PENGEMBANGAN
AGRIBISNIS
KELAPA SAWIT
Edisi Kedua
i
dan pertumbuhan baru, terutama terkait dengan peluang pengembangan
kegiatan usaha baru dan pemanfaatan pasar domestik; dan (d)
pengembangan produk-produk baru, yang terkait dengan berbagai isu global
dan kecenderungan perkembangan masa depan.
Sebagai suatu arahan umum, kami harapkan seri buku tersebut dapat
memberikan informasi mengenai arah dan prospek pengembangan agribisnis
komoditas tersebut bagi instansi terkait lingkup pemerintah pusat, instansi
pemerintah propinsi dan kabupaten/kota, dan sektor swasta serta masyarakat
agribisnis pada umumnya. Perlu kami ingatkan, buku ini adalah suatu
dokumen yang menyajikan informasi umum, sehingga dalam menelaahnya
perlu disertai dengan ketajaman analisis dan pendalaman lanjutan atas aspek-
aspek bisnis yang sifatnya dinamis.
Semoga buku-buku tersebut bermanfaat bagi upaya kita mendorong
peningkatan investasi pertanian, khususnya dalam pengembangan agribisnis
komoditas pertanian.
KATA PENGANTAR
ii
Sejalan dengan upaya tersebut, Badan Penelitian dan Pengembangan
Pertanian pada tahun 2005 telah menerbitkan buku Prospek dan Arah
Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit. Buku yang berisikan ulasan tentang
peluang investasi industri berbasis kelapa sawit, baik pada usaha hulu, hilir,
produk samping, serta infrastruktur yang mendukung bisnis kelapa sawit
tersebut telah mendapatkan apresiasi yang baik dari para pengguna.
Dengan perkembangan kondisi saat ini, khususnya dengan
dicanangkannya Program Revitalisasi Perkebunan oleh Departemen
Pertanian, serta hangatnya informasi pengembangan biodiesel, maka
dipandang perlu untuk melakukan penyempurnaan dengan menambahkan
data dan informasi terbaru pada agribisnis kelapa sawit. Kami berharap buku
tersebut dapat menjadi sumber informasi, acuan, serta pemacu para investor
untuk melakukan investasi pada industri yang berbasis kelapa sawit di
Indonesia. Di samping itu, buku ini juga dapat menjadi masukan bagi
pemerintah dalam merumuskan berbagai kebijakan guna memacu investasi
pada usaha berbasis kelapa sawit.
TIM PENYUSUN
iii
Badan Litbang Pertanian
Jl. Ragunan No. 29 Pasar Minggu
Jakarta Selatan
Telp. : (021) 7806202 Faks. :
(021) 7800644
Em@il : kabadan@litbang.deptan.go.id
iv
sebesar 3.874 ribu ton (31,11%), PBN sebesar 2.050 ribu ton (16,46%) dan
PBS sebesar 6.528 ribu ton (52,43%). Produksi tersebut dicapai pada tingkat
produktivitas PR sekitar 2,86 ton CPO/ha atau setara 13,61 ton TBS (tandan
buah segar)/ha, PBN 3,57 ton CPO/ha atau setara 16,98 ton TBS/ha dan PBS
3,51 ton CPO/ha atau sekitar 16,69 ton TBS/ha. Pada tahun 2006, komposisi
pengusahaan kelapa sawit Indonesia diproyeksikan menjadi PR 40,02%
(2.420 ribu ha), PBN 11,30% (683 ribu ha) dan PBS 48,68% (2.943 ribu ha).
Sedangkan angka proyeksi produksi Indonesia pada tahun 2006 adalah
sekitar 15.971 ribu ton CPO dengan komposisi PR memberi andil produksi
CPO sebesar 5.846 ribu ton (36,60%), PBN sebesar 2.229 ribu ton (13,96%)
dan PBS sebesar 7.896 ribu ton (49,44%) yang dicapai pada tingkat
produktivitas PR sekitar 3,14 ton CPO/ha atau setara 14,94 ton TBS (tandan
buah segar)/ha, PBN 3,73 ton CPO/ha atau setara 17,75 ton TBS/ha dan PBS
3,66 ton CPO/ha atau sekitar 17,43 ton TBS/ha.
