Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH TEKNOLOGI PEMBENIHAN IKAN

PEMBENIHAN IKAN KERAPU

Disusun sebagai salah satu syarat untuk memenuhi


Tugas Mata kuliah Sistem Akuakultur semester ganjil

Kelompok 7 / Perikanan A 2015


Ani Namira Siregar 230110150042
Muhammad Ihsan Fauzan 230110150081
Sapin 230110150095
Muhammad abdul habiibi 230110150133
Satria Galuh Dwitama 230110150135
Wandri Wahyudi 230110157002

UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
PROGRAM STUDI PERIKANAN
JATINANGOR

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat ALLAH SWT, atas segala rahmat
dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan “Makalah Teknologi Pembenihan Ikan
mengenai Pembenihan Ikan Kerapu”. Penulis ingin menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungannya dalam
pembuatan dan penulisan makalah ini.
Penulis menyadari akan segala kekurangan yang ada sehubungan dengan
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang dimiliki oleh penulis, maka penulis
mengucapkan maaf apabila terdapat beberapa kesalahan dalam pembuatan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat diterima dan bermanfaat bagi generasi selanjutnya serta bagi
semua pihak yang memerlukannya.

Jatinangor, September 2018

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

BAB Halaman

KATA PENGANTAR ................................................................................. ii

DAFTAR ISI ................................................................................................ iv

I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ................................................................................................ 2

II PEMBAHASAN .......................................................................................... 3
2.1 Budidaya Sistem Terpadu (System Integration) ............................ 3
2.1.1 Pengertian Minapadi ........................................................................ 3
2.1.2 Pengertian Wanamina ......................................................................
2.2 Aktivitas Kegiatan Peruahaan ........................................................ 7
2.2.1 Pengertian Longyam ........................................................................ 7
2.2.2 Model Sistem Longyam ................................................................... 8
2.2.3 Syarat Media Kandang dalam Sistem Longyam .............................. 8
2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Longyam ................................. 8
III PENUTUP ................................................................................................... 10
3.1 Kesimpulan .................................................................................... 10
3.2 Saran ............................................................................................... 10

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan


pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari pra
produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan
dalam suatu sistem bisnis perikanan (UU 31/2004 Bab l pasal 1 ayat 1). Perikanan
merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memegang peran penting dalam
menyumbang angka pendapatan bagi negara maupun daerah karena sebagian
besar wilayah negara Indonesia merupakan perairan sehingga sektor perikanan
menjadi sub sektor yang layak untuk dikembangkan di negara ini. Perikanan
merupakan bagian dari perkembangan ilmu pertanian sekarang ini dengan peran
yang krusial yaitu memajukan pendapatan masyarakat secara nyata dan
mengembangkan potensi setiap daerah yang dimiliki dengan mengandalkan sektor
perikanan sebagai dasar dalam memajukan masyarakat.
Usahatani tanaman, ternak, maupun perikanan menghasilkan berbagai
jenis limbah yang dapat mencemari lingkungan apabila tidak dikelola dengan
baik. Oleh karena itu, pengelolaan limbah pertanian perlu dilakukan dalam rangka
mengurangi pencemaran lingkungan sekaligus meminimalisir input energi dari
luar sistem sehingga meningkatkan efisiensi usahatani dan ketahanan pangan
suatu wilayah. Konsep tersebut dapat disebut sebagai LEISA (Low External Input
for Sustainable Agriculture). Salah satu cara untuk menerapkan konsep LEISA
pada suatu usahatani adalah menerapkan Sistem Integrasi Tanaman-Ternak-Ikan
(Atria dkk 2017).
Sistem mina padi merupakan cara pemeliharaan ikan disekeliling tanaman
padi, sebagai penyelang diantara dua musim tanam padi atau pemeliharaan ikan
sebagai pengganti palawija dipersawahan. Jenis ikan yang dipelihara pada system
tersebut adalah ikan nila, ikan mas, ikan mujair, dan lain-lain. Agar pertumbuhan
tanaman padi tidak terganggu, pemeliharaan ikan disawah harus disesuaikan
dengan sistem pengairan yang ada, sehingga produksi padi tidak terganggu.

1
2

Usaha mina padi selain merupakan usaha yang menguntungkan, juga dapat
meningkatkan pendapatan petani, serta membantu program pemerintah dalam
usaha gizi keluarga (Nuryasri dkk 2015). Longyam atau balong hayam merupakan
salah satu praktek kegiatan pertanian yang dapat mewujudkan pertanian
berkelanjutan. Longyam merupakan kegiatan yang menggabungkan sektor
peternakan terutama peternakan ayam dengan perikanan secara langsung, serta
sektor pertanian secara tidak langsung. Secara umum praktek kegiatan Longyam
memiliki 3 keuntungan utama diantaranya adalah keuntungan lingkungan,
keuntungan ekonomi, dan keuntungan sosial (Sari dan Setiawan 2014).
1.2 Tujuan

Tujuan penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui informasi mengenai


sistem integrasi khususnya bidang perikanan dengan kehutanan (silvofishery/wana
mina) dan perikanan dengan peternakan.

1.3 Manfaat

Manfaat penulisan makalah ini adalah untuk wawasan dalam membuat


subuah karya tulis yang dibuat untuk memahami materi yang diberikan dalam
perkuliahan. Tulisan dalam makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi
yang mendasar dalam mempelajari mengenai sistem integrasi khususnya bidang
perikanan dalam mata sistem akuakultur.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Budidaya Sistem Terpadu (System Integration)

Budidaya sistem terpadu merupakan sistem perpaduan antara kegiatan


bidang perikanan budidaya dengan kegiatan di bidang lainnya. Kegiatan ini bisa
dilakukan misalnya, perpaduan budidaya ikan dengan kegiatan pertanian yang
dikenal dengan istilah “minapadi”. Dua bidang kegiatan yang dipadukan dalam
satu lahan persawahan yakni budidaya ikan dan menanam padi. Selain itu ada juga
istilah “longyam”. Longyam merupakan teknik integrasi antara kegiatan budidaya
ikan dengan kegiatan peternakan. Ada juga istilah “Silvofishery” atau perpaduan
antara kegiatan budidaya ikan dengan pengelolaan dan penanaman tumbuhan
mangrove.

Budidaya sistem terpadu antara kegiatan bidang perikanan dengan


pertanian maupun peternakan telah lama dikenal dan dipraktikkan pembudidaya di
Indonesia. Kegiatan ini bertujuan untuk memaksimal pemanfaatan sumberdaya
yang ada, baik lahan maupun air yang digunakan, mengefisiensikan modal, tenaga
dan waktu untuk menghasilkan lebih dari satu komoditas. Sehingga dengan sistem
terpadu dapat meningkatkan penghasilan per musimnya.

2.1.1 Pengertian Minapadi


Menurut Damayanti (2011), minapadi adalah sistem usaha tani terpadu
untuk meningkatkan produktivitas lahan persawahan yang menghasilkan padi dan
ikan. Minapadi merupakan suatu sistem perpaduan antara kegiatan pertanian dan
perikanan atau combined and integrated farming. Kegiatan pertanian yang
dilakukan adalah penanaman padi di lahan sawah sekaligus memanfaatkan ruang
kosong di lahan tersebut dengan kegiatan perikanan budidaya air tawar. Sistem
minapadi adalah sistem pemeliharaan ikan yang dilakukan bersama padi di sawah
(Afrianto dan Liviawaty, 2009). Sistem usaha minapadi juga dikenal juga dengan
sebutan “Inmidi” atau Intensifikasi Minapadi. Umumnya sistem ini menggunakan
ikan yang berukuran kecil atau menumbuhkan benih ikan yang akan dijual sebagai
ikan konsumsi.

3
4

Gambar . Kegiatan Minapadi


(Sumber : Google.com)

Di Indonesia, minapadi sudah diterapkan sejak tahun 1950-1960-an meski


keuntungannya masih tergolong rendah. Namun sejatinya, sistem minapadi sudah
dikenal masyarakat khususnya di Jawa Barat seperti Ciamis sejak tahun 1860. Hal
ini karena teknik budidaya yang masih rendah (tradisional) dan beragam
(Diodenha, 2011). Usaha pemeliharaan ikan di sawah merupakan salah satu cara
untuk meningkatkan efisiensi penggunaan lahan. Selain itu, minapadi juga
dipercaya akan mencegah dan menahan laju alih fungsi lahan pangan menjadi
lahan non-pangan. Minapadi-pun diharapkan menjadi kegiatan yang dapat
menyerap tenaga kerja bersifat padat karya sehingga mampu mencegah
urbanisasi.

