Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH MATA KULIAH TEKNOLOGI PENANGKAPAN IKAN

“TEKNOLOGI ATRAKTOR IKAN DENGAN BANTUAN GELOMBANG SUARA


(PIKNET) YANG DILENGKAPI SISTEM PENGISI DAYA BERUPA PANEL SURYA
DAN KINCIR AIR UNTUK MEMINIMALISIR WAKTU TANGKAPAN PADA ALAT
TANGKAP GILL NET”

Disusun Oleh : Kelompok 9

Muhammad Thariiq Triwardony 225080207111075


Rizki Puji Astuti 225080207111076
Hernandes Bangkit Gultom 225080207111077
Daivan Faizafif Harman 225080207111078
Amirah Naufal Saputra 225080207111079
Liatiana Anggraeni Putri 225080207111082

Dosen Pembimbing :
Eko Sulkhani Yulianto, S.Pi.,M.Si.

Prodi Pemanfaatan Sumberdaya


Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu
Kelautan
Universitas Brawijaya
2024
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT, karena berkah
dan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini yang berjudul
“Teknologi Aktraktor Ikan dengan Bantuan Gelombang Suara (Piknet) yang Dilengkapi
dengan Sistem Pengisi Daya Berupa Panel Surya dan Kincir Air untuk Meminimalisir Waktu
Tangkapan Pada Alat Tangkap Gill Net”. Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
wajib untuk mata kuliah Teknologi Penangkapan Ikan. Pada kesempatan ini, kami
menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu dan
membimbing kita dalam mengerjakan makalah ini. Kami menyadari banyaknya kekurangan
dalam penyusunan makalah ini, oleh karena itu segala kritik dan saran membangun dari para
pembaca sangat diharapkan oleh penyusun untuk kesempurnaan makalah ini. Kami berharap
semoga makalah ini bisa bermanfaat bagi pemakalah dan bagi pembaca pada umumnya.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................2
1.3 Tujuan..........................................................................................................................2
1.4 Manfaat........................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................3
2.1 Konsep Usaha Perikanan.............................................................................................3
2.2 Konsep Agribisnis Perikanan......................................................................................3
2.3 Analisis Sistem Agribisnis pada Pasca Produksi Usaha Perikanan Tangkap..............5
2.4 Analisis Prospek dan Hambatan Agribisnis pada Pasca Produksi Usaha Perikanan
Tangkap..................................................................................................................................6
BAB III PENUTUP..................................................................................................................7
3.1 Kesimpulan..................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perairan laut Indonesia mengandung sumberdaya kelautan dan perikanan siap


untuk diolah dan dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga sebagian besar
masyarakat Indonesia diwilayah pesisir yang berprofesi sebagai nelayan tersebut
diperoleh secara turun - temurun dari nenek moyang mereka dan menggantungkan
hidupnya pada kekayaan laut dengan mata pencaharian menangkap ikan atau nelayan.
Masyarakat nelayan hidup, tumbuh, dan berkembang di wilayah pantai. Alat tangkap
yang digunakan nelayan pun beragam contohnya alat tangkap jaring insang (gillnet).
Di tinjau dari sektor perikanan, perairan umum daratan sebagai salah satu wilayah
pengelolaan perikanan Republik Indonesia berperan penting dalam hal sumber
protein, ketahanan pangan, sumber ekonomi. Alat tangkap gillnet ini terdapat
keunggulan dan juga terdapat dari beberapa pendapat. Salah satu alat penangkapan
ikan yang lebih ramah lingkungan yakni gillnet. Secara umum, gillnet dibuat dari
nilon multi monofilament yang transparan, menggunakan bahan yang tipis sehingga
jaringnya lebih halus. Hal inilah yang membuat gillnet lebih fleksibel di bawah air
dan tidak merusak biota laut lainnya bahwa gillnet termasuk alat penangkap ikan yang
pasif, selektif dan juga ramah lingkungan. Pengoperasian gillnet konvesional (yang
umum dioperasikan di Indonesia) relatif sederhana, sebagian besar pelaksanaan
operasi menggunakan tenaga manusia. Alat tangkap jaring insang (gillnet), ada
beberapa hal penting yang harus diperhatikan agar dapat memenuhi kriteria
penangkapan ikan yang ramah lingkungan antara lain yaitu terdapat selektivitas
terhadap ikan yang dijadikan target tangkapan atau ikan layak tangkap, pengoperasian
gillnet yang dilakukan pada siang hari, dilengkapi pelampung penanda, tidak
memakai mesh size yang dilarang (berdasarkan SK. Menteri Pertanian
No.607/KPB/UM/9/1976 butir 3, ukuran mata jaring dibawah 25 mm dengan toleransi
5% dilarang untukUmumnya, perikanan dimaksudkan untuk kepentingan penyediaan
pangan bagi manusia. Selain itu, tujuan lain dari perikanan meliputi olahraga, rekreasi
(pemancingan ikan), dan mungkin juga untuk tujuan membuat perhiasan atau
mengambil minyak ikan. Usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau badan
hukum untuk menangkap atau membudidayakan (usaha penetasan, pembibitan,
pembesaran) ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan, pengeringan, atau

