EKONOMI PERIKANAN
Disusun oleh :
Tim Asisten Ekonomi Perikanan
Tim Asisten
ii
DAFTAR ISI
iii
5.2 MSY, MEY dan OAE ................................................... 27
6. LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN MSY, MEY
DAN OAE .............................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 37
Format Laporan Praktikum ..................................................... 38
Contoh Format Cover ............................................................. 39
Contoh Format Lembar Pengesahan ..................................... 41
Daftar Nama Asisten .............................................................. 42
iv
1. EKONOMI PERIKANAN
1
a. Potensi sumberdaya perikanan laut: 6,4 juta ton/tahun baru
dimanfaatkan untuk perikanan tangkap 5,11 juta ton pada
tahun 2009-2010.
b. Potensi perikanan budidaya: 57,7 juta ton baru
dimanfaatkan 16,34 juta ton pada kegiatan budidaya laut,
tambak, kolam, karamba, jarring apung dan sawah.
Selain dari sumberdaya ikan, kekayaan alam yang
dihasilkan untuk kegiatan ekonomi antara lain rumput laut,
kerang, mutiara laut, budidaya karamba dan jaring apung.
Dalam pengelolaan potensi sumberdaya perikanan di
Indonesia akan diikuti dengan permasalahn ekonomi.
2
karena semakin menurunnya atau tidak adanya tempat untuk
hidup ikan, mencari makan ikan, memijah, membesarkan ikan.
Solusi persoalan perikanan membutuhkan partisipasi dari
pemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat.
Pemerintah dan perguruan tinggi memberikan solusi dalam
usaha perikanan, meliputi :
a. Pemberian hibah kepada usaha mikro, kecil dan menengah
bidang perikanan.
b. Pemberian skim kredit yang ringan bagi usaha mikro, kecil
dan menengah bidang perikanan.
c. Pemberian pelatihan dan penyuluhan mengenai teknis
usaha perikanan.
Pemerintah dan masyarakat memberikan kontribusi dalam
perbaikan Sumberdaya perikanan, meliputi :
a. Reboisasi dan pengelolaan hutan mangrove.
b. Penanaman terumbu karang.
c. Penanaman padang lamun.
3
2. PRINSIP-PRINSIP EKONOMI PERIKANAN
TANGKAP
5
ikan) yang memerlukan perhatian yang serius dari pengelola
sumber daya ikan. Selain itu, ekstraksi sumber daya ikan juga
melibatkan biaya korbanan (opportunity costs) di mana biaya
yang dikeluarkan untuk menangkap ikan (private costs) bisa
saja dimanfaatkan untuk kepentingan lain yang memberikan
manfaat sosial (social costs) lainnya. Oleh karenanya, aspek
pengelolaan sumber daya ikan memerlukan pertimbangan
khusus menyangkut aspek efisiensi pengelolaan perikanan
tersebut. Dengan kata lain baik biaya dan manfaat yang
dikeluarkan oleh industri (private costs dan benefits) maupun
biaya dan manfaat sosial (publik) harus dipertimbangkan dalam
menganalisis biaya dan manfaat dari perikanan. Oleh karena
perikanan memiliki ciri yang khas yang berbeda dengan industri
pada umumnya, maka pertimbangan biaya dan manfaat aspek
ekonomi perikanan juga berbeda.
Rente ekonomi pada dasarnya adalah surplus, yakni
perbedaan antara harga yang diperoleh dari penggunaan
sumber daya dengan biaya per unit input yang digunakan untuk
menjadikan sumber daya tersebut menjadi suatu komoditas.
Selisih ini sering disebut sebagai rente per unit input atau unit
rent. Rent atau rente juga dapat diartikan sebagai nilai dari input
produktif ketika digunakan melebihi biaya yang diperlukan.
Konsep rent di sini adalah konsep ekonomi yang tidak lain
adalah nilai surplus (surplus value). Dalam konteks sumber
daya alam, rente ekonomi sering dibedakan antara scarcity rent
atau rente ekonomi yang ditimbulkan karena sifat kelangkaan
6
sumber daya dan rente Ricardian (Ricardian rent) atau
differentialrent.