Budidaya terpadu antara ikan dan padi menghasilkan dua komoditas, juga
hasil padinya meningkat 15-20% dibanding tanpa ikan. Kenaikan hasil padi
tersebut karena adanya kotoran ikan yang berybah menjadi pupuk organik bagi
tanaman padi. Selain itu, pergerakan ikan dalam mencari makanannya
memberikan pengaruh pada aerasi tanaman padi, pertumbuhan gulma dan hama
akan dikendalikan oleh ikan.

Pada umumnya setiap tahun lahan sawah di Indonesia hanya bisa digarap
satu sampai dua kali dalam setahun. 4 sampai 5 bulan waktu yang dibutuhkan
untuk kegiatan dari persemaian benih padi hingga panen. Setelah satu musim
selesai, biasanya lahan tidak digunakan. Salah satu upaya yang dilakukan dan
dikembangkan untuk memanfaat potensi waktu, luang lahan dengan udaha tani
minapadi. Jika hanya menggunakan untuk penanaman padi semata dapat
mengakibatkan rendahnya intensitas penggunaan lahan dan rendahnya produksi
dari lahan sawah (Susanto, 2006).
5

Sistem minapadi memerlukan jenis padi tertentu. Padi yang memiliki akar
yang dalam, sehingga padi tidak mudah roboh da tidak menghambat pergerakan
ikan dan tahan hama dan penyakit serta termasuk varietas unggul (bersertifikat).
Cepat beranak/bertunas, untuk menghindari keterlambatan pertumbuhan tunas dan
tahan dari akibat adanya genangan air. Misalnya padi varietas Ciherang, Inpari 14
Pakuan. Selain itu juga dalam minapadi menggunakan ikan air tawar tertentu
dengan kriteria memiliki pertumbuhan cepat, disukai konsumen, nilai ekonominya
yang tinggi, tahan terhadap perubahan lingkungan dan diutamakan yang tidak
berwarna cerah untuk menghindari serangan hama burung. Misalnya ikan nila,
bawal, lele, mas dan nilem.

Penggunaan sistem minapadi di lahan persawahan akan mendatangkan


keuntungan seperti :

1. Meningkaktkan pendapatan petani padi sawah yang mengalami kegagalan


panen akibat hama wereng, karena dengan adanya ikan di sawah akan
mengonsumsi hama wereng yang jatuh ke air akibat gerakan ikan.
2. Membantu mempercepat perbaikan lingkunga, karena denga minapadi
akan mengurangi gas metan yang dibuang dari sisa pemupukan.
3. Menghemat pengeluaran untuk biaya pembelian pupuk karena dengan
minapadi dapat mengurangi penggunaan pupuk 20-30 %.
4. Peningkatan konsumsi ikan guna perbaikan gizi masyarakat.
5. Diperoleh dua macam produksi sekaligus, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan petani di sawah.
6. Petani menjadi lebih rajin mengawasi sawahnya karena harus mengecek
air yang masuk ke sawah dan mengecek saringan yang dipasang agar ikan
idak keluar.
7. Memperbaiki struktur tanah dan menjadi aerasi alami yang disebabkan
pergerakan ikan dalam mencari makan.
8. Meningkatkan potensi lahan sawah yang ada.
9. Dapat menekan tumbuhan gulma, mengurangi serangan hama dan
penyakit bagi padi.
10. Kotoran ikan merupakan pupuk organik bagi padi.
6

Tahapan dalam pelaksanaan sistem budidaya minapadi adalah sebagai berikut :