Pengembangan agribisnis kelapa sawit ke depan juga didukung secara
handal oleh 7 produsen benih dengan kapasitas 136 juta per tahun. Pusat
Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT. Socfin, PT. Lonsum, PT. Dami Mas,
PT. Tunggal Yunus, PT. Bina Sawit Makmur dan PT. Tania Selatan, masing-
masing mempunyai kapasitas 35 juta, 35 juta, 15 juta, 12 juta, 12 juta, 25
juta dan 2 juta kecambah. Permasalahan benih palsu diyakini dapat teratasi
melalui langkah-langkah sistematis dan strategis yang telah disepakati secara
nasional. Impor benih kelapa sawit harus dilakukan secara hati-hati terutama
dengan pertimbangan penyebaran penyakit yang membahayakan.
Dalam hal industri pengolahan, industri pengolahan CPO telah
berkembang dengan pesat. Hingga tahun 2005, jumlah unit pengolahan di
seluruh Indonesia mencapai 420 unit dengan kapasitas olah 18.268 ton TBS
per jam yang setara dengan 17,6 juta ton CPO dan produksi aktual 12,45 juta
ton CPO. Sedangkan industri pengolahan produk turunannya, kecuali
minyak goreng, masih belum berkembang dan kapasitas terpasang baru
sekitar 11 juta ton. Industri oleokimia Indonesia sampai tahun 2000 baru
memproduksi oleokimia 10,8% dari produksi dunia.
Dalam perdagangan CPO, Indonesia merupakan negara net exporter
dimana impor dari Singapura dan Malaysia dilakukan hanya pada saatsaat
tertentu. Secara umum, ekspor minyak sawit Indonesia 1980-2005
meningkat dengan laju 12,9% per tahun. Sementara itu ekspor minyak inti
sawit Indonesia 1980-2005 meningkat dengan laju 12,5% per tahun. Ekspor
v
minyak sawit dan minyak inti sawit Indonesia pada 2006 diproyeksikan
mencapai sekitar 11.413 ribu ton dan 1.260 ribu ton. Impor minyak sawit
umumnya dalam bentuk olein dari Singapura dan Malaysia. Impor ini
biasanya terjadi pada waktu harga dunia tinggi dimana terjadi rush export
dari Indonesia.
Pada tahun 2005 pangsa ekspor minyak sawit Indonesia mencapai
sekitar 39,35% dari ekspor minyak sawit dunia. Pada periode yang sama,
pangsa ekspor minyak sawit Malaysia adalah sekitar 50,74% dan sisanya
dikuasai oleh beberapa negara, seperti Papua Nugini dan Pantai Gading.
Pada tahun 2006, pangsa ekspor minyak sawit Indonesia akan mencapai
sekitar 39,18% dari ekspor minyak sawit dunia dan pangsa ekspor minyak
sawit Malaysia adalah sekitar 50,31%. Sisanya dikuasai oleh beberapa
negara, seperti Papua Nugini dan Pantai Gading. Fenomena yang krusial
adalah terjadi kecenderungan penurunan pangsa pasar Malaysia dan di lain
pihak pangsa pasar Indonesia semakin meningkat. Pada tahun 2010 jumlah
ekspor minyak sawit Indonesia diproyeksikan akan menyamai jumlah ekspor
Malaysia dan memiliki kecenderungan untuk berada sedikit diatas jumlah
ekspor Malaysia pada tahun-tahun berikutnya.
Neraca minyak kelapa sawit Indonesia periode 2002-2005 memiliki
rerata stok awal sebesar 1,75 juta ton dan stok akhir sebesar 1,76 juta ton.