1
mengawetkan ikan dengan tujuan untuk menciptakan nilai tambah ekonomi bagi
pelaku usaha (komersial/bisnis).

2
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana konsep usaha perikanan?


2. Bagaimana konsep dari agribisnis perikanan?
3. Bagaimana sistem agribisnis pada pasca produksi usaha perikanan tangkap?
4. Apa saja factor yang dapat menjadi prospek dan hambatan agribisnis pada
pasca produksi usaha perikanan tangkap?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui konsep usaha perikanan


2. Mengetahui konsep dari agribisnis perikanan
3. Dapat menjelaskan mengenai sistem agribisnis pada pasca produksi usaha
perikanan tangkap
4. Mengetahui apa saja factor yang dapat menjadi prospek dan hambatan
agribisnis pada pasca produksi usaha perikanan tangkap

1.4 Manfaat

Manfaat dalam pembuatan makalah ini yakni memberikan penjelasan mengenai


bagaimana sistem agribisnis pada pasca produksi usaha perikanan tangkap dan juga
mengenai factor yang dapat menjadi prospek dan hambatan agribisnis pada pasca
produksi usaha perikanan tangkap.

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Usaha Perikanan

Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan


pemanfaatan sumber daya Ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,
pascaproduksi, dan pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu
sistem bisnis Perikanan. Sedangkan usaha perikanan adalah semua usaha perorangan atau
badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan (usaha penetasan, pembibitan,
pembesaran) ikan, termasuk kegiatan menyimpan, mendinginkan, pengeringan, atau
mengawetkan ikan dengan tujuan untuk menciptakan nilai tambah ekonomi bagi pelaku
usaha (komersial/bisnis).

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2018 tentang Perlindungan


dan Pemberdayaan Nelayan, Pembudidaya Ikan, dan Petambak Garam, tepatnya pada Pasal 1
Ayat 22 dijelaskan bahwa usaha perikanan adalah kegiatan yang dilaksanakan dengan sistem
bisnis Perikanan yang meliputi praproduksi, produksi, pascaproduksi, pengolahan, dan
pemasaran. Pra-produksi dalam bisnis perikanan adalah proses atau kegiatan sebelum
menghasilkan ikan yang berasal dari penangkapan maupun pembudidayaan ikan. Hal-hal
yang perlu diperhatikan diantaranya yakni lokasi, peralatan, peraturan pemerintah, bahkan
juga musim atau cuaca. Selanjutnya, produksi dalam bisnis perikanan adalah proses kegiatan
menghasilkan ikan yang berasal dari penangkapan ikan atau pembudidayaan ikan. Dalam
tahap produksi ini adalah proses pemeliharan ikan ditambak dari bibit sampai panen atau
penangkapan ikan dilaut. Dan yang terakhir, Pasca-Produksi dalam bisnis perikanan
maksudnya adalah proses atau kegiatan penangganan ikan setelah produksi yang meliputi
kegiatan penanganan ikan diatas kapal sebelum diolah atau dipasarkan (penangkapan ikan),
dan juga kegiatan penangkapan ikan hidup, ikan segar, atau pengemasan telur, benih, dan
induk setelah panen sebelum diolah atau dipasarkan (pembudidayan ikan).

