Anda di halaman 1dari 46

PANDUAN PRAKTIKUM

EKONOMI PERIKANAN

Disusun oleh :
Tim Asisten Ekonomi Perikanan

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan


Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan Panduan Praktikum
Ekonomi Perikanan. Penyusunan buku panduan praktikum ini,
kami menyadari akan adanya kekurangan-kekurangan. Oleh
sebab itu segala kritik dan saran kami terima dengan senang
hati. Kami berharap buku panduan ini dapat bermanfaat dan
menambah pengetahuan bagi pembaca.

Malang, 9 September 2019

Tim Asisten

ii
DAFTAR ISI

PANDUAN PRAKTIKUM .......................................................... i


KATA PENGANTAR ................................................................ ii
DAFTAR ISI ............................................................................ iii
1. EKONOMI PERIKANAN .................................................. 1
1.1 Potensi perikanan dan Peluang Ekonomi Perikanan
Indonesia ..................................................................... 1

1.2 Persoalan-Persoalan Perikanan.................................. 2


2. PRINSIP-PRINSIP EKONOMI PERIKANAN TANGKAP 4
2.1 Konsep umum perikanan tangkap .............................. 4

2.2 Aspek Manfaat dan Biaya ........................................... 5

2.3 Pengukuran rente ekonomi perikanan ........................ 7

2.4 Biologi Ekonomi Perikanan ....................................... 10

2.5 Model Gordon Schaefer dan Solusi Analitisnya ........ 11


3. PERMINTAAN DAN PENAWARAN PERIKANAN ....... 13
3.1 Permintaan ................................................................ 13

3.2 Penawaran ................................................................ 15


4. PASAR DAN TATANIAGA HASIL PERIKANAN ......... 18
4.1 Struktur Pasar ........................................................... 18

4.2 Macam-Macam Pasar Perikanan .............................. 19

4.3 Tataniaga Hasil Perikanan ........................................ 21


5. MODEL BIOEKONOMI ...................................................... 24
5.1 CPUE ........................................................................... 26

iii
5.2 MSY, MEY dan OAE ................................................... 27
6. LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN MSY, MEY
DAN OAE .............................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. 37
Format Laporan Praktikum ..................................................... 38
Contoh Format Cover ............................................................. 39
Contoh Format Lembar Pengesahan ..................................... 41
Daftar Nama Asisten .............................................................. 42

iv
1. EKONOMI PERIKANAN

Ilmu ekonomi muncui akibat masalah ekonomi dan


kebutuhan untuk membuat pilihan. Masalah ekonomi yang
menyebabkan setiap individu membuat keputusan, dimana
keputusan dalam menjalankan kegiatan ekonomi dengan cara
terbaik hal ini dikarenakan adanya pilihan yang menyebabkan
kelangkaan. Kelangkaan muncul sebai sebab akibat dari
ketidak seimbangan kebutuhan dan sumberdaya yang
dibutuhkan. Sementara itu, pengertian perikanan menurut
Undang-Undang No. 45 thn 2009 dimana terdapat 2 kegiatan
utama yakni
• Kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan faktor produksi
sumberdaya alam dan
• Kegiatan yang berkaitan dengan agribisnis perikanan.
Berdasarkan pada pengertian tersebut, maka yang
dimaksud dengan Ilmu Ekonomi Perikanan adalah “Cabang
dari ilmu Perikanan yang menyangkut persoalan Sosial dan
Ekonomi dari persoalan-persoalan yang dipelajari dalam Ilmu
Perikanan”. Ilmu Ekonomi Perikanan merupakan bagian dari
ilmu ekonomi yang mempelajari fenomena dan persoalan yang
berhubungan dengan perikanan baik mikro maupun makro.
1.1 Potensi perikanan dan Peluang Ekonomi Perikanan
Indonesia
Mengetahui perbandingan antara daratan 25%, dan luas
lautan 75%, yang menunjukkan bahwa potensi di perairan lebih
melimpah.

1
a. Potensi sumberdaya perikanan laut: 6,4 juta ton/tahun baru
dimanfaatkan untuk perikanan tangkap 5,11 juta ton pada
tahun 2009-2010.
b. Potensi perikanan budidaya: 57,7 juta ton baru
dimanfaatkan 16,34 juta ton pada kegiatan budidaya laut,
tambak, kolam, karamba, jarring apung dan sawah.
Selain dari sumberdaya ikan, kekayaan alam yang
dihasilkan untuk kegiatan ekonomi antara lain rumput laut,
kerang, mutiara laut, budidaya karamba dan jaring apung.
Dalam pengelolaan potensi sumberdaya perikanan di
Indonesia akan diikuti dengan permasalahn ekonomi.