Sedangkan neraca minyak kelapa sawit dunia memiliki rerata stok awal
sebesar 4,23 juta ton dan stok akhir sebesar 4,44 juta ton. Periode tahun
2006-2010 neraca minyak kelapa sawit Indonesia diproyeksikan memiliki
rerata stok awal sebesar 1,27 juta ton dan stok akhir sebesar 1,42 juta ton.
Sedangkan neraca minyak kelapa sawit dunia memiliki rerata stok awal dan
stok akhir masing-masing sebesar 5,49 juta ton dan 5,72 juta ton.
Guna mendukung pengembangan agribisnis kelapa sawit, peranan
lembaga penelitian dan pengembangan perkebunan, kelembagaan dan
kebijakan pemerintah cukup strategis. Lembaga penelitian dan
pengembangan perkebunan hingga saat ini telah berperan nyata melalui
berbagai inovasi teknologi. Inovasi tersebut mulai dari subsistem hulu,
usahatani hingga pengolahan produk hilir. Pada aspek kelembagaan,
berbagai organisasi, aturan dan pelaku usaha mulai berkembang. Sedangkan
pada aspek kebijakan, beberapa kebijakan perlu diperhatikan, khususnya
kebijakan fiskal (perpajakan dan retribusi) dan perijinan investasi.
vi
Pada Bab III diuraikan tentang prospek, potensi dan arah
pengembangan agribisnis kelapa sawit. Secara umum dapat diindikasikan
bahwa pengembangan agribisnis kelapa sawit masih mempunyai prospek,
ditinjau dari prospek harga, ekspor dan pengembangan produk. Secara
internal, pengembangan agribisnis kelapa sawit didukung potensi kesesuaian
dan ketersediaan lahan, produktivitas yang masih dapat meningkat dan
semakin berkembangnya industri hilir. Dengan prospek dan potensi ini, arah
pengembangan agribisnis kelapa sawit adalah pemberdayaan di hulu dan
penguatan di hilir.
Pada Bab IV disajikan tujuan dan sasaran pengembangan agribisnis
tahun 2006-2025. Sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian, tujuan
utama pengembangan agribisnis kelapa sawit adalah 1)
menumbuhkembangkan usaha kelapa sawit di pedesaan yang akan memacu
aktivitas ekonomi pedesaan, menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat dan 2) menumbuhkan industri pengolahan CPO
dan produk turunannya dan industri penunjang (pupuk, obat-obatan dan
alsin) dalam meningkatkan daya saing dan nilai tambah CPO dan produk
turunannya. Sasaran jangka panjang dari pengembangan agribisnis kelapa
sawit 2025 adalah: luas areal kelapa sawit Indonesia akan mencapai 9 juta
ha, produksi kelapa sawit Indonesia akan mencapai 35 juta ton minyak
sawit/CPO, produktivitas rata-rata kelapa sawit nasional sebesar 20,25 ton
TBS/ha/tahun dengan rendemen minyak sawit 24%, inti sawit 6% (4,86 ton
CPO/ha/tahun atau 60,75% dari potensi), penggunaan bahan tanaman kelapa
sawit yang toleran terhadap hama penyakit (khususnya toleran terhadap
Ganoderma) dan bernilai gizi tinggi, alokasi untuk konsumsi dalam negeri
mencapai 14,72 juta ton CPO (biodiesel = 6,4 juta ton CPO dan minyak
makan+oleokimia = 8,32 juta ton CPO), ekspor minyak sawit tersedia 20,28
juta ton, pendapatan Petani Pekebun mencapai USD 3.000-4.000,/KK/tahun,
penyerapan tenaga kerja di on farm 4,5 juta tenaga kerja (asumsi rasio 0,5
TK/ha termasuk sektor pendukung), belum termasuk tenaga kerja yang
terserap di off farm dan jasa lainnya, potensi pemanfaatan batang sawit hasil
3
peremajaan 41 juta m dan terwujudnya harmonisasi antara luas kebun
kelapa sawit dengan jumlah/kapasitas olah PKS di suatu kawasan.
