Anda di halaman 1dari 5

Nama : dhea lufita marlinda

Npm : 21754035
Mk : Analisis Hasil Pertanian
Kelas : 5B

Kebijakan harga jagung yang kini harus diperhatikan

Dalam rangka penguatan ekosistem pangan dan penguatan pangan


nasional, Pemerintah terus mencari solusi untuk meningkatkan produksi jagung
guna memenuhi kebutuhan jagung dalam negeri, sekaligus juga untuk memenuhi
permintaan pasar ekspor. Pemerintah telah menyiapkan kebijakan terkait
percepatan pengembangan jagung dengan menetapkan strategi pengembangan
jagung menuju swasembada berkelanjutan melalui Roadmap Jagung 2022-2024.

Saat ini, beberapa negara pengekspor jagung menerapkan pembatasan


ekspor guna memprioritaskan pemenuhan kebutuhan dalam negerinya. Kebijakan
tersebut mengakibatkan terjadinya kenaikan harga jagung dunia, selain juga
sebagai dampak dari kondisi geopolitik global saat ini akibat konflik Rusia
Ukraina. Rata-rata harga jagung mengalami peningkatan, dengan update rata-rata
harga pada bulan Juni 2022 mencapai USD 335,71/Ton. Harga jagung
internasional mencapai harga tertinggi pada April 2022 sebesar USD 348,17/Ton
dan cenderung mengalami sedikit penurunan hingga Juni 2022.

Kecenderungan harga jagung dunia yang membaik pada Januari-Juni


2022, yang naik sebesar 21,53% dibanding periode sama 2021, menjadi peluang
bagi Indonesia untuk melakukan ekspor jagung. Melalui intensifikasi berupa
peningkatan produktivitas dan ekstensifikasi berupa perluasan areal tanam baru,
Pemerintah berharap dapat melakukan peningkatan produksi jagung, baik untuk
memenuhi ketersediaan di dalam negeri maupun memenuhi demand dari negara
lain.
Dengan harga global yang sekarang di angka USD335 per ton atau setara
Rp5.000 per kg, Bapak Presiden memberikan arahan agar dilakukan peningkatan
produksi, termasuk ekstensifikasi dari lahan yang ada,ujar Menteri Koordinator
Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam Keterangan Pers usai Rapat
Internal Terbatas terkait Peningkatan Produksi dan Ekspor Jagung di Istana
Negara, Jakarta, Menko Airlangga menambahkan “Perlu mendorong penggunaan
bibit/ benih unggul (benih varietas hibrida jagung), ada 14 varietas yang
diharapkan bisa meningkatkan prosuksi menjadi 10,68 – 13,70 Ton/ Ha. Pak
Menteri Pertanian akan menyelesaikan regulasi dan kebijakan yang diperlukan.”

Untuk meningkatkan produksi Jagung nasional, sesuai dengan hasil Rapat


Koordinasi Teknis di Kemenko Perekonomian dan Setkab, Kementan telah
menentukan 6 (enam) lokasi untuk peningkatan produksi jagung nasional, yaitu di
Provinsi: (1) Papua; (2) Papua Barat; (3) NTT; (4) Maluku; (5) Maluku Utara; (6)
Kalimantan Utara, dengan total luas lahan 141.000 Ha, di mana yang seluas
86.000 Ha merupakan areal tanam baru.

Perkiraan produksi jagung dengan Kadar Air (KA) 27,81%(Jagung Pipilan


Basah di Petani), hingga akhir tahun bisa mencapai 25,3 juta ton. Sedangkan
perkiraan produksi jagung dengan KA 14% (Jagung Simpan di Gudang) mencapai
18,7 juta ton. Sedangkan kebutuhan untuk industri, terutama industri pakan ternak
sekitar 15 juta ton, sehingga masih ada cadangan jagung nasional sekitar 3 juta
ton, yang diprioritaskan untuk cadangan kebutuhan nasional.

Dalam kesempatan tersebut, Menko Airlangga juga menyampaikan


beberapa kebijakan dan program Pemerintah dalam upaya meningkatkan produksi
jagung nasional, diantaranya dengan memenuhi kebutuhan Alsintan untuk
percepatan olah tanah, tanam dan panen, pasca panen (perontokan, pengeringan).
Selain itu juga dengan penyediaan Silo dan Dryer di Sentra Produsen, atau
penyediaan Mobile Dryer untuk menjangkau wilayah remote dan tersebar. Sesuai
dengan yang diharapkan Bapak Presiden, dengan adanya intensifikasi pertanian
ekstensifikasi, khususnya melalui perluasan lahan baru, maka kita bisa
meningkatkan produksi. Dan produksi ini tentu dipersiapkan sesuai dengan
demand di dalam negeri dan juga bisa memenuhi demand di negara lain,pungkas
Menko Airlangga. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian adalah
pembentukan Cadangan Jagung Nasional (CJN) dengan Perum Bulog selaku
pengelola cadangan pangan tersebut,Sebagai tindak lanjut kegiatan monitoring
dan evaluasi ketersediaan jagung di Provinsi NTB maupun ditingkat nasional,
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian menyelenggarakan Focus Group
Discussion (FGD) di Hotel Marina Inn,

FGD bertujuan untuk menjadi sarana diskusi bagi berbagai stakeholder


baik dari pusat maupun dari daerah guna menghasilkan rekomendasi kebijakan
yang efektif bagi pengembangan jagung di provinsi NTB maupun di tingkat
nasional,ujar Asisten Deputi Pangan/Sekretaris Deputi Muhammad Saifulloh yang
mewakili Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Agribisnis Musdhalifah
Machmud.

