Anda di halaman 1dari 18

PENGEMBANGAN USAHATANI MANGGIS PADA SENTRA

PRODUKSI MANGGIS DI KECAMATAN KALIGESING


KABUPATEN PURWOREJO

THE DEVELOPMENT OF MANGOSTEEN BUSINESS IN MANGOSTEEN


PRODUCTION CENTER IN KALIGESING DISTRICT
PURWOREJO REGENCY

Nurlia Ika Safithri1), Bambang Sumanto2), Adwi Herry Koesoema Elyanto2)


1)
Mahasiswa Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
2)
Dosen Pembimbing Program Studi Agribisnis, Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian
Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto.
Alamat Koresponden: nurliaikasafithri@gmail.com

ABSTRAK

Manggis merupakan salah satu komoditas ekspor unggulan di Indonesia.


Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo sebagai sentra produksi manggis
mengalami fluktuasi produksi yang menyebabkan perkembangan harga manggis
menjadi tidak stabil. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui gambaran umum
usahatani manggis di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo; 2) mengetahui
sistem budidaya terbaik untuk pengembangan usahatani manggis di Kecamatan
Kaligesing Kabupaten Purworejo; 3) mengetahui tingkat kelayakan usahatani manggis
budidaya terbaik di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Penelitian
dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2019 di Desa Somongari, Desa Kaligono dan
Desa Jatirejo Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Pengambilan sampel
dilakukan dengan menggunakan metode purposive berdasarkan umur tanaman manggis
yang mewakili. Penelitian ini merupakan analisis deskriptif profil usahatani manggis,
analisis perbandingan sistem budidaya manggis dan analisis kelayakan finansial
usahatani manggis. Variabel yang diamati adalah luas lahan, jumlah pohon, biaya
investasi, biaya operasional, volume produksi, volume penjualan, penerimaan, discount
factor (dF), Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate
of Return (IRR) dan Payback Period. Hasil penelitian menunjukkan: 1) Sebagian besar
petani manggis telah menerapkan kegiatan budidaya sesuai dengan Standar Prosedur
Operasional (SPO) yang berlaku; 2) Budidaya manggis terbaik yaitu budidaya B yang
menggunakan jarak tanam 8x10 meter sesuai SPO dengan jumlah pohon rata-rata 125
pohon per hektar, menggunakan pupuk kandang (organik) dan pupuk anorganik dalam
usahataninya. Budidaya B merupakan budidaya dengan rata-rata produksi manggis,
rata-rata penerimaan dan rata-rata keuntungannya paling tinggi dibandingkan sistem
budidaya manggis lain di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo; 3) Usahatani
manggis pada budidaya B di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo mengalami
keuntungan dan layak dijalankan.

Kata kunci: manggis, usahatani, harga, kelayakan, pengembangan

1
ABSTRACT

Mangosteen is one of the leading of export commodities in Indonesia. Kaligesing


District Purworejo Regency as a mangosteen production center experienced production
fluctuations that caused the development of mangosteen prices become unstable. This
study aims to: 1) find out the general picture of the mangosteen farming profile in
Kaligesing Distric Purworejo Regency; 2) find out the best system of cultivation for the
development of mangosteen farming in Kaligesing Distric, Purworejo Regency; 3) find
out the feasibility level of mangosteen farming in Kaligesing Distric Purworejo
Regency. The study was conducted in June to July 2019 in Somongari Village, Kaligono
Village and Jatirejo Village Kaligesing Distric Purworejo Regency. Sampling was
carried out using a purposive method based on the age of the representative
mangosteen plants. This study is a descriptive analysis of the mangosteen farming
profile, comparative analysis of mangosteen cultivation types and financial feasibility
analysis of mangosteen farming. The observation variables are land area, number of
trees, investment costs, operational costs, production volume, sales volume, revenue,
discount factor (dF), Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),
Internal Rate of Return (IRR) and Payback Period. The results showed: 1) Most of the
mangosteen farmers had implemented cultivation activities in accordance with
applicable Standards Operational Procedure (SOP); 2) The best mangosteen culture
system is cultivation B which uses spacing 8x10 meters according to the SPO with an
average number of trees 125 per hectare, using organic and anorganic fertilizer in this
farming. Cultivation B is the cultivation that has the highest of the average mangosteen
production, the average revenue and tha average profit compared to other types of
cultivation in Kaligesing Distric, Purworejo Regency; 3) Mangosteen farming in B
cultivation in Kaligesing Distric, Purworejo Regency has profits and was worth
running.

Keywords: mangosteen, farming, price, feasibility, development

PENDAHULUAN

Manggis masuk dalam tiga besar komoditas buah-buahan ekspor terbanyak di


Indonesia dari tahun 2015 hingga 2017 (BPS, 2018). Manggis tidak hanya dijual dalam
bentuk buah, namun sudah banyak perusahaan yang mengembangkan berbagai macam
bentuk olahan manggis. Buah manggis dapat menjadi potensi untuk komoditas ekspor
unggulan dari Indonesia jika dilihat dari perkembangan volume ekspor, sehingga perlu
adanya penanganan yang baik (Safrizal, 2014). Kabupaten Purworejo merupakan salah
satu kabupaten penghasil manggis terbanyak di Provinsi Jawa Tengah. Bahkan
Kabupaten Purworejo menduduki peringkat pertama jumlah pohon serta produksi
manggis terbanyak se-Jawa Tengah pada tahun 2017 (BPS Jawa Tengah, 2018).