1.2 Persoalan-Persoalan Perikanan


Persoalan perikanan adalah permasalahan-permasalahan
yang terjadi dalam usaha perikanan dan sumberdaya
perikanan.Terdapat tujuh aspek dalam persoalan usaha
perikanan yaitu :
a. Aspek teknis
b. Aspek pasar
c. Aspek Hukum
d. Aspek finansial
e. Aspek Manajemen
f. Aspek sosial budaya
g. Aspek lingkungan.
Persoalan sumberdaya perikanan dapat mempengaruhi
jumlah produksi. Sumberdaya perikanan semakin rusak, maka
produksi perikanan akan semakin menurun. Hal ini disebabkan

2
karena semakin menurunnya atau tidak adanya tempat untuk
hidup ikan, mencari makan ikan, memijah, membesarkan ikan.
Solusi persoalan perikanan membutuhkan partisipasi dari
pemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat.
Pemerintah dan perguruan tinggi memberikan solusi dalam
usaha perikanan, meliputi :
a. Pemberian hibah kepada usaha mikro, kecil dan menengah
bidang perikanan.
b. Pemberian skim kredit yang ringan bagi usaha mikro, kecil
dan menengah bidang perikanan.
c. Pemberian pelatihan dan penyuluhan mengenai teknis
usaha perikanan.
Pemerintah dan masyarakat memberikan kontribusi dalam
perbaikan Sumberdaya perikanan, meliputi :
a. Reboisasi dan pengelolaan hutan mangrove.
b. Penanaman terumbu karang.
c. Penanaman padang lamun.

3
2. PRINSIP-PRINSIP EKONOMI PERIKANAN
TANGKAP

Untuk mempelajari perikanan dengan mudah maka


perikanan dibagi menjadi dua yaitu perikanan tangkap dan
perikanan budidaya. Perikanan tangkap ada juga yang ada di
darat dan di laut. Perikanan tangkap merupakan suatu model
pengendalian jumlah tangkapan ikan, ukuran, kondisi
kelimpahan dan waktu penangkapan.

2.1 Konsep umum perikanan tangkap

Pemahaman tentang konsep perikanan cukup penting


artinya sebelum memahami konsep ekonomi perikanan. Untuk
itu perlu dipaparkan terlebih dahulu tentang pengertian
perikanan dari berbagai perspektif. Menurut Lackey (2005),
perikanan sebagai suatu sistem yang terdiri dari tiga komponen
yakni, biota perairan, habitat biota, dan manusia sebagai user.
Selanjutnya defenisi perikanan diambil dari UU Perikanan
No 34 Tahun 2004 yaitu semua kegiatan yg berhubungan
dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya ikan dan
lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi, pengolahan
sampai dengan pemasaran, yg dilaksanakan dalam suatu
sistem bisnis perikanan.
Untuk bisa lebih memahami konsep perikanan Copes
(1992) mengenalkan konsep perikanan berdasarkan kategori
pemanfaatan sumber daya perairan, seperti diasajikan pada
Matriks pemanfaatan sumberdaya perairan berikut.
Tabel 1. Matriks pemanfaatan sumberdaya perairan
4
Proses Hunting Gathering Husbandry
eksploitasi (berburu) (mengumpulkan) (farming)

Mobilitas Fugitive Sedentary Contained


sumberdaya (bergerak) (menetap) (dikendalikan)

Struktur hak Common Common Private Private


kepemilikan property property property property

Klasifikasi Fishing Aquakulture


sektor

Tabel diatas menggambarkan struktur kepemilikan dimana


hunting dan gathering berada pad struktur kepemilikan
common property (milik bersama), meski sebagian dari
kegiatan gathering bisa juga dimiliki secara individu (private
property). Farming disisi lain memiliki struktur kepemilikan yang
jelas termasuk dalam kategori kepemilikan privat (private
property). Selanjutnya kelompok fishing atau perikanan
merupakan kegiatan yang berhubungan dengan hunting
maupun gathering dengan struktur kepemilikan yang
kebanyakan bersifat common property. Jika dibandingkan
dengan budidaya atau aquaculture, yang berhubungan dengan
sumberdaya yang dapat dikendalikan serta struktur
kepemilikan yang jelas (private property).
2.2 Aspek Manfaat dan Biaya
Perikanan, sebagaimana juga aktivitas ekonomi lainnya,
melibatkan pemanfaatan aset publik (dalam hal ini sumber daya

