktor luas lahan yang disimpulkan tidak berkorelasi
dengan variabel Y dengan nilai r berturut-turut yatu 0,197 dan 0,095. Dengan demikian
hanya dua variabel X yaitu faktor Tingkat Pendidikan dan Pengalaman Bertani yang

5
memiliki korelasi dengan variabel Y meskipun dengan derajat korelasi yang masuk
kategori lemah dengan masing-masing nilai r 0,357 dan 0,398.
Pembahasan
Hubungan Usia (X1) dengan adopsi pengendalian hama tikus sawah secara terpadu
(Y)
Berdasarkan hasil analisa korelasi Pearson, nilai Sig. (2- tailed) dari faktor usia
(X1) pada adopsi teknologi PHTT (Y) adalah 0,344 > 0,05 artinya bahwa tidak ada
hubungan yang signifikan antara usia petani dengan adopsi petani tentang teknologi
Pengendalian Hama Tikus secara Terpadu. Dalam hal ini baik usia belum produkti atau
usia produktif muapun usia tidak produktif tidak ada hubungan yang signifikan dengan
kemauan atau keputusan petani untuk mengadopsi teknologi Pengendalian Hama Tikus
Sawah secara Terpadu karena adopsi teknologi tersebut dapat diterapkan oleh siapa saja
tanpa membedakan usia.
Hubungan Tingkat Pendidikan (X2) dengan adopsi pengendalian hama tikus sawah
secara terpadu (Y)
Hasil analisa Korelasi Pearson menunjukan bahwa nilai Sig. (2- tailed) antara
variabel tingkat pendidikan (X2) dengan adopsi teknologi Pengendalian Hama Tikus
Sawah secara Terpadu pada Tanaman Padi Sawah adalah 0,080 > 0,05. Karena nilai
probabilitas yang dinyatakan pada nilai Sig. (2- tailed) antara kedua variabel lebh besar
dari nilai taraf nyata, maka disimpulkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
variabel tingkat pendidikan dengan adopsi teknologi Pengendalian Hama Tikus Sawah
secara Terpadu pada Tanaman Padi Sawah. Kenyataan dilapangan diketahui bahwa
tingginya tingkat pendidikan petani tidak terlalu membuat mereka semakin mengerti dan
mau mengadopsi teknologi Pengendalian Hama Tikus Sawah secara Terpadu pada
Tanaman Padi Sawah dengan baik.
Hubungan Luas Lahan (X3) dengan adopsi pengendalian hama tikus sawah secara
terpadu (Y)
Hasil nilai Sig. (2- tailed) pada analisis korelasi Pearson (r) antara variabel luas
lahan (X3) dengan variabel adopsi teknologi Pengendalian Hama Tikus Sawah secara
Terpadu pada Tanaman Padi Sawah adalah 0,651 yang artinya > 0,05. Karena nilai r
tersebut lebih besar dari nilai taraf nyata maka disimpulkan untuk menerima hipotesis
nol, yang artinya tidak terdapat hubungan yang signifikan antara variabel luas lahan
dengan variabel adopsi Pengendalian Hama Tikus Sawah secara Terpadu pada Tanaman
Padi Sawah. Hail ini juga menunjukan bahwa dengan taraf kepercayaan 95% tidak
ditemukan hubungan yang signifikan. Kenyataan dilapangan menunjukan bahwa petani
luas lahan tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan adopsi petani, karena ada
beberapa petani yang memiliki luas lahan sempit yang justru menerapkan adopsi
teknologi Pengendalian Hama Tikus Sawah secara Terpadu pada Tanaman Padi Sawah.