2
Bertolak belakang dengan berbagai manfaat manggis yang sempat meramaikan
pasar buah dikurun waktu 2012-2015, terdapat beberapa permasalahan dalam usahatani
manggis di Kabupaten Purworejo. Permasalahan tersebut diantaranya yaitu
perkembangan produksi manggis pada kurun waktu 2014-2017 mengalami fluktuasi.
Fluktuasi produksi dapat berpengaruh terhadap pendapatan petani. Rendahnya
teknologi, pengolahan pascapanen dan pengetahuan tentang pemeliharaan serta kualitas
manggis berstandar SNI menyebabkan lemahnya posisi tawar petani. Fluktuasi produksi
juga menyebabkan perkembangan harga manggis menjadi tidak stabil.
Pemeliharaan pada budidaya manggis memang tidak terlalu intensif seperti
tanaman lainnya, sehingga pohon manggis yang dibiarkan juga akan tetap tumbuh dan
berbuah. Akan tetapi, komoditas manggis perlu dikembangkan dan ditingkatkan baik
secara teknis maupun secara ekonomis dengan tujuan produksi manggis dapat
meningkat. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian mengenai analisis deskriptif
profil usahatani manggis, analisis perbandingan budidaya manggis untuk
pengembangan usahatani manggis dimasa mendatang dan analisis kelayakan finansial
usahatani manggis. Berdasarkan uraian latar belakang dan permasalahan tersebut, tujuan
penelitian ini adalah sebagai sebagai berikut: 1) mengetahui gambaran umum usahatani
manggis di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo; 2) mengetahui jenis budidaya
terbaik untuk pengembangan usahatani manggis di Kecamatan Kaligesing Kabupaten
Purworejo; 3) mengetahui tingkat kelayakan usahatani manggis budidaya terbaik di
Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo.

METODE PENELITIAN

Penentuan tempat penelitian dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan


pertimbangan bahwa Kabupaten Purworejo merupakan daerah produksi manggis
terbanyak se-Jawa Tengah tahun 2017. Penelitian dilakukan pada sentra manggis di
Kabupaten Purworejo yang terletak di Kecamatan Kaligesing (Desa Somongari, Desa
Jatirejo dan Desa Kaligono). Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni hingga Juli 2019.
Teknik sampling atau teknik pengambilan petani responden yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu purposive, dimana pengambilan sampel dalam penelitian ini
dilakukan secara sengaja. Teknik sampling secara purposive tersebut dilakukan
berdasarkan umur tanaman manggis yang mewakili. Sampel yang diambil dalam
penelitian ini adalah petani yang menjadikan usahatani manggis sebagai sumber

3
penghasilan utama sejumlah 35 petani di 3 desa sentra tanaman manggis, yaitu Desa
Somongari, Desa Kaligono dan Desa Jatirejo. Responden yang diambil dibagi
berdasarkan umur tanaman manggis yang dimiliki petani. Tanaman yang berumur 0
tahun diambil responden sebanyak 2 petani, tanaman yang berumur 1-7 tahun masing-
masing sebanyak 1 petani, tanaman yang berumur 8-20 tahun masing-masing sebanyak
2 petani. Teknik sampling yang digunakan untuk menentukan lembaga pemasaran yang
terlibat pemasaran manggis (pedagang pengepul) menggunakan metode sensus
berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan terkait karena jumlahnya relatif
sedikit.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:
1. Analisis Dekriptif Profil Usahatani Manggis
Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran umum lokasi
penelitian, proses budidaya, produksi, pemasaran serta perkembangan harga
manggis di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo.
2. Analisis Perbandingan Budidaya Manggis
Usahatani manggis pada petani manggis di Kecamatan Kaligesing
Kabupaten Purworejo mempunyai beberapa perbedaan dalam kegiatan
budidayanya. Perbedaan tersebut terletak pada jarak tanam dan penggunaan pupuk
(organik dan anorganik). Analisis perbandingan budidaya manggis digunakan
untuk mengetahui budidaya mana yang paling menguntungkan. Hasil analisis ini
diharapkan dapat digunakan sebagai pedoman petani manggis dalam melakukan
kegiatan usahataninya.
3. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Manggis
Perhitungan analisis kelayakan manggunakan data seorang petani dengan
produktifitas dan keuntungan manggis tertinggi diantara responden lain. Analisis
kelayakan finansial dimulai dengan perhitungan biaya investasi dan biaya
operasional yang dihitung dengan memperhatikan nilai inflasi karena data yang
didapatkan merupakan data tahun sekarang (tahun 2019). Sehingga data biaya
investasi dan biaya operasional sekarang dikurangi dengan biaya investasi dan
biaya operasional yang sudah dikalikan dengan nilai inflasi setiap tahunnya (tahun
1999-2018).

