Anda di halaman 1dari 30

1/30

PEMBENTUKAN UNIT USAHA KOPERASI KELOMPOK TANI/ GAPOKTAN DENGAN


METODE TUNDA JUAL GABAH UNTUK PENGEMBANGAN INFRASTRUKTUR
DISTRIBUSI PANGAN KABUPATEN DEMAK

Nama Diklat : Diklatpim Tingkat IV Angkatan XCIX


Tahun : 2017
Ruang lingkup inovasi : Kabupaten/Kota
Cluster inovasi : Pertanian, Perkebunan & Pangan
Inovator : BUDI SULISTYAWAN, SP. MM
Jabatan : Kasi Ketersediaan dan Distribusi Pangan
Instansi : Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak

Latar Belakang

Dalam Undang Undang Nomor 18 Tahun 2012 tentang pangan, Ketahanan Pangan adalah kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Oleh karena terpenuhinya pangan menjadi hak asasi bagi masyarakat,
melalui Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kebupaten/Kota dalam Pasal 7 huruf m dan Pasal 8, urusan Ketahanan
Pangan merupakan urusan wajib berkaitan dengan pelayanan dasar dalam pemenuhan kebutuhan hidup minimal.

Beras merupakan komoditas strategis dipandang dari sudut ekonomi, sosial, dan politik, oleh karena itu pemerintah telah menetapkan kebijakan pembangunan
swasembada pangan terhadap komoditas beras. Alasan penentuan kebijakan tersebut adalah beras merupakan makanan pokok penduduk Indonesia. Beras merupakan
makanan pokok penduduk Indonesia karena tingkat konsumsi beras penduduk Indonesia mencapai 124,89 kg/kapita/tahun, jauh di atas tingkat konsumsi beras
penduduk di negara Asia lainnya seperti Malaysia (80 kg/kapita/tahun), Thailand (70kg/kapita/tahun), Jepang (50 kg/kapita/ tahun) dan Korea Selatan
(40kg/kapita/tahun). Adanya dominasi beras ini menyebabkan penyediaan pangan di Indonesia masih belum berimbang.

Gabah/Beras memiliki pola produksi musiman, dengan pola produksi yang mengikuti musiman ini, maka harga gabah/beras jatuh pada saat panen raya, khususnya di
daerah daerah sentra produksi melimpah melebihi kebutuhan konsumsi sehingga harga cenderung turun sampai tingkat yang kurang menguntungkan petani. Sebaliknya
pada saat pasokan berkurang harga cenderung meningkat sehingga dapat memberatkan konsumen. Inilah persoalan klasik distribusi pangan masyarakat.
2/30
Kegiatan yang menghubungkan antara produsen dan konsumen disebut kegiatan distribusi. Kegiatan distribusi dapat diartikan sebagai kegiatan memindahkan atau
menyalurkan hasil produksi dari petani kepada konsumen akhir/masyarakat. Tingginya harga pangan pokok antara lain beras di pasaran bukan semata karena produksi
padi yang kurang, tetapi salah satunya dikarenakan distribusinya yang kurang lancar.

Kegiatan yang termasuk fungsi distribusi antara lain :

a. Fungsi Distribusi Pokok, tugas-tugas yang mau tidak mau harus dilaksanakan, meliputi pengangkutan (transportasi), penjualan (selling), pembelian (buying),
penyimpanan (stooring), pembakuan standar kualitas barang penanggung resiko, promosi, negosiasi, pemesanan, pembiayaan, pemilikan fisik, pembayaran, hak milik,

b. Fungsi tambahan, meliputi menyeleksi, mengepak/mengemas, memberi informasi.

Adapun tugas distribusi antara lain : melakukan pembelian barang / jasa, melakukan penyimpanan barang-barang di gudang sampai waktu barang-barang itu diperlukan,
mengadakan penetapan ukuran dan kualitas barang-barang untuk memudahkan konsumen menetapkan pilihan, melaksanakan pengangkutan barang-barang dari
tempat produsen ke tempat konsumen yang membutuhkan.

Distribusi pangan dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu: distribusi pendek (dari produsen – konsumen) dan produsen – pengecer – konsumen, distribusi
tradisional ( produsen – pedagang besar – pengecer – konsumen), produsen – agen – pengecer – konsumen, produsen – agen – pedagang besar – pengecer –
konsumen. Sedangkan faktor yang mempengaruhi kegiatan distribusi adalah faktor pasar, faktor barang, faktor perusahaan, faktor kebiasaan dalam pembelian.

