Anda di halaman 1dari 10

1

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kabupaten Brebes merupakan salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang memiliki
potensi budidaya pertanian pada lahan dataran tinggi khususnya komoditas sayuran. Salah
satu komoditas sayuran yang dibudidayakan tersebut adalah komoditas kentang di mana
menduduki peringkat ketiga setelah Kabupaten Banjarnegara dan Kabupaten Wonosobo
(BPS Jawa Tengah, 2018). Komoditas kentang merupakan salah satu komoditas sayuran
terbesar yang dibudidayakan di Kabupaten Brebes selain bawang merah dan cabai. Pada
tahun 2017 jumlah luas panen kentang di Kabupaten Brebes sebesar 2.565 ha dengan jumlah
produksi 48.401 ton (BPS Kabupaten Brebes, 2018).
Komoditas kentang dapat tumbuh optimal pada ketinggian 200 – 2000 mdpl dengan
suhu udara 10 – 24°C dan suhu optimum 17°C (Dwiyati, 2012). Komoditas kentang dapat
tumbuh dengan baik di dataran tinggi Kabupaten Brebes tepatnya hanya dibudidayakan di
dua kecamatan yakni Kecamatan Sirampog dan Kecamatan Paguyangan. Luas panen
kentang di Kecamatan Sirampog lebih besar jika dibandingkan dengan Kecamatan
Paguyangan yaitu berturut-turut memiliki luas panen sebesar 1.740 ha dan 825 ha (2.565 ha)
dengan jumlah produksi sebesar 48.401 ton pada tahun 2017. Akan tetapi jumlah tersebut
mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun 2016 yang memiliki luas panen 2.657
ha dan jumlah produksi 52.290 ton (BPS Kabupaten Brebes, 2016).
Potensi yang besar sebagai daerah penghasil sayuran terutama komoditas kentang
menjadikan sumber pendapatan bagi masyarakat di Kecamatan Sirampog dan Paguyangan.
Selama tahun 2016-2017 jumlah luas panen komoditas kentang mengalami penurunan
sebesar 3,5% dan jumlah produksi kentang menurun 7,5%. Penurunan jumlah produksi
kentang berlanjut hingga pada tahun 2018. Kinerja pasar yang belum optimal menyebabkan
ketidakstabilan tingkat penawaran dan permintaan sehingga sulit memperoleh pasar dan
harga yang stabil. Tidak adanya transformasi produk melalui pengembangan nilai tambah
kentang juga tidak dilakukan oleh petani maupun masyarakat. Meskipun sebagian besar
produksi kentang masih didistribusikan petani ke pasar lokal tetapi jumlah pasokan kentang
yang disalurkan masih cenderung berfluktuatif. Hal tersebut dikarenakan musim yang sulit
diprediksi sehingga serangan organisme pengganggu tanaman (OPT) juga sulit dikendalikan
oleh petani.
2

Kondisi rantai pasok yang panjang dan kekuatan (bargaining power) petani yang lemah
menyebabkan harga jual di tingkat petani, pedagang besar hingga pengecer mengalami selisih
margin yang tinggi (Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian, 2011). Adanya
manajemen rantai pasok (supply chain management) yang diberlakukan petani saat ini
menjadi akar permasalahan utama dalam budidaya kentang di Kabupaten Brebes. Berbagai
permasalah tersebut menyebabkan minat petani dalam berbudidaya kentang juga mengalami
penurunan padahal daerah tersebut memiliki sumber daya alam yang sangat mendukung.
Oleh karena itu, analisis rantai pasok khsusunya pada komoditas kentang perlu diprioritaskan
melalui penelitian yang komprehensif supaya terjadi perbaikan pada sistem manajemen
pertanian yang berkelanjutan.