4
a. NPV (Net Present Value)
Net Present Value merupakan selisih antara biaya dengan penerimaan
pada discount rate tertentu (nilai bersih). Rumus NPV sebagai berikut:

(Husnan & Muhammad, 2005)

Keterangan:
Bt = Benefit (penerimaan usahatani pada tahun ke-t)
Ct = Cost (biaya usahatani pada tahun ke-t)
n = umur ekonomis usaha (20 tahun)
i = tingkat suku bunga yang berlaku (14,4%)
Kriteria:
1) NPV > 0, maka usahatani menguntungkan sehingga layak untuk
dijalankan.
2) NPV = 0, maka usahatani tidak menguntungkan dan tidak merugikan
sehingga bisa dikatakan usahatani dapat mengendalikan modal.
3) NPV < 0, maka usahatani merugikan sehingga tidak layak untuk
dijalankan.
Discount rate yang digunakan dalam penelitian ini sebesar 14,4
persen. Hal ini didasarkan atas tingkat suku bunga pinjaman KUPEDES
Bank Rakyat Indonesia 2019.
b. Net B/C (Net Benefit Cost Ratio)
Usahatani manggis bisa dikatakan menguntungkan (profitable) apabila
nilai dari Net B/C lebih dari satu (Husnan & Muhammad, 2005). Rumus Net
B/C sebagai berikut:

(Husnan & Muhammad, 2005)

Keterangan:
Bt = Benefit (penerimaan kotor pada tahun ke-t)
Ct = Cost (biaya kotor pada tahun ke-t)
n = umur ekonomis proyek
i = tingkat suku bunga yang berlaku (14,4%)

5
Kriteria:
1) Net B/C > 1, maka usahatani menguntungkan.
2) Net B/C = 1, maka usahatani tidak menguntungkan dan tidak
merugikan.
3) Net B/C < 1, maka usahatani merugikan.
c. Internal Rate of Return (IRR)
Kriteria yang dapat dijadikan ketentuan layak dijalankan adalah
apabila nilai IRR lebih besar dari tingkat suku bunga yang berlaku pada saat
usahatani tersebut diusahakan (Ibrahim, 2003). Rumus IRR adalah sebagai
berikut:

(Ibrahim, 2003)

Keterangan:
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
i1 = tingkat suku bunga saat menghasilkan NPV yang bernilai positif
i2 = tingkat suku bunga saat menghasilkan NPV yang bernilai negatif
Kriteria:
1) IRR > tingkat bunga yang berlaku, maka usahatani dikatakan layak.
2) IRR < tingkat bunga yang berlaku, maka usahatani dikatakan tidak
layak.
3) IRR = tingkat bunga yang berlaku, berarti usahatani berada pada titik
impas atau BEP (Break Event Point).
d. Payback Period
Payback Period merupakan jangka waktu pengembalian yang
diperlukan oleh petani dalam mengembalikan seluruh biaya investasi yang
telah dikeluarkan (Ibrahim, 2003). Rumus Payback Period adalah sebagai
berikut:

(Ibrahim, 2003)

Keterangan:
𝑇𝑁𝐵𝐾 = Tahun sebelum terdapat Payback Period
𝑁𝐵𝐾 = 𝑁𝑒𝑡 𝐵𝑒𝑛𝑒𝑓𝑖𝑡 𝐾𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 Negatif terakhir
𝑁𝐵𝑡 = Jumlah Net Benefit saat Payback Period

6
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Profil Usahatani Manggis

1. Pembibitan Tanaman Manggis


Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 20 persen petani yang melakukan
proses pembibitan sendiri telah melaksanakan Standar Prosedur Operasional
(SPO) pembibitan yang telah ditetapkan Direktorat Tanaman Buah (2004).
Sebanyak 80 persen petani lainnya tidak melaksanakan pembibitan sendiri dan
langsung membeli bibit di toko bibit. Hal ini disebabkan karena tidak semua
petani mengetahui cara melakukan pembibitan yang baik dan benar sesuai dengan
SPO.
2. Penanaman Tanaman Manggis
Berdasarkan hasil penelitian, sebanyak 80 persen petani manggis di
Kecamatan Kaligesing telah menerapkan penggunaan jarak tanam 8x10 m dan
10x10 m. Sebanyak 20 persen petani belum menerapkan, karena saat petani
menanam belum ada anjuran mengenai jarak tanam ideal untuk manggis.
Sehingga petani menanam manggis dengan jarak tanam yang rapat yakni 5x5
meter, dengan harapan bahwa semakin banyak manggis yang ditanam maka hasil
yang diperoleh semakin tinggi. Menurut Direktorat Budidaya Tanaman Buah
(2004), jarak tanam ideal untuk manggis adalah 10x10 m atau 8x10 m.
Penggunaan jarak tanam tersebut diperlukan 100-125 bibit per hektar.
3. Pemeliharaan Tanaman Manggis
Berdasarkan hasil penelitian, petani manggis di Kecamatan Kaligesing
Kabupaten Purworejo melakukan pemupukan satu kali setahun yaitu setelah
panen. Pupuk yang diberikan pun umumnya hanya pupuk kandang, dengan dosis
20 kilogram per pohon untuk tanaman produktif dan 10 kilogram per pohon untuk
tanaman muda. Dari total 35 sample petani, hanya terdapat lima petani (14 persen)
yang memupuk tanaman manggis sesuai SPO dengan menambahkan urea, SP-36
dan KCl selain pupuk kandang sesuai dosis yang dianjurkan.
4. Penanganan Hama dan Penyakit Tanaman Manggis
Hama yang pernah menyerang tanaman manggis adalah tupai. Serangan
Thrips juga pernah terjadi pada fase kuncup hingga fase perkembangan buah.

7
Penyakit yang pernah menyerang tanaman manggis di Kecamatan Kaligesing
Kabupaten Purworejo adalah penyakit mati ujung (Diplodia sp.)
Berdasarkan hasil penelitian, seluruh petani telah melaksanakan prosedur
penanganan hama dan penyakit secara teknis maupun biologis sesuai dengan
Standar Prosedur Operasional (SPO) Direktorat Tanaman Buah (2004). Petani
manggis tidak melakukan pengendalian hama dan penyakit dengan cara kimiawi
karena serangan hama tidak terlalu banyak dan bahkan nyaris tidak pernah ada
sehingga memungkinkan untuk diberantas menggunakan cara manual.
5. Pemanenan Manggis
Berdasarkan hasil penelitian, seluruh petani melakukan prosedur pemanenan
sesuai anjuran Standar Prosedur Operasional (SPO). Buah manggis umumnya
dipanen setelah berumur 104 hari sejak bunga mekar (SBM). Pemanenan
dilakukan dengan cara memetik atau memotong pangkal tangkai buah dengan alat
bantu pisau tajam. Pada tanaman yang terlampau tinggi, pemanenan dilakukan
menggunakan alat pemetik yang dilengkapi pisau dan kantong diujungnya.

B. Produksi Tanaman Manggis

Berdasarkan hasil penelitian, tanaman manggis milik petani yang telah


menerapkan Standar Prosedur Operasional (SPO) mempunyai tingkat produksi pertama
sekitar 5-10 buah/pohon, kedua rata-rata 30 buah/pohon, selanjutnya 600-1.000
buah/pohon sesuai dengan umur pohon. Tahun ke 0 hingga tahun ke 7 tanaman manggis
belum menghasilkan buah, dimana mulai berbuah pada umur 8 tahun. Produksi panen
untuk umur tanaman dibawah 10 tahun rata-rata 24 kilogram/pohon, untuk tanaman
mangis umur 10-14 tahun rata-rata 63 kilogram/pohon, sementara tanaman manggis
umur 15-20 tahun rata-rata 95 kilogram/pohon.
Umumnya pohon manggis di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo
dipanen antara bulan November-Maret tahun berikutnya. Pada petani yang menjalankan
budidaya sesuai SPO dengan tingkat produksi manggis tinggi biasanya dapat melakukan
panen lebih awal dibandingkan dengan petani yang tidak menerapkan SPO. Hal tersebut
menyebabkan harga manggis pada petani yang panen lebih lebih awal memiliki harga
jual manggis tinggi karena manggis belum banyak dipanen oleh petani lain.

8
C. Pemasaran dan Perkembangan Harga Manggis

1. Pemasaran Manggis
Buah manggis yang telah dipanen umumnya langsung dijual petani ke
pedagang pengepul. Petani menjual manggis tanpa melalui proses penyimpanan,
pencucian dan penyortiran. Kegiatan penyortiran dan grading dilakukan oleh
pedagang pengepul. Pembayaran umumnya dilakukan secara tunai oleh pedagang
pengepul.
Penyortiran dan grading ditingkat pengepul dilakukan pengelompokan
dalam tiga kelas, yaitu kelas Super, Kelas A, Kelas B serta kelas afkiran (sisa).
Kelas-kelas tersebut harus mempunyai bentuk yang seragam, segar, kelopak utuh
dan warna daging putih bersih bebas dari getah kuning. Pengelompokan kelas
manggis didasarkan pada ketentuan sebagai berikut:
a. Kelas Super; diameter manggis > 65 mm serta warna kulit buah hijau
kemerahan sampai merah muda mengkilat.
b. Kelas A; diameter manggis antara 55-65 mm dan warna kulit buah hijau
kemerahan sampai merah muda mengkilat.
c. Kelas B; diameter manggis < 55 mm dan warna kulit buah hijau kemerahan.
2. Perkembangan Harga Manggis
Tabel 1. Volume produksi dan rata-rata harga manggis tahun 2015-2019
Tahun Produksi (kg/pohon/tahun) Rata-Rata Harga (Rp/kg)
2015 72 8.333
2016 67 11.292
2017 72 8.833
2018 81 10.833
2019 98 9.333
Sumber: Data primer diolah, 2019.
Penurunan produksi pada tahun 2016 disebabkan karena pengaruh cuaca
dimana curah hujan rendah dan terjadi kemarau panjang, sehingga produksi
manggis menjadi tidak semaksimal tahun sebelumnya. Pada tahun 2017 hingga
2019 produksi cenderung naik. Fluktuasi harga dipengaruhi oleh produktifitas
tanaman manggis.
Harga manggis tahun 2019 di tingkat petani berkisar antara Rp8.500-
Rp10.000 per kilogram. Harga manggis ditingkat pengepul Kelas Super hingga
Kelas B terdapat pada rentang harga Rp12.000-Rp25.000 per kilogram.

9
Sedangkan untuk kualitas afkiran (sisa) merupakan manggis yang tidak lolos di
Kelas Super, Kelas A dan Kelas B. Pada tingkat pengepul manggis sisa tersebut
bisa terjual dari Rp4.000-Rp6.000 per kilogram ditingkat pengepul.