1. Persiapan Lahan
Dalam persiapan lahan, tanah diolah dengan sempurna sampai kedalaman
15-20 cm sampai perbandingan lumpur dan air 1 : 1. Pematang dibuat
padat dan kokoh agar tidak mudah bocor dan longsor. Uukuran lebar dasar
pematang 40 - 50 cm, lebar atas 30 - 40 cm dan tinggi 30 - 40 cm.
Pematang dibersihkan dari gulma agar tidak menjadi sarang hama padi
maupun ikan. Lapisi pematang dengan lumpur secara berkala agar bersih
dan rapi. Setelah kering, lumpur pelapis pematang akan mengeras
sehingga gulma tidak mudah tumbuh. Caren dibuat sebelum pengolahan
tanah dimulai diukur secara baik sehingga kedalamannnya sesuai yang
dikehendaki karena fungsi caren sebagai media hidup ikan, tempat
memberi makan ikan, memudahkan ikan bergerak ke seluruh petakan serta
memudahkan panen ikan.
2. Wadah Minapadi
Beberapa persyaratan wadah untuk pengembangan minapadi antara
lain:
a. wadah pembesaran berupa petakan sawah yang mampu
menampung air
b. wadah dapat dikeringkan dengan sempurna
c. pintu air masuk dan keluar terpisah
d. dasar caren miring ke arah saluran pengeluaran
e. luasan petakan sawah minimal 500 m².
f. pematang harus kuat untuk menahan air minimal 30 cm dari
pelataran sawah dengan lebar minimal 50 cm
g. lebar caren minimum 1,5 m dengan kedalaman dari pelataran
minimum 0,5m
h. ukuran kobakan minimum 1,5 m x 1,5 m x 0,5 m.
3. Pemilihan benih ikan dan bibit padi
4. Pengolahan Lahan
5. Pemupukan
6. Pengairan
7

7. Penanaman bibit padi


8. Penebaran benih ikan
9. Pemeliharaan
10. Panen

Namun di sisi lain sistem ini memiliki kekurangan seperti penggunaan pestisida
yang berlebih akan mempengaruhi kehidupan ikan serta mudanya hama seperti
ular, kodok dan burung yang masuk ke dalam sawah.

2.1.2 Sistem Budidaya Perikanan dan Mangrove (Wanamina)

Budidaya perikanan pada saat zaman sudah modern seperti sekarang ini
sudah tidak terbatas pada budidaya air tawar, melainkan sudah merambat pada
sector daerah air payau. Pembudidaya pada perairan payau memanfaatkan lahan
mangrove karena dilihat dari ekosstem mangrove sendiri yang merupakan tempat
berkumpulnya ikan karena dalam ekosistem tersebut terdapat produktifitas yang
tinggi.

Silvofishery adalah system pertambakan teknologi tradisional yang


menggabungkan antara usaha perikanan dengan penanaman mangrove, yang
diikuti konsep pengenalan system pengelolaan dengan meminimalkan input dari
mengurangi dampak terhadap lingkungan (Macintosh et al., 2002 dalam
Shilman,2012). Ekosistem mangrove Indonesia memiliki keragaman hayati yang
tertinggi di dunia dengan total kurang lebih 89 spesies, yang terdiri dari 35 spesies
tanaman, 9 spesies perdu, 9 spesies liana, 29 spesies epifit dan 2 spesies parasitic.
Beberpa tanaman yang umum dijumpai di Indonesia adalah Bakau (Rhizophora),
Api-api (Aviciena), Pedada (Sonneratia) Tanjang (Bruguiera), Nyirih
(Xylocarpus) (Nontji, 1987., dalam Carolus P. Paruntu. 2016).

Berdasarkan peta geologi lembar Pamanukan (1209-6) yang dikeluarkan


oleh Pusat Survai Geologi (Abidin & Sutrisno, 2011), kualitas tanah tambak yang
berjarak sekitar 2-3 km dari garis pantai dicirikan dengan tekstur tanah liat yang
utamanya merupakan endapan sedimen yang diangkut dari sungai air tawar yang
mengalir sepanjang tahun. Green belt berupa mangrove disepanjang pantai
umumnya didominasi jenis api-api (Avicenia sp.) dan sebagian kecil bakau
7

(Rhizopora sp.). Lebar bentangan mangrove ini berkisar antara 50-70 m.


Rhizopora umumnya ditemukan pada green belt sungai dengan lebar bentangan
berkisar antara 5-7 m.