1.2 Rumusan Masalah


Kecamatan Sirampog dan Paguyangan di Kabupaten Brebes merupakan daerah dataran
tinggi yang berpotensi dalam peningkatan pasokan kentang di Jawa Tengah. Saat ini
permintaan komoditas holtikultura termasuk kentang mengalami peningkatan yang cukup
pesat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Namun yang terjadi di Kabupaten Brebes
peningkatan tersebut tidak dibarengi dengan jumlah penawaran dimana justru mengalami
penurunan produksi kentang sejak tahun 2016.
Berbagai permasalahan dihadapi oleh petani sehingga menurunnya minat petani dalam
membudidayakan kentang menjadi penyebab penurunan produksi kentang. Bargaining
power petani yang rendah di pasar menjadi faktor pendukung berkurangnya minat petani.
Meskipun sebagian besar hasil produksi didistribusikan di pasar lokal, tetapi kinerja pasar
lokal dinilai masih belum optimal disamping produk kentang yang masih belum
terstandarkan. Peluang pasar modern yang harusnya dapat dimanfaatkan oleh petani saat ini
tidak dapat dimanfaatkan dengan baik karena minimnya akses informasi yang diperoleh dan
kurang aktifnya petani dalam menghadapi persaingan pasar di era globalisasi ini. Berbagai
kendala tersebut merupakan rangkaian sistem manajemen rantai pasok yang tidak diterapkan
dengan baik oleh petani. Jika tidak ada tindak lanjut dari permasalahan yang dihadapi petani
khususnya mengenai rantai pasok maka tidak menutup kemungkinan produksi kentang akan
terus mengalami penurunan dimana nantinya akan berpengaruh terhadap kestabilan harga
kentang di pasar. Oleh karena itu, adanya penelitian ini dapat membantu petani dalam
memperbaiki manajemen rantai pasok khususnya pada komoditas kentang.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka dapat diperoleh rumusan
permasalah sebagai berikut:
3

a. Bagaimana rantai pasok komoditas kentang di Kabupaten Brebes?


b. Bagaimana efisiensi pemasaran komoditas kentang pada masing-masing saluran
pemasarannya di Kabupaten Brebes?
c. Strategi apa saja yang perlu dilakukan untuk memperbaiki manajemen rantai pasok
komoditas kentang di Kabupaten Brebes?

1.3 Tujuan Penelitian


Berdasarkan rumusan masalah yang telah dijabarkan, maka penelitian ini memiliki
tujuan khusus, yaitu:
a. Menganalisis rantai pasok komoditas kentang di Kabupaten Brebes.
b. Menganalisis efisiensi pemasaran komoditas kentang pada masing-masing salurang
pemasarannya di Kabupaten Brebes.
c. Merumuskan strategi pengembangan pemasaran komoditas kentang di Kabupaten
Brebes.

1.4 Target Luaran Penelitian


Pada penelitian ini memiliki tiga indikator pencapaian di mana diuraikan target luaran
sebagai berikut:
a. Diperoleh model strategi pengembangan pemasaran yang dapat diterapkan untuk
memperbaiki manajemen rantai pasok komoditas kentang di Kabupaten Brebes.
b. Publikasi ilmiah pada jurnal nasional yakni Jurnal Agribisnis ISSN: 1412-4807
dengan judul “Strategi Pengembangan Pemasaran pada Komoditas Kentang
(Solanum Tuberosum L.) di Kabupaten Brebes”.
c. Publikasi ilmiah pada jurnal nasional yakni Jurnal Agribisnis dan Ekonomi Pertanian
(AAE) ISSN: 1978-479 dengan judul “Analisis Manajemen Rantai Pasok Komoditas
Kentang (Solanum Tuberosum L.) di Kabupaten Brebes”.

