Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN MATA KULIAH

MANAJEMEN AGRIBISNIS PETERNAKAN DAN


PERIKANAN

Oleh :

1. Lika Restianingrum (E1D021010)


2. Agustina Dwi Lestari (E1D021014)
3. Chenny Amaixe Lupita (E1D021015)
4. Nina Anriana (E1D021022)
5. Rahmat Sudarma (E1D021043)

Dosen Pengampu :
1. Suharyanto, Dr. Ir, S.Pt, M.Si.
2. Lathifah Khairani, S.P., M.Si
3. Ridha Rizki Novanda, SE.,M.Si
4. Indra Cahyadinata, Dr, SP.M.Si

LABORATORIUM AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2023

i
KATA PENGANTAR
Dengan rasa syukur dan penghargaan yang tulus, kami dengan senang hati
menyajikan laporan ini sebagai salah satu bagian dari pemenuhan tugas mata
kuliah Manajemen Agribisnia Peternakan dan Perikanan. Laporan ini membahas
studi kasus mengenai 5 subsitem secara umum pada subsistem agribisnis.
Penulisan laporan ini didasari oleh tekad untuk memahami lima subsistem
yang erkaitan dengan manajemen agribisnis dalam peternakan dan perikanan.
Tujuan utama dari laporan ini adalah untuk menganalisis menambah pemahaman
yang mendalam tentang 5 subsitem dianataranya subsistem input, budidaya,
pengolahan, pemasaran dan penunjang atau kelembagaan.
Kami ingin menyampaikan apresiasi dan terima kasih yang setinggi-
tingginya kepada pemilik peternakan ayam pedaging dan semua pihak yang telah
memberikan dukungan serta informasi yang sangat berharga selama proses
pengumpulan data. Dengan kerjasama mereka, kami berhasil mendapatkan
wawasan yang mendalam tentang kegiatan pelaku usaha ternak.
Akhir kata, laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, dan kami sangat
menghargai masukan, saran, dan kritik yang konstruktif dari pembaca. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat dan memberikan wawasan yang berharga tentang
agribisnis dan subsistemnya, dan membantu memahami pentingnya kerja sama
antara elemen-elemen untuk mendukung ketahanan pangan dan keberlanjutan di
masa depan.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2
1.3 Tujuan ....................................................................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... 4
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 8
3.1 Subsistem Input ......................................................................................................... 8
3.2 Subsistem Budidaya ................................................................................................ 10
3.3 Subsistem Pengelolaan............................................................................................ 12
3.4 Subsistem Pemasaran .............................................................................................. 14
3.5 Subsistem Penunjang .............................................................................................. 15
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN......................................................................... 16
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 16
4.2 Saran ....................................................................................................................... 17

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia, sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan lebih
dari 17.500 pulau, terkenal karena memiliki keanekaragaman hayati yang
melimpah, termasuk flora dan fauna endemik. Dalam konteks ini, Indonesia
mempunyai keunggulan komparatif yang signifikan. Namun, semakin tingginya
penggunaan teknologi dalam eksploitasi sumber daya pesisir dan laut
mengakibatkan tekanan yang semakin besar pada keberlanjutan sumber daya
tersebut. Bahkan, jika teknologi yang digunakan bersifat ekstraktif dan destruktif,
itu dapat menjadi ancaman serius terhadap keberlangsungan sumber daya pesisir
dan laut di Indonesia. Untuk menjaga keberlanjutan sumber daya ini, diperlukan
pengembangan pedoman dan pembatasan eksploitasi yang sesuai dengan
karakteristik sumber daya, zonasi, serta karakteristik daerah, termasuk propinsi,
kabupaten, atau kota yang merupakan satuan wilayah pembangunan. Penting
untuk memahami karakteristik masyarakat, karena mereka berperan dalam
pengelolaan sumber daya ini. Kebijakan, strategi, dan program pengelolaan
sumber daya perlu mempertimbangkan dinamika dan ketergantungan masyarakat
pesisir pada sumber daya pesisir dan laut di sekitarnya. (Yudi Wahyudin, 2015).
Desa Jenggalu adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukaraja,
Kabupaten Seluma. Penduduk Desa Jenggalu berasal dari berbagai daerah yang
berbeda-beda, di mana mayoritas penduduknya yang paling dominan adalah
penduduk lokal, yaitu suku Serawai, Jawa, Batak, Bugis, Sunda, dan lain-lain.
Desa Jenggalu merupakan desa yang dialiri Sungai Jenggalu yang memiliki
kekayaan alam yang sangat membantu masyarakat Desa Jenggalu, baik dari segi
perikanan, pertanian, maupun perkebunan. Salah satunya potensi perikanan yanga
ada di Desa Jenggalu adalah kerang lokan. Menurut (Irawan et al. 2015) Kerang
lokan (Geloina erosa) merupakan salah satu biota hasil perairan yang banyak
ditemukan di kawasan perairan Desa Jenggalu, dan menjadi komoditi yang
banyak dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Jenggalu sebagai konsumsi harian.