Untuk menghitung ketinggian pematang ideal digunakan data iklim dan


hidrologi lima tahunan, meliputi curah hujan dan ketinggian banjir maksimum.
Data tersebut didapatkan pada stasiun klimatologi Klas I Darmaga Bogor, data
real-time estimasi curah hujan dari website HyDIS-G-WADI Geoserver
(http://hydis.eng.uci.edu/gwadi/) dan laporan hasil kajian pengembangan
minapolitan di pantura Kabupaten Subang (Bappeda-Kabupaten Subang, 2010).
Untuk mendekati kondisi alami pada lokasi penelitian. Ketinggian ideal pematang
tambak selanjutnya dihitung berdasarkan formula berikut (Cruz, 1983; Bose et al.,
1991).

di mana:
HP = ketinggian pematang primer (utama)
HS = ketinggian pematang sekunder
HAT = highest astronomical tide (pasang tertinggi karena pengaruh
astronomis)
HST = highest spring tide (pasang tertinggi saat purnama)
GS = ketinggian permukaan tanah dihitung dari MSL
MF = ketinggian banjir maksimum selama 10 tahun terakhir
MR = curah hujan maksimum dalam 24 jam
FB = ketinggian “free board”
% S = persentase penyusutan tanah pematang (Alcantara,
1982; Menasveta, 1982; Bose et al., 1991)

Pemaduan vegetasi mangrove dalam pertambakan menunjukkan pengaruh


yang positif terhadap usaha budidaya udang. Hal tersebut ditunjukkan dengan
tingkat pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan dengan pada tambak tanpa
mangrove. Sedangkan jenis mangrove yang paling sesuai untuk dikombinasikan
dengan tambak adalah Rhizophora mucronata dibandingkan dengan Avicennia
marina. Menurut Ahmed dan Shaukat (2012), Rhizophora mucronate memiliki
daya tahan yang lebih baik terhadap pencemaran dibandingkan dengan Avicennia
marina.
7

Maie et al. (2008) menyebutkan bahwa Rhizophora mucronata


memproduksi tanin dari daun mangrove. Tannin berfungsi dalam menjaga
ketersediaan nitrogen sebagai penyangga siklus nutrien dalam ekosistem
mangrove. Dengan demikian, kandungan nutrisi dalam tambak dengan vegetasi
Rhizophora cenderung memiliki kandungan nutrien yang lebih melimpah
dibandingkan dengan Avicennia. Tannin juga mengandung banyak protein yang
secara bertahap dilepaskan ke lingkungan perairan pada saat siang hari.
Shimoda et al. (2006) menyebutkan bahwa salah satu peran mangrove
dalam kegiatan budidaya tambak adalah sebagai biofilter, meskipun sebenarnya
masih ada jenis-jenis biofilter lain yang dapat digunakan. Fungsi biofilter dalam
budidaya tambak adalah untuk mengurangi beban pencemar yang akan dibuang ke
perairan (sungai atau laut), sehingga kegiatan budidaya yang dilakukan akan lebih
berkelanjutan. Primavera (2006) menyebutkan beberapa dampak negative dari
kegiatan budidaya yang dapat timbul antara lain hilangnya tutupan mangrove,
hasil tangkap samping pada saat pengumpulan benih, masuknya jenis biota baru,
penyebaran parasit dan penyakit, penyalahgunaan bahan kimia dan timbulnya
buangan limbah.
Menurut Walters et al. (2008) pengelolaan mangrove diperlukan untuk
menjaga kelangsungan pemanfaatan sumberdaya di wilayah pesisir. Di sisi lain,
dengan terjaganya ekosistem mangrove di wilayah pesisir, diharapkan kondisi
lingkungna wilayah pesisir dapat pulih seperti sedia kala. Dengan demikian
kelangsungan pemanfaatan sumberdaya pesisir dapat dipertahankan dan
dilestarikan.
Manfaat dari kegiatan Wanamina atau budidaya perikanan yang
diaplikasikan di wilayah mangrove adalah:
1. Hasil komoditi yang dibudidayakan pada lokasi tambak cepat besar
karena dalam lokasi terdapat banyak nitrogen yang berguna untuk
pertumbuhan produsen utama dalam perairan yaitu fitoplankton.
2. Adanya kesadaran dari masyarakat untuk merawat lokasi mangrove
3. Lokasi dapat dijadikan sebagai ekowisata, dimana akan menambah
pemasukan pada penduduk sekitar.
4. Terjadi keseimbangan alam karena lokasi terjaga dari kerusakan.
5. Menjadi pusat kegiatan manusia.
6. Menghemat pemberian pakan, karena selain dari pakan yang diberi
juga mendapat dari alam.
7. Mengoptimalkan lahan kosong pada lokasi mangrove

2.2 Sistem Integrasi Perikanan dengan Peternakan ( Longyam )


2.2.1 Pengertian Longyam
7

Longyam merupakan jenis penerapan Sistem Pertanian Terpadu yang


mengkombinasikan pemeliharaan ternak unggas dan ikan. Menurut Nurhidayati et
al (2008) pemaduan perikanan dalam peternakan dan pertanian akan dapat
meningkatkan persediaan pupuk maupun pakan ikan serta nilai pasar ikan akan
lebih tinggi sebagai bahan pangan.

