Anda di halaman 1dari 9

Nama : Ulfha Salsabila.

Nim : 11190840000011

Kelas : 6B/OTDA

Matkul : UAS Ekonomi Pertanian

 Berdasarkan Data dari Pudatin Kementan (2015) Perkembangan produktivitas kapas di


Indonesia selama kurun waktu 2004 hingga 2014 cenderung berfluktuasi. Berdasarakan
kurva pergerakan produktivitas kapas tahun 2004-2014, terlihat bahwa pada tahun 2004
produktivitas kapas di Indonesia mencapai 409 Kg/Ha. Kemudian sempat naik secara
signifikan pada tahun 2007 yang mencapai 941 Kg/Ha. Namun pada tahun 2014
produktivitasnya turun kembali hingga mencapai tingkat 273 Kg/Ha. Apa saja penyebab
rendahnya produktivitas kapas di Indonesia tersebut ? Jelaskan!
Jawab:
Produktivitas tanaman kapas di Indonesia masih rendah karena disebabkan oleh
faktor biotik dan abiotik, terutama belum optimalnya sistem budidaya seperti pemupukan
yang tepat serta penggunaan varietas yang sesuai. Selain itu ketersediaan lahan dalam
pengembangan kapas juga menjadi salah satu faktor rendahnya produksi. Pemanfaatan
lahan kritis dan sistem budidaya yang baik dengan pemakaian varietas yang sesuai
merupakan salah satu bentuk upaya meningkatkan produktivitas kapas. Balai Penelitian
Tanaman Pemanis dan Serat (2012) menyebutkan bahwa lahan yang sesuai untuk
pengembangan kapas di Indonesia masih tersedia sangat luas, yang didominasi oleh lahan
kering berikilim kering.
Lahan kering yang memiliki prospek cukup besar untuk pertanian adalah tanah
ultisol. Akan tetapi Ultisol perlu dikelola dengan baik karena merupakan lahan marginal
dengan minim hara, aktivitas biologi tanah dan bahan organik. Pemanfaatan Ultisol untuk
lahan pertanian dapat diperbaiki melalui unsur hara pemberian bahan organik,
pengapuran dan pemupukan yang berkesinambungan, baik pupuk anorganik ataupun
organik sehingga mampu menunjang pertumbuhan dan produksi tanaman yang optimal,
terutama untuk mempertahankan tingkat kesuburan lahan dan produktivitas tanaman
kapas. Selain kondisi lahan dan tanah, apabila diidentifikasi secara umum rendahnya
produktivitas kapas salah satunya juga disebabkan oleh jumlah penggunaan pupuk yang
masih terbatas baik jenis maupun dosis, waktu penggunaan tidak tepat bahkan sebagian
tidak dipupuk. Menurut Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (2012), perbaikan
aspek agronomis (pengolahan tanah dan pemupukan) serta perbaikan pascapanen dan
mengawalkan waktu tanam bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik.
Berdasarkan Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat (2012) menunjukkan
bahwa peningkatan dosis pupuk anorganik dari N 30, P 0, dan K 15 kg/ha menjadi N 60,
P 18, dan K 30 kg/ha secara nyata dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman dan buah
kapas terkait produksi kapas dari 1.616,33 kg/ha sampai 1.877,96 kg/ha. Beberapa
penelitian lain telah dilakukan untuk menentukan efek Nitrogen pada kapas, menemukan
bahwa hasil kapas secara jelas ditingkatkan dengan meningkatkan pemberian N. Hasil
kapas tertinggi (4363 kg/ha) dengan pemberian 200 kg/ha Nitrogen dan tidak ada yang
jelas perbedaan antara 200 dan 300 kg/ha pemberian nitrogen (Zonta, 2016). Hal ini
dikarenakan peranan unsur hara nitrogen dapat mempengaruhi fase pertumbuhan
tanaman kapas sehingga dapat tumbuh dan berkembang dengan baik. Penggunaan
varietas yang tepat juga merupakan kunci penting dalam upaya peningkatan produktivitas
kapas. Kanesia 10 merupakan salah satu varietas tanaman kapas yang dibudidayakan
karena memiliki pertumbuhan dan produktivitas yang baik, tahan terhadap kondisi
lingkungan yang cekam, dan cocok pada berbagai jenis tanah subur hingga masam. Disisi
lain, pemberian bahan organik bersama-sama dengan pupuk anorganik lebih baik
dibandingkan pemberian pupuk anorganik saja.