2.2 Konsep Agribisnis Perikanan

Agribisnis merupakan jumlah semua kegiatan-kegiatan terkait industry maupun


pendistribusian alat maupun bahan pertanian, produksi pertanian, pengolahan, penyimpanan,
hingga distribusinya. Agribisnis juga dapat didefinisikan sebagai bisnis yang berbasis
pertanian dalam pengertian agrokompleks, meliputi bidang pertanian, perikanan, dan
peternakan. Praktik bisnis pertanian dalam arti kompleks (pertanian, perikanan,
4
peternakan, perkebunan,

5
kehutanan) tidak akan sukses dalam jangka Panjang jika tidak dilakukan secara terpadu,
dengan satu kesatuan yang menyeluruh. Terpadu maksudnya satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan antara rantai agribisnis hulu hingga hilir.

Pengusaha agribisnis perikanan yang memilih menjalankan rantai produksi perikanan


(budidaya dan penangkapan ikan), maka tidak akan sukses jika hanya focus melakukan
produksi tanpa mengendalikan ketersediaan input (bahan baku, benih, pakan, pupuk, tenaga
kerja, modal, lahan), sarana, serta pemasaran. Keterpaduan pengelolaan rantai agribisnis ini
tidak hanya dari sisi usaha agribisnis hulu hingga hilir, tetapi juga keterpaduan atau
koordinasi di antara Lembaga pemerintah dalam menangani agribisnis, sehingga akan
mendukung praktik agribisnis itu sendiri.

Agribisnis sendiri terdiri dari tiga sector utama yang secara ekonomi saling bergantung
satu sama lain, yaitu sector input (factor produksi/masukan), proses (produksi/farm/budidaya/
penangkapan ikan) dan sector output (hasil produksi/panen.produk). Sektor input dalam
agribisnis terdiri dari penyediaan pembekalan bagi nelayan ataupun pembudidaya ikan yang
secara berturut-turut untuk dapat menangkap ikan dan membudidayakan ikan.

Pasaribu (2012) mengemukakan bahwa konsep agribisnis yakni merupakan kesatuan dari
berbagai usaha yang saling tergantug satu sama lain, baik salah satu atau semua rantai pra-
produksi, produksi, pengolahan, hingga pemasaran, termasuk usaha jasa dan penunjang yaitu
kegiatan usaha yang menunjang dan ditunjang oleh berbagai kegiatan pertanian. Agribisnis
meliputi semua aktivitas sebagai rangkaian system yang terdiri dari: 1) system pengadaan dan
penyaluran sarana produksi, teknologi, dan pengembangan sumberdaya; 2) subsistem
produksi pertanian atau usaha tani; 3) subsistem pengolahan hasil-hasil agroindustry; dan 4)
subsistem distribusi dan pemasaran hasil pertanian.