D. Analisis Perbandingan Budidaya Manggis Tahun 2019

Tabel 3. Budidaya manggis di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo tahun 2019


Budidaya Karakteristik
1) Jarak tanam sesuai SPO (8x10 meter)
A
2) Pupuk kandang (organik)
1) Jarak tanam sesuai SPO (8x10 meter)
B
2) Pupuk kandang (organik) + pupuk anorganik
1) Jarak tanam tidak sesuai SPO (5x5 meter)
C
2) Pupuk kandang (organik)
Sumber: Data primer diolah, 2019.

Tabel 4. Rata-rata biaya operasional, produksi, harga jual, penerimaan dan keuntungan
usahatani mangggis berdasarkan macam budidaya di Kecamatan Kaligesing
Kabupaten Purworejo tahun 2019
Biaya
Produksi Harga Jual Peneriman Keuntungan
Budidaya Operasional
(kg/pohon) (Rp/kg) (Rp/pohon) (Rp/pohon)
(Rp/pohon)
A 48.490 100 10.000 1.000.000 851.510
B 73.359 113 9.500 1.071.125 897.766
C 87.788 71 8.500 605.625 517.837
Sumber: Data primer diolah, 2019.

Produksi manggis budidaya B paling tinggi dibanding jenis budidaya lain. Hal ini
disebabkan karena budidaya B menggunakan tambahan pupuk anorganik (Urea, SP-36
dan KCl) untuk merangsang pertumbuhan tanaman sehingga produksinya lebih banyak.
Menurut Abdillah (2009), pupuk seperti Urea, SP-36 dan KCl secara nyata dapat
meningkatkan komponen pertumbuhan tanaman manggis (panjang dan lebar) serta
jumlah buah per pohon. Aplikasi pupuk tersebut berpengaruh nyata terhadap produksi
per pohon dan berpengaruh nyata terhadap lebar daun.
Harga jual manggis per kilogram ditingkat petani paling tinggi yaitu pada
budidaya A karena produk manggis dinilai baik dari segi bentuk dan kualitas serta harga
jual manggis organik di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo lebih tinggi dari
harga manggis yang menggunakan pupuk kimia. Menurut Parlyna & Munawaroh
(2011), harga produk organik dihargai lebih mahal daripada produk anorganik karena

10
harga produk organik di pasar internasional berkisar 5–10 kali dari harga produk biasa.
Tingginya harga ini dapat merangsang para petani untuk bertani organik.
Penerimaan dan keuntungan usahatani manggis paling tinggi yaitu pada budidaya
B dibandingkan jenis budidaya lain. Budidaya B melakukan kegiatan usahatani sesuai
Standar Prosedur Operasional (SPO) meliputi pengaturan jarak tanam (8x10 meter) dan
penggunaan pupuk organik dan anorganik sesuai anjuran. Rata-rata produksi manggis
per pohon menjadi tinggi serta kualitas manggis yang dihasilkan sesuai standar.
Menurut Nurainiputri et al. (2016) dalam membudidayakan tanaman manggis
jarak tanam merupakan aspek yang penting untuk diperhatikan, karena dapat
mempengaruhi produksi tanaman. Apabila jarak tanam terlalu rapat, dapat
menimbulkan kompetisi antar tanaman dalam mendapatkan zat hara di dalam tanah,
sedangkan bila jarak tanam terlalu renggang maka akan terjadi inefisiensi dalam
penggunaan lahan. Pengaturan jarak tanam yang terlalu rapat dapat menyebabkan
kualitas manggis tidak optimal. Walaupun produktivitas tanaman tinggi, kompetisi
perebutan hara yang ketat menyebabkan kualitas buah manggis tidak optimal dan
berdampak langsung terhadap rendahnya harga jual.

E. Analisis Kelayakan Finansial Usahatani Manggis

Tabel 5. Data usahatani responden budidaya jenis B di Kecamatan Kaligesing


Kabupaten Purworejo tahun 2019
Luas Jml Jml Biaya Harga
Produksi Peneriman Keuntungan
Sampel Lahan Tan. Tan./Ha Operasional Jual
(kg/pohon) (Rp/pohon) (Rp/pohon)
(Ha) (pohon) (pohon) (Rp/pohon) (Rp/kg)
1 0,36 45 125 82.133 112 9.500 1.064.000 881.867
2 1,00 110 110 62.294 112 9.500 1.064.000 901.706
3 1,00 100 100 164.143 112 9.500 1.064.000 899.857
4 2,40 300 125 184.867 115 9.500 1.092.500 907.633
Rata" 1,19 139 115 173.359 113 9.500 1.071.125 897.766
Sumber: Data primer diolah, 2019.

Analisis kelayakan finansial dilakukan pada seorang petani yang memiliki


tanaman manggis dengan produktifitas dan keuntungan tertinggi (success story) yaitu
sampel ke 4. Petani tersebut memiliki umur tanaman manggis 20 tahun serta memiliki
jumlah tanaman 125 pohon/hektar. Kemudian dilakukan analisis biaya investasi dan
operasional selama 20 tahun serta tingkat kelayakan menggunakan perhitungan NPV,
Net B/C, IRR dan Payback Period.

11
1. Biaya Investasi
Tabel 6. Biaya investasi usahatani manggis di Kecamatan Kaligesing Kabupaten
Purworejo (tahun ke 0)
No Keterangan Biaya (Rp)
1 Sewa Lahan* 9.799.000
2 Bibit 1.837.313
3 Pupuk 1.224.875
4 Tenaga Kerja   
  a. Pengolahan Lahan  2.286.433
  b. Penanaman  699.929
  c. Pengairan  895.909
  c. Pemupukan  298.636
  d. Pemeliharaan  223.977
5 Peralatan Pertanian 4.801.510
Total Investasi per Hektar 22.067.581
*biaya yang diperhitungkan
Sumber: Data primer diolah, 2019.
Biaya investasi paling besar adalah biaya sewa lahan. Biaya investasi yang
tinggi lainnya terdapat pada biaya peralatan pertanian yang diperhitungkan
dikeluarkan satu kali selama 20 tahun usahatani berlangsung. Nilai total investasi
usahatani manggis di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo yang sudah
dihitung berdasarkan inflasi 20 tahun lalu (tahun 1999) sebesar Rp22.067.581.
2. Biaya Operasional
Tabel 7. Biaya operasional usahatani manggis di Kecamatan Kaligesing
Kabupaten Purworejo (tahun ke 1-20)
No Keterangan Biaya (Rp)
1 Pupuk
a. Kandang 38.774.625
b. Urea 2.866.431
c. SP-36 7.136.779
d. KCl 14.247.088
Total biaya pupuk 63.024.924
2 Tenaga Kerja
a. Pengairan 3.531.040
b. Pemupukan 5.690.819
c. Pemeliharaan 4.268.114
d. Panen 24.693.400
e. Pemasaran 18.520.050
Total biaya tenaga kerja 56.703.423
3 Sewa Lahan* 186.730.000
Total Biaya Operasional 306.458.347
*biaya yang diperhitungkan
Sumber: Data primer diolah, 2019.

12
Biaya pupuk tertinggi yaitu pupuk kandang karena takaran kebutuhan dan
harga pupuk kandang untuk setiap tanaman manggis lebih tinggi dibandingkan
pupuk lainnya. Sedangkan biaya tenaga kerja tertinggi yaitu tenaga kerja
pemanenan karena membutuhkan pekerja dan waktu paling banyak dibanding
kegiatan tenaga kerja lainnya. Biaya operasional yang paling tinggi yaitu biaya
sewa lahan. Selama kegiatan usahatani berlangsung, tidak terdapat serangan hama
penyakit, sehingga tidak terdapat biaya pestisida.
3. Penerimaan
Tanaman manggis mulai berbuah pada umur 8 tahun dengan rata-rata
produksi awal 15-20 kilogram/pohon dan mengalami puncak produksi tertinggi
pada umur 20-30 tahun sebesar 100-130 kilogram/pohon. Pada penelitian ini
dilakukan analisis perhitungan penerimaan dari tahun ke 8 hingga 20 dengan total
penerimaan Rp1.230.798.150, tingkat produksi total 135.625 kilogram dan harga
rata-rata Rp9.075 per kilogram.
5. Kriteria Kelayakan Usahatani Manggis
a. Net Present Value (NPV)
Hasil perhitungan analisis kelayakan finansial diketahui bahwa nilai
NPV adalah sebesar Rp63.065.816 sehingga dapat dikatakan bahwa
usahatani manggis di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo layak
untuk dijalankan dan responden menerima keuntungan dengan tingkat suku
bunga 14,4 persen.
b. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C)
Nilai Net B/C adalah sebesar 1,910 dimana setiap satu rupiah yang
dikeluarkan untuk usahatani manggis maka akan mendapatkan manfaat
sebesar 1,910 rupiah. Berdasarkan hasil perhitungan nilai Net B/C usahatani
manggis di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo layak dijalankan.
c. Internal Rate of Return (IRR)
Nilai IRR 20,9 persen menunjukkan bahwa usahatani manggis layak
dijalankan. Hal tersebut karena nilai IRR lebih tinggi dibandingkan dengan
tingkat suku bunga yang berlaku yaitu 14,4 persen. Petani juga memiliki
kesempatan untuk melakukan pinjaman di bank dengan tingkat suku bunga
kurang dari 20,9 persen.

13
d. Payback Period
Payback Period terjadi pada tahun ke 12. Hal ini berarti petani
manggis di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo dapat
mengembalikan modal pada tahun ke 12 sehingga usahatani tersebut layak
dijalankan.

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Sebagian besar petani manggis di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo


telah menerapkan kegiatan usahatani sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO).
2. Budidaya terbaik untuk pengembangan usahatani yaitu budidaya jenis B, dimana
kegiatan budidayanya sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO), menggunakan
jarak tanam 8x10 meter, menggunakan pupuk kandang (organik) dan pupuk
anorganik dalam usahataninya serta menghasilkan keuntungan rata-rata
Rp897.766/pohon. Sedangkan budidaya yang menghasilkan keuntungan terendah
yaitu budidaya jenis C, dimana kegiatan usahataninya tidak sesuai anjuran SPO,
menggunakan jarak tanam 5x5 meter, hanya menggunakan pupuk kandang
(organik) dan menghasilkan keuntungan rata-rata Rp517.837/pohon.
3. Berdasarkan analisis kelayakan seorang petani manggis di Kecamatan Kaligesing
Kabupaten Purworejo sebagai contoh “success story” dengan menggunakan
discount factor sebesar 14,4 persen, usahatani tersebut dikatakan layak dan
menguntungkan karena nilai dari NPV Rp63.065.816 telah lebih dari 0; Net B/C
1,910 lebih dari 1; IRR 20,9 persen lebih tinggi dari tingkat suku bunga yang
berlaku (14,4 persen) dan Payback Period terjadi ditahun ke 12.