Hubungan Pengalaman Bertani (X4) dengan adopsi pengendalian hama tikus sawah
secara terpadu (Y)
Nilai Sig. (2 -tailed) pada hasil analisa korelasi Pearson antara variabel
Pengalaman Bertani (X4) dengan adopsi teknologi Pengendalian Hama Tikus Sawah
secara Terpadu pada Tanaman Padi Sawah adalah 0,049, artinya nilai tersebut kurang dari
nilai taraf nyata 0,05 korelasi. Karena nilai probabilitas uji dua variabel tersebut lebih
kecil dari dari taraf nyata maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
variabel pengalaman bertani dengan adopsi teknologi. Selain itu, bentuk korelasi antara
kedua variabel positif artinya setiap peningkatan nilai yang terjadi pada variabel X maka

6
terjadi hubungan yang signifikan dengan variabel Y , yang artinya akan terjadi
peningkatan pula pada variabel Y.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Kesimpulan kajian Tugas Akhir yang berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Adopsi Teknologi Pengendalian Hama Tikus Sawah secara Terpadu pada
Tanaman Padi Sawah adalah sebagai berikut :
1. Tidak terdapat hubungan yang signifikant antara usia petani dengan adopsi teknologi
pengendalian Hama Tikus Sawah secara terpadu pada tanaman padi sawah.
2. Tidak terdapat hubungan yang signifikant antara tingkat pendidikan petani dengan
adopsi teknologi pengendalian Hama Tikus Sawah secara terpadu pada tanaman padi
sawah.
3. Tidak terdapat hubungan yang signifikant antara luas lahan petani dengan adopsi
teknologi pengendalian Hama Tikus Sawah secara terpadu pada tanaman padi sawah.
4. Terdapat hubungan yang signifikant antara pengalaman bertani petani dengan adopsi
teknologi pengendalian Hama Tikus Sawah secara terpadu pada tanaman padi sawah.
5. Tujuan penyuluhan sudah tercapai ditunjukan dengan kenaikan jumlah persentase
pada Pre test (64,69%) dan Post Test (96,51) yaitu sebesar 31,8%.
6. Tindak lanjut dalam jangka pendek yang dilakukan adalah melakukan penyuluhan,
pendampingan, dan praktek dilapangan mengenai pengendalian hama tikus sawah
secara terpadu serta melakukan koordinasi dengan dinas terkait, perangkat desa,
penyuluh, dan untuk melakukan pertemuan bersama anggota kelompok dalam
menyusun jadwal kegiatan pengendlaian hama tikus sawah disetiap blok secara
berkelanjutan.
Saran
Saran dari Tugas Akhir yang berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan
Adopsi Teknologi Pengendalian Hama Tikus Sawah secara Terpadu pada Tanaman Padi
Sawah adalah sebagai berikut:
1. Untuk meningkatkan adopsi teknologi petani dalam Pengendalian Hama Tikus Sawah
(Rattus argentiventer) secara Terpadu pada Tanaman Padi Sawah diperlukannya
penyuluhan dan pendampingan lebih lanjut tentang pengendalian Hama Tikus Sawah
secara terpadu khususnya pada komponen pengendalian secara kultur teknis dan fisik
mekanik.
2. Untuk meningkatkan adopsi teknologi petani dalam Pengendalian Hama Tikus Sawah
(Rattus argentiventer) secara Terpadu pada Tanaman Padi Sawah sangat diperlukan
menyelanggarakan kegiatan-kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama untuk
meningkatkan kekompakkan dan pengalaman petani dalam menangani serangan
Hama Tikus Sawah serta memupuk rasa kebersamaan dan jiwa gotongroyong antar
petani.
3. Pada tahap awal proses pemberdayaan diperlukannya keaktifan dari pemerintah
setempat yaitu perangkat desa dan dinas terkait dalam menyediakan sarana prasarana
yang dapat mendukung kegiatan pengendalian hama tikus sawah terpadu secara
biologis/hayati dan kimiawi.
4. Teknik Pengendalian yang efektif diterapkan dalam mengendalikan Hama Tikus
Sawah diluar materi penyuluhan yaitu menggunakan teknik Linnier Trap Barrier
System (LTB) atau Trap Barrier System (TBS). Namun, teknik pengendalian ini
memerlukan biaya yang cukup tinggi.