Mata rantai distribusi merupakan masalah utama dalam mempengaruhi mahalnya harga pangan, meski produksinya sudah meningkat. Dibutuhkan solusi tepat untuk
menurunkan harga, tapi juga tidak merugikan pedagang. Harga komoditas utama seperti beras akan rentan pada perubahan harga karena alur distirbusi terlampau
panjang. Pada titik yang mengharuskan petani padi menjual hasil produksinya, mereka menghadapi persoalan dinamika harga dan nilai tukar di pasar. Terkait dengan
kenyataan tersebut, salah satu indikator tingkat kedaulatan pangan di kalangan petani produsen padi adalah kapasitas menunda-jual panenan. Fakta yang sering
dihadapi, pada saat panen raya produksi cukup melimpah, sedangkan permintaan relatif stabil sepanjang tahun, sehingga harga turun pada tingkat yang tidak
memberikan keuntungan bagi petani. Sebaliknya pada musim paceklik, seringkali kebutuhan pangan umumnya melebihi produksi yang tersedia, sehingga harganya
meningkat.

Dampak ketajaman fluktuasi tersebut sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani, yang pada gilirannya juga berdampak pada tingginya resiko ketahanan pangan
di tingkat rumah tangga petani. Petani padi skala kecil baik petani tanpa lahan maupun petani berlahan sempit merupakan kelompok yang paling rentan terhadap
fluktuasi harga gabah dan beras. Meskipun mereka telah mengembangkan pola nafkah ganda, kondisi kehidupan buruh tani tidak mengalami perubahan dan identik
3/30
dengan kemiskinan dan kelaparan di desa. Untuk mengurangi atau menghindari fluktuasi harga pasar, ada suatu mekanisme yang dikenal dengan nama sistem ”tunda
jual”.

Pengembangan model sistem tunda jual pada umumnya bertujuan agar petani mampu menahan hasil panen sementara waktu untuk mendapatkan harga jual yang lebih
baik di pasar. Pada tingkatan tertentu upaya ini tidak hanya sekedar mendapat nilai lebih, tetapi juga sebagai upaya untuk dapat memenuhi kebutuhan pangannya
secara mandiri dan mengurangi ketergantungan atas pasar untuk memenuhi kebutuhan pangan. Upaya tersebut penting dilakukan, terutama ketika kebijakan
pemerintah dalam perlindungan harga bagi petani padi tidak berjalan dengan baik dan kekuatan pasar yang tidak bisa dikendalikan pemerintah. Pengembangan
kemampuan tunda jual juga menjadi salah satu upaya pokok dalam meningkatkan derajat kedaulatan pangan dikalangan petani produsen padi.

Dengan pola produksi yang mengikuti musim, maka harga gabah/beras dan jagung berfluktuasi. Pada saat panen raya khususnya di daerah-daerah sentra produksi
melimpah melebihi kebutuhan konsumsi, sehingga harga cenderung turun sampai tingkat yang kurang menguntungkan petani. Sebaliknya pada saat pasokan berkurang
harga cenderung meningkat sehingga dapat memberatkan konsumen.

Berbagai upaya telah dilaksanakan oleh pemerintah dalam hal stabilisasi harga beli gabah/beras dan jagung ditingkat petani sebagai salah satu upaya perlindungan
petani melalui kebijakan penetapan harga pembelian pemerintah (HPP) untuk komoditas gabah/beras melalui Instruksi Presiden Nomor 5 tahun 2015 tentang Kebijakan
Pengadaan Gabah/Beras dan Penyaluran Beras oleh Pemerintah, sedangkan kebijakan harga beli jagung mengacu kepada harga Regional Daerah (HRD) yang
ditetapkan oleh Pemerintah Daerah

Tabel 1. Data Produksi Padi Tahun 2011 s/d 2016 Di Kabupaten Demak.