Sedangkan sasaran khusus jangka menengah pengembangan agribisnis
kelapa sawit 2010 adalah: luas areal kelapa sawit Indonesia akan mencapai
8,02 juta ha, produksi kelapa sawit Indonesia akan mencapai 23,81 juta ton
vii
minyak sawit, produktivitas rata-rata kelapa sawit nasional sebesar 17,03
ton TBS/ha/tahun dengan rendemen minyak sawit 22%, inti sawit 5% (3,75
ton CPO/ha/tahun atau 46,88% dari potensi), penggunaan bahan tanaman
kelapa sawit yang toleran terhadap hama penyakit (khususnya toleran
terhadap Ganoderma) dan bernilai gizi tinggi, alokasi untuk konsumsi dalam
negeri mencapai 6,86 juta ton CPO (biodiesel = 1,5 juta ton CPO dan
minyak makan+oleokimia = 5,3 juta ton CPO), ekspor minyak sawit tersedia
16,71 juta ton, pendapatan petani pekebun mencapai USD 2.000-
2.500/KK/tahun, penyerapan tenaga kerja di on farm 4 juta tenaga kerja
(asumsi rasio 0,5 TK/ha termasuk sektor pendukung), belum termasuk
tenaga kerja yang terserap di off farm dan jasa lainnya dan potensi
pemanfaatan batang sawit hasil peremajaan 16,5 juta m3 (asumsi 100 ribu ha
potensi kebun diremajakan, 75% dari populasi 128 pohon/ha, rendemen 1,72
m3/batang).
Pada Bab V disajikan kebijakan, strategi dan program pengembangan
agribisnis perkebunan. Arah kebijakan jangka panjang adalah
pengembangan sistem dan usaha agribisnis kelapa sawit yang berdaya saing,
berkerakyatan, berkelanjutan dan terdesentralisasi. Dalam jangka menengah
kebijakan pengembangan argibisnis kelapa sawit meliputi peningkatan
produktivitas dan mutu, pengembangan industri hilir dan peningkatan nilai
tambah, dan penyediaan dukungan dana pengembangan.
Strategi pengembangan agribisnis kelapa sawit diantaranya adalah
integrasi vertikal dan horisontal perkebunan kelapa sawit dalam rangka
peningkatan ketahanan pangan masyarakat, pengembangan usaha
pengolahan kelapa sawit di pedesaan, menerapkan inovasi teknologi dan
kelembagaan dalam rangka pemanfaatan sumber daya perkebunan, dan
pengembangan pasar. Strategi tersebut didukung dengan penyediaan
infrastruktur (sarana dan prasarana) dan kebijakan pemerintah yang kondusif
untuk peningkatan kapasitas agribisnis kelapa sawit. Dalam
implementasinya, strategi pengembangan agribisnis kelapa sawit didukung
dengan program-program yang komprehensif dari berbagai aspek
manajemen, yaitu perencanaan, pelaksanaan (perbenihan, budidaya dan
pemeliharaan, pengolahan hasil, pengembangan usaha, dan pemberdayaan
masyarakat) hingga evaluasi.
Pada Bab VI disajikan kebutuhan investasi pengembangan agribisnis
kelapa sawit Indonesia. Seperti disampaikan pada Bab III sub bab c tentang
viii
arah pengembangan, maka pada 2006-2010 rata-rata perluasan kebun di
areal bukaan baru 515.46 ribu ha/tahun dan jumlah peremajaan kebun 77.25
ribu ha/tahun atau Indonesia melakukan pen`anaman baru sebanyak 592.71
ribu ha/tahun. Secara nasional, luas areal kelapa sawit Indonesia naik dari
5,45 juta ha pada tahun 2005 menjadi sekitar 8,02 juta ha di tahun 2010.