2. Tolong analisis salah satu bentuk Struktur Perilaku dan Keragaan Pasar! Berikanlah
Contoh masing masing satu komoditas di sektor Perikanan dan Perkebunan.
Jawab:

Pendekatan Structure, Conduct, and Performance (SCP) adalah pendekatan organisasi


pasar atau pelaku pasar yang mencakup atau mengkombinasikan semua aspek dari sistem
tataniaga, yaitu S (market structure/struktur pasar), C (market conduct/perilaku pasar),
dan P (market performance/keragaan pasar).
Contoh komoditas di sektor Perikanan

Analisis Efisiensi Pemasaran Udang Windu

 Struktur Pasar

Analisis struktur pasar diperlukan untuk mengetahui apakah struktur pasar yang ada
cenderung mendekati pasar persaingan sempurna atau pasar persaingan tidak sempurna
dengan melihat komponen-komponen yang mengarahkan pasar ke suatu struktur pasar
tertentu. Apabila semakin banyak penjual dan pembeli dan semakin kecilnya jumlah yang
diperjualbelikan oleh setiap lembaga pemasaran, maka struktur pasar tersebut masuk
dalam pasar persaingan sempurna. Sedangkan adanya kesepakatan antar sesama pelaku
pemasaran dapat menimbulkan struktur pasar yang cenderung tidak bersaing sempurna.

 Perilaku Pasar

Perilaku pasar udang windu yang terjadi di Desa Panimbang, Serang. Banten dapat
dianalisis dengan mengamati sistem penjualan dan pembelian, sistem penetuan harga dan
pembayaran serta kerjasama diantara lembaga tataniaga yang terbentuk.

 Keragaan Pasar

Keragaan pasar diperlukan untuk melihat efisiensi pemasaran udang windu. Marjin
pemasaran dihitun bedasarkan pengurangan harga penjualan dengan harga pembelian
pada setiap lembaga pemasaran. Besarnya marjin pemasaran pada dasarnya merupakan
penjumlahan dari biaya-biaya pemasaran dan keuntungan yang diperoleh oleh masing-
masing lembaga pemasaran.
Contoh komoditas di sektor Perkebunan

Analisis Struktur, Perilaku, dan Keragaan Pasar Cabai di Desa Bayung Gede,
Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli

 Struktur Pasar

Struktur pasar merupakan karakteristk yang terdapat pada pasar dengan melihat dari segi
bagaimana saluran pemasaran, jumlah lembaga pemasaran, diferensasi produk, hambatan
keluar masuk pasar, dan hubungan/koordinasi vertikal.Terdapat tiga jenis saluran
pemasaran cabai pada petani cabai di Desa Bayung Gede, Kecamatan Kintamani,
Kabupaten Bangli.Saluran pemasaran I terdiri dari petani, pedagang pengepul, pedagang
pengecer, dan konsumen. Saluran pemasaran II terdiri dari petani, pedagang
pengepul/antarkota, pedagang pengecer di kota, dan konsumen. Saluran pemasaran III
terdiri dari petani, pedagang pengepul/antarpulau, supplier, dan hotel.Berdasarkan hasil
penelitian jumlah lembaga pemasaran cabai di Desa Bayung Gede, Kecamatan
Kintamani, ada dua.Lembagalembaga yang terlibat adalah pedagang pengepul, pedagang
atarkota, pedagang antapulau, dan pedagang pengecer.Lembaga tersebut terdiri dari 1
orang pedagang pengepul juga sekaligus berperan sebagai pedagang antarkota dan
antarpulau, sertadua orang pedagang pengecer.Tidak terdapat diferensiasi produk
cabai.Hambatan keluar/masuk pasar terdiri dari keuntungan biaya mutlak berupa
permodalan, karakteristik produk yang mudah rusak, mengalami beberapa hambatan
seperti pendistribusian dan terbatasnya persediaan cabai, sertapersaingan yang dialami
antar pedagang.
Hubungan/koordinasi vertikal berbentuk integrasi.Perubahan harga cabai yang terjadi
pada pasar di Kintamani, disalurkan juga ke pasar-pasar yang lain di berbagai daerah
sebagai tujuan pendistribusian seperti pasar di Klungkung, Denpasar, Baturiti, Singaraja,
dan Mengwi sehingga aktivitas perdagangan yang terjadi antara dua pasar atau lebih,
memiliki korelasi harga. Struktur pasar pada penelitian ini adalah pasar persaingan tidak
sempurna yaitu struktur pasar duopoli karena hanya terdapat dua pedagang pengecer
yang terlibat dalam proses pemasaran cabai di tingkat desa.
 Perilaku Pasar
Analisis perilaku pasar pada penelitian ini meliputi praktik pertukaran/fungsi pemasaran,
strategi harga, strategi produk, penggunaan informasi, dan kerjasama.Berdasarkan
penelitian, praktik pertukaran atau fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga
pemasaran yaitu fungsi pertukaran berupa jual beli cabaiyang fungsi pertukaran berupa
jual beli dilakukan sekurang-kurangnya satu kali selama proses pemasaran, fungsi fisik
berupa pengangkutan cabai dari tempat hasil panen sampai di tempat penggudangan, dan
penyimpanansebelum cabai dipasarkan baik keluar kota maupun keluar pulau, serta
fungsi fasilitas berupa sortasi dan pengemasandengan mengelompokkan cabai tersebut
berdasarkan kualitasnya guna memudahkan penjualan yang bertujuan untuk
meminimalkan risiko kerusakan pada cabai hingga sampai pada tempat tujuan. Strategi
harga adalah SOP (standard operasional prosedur) harga yang ditentukan berdasarkan
rekomendasi petanidan mark-up standar atau penentuan harga dengan menambahkan
mark-up pada biaya produksi.Meskipun demikian, pedagang pengepul tidak
menyetujuinya begitu saja.Setelah ada harga, terjadi tawar-menawar antara petani dengan
pedagang pengepul sampai tercapai kesepakatan harga.Strategi produk yang dilakukan
adalahaktivitas yang berasal dari bawah (produsen) menuju ke arah atas (konsumen)
melalui lembaga pemasaran disebut aktivitas vertikal. Saluran-saluran bisnis yang
terdapat pada aktivitas ini memiliki satu target yang sama pada akhir saluran yaitu
konsumen. Informasi yang digunakan meliputi informasi statistik seperti siapa yang
melakukan aktivitas pemasaran seperti petani cabai sebagai produsen dan lembaga
pemasaran seperti pedagang pengepul/antarkota/antarpulau serta pedagang pengecer, apa
yang dipasarkan yaitu produk berupa cabai, berapa jumlah produk yaitu lebih dari 9 ton,
kapan produk dipasarkan yaitu setiap hari dengan melakukan pengiriman ke berbagai
tempat; dan di mana transaksi jual beli dilakukan yaitu di tempat penyimpanan pedagang
pengepul. Informasi psikologi seperti mengapa konsumen membeli produk cabai yaitu
digunakan sebagai salah satu bahan untuk memasak. Informasi dinamis seperti
memaparkan proses jual beli cabai yang terjadi dan model pengambilan keputusannya
yaitu petani menjual seluruh hasil panennya kepada pedagang pengepul karena terikat
hubungan kerjasama. Namun informasi pasar kurang disebarkan oleh pihak pengelola
pasar terkait.Kerjasama yang dilakukan hanya terjadi antara petani dengan pedagang
pengepul karena ada keterikatan.Kesepakatan antara keduanya menyebabkan adanya
keterikatan pada petani cabai dengan pedagang pengepul.Namun, pedagang pengepul
bukanlah pihak yang membiayai atau memberikan modal kepada para petani sehingga
kerjasama yang dilakukan murni karena keterikatan perjanjian bukan karena keterikatan
pembagian hasil.