B. Saran

Petani manggis di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo sebaiknya


melakukan kegiatan usahatani sesuai Standar Prosedur Operasional (SPO) seperti
budidaya jenis B agar dapat mengoptimalkan keuntungan dan kelayakan usahatani
manggis.

14
DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. 2018. Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia.


http://www.bps.go.id. Diakses tanggal 16 Desember 2018.

Badan Pusat Statistik Jawa Tengah. 2018. Statistik Pertanian Hortikultura Provinsi
Jawa Tengah 2015-2017. http://www.jateng.bps.go.id. Diakses tanggal 16
Desember 2018.

Safrizal. 2014. “Pengaruh Pemberian Hara Fosfor Terhadap Status Hara Fosfor
Jaringan, Produksi dan Kualitas Buah Manggis (Garcinia Mangostana L.)”.
Jurnal Floratek Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh. Vol. 9(1) :
22-28.

Husnan, S. & Muhammad S. 2005. Studi Kelayakan Proyek. Unit Penerbit dan
Percetakan STIM YKPN, Yogjakarta.

Ibrahim, Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT Rineka Cipta, Jakarta.

Parlyna, R. & Munawaroh. Konsumsi Pangan Organik: Meningkatkan Kesehatan


Konsumen. Jurnal Econosains, 9(2): 157-165.

Nuraniputri, U., Daryanto, H.K.S. & Kuntjoro. 2016. Produksi Manggis Pada Beberapa
Kelompok Umur Tanaman dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi
Manggis di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Jurnal Agribisnis Indonesia,
4(1): 67-78.

15
Lampiran1.CashFlow rat -rat (125poh nperhektar)usah tanimang isdiKecamat nKaligesingKabupatenPurworejo
Tahunke-
Urai n Satuan
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 1 12 13 14 15 16 17 18 19 20
INFLOW

Pen rima n (Rp) - - - - - - - - 2 .184.875 31.684.875 46.179.50 8 .38 .0 91.39 .50 90.915.0 87.039.0 12 .8 1.20 128.54 .50 128.983.40 128.198.70 128. 37.10 136.562.50
TotalInflow (Rp) - - - - - - - - 2 .184.875 31.684.875 46.179.50 8 .38 .0 91.39 .50 90.915.0 87.039.0 12 .8 1.20 128.54 .50 128.983.40 128.198.70 128. 37.10 136.562.50
OUTFLOW

1.Biay Investasi

a. SewaLah n (Rp) 9.79 .0 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

b. Bibt (Rp) 1.837.31 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


c. Pup kKandang (Rp) 1.2 4.875 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

d. Tenag Kerja (Rp) 4. 04.8 4 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -


e. Peral tan (Rp) 4.801.510 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - -

2.Biay Operasional

a. Pup k (Rp) - 1. 65.986 1. 56.526 1. 86.283 1.324. 13 1.305.720 1. 56.316 1.302.930 3.904.538 3.71 .692 4.063.796 4.163.540 4.305.398 4.28 .57 4.09 .9 5 4.10 .890 4.325.08 4.3 9.85 4.31 .453 4.3 4.93 4. 75.0

b. Tenag Kerja (Rp) - 897.867 86 .17 8 .457 940.358 927.086 821.0 6 925.105 3.981.045 3.790.538 4.143.42 3.752.613 3.8 0.470 3.859. 0 3.695.340 3.69 .147 3.89 .217 3.91 .527 3.8 7. 30 3.907.09 4.03 .3

c. SewaLah n (Rp) - 9.065.0 8.745.0 8.970. 0 9.49 .0 9.360. 0 8.289.0 9.340. 0 9.341.0 8. 94.0 9.72 .0 9.304.0 9.621.0 9.570. 0 9.162.0 9.164.0 9.6 5.0 9.698.0 9.639.0 9.687.0 10. 0 .0
TotalOutflow (Rp) 2 .067.581 1 .128. 52 10.76 .698 1 .04 .740 1 .758.7 1 1 .592.806 10.26 .321 1 .568.035 17.2 6.583 16.402. 30 17.92 .2 0 17.2 0.153 17.806.86 17. 12.475 16.957.3 5 16.961.037 17.8 .304 17.94 .382 17.840.183 17.92 .023 18.508.3

PENDAPATAN (2 .067.581) (1 .128. 52) (10.76 .698) (1 .04 .740) (1 .758.7 1) (1 .592.806) (10.26 .321) (1 .568.035) 4.958.29 15.28 .645 28.250.280 71. 67.847 73.592.63 73.20 .52 70. 81.6 5 104.920.163 1 0.65 .196 1 .034.018 1 0.358.518 1 0.908.078 1 8.054.167