Perhitungan investasi untuk perluasan kebun kelapa sawit seluas
515.462 ha (plus 28 unit PKS 60 ton TBS/jam) adalah Rp 23,41 triliun
dengan perincian Rp 4,73 triliun untuk Indonesia Barat (112.229 ha dan 6
PKS 60 ton TBS/jam) dan Rp 19,03 triliun untuk Indonesia Timur (403.233
ha dan 22 PKS 60 ton TBS/jam). Sedangkan kebutuhan investasi untuk
peremajaan kebun kelapa sawit 77.251 ha adalah Rp 2,24 triliun dengan
perincian Rp 1,76 triliun untuk Indonesia Barat (62.636 ha) dan Rp 479,75
miliar untuk Indonesia Timur (14.616 ha).
Dengan dana revitalisasi perkebunan sekitar Rp 10 triliun/tahun,
secara nasional mampu melakukan perluasan areal 206.527 ha/tahun dan
melakukan peremajaan kebun seluas 36.382 ha/tahun. Target tahunan
perluasan areal, dan peremajaan kebun periode 2006 - 2010, yang dapat
dicapai dengan dana revitalisasi perkebunan secara berurut adalah 57,07%
dan 29,41%, sedangkan pencapaian target tahunan penanaman baru
(perluasan area+peremajaan kebun) adalah sebesar 53,41%. Dengan
mengandalkan revitalisasi perkebunan saja maka luas areal kelapa sawit
Indonesia pada tahun 2010 adalah sekitar 6,92 juta ha atau naik sebesar 1,47
juta ha dari tahun 2005. Selain itu juga telah membantu peremajaan kebun
PR seluas 113.58 ribu ha. Namun, untuk mendukung program revitalisasi
maka diperlukan insentif bagi PBN/PBS selaku calon perusahaan mitra PR.
Pabrik biodiesel minyak sawit yang umum dibangun berkapasitas
produksi 6.600 kilo liter/tahun dan 110.000 kilo liter/tahun. Struktur biaya
produksi biodiesel sangat tergantung dari harga bahan baku CPO dan
methanol. Biaya produksi pabrik biodiesel berkapasitas produksi 6.600 kilo
liter/tahun sekitar Rp 4.164,-/liter hingga Rp 4.840,-/liter pada tingkat harga
CPO di pasar internasional berkisar antara USD 300,-/ton hingga USD
375,-/ton. Biaya untuk membangun dan mengoperasikan satu unit pabrik
biodiesel berkapasitas produksi 6.600 kilo liter/tahun antara Rp. 14,3 miliar
hingga Rp 14,6 miliar tergantung harga CPO (Tabel 8). Pada tingkat harga
CPO yang sama, biaya produksi dari pabrik biodiesel kapasitas produksi
110.000 kilo liter/tahun antara Rp 3.547,-/liter hingga Rp 4.224,/liter.
ix
Sedangkan untuk mengoperasikannya diperlukan dana sekitar Rp 36,54
miliar hingga Rp 42,75 miliar.
Dalam implementasinya, pengembangan agribisnis kelapa sawit baik
melalui perluasan maupun peremajaan menerapkan pola pengembangan inti-
plasma dengan penguatan kelembagaan melalui pemberian kesempatan
kepada petani plasma sebagai pemilik saham perusahaan. Pemilikan saham
ini dilakukan melalui cicilan pembelian saham dari hasil potongan penjualan
hasil atau dari hasil outsourcing dana oleh organisasi petani.
Pada Bab VII disajikan perlunya dukungan kebijakan sarana dan
prasarana serta regulasi. Dukungan kebijakan diharapkan diperoleh dari
Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Departemen
x
Keuangan, Bank Indonesia, Kantor Menteri Negara BUMN, Departemen
Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Koordinasi Penanaman Modal,
Kantor Menteri Negara Usaha Kecil, Menengah dan Koperasi, Pemerintah
Daerah dan Kejaksaan Agung serta Kepolisian.