7
DAFTAR PUSTAKA
Agus W. Anggara Dan Sudarmaji. 2008. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jawa Barat
: Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Jl Raya 9 Sukamandi Subang 41256.
Ahmad, Y. 2016. Pengaruh Karakteristik Inovasi Pertanian Terhadap Keputusan Adopsi
Usaha Tani Sayuran Organik. Journal Of Agroscience. Vol 6 No. 2.
Amala, T.A., Cahlil, D., Sihombing, L. 2013. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Tingkat Adopsi Petani Terhadap Sistem Pertanian Padi Organik (Studi Kasus :
Desa Lubuk Bayas, Kecamatan Perbaungan,Kabupaten Serdang Bedagai).
Journal On Social Economic of Agriculture and Agribusiness Vol. 2 No. 11
BPS Sleman. 2018. Kabupaten Sleman Dalam Angka Tahun 2018. BPS Kabupaten
Sleman. Yogyakarta.
BPS Sleman. 2019. Kabupaten Sleman Dalam Angka Tahun 2019. BPS Kabupaten
Sleman. Yogyakarta.
BPS Godean. 2015. Kecamatan Godean Dalam Angka Tahun 2016. BPS Kabupaten
Sleman. Yogyakarta.
. 2016. Kecamatan Godean Dalam Angka Tahun 2016. BPS Kabupaten
Sleman. Yogyakarta.
. 2017. Kecamatan Godean Dalam Angka Tahun 2017. BPS Kabupaten
Sleman. Yogyakarta.
. 2018. Kecamatan Godean Dalam Angka Tahun 2018. BPS Kabupaten
Sleman. Yogyakarta.
. 2019. Kecamatan Godean Dalam Angka Tahun 2019 BPS Kabupaten
Sleman. Yogyakarta.
Firdaus, Zamal. 2009. Korelasi antara Pelatihan Teknis Perpajakan, Pengalaman dan
Motivasi Pemeriksa Pajak dengan Kinerja Pemeriksa Pajak pada Kantor
Pelayanan Pajak di Jakarta Barat. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Mardikanto. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. UNS Press. Surakarta.
Priyambodo S. 2003. Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Jakarta : Penebar Swadaya.
Priyambodo, S. 1995. Seri PHT, Pengendalian Hama Tikus Terpadu. Penebar Swadaya.
Jakarta.
Rahmini dan Sudarmaji. 2000. Pergerakan Tikus Sawah, Rattus Argentiventer, Pada
Lokasi Pertanaman Padi Dengan Perlakuan Tanaman Perangkap Dalam Trap
Barrier System (TBS). Prosiding Seminar Nasional Biologi Xvi, Kampus Itb :
26-27 Juli 2000. Pp 164-168.
Rochman, Sudarmaji, dan Aw Anggara. 2005. Bio-Ekologi Hama Tikus Sawah. Makalah
Dan Bahan Ajar Lokakarya Pengelolanan Tanaman Terpadu (Ptt) -
Pengendalian Hama Tikus Terpadu (Phtt) Di Balai Penelitian Tanaman Padi, 12-
13 Desember 2005.
Sophian., Md. 2016. Bab III Metode Penelitian. Diakses Melalui
Http://Repository.Unpas.Ac.Id/14525/36/Bab%20iii.Pdf. Pada 15 Januari 2020
Pukul 23:10 Wib.
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta.
Susanto, T, F. 2017. Hubungan Karakteristik Sosial Ekonomi Petani Dengan Pemahaman
Pranata Mangsa dan Hubungannya Dengan Penerapan Usahatani Padi Sawah Di
Desa Karangjati, Kecamatan Wonosegoro. Skripsi. Fakultas Pertanian Dan
Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana. Salatiga.
Nazir. M. 2014. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor. 302 hal.
8
Untung, Kasumbogo. 1996. Pengantar Pengelolaan Hama Terpadu. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai