Anda di halaman 1dari 5

Regulasi/Kebijakan Penyuluh Pertanian

1. Undang-undang No : 16 Tahun 2006, tentang sistem penyuluhan pertanian,


perikanan dan kehutanan ( SP3K )
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2009, Tentang
Pembiayaan, pembinaan, dan pengawasan penyuluh pertanian, perikanan dan
kehutanan.
3. Peraturan Presiden Negara Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2011, Tentang
badan koordinasi Nasional penyuluhan pertanian, perikanan dan kehutanan.
4. Peraturan Menteri Negara Pemberdayaan Aparatur Negara Nomor
:Per/02/Menpan/2/2008, Tentang jabatan fungsional penyuluh pertanian dan
angka kreditnya
5. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 271/Kpts/OT.160/4/2007, Tentang
pedoman pembinaan kelembagaan petani.
6. Peraturan Menteri Pertanian Nomor 61/Permentan/OT.140/5/2008, Tentang
pedoman pembinaan penyuluh pertanian swadaya dan penyuluh pertanian
swasta.
7. Keputusan Menteri Pertanian Nomor : 1665/Kpts/OT/160/12/2008, Tentang
Komisi Penyuluhan Pertanian Nasional.
8. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 25/Permentan/OT/140/5/2009, Tentang
Pedoman Penyusunan Programa Penyuluh Pertanian.
9. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 49/Permentan/OT/140/10/2009, Tentang
Kebijakan dan Strategi  Penyuluhan Pertanian.
10. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 51/Permentan/OT.140/12/2009, Tentang
Pedoman Standar Minimal dan Pemanfaatan Sarana dan Prasarana Penyuluhan
Pertanian.
11. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 52/Permentan/OT.140/12/2009, Tentang
Metode Penyuluhan Pertanian.
12. Keputusan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor :
Kep.29/MEN/III/2010, Tentang Penetapan Standar Kompetensi Kerja Nasional
Indonesia (SKKNI) Sektor Pertanian Bidang Penyuluhan Pertanian.
13. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 45/Permentan/OT.140/8/2011, Tentang
Tata Hubungan Kerja Antar Kelembagaan Teknis , Penelitian dan
Pengembangan, dan Penyuluhan Pertanian Dalam Mendukung Peningkatan
Produksi Beras Nasional ( P2BN).
14. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 72/Permentan/OT.140/10/2011, Tentang
Pedoman Formasi Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian.
15. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 26/Permentan/OT.140/4/2012, Tentang
Pedoman Pengelolaan Balai Penyuluhan.
16. Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 23/Permentan/OT.140/3/2012, Tentang
Pedoman Penilaian Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian
Teladan.
17. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 14/Permentan/OT.140/3/2012, Tentang
Pedoman Penilaian Penyuluh Pertanian Swadaya Teladan.
18. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 35/Permentan/OT.140/4/2012, Tentang
Petunjuk Teknis Pelaksanaan Jabatan Fungsional Penyuluh Pertanian dan Angka
Kreditnya.
19. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 28/Permentan/OT.140/4/2012, Tentang
Pedoman Penilaian Balai Penyuluhan Kecamatan Berprestasi.
20. Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 13/Permentan/OT.140/3/2012, Tentang
Pedoman Penilaian Penyuluh Pertanian Teladan.
21. Peraturan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian Nomor :
92/Per/KP.460/J/05/11, Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Sertifikasi
Profesi Penyuluh Pertanian.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2019 tentang Sistem Budi Daya Pertanian


Berkelanjutan

Sementara menurut Kepala Dinas Pertanian Pemprov Jatim, Hadi Sulistyo, produksi
pertanian di Jawa Timur didominasi oleh padi, jagung, dan kedelai.

Pada tahun 2019 mengalami surplus sebesar 2,3 juta ton dan jagung mengalami
surplus sebesar 4,3 juta ton.

“Kontribusi tanam pangan di Jawa Timur, untuk tahun 2018, padi menyumbang 18,6
persen, jagung 21,8 persen. Untuk 2019, padi 19,27 persen, jagung 22,46 persen, kedelai
33,83 persen. Jadi ada kenaikan di tiap tahunnya,” jelas Hadi.

beberapa permasalahan yang dihadapi pertanian di Jawa Timur pada tahun 2020 ini.
Yaitu menurunnya alokasi pupuk bersubsidi ke Jawa Timur dan permasalahan alih
fungsi lahan pertanian yang produktif menjadi lahan lain.
Untuk pupuk bersubsidi, dirinya mengungkapkan pada tahun 2019, Jawa Timur
mendapat alokasi 2,6 juta ton pupuk, dan pada tahun ini, dari usulan 4,9 juta, disetujui
1,3 juta ton.

 Pemprov Jatim sudah mengeluarkan Perda Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan (LP2B),
namun saat ini baru 14 dari 29 kabupaten/kota yang telah membuat perdanya.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dari 2.073 transaksi penjualan gabah di 26 provinsi selama
Mei 2020, terdapat transaksi gabah kering panen (GKP) 72,79 persen, gabah kering giling (GKG)
14,47 persen, dan gabah luar kualitas 12,74 persen.

Kepala BPS Suhariyanto mengatakan, rata-rata harga GKP di tingkat petani Rp 4.623 per kilo
gram (kg) atau naik 0,50 persen dan di tingkat penggilingan Rp 4.730 per kg atau naik 0,82
persen selama Mei 2020 dibanding bulan sebelumnya.