Kepemilikan sumber daya juga sering tidak terdefinisi
dengan jelas. Sehingga dalam konteks perikanan rente
ekonomi tersebut terdistribusi dalam pelaku perikanan (nelayan
dan pemilik modal) dan pemerintah sebagai wakil publik dalam
hal kepemilikan sumber daya ikan. Dengan demikian
disagregasi rente ekonomi dalam perikanan sering dibagi
kedalam rente sumber daya (resource rent) dan rente intra-
marginal (intramarginal rent) yang setara dengan konsep
differentialrent pada konsep Ricardo. Hal lain yang perlu dicatat
adalah bahwa dalam konteks perikanan tangkap, kita tidak bisa
mengendalikan output atau ikan yang ditangkap karena hal ini
ditentukan oleh ketersediaan alam dan faktor lainnya. Sehingga
konsep rente ekonomi dalam perikanan sering digambarkan
dalam variabel input seperti jumlah kapal, jumlah tenaga kerja,
gross tonage dan sebagainya yang lebih mudah dikendalikan
2.3 Pengukuran rente ekonomi perikanan
Pada prinsipnya pendekatan perhitungan rente sumber
daya ini dapat dikategorikan dalam tiga pendekatan utama
yakni: Pertama, pendekatan surplus. Pendekatan ini digunakan
pada kasus di mana pemerintah tidak melakukan intervensi
kebijakan sehingga rente sumber daya langsung diterima oleh
pelaku ekonomi sebagai surplus produsen (producer’s surplus).
Dalam konteks formal, resource rent (RR) adalah luas daerah
yang dibatasi oleh kurva biaya dan harga.
7
𝒙˳
𝑹𝑹 = 𝑷𝑺 = 𝑷˳𝒙˳ − ∫ 𝑴𝑪 (𝒙)𝒅𝒙
𝟎
Dimana:
RR = Resource Rent (rente sumber daya)
TR = penerimaan total
IC = konsumsi antara (intermediate consumption)
CE = pembayaran terhadap tenaga kerja (compensation of
employee)
CFC = pembayaran modal tetap (compensation of fixed
capital)
8
NP = keuntungan normal (normal profit) yang dihitung dari
perkalian nilai modal yang diinvestasikan dengan suku bunga
(r) atau sering juga dikenal sebagai biaya korbanan dari modal
(opportunity cost of capital).
Komponen di dalam kurung (IC+CE+CFC+NP) sebenarnya
adalah biaya marjinal ekstraksi sumber daya (marginal cost).
Dalam studi empiris, perhitungan biaya marjinal ini sering sulit
ditemukan sehingga dalam praktiknya perhitungan rente
ekonomi melalui pendekatan ini sering didekati dengan
menggunakan biaya rata-rata. Metode ini bisa dikembangkan
untuk multi komoditas dengan merinci komponen biaya untuk
mengekstrak sumber daya ikan.
Pendekatan ketiga yang bisa digunakan untuk menghitung
rente ekonomi adalah melalui keragaan finansial dan keragaan
ekonomi dengan merinci struktur biaya dan penerimaan dari
industri perikanan. Pendekatan ini dilakukan dengan
menggunakan data hasil survei (cross-section) dari industri
penangkapan ikan yang kemudian dirinci berdasarkan
komponen biaya yang dikeluarkan oleh industri tersebut.
Pendekatan ini secara operasional perhitungannya memang
relatif lebih mudah dilaksanakan, namun membutuhkan biaya
yang relatif mahal untuk melakukan pengumpulan data
tersebut.
Pendekatan keempat yang juga umum digunakan untuk
menghitung rente ekonomi perikanan adalah dengan
pendekatan bioekonomi di mana rente sumber daya dihitung
9
berdasarkan selisih antara nilai dari ikan yang ditangkap
dengan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mengekstraksi.
2.4 Biologi Ekonomi Perikanan
Selama ini aspek biologi secara parsial telah mendapat
perhatian yang cukup besar, sementara aspek ekonomi serta
interaksi bioekonomi belum begitu diperhatikan. Interaksi
bioekonomi bersifat dinamis, perubahan temporal yang terjadi
pada faktor ekonomi akan menentukan pola dan dinamika
pemanfaatan sumberdaya perikanan. Karena itu, untuk
memperoleh manfaat yang optimum serta pengelolaan yang
berkelanjutan, maka hubungan dinamis antara faktor biologi
(sumberdaya perikanan) dan faktor ekonomi perlu diketahui.
Secara ekonomi, pengelolaan perikanan ditujukan untuk
memaksimalkan pendapatan daerah. Pencapaian pendapatan
maksimum, nelayan dihadapkan pada berbagai faktor
pembatas, seperti potensi sumberdaya, harga input-output
sumberdaya, tenaga kerja, modal, infrastruktur, faktor musim
dan input penunjang lainnya. Untuk memecahkan masalah
tersebut, maka aspek perencanaan dalam mengalokasikan
sumberdaya yang tersedia harus dilakukan secara optimal,
dengan pendekatan program linear (Linear Programming).
Namun, pada kondisi tertentu, pengelolaan perikanan tidak
hanya menekankan pencapaian tujuan pendapatan
maksimum, akan tetapi juga mempertimbangkan pemenuhan
permintaan ikan (ekspor dan konsumsi domestik) dan
perluasan kesempatan kerja
10
2.5 Model Gordon Schaefer dan Solusi Analitisnya
Inti dari teori Gordon mengenai keseimbangan bioekonomi
pada kondisi open access suatu perikanan berada pada titik
keseimbangan. Dimana pelaku perikanan hanya menerima
biaya oportunitas dan rente ekonomi sumberdaya tidak
diperoleh. Rente ekonomi sumberdaya (economic rent) dalam
hal ini diartikan sebagai selisih antara total penerimaan dari
ekstraksi sumberdaya dengan seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk mengekstraksinya. Tingkat upaya pada posisi ini adalah
tingkat upaya dalam posisi keseimbangan yang oleh Gordon
disebut ”Bionomic Equilibrium of Open Acess Fishery”.
Keseimbangan bioeconomic open access juga dapat dilihat dari
sisi penerimaan rata-rata, penerimaan marginal, dan biaya
marginal.
1. Model Gordon Schaefer
Model Gordon-Schaefer boleh dikatakan sebagai salah
satu model awal pengembangan model bioekonomi. Model
Gordon-Schaefer menggunakan fungsi pertumbuhan logistic.
Model fungsi pertumbuhan logistik tersebut dikombinasikan
dengan prinsip ekonomi, terutama konsep maksimisasi profit.
Dalam model Gordon-Schaefer pendekatan statik
dipergunakan tiga kondisi keseimbangan, yaitu: (1) maximum
sustainable yield atau MSY, (2) maximum economic yield atau
MEY dan (3) open access equilibrium (OAE).
2. Model Bioekonomi Statik Copes
Bioekonomi yang dikembangkan oleh Parvival Copes
menggunakan pendekatan output, yaitu produksi atau yield.
Bioekonomi model Copes mengadopsi konsep surplus
11
ekonomi. Dalam ilmu ekonomi, surplus ekonomi dapat
ditelusuri setelah mengetahui kurva penawaran dan
permintaan. Terdapat dua jenis surplus ekonomi, yaitu surplus
produsen (producer surplus) dan surplus konsumen (consumer
surplus).
Total dari surplus ekonomi adalah surplus konsumen
ditambah surplus produsen. Surplus konsumen adalah selisih
antara jumlah yang konsumen bersedia bayar (willingness to
pay) dengan yang harus dibayar. Sedangkan surplus produsen
adalah selisih jumlah yang diterima (harga berlaku) dengan
jumlah yang diharapkan.
Model Copes berbeda asumsi dengan model Gordon-
Schaefer yang merupakan model awal pengembangan
bioekonomi perikanan. Dalam model Gordon-Schaefer, harga
per unit output diasumsikan konstan. Sedangkan dalam model
Copes, harga per unit output dapat mengalami fluktuasi.
12
3. PERMINTAAN DAN PENAWARAN PERIKANAN
3.1 Permintaan
Permintaan atau jumlah yang diminta (Quantity
Demanded) adalah jumlah barang yang ingin dan mampu dibeli
oleh komsumen pada berbagai tingkat harga. Teori permintaan
yang menggambarkan sifat hubungan antara jumlah barang
yang diminta dengan harganya dikenal sebagai hukum
permintaan.
Hukum permintaan mengatakan, jika faktor-faktor lain
dianggap tetap (ceteris paribus), jumlah barang yang diminta
oleh konsumen akan meningkat pada saat harga barang
menurun.
13
120000
100000
Harga Barang
80000
60000
40000
20000
0
0 200 400 600 800 1000
Jumlah Barang
14
𝑸𝒅 = 𝒇(𝑷𝒒 , 𝑷𝒔𝒊 , 𝒀, 𝑺, 𝑫)
Dimana:
Qd = jumlah barang yang diminta oleh konsumen
Pq = harga barang itu sendiri
Ps.i = harga barang-barang subtitusi
Y = pendapatan
S = selera masyarakat
D = jumlah penduduk
3.2 Penawaran
Definisi penawaran atau jumlah yang ditawarkan (Quantity
Supplied) adalah jumlah barang yang rela dan mampu
disediakan oleh produsen untul dijual. Teori penawaran yang
menggambarkan sifat hubungan antara jumlah barang yang
ditawarkan dengan harganya dikenal sebagai hukum
penawaran.
15
120000
100000
100000
Harga Barang
80000 80000
60000 60000
40000 40000
20000 20000
0
0 200 400 600 800 1000
Jumlah Barang
𝑸𝒔 = 𝒇(𝑷𝒒 , 𝑷𝒍𝒊 , 𝑶, 𝑻)
Dimana:
Qs = jumlah barang yang ditawarkan oleh produsen atau
penjual
Pq = harga barang itu sendiri
16
Pl.i = harga barang-barang lain
O = tujuan perusahaan
T = tingkat teknologi yang digunakan dalam produksi
17
4. PASAR DAN TATANIAGA HASIL PERIKANAN
20
5. Pada umumnya perusahaan oligopoli perlu promosi secara
iklan.
d. Pasar Persaingan Monoplistik
Secara umum, pasar persaingan monopolistik dapat
didefinisikan sebagai suatu pasar di mana terdapat banyak
produsen atau penjual yang menghasilkan dan menjual produk
yang berbeda macamnya (differentiated product).
Pasar monopolistik pada dasarnya adalah pasar yang
berada di antara dua jenis bentuk pasar yang ekstrem, yaitu
persaingan sempurna dan monopoli. Oleh karena itu sifat-sifat
bentuk pasar ini mengandung unsur-unsur sifat pasar monopoli
dan sifat pasar persaingan sempurna. Ciri-ciri pasar
monopolistik :
1. Terdapat banyak penjual
2. Produknya tidak homogen.
3. Tidak dapat atau lemah pengaruhnya dalam pembentukan
harga
4. Masuk ke dalam industri/pasar relative mudah.
22
2. cepat tidaknya produk yang ditransaksikan rusak
3. skala produksi
4. posisi keuangan lembaga pemasaran yang terlibat
Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga perikanan sebagaimana telah dijelaskan terdahulu
antara lain mencakup fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi
fasilitasi.
23
5. MODEL BIOEKONOMI
(Fetriani, 2001).
5.1 CPUE
Untuk pendugaan stok ikan (standing stock), Schaefer
26
perikanan. Untuk menghitung CPUE digunakan rumus sebagai
berikut:
C
CPUE =
E
Dimana :
alat tangkap)
2005).
yaitu :
species)
28
Konsep MEY (Maximum Economic Yield)
lebih tinggi.
29
Keuntungan optimal tidak terjadi pada saat MSY.
prinsip efisiensi.
30
maksimal, namun masih relatif tinggi dan pengeluarannya
31
Untuk perhitungan MSY, MEY dan OAE dapat
Dimana :
Π = Keuntungan.
32
6. LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN MSY, MEY
DAN OAE
ini
33
3. Cari tools regression dan klik ok.
klik ok.
34
Lihat nilai koefiseien. Hasil dari Intercept adalah nilai a
Interpretasi
dan OAE.
35
Nilai a pada produksi penangkapan ikan lele pada
0,00253.
36
DAFTAR PUSTAKA
37
FORMAT LAPORAN EKONOMI PERIKANAN
Cover
Kartu Kendali
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Manfaat Praktikum
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 . Prinsip-Prinsip Ekonomi Perikanan
2.2 . Persoalan Sumberdaya Perikanan
2.3 . Konsep Bioekonomi Perikanan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 . Profil Menteri Perikanan
3.2 . Persoalan Perikanan
3.3 . Perhitungan Bioekonomi
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan.
4.2 Saran
4.2.1 Pemerintah
4.2.2 Pelaku
4.2.3 Akademisi
DAFTAR PUSTAKA
38
Format Penulisan:
39
Contoh Format Cover
LAPORAN PRAKTIKUM
EKONOMI PERIKANAN
2019
Asisten :
KELAS
KELOMPOK ...
1. NAMA NIM
2. NAMA NIM
3. NAMA NIM
4. NAMA NIM
LEMBAR PENGESAHAN
41
Daftar Nama Tim Asisten Ekonomi Perikanan 2019
42