Tabel 1. Rencana Target Capaian dan Indikator


No Jenis Luaran Indikator
.
1. Publikasi pada jurnal nasional ber ISSN Accepted/Published
2. Model kebijakan strategis Penerapan
3. Bahan ajar Tidak ada
4. Pemakalah seminar nasional Tidak ada

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


4

Manajemen rantai pasok atau Supply Chain Management (SCM) merupakan suatu
integrasi antara pemasok, distributor, pedanga besar, pedagang eceran sehingga barang yang
diproduksi dan didistribusikan pada kuantitas, lokasi, dan waktu yang benar agar dapat
meminimumkan biaya secara efisien (Simchi-Levi, 2008). Menurut Chopra & Meindl (2001)
manajemen rantai pasok mencakup suatu sistem aliran-aliran diantara tingkatan dalam suatu
rantai pasok yang bertujuan untuk memaksimukan keuntungan secara keseluruhan.
Menurut Pujawan (2005) kekuatan rantai pasok tergantung pada kuatnya keseluruhan
elemen yang berada di dalamnya. Usaha tidak akan banyak berarti jika pemasoknya tidak
dapat memenuhi kebutuhan pengiriman tepat waktu. Saat ini pada era globalisasi dan
perdagangan bebas, konsep SCM menjadi penting dalam pemasaran produk pertanian
dikarenakan persaingan pasar bukan lagi suatu produk melawan suatu produk akan tetapi
lebih kepada rantai pasok melawan rantai pasok dalam produk yang homogen maupun
heterogen. Produk pertanian memiliki ciri khusus seperti mudah busuk/rusak (perishable),
bulky, dan voluminous serta memiliki berbagai karakteristik masing-masing produk yang
berbeda-beda sehingga membutuhkan penanganan yang kompleks dalam aktivitas pemasaran
dan distribusinya. Di lain sisi, ketersediaan pasokan (penawaran/supply) harus senantiasa
memenuhi kebutuhan (permintaan/demand) supaya dapat meminimalkan biaya dan
memaksimumkan keuntungan. Oleh sebab itu, diperlukan sistem manajemen rantai pasok
yang efektif dan efisien supaya baik petani maupun konsumen dapat memperoleh keuntungan
dan kepuasan yang maksimum.
Penelitian mengenai manajemen rantai pasok telah banyak dilakukan sebelumnya
dengan objek produk atau komoditas yang berbeda-beda. Beberapa penelitian
menitikberatkan pada aspek efisiensi manajemen rantai pasok tanpa menganalisis strategi
pengembangan yang perlu dilakukan, seperti penelitian yang dilakukan oleh Nurhuda et al
(2017) tentang analisis manajemen rantai pasok komoditas kentang di Desa Ngadas
Kabupaten Malang, Herawati et al (2015) tentang kinerja dan efisiensi rantai pasok biji kakao
di Kabupaten Pasaman, Paramita (2018) tentang analisis rantai pasok sayuran unggulan di
Kecamatan Sukau Kabupaten Lampung Barat, dan Wuwung (2013) tentang manajemen
rantai pasokan produk cengkeh di Desa Wawona Minahasa Selatan.
Selain itu terdapat penelitian yang menitikberatkan pada pemasaran suatu produk atau
komoditas tanpa menganalisis efisiensi pemasarannya, seperti penelitian yang dilakukan oleh
Pongoh (2016) tentang analisis penerapaan manajemen rantai pasokan pabrik gula aren
Masarang, Pakpahan (2018) tentang analisis pemasaran komoditi belimbing di Desa Durin
5

Simbelang Kabupaten Deli Serdang, Furqon (2014) tentang analisis manajemen dan kinerja
rantai pasok agribisnis buah stroberi di Kabupaten Bandung, dan Yolandika (2016) tentang
analisis Supply Chain Management brokoli di CV Yan’s Fruit and Vegetable Kabupaten
Bandung Barat.
Terdapat penelitian yang menitikberatkan pada manajemen rantai pasok maupun
strategi pengembangan pemasaran, seperti penelitian yang dilakukan oleh Pujiharto (2011)
tentang kajian potensi pengembangan agribisnis sayuran dataran tinggi di Kabupaten
Banjarnegara dan Setiawan et al (2011) tentang strategi peningkatan kinerja rantai pasok
pada komoditas sayuran dataran tinggi di Jawa Barat. Pada penelitian tersebut tidak
memfokuskan pada salah satu komoditas prioritas yang menjadi unggulan di daerahnya
seperti penelitian yang dilakukan oleh Tobari dan Susandy (2008). Oleh karena itu, pada
penelitian ini objek komoditas akan difokuskan pada salah satu komoditas sayuran unggulan
di Jawa Tengah pada umumnya dan di Kabupaten Brebes pada khususnya yaitu komoditas
kentang.