Sistem agribisnis perikanan terdiri dari beberapa subsistem, yaitu:

1. Subsistem pra-produksi, pengadaan, dan distribusi berbagai sarana produksi pertanian


seperti benih, berbagai obat-batan, pakan, mesin dan alat budidaya ikan, alat/teknologi
rekayasa genetika ikan, alat dan mesin penangkapan ikan, dan lain-lain. Pengusaha
subsistem pra-produksi ini di antaranya usaha swasta, perbankan, koperasi,
pemerintah, ataupun perorangan

6
2. Subsistem kegiatan produksi dalam usaha tani penghasil banyak produk pertaian,
misalnya hasil ikan, baik skala kecil (usaha tani keluarga) sampai skala besar
(hatchery, penangkapan ikan laut), pertanian intensif seperti akuakultur, hidroponik,
dan lain-lain.
3. Subsistem usaha terkait kegiatan pengumpulan, pengolahan, penyimpanan, dan
pendistribusian berbagai komoditi pertanian ke konsumen.

Hubungan antara satu subsistem dengan subsistem lainnya sangat erat dan saling
tergantung atau tidak dapat berdiri sendiri, artinya siapapun yang memilih salah satu
subsistem untuk menjadi focus bisnisnya, maka dia tidak akan sukses tanpa
mengkoordinasikan subsistem lain.

2.3 Analisis Sistem Agribisnis pada Pasca Produksi Usaha Perikanan Tangkap

Seperti yang telah terdapat pada penjelasan sebelumnya, bahwa system agribisnis dalam
usaha perikanan memiliki subsistem yang terdiri dari pra produksi, produksi, dan pasca
produksi yang satu sama lainnya terkait dalam proses kegiatan dan tidak dapat terpisahkan.
Dalam proses produksi usaha perikanan tangkap, hal awal yang diperhatikan yakni
memastikan bahwa alat tangkap dalam kondisi yang baik dan layak melaut, juga persiapan-
persiapan melaut seperti mengisi bensin dan menyiapkan es balok dimana bensin dan es
balok ini harus disediakan sesuai jarak penangkapan.

Selanjutnya, dalam pasca produksi atau penanganan hasil tangkapan di kapal, beberapa
hal yang diperhatikan yakni melakukan pemindahan ikan dari dalam jaring ke dalam kapal
dan berusaha untuk tidak menimbulkan luka pada kulit ikan yang dapat mempercepat
pembusukan. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengangkutan ikan salah satunya yakni
wadah untuk mengemas ikan, kepadatan ikan dalam wadah dan system pengangkutan.
Pengemasan ikan baiknya lebih diperhatikan dari karakteristik masing-masing jenis ikan.
Misalnya yakni untuk pengemasan ikan gurami menggunakan jerigen plastic karena ikan
masih dalam keadaan hidup, sedangkan ikan nila sudah dalam keadaan mati sehingga dapat
digunakan box fiberglass atau Styrofoam. Lalu selanjutnya dilakukan pendinginan untuk
menjaga agar ikan tetap segar, dan dalam penyimpanan baiknya diberi hancuran es yang
berasal dari air yang bersih agar bebas dari kuman. Dalam pengangkutan ikan, dapat
dilakukan dengan keranjang/ember yang baik atau tidak mudah rusak ataupun putus dan
diangkut langsung setelah turun ke darat yaitu pagi hari atau saat suhu udara masih dingin
sehingga tidak akan mempengaruhi kondisi ikan atau agar ikan-ikan tersebut dalam kondisi

7
yang tetap segar.

8
2.4 Analisis Prospek dan Hambatan Agribisnis pada Pasca Produksi Usaha Perikanan
Tangkap

Adapun factor-faktor yang dapat mendorong pengembangan agribisnis perikanan tangkap


utamanya pada proses pasca produksi yakni kualitas kapal penangkapan ikan, jumlah kapal
penangkapan ikan, kualitas alat penangkapan ikan, jumlah alat penangkapan ikan, komoditas,
industri makanan, teknik pengeringan, pembekuan, kualitas pasar tradisional, jumlah pasar
tradisional, jumlah pemasar ikan/tengkulak, kualitas lembaga keuangan, jumlah lembaga
keuangan, kualitas lembaga pemerintah, jumlah lembaga pemerintah, kualitas transportasi,
jumlah transportasi, kualitas koperasi agribisnis dan jumlah koperasi agribisnis. Sedangkan
factor yang dapat menghambat pengembangan agribisnis perikanan tangkap utamanya pada
proses pasca produksi diantaranya yakni factor lingkungan, Teknik pengemasan, wadah
pengemasan, teknik pengeringan, cuaca saat dilakukan pengangkutan setelah penangkapan
ikan, dan kualitas Tempat Pelelangan Ikan.

