Oleh :
Dosen Pengampu :
1. Suharyanto, Dr. Ir, S.Pt, M.Si.
2. Lathifah Khairani, S.P., M.Si
3. Ridha Rizki Novanda, SE.,M.Si
4. Indra Cahyadinata, Dr, SP.M.Si
LABORATORIUM AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023
i
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur dan penghargaan yang tulus, kami dengan senang hati
menyajikan laporan ini sebagai salah satu bagian dari pemenuhan tugas mata
kuliah Manajemen Agribisnia Peternakan dan Perikanan. Laporan ini membahas
studi kasus mengenai 5 subsitem secara umum pada subsistem agribisnis.
Penulisan laporan ini didasari oleh tekad untuk memahami lima subsistem
yang erkaitan dengan manajemen agribisnis dalam peternakan dan perikanan.
Tujuan utama dari laporan ini adalah untuk menganalisis menambah pemahaman
yang mendalam tentang 5 subsitem dianataranya subsistem input, budidaya,
pengolahan, pemasaran dan penunjang atau kelembagaan.
Kami ingin menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada pemilik peternakan ayam pedaging dan semua pihak yang telah
memberikan dukungan serta informasi yang sangat berharga selama proses
pengumpulan data. Dengan kerjasama mereka, kami berhasil mendapatkan
wawasan yang mendalam tentang kegiatan pelaku usaha ternak.
Akhir kata, laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, dan kami sangat
menghargai masukan, saran, dan kritik yang konstruktif dari pembaca. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang berharga tentang
agribisnis dan subsistemnya, dan membantu memahami pentingnya kerja sama
antara elemen-elemen untuk mendukung ketahanan pangan dan keberlanjutan di
masa depan.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Potensi kerang lokan sebagai sumber protein hewani juga sangat baik, dengan
kadar protein kerang lokan sekitar 7,06 - 16,87% dalam 100 gram bahan.
Wanimbo et al., (2018) mengemukakan bahwa kerang lokan (Geloina sp.)
memiliki morfologi tubuh yang besar serta memiliki kandungan gizi diantaranya
nutrisi dengan kadar air 14-16%, kadar lemak 6,2-6,8%, protein 50-55%, dan
karbohidrat 2,36-4,95%. Selain itu cangkang kerang-kerangan dapat dimanfaatkan
sebagai perhiasan, bahan kerajinan tangan, dan juga dimanfaatkan sebagai
biofilter polutan (Alfiansyah, 2014). Besarnya kandungan gizi yang
terkandung pada kerang lokan menjadikannya sebagai sumber protein
hewani yang perlu diperhitungkan keberadaannya (Hasan et al.,2014).
Adapun sektor yang mendukung perekonomian Masyarakat Desa Jenggalu
selain perikanan dan perkebunan, yaitu pertenakan. Pada dasarnya, budidaya
adalah suatu istilah yang berhubungan dengan suatu proses memperbanyak
sumber daya hayati. Budidaya adalah suatu usaha yang dilakukan secara tersusun
rapi dan juga terencana untuk bisa memelihara dan juga mengembangbiakan suatu
tanaman atau hewan tertentu agar tetap terjaga kelestariannya dan juga bisa
mendapatkan hasil yang bermanfaat serta berguna untuk memenuhi kebutuhan
hajat setiap manusia. (Suharman, 2022).
2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan berdasarkan uraian latar belakang di atas adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui subsistem pengadaan sarana produksi pada pertenakan dan
perikan di Desa Jenggalu
2. Mengetahui subsistem budidaya pada pertenakan dan perikanan di Desa
Jenggalu
3. Mengetahui subsistem pengolahan pada pertenakan dan perikanan di Desa
Jenggalu
4. Mengetahui subsistem pemasaran pada pertenakan dan perikanan di Desa
Jenggalu
5. Mengetahui subsistem kelembagaan pada pertenakan dan perikanan di
Desa Jenggalu
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
4
agribisnis harus mampu melaksanakan lima tugas untuk masing-masing dari
empat fungsi dasar agribisnis; yaitu pemasaran dan penjualan, produksi dan
operasi, pengelolaan dan perencanaan keuangan, dan pengelolaan sumber daya
manusia.
Subsistem budidaya adalah subsistem yang mengubah input menjadi
produk primer. Menurut Departemen Pertanian (2007), dalam subsistem budidaya
yang dibutuhkan petani adalah lokasi usaha (agroklimat), ketersediaan tenaga
kerja, komoditas (unggulan), tehnologi (penguasaan teknologi), skala/luasan
usaha, usaha secara individu, kelompok, manajemen, peralatan, dan 4 (empat)
tepat, yaitu tepat waktu, tepat tempat, dan tepat jumlah. Untuk melaksanakan
kegiatan pada subsitem budidaya dibutuhkan faktor pendorong perkembangan
usaha.
Agribisbis perternakan ialah semua dari kegiatan peternakan yang dimulai
daru subsistem penyediaan sarana dan prasanan ternak,proses produksi
ternak,penanganan pasca panen, pongolahan dan subsistem pemasaran.
Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian
yang mendukung penyediaan pangan asal ternak yang bergizi dan berdaya saing
tinggi serta menciptakan lapangan kerja dibidang agribisnis peternakan (Pakage,
2008). Mata rantai sistem manajemen agribisnis peternakan, meliputi subsistem
input (pengadaan sapronak), subsistem process produksi (budidaya), subsistem
output (Pengolahan/agroindustri dan pemasaran), dan subsistem jasa penunjang
(supporting institution), Manajemen (Abd. Rahim dan Diah Retno Dwi Hastuti.
2005)
1. Subsistem Input (Pengadaan bahan) Subsistem pengadaan bahan
merupakan kegiatan ekonomi yang menggunakan dan menghasilkan
sapronak (bibit, pakan ternak, obat-obatan, dan peralatan pelengkap).
Dalam subsistem ini produk yang dihasilkan dapat berupa telur tetas, bibit
ternak seperti DOC (day old chick) untuk ayam, DOD (day old duck)
untuk itik, pakan, obat-obatan, dan peralatan ternak seperti alat vaksinasi.
2. Subsistem Process Produksi (Budidaya) Subsistem usaha produksi, yaitu
kegiatan ekonomi yang menggunakan sapronak untuk menghasilkan
produk primer (daging segar, susu segar, dan telur konsumsi). Usaha yang
5
berkembang dalam subsistem tersebut meliputi ayam ras pedaging, ayam
ras petelur, itik, domba, dan sapi perah, termasuk penggemukan ternak,
seperti domba dan sapi potong.
3. Subsistem Output (Agroindustri dan Pemasaran) Subsistem pascaproduksi
merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah produk primer menjadi
produk sekunder (olahan), seperti kornet, sosis, dan keju. Sedangkan
subsistem pemasaran merupakan kegiatan ekonomi yang memasarkan
produk primer (daging segar, susu segar, dan telur konsumsi) dan produk
sekunder (olahan), seperti kornet, sosis, dan keju, baik melalui perantara
maupun langsung ke konsumen akhir dan instutional market
4. Subsistem Jasa Penunjang (Supporting institution) Subsistem jasa
penunjang merupakan lembaga yang menyediakan jasa bagi ke empat
subsistem peternakan meliputi perbankan dan transportasi. Begitu pula
dukungan dari penyuluh dan konsultan peternakan yang sangat dibutuhkan
oleh peternak dalam rangka peningkatan keterampilan pengelolaan
(management skill) usaha, reseach and development, dan kebijakan
pemerintah.
5. Manajemen Penerapan fungsi-fungsi manajemen pada setiap subsistem
agribisnis peternakan meliputi planning, organizing, directing, controlling,
dan evaluation.
6
Manajemen agribisnis perikanan merupakan alternatif yang baik dalam
pengolahan pada dunia perikan Indonesia. Manajemen agribisnis perikanan
merupakan upaya pengelolaan agribisnis yang berlandaskan sumberdaya kelautan
dan perikanan. Pada prinsipnya Manajemen agribisnis perikanan yaitu penerapan
manajamen dalam sistem agribisnis perikanan. Karakteristik agribisnis perikanan
tergolong khas, maka manajemennya berbeda dengan manajemen lainnya. Hal
yang membedalannya : (1) Keanekaragaman bisnis perikanan yang besar (2)
Besarnya jumlah pelaku agribisnis perikanan (3) Skala usahanya perikanan
beragam (4) Persaingan yang ketat dalam agribisnis skala kecil (5) Produksi
agribisnis bersifat musiman, tergantung pada keadaan alam (6)Dampak
kebijakan/program pemerintah sangat berpengaruh terhadap sektor perikanan
(Candra adi & Zainal abidin, 2018).
7
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
8
Berdasarkan Tabel 3.1 diatas hampir sebagian besar masyarakat desaa
jenggalu tidak bekerja (belum bekerja, mahasiswa/pelajar, dan mengurus rumah
tangga ) jika dipersentasekan hampir 50% dari masyarakat Desa Jenggalu.
Sedangkan untuk yang bekerja sebagian besar bekerja sebagai petani/pekebun,
wiraswasta, dan pegawai swasta. Masyarakat Desa Jenggalu tidak ada yang
bekerja sebagai peternak dan nelayan/perikanan. Namun, ada beberapa
masyarakat yang mencari lokan memanfaatkan sungai yang mangalir di Desa
Jenggalu sebagai pekerjaan sampingan. Selain itu, untuk peternakan di Desa
Jenggalu masyarakat memelihara ayam, sapi, kambing, dan angsa namun jumlah
yang sedikit. Serta memiliki peternakan ayam pedaging namun bukan diolah oleh
masyarakat ataupun desa Jenggalu tetapi diolah oleh PT. Ciomas Adisatwa
Berdasarkan gambaran umum peternakan dan perikanan yang ada di Desa
Jenggalu Pada laporan mata kuliah Manajemen Agribisnis Peternakan dan
Perikanan fokus kami yaitu:
1. Perikanan : Proses pengolahan kerupuk lokan yang terbuat dari kerang
lokan yang merupakan salah satu komoditi perikanan yang ada di Desa
Jenggalu.
2. Peternakan : Peternakan ayam pedaging yang diolah oleh PT. Ciomas
Adisatwa
9
Peralatan yang digunakan peternak di desa Jenggalu diantaranya
menggunakan Blower udara (dapat mengeluarkan gas amonia yang
berbahaya keluar dari kandang), ember, selang dan skop, tabung pakan,
netol. Peralatan kandang harus mudah dibersihkan agar menjaga kandang
dari penyakit.
Pakan yang sering digunakan oleh peternak yaitu pakan jenis SB 10, 11,
dan 12. Pakan ini biasanya dikirim dari lampung. Untuk sekali masa panen
biasanya menghabiskan pakan sampai 28 ton pakan/1 lantai (10.000 ekor
ayam). Obat yang digunakan dalam membudidaya ayam pedaging ini
hanya mengunakan vitamin.
B. Perikanan Lokan
Lokan merupakan kerang sungai yang memiliki bentuk menyerupai kijing
namun bentuknya lebih bulat, dan berwarna hitam. Subsistem input pada proses
penangkapan lokan adalah SDM (Pencari Lokan). SDM pada lokan ini merupakan
masyarakat yang memiliki kemampuan menyelam. Karena lokan biasanya berada
di dasar sungai untuk itu, pencari lokan tentunya harus mempunyai kemampuan
menyelam.
10
kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging dalam
waktu yang relatif cepat dan singkat atau sekitar 4 - 5 minggu produksi daging
sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi. Keunggulan ayam broiler antara lain
pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu
yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta
menghasilkan kualitas daging berserat lunak.
Hal lainnya yang perlu diperhatikan dalam proses budidaya ayam broiler
adalah pendirian kandang. Kandang ini berbentuk kandang panggung yang
dibangun dari bahan kayu dan bambu. Kandang tipe sangkar sangat cocok
digunakan untuk daerah yang mempunyai temperatur udara cukup panas.
Kandang tipe ini mempunyai sirkulasi udara yang baik sehingga pergerakan udara
dalam kandang berjalan lancar. Kandang yang digunakan terdiri dari dua lantai
yang mana setiap lantainya terdiri dari 10.000 bibit dengan luas kandang kisaran
50m2.
Peralatan untuk proses produksi haruslah dijaga kesterilannya. Kebersihan
tempat pakan dan minum dapat mempengaruhi tumbuhnya bakteri yang
mengendap pada tempat air minum otomatis dan dalam waktu yang singkat
menjadi lumut atau kerak berwarna hijau yang menjadi tempat tumbuhnya bakteri
E coli (Solihin dalam Arwita, 2013).
Peternak biasanya mengambil bibit ayam yang baru menetas atau masih
berumur satu hari. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih bibit
ayam atau DOC yang berumur sehari yaitu:
1. Memiliki ukuran badan yang normal dan berat badan berkisar 35-40 gr.
2. Tidak terdapat cacat pada tubuhnya.
3. Bibit ayam (DOC) berasal dari induk yang sehat.
4. Mempunyai nafsu makan yang banyak.
5. Memiliki pertumbuhan yang baik serta memiliki bulu yang halus dan
lebat.
6. Tidak ada letakan tinja di duburnya
Peternak biasanya menggunakan vitamin hanya saat ayam tersebut sakit.
Jika ayam pedaging atau ayam broiler kekurangan pakan, maka dapat
menyebabkan ayam stres dan kesehatannya terganggu, sehingga berujung pada
11
penurunan berat badan. Kondisi ini tentu saja akan berdampak besar terhadap
kelangsungan usaha ternak.
Pemenuhan kebutuhan pakan ayam broiler per 10.000 ekor sampai panen
setiap peternak mungkin saja berbeda, namun idealnya teknik pemberian pakan
ayam sesuaikan dengan jumlah populasi dan umur ayam sampai siap panen.