1
Potensi kerang lokan sebagai sumber protein hewani juga sangat baik, dengan
kadar protein kerang lokan sekitar 7,06 - 16,87% dalam 100 gram bahan.
Wanimbo et al., (2018) mengemukakan bahwa kerang lokan (Geloina sp.)
memiliki morfologi tubuh yang besar serta memiliki kandungan gizi diantaranya
nutrisi dengan kadar air 14-16%, kadar lemak 6,2-6,8%, protein 50-55%, dan
karbohidrat 2,36-4,95%. Selain itu cangkang kerang-kerangan dapat dimanfaatkan
sebagai perhiasan, bahan kerajinan tangan, dan juga dimanfaatkan sebagai
biofilter polutan (Alfiansyah, 2014). Besarnya kandungan gizi yang
terkandung pada kerang lokan menjadikannya sebagai sumber protein
hewani yang perlu diperhitungkan keberadaannya (Hasan et al.,2014).
Adapun sektor yang mendukung perekonomian Masyarakat Desa Jenggalu
selain perikanan dan perkebunan, yaitu pertenakan. Pada dasarnya, budidaya
adalah suatu istilah yang berhubungan dengan suatu proses memperbanyak
sumber daya hayati. Budidaya adalah suatu usaha yang dilakukan secara tersusun
rapi dan juga terencana untuk bisa memelihara dan juga mengembangbiakan suatu
tanaman atau hewan tertentu agar tetap terjaga kelestariannya dan juga bisa
mendapatkan hasil yang bermanfaat serta berguna untuk memenuhi kebutuhan
hajat setiap manusia. (Suharman, 2022).

1.2 Rumusan Masalah


Adapun rumusan masalah berdasarkan uraian latar belakang di atas adalah
sebagai berikut:
1. Bagaimana subsistem pengadaan sarana produksi pada pertenakan dan
perikan di Desa Jenggalu?
2. Bagaimana subsistem budidaya pada pertenakan dan perikanan di Desa
Jenggalu?
3. Bagaimana subsistem pengolahan pada pertenakan dan perikanan di Desa
Jenggalu?
4. Bagaimana subsistem pemasaran pada pertenakan dan perikanan di Desa
Jenggalu?
5. Bagaimana subsistem kelembagaan pada pertenakan dan perikanan di
Desa Jenggalu?

2
1.3 Tujuan
Adapun tujuan berdasarkan uraian latar belakang di atas adalah sebagai
berikut:
1. Mengetahui subsistem pengadaan sarana produksi pada pertenakan dan
perikan di Desa Jenggalu
2. Mengetahui subsistem budidaya pada pertenakan dan perikanan di Desa
Jenggalu
3. Mengetahui subsistem pengolahan pada pertenakan dan perikanan di Desa
Jenggalu
4. Mengetahui subsistem pemasaran pada pertenakan dan perikanan di Desa
Jenggalu
5. Mengetahui subsistem kelembagaan pada pertenakan dan perikanan di
Desa Jenggalu

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Emawati (2012), agribisnis berasal dari kata agri (agriculture)


artinya pertanian dan bisnis (usaha komersial). Agribisnis = suatu usaha bertujuan
untuk mendapatkan keuntungan pada bidang pertanian (agroindustri hulu,
pengolahan hasil, pemasaran dan jasa penunjang) serta bidang yang berhubungan
dengan pertanian dalam arti luas. Menurut Ismed (2018) agribisnis merupakan
keseluruhan aktivitas yang mencakup subsistem penyediaan sarana produksi,
subsistem produksi (usaha tani), sub sistem pengolahan hasil serta subsistem
pemasaran dan subsistem layanan pendukung. Subsistem tersebut merupakan satu
kesatuan yang paling terkait sehingga membentuk suatu sistem yang utuh.
Agribisnis dapat berkembang dengan baik maka dibutuhkan berbagai persyaratan
diantaranya adalah usaha tersebut haruslah efisien, produk yang dihasilkan
berkualitas dan mampu memanfaatkan peluang pasar yang ada. Pasar ataupun
konsumen merupakan tujuan akhir dari setiap kegiatan agribisnis.
Manajemen Agribisnis (Agribusiness Management) merupakan kegiatan
manajemen atau manajerial dengan baik dan membuahkan hasil yang memuaskan
dengan maksud untuk mencapai tujuan agribisnis (Rahim 2003:1). Manajemen
agribisnis merupakan sistem kegiatan agribisnis (pengadaan input, process
produksi pertanian, pengolahan hasil pertanian/agroindustri dan pemasaran, serta
penunjang) yang kegiatannya dikerjakan berdasarkan fungsi-fungsi manajemen
(planning, organizing, directing, controlling, dan evaluation).
Manajemen agribisnis adalah proses mencapai hasil yang diinginkan di
sektor pertanian dengan sumber daya yang diberikan. Kunci keberhasilan
manajemen adalah menerima tanggung jawab atas kepemimpinan dan membuat
keputusan bisnis melalui penerapan prinsip-prinsip manajemen yang terampil.
Manajemen agribisnis unik karena sifat biologis produksi, musim makanan dan
pasar pertanian, pentingnya makanan bagi manusia, dan produk pertanian yang
mudah rusak. Fungsi manajemen diimplementasikan melalui penggunaan
berbagai keterampilan, prinsip dan alat yang membantu mengembangkan
pengetahuan dan kemampuan manajer agribisnis. Agar berhasil, pengelola