No Tahun Produksi GKP (Ton) Setara Beras (Ton)

1 2011 591.736 351.579

2 2012 582.020 345.806

3 2013 586.079 348.218

4 2014 567.745 337.324

5 2015 653.547 388.304

6
4/30

2016
5/30

608.532
6/30

361.557
7/30
Sumber: Data Primer Dinas Pertanian dan Pangan Kab Demak, 2017.
8/30

Menurut Data Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak pada Tahun 2016 produksi gabah kering panen di Kabupaten Demak sebesar 608.532 Ton atau setara
dengan beras sebesar 361.557 ton. Jumlah penduduk menurut data BPS Tahun 2016, jumlah penduduk Kabupaten Demak sebesar 1.117.901 jiwa. Besarnya konsumsi
penduduk Kabupaten Demak terhadap beras dengan tingkat konsumsi beras sebesar 107.207 Ton per tahun sehingga terdapat surplus beras sebanyak 254.351 Ton.
Hal ini menyebabkan ketidakseimbangan suplay dan demand yang mengganggu stabilitas harga pangan sehingga mengakibatkan harga anjlok saat panen raya tiba.

Tabel 2. Data Harga Gabah Bulan Januari – April Tahun 2017

No Bulan Tahun Rata rata Harga Gabah GKP per Kg (Rp) Rata rata Harga Gabah GKG per Kg (Rp)

1. Januari 2017 - 4.800

2. Pebruari 2017 2.200 4.000

3. Maret 2017 3.700 4.500

4. April 2017 3.900 4.800

Sumber: Data Primer Dinas Pertanian dan Pangan Kab Demak, 2017.

Harga jual gabah kering panen pada saat panen raya dibawah harga pokok penjualan Gabah Kering Panen yaitu Rp. 3.700 /kg, dimana pada bulan Februari Tahun 2017
hingga sebesar Rp. 2.200/kg GKP sedangkan harga gabah kering giling dua bulan setelah panen raya yaitu pada bulan April 2017 naik yaitu sebesar Rp. 3.900/kg GKP.
Apabila kelompok tani/ Gapoktan melaksanakan kegiatan tunda jual selama dua bulan maka akan dapat meningkatkan harga sehingga akan dapat meningkatkan
pendapatan.

Tabel 3. Data Kelembagaan Petani Di Kabupaten Demak


9/30
No Kelembagaan Petani Jumlah

1. Kelompok Tani 1.157 Kelompok Tani

2. Gabungan Kelompok Tani 236 Gapoktan

3. Kelompok Wanita Tani 53 KWT

Sumber: Data Primer Dinas Pertanian dan Pangan Kab Demak, 2017.

Sesuai dengan tabel diatas disebutkan bahwa Jumlah kelompok tani se Kabupaten Demak sejumlah 1.157 kelompok tani dan 236 gapoktan sehingga jika semua
kelompok tani melaksanakan kegiatan koperasi tunda jual gabah maka akan dapat mengatasi permasalahan anjoklnya harga gabah pada saat panen raya sehingga
dapat meningkatkan pendapatan petani sehingga dapat menggerakkan ekonomi masyarakat.

Kelompok tani/ Gapoktan diharapkan mampu menggerakkan kegiatan koperasi tunda jual gabah di desanya terutama pada unit usaha kelompok tani /Gapoktan menjadi
koperasi untuk dapat melakukan pelayanan perbankan dengan jaminan gabah dan/atau beras anggotanya disaat panen raya dimana saat itu harga berada dibawah
HPP. Dengan kegiatan tunda jual gabah petani maka petani akan dapat keuntungan yang lebih tinggi jika dapat dijual sebagian hasil panen mereka tersebut.

Menurut Undang Undang Nomor 17 Tahun 2012 tentang koperasi, dijelaskan bahwa koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan atau badan
hukum koperasi, dengan pemisahan kekayaan para anggotanya sebagai modal untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan bersama di bidang
ekonomi, sosial, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi. Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan. Nilai yang mendasari kegiatan
koperasi yaitu:

a. Kekeluargaan;

b. Menolong diri sendiri;

c. Bertanggung jawab;

d. Demokrasi;
10/30
e. Persamaan;

f. Berkeadilan; dan

g. Kemandirian.

Nilai yang diyakini anggota koperasi yaitu:

a. kejujuran;

b. keterbukaan;

c. tanggung jawab; dan

d. kepedulian terhadap orang lain.

Koperasi melaksanakan prinsip koperasi yang meliputi:

a. Keanggotaan koperasi bersifat sukarela dan terbuka;

b. Pengawasan oleh anggota diselenggarakan secara demokratis;

c. Anggota berpartisipasi aktif dalam kegiatan ekonomi koperasi;

d. Koperasi merupakan badan usaha swadaya yang otonom, dan independen;

e. Koperasi menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi anggota, pengawas, pengurus, dan karyawannya, serta memberikan informasi kepada masyarakat
tentang jati diri, kegiatan, dan kemanfaatan koperasi;
11/30
f. Koperasi melayani anggotanya secara prima dan memperkuat Gerakan Koperasi, dengan bekerjasama melalui jaringan kegiatan pada tingkat lokal, nasional,
regional, dan internasional; dan

g. Koperasi bekerja untuk pembangunan berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakatnya melalui kebijakan yang disepakati oleh anggota.