xi
DAFTAR ISI
Sambutan Menteri Pertanian...........................................................................i
Kata Pengantar.............................................................................................iii
Tim Penyusun...............................................................................................iv
Ringkasan Eksekutif......................................................................................v
Daftar Isi.....................................................................................................xiii
I. PENDAHULUAN......................................................................................1
II. KONDISI AGRIBISNIS KELAPA SAWIT SAAT INI...........................4
A. Profil Perkebunan Kelapa Sawit.............................................................4
B. Profil Usaha Pembenihan........................................................................6
C. Profil Industri Pengolahan Kelapa Sawit.................................................7
D. Perdagangan dan Harga..........................................................................8
E. Penelitian dan Pengembangan................................................................12
F. Kelembagaan dan Kebijakan Pemerintah..............................................12
III. PROSPEK, POTENSI, DAN ARAH PENGEMBANGAN
AGRIBISNISKELAPA SAWIT TAHUN 2006-2010.................................14
A. Prospek.................................................................................................14
B. Potensi...................................................................................................16
C. Arah Pengembangan.............................................................................20
I. PENDAHULUAN
1
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit
A GRO INOVAS I
2
A GRO INOVAS I
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit
3
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit A GRO INOVAS I
9000
7500
6000
ribu h3
4500
3000
1500
0
1967
1968
1969
1970
1971
1972
1973
1974
1975
1976
1977
1978
1979
1980
1981
1982
1983
1984
1985
1986
1988
1989
1990
1991
1992
1993
1994
1995
1996
1997
1998
1999
2001
2002
2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
1987
2000
Areal TM Total Areal
4
A GRO INOVAS I
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit
5
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit
A GRO INOVAS I
6
A GRO INOVAS I
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit
CPO nasional dan pada tahun 2000, kapasitas terpasang mencapai 11 juta ton
(Lampiran 4).
Dari segi laju pertumbuhan, industri oleokimia dasar yaitu fatty acid,
metalic soap, glycerine dan fatty alkohol, maju sangat pesat. Pada 1988
produksi oleokimia dasar Indonesia baru 79.500 ton, naik menjadi 217.700
ton pada 1993 dan menjadi 652 ribu ton pada 1998 atau tumbuh dengan laju
sekitar 23,5%/tahun. Namun, hingga tahun 2000 kontribusi oleokimia dasar
Indonesia terhadap produksi dunia baru 10,8% (Lampiran 5). Jumlah pabrik
oleokimia di seluruh Indonesia hingga tahun 2003 sekitar 27 unit, tersebar di
Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jakarta, Jawa Tengah, Jawa Timur
dan Irian Jaya.
Yang juga menarik untuk diperhatikan adalah perkembangan industri
oleokimia dasar merangsang pertumbuhan industri barang konsumen seperti
deterjen, sabun dan kosmetika. Dalam sepuluh tahun terakhir, pemakaian
minyak sawit dalam industri oleokimia naik dengan laju sekitar 9%/tahun.
7
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit A GRO INOVAS I
dunia tinggi dimana terjadi rush export dari Indonesia. Dalam keadaan
demikian biasanya pemerintah menggunakan mekanisme pajak ekspor untuk
menjamin pasokan dalam negeri yang besarnya pernah mencapai 60%.
Dengan pajak ekspor 60%, praktis seluruh pasokan Indonesia diserap oleh
pasar domestik, dan tidak ada kelebihan ekspor dari menjual di dalam negeri.
Gambar 2 menunjukkan perkembangan harga minyak sawit (CPO) di
pasar internasional sejak 1982-2006 dengan rerata sebesar USD 443,82/ton
CPO cif Eropa. Perkembangan harga minyak sawit memiliki siklus bisnis
dengan panjang berkisar 5-6 tahun dan kecenderungan menarik yang kecil.
Satu siklus bisnis biasanya terdiri dari satu puncak (peak) utama dengan
panjang sekitar 18-25 bulan dan beberapa puncak minor dan frekuensi harga
kurang USD 443,82/ton adalah sekitar 63%.