4
agribisnis harus mampu melaksanakan lima tugas untuk masing-masing dari
empat fungsi dasar agribisnis; yaitu pemasaran dan penjualan, produksi dan
operasi, pengelolaan dan perencanaan keuangan, dan pengelolaan sumber daya
manusia.
Subsistem budidaya adalah subsistem yang mengubah input menjadi
produk primer. Menurut Departemen Pertanian (2007), dalam subsistem budidaya
yang dibutuhkan petani adalah lokasi usaha (agroklimat), ketersediaan tenaga
kerja, komoditas (unggulan), tehnologi (penguasaan teknologi), skala/luasan
usaha, usaha secara individu, kelompok, manajemen, peralatan, dan 4 (empat)
tepat, yaitu tepat waktu, tepat tempat, dan tepat jumlah. Untuk melaksanakan
kegiatan pada subsitem budidaya dibutuhkan faktor pendorong perkembangan
usaha.
Agribisbis perternakan ialah semua dari kegiatan peternakan yang dimulai
daru subsistem penyediaan sarana dan prasanan ternak,proses produksi
ternak,penanganan pasca panen, pongolahan dan subsistem pemasaran.
Pembangunan peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian
yang mendukung penyediaan pangan asal ternak yang bergizi dan berdaya saing
tinggi serta menciptakan lapangan kerja dibidang agribisnis peternakan (Pakage,
2008). Mata rantai sistem manajemen agribisnis peternakan, meliputi subsistem
input (pengadaan sapronak), subsistem process produksi (budidaya), subsistem
output (Pengolahan/agroindustri dan pemasaran), dan subsistem jasa penunjang
(supporting institution), Manajemen (Abd. Rahim dan Diah Retno Dwi Hastuti.
2005)
1. Subsistem Input (Pengadaan bahan) Subsistem pengadaan bahan
merupakan kegiatan ekonomi yang menggunakan dan menghasilkan
sapronak (bibit, pakan ternak, obat-obatan, dan peralatan pelengkap).
Dalam subsistem ini produk yang dihasilkan dapat berupa telur tetas, bibit
ternak seperti DOC (day old chick) untuk ayam, DOD (day old duck)
untuk itik, pakan, obat-obatan, dan peralatan ternak seperti alat vaksinasi.
2. Subsistem Process Produksi (Budidaya) Subsistem usaha produksi, yaitu
kegiatan ekonomi yang menggunakan sapronak untuk menghasilkan
produk primer (daging segar, susu segar, dan telur konsumsi). Usaha yang

5
berkembang dalam subsistem tersebut meliputi ayam ras pedaging, ayam
ras petelur, itik, domba, dan sapi perah, termasuk penggemukan ternak,
seperti domba dan sapi potong.
3. Subsistem Output (Agroindustri dan Pemasaran) Subsistem pascaproduksi
merupakan kegiatan ekonomi yang mengolah produk primer menjadi
produk sekunder (olahan), seperti kornet, sosis, dan keju. Sedangkan
subsistem pemasaran merupakan kegiatan ekonomi yang memasarkan
produk primer (daging segar, susu segar, dan telur konsumsi) dan produk
sekunder (olahan), seperti kornet, sosis, dan keju, baik melalui perantara
maupun langsung ke konsumen akhir dan instutional market
4. Subsistem Jasa Penunjang (Supporting institution) Subsistem jasa
penunjang merupakan lembaga yang menyediakan jasa bagi ke empat
subsistem peternakan meliputi perbankan dan transportasi. Begitu pula
dukungan dari penyuluh dan konsultan peternakan yang sangat dibutuhkan
oleh peternak dalam rangka peningkatan keterampilan pengelolaan
(management skill) usaha, reseach and development, dan kebijakan
pemerintah.
5. Manajemen Penerapan fungsi-fungsi manajemen pada setiap subsistem
agribisnis peternakan meliputi planning, organizing, directing, controlling,
dan evaluation.

Ikan merupakan salah satu komoditas unggulan yang di pasar domestic


Indonesia dan international yang memiliki progress yang baik. Menurut ahli
taxonomi ikan merupakan hewan bertulang belakang yang bersirip,bernafas
dengan insang dan hidup di dalam air. Dari definisi inilah dapat mempermudah
dalam membuat klasifikasi atau membedakan dengan kelom organisme lainnya
(Wiadnya, 2011). Berdasarkan ketentuan UU No 31, 2004, perikanan dinyatakan
sebagai kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber
daya ikan dan lingkungannya, mulai dari pra-produksi, produksi, pengolaan,
sampai dengan pemasaran. Perikanan Budidaya sering dibedakan berdasarkan
kombinasi lokasi kegiatan dan bentuk usaha budidaya. Beberapa spesies ikan hasil
budidaya di Indonesiavantara lain udang,rumput laut, Nila, patin,lele, mas,
gurami, toman, gabus, kepiting, dan lainnya (KKP, 2015)

6
Manajemen agribisnis perikanan merupakan alternatif yang baik dalam
pengolahan pada dunia perikan Indonesia. Manajemen agribisnis perikanan
merupakan upaya pengelolaan agribisnis yang berlandaskan sumberdaya kelautan
dan perikanan. Pada prinsipnya Manajemen agribisnis perikanan yaitu penerapan
manajamen dalam sistem agribisnis perikanan. Karakteristik agribisnis perikanan
tergolong khas, maka manajemennya berbeda dengan manajemen lainnya. Hal
yang membedalannya : (1) Keanekaragaman bisnis perikanan yang besar (2)
Besarnya jumlah pelaku agribisnis perikanan (3) Skala usahanya perikanan
beragam (4) Persaingan yang ketat dalam agribisnis skala kecil (5) Produksi
agribisnis bersifat musiman, tergantung pada keadaan alam (6)Dampak
kebijakan/program pemerintah sangat berpengaruh terhadap sektor perikanan
(Candra adi & Zainal abidin, 2018).

7
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Gambaran Umum Peternakan dan Perikanan Desa Jenggalu


Desa Jenggalu adalah salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukaraja
Kabupaten Seluma. Desa Jenggalu merupakan salah satu desa dalam wilayah
Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma Provinsi Bengkulu dengan luas wilayah
1078,36 Ha, dengan topografi dataran rendah. Desa Jenggalu mempunyai jumlah
penduduk 1165 jiwa, yang terdiri dari laki-laki :592 jiwa, perempuan : 573 Jiwa
dan 325 KK, yang terbagi dalam 3(tiga) wilayah dusun.

Tabel 3.1 Pekerjaan Masyarakat Desa Jenggalu


No Kelompok Jumlah Persentase
1 Belum/Tidak Bekerja 254 21,8
2 Mengurus Rumah Tangga 233 20,0
3 Pelajar/Mahasiswa 231 19,8
4 Pensiunan 4 0,3
5 PNS 28 2,4
6 TNI 1 0,1
7 Kepolisian Ri (Polri) 2 0,2
8 Perdagangan 2 0,2
9 Petani/Pekebun 216 18,5
10 Peternak 0 0,0
11 Nelayan/Perikanan 0 0,0
12 Karyawan Swasta 64 5,5
13 Karyawan Honorer 3 0,3
14 Buruh Harian Lepas 2 0,2
15 Buruh Tani/Perkebunan 7 0,6
16 Dosen 2 0,2
17 Guru 3 0,3
18 Bidan 1 0,1
19 Perawat 1 0,1
20 Perangkat Desa 5 0,4
21 Kepala Desa 1 0,1
22 Wiraswasta 105 9,0
JUMLAH 1.165
Sumber : Data Sekunder, Desa Jenggalu 2023

8
Berdasarkan Tabel 3.1 diatas hampir sebagian besar masyarakat desaa
jenggalu tidak bekerja (belum bekerja, mahasiswa/pelajar, dan mengurus rumah
tangga ) jika dipersentasekan hampir 50% dari masyarakat Desa Jenggalu.
Sedangkan untuk yang bekerja sebagian besar bekerja sebagai petani/pekebun,
wiraswasta, dan pegawai swasta. Masyarakat Desa Jenggalu tidak ada yang
bekerja sebagai peternak dan nelayan/perikanan. Namun, ada beberapa
masyarakat yang mencari lokan memanfaatkan sungai yang mangalir di Desa
Jenggalu sebagai pekerjaan sampingan. Selain itu, untuk peternakan di Desa
Jenggalu masyarakat memelihara ayam, sapi, kambing, dan angsa namun jumlah
yang sedikit. Serta memiliki peternakan ayam pedaging namun bukan diolah oleh
masyarakat ataupun desa Jenggalu tetapi diolah oleh PT. Ciomas Adisatwa
Berdasarkan gambaran umum peternakan dan perikanan yang ada di Desa
Jenggalu Pada laporan mata kuliah Manajemen Agribisnis Peternakan dan
Perikanan fokus kami yaitu:
1. Perikanan : Proses pengolahan kerupuk lokan yang terbuat dari kerang
lokan yang merupakan salah satu komoditi perikanan yang ada di Desa
Jenggalu.
2. Peternakan : Peternakan ayam pedaging yang diolah oleh PT. Ciomas
Adisatwa

3.2 Subsistem Input


Subsistem input merujuk pada berbagai komponen, peralatan, dan proses
yang digunakan untuk mengumpulkan bahan mentah, komponen, atau sumber
daya lain yang diperlukan untuk memulai dan menjalankan proses produksi.
A. Peternakan Ayam Boiler
Pada peternakan ayam oleh PT. Ciomas Adisatwa subsistem input ini
terdiri dari bibit, pakan ternak, obat- obatan, dan peralatan pelengkap.
 Bibit ayam atau Day Old Chick (DOC) merupakan komoditas
perunggasan hasil persilangan dari jenis-jenis ayam yang bernilai
ekonomis tinggi dan berproduktifitas tinggi. Pengadaan bibit ini biasanya
diambil dari Lampung, Jambi,dan Palembang tetapi pertenak sering
mengambil bibit dari lampung.

9
 Peralatan yang digunakan peternak di desa Jenggalu diantaranya
menggunakan Blower udara (dapat mengeluarkan gas amonia yang
berbahaya keluar dari kandang), ember, selang dan skop, tabung pakan,
netol. Peralatan kandang harus mudah dibersihkan agar menjaga kandang
dari penyakit.
 Pakan yang sering digunakan oleh peternak yaitu pakan jenis SB 10, 11,
dan 12. Pakan ini biasanya dikirim dari lampung. Untuk sekali masa panen
biasanya menghabiskan pakan sampai 28 ton pakan/1 lantai (10.000 ekor
ayam). Obat yang digunakan dalam membudidaya ayam pedaging ini
hanya mengunakan vitamin.
B. Perikanan Lokan
Lokan merupakan kerang sungai yang memiliki bentuk menyerupai kijing
namun bentuknya lebih bulat, dan berwarna hitam. Subsistem input pada proses
penangkapan lokan adalah SDM (Pencari Lokan). SDM pada lokan ini merupakan
masyarakat yang memiliki kemampuan menyelam. Karena lokan biasanya berada
di dasar sungai untuk itu, pencari lokan tentunya harus mempunyai kemampuan
menyelam.

3.3 Subsistem Budidaya


Subsistem yang melakukan usahatani atau proses budidaya menghasilkan
produk produk pertanian primer. Subsistem budidaya merujuk pada komponen
atau elemen-elemen yang membentuk bagian dari suatu sistem budidaya tertentu.
Sistem budidaya adalah pendekatan terencana untuk mengelola suatu aktivitas
pertanian, perikanan, atau peternakan dengan tujuan untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Subsistem budidaya mengacu pada berbagai aspek dalam praktik
budidaya yang bekerja bersama untuk mencapai hasil yang diinginkan.
A. Peternakan Ayam Boiler
Ayam broiler yang merupakan hasil perkawinan silang dan sistem
berkelanjutan sehingga mutu genetiknya bisa dikatakan baik. Mutu genetik yang
baik akan muncul secara maksimal apabila ayam tersebut diberi faktor lingkungan
yang mendukung, misalnya pakan yang berkualitas tinggi, sistem perkandangan
yang baik, serta perawatan kesehatan dan pencegahan penyakit. Ayam broiler
merupakan ternak yang paling ekonomis bila dibandingkan dengan ternak lain,

10
kelebihan yang dimiliki adalah kecepatan pertambahan/produksi daging dalam
waktu yang relatif cepat dan singkat atau sekitar 4 - 5 minggu produksi daging
sudah dapat dipasarkan atau dikonsumsi. Keunggulan ayam broiler antara lain
pertumbuhannya yang sangat cepat dengan bobot badan yang tinggi dalam waktu
yang relatif pendek, konversi pakan kecil, siap dipotong pada usia muda serta
menghasilkan kualitas daging berserat lunak.
Hal lainnya yang perlu diperhatikan dalam proses budidaya ayam broiler
adalah pendirian kandang. Kandang ini berbentuk kandang panggung yang
dibangun dari bahan kayu dan bambu. Kandang tipe sangkar sangat cocok
digunakan untuk daerah yang mempunyai temperatur udara cukup panas.
Kandang tipe ini mempunyai sirkulasi udara yang baik sehingga pergerakan udara
dalam kandang berjalan lancar. Kandang yang digunakan terdiri dari dua lantai
yang mana setiap lantainya terdiri dari 10.000 bibit dengan luas kandang kisaran
50m2.
Peralatan untuk proses produksi haruslah dijaga kesterilannya. Kebersihan
tempat pakan dan minum dapat mempengaruhi tumbuhnya bakteri yang
mengendap pada tempat air minum otomatis dan dalam waktu yang singkat
menjadi lumut atau kerak berwarna hijau yang menjadi tempat tumbuhnya bakteri
E coli (Solihin dalam Arwita, 2013).
Peternak biasanya mengambil bibit ayam yang baru menetas atau masih
berumur satu hari. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih bibit
ayam atau DOC yang berumur sehari yaitu:
1. Memiliki ukuran badan yang normal dan berat badan berkisar 35-40 gr.
2. Tidak terdapat cacat pada tubuhnya.
3. Bibit ayam (DOC) berasal dari induk yang sehat.
4. Mempunyai nafsu makan yang banyak.
5. Memiliki pertumbuhan yang baik serta memiliki bulu yang halus dan
lebat.
6. Tidak ada letakan tinja di duburnya
Peternak biasanya menggunakan vitamin hanya saat ayam tersebut sakit.
Jika ayam pedaging atau ayam broiler kekurangan pakan, maka dapat
menyebabkan ayam stres dan kesehatannya terganggu, sehingga berujung pada

11
penurunan berat badan. Kondisi ini tentu saja akan berdampak besar terhadap
kelangsungan usaha ternak.
Pemenuhan kebutuhan pakan ayam broiler per 10.000 ekor sampai panen
setiap peternak mungkin saja berbeda, namun idealnya teknik pemberian pakan
ayam sesuaikan dengan jumlah populasi dan umur ayam sampai siap panen.

B. Perikanan Lokan
Pada kerang lokan yang ada di Desa Jenggalu tidak dilakukan proses
budidaya. Alasan utama mengapa kerang lokan tidak dibudidayan adalah habitat
Alamiah. Kerang lokan adalah spesies yang umumnya ditemukan di habitat
alamiah mereka, seperti estuari, pantai berlumpur, dan wilayah pesisir. Mereka
biasanya hidup dengan menggali diri mereka sendiri di lumpur dan menyaring
partikel makanan dari air. Kondisi ini sulit untuk direplikasi dalam budidaya
komersial.

3.4 Subsistem Pengolahan


Subsistem pengolahan hasil adalah suatu aktivitas industri yang mengolah
produk hasil pertanian ( produk pertanian primer ) dari satu bentuk menjadi
berbagai variasi bentuk produk olahan, sehingga pengolahan sangat diperlukan
untuk menambah penghasilan petani.
A. Peternakan Ayam Boiler
Subsistem pengolahan ayam boiler merujuk pada rangkaian proses
agribisnis yang berkaitan dengan pemotongan, pemrosesan, dan pengemasan
ayam boiler yang siap dijual ke konsumen atau pasar. Ayam boiler, atau dikenal
juga sebagai ayam pedaging (broiler), adalah ayam yang dihasilkan khusus untuk
daging dan memiliki pertumbuhan yang cepat. Pada peternakan ayam boiler yang
ada di Desa Jenggalu belum adanya proses pengolahan lanjutan pada ayam boiler
setelah dipanen. Ayam boiler yang berumur 28 hari biasanya langsung dipanen
dan langsung di pasarkan kepada konsumen.

B. Perikanan Lokan
Subsistem pengolahan kerang lokan yang ada di Desa jenggalu yaitu
pengolahan kerang lokan menjadi kerupuk lokan. Kerupuk lokan ini di produksi
oleh UMKM Goema Lokan yang berdiri hampir 3 tahun. UMKM Goema Lokan

12
terdiri dari ibu-ibu PKK Desa Jenggalu. Berikut proses pengolahan lokan menjadi
kerupuk lokan yang ada di Desa Jenggalu.

 Persiapan Bahan Baku


Kerang lokan sebagai bahan baku utama diambil dan dipersiapkan. Proses ini
meliputi membersihkan kerang, memisahkan daging kerang dari cangkang, dan
mempersiapkannya untuk tahap selanjutnya.
 Pengolahan Bahan Baku
Daging kerang lokan yang sudah disiapkan kemudian dihaluskan atau diolah
sesuai dengan resep tertentu untuk menciptakan adonan kerupuk.
 Penambahan Bumbu dan Bahan Tambah
Pada tahap ini, adonan kerupuk akan dicampur dengan bumbu-bumbu khas dan
bahan tambahan lain seperti tepung terigu, garam, penyedap rasa, dan bahan
lain sesuai resep untuk mendapatkan rasa dan tekstur yang diinginkan.
 Pengkalisan dan Pencetakan:
Adonan kerupuk kemudian dikalis dan dibentuk seperti pempek lenjer dengan
diameter dan panjang yang sama.
 Perebusan dan pendinginan
Hasil pencetakan adonan kerupuk kemudian di rebus hingga matang dan
didinginkan dengan bantuan alat pendingin m showcase selama kurang lebih
12jam.
 Pemotongan
Setelah didinginkan adonan kerupuk di potong dengan menggunakan alat
pemotong kerupuk yang terbuat dari kayu yang memiliki mata pisau tajam dan
dapat memotong adonan kerupuk dengan ketebalan yang sama.
 Pengeringan
Kerupuk yang sudah potong kemudian dijemur atau dikeringkan dengan
bantuan sinar matahari selama satu hari. Tujuan dari proses ini adalah
menghilangkan kadar air secara optimal hingga kerupuk mencapai tingkat
kering yang sesuai.
 Penggorengan
Kerupuk yang telah kering akan digoreng dalam minyak panas untuk mencapai
tekstur kerupuk yang renyah dan mengembang. Proses penggorengan ini