Perencanaan pembangunan daerah lima tahunan di Kabupaten Demak pada dasarnya merupakan penjabaran dari Visi dan Misi yang diusung oleh Bupati dan Wakil
Bupati Demak yang terpilih periode Tahun 2016 – 2021. Visi Bupati dan Wakil Bupati Demak adalah “Terwujudnya masyarakat yang agamis lebih sejatera, mandiri,
maju, kompetitif, kondusif, berkepribadian dan demokratis”.

Untuk mewujudkan Visi Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah maka ditetapkan 9 (sembilan) Misi sebagai program prioritas yang akan ditempuh Bupati untuk lima
tahun mendatang, misi tersebut yakni :

1. Menjadikan nilai-nilai agama melekat pada setiap kebijakan pemerintah dan perilaku masyarakat;

2. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang lebih bersih, efektif, efisien dan akuntabel;

3. Meningkatkan kedaulatan pangan dan ekonomi kerakyatan berbasis potensi lokal serta mengurangi tingkat pengangguran;

4. Mengakselerasikan pembangunan infrastruktur strategis, pembangunan kewilayanan dan menyerasikan pembangunan antara kota dan desa;

5. Meningkatkan pelayanan pendidikan, kesehatan dan perlindungan sosian sesuai standar;

6. Menciptakan keamanan, ketertiban dan lindungan yang kondusif;

7. Mengembangkan kapasitas pemuda, olahraga, seni budaya, meningkatkan pemberdayaan perempuan, perlindungan anak dan mengendalikan pertumbuuhan
penduduk;

8. Mewujudkan kualitas pelayanan investasi dan meningkatkan kualitas pelayanan publik;

9. Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam berwawasan lingkungan.


12/30
Berdasarkan Peraturan Bupati Demak Nomor 55 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi dan Kedudukan Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Dinas Pertanian dan
Pangan Kabupaten Demak, Susunan Organisasi Dinas terdiri dari:

a. Kepala Dinas.

b. Sekretariat, yang membawahi:

1. Sub Bagian Program;

2. Sub Bagian Keuangan;dan

3. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian.

c. Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, yang membawahi:

1. Seksi Tanaman Pangan;

2. Seksi Hortikultura; dan

3. Seksi Usaha dan Pemasaran.

d. Bidang Perkebunan Sub Bidang Perbendaharaan yang membawahi:

1. Seksi Tanaman Tahunan, Penyegar dan Rempah; dan

2. Seksi Tanaman Semusim.

e. Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan yang membawahi:

1. Seksi Budidaya;
13/30
2. Seksi Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner;

3. Seksi Usaha Peternakan.

f. Bidang Prasarana, Sarana dan Penyuluhan, yang membawahi:

1. Seksi Lahan dan Irigasi;

2. Seksi Pupuk, Pestisida, Alat dan Mesin; dan

3. Seksi Penyuluhan.

g. Bidang Ketahanan Pangan, yang membawahi:

1. Seksi Ketersediaan dan Distribusi Pangan; dan

2. Seksi Diversifikasi dan Keamanan Pangan.

h. Unit Pelaksana Teknis Dinas.

i. Kelompok Jabatan Fungsional.

STRUKTUR ORGANISASI DINAS PERTANIAN DAN PANGAN KABUPATEN DEMAK


14/30

Bidang Ketahanan Pangan mempunyai tugas menyiapkan perumusan kebijakan, mengkoordinasikan, membina, dan mengendalikan kegiatan di Bidang Ketahanan
Pangan. Untuk melaksanakan tugas, Bidang Ketahanan Pangan mempunyai fungsi:

a. penyiapan bahan perumusan kebijakan teknis, pembinaan dan pelaksanaan kegiatan di Bidang Ketahanan Pangan ;

b. pengelolaan dan penyelenggaraan kegiatan di Bidang Ketahanan Pangan ;

c. pengoordinasian dan pengendalian pelaksanaan kegiatan di Bidang Ketahanan Pangan ;

d. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas sesuai dengan tugas dan fungsinya.

