BAB 1. PENDAHULUAN
Kondisi rantai pasok yang panjang dan kekuatan (bargaining power) petani yang lemah
menyebabkan harga jual di tingkat petani, pedagang besar hingga pengecer mengalami selisih
margin yang tinggi (Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011). Adanya
manajemen rantai pasok (supply chain management) yang diberlakukan petani saat ini
menjadi akar permasalahan utama dalam budidaya kentang di Kabupaten Brebes. Berbagai
permasalah tersebut menyebabkan minat petani dalam berbudidaya kentang juga mengalami
penurunan padahal daerah tersebut memiliki sumber daya alam yang sangat mendukung.
Oleh karena itu, analisis rantai pasok khsusunya pada komoditas kentang perlu diprioritaskan
melalui penelitian yang komprehensif supaya terjadi perbaikan pada sistem manajemen
pertanian yang berkelanjutan.
Manajemen rantai pasok atau Supply Chain Management (SCM) merupakan suatu
integrasi antara pemasok, distributor, pedanga besar, pedagang eceran sehingga barang yang
diproduksi dan didistribusikan pada kuantitas, lokasi, dan waktu yang benar agar dapat
meminimumkan biaya secara efisien (Simchi-Levi, 2008). Menurut Chopra & Meindl (2001)
manajemen rantai pasok mencakup suatu sistem aliran-aliran diantara tingkatan dalam suatu
rantai pasok yang bertujuan untuk memaksimukan keuntungan secara keseluruhan.
Menurut Pujawan (2005) kekuatan rantai pasok tergantung pada kuatnya keseluruhan
elemen yang berada di dalamnya. Usaha tidak akan banyak berarti jika pemasoknya tidak
dapat memenuhi kebutuhan pengiriman tepat waktu. Saat ini pada era globalisasi dan
perdagangan bebas, konsep SCM menjadi penting dalam pemasaran produk pertanian
dikarenakan persaingan pasar bukan lagi suatu produk melawan suatu produk akan tetapi
lebih kepada rantai pasok melawan rantai pasok dalam produk yang homogen maupun
heterogen. Produk pertanian memiliki ciri khusus seperti mudah busuk/rusak (perishable),
bulky, dan voluminous serta memiliki berbagai karakteristik masing-masing produk yang
berbeda-beda sehingga membutuhkan penanganan yang kompleks dalam aktivitas pemasaran
dan distribusinya. Di lain sisi, ketersediaan pasokan (penawaran/supply) harus senantiasa
memenuhi kebutuhan (permintaan/demand) supaya dapat meminimalkan biaya dan
memaksimumkan keuntungan. Oleh sebab itu, diperlukan sistem manajemen rantai pasok
yang efektif dan efisien supaya baik petani maupun konsumen dapat memperoleh keuntungan
dan kepuasan yang maksimum.
Penelitian mengenai manajemen rantai pasok telah banyak dilakukan sebelumnya
dengan objek produk atau komoditas yang berbeda-beda. Beberapa penelitian
menitikberatkan pada aspek efisiensi manajemen rantai pasok tanpa menganalisis strategi
pengembangan yang perlu dilakukan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Nurhuda et al
(2017) tentang analisis manajemen rantai pasok komoditas kentang di Desa Ngadas
Kabupaten Malang, Herawati et al (2015) tentang kinerja dan efisiensi rantai pasok biji kakao
di Kabupaten Pasaman, Paramita (2018) tentang analisis rantai pasok sayuran unggulan di
Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat, dan Wuwung (2013) tentang manajemen
rantai pasokan produk cengkeh di Desa Wawona Minahasa Selatan.
Selain itu terdapat penelitian yang menitikberatkan pada pemasaran suatu produk atau
komoditas tanpa menganalisis efisiensi pemasarannya, seperti penelitian yang dilakukan oleh
Pongoh (2016) tentang analisis penerapaan manajemen rantai pasokan pabrik gula aren
Masarang, Pakpahan (2018) tentang analisis pemasaran komoditi belimbing di Desa Durin
5
Simbelang Kabupaten Deli Serdang, Furqon (2014) tentang analisis manajemen dan kinerja
rantai pasok agribisnis buah stroberi di Kabupaten Bandung, dan Yolandika (2016) tentang
analisis Supply Chain Management brokoli di CV Yan’s Fruit and Vegetable Kabupaten
Bandung Barat.