Tabel 2. Penelitian Terdahulu


Cakupan Objek Metode analisis
No. Penelitian penelitian
a b c d e f g h i j
1. Nurhuda et al (2017) √ √ √ √
2. Herawati et al (2016) √ √ √ √
3. Paramita (2018) √ √ √ √
4. Wuwung (2013) √ √ √
5. Pongoh (2016) √ √ √
6. Pakpahan (2018) √ √ √
9. Furqon (2014) √ √ √
10. Yolandika (2016) √ √ √
11. Pujiharto (2011) √ √ √
12. Setiawan et al (2011) √ √ √
13. Tobari dan Susandy (2008) √ √ √ √
14. Penelitian yang akan dilakukan √ √ √ √ √
Keterangan:
Cakupan a. Kentang
b. Sayuran
c. Produk pertanian lainnya
Objek penelitian d. Kabupaten Brebes
e. Daerah lainnya
Metode analisis f. Efisiensi pemasaran
g. Food supply chain network (FSCN)
h. Analisis deskriptif
6

i. Supply chain operation refference (SCOR)


j. Structure conduct performance (SCP)

Analisis pemasaran yang dilakukan menggunakan analisis deskriptif dan pendekatan


Structure Condact Performance (SCP) selanjutnya menganalisis efisiensi pemasaran pada
masing-masing salurang pemasaran kentang dengan menggunakan pendekatan operasional.
Tahapan terakhir menggunakan analisis SWOT dalam merumuskan strategi pengembangan
pemasaran kentang di Kabupaten Brebes. Tahapan roadmap dan diagram alur pada penelitian
ini dapat disajikan pada gambar sebagai berikut ini:

Gambar 1. Roadmap Penelitian


7

Gambar 2. Diagram Alur Penelitian


8

BAB 3. METODE PENELITIAN

3.1 Tahapan Penelitian


Pada penelitian ini terdiri dari 4 tahapan. Tahap pertama yaitu melakukan analisis rantai
pasok komoditas kentang di Kabupaten Brebes tepatnya di Kecamatan Sirampog dan
Kecamatan Paguyangan. Setelah diperoleh hasil analisisnya, tahap kedua yaitu menganalisis
tingkat efisiensi pemasaran kentang. Tahap ketiga adalah menganalisis faktor eksternal dan
internal kentang guna melanjutkan pada tahap terakhir yakni merumuskan alternatif strategi
pengembangan yang tepat pada komoditas kentang di Kabupaten Brebes.

3.2 Metode Pengumpulan Data


Pada penelitian ini memerlukan data sekunder dan data primer. Data sekunder berasal
dari BPS, Dinas Pertanian Kabupaten Brebes, maupun dinas/instansi terkait, internet, jurnal,
dan sumber pustaka lainnya yang relevan dengan kajian penelitian ini. Sedangkan data primer
berasal dari observasi langsung dan wawancara baik terhadap stakeholder melalui deep
interview dan responden petani kentang melalui penyebaran kuisioner.

3.3 Teknik Pengambilan Sampel


Pada penelitian ini, pengambilan daerah penelitian menggunakan teknik purposive
(sengaja) yakni Kabupaten Brebes tepatnya di Kecamatan Sirampog dan Kecamatan
Paguyangan. Pemilihan lokasi dikarenakan hanya dua kecamatan tersebut yang
membudidayakan komoditas kentang di Kabupaten Brebes. Sedangkan teknik pengambilan
sampel menggunakan teknik snowball sampling yakni dengan menelusuri rantai pemasaran
kentang di dua kecamatan tersebut berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden
petani sebelumnya hingga ke responden pedagang eceran.