Kepala Seksi Ketersediaan dan Distribusi Pangan memiliki tugas pokok dan fungsi sebagai berikut:

1. Menyusun program dan rencana kerja serta rencana kegiatan Seksi Ketersediaan dan Distribusi Pangan;

2. Mempelajari dan melaksanakan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan Seksi Ketersediaan dan Distribusi Pangan;

3. Membagi tugas, memberi petunjuk dan membimbing bawahannya dalam melaksanakan tugas berdasarkan jabatan dan kompetensi;

4. Mengoordinasikan pelaksanaan tugas bawahan berdasarkan / sesuai ketentuan yang berlaku;

5. Melaksanakan konsultasi dan koordinasi dengan pihak terkait;

6. Melaksanakan pencegahan dan pengendalian masalah pangan sebagai akibat menurunnya ketersediaan pangan.

7. Melaksanakan identifikasi cadangan pangan masyarakat.


15/30
8. Melaksanakan pengembangan dan pengaturan cadangan pangan pokok tertentu.

9. Melaksanakan pembinaan dan monitoring cadangan pangan masyarakat.

10. Melaksanakan identifikasi dan pengembangan infrastruktur distribusi pangan;

11. Melaksanakan pencegahan dan pengendalian masalah pangan sebagai akibat penurunan akses pangan.

12. Menginformasikan harga pangan di Daerah;

13. Melaksanakan pembangunan pasar untuk produk pangan yang dihasilkan masyarakat.

14. Melaksanakan penanganan dan penyaluran pangan untuk kelompok rawan pangan;

15. Melaksanakan idenfikasi kelompok rawan pangan;

16. Menginventarisasi, mengidentifikasi dan menyiapkan bahan pemecahan permasalahan sesuai bidang tugasnya;

17. Merencanakan kebutuhan benih berdasarkan kebutuhan benih sebelumnya dan sumber data yang tersedia sebagai pedoman;

18. Menyusun laporan penyaluran benih di tingkat petani untuk bahan evaluasi;

19. Membuat laporan pelaksanaan program dan kegiatan Seksi Ketersediaan dan Distribusi Pangan;

20. Melaksanakan tugas kedinasan lain yang diberikan oleh atasan.

Isu strategis yang menjadi permasalahan yang terjadi dalam pelaksanakan tupoksi adalah :
16/30
Tabel 4. Permasalahan

NO KONDISI SAAT INI KONDISI YAN

Stabilitas komoditas pertanian terutama gabah masih rendah dimana harga jual gabah saat panen raya jatuh/ dibawah HPP dan disaat paceklik harga melambung
1. Stabilitas harga
tinggi.

Infrastruktur distribusi pangan belum baik, belum adanya pemberdayaan masyarakat yaitu Kelompok Tani / Gapoktan belum melaksanakan kegiatan koperasi dengan Infrastruktur dis
2.
metode tunda jual gabah secara berkelompok bahkan menjual hasil panen dengan sistem tebas. metode tunda j

Harga jual gabah saat panen raya jatuh menunjukkan pelayanan infrastuktur distribusi pangan belum baik karena kelompok tani / gapoktan belum melaksanakan
kegiatan koperasi tunda jual gabah secara berkelompok bahkan menjual hasil panen dengan sistem tebas oleh tengkulak dengan harga yang rendah.

Kinerja yang masih kurang dalam menjalankan tupoksi selama ini adalah tupoksi melaksanakan identifikasi dan pengembangan infrastruktur distribusi pangan.
Untuk mengidentifikasi masalah dan memudahkan mencari alternatif penyelesaian masalah, Project Leader melakukan analisis Leavitt’s Model (1965) dengan
memfokuskan 4 (empat) variabel dalam organisasi.Perubahan pada salah satu komponen akan mempengaruhi komponen yang lain. Keempat komponen tersebut dalah
Tugas (Task), Sumber Daya Manusia (People), Struktur (Structure), dan Teknologi (Technology).

Structure

Technology

People/SDM

Task
17/30

Gambar 1. Diagram Leavitt’s Model (1965) (Valenta : 2005)

Keterangan :

1. Tugas (Task), adalah kewajiban dari masing-masing bagian dari organisasi ini yang harus dilaksanakan sesuai dengan kewenangannya. Identifikasi tugas utama
dari sebuah unit kerja organisasi termasuk tugas rutin dan tugas kunci.