1,000.00
800.00
USD/ton CPO cif etc
600.00
400.00
200.00
-
Dec-81
Dec-86
Dec-91
Dec-96
Dec-01
Dec-06
Selain itu siklus bisnis, harga minyak sawit juga mempunyai fluktuasi
musiman (Gambar 3). Pola fluktuasi musiman untuk penggalan waktu 1982-
1999 dan 1988-2006 relatif serupa, namun untuk penggalan waktu 1988-
2006 memiliki pergerakan slope yang lebih landai yang menyiratkan harga
musiman minyak sawit semakin stabil.
Dalam semester 1, harga pada bulan Januari biasanya adalah paling
tinggi kemudian turun melandai dalam Februari sampai Mei. Dalam
8
A GRO INOVAS I
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit
100%
98%
96%
94%
92%
90%
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
1982-2006 1982-1999 1988-2006
9
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit
A GRO INOVAS I
stok akhir masing-masing sebesar 5,49 juta ton dan 5,72 juta ton (Lampiran
9).
10
A GRO INOVAS I
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit
11
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit
A GRO INOVAS I
A. Prospek
1. Harga
Secara umum harga minyak sawit di pasar Eropa 2006-2010
diperkirakan memiliki tren meningkat pada kisaran USD 424-625,7,-/ton
(Gambar 4). Tren harga yang meningkat tidak terlepas dari berkembangnya
pasar minyak sawit, termasuk pasar baru yaitu diterimanya sejumlah produk
12
A GRO INOVAS I
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit
hasil diversifikasi berbasis kelapa sawit. Dengan kata lain, minyak sawit
masih mempunyai prospek kedepan.
750
600
450
USD/ton CPO cif etc
300
150
-
Jan-91
Jan-93
Jan-95
Jan-97
Jan-99
Jan-01
Jan-03
Jan-05
Jan-07
Jan-09
Jan-11
Gambar 4. Siklus bisnis dan musiman harga CPO periode Januari 1991-2005 dan
Proyeksi 2006-2010
2. Ekspor
Pada tahun 2005 pangsa ekspor minyak sawit Indonesia mencapai
sekitar 39,35% dari ekspor minyak sawit dunia dan pada periode yang sama,
pangsa ekspor minyak sawit Malaysia adalah sekitar 50,68%. Pada tahun
2006 pangsa ekspor minyak sawit Indonesia mencapai sekitar 39,18% dari
ekspor minyak sawit dunia dan Malaysia sekitar 50,31%. Berdasarkan
Lampiran 10 diketahui terdapat kecenderungan penurunan pangsa pasar
Malaysia dan di lain pihak pangsa pasar Indonesia semakin meningkat
seiiring dengan peningkatan produksi minyak sawit Indonesia. Pada tahun
2010 jumlah ekspor minyak sawit Indonesia diproyeksikan akan menyamai
jumlah ekspor Malaysia dan memiliki kecenderungan untuk berada sedikit di
atas jumlah ekspor Malaysia pada tahun-tahun berikutnya (Gambar 5).
13
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit A GRO INOVAS I
70.00%
50.00%
40.00%
30.00%
20.00%
10.00%
0.00%
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2010
2009
Indonesia Malaysia
Gambar 5. Market share ekspor Indonesia dan Malaysia di pasar minyak sawit
dunia
Sumber: Oil World, 2006, Ditjenbun dan PPKS, 2006, diolah
Seperti telah dikemukakan bahwa perkembangan ekspor minyak sawit
Malaysia tertahan oleh adanya keterbatasan sumber daya lahan dan tingginya
tingkat upah pekerja. Sedangkan Indonesia masih mempunyai potensi untuk
berkembang karena dukungan biaya produksi murah dan lahan tersedia.
Namun, Indonesia juga menghadapi kendala dalam pengembangan ekspor
karena tingkat konsumsi domestik tinggi.
3. Pengembangan produk
Pengembangan produk kelapa sawit diperoleh dari produk utama,
yaitu minyak kelapa sawit dan minyak inti sawit, dan produk sampingan
yang berasal dari limbah. Beberapa produk yang dihasilkan dari
pengembangan minyak sawit diantaranya adalah minyak goreng,
produkproduk oleokimia, seperti fatty acid, fatty alkohol, glycerine, metalic
soap, stearic acid, methyl ester, dan stearin. Perkembangan industri
oleokimia dasar merangsang pertumbuhan industri barang konsumen seperti
deterjen, sabun dan kosmetika.