 Keragaan Pasar
Kinerja pasar dalam penelitian meliputi margin pemasaran, farmer’s share, dan efisiensi
pemasaran.Dalam hal ini, penyesuaian dilakukan oleh lembaga pemasaran yang terdiri
dari pedagang pengecer dan pedagang pengepul yang sekaligus bertindak sebagai
pedagang antarkota dan pedagang antarpulau pada struktur pasar monopsoni karena
hanya terdapat 1 orang pembeli yaitu pedagang pengepul dari banyak penjual yaitu
petani.Terdapat biaya-biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang diterima oleh
lembaga pemasaran sebagai penyalur dalam mendistribusikan cabai dari produsen ke
konsumen.besarnya biaya yang dikeluarkan dan keuntungan yang diterima oleh masing-
masing lembaga pemasaran berbedabeda. Farmer’s share menunjukkan besarnya bagian
harga yang diterima oleh petani terhadap harga yang dibayarkan oleh konsumen
akhir.Margin pemasaran pada saluran pemasaran I adalah Rp 3.000/kg, pada saluran
pemasaran II sebesar Rp 5.000/kg, dan pada saluran pemasaran III sebesar Rp 15.000/kg.
Besarnya farmer’s share pada saluran pemasaran I yaitu 86,96%, saluran pemasaran II
80,00%, dan saluran pemasaran III 57,14%. Sedangkan efisiensi pemasaran pada saluran
pemasaran I sebesar 3,38%, pada saluran pemasaran II sebesar 7,15%, dan pada saluran
pemasaran III sebesar 8,32%. Keuntungan yang diperoleh lembaga pemasaran pada
saluran pemasaran I sebesar Rp 1.222/kg, pada saluran pemasaran II sebesar Rp 1.400/kg,
dan pada saluran pemasaran III sebesar Rp 6.339/kg.Pemasaran akansemakin efisien
apabila biaya pemasaran lebih rendah dari nilai produk yang dipasarkan. Selain itu,
margin pemasaran yang tidak terlalu tinggi juga menjadi faktor dari besarnya nilai
efisiensi pada kegiatan pemasaran.
3. Saat ini Indonesia menempati posisi ketiga sebagai negara produsen kakao dunia setelah
Pantai Gading dan Ghana. Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal
Perkebunan juga telah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan produksi dan
mutu kakao Indonesia. Salah satu upaya yang dilakukan yakni dengan Gerakan Nasional
Peningkatan Produksi dan Mutu Kakao (Gernas Kakao) meluncurkan program Bun500.
Apakah kebijakan ini sudah cukup efektif dalam peningkatan mutu kakao Indonesia?
Jelaskan!
Jawab:

Kondisi Petani Jeruk di China

Rantai pasokan di Cina mengalami perkembangan yang lebih pesat daripada di mana pun
di dunia (Hu, Xie dan Qiu, 2004). Namun, rantai pasokan Cina di bidang pertanian terdiri dari
jutaan petani kecil, yang tidak terstruktur dan terorganisir dengan baik dalam rantai tersebut
(Zhang dan Aramyan, 2009). Diperkirakan sekitar 87% dari 500 juta peternakan kecil di dunia
berada di kawasan Asia dan Pasifik. Cina menyumbang 193 juta pertanian kecil, dan 95% dari
pertanian lebih kecil dari 2 hektar (Hazell et al., 2007). Mengikuti Bank Dunia (2003), petani
kecil didefinisikan sebagai pertanian dengan luas 2 hektar (1 hektar = 15 mu) atau kurang dalam
studi ini.