2. Struktur (Structure),meliputi struktur hirarkis, sistem komunikasi dan koordinasi antara tiap-tiap bagian dari organisasi tersebut, kewenangan dan tanggung jawab
masing-masing bagian. Struktur menetapkan bagaimana sumber daya manusia dikelompokkan dalam unit kerja atau struktur organisasi.

3. Sumber daya manusia (People) adalah sumber daya manusia yang terdapat pada unit kerja organisasi. Sumber daya manusia yang dibutuhkan pada suatu unit
organisasi adalah sumber daya manusia yang mempunyai semangat kerja, loyalitas dan integritas yang tidak diragukan lagi. Sumber daya manusia sering menjadi
pertimbangan dalam melakukan perubahan, mengingat sikap perilaku dan ketrampilan yang dimiliki menentukan keberhasilan untuk melakukan perubahan dalam
organisasi.

4. Teknologi (Technology) adalah sarana prasarana dan komponen yang membantu atau memfasilitasi organisasi dalam melaksanakan tugas. Teknologi meliputi
sarana prasarana berupa peralatan yang menunjang pelaksanaan tugas.
18/30

Tabel 5. GAP Organisasi Atas Diagnosa Leavit’s Model

Komponen Kondisi saat ini Kondisi

Belum terbentuknya koperasi kelompok tani / gapoktan dengan metode tunda jual gabah sebagai pelayanan infrastruktur distribusi pangan kelompok tani melalui
pemberdayaan masyarakat sehingga belum terlaksananya tupoksi berdasarkan Peraturan Bupati Demak Nomor 55 Tahun 2016 Berkemb
Task/ pemberd

Tugas
Belum optimalnya pembinaan terhadap masyarakat agar menyadarkan masyarakat pentingnya membentuk unit usaha dalam kelompok tani untuk melaksanakan Masyara
kegiatan tunda jual gabah dalam rangka mengembangkan distribusi pangan yang baik pangan y

Terbatasnya jumlah pegawai sehingga kurang optimal dalam menjalankan tugas


Memanfa
People/ SDM

Tupoksi belum dilaksanakan dengan baik karena tupoksi terlalu besar Adanya p
Structure
19/30

Technology Kurangnya sarana dan prasarana tehnologi yang memadai. Terpenuh

Tabel 6. Analisis Dampak Perubahan Komponen Organisasi

Komponen Kondisi Setiap Komponen Kompon


20/30

Belum terbentuknya koperasi kelompoktani / gapoktan dengan metode tunda jual gabah sebagai pelayanan infrastruktur distribusi pangan kelompok tani melalui
Memben
pemberdayaan masyarakat sehingga belum terlaksananya tupoksi berdasarkan Peraturan Bupati Demak Nomor 55 Tahun 2016
Task/ Tugas

Belum optimalnya pembinaan terhadap masyarakat agar menyadarkan masyarakat pentingnya membentuk unit usaha dalam kelompok tani untuk melaksanakan
_
kegiatan tunda jual gabah dalam rangka mengembangkan distribusi pangan yang baik

Terbatasnya jumlah pegawai sehingga kurang optimal dalam menjalankan tugas


People/ SDM
Tupoksi belum dilaksanakan dengan baik karena tupoksi terlalu besar _

Kurangnya sarana dan prasarana tehnologi yang memadai.


21/30

Tupoksi belum dilaksanakan dengan baik karena tupoksi terlalu besar _


Structure

Technology Kurangnya sarana dan prasarana tehnologi yang memadai. _

Dari identifikasi dan analisis masalah sebagaimana Tabel 5 dan Tabel 6, dapat dipilih isu strategis yaitu “belum terbentuknya koperasi kelompoktani / gapoktan
dengan metode tunda jual gabah sebagai pelayanan infrastruktur distribusi pangan kelompok tani /gapoktan”.