Terdapat penelitian yang menitikberatkan pada manajemen rantai pasok maupun
strategi pengembangan pemasaran, seperti penelitian yang dilakukan oleh Pujiharto (2011)
tentang kajian potensi pengembangan agribisnis sayuran dataran tinggi di Kabupaten
Banjarnegara dan Setiawan et al (2011) tentang strategi peningkatan kinerja rantai pasok
pada komoditas sayuran dataran tinggi di Jawa Barat. Pada penelitian tersebut tidak
memfokuskan pada salah satu komoditas prioritas yang menjadi unggulan di daerahnya
seperti penelitian yang dilakukan oleh Tobari dan Susandy (2008). Oleh karena itu, pada
penelitian ini objek komoditas akan difokuskan pada salah satu komoditas sayuran unggulan
di Jawa Tengah pada umumnya dan di Kabupaten Brebes pada khususnya yaitu komoditas
kentang.
DAFTAR PUSTAKA
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Brebes Dalam Angka 2016. Jakarta (ID): BPS Kabupaten
Brebes.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2017. Brebes Dalam Angka 2017. Jakarta (ID): BPS Kabupaten
Brebes.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2018. Jawa Tengah Dalam Angka 2018. Jakarta (ID): BPS
Provinsi Jawa Tengah.
Chopra S, Meindl P. 2001. Supply Chain Management: Startegy, Planning, and Operations.
New Jersey (US): Prantice Hall.
Dwiyati P. 2012. Teknologi Pengolahan Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan. Edisi Pertama.
Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.
Furqon C. 2014. Analisis Manajemen dan Kinerja Rantai Pasok Agribisnis Buah Stroberi di
Kabupaten Bandung. Jurnal Riset Manajemen Vol 03 No 02.
Herawati, Rifin A, Tinaprilla N. 2015. Kinerja dan Efisiensi Rantai Pasok Biji Kakao di
Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar (JTIDP)
Vol 02 No 01.
Nurhuda L, Setiawan B, Andriani D R. 2017. Analisis Manajemen Rantai Pasok Kentang
(Solanum tuberosum L.) di Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.
Jurnal Ekonomi dan Agribisnis (JEPA) Vol 01 No 02.
Pakpahan H T, Damanik Y C P. Analisis Pemasaran Komoditi belimbing (Averrhoa
carambola L.). Jurnal Agribest Vol 02 No 01.
Paramita Y S. 2018. Analisis Rantai Pasok Sayuran Unggulan di Kecamatan Sukau
Kabupaten Lampung Barat [skripsi]. Lampung (ID): Universitas Lampung.
Pongoh M A. 2016. Analisis Penerapan Manajemen Rantai Pasokan Pabrik Gula Aren
Masarang. Jurnal Emba Vol 04 No 03.
Pujawan I N. 2005. Supply Chain Management. Surabaya (ID): Guna Widya.
Pujiharto. 2011. Kajian Potensi Pengembangan Agribisnis Sayuran Dataran Tinggi di
Kabupaten Banjarnegara Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Agritech Vol 08 No 02.
[PSEKP] Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 2011. Jakarta (ID): PSE-KP.
Setiawan A, Marimin, Arkeman Y, Udin F. 2011. Studi Peningkatan Kinerja Manajemen
Rantai Pasok Sayuran Dataran Tinggi di Jawa Barat. Jurnal Agritech Vol 31 No 01.
Simchi-Levi D, Kaminski P, Simchi-Levi E. 2008. Designing and Managing The Supply
Chain: Concept, Strategies, and Case Studies. New York (US): Irwin McGraw-Hill.
Tobari, Susandy G. 2008. Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran Kentang di Kecamatan
Pulosari kabupaten Pemalang. Jurnal Dimensia Vol 05 No.01.
Wuwung S C. 2013. Manajemen Rantai Pasokan produk Cengkeh pada Desa Wawona
Minahasa Selatan. Jurnal Emba Vol 01 No 03.
10