Gannan adalah daerah penanaman jeruk pusar terbesar di China, dan produsen terbesar
ketiga di dunia. Ada 260.000 rumah tangga dengan jumlah total 730.000 orang yang terlibat
dalam industri jeruk pusar. Sebagian besar petani jeruk adalah petani kecil karena sistem alokasi
lahan China. Pemerintah Rakyat Ganzhou (2013) melaporkan bahwa masalah saat ini di
perkebunan jeruk adalah tinggi produksi dengan keuntungan rendah. Petani kecil sebagai
pemasok input adalah non-langsung yang paling penerima manfaat karena mereka tidak
memiliki hak penetapan harga dalam rantai pasokan (Sahin dan Robinson, 2005). Zhang dan
Aramyan (2009) menunjukkan bahwa selama tiga dekade liberalisasi pasar sejak kebijakan
reformasi dan keterbukaan China, telah disarankan bahwa tugas yang paling menantang dalam
rantai pasokan pertanian di Cina adalah untuk mengintegrasikan jutaan petani kecil ke dalam
rantai.Dalam upaya untuk lebih memahami masalah integrasi rantai pasokan, penting
untukmemahami kesulitan petani kecil petani dalam rantai pasokan.
Di pasar global yang kompetitif saat ini, sifat persaingan bisnis berubah dari perusahaan
versus perusahaan menjadi rantai pasokan versus rantai pasokan (Towers dan Burnes, 2003).
Rantai pasokan adalah sistem organisasi, orang,aktivitas, informasi, dan sumber daya yang
terlibat dalam memindahkan produk atau layanan dari pemasok kepelanggan (Bowersox, Closs
dan Cooper, 2002). Tanpa rantai pasokan, pemasok tidak memiliki kemampuan untuk memberi
pelanggan apa, kapan, dan di mana mereka inginkan.Rantai pasokan memainkan peran penting
dalampertanian dalam memberikan akses pasar bagi produsen untuk pasar lokal, regional dan
ekspor. Lambert dan Cooper (2000) menunjukkanrantai pasokan di pertanian berubah
menjadisistem komoditas yang diatur melalui pasar spot menuju sistem yang terkoordinasi
secara vertikal. Perubahan tersebut menyebabkan persaingan antara rantai pasokan di pertanian
daripada kompetisiantara perusahaan individu. Ragatz dkk. (1997) mencatat bahwa integrasi
efektif petani ke dalam rantai pasokan produk akan menjadi faktor kunci bagi industri untuk
mencapai perbaikan yang diperlukan untuk tetap kompetitif. Genier, Stamp dan Pfitzer (2008)
lebih lanjut mengungkapkan integrasi yang lebih baik dari petani ke dalam rantai pasokan di
bidang pertanian penting untuk pembangunan pertanian yang berkelanjutan.Kendala yang
berbeda yang dihadapi petani kecil dalam rantai pasokan didokumentasikan dalam literatur.
Jutaan petani kecil di Asia mengalami kesulitan dalam rantai pasokan. Itu Perdagangan buah dan
sayuran segar Cina tidak pengecualian. Hasil studi mengungkapkan hubungan antara kendala
yang dihadapi petani jeruk pusar kecil dan mereka karakteristik sosial ekonomi. Beberapa saran
untuk mengatasi kendala tersebut diberikan pada aspek-aspek berikut. Pertama, pemerintah
daerah harus memperkuat pelatihan teknologi budidaya di kalangan petani kecil. Sebagian besar
petani kecil petani tidak terdidik dengan baik di Gannan, hal itu mengakibatkan buruknya
teknologi penanaman baru yang dihadapi mereka. Pelatihan teknologi budidaya secara efektif
dapat membantu petani jeruk pusar meningkatkan kualitas produk jeruk pusar dan persentase
produk berkualitas tinggi.

Kedua, lebih banyak organisasi petani harus dibentuk. Petani kecil hanya dapat memiliki
kekuatan pasar jika mereka membentuk dan berpartisipasi dalam koperasi. Koperasi bisa
membantu petani jeruk pusar kecil di Gannan untuk mengamankan persyaratan perdagangan
yang lebih baik, seperti yang lebih baik harga sumber, biaya transaksi yang lebih rendah, akses
yang lebih besar ke pelatihan dan layanan lainnya. Tindakan kolektif baik melalui organisasi
produsen atau koperasi pemasaran, yang juga dapat memberikan lebih banyak peluang
pemasaran kepada petani kecil.Terakhir, asuransi pertanian harus ditawarkan kepada petani kecil
sebagai salah satu inisiatif pemerintah. risiko dan pengembalian yang rendah. Oleh karena itu,
pemerintah harus mendorong perusahaan asuransi untuk menawarkan asuransi pertanian kepada
petani kecil dengan intervensi administratif yang tepat.

Anda mungkin juga menyukai