Beberapa nilai yang memberikan inspirasi kepada Project Leader dalam merancang dan mengimplementasikan proyek perubahan adalah hasil dari kegiatan
benchmarking di Kabupaten Bojonegoro Provinsi Jawa Timur pada Dinas Komunikasi dan Informatika dan Dinas Lingkungan Hidup pada tanggal 16 – 18 Mei 2017
sebagai berikut :

1. Kepemimpinan

Nilai-nilai Best Practice yang diperoleh dari Nilai-nilai kepemimpinan adalah :

a. Pemikiran yang Visioner dari seorang Bupati sebagai Pemimpin Daerah,

b. Memiliki Komitmen yang kuat dalam membangun Kabupaten Bojonegoro,


c. Mampu mengayomi masyarakat karena kebutuhan masyarakat yang menjadi tugas yang harus diselesaikan.
22/30

d. Mampu mengubah mindset aparatur pemerintahan yang menjadikan masyarakat sebagai tolok ukur keberhasilan.

e. Memiliki keterbukaan hati dan pemikiran sehingga segala kritik, saran, dan masukan dari masyarakat melalui dialog publik diterima dan dijadikan bahan untuk
menyusun anggaran berbasis permasalahan (Money Follow Problems).

f. Cara Berfikir kreatif dan inovatif yang out of the box mampu menjadikan Kabupaten Bojonegoro memperoleh berbagai Penghargaan ditingkat propinsi, nasional, dan
Asia.

2. Organisasi

Nilai Best Practice dari Fungsi Organisasi adalah:

a. Penataan Organisasi yang Efektif dan Efisien berdasarkan kesamaan tugas pokok dan fungsi, hal ini terlihat salah satunya dari Dinas Lingkungan Hidup yang
merupakan gabungan dari Badan Lingkungan Hidup, Dinas Kebersihan dan Pertamanan, dan Dinas Kehutanan dan Perkebunan.

b. Sustainable, organisasi yang ada merupakan cerminan dari organisasi yang berkelanjutan secara tupoksi sehingga pemerintahan yang dihasilkan juga berkelanjutan
sehingga menjadi sebuah Budaya Organisasi (Culture Set).

3. Manajemen

Nilai-nilai Best Practice dari Fungsi Manajemen yang dapat diperoleh, meliputi:

a. Menjunjung tinggi keterbukaan informasi publik, artinya nilai akuntabilitas dan transparansi atas pemerintahan, baik berupa Anggaran (DPA), Program, Kegiatan,
Serapan, permasalahan dan keluhan dalam menjalankan pemerintahan dapat diakses oleh masyarakat dengan mudah.

b. Mengubah mindset dan cultureset bahwa permasalahan rakyat adalah kewajiban yang harus diselesaikan, sehingga rakyat memegang peranan penting sebagai
perencana, dan pengawas dalam pembangunan dan pemerintahan.

c. Fungsi Akuntabilitas kinerja instansi pemerintah juga dapat diakses melalui Simon (Sistem Monitoring) dan OGP (Opened Goverment Phatnership), secara
23/30
manualpun dapat dilihat pada banner gedung pemerintah Kabupaten Bojonegoro pada lantai 1,3, dan 4. Dari Banner Transparansi dan Akuntabilitas inilah Gedung
Pemerintahan Kabupaten Bojonegoro menjadi Gedung Edukasi Wisata.

4. Administrasi

Adanya proses pengkajian yang dituangkan dalam bentuk data guna penerapan / implementasi arah kebijakan yang diambil. Hal tersebut terlihat dengan melibatkan
kalangan akademisi untuk mempolakan potensi investasi di Bojonegoro serta mengetahui sebaran perekonomian.

Dari hasil diagnosa organisasi dan nilai-nilai dari benchmarking, kemudian inovasi yang di pilih adalah “pembentukan koperasi kelompok tani/ gapoktan dengan
metode tunda jual gabah”. Koperasi merupakan salah satu bentuk badan usaha yang dapat dikembangkan kelompok tani sebagai unit usaha kelompok tani/ gapoktan
dalam mengembangkan distribusi pangan. Pengembangan distribusi pangan dilakukan melalui pemberdayaan masyarakat yang partisipatif. Diharapkan dari inovasi
perubahan yang dilakukan dapat dicapai suatu pembenahan atas beberapa permasalahan sehingga terwujud peningkatan kualitas pelayanan yang semakin baik.

Selanjutnya dalam proyek perubahan ini kami mengambil judul “Pembentukan koperasi kelompoktani / gapoktan dengan metode tunda jual gabah untuk
pengembangan infrastruktur distribusi pangan Kabupaten Demak”.

Manfaat

Adapun manfaat proyek perubahan ini adalah sebagai berikut:

A. Bagi Organisasi

1. Bagi Project Leader adalah sebagai langkah operasional dalam melaksakanan tupoksi dalam rangka distribusi pangan untuk stabilitas harga pangan.