13
biasanya dilakukan dalam jumlah tertentu untuk memastikan kerupuk matang
dengan baik.
 Pengeringan
Setelah digoreng, kerupuk akan diproses kembali melalui pengeringan untuk
menghilangkan kelebihan minyak dan memastikan kualitas kerupuk yang baik
dengan menggunakan mesin spinner.
 Pengemasan
Kerupuk lokan yang sudah selesai diproduksi akan dimasukkan ke dalam
kemasan plastic. Proses pengemasan ini melibatkan penimbangan, penyegelan,
dan pencetakan label produk.

3.5 Subsistem Pemasaran


Subsistem pemasaran dalam proses produksi mengacu pada bagian dari
proses produksi yang bertanggung jawab untuk mempromosikan,
mendistribusikan, dan menjual produk atau layanan yang dihasilkan oleh suatu
perusahaan. Subsistem pemasaran ini merupakan salah satu komponen penting
dalam rantai pasokan (supply chain) dan menghubungkan produk dengan
pelanggan akhir.
A. Peternakan Ayam Boiler
Subsistem pemasaran dari peternakan ayam boiler di desa Jenggalu
biasanya langsung dipasarkan oleh bagian pemasaran ke beberapa pelanggan atau
distributor tetap dari peternakan ini. Subsistem pemasaran dalam peternakan ayam
boiler di desa Jenggalu yang langsung memasarkan produk kepada beberapa
pelanggan atau distributor tetap adalah salah satu pendekatan pemasaran yang
umum dalam bisnis peternakan. Ini dapat memberikan beberapa manfaat seperti
stabilitas dalam rantai pasokan dan hubungan yang kuat dengan pelanggan.

B. Perikanan Lokan
Subsistem pemasaran produk olahan lokan berupa kerang lokan adalah
dengan memasarkannya langsung kepada konsumen dan juga dengan cara
menitipkannya kepada toko atau warung. Berikut beberapa distributor untuk
pemasaran kerupuk lokan :
 Warung-warung kecil yang ada di Desa Jenggalu

14
 Toko-toko oleh-oleh yang ada di kota Bengkulu
 Koperasi Mahasiswa yang ada di UNIB.

3.6 Subsistem Penunjang


Subsistem kelembagaan dalam proses produksi merujuk pada struktur
organisasi dan lembaga-lembaga yang terlibat dalam mengatur, mengawasi, dan
mendukung aktivitas produksi dalam suatu ekonomi atau organisasi. Subsistem
kelembagaan ini memiliki peran penting dalam mengarahkan sumber daya,
mengatur hubungan antar pelaku ekonomi, dan memastikan berjalannya proses
produksi secara efisien.
A. Peternakan Ayam Boiler
Subsistem penunjang pada peternakan ayam boiler yang ada di Desa
Jenggalu diantaranya adalah sebagai berikut :
 Lembaga keuangan, peternakan ini didirikan oleh PT. Ciomas Adisatwa
dimana menurut hasil wawancara bersama salah satu karyawan untuk
penyedian lokasi bekerja sama dengan balai buntar.
 Kebijakan pemerintah terkait harga ayam dan input budidaya ayam.
B. Perikanan Lokan
Subsistem penunjang pada UMKM Goema Lokan untuk mengolah kerang
lokan menjadi kerupuk lokan diantaranya adalah sebagai berikut:
 Lembaga keuangan (BUMDES Desa Jenggalu) yang memberikan bantuan
modal untuk UMKM Goema Lokan kurang lebih sebesar 50juta.
 Lembaga Pendidikan dan pelatihan, UMKM Goema Lokan memperoleh
beberapa pelatihan untuk pengembangan produk dan UMKM salah
satunya yang dilakukan oleh mahasiswa Agribisnis UNIB 2023.
 Kebijakan pemerintah terkait harga bahan baku seperti minyak goreng.