B. Perikanan Lokan
Pada kerang lokan yang ada di Desa Jenggalu tidak dilakukan proses
budidaya. Alasan utama mengapa kerang lokan tidak dibudidayan adalah habitat
Alamiah. Kerang lokan adalah spesies yang umumnya ditemukan di habitat
alamiah mereka, seperti estuari, pantai berlumpur, dan wilayah pesisir. Mereka
biasanya hidup dengan menggali diri mereka sendiri di lumpur dan menyaring
partikel makanan dari air. Kondisi ini sulit untuk direplikasi dalam budidaya
komersial.
B. Perikanan Lokan
Subsistem pengolahan kerang lokan yang ada di Desa jenggalu yaitu
pengolahan kerang lokan menjadi kerupuk lokan. Kerupuk lokan ini di produksi
oleh UMKM Goema Lokan yang berdiri hampir 3 tahun. UMKM Goema Lokan
12
terdiri dari ibu-ibu PKK Desa Jenggalu. Berikut proses pengolahan lokan menjadi
kerupuk lokan yang ada di Desa Jenggalu.
13
biasanya dilakukan dalam jumlah tertentu untuk memastikan kerupuk matang
dengan baik.
Pengeringan
Setelah digoreng, kerupuk akan diproses kembali melalui pengeringan untuk
menghilangkan kelebihan minyak dan memastikan kualitas kerupuk yang baik
dengan menggunakan mesin spinner.
Pengemasan
Kerupuk lokan yang sudah selesai diproduksi akan dimasukkan ke dalam
kemasan plastic. Proses pengemasan ini melibatkan penimbangan, penyegelan,
dan pencetakan label produk.
B. Perikanan Lokan
Subsistem pemasaran produk olahan lokan berupa kerang lokan adalah
dengan memasarkannya langsung kepada konsumen dan juga dengan cara
menitipkannya kepada toko atau warung. Berikut beberapa distributor untuk
pemasaran kerupuk lokan :
Warung-warung kecil yang ada di Desa Jenggalu
14
Toko-toko oleh-oleh yang ada di kota Bengkulu
Koperasi Mahasiswa yang ada di UNIB.
15
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan laporan ini berdasarkan uraian diatas adalah sebagai
berikut:
1. Subsistem pengadaan sarana produksi (input) pada peternakan ayam yaitu
SDM, bibit, pakan, peralatan dan juga vitamin yang diperoleh dari
Lampung. Sedangkan untuk perikanan lokan adalah SDM yang memiliki
kemampuan menyelam.
2. Subsistem budidaya di desa Jenggalu dalam peternakan ayam pedaging
dilakukan beberapa pemeliharaan seperti jumlah pakan yang digunakan
setiap perubahan usia ayam perminggu, berapa kali vaksinasi dan
pemberian vitamin. Sedangkan untuk perikanan lokan tidak dilakukan
proses budidaya.
3. Pada subsitem pengolahan pada peternakan ayam boiler di Desa Jenggalu
dimana ayam langsung dipasarkan tidak diolah terlebih dahulu. Sedangkan
pada perikanan lokan diolah menjadi kerupuk lokan oleh UMKM Goema
Lokan.
4. Subsistem pemasaran pada peternakan ayam di desa Jenggalu di pasarkan
memalui pelanggan tetap. Sedangkan pada kerupuk lokan dipasarkan
secara langsung dan juga dititipkan kepada toko-toko.
5. Subsitem penunjang atau kelembagaan pada peternakan ayam boiler di
Desa Jenggalu berupa lembaga keuangan yaitu PT. Ciomas Adisatwa dan
juga kebijakan pemerintah terkait harga ayam dan input. Sedangkan pada
Kerupuk Lokan lembaga penunjang yakni lembaga keuangan BUMDES,
Lembaga pendidikan dan penyuluhan, kebijakan pemerintah.
16
4.2 Saran
Untuk meningkatkan kinerja subsistem agribisnis dalam peternakan ayam
dan perikanan kerang lokan, sejumlah langkah dapat diambil. Dalam peternakan
ayam peningkatan subsistem budidaya terutama dalam pemeliharan ayam yang
konsisten dapat meningkatkan kualitas dari hasil panen. Dalam perikanan lokan
subsistem input perlu ditingkatkan dalam penangkapan lokan dapat menggunakan
bantuan alat seperti sarung tangan, dan alat tangkap, serta subsistem pemasaran
produk kerupuk lokan perlu ditingkatkan dengan menganalisis pasar dan
perbaikan kualitas kerupuk.
17
DAFTAR PUSTAKA
18
Hidayati, I. (2020). Potensi Agribisnis Perikanan Darat di Daerah Karst Jawa
Bagian Selatan.
19
LAMPIRAN
20