3.4 Metode Analisis Data


a. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif kualitatif digunakan untuk menganalisis mekanisme rantai
pasok komoditas kentang di Kecamatan Sirampog dan Paguyangan.
b. Analisis Sistem Pemasaran
Pada penelitian ini menggunakan teknik Structure Conduct Performance (SCP)
untuk menganalisis sistem pemasaran.
c. Analisis Efisiensi Pemasaran
d. Analisis SWOT
9

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Brebes Dalam Angka 2016. Jakarta (ID): BPS Kabupaten
Brebes.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2017. Brebes Dalam Angka 2017. Jakarta (ID): BPS Kabupaten
Brebes.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2018. Jawa Tengah Dalam Angka 2018. Jakarta (ID): BPS
Provinsi Jawa Tengah.
Chopra S, Meindl P. 2001. Supply Chain Management: Startegy, Planning, and Operations.
New Jersey (US): Prantice Hall.
Dwiyati P. 2012. Teknologi Pengolahan Sayur-Sayuran dan Buah-Buahan. Edisi Pertama.
Yogyakarta (ID): Graha Ilmu.
Furqon C. 2014. Analisis Manajemen dan Kinerja Rantai Pasok Agribisnis Buah Stroberi di
Kabupaten Bandung. Jurnal Riset Manajemen Vol 03 No 02.
Herawati, Rifin A, Tinaprilla N. 2015. Kinerja dan Efisiensi Rantai Pasok Biji Kakao di
Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat. Jurnal Tanaman Industri dan Penyegar (JTIDP)
Vol 02 No 01.
Nurhuda L, Setiawan B, Andriani D R. 2017. Analisis Manajemen Rantai Pasok Kentang
(Solanum tuberosum L.) di Desa Ngadas Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang.
Jurnal Ekonomi dan Agribisnis (JEPA) Vol 01 No 02.
Pakpahan H T, Damanik Y C P. Analisis Pemasaran Komoditi belimbing (Averrhoa
carambola L.). Jurnal Agribest Vol 02 No 01.
Paramita Y S. 2018. Analisis Rantai Pasok Sayuran Unggulan di Kecamatan Sukau
Kabupaten Lampung Barat [skripsi]. Lampung (ID): Universitas Lampung.
Pongoh M A. 2016. Analisis Penerapan Manajemen Rantai Pasokan Pabrik Gula Aren
Masarang. Jurnal Emba Vol 04 No 03.
Pujawan I N. 2005. Supply Chain Management. Surabaya (ID): Guna Widya.
Pujiharto. 2011. Kajian Potensi Pengembangan Agribisnis Sayuran Dataran Tinggi di
Kabupaten Banjarnegara Propinsi Jawa Tengah. Jurnal Agritech Vol 08 No 02.
[PSEKP] Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian. 2011. Jakarta (ID): PSE-KP.
Setiawan A, Marimin, Arkeman Y, Udin F. 2011. Studi Peningkatan Kinerja Manajemen
Rantai Pasok Sayuran Dataran Tinggi di Jawa Barat. Jurnal Agritech Vol 31 No 01.
Simchi-Levi D, Kaminski P, Simchi-Levi E. 2008. Designing and Managing The Supply
Chain: Concept, Strategies, and Case Studies. New York (US): Irwin McGraw-Hill.
Tobari, Susandy G. 2008. Strategi Peningkatan Efisiensi Pemasaran Kentang di Kecamatan
Pulosari kabupaten Pemalang. Jurnal Dimensia Vol 05 No.01.
Wuwung S C. 2013. Manajemen Rantai Pasokan produk Cengkeh pada Desa Wawona
Minahasa Selatan. Jurnal Emba Vol 01 No 03.
10

Yolandika C. Nurmalina R. Suharno. 2016. Analisis Supply Chain Management Brokoli di


CV Yan’s Fruit and Vegetables di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat
[Tesis]. Bogor (ID): IPB.

Anda mungkin juga menyukai