2. Bagi Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Demak adalah sebagai langkah operasional dalam rangka mencapai salah satu misi Bupati Demak yaitu “
Meningkatkan Kedaulatan Pangan Dan Ekonomi Kerakyatan Berbasis Potensi Lokal Serta Mengurangi Tingkat Pengangguran”.

3. Bagi Dinas Perdagangan Koperasi Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Demak adalah menumbuhkan koperasi petani dalam membangun ekonomi kerakyatan
petani yang berasaskan kekeluargaan dan gotong royong.

4. Bagi Pemerintah adalah untuk menjaga ketersediaan dan stabilitas harga pangan.
24/30
B. Bagi Masyarakat

1. Bagi Petani adalah sebagai pemecahan masalah dalam gejolak harga meningkatkan pendapatan petani.

2. Bagi Kelompok Tani/Gapoktan adalah memberdayakan fungsi kelompoktani /gapoktan sebagai unit usaha milik petani.

Milestone

Tabel 7 Pentahapan (Milestones)

NO TAHAPAN OUTPUT WAKTU

1 2 3 4

Jangka Pendek
A
25/30
1. Pembentukan Tim Kerja

- Konsultasi dengan Atasan

- Konsultasi dengan Kepala Dinas


Terbentuknya Tim Kerja dengan SK Juni 2017 Mg Ke-1
- Koordinasi dengan sekretaris

- Undangan

- Rapat pembentukan tim efektif

- Pengesahan SK Tim kerja

2. Koordinasi stakeholders

- Koordinasi dengan Kasubbag perencanaan

- Koordinasi dengan Kasi Penyuluhan

- Koordinasi dengan Kasi Produksi Tanaman Pangan

- Koordinasi dengan Dinas Perdagangan Koperasi UKM

- Koordinasi dengan Notaris

- Koordinasi dengan Kodim

- Koordinasi dengan kelompok tani


26/30

Tercapainya kesepahamam dan dukungan stakeholders Juni 2017 Mg Ke-2 dan Mg Ke-3
27/30
3. Penyusunan Juklak dan Juknis

- Pengumpulan bahan Tersedianya Juklak /Juknis Juli 2017 Mg Ke-1

- Rapat penyusunan

- Pengesahan / validasi

4. Penyusunan Buku Pintar

- Pengumpulan bahan Tersedianya Buku Pintar Juli 2017 Mg ke-1

- Rapat penyusunan

- Pengesahan / validasi

5. Sosialisasi kegiatan

- Undangan Terpahaminya Materi sosialisasi


Juli 2017 Mg Ke-2
- Menyiapkan materi

- Pelaksanaan Sosialisasi
28/30
6. Pakta integritas Tunda Jual Gabah

- Undangan Terciptanya komitmen kelompok Juli 2017 Mg Ke-2

- Menyiapkan dokumen pakta integritas

- Penandatanganan Pakta Integritas

7. Penerapan ujicoba 3 koperasi

- Pertemuan kelompok
Terbentuknya Koperasi Tunda jual gabah Juli 2017 Mg Ke- 3 dan Ke- 4
- Pembuatan SK pengurus koperasi

- Pembuatan AD/ ART

8. Kegiatan Monitoring Evaluasi

- Monitoring kegiatan Juli 2017 Mg Ke 4


Terlaksananya monitoring dan evaluasi kegiatan
- Evaluasi Kegiatan

- Penyusunan Laporan Monitoring dan evaluasi

Jangka Menengah
B
29/30
1. Pelaksanaan pembentukan 7 koperasi

- Sosialisasi dan pembentukan pengurus koperasi


Terbentuknya Koperasi Tunda jual gabah Agustus 2017 Mg Ke-1 sd Ke-4
- Pembuatan SK pengurus koperasi

- Pembuatan AD/ ART

2. Kegiatan penyuluhan kepada Petani

- Sosialisasi
Terpahaminya Kegiatan Tunda Jual September – Desember 2017
- Pembuatan Leaflet

- Pendampingan

Jangka Panjang
C

1. Pelaksanaan kegiatan koperasi tunda jual


Terwujudnya kegiatan tunda jual gabah Februari - April 2018
- Kegiatan Tunda Jual Gabah

- Kegiatan simpan pinjam


30/30
2. Kegiatan Evaluasi Terlaksanannya kegiatan evaluasi Mei 2018

Dicetak melalui website E-Proper BPSDMD Provinsi Jawa Tengah (https://bpsdmd.jatengprov.go.id/eproper) pada 12 Jun 2022 08:46:19

Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)

Anda mungkin juga menyukai