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan


pemanfaatan sumber daya Ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,
pascaproduksi, dan pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam suatu
sistem bisnis Perikanan. Sedangkan usaha perikanan adalah kegiatan yang dilaksanakan
dengan sistem bisnis Perikanan yang meliputi praproduksi, produksi, pascaproduksi,
pengolahan, dan pemasaran. Selanjutnya, agribisnis merupakan jumlah semua kegiatan-
kegiatan terkait industry maupun pendistribusian alat maupun bahan pertanian, produksi
pertanian, pengolahan, penyimpanan, hingga distribusinya. Agribisnis sendiri terdiri dari
tiga sector utama yang secara ekonomi saling bergantung satu sama lain, yaitu sector
input (factor produksi/masukan), proses (produksi/farm/budidaya/ penangkapan ikan) dan
sector output (hasil produksi/panen.produk).

Dalam pasca produksi atau penanganan hasil tangkapan di kapal, beberapa hal yang
diperhatikan yakni melakukan pemindahan ikan, pengangkutan ikan dengan
memperhatikan wadah untuk mengemas ikan, kepadatan ikan dalam wadah dan system
pengangkutan, selanjutnya pendinginan, dan pengangkutan langsung setelah turun ke
darat saat suhu udara masih dingin. Adapun factor-faktor yang dapat mendorong
pengembangan agribisnis perikanan tangkap utamanya pada proses pasca produksi yakni
kualitas kapal penangkapan ikan, jumlah kapal penangkapan ikan, kualitas alat
penangkapan ikan, jumlah alat penangkapan ikan, komoditas, industri makanan, teknik
pengeringan, pembekuan, kualitas pasar tradisional, jumlah pasar tradisional, jumlah
pemasar ikan/tengkulak, kualitas lembaga keuangan, jumlah lembaga keuangan, kualitas
lembaga pemerintah, jumlah lembaga pemerintah, kualitas transportasi, jumlah
transportasi, kualitas koperasi agribisnis dan jumlah koperasi agribisnis. Sedangkan factor
yang dapat menghambat pengembangan agribisnis perikanan tangkap utamanya pada
proses pasca produksi diantaranya yakni factor lingkungan, Teknik pengemasan, wadah
pengemasan, teknik pengeringan, cuaca saat dilakukan pengangkutan setelah
penangkapan ikan, dan kualitas Tempat Pelelangan Ikan

1
0
DAFTAR PUSTAKA

Agus, A. (2018). Pengelolaan dan Penggunaan Sumberdaya Kelautan/Perikanan (Studi Kasus


Kota Ternate, Maluku Utara). Torani: Journal of Fisheries and Marine Science
(JFMarSci), 1(2), 93-103.

Intyas, C. A., & Abidin, Z. (2018). Manajemen Agribisnis Perikanan. Universitas Brawijaya
Press: Malang. ISBN: 9786024325091.

Kansil, T. W., Sondakh, S. J., & Tambani, G. O. (2019). Agrobisnis Perikanan Soma Pajeko di
Desa Bulawan II Kecamatan Kotabunan Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.
Akulturasi, 7(2), 1283-1288.

Setiawati, N. P., Tufail, D. N., & Sitaresmi, D. T. (2021). Analisis Faktor Pendorong dan
Penghambat Pengembangan Agribisnis Perikanan Tangkap Dengan Pendekatan
Subsistem di Kabupaten Penajam Paser Utara. Jurnal Planologi, 18(1), 1-18.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 tahun 2018

1
1

Anda mungkin juga menyukai