15
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan laporan ini berdasarkan uraian diatas adalah sebagai
berikut:
1. Subsistem pengadaan sarana produksi (input) pada peternakan ayam yaitu
SDM, bibit, pakan, peralatan dan juga vitamin yang diperoleh dari
Lampung. Sedangkan untuk perikanan lokan adalah SDM yang memiliki
kemampuan menyelam.
2. Subsistem budidaya di desa Jenggalu dalam peternakan ayam pedaging
dilakukan beberapa pemeliharaan seperti jumlah pakan yang digunakan
setiap perubahan usia ayam perminggu, berapa kali vaksinasi dan
pemberian vitamin. Sedangkan untuk perikanan lokan tidak dilakukan
proses budidaya.
3. Pada subsitem pengolahan pada peternakan ayam boiler di Desa Jenggalu
dimana ayam langsung dipasarkan tidak diolah terlebih dahulu. Sedangkan
pada perikanan lokan diolah menjadi kerupuk lokan oleh UMKM Goema
Lokan.
4. Subsistem pemasaran pada peternakan ayam di desa Jenggalu di pasarkan
memalui pelanggan tetap. Sedangkan pada kerupuk lokan dipasarkan
secara langsung dan juga dititipkan kepada toko-toko.
5. Subsitem penunjang atau kelembagaan pada peternakan ayam boiler di
Desa Jenggalu berupa lembaga keuangan yaitu PT. Ciomas Adisatwa dan
juga kebijakan pemerintah terkait harga ayam dan input. Sedangkan pada
Kerupuk Lokan lembaga penunjang yakni lembaga keuangan BUMDES,
Lembaga pendidikan dan penyuluhan, kebijakan pemerintah.

16
4.2 Saran
Untuk meningkatkan kinerja subsistem agribisnis dalam peternakan ayam
dan perikanan kerang lokan, sejumlah langkah dapat diambil. Dalam peternakan
ayam peningkatan subsistem budidaya terutama dalam pemeliharan ayam yang
konsisten dapat meningkatkan kualitas dari hasil panen. Dalam perikanan lokan
subsistem input perlu ditingkatkan dalam penangkapan lokan dapat menggunakan
bantuan alat seperti sarung tangan, dan alat tangkap, serta subsistem pemasaran
produk kerupuk lokan perlu ditingkatkan dengan menganalisis pasar dan
perbaikan kualitas kerupuk.

17
DAFTAR PUSTAKA

Irawan, H. (2015) Membedah Strategi Kepuasan Pelanggan (Ketiga).Gramedia,


Jakarta.
Hasan U, Wahyuningsih H dan Jumilawaty E. 2014. Kepadatan Kerang Lokan
(Geloina erosa, solander 1786) di Ekosistem Mangrove Belawan
Suharman, A. (2022). Praktek Bisnis Sarang Burung Walet Sebagai Aktifitas
Ekonomi Masyarakat Di Desa Jenggalu Kecamatan Sukaraja Kabupaten
Seluma Perspektif Hukum Eonomi Syariah (Doctoral dissertation, UIN
Fatmawati Sukarno Bengkulu).
Yudi Wahyudin, 2015. Stem Sosial Ekonomi Dan Budaya Masyarakat Pesisir, IPB
Bogor.
Rahim, A., 2003. Materi Kuliah Manajemen Agribisnis, Jurusan/Program Studi
Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial. Universitas Negeri
Makassar, Makassar.
Ismed M. 2018. “Strategi Kebijakan Pemasaran Produk Agribisnis Bunga
Rampai Agribisnis Seri Pemasaran” . Bogor: PT IPB Press.
Risdawati Br. Ginting dkk. 2018. Studi manajemen produksi usaha peternakan
kambing di desa deli tua kecamatan narorambe kabupatan deliserdang
Sumatera Utara. AGROVETERINER Vol.6, No.2. diakses pada 27 oktober
2023
Abd. Rahim dan Diah Retno Dwi Hastuti. 2005. Sistem Manajemen Agribisnis. :
Badan Penerbit Universitas Negeri Makassar. Kampus Gunung Sari Baru
Makassar 90222
Candra adi & Zainal abidin. 2018. Manajemen agribisnis perikanan. Ubpress.
Malang
Kementrian kelautan dan perikanan. 2015. Laporan kinerja.
Wiadnya (2011). Konsep Perencanaan Minapolitan Dalam Pengembangan
Wilayah. Laporan Penelitian. Malang
Ferijal, T. (2023).
PotensiPengolahanKerangLokanMenjadiKerupukdiLeupungAcehBesar.
Jurnal Pengabdian Pembangunan Pertanian dan Lingkungan.

18
Hidayati, I. (2020). Potensi Agribisnis Perikanan Darat di Daerah Karst Jawa
Bagian Selatan.

19
LAMPIRAN

Peternakan Ayam Boiler Perikanan Kerang Lokan

20

Anda mungkin juga menyukai