Dalam merencanakan proses produksi dan mengestimasi keuntungan yang


dapat diperoleh, stabilitas harga jagung merupakan kunci utama bagi petani.
Untuk itu Pemerintah perlu untuk menjamin ketersediaan stok dalam jumlah yang
cukup sebagai alat stabilisasi harga,ungkap Kepala Divisi Perencanaan
Operasional dan Data Pangan Perum Bulog Epi Sulandri.

Kolaborasi dan sinergi dari berbagai stakeholder juga diperlukan untuk


menjamin ketersediaan pasokan jagung, sehingga baik petani jagung maupun
peternak unggas dapat tetap menikmati keuntungan. Dalam penugasan pengadaan
jagung untuk pemenuhan kebutuhan peternak unggas yang menjadi target
distribusi, Perum Bulog telah mengupayakan pelaksanaan penugasan tersebut
secara maksimal.
Perum Bulog telah berkomitmen untuk penyaluran jagung sebesar 16.500
ton di Provinsi Jawa Timur, 12.000 ton di Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi
Lampung sebesar 1.500 ton. Perum Bulog melaksanakan penyediaan jagung
tersebut dengan mekanisme lelang dan kontrak dengan tujuan untuk memperoleh
harga yang efisien.

Beberapa rekomendasi kebijakan yang dihasilkan dari pelaksanaan FGD


tersebut, antara lain mendorong pembahasan kebijakan penyediaan cadangan
jagung Pemerintah untuk stabilisasi pasokan dan harga jagung, penguatan
kapasitas pelabuhan untuk peningkatan efisiensi biaya logistik, penyediaan
fasilitas pasca panen untuk menjaga harga dan kualitas jagung saat panen raya,
evaluasi regulasi Harga Pokok Pembelian jagung, pengembangan jagung secara
tumpang sari untuk mencegah kerusakan lahan pada area tanam jagung di lereng
gunung secara khusus di Kabupaten Bima, mendorong pembangunan pabrik
pakan ternak di Provinsi NTB untuk meningkatkan penyerapan jagung, dan
optimalisasi pemanfaatan resi gudang untuk pengembangan komoditas jagung.

Turut hadir dalam dalam FGD tersebut yakni Asisten II Bupati Dompu,
Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Dompu, Direktur Statistik
Tanaman Pangan, Hortikultura, dan Perkebunan Badan Pusat Statistik, Kepala
Pusat Distribusi dan Akses Pangan Kementerian Pertanian, Vice President PT
Charoen Pokhpand Indonesia, Head of Government Relation Division Seger
Group, Kepala Divisi Perencanaan Operasional dan Data Pangan Perum Bulog,
Perum Bulog Wilayah Nusa Tenggara Barat, Pimpinan Perum Bulog Cabang
Bima, Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Bima, serta perwakilan dari Dinas
Pertanian Kabupaten Dompu, Dinas Peternakan Kabupaten Bima, BPS Kabupaten
Bima, BPS Kabupaten Dompu dan Asosiasi Petani Jagung Kabupaten
Bima,Kebijakan harga jagung pada pemerintahan dapat bervariasi tergantung pada
tujuan ekonomi dan pertanian negara tersebut. Beberapa negara mungkin
menerapkan subsidi untuk menjaga stabilitas harga dan mendukung petani,
sementara yang lain mungkin mengandalkan pasar bebas dengan sedikit
intervensi. Faktor seperti produksi lokal, impor, konsumsi, dan ketersediaan
pangan dapat memengaruhi kebijakan harga jagung,Kebijakan harga jagung
merupakan aspek penting dalam mengelola sektor pertanian dan pangan.
Pemerintahan biasanya merancang kebijakan tersebut dengan pertimbangan untuk
mendukung kesejahteraan petani, memastikan ketersediaan pangan, dan menjaga
stabilitas ekonomi. Beberapa pendekatan yang sering digunakan melibatkan
subsidi, insentif pajak, regulasi impor, dan intervensi pasar. Selain itu, kebijakan
juga dapat berfokus pada upaya meningkatkan produktivitas pertanian dan
mengelola risiko yang mungkin dihadapi oleh para petani.

Pemerintah seringkali menetapkan harga jagung dengan beberapa alasan yang


mencakup,Perlindungan Petani: Menetapkan harga jagung dapat memberikan
perlindungan kepada petani agar mereka mendapatkan pendapatan yang layak dan
mencegah tekanan ekonomi berlebihan pada mereka,Stabilitas Pasokan Pangan:
Dengan menetapkan harga, pemerintah dapat memastikan ketersediaan pasokan
pangan yang stabil, mengurangi fluktuasi harga yang dapat memengaruhi
konsumen dan produsen,Keamanan Pangan: Menetapkan harga jagung dapat
menjadi bagian dari strategi keamanan pangan nasional, memastikan ketersediaan
pangan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat,Stabilitas Ekonomi:
Kebijakan harga juga dapat berkontribusi pada stabilitas ekonomi dengan
mengelola inflasi dan mengurangi tekanan pada sektor pertanian,Regulasi Pasar:
Menetapkan harga dapat membantu mengatur pasar dan mencegah praktik-praktik
tidak sehat yang dapat merugikan petani atau konsumen,Meskipun ada
manfaatnya, implementasi kebijakan harga juga dapat menimbulkan tantangan,
seperti potensi distorsi pasar dan biaya subsidi yang tinggi, yang harus dikelola
dengan cermat oleh pemerintah.

Anda mungkin juga menyukai