16
Lampiran 2. Analisis kelayakan finansial usahatani manggis di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo (berdasarkan tingkat inflasi)
Tahun Biaya (Rp) Total Biaya Df Df
Penerimaan (Rp) Pendapatan (Rp) PV₁ PV₂ PVIC (14,4%) PVOC (14,4%) PVB (14,4%) PVC (14,4%)
ke- Investasi Operasional (Rp) (14,4%) (21%)
0 22.067.581 - - 22.067.581 (22.067.581) 1,00 (22.067.581) 1,00 (22.067.581) 22.067.581 - - 22.067.581
1 - 11.128.852 - 11.128.852 (11.128.852) 0,87 (9.728.018) 0,83 (9.197.399) - 9.728.018 - 9.728.018
2 - 10.767.698 - 10.767.698 (10.767.698) 0,76 (8.227.555) 0,68 (7.354.482) - 8.227.555 - 8.227.555
3 - 11.044.740 - 11.044.740 (11.044.740) 0,67 (7.376.960) 0,56 (6.234.468) - 7.376.960 - 7.376.960
4 - 11.758.771 - 11.758.771 (11.758.771) 0,58 (6.865.273) 0,47 (5.485.553) - 6.865.273 - 6.865.273
5 - 11.592.806 - 11.592.806 (11.592.806) 0,51 (5.916.412) 0,39 (4.469.528) - 5.916.412 - 5.916.412
6 - 10.266.321 - 10.266.321 (10.266.321) 0,45 (4.579.929) 0,32 (3.271.166) - 4.579.929 - 4.579.929
7 - 11.568.035 - 11.568.035 (11.568.035) 0,39 (4.511.048) 0,26 (3.046.225) - 4.511.048 - 4.511.048
8 - 17.226.583 22.184.875 17.226.583 4.958.292 0,34 1.690.145 0,22 1.079.069 - 5.872.066 7.562.211 5.872.066
9 - 16.402.230 31.684.875 16.402.230 15.282.645 0,30 4.553.699 0,18 2.748.718 - 4.887.296 9.440.995 4.887.296
10 - 17.929.220 46.179.500 17.929.220 28.250.280 0,26 7.358.046 0,15 4.199.224 - 4.669.831 12.027.877 4.669.831
11 - 17.220.153 88.388.000 17.220.153 71.167.847 0,23 16.203.079 0,12 8.742.683 - 3.920.584 20.123.663 3.920.584
12 - 17.806.868 91.399.500 17.806.868 73.592.633 0,20 14.646.102 0,10 7.471.536 - 3.543.849 18.189.951 3.543.849
13 - 17.712.475 90.915.000 17.712.475 73.202.525 0,17 12.734.671 0,08 6.142.091 - 3.081.349 15.816.021 3.081.349
14 - 16.957.335 87.039.000 16.957.335 70.081.665 0,15 10.657.125 0,07 4.859.697 - 2.578.655 13.235.780 2.578.655
15 - 16.961.037 121.881.200 16.961.037 104.920.163 0,13 13.946.608 0,06 6.012.823 - 2.254.561 16.201.169 2.254.561
16 - 17.888.304 128.544.500 17.888.304 110.656.196 0,12 12.857.583 0,05 5.240.948 - 2.078.513 14.936.096 2.078.513
17 - 17.949.382 128.983.400 17.949.382 111.034.018 0,10 11.277.521 0,04 4.346.151 - 1.823.086 13.100.607 1.823.086
18 - 17.840.183 128.198.700 17.840.183 110.358.518 0,09 9.798.000 0,03 3.570.008 - 1.583.911 11.381.911 1.583.911
19 - 17.929.023 128.837.100 17.929.023 110.908.078 0,08 8.607.335 0,03 2.965.112 - 1.391.433 9.998.768 1.391.433
20 - 18.508.333 136.562.500 18.508.333 118.054.167 0,07 8.008.678 0,02 2.608.398 - 1.255.587 9.264.265 1.255.587
Jumlah 22.067.581 306.458.347 1.230.798.150 328.525.929 902.272.221 7,47 63.065.816 5,66 (1.139.945) 22.067.581 86.145.916 171.279.314 108.213.498

NPV1 132.338.592 132.338.592 83.1 60.718

NPV2 (69.272.776) 69.272.776 12 69.2 72.776 67.3 44.697 15.816.0 21

69.272.776
NPV 63.065.816 95.2 47.752 96.3 96.498

IRR 0,209
20,9%

Net B/C 1,910

PBP 12,1

17
Lampiran 3. Nilai Net B/C usahatani manggis di Kecamatan
Kaligesing Kabupaten Purworejo per hektar
Uraian Nilai (Rp)
NP V (+) 132.338.592
NP V (-) 69.272.776
Net B/C 1,910
Kriteria Layak

Sumber: Data primer diolah, 2019.

Lampiran 4. Perhitungan IRR


Diketahui:
i1 = 14,4%
i2 = 23%
NPV1 = 63.065.816
NPV2 = -1.139.945
63.065.816
IRR = 14,44% + (21%-14,4%)
63.065.816 −(−1.139.945)

IRR = 20,9%

Lampiran 5. Perhitungan Payback Period PBP


Diketahui:
TNBK = 12
NBK = Rp69.272.776 – (Rp67.344.697)
NBt = Rp15.816.021
69.272.776 – 67.344.697
PBP = 12 +
15.816.021

PBP = 12,1

PBP = 12

18

Anda mungkin juga menyukai