Perkembangan longyam di Indonesia saat ini adalah sebagai alternatif


metode pemeliharaan yang dipilih petani untuk mengatasi semakin tingginya
biaya pakan yang harus dikeluarkan dalam budidaya ikan secara
spesialisasi.Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wulandari dan Gunawan
(2009) sistem longyam yang diterapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi
petani antara lain; pendapatan petani meningkat selain dari penjualan ayam juga
dari penjualan ikan, mortalitas ayam berkurang karena kandang lebih sehat
dengan berkurangnya feses ayam di dalam kandang dan adanya sirkulasi udara
sejuk dari kolam ke kandang, serta biaya pakan ikan berkurang karena adanya
tambahan pakan dari feses ayam dan ceceran pakan ayam. Burhanudin (2004)
8

2.2.2 Model Sistem Longyam


Ikan yang dapat dipelihara dalam sistem longyam adalah ikan air tawar
seperti ikan mas, nila, lele, gurame, dan sebagainya. Sedangkan unggas yang
dapat dipelihara dengan sistem longyam antara lain ayam, bebek, itik, dan jenis
unggas lainnya, Purbani (2004). Lele merupakan jenis ikan yang cukup digemari
untuk dibudidayakan terutama di kawasan Jawa Barat. Hal ini dikarenakan lele
merupakan komoditas perikanan yang waktu pemeliharaannya paling cepat
diantara jenis ikan lainnya serta kebal terhadap penyakit, Darseno (2010).
Sedangkan ayam ras merupakan jenis unggas yang menjadi salah satu komponen
makanan pokok bagi masyarakat Indonesia, baik dalam bentuk daging maupun
telur.
Untuk ketentuan aturan dalam penerapan sistem longyam ini adalah:
1. Jumlah ikan dan ayam harus seimbang, karena jika ayam terlalu banyak
kotoran ayam banyak yang tidak termanfaatkan oleh ikan.
2. Untuk satu ekor ayam perlu diimbangi dengan 10-20 ikan dengan ukuran
5,8 cm
3. Lantai kandang ayam harus bersifat slat agar kotoran ayam langsung
masuk pada kolam ikan.

2.2.3 Syarat Media Kandang dalam Sistem Longyam


Selain memperhatikan ikan dan ungags sebagai objek, media kandang dan
kolam juga memiliki standar yang harus dipenuhi untuk efektifitas kegiatan
budidaya sistem longyam sebagai berikut:
1. Kandang ayam tidak boleh menutupi seluruh permukaan kolam, kare dapat
menghalangi masuknya cahaya matahari pada kolam
2. Jarak antara permukaan air dengan kandang minimal 50 cm
3. Arah kandang dibuat membujurdari timur ke barat atau sebaliknya, untuk
mengurangi cahaya matahari pada kandang

2.2.4 Kelebihan dan Kekurangan Sistem Longyam


A. Kelebihan sistem longyam yang dapat diperoleh adalah:
1. Secara Ekonomi sangat menguntungkan karena hasil panen ganda dari
ikan dan juga ayam
9

2. Meningkatkan efektifitas lahan


3. Efesiensi pakan, terutama bagi ikan karena menjadikan kotoran ayam
sebagai pakan
4. Kotoran ayam yang jatuh kekolam memicu pertumbuhan plankton