"Sementara, rata-rata harga GKG di tingkat petani Rp 5.588 per kg atau turun 1,47 persen dan
di tingkat penggilingan Rp 5.707 per kg atau turun 1,74 persen," ujarnya di Jakarta, Selasa
(2/5/2020).

Kemudian, harga gabah luar kualitas di tingkat petani Rp 4.194 per kg atau turun 1,11 persen
dan di tingkat penggilingan Rp 4.285 per kg atau turun 0,92 persen.

Sedangkan, Suhariyanto menjelaskan, rata-rata harga gabah pada Mei 2020 dibanding Mei
2019 di tingkat petani untuk kualitas GKP, GKG, dan gabah luar kualitas masing-masing naik
sebesar 6,12 persen, 8,04 persen dan 4,28 persen.

"Di tingkat penggilingan, rata-rata harga pada Mei 2020 dibandingkan dengan Mei 2019 untuk
kualitas GKP, GKG, dan gabah luar kualitas masing-masing naik sebesar 6,39 persen, 7,72
persen dan 4,03 persen," pungkasnya.

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 24 Tahun 2020, besaran HPP yang ditetapkan untuk
gabah kering panen  atai GKP di tingkat petani sebesar Rp 4.200 per kg dan tingkat penggilingan
sebesar Rp 4.250 per kg. Kemudian, harga gabah kering giling atau GKG di tingkat penggilingan
Rp 5.250 per kg dan di gudang Bulog sebesar Rp 5.300 per kg, serta beras di gudang Perum
Bulog Rp 8.300/kg. Namun berdasarkan data Bulog, harga GKP pada Maret di tingkat
penggilingan sudah mencapai Rp 5.262 per kg, GKG di tingkat penggilingan Rp 5.631 per kg, dan
harga beras di penggilingan Rp 9.339 per kg.
Pada April, harga gabah juga masih di atas HPP. Harga GKP di penggilingan mencapai Rp 4.977,
GKG di tingkat penggilingan Rp 5.436 per kg, dan harga beras di penggilingan Rp 9.101 per kg.
"Dalam kondisi seperti ini, kalau Bulog menyerap beras/gabah sebanyak-banyakan dengan
kredit komersial ke perbankan, ini cukup memberatkan juga, di sisi lain kita punye kewajiban
untuk menyerap," kata dia  Ia mengatakan, harga tersebut membuat Bulog sulit bersaing
dengan produsen beras swasta dalam membeli gabah petani. Oleh karena itu, perusahaan pelat
merah tersebut mengusulkan subsidi pemerintah  untuk membeli gabah petani di atas HPP.
Saat ini, Bulog telah mengkoordinasikan kebutuhan anggaran tersebut dengan Kementerian
Pertanian. Namun, hal tersebut masih memerlukan persetujuan dalam Rapat Koordinasi
Terbatas di tingkat Kementerian Koordinator Bidang Perkonomian. Adapun tambahan anggaran
sebesar Rp 10 triliun sebenarnya hanya cukup untuk menyerap sekitar 1 juta ton beras. Di sisi
lain, Tri menilai strategi pembelian gabah di atas HPP harus dipertimbangkan lantaran harga
pembelian yang dilakukan oleh Bulog akan menjadi acuan di pasar bebas.

Harga gabah petani bisa terus tinggi jika Bulog membeli gabah di atas HPP. "Jadi perlu
antisipasi," ujarnya. Selama ini, pengadaaan gabah/beras Bulog dilakukan dengan
menggunakan kredit perbankan yang memiliki bunga komersial. Pemerintah kemudian akan
menggantikan biaya tersebut bila beras Bulog telah disalurkan kepada masyarakat. Adapun,
pencairan dana dari pemerintah dilakukan dengan mengganti selisih harga penjualan beras
dengan harga saat Bulog membeli beras tersebut. Pada tahun ini, Bulog menargetkan
pengadaan beras sebanyak 1,4 juta ton. Dari jumlah tersebut, target penyerapan cadangan
beras pemerintah sebanyak 950 ribu ton, sedangkan selebihnya merupakan beras komersial.
Berdasarkan wilayah, harga beras premium tertinggi di tingkat penggilingan ada di Kalimantan Selatan
sebesar Rp15.211 per kg dan terendah di Jawa Barat Rp7.200 per kg. Untuk harga beras medium
tertinggi di penggilingan ada di Kalimantan Selatan Rp14.375 ribu per kg dan terendah di Papua Rp7.200
per kg.

Sementara harga beras kualitas rendah di tingkat penggilingan ada di Sumatera Barat Rp12.800
per kg dan terendah di Jawa Timur Rp7.200 per kg.

Di sisi lain, ia mengatakan peningkatan harga beras di penggilingan terjadi karena kenaikan
harga Gabah Kering Panen (GKP) dan Gabah Kering Giling (GKG). Tercatat, harga GKP di tingkat
petani naik 2,11 persen secara bulanan menjadi Rp4.720 per kg pada bulan lalu.

Sedangkan GKP di tingkat penggilingan naik 1,88 persen menjadi Rp4.819 per kg. Lalu, GKG di
petani naik 4,61 persen menjadi Rp5.845 per kg dan naik 4,39 persen menjadi Rp5.958 di
tingkat penggilingan.

"Harga gabah naik karena panen raya sudah mulai berlalu," katanya.

Anda mungkin juga menyukai