Sedangkan produk-produk yang dihasilkan dari pemanfaatan limbah
diantaranya adalah pupuk organik, kompos dan kalium serta serat yang
berasal dari tandan kosong kelapa sawit, arang aktif dari tempurung buah,
pulp kertas yang berasal dari batang dan tandan sawit, perabot dan papan
14
A GRO INOVAS I
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit
partikel dari batang, dan pakan ternak dari batang dan pelepah, serta pupuk
organik dari limbah cair dari proses produksi minyak sawit.
B. Potensi
15
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit
A GRO INOVAS I
2. Produktivitas
Proyeksi produktivitas PR, PBN dan PBS hingga 5 tahun ke depan
memiliki kecenderungan meningkat (Gambar 6). Produktivitas PBN masih
diproyeksikan mengalami peningkatan terbesar diikuti dengan PBS. Untuk
skope nasional, produktivitas naik dari 3,28 ton CPO/ha/tahun pada tahun
2005 menjadi 3,75 ton CPO/ha/tahun di tahun 2010. Meskipun mengalami
peningkatan, tingkat produktivitas ketiga jenis perkebunan di atas masih
berada dibawah potensi produktivitas bahan tanaman unggul sebesar 78 ton
CPO/ha/tahun dan produktivitas nasional Malaysia untuk periode yang sama,
yaitu antara 4,21-4,43 ton CPO/ha/tahun.
Hal ini mengisyaratkan bahwa peluang untuk meningkatkan
produktivitas kebun di berbagai jenis pengusahaan masih ada, sehingga
gerakan peningkatan produktivitas nasional harus menjadi tema penting
dalam pengembangan kelapa sawit ke depan. Penggunaan bibit unggul
dalam penanaman baru dan peningkatan intensitas pemeliharaan menjadi
kunci sukses program peningkatan produktivitas.
5.00
4.00
ton CPO /ha/tahun
3.00
2.00
1.00
16
A GRO INOVAS I
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit
3. Pengembangan industri
Produk-produk yang dapat dihasilkan dari minyak sawit sangat luas
dengan intensitas modal dan teknologi yang bervariasi (Lampiran 14).
Produksi CPO Indonesia yang diolah di dalam negeri sebagian besar masih
dalam bentuk produk antara seperti RBD palm oil, stearin dan olein, yang
nilai tambahnya tidak begitu besar dan baru sebagian kecil yang diolah
menjadi produk-produk oleokimia dengan nilai tambah yang cukup tinggi
(Gambar 7).
17
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit
A GRO INOVAS I
Nilai tambah yang diperoleh dari perdagangan eceran (retail) minyak makan
cukup besar. Oleh karena itu pengembangan industri ini perlu diarahkan
kepada usaha retail minyak makan baik untuk pasar dalam negeri maupun
untuk pasar luar negeri. Untuk itu dibutuhkan kebijakan pemerintah yang
terpadu dalam pengembangan minyak goreng/makan (edible oil). (b)
Industri Oleokimia
C. Arah Pengembangan
Dengan potensi dan kemungkinan pengembangannya, maka
pengembangan agribisnis kelapa sawit ke depan mengarah pada
pengembangan kawasan industri masyarakat perkebunan melalui
pemberdayaan di hulu dan penguatan di hilir. Pengembangan agribisnis
kelapa sawit ke depan tidak terlepas dari:
(1). Pengembangan sistem dan usaha agribisnis berbasis kelapa sawit,
(2) Mendorong pengembangan pasar modal yang memungkinkan petani
sebagai pemegang saham perusahaan,
(3). Pengembangan inovasi teknologi dan kelembagaan,
(4). Pengembangan keseimbangan perdagangan domestik dan
internasional,
18
A GRO INOVAS I
Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa Sawit
19