B. Kekurangan dari sitem longyam yaitu:

1. Resiko penularan penyakit pada ternak lebih cepat


2. Daya tampung satu populasi ayam juga harus menyesuaikan dengan
populasi ikan di kolam agar ikan tidak keracunan amonia yang berasal dari
kotoran ayam
3. Kandang dibangun dengan ketinggian minimal 1,5 meter dari permukaan
air dan kedalaman kolam 1,5 meter. Tujuannya agar sirkulasi udara lancar
dan mencegah lantai kandang menjadi lembab akibat pengaruh kolam.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1. Intensifikasi lahan bisa dilakukan dengan system mina padi
2. Sistem pertanian terpadu (mina padi = ikan dan padi) memiliki keuntungan
lebih serta ekosistem yang ada di sawah akan tetap terjaga dengan adanya
hubungan timbal balik yang menguntungkan. Dengan adanya feses ikan
maka kita tidak perlu bahan organik karena feses ikan mengandung bahan
organik yang bagus untuk tanaman sehingga tanaman bisa tumbuh dengan
sehat tanpa ada bahan kimia.
3. Ikan yang dapat dipelihara dalam sistem longyam adalah ikan air tawar
seperti ikan mas, nila, lele, gurame, dan sebagainya, unggas yang dapat
dipelihara dengan sistem longyam antara lain ayam, bebek, itik, dan jenis
unggas lainnya,
4. sistem longyam dapat memberikan beberapa manfaat bagi petani antara
lain;
a) pendapatan petani meningkat dari penjualan ayam dan juga
penjualan ikan
b) mortalitas ayam berkurang karena kandang lebih sehat dengan
berkurangnya feses ayam di dalam kandang, dan sirkulasi udara
sejuk dari kolam ke kandang
c) biaya pakan ikan berkurang karena adanya tambahan pakan dari
feses ayam dan ceceran pakan ayam.

3.2 Saran
Diharapkan pertanian yang ada di !ndonesia menggunakan pertanian terpadu
sehingga kesejahteraan para petani akan meningkat serta keuntungan yang
diperoleh akan jauh lebih banyak.

10
DAFTAR PUSTAKA
Afrianto, E. Dan E. Liviawaty. 2009. Pakan Ikan. Edisi ke-5. Kanisius.
Yogyakarta.
Azhar Susanto. 2006. Anggara Perusahaan. BPFE. M. Yogyakarta.

Damayanti, Yusma. 2011. Potensi dan Peluang Pengembangan Sistem Minapadi


Sebagai Upaya Penanganan Dampak Perubahan Iklim di Provinsi
Jambi. Seminar Nasional Sains dan Teknologi-IV.

Diodenha, Astar. 2011. Persepsi Lingkungan Petani Desa Purwasari, Kec.


Darmaga, Kab. Bogor Terhadap Penerapan Teknologi Intensifikasi
Minapadi (INMIDI). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Darseno. 2010. Buku Pintar Budidaya Dan Bisnis Lele. Jakarta (ID): Agromedia
Pustaka.
DIP, Sari dan I, Setiawan. 2014. Studi Sosial Dan Persepsi Masyarakat Di Sekitar
Praktek Kegiatan Longyam Sebagai Sistem Pertanian Terpadu Di Desa
Sekarwangi, Sumedang, Jawa Barat. Jurnal . Unpad. Jatinangor
Nurhidayati, Pujiwati I, Solichah A, Djuhari, Basit A. 2008. Pertanian Organik
Suatu Kajian Sistem Pertanian Terpadu Dan Berkelanjutan [ebook].
Malang (ID): Program Studi Agroteknologi Jurusan Budidaya Pertanian
Fakultas Pertanian Universitas Islam Malang.
P Atria, IL Sutiarso, STP Sri Rahayoe. 2017. ANALISIS USAHATANI
PERIKANAN DALAM SISTEM INTEGRASI TANAMAN-TERNAK-IKAN
(SITTI). Jurnal Perikanan. UGM. Yogyakarta
Purbani E, Murhananto. 2004. Longyam: Budidaya Ikan Bersama Ayam. Jakarta
(ID): Agromedia Pustaka.
S Nuryasri, R Badrudin, M Suryanti. 2015. Kajian Pengembangan USAha
Budidaya Ikan Air Tawar Dalam Mina Padi Di Desa a. Widodo
Kecamatan Tugumulyo Kabupaten Musi Rawas. Jurnal AGRISEP ISSN:
1412-8837. Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Wulandari WA, Gunawan. 2009. Membangun Laboratorium Agribisnis Prima Tani
Bengkulu Melalui Sistem Integrasi [jurnal]. Bengkulu (ID): Dalam
Lokakarya Nasional Sistem Integrasi Tanaman-Ternak, Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Bengkulu.

11

Anda mungkin juga menyukai