5
ikan) yang memerlukan perhatian yang serius dari pengelola
sumber daya ikan. Selain itu, ekstraksi sumber daya ikan juga
melibatkan biaya korbanan (opportunity costs) di mana biaya
yang dikeluarkan untuk menangkap ikan (private costs) bisa
saja dimanfaatkan untuk kepentingan lain yang memberikan
manfaat sosial (social costs) lainnya. Oleh karenanya, aspek
pengelolaan sumber daya ikan memerlukan pertimbangan
khusus menyangkut aspek efisiensi pengelolaan perikanan
tersebut. Dengan kata lain baik biaya dan manfaat yang
dikeluarkan oleh industri (private costs dan benefits) maupun
biaya dan manfaat sosial (publik) harus dipertimbangkan dalam
menganalisis biaya dan manfaat dari perikanan. Oleh karena
perikanan memiliki ciri yang khas yang berbeda dengan industri
pada umumnya, maka pertimbangan biaya dan manfaat aspek
ekonomi perikanan juga berbeda.
Rente ekonomi pada dasarnya adalah surplus, yakni
perbedaan antara harga yang diperoleh dari penggunaan
sumber daya dengan biaya per unit input yang digunakan untuk
menjadikan sumber daya tersebut menjadi suatu komoditas.
Selisih ini sering disebut sebagai rente per unit input atau unit
rent. Rent atau rente juga dapat diartikan sebagai nilai dari input
produktif ketika digunakan melebihi biaya yang diperlukan.
Konsep rent di sini adalah konsep ekonomi yang tidak lain
adalah nilai surplus (surplus value). Dalam konteks sumber
daya alam, rente ekonomi sering dibedakan antara scarcity rent
atau rente ekonomi yang ditimbulkan karena sifat kelangkaan

6
sumber daya dan rente Ricardian (Ricardian rent) atau
differentialrent.
Kepemilikan sumber daya juga sering tidak terdefinisi
dengan jelas. Sehingga dalam konteks perikanan rente
ekonomi tersebut terdistribusi dalam pelaku perikanan (nelayan
dan pemilik modal) dan pemerintah sebagai wakil publik dalam
hal kepemilikan sumber daya ikan. Dengan demikian
disagregasi rente ekonomi dalam perikanan sering dibagi
kedalam rente sumber daya (resource rent) dan rente intra-
marginal (intramarginal rent) yang setara dengan konsep
differentialrent pada konsep Ricardo. Hal lain yang perlu dicatat
adalah bahwa dalam konteks perikanan tangkap, kita tidak bisa
mengendalikan output atau ikan yang ditangkap karena hal ini
ditentukan oleh ketersediaan alam dan faktor lainnya. Sehingga
konsep rente ekonomi dalam perikanan sering digambarkan
dalam variabel input seperti jumlah kapal, jumlah tenaga kerja,
gross tonage dan sebagainya yang lebih mudah dikendalikan
2.3 Pengukuran rente ekonomi perikanan
Pada prinsipnya pendekatan perhitungan rente sumber
daya ini dapat dikategorikan dalam tiga pendekatan utama
yakni: Pertama, pendekatan surplus. Pendekatan ini digunakan
pada kasus di mana pemerintah tidak melakukan intervensi
kebijakan sehingga rente sumber daya langsung diterima oleh
pelaku ekonomi sebagai surplus produsen (producer’s surplus).
Dalam konteks formal, resource rent (RR) adalah luas daerah
yang dibatasi oleh kurva biaya dan harga.

7
𝒙˳

𝑹𝑹 = 𝑷𝑺 = 𝑷˳𝒙˳ − ∫ 𝑴𝑪 (𝒙)𝒅𝒙
𝟎

Perhitungan dengan menggunakan pendekatan ini pada


hakikatnya adalah menghitung luasan kurva. Penggunaan
metode ini memiliki keterbatasan hanya pada satu komoditas,
dengan demikian meski secara teoretis pendekatan ini relatif
sederhana, namun dalam konteks aplikasi perhitungan rente
ekonomi seperti ini kurang banyak diterapkan.
Kedua, rente sumber daya dapat pula dihitung dengan
menggunakan pendekatan harga bersih (net price method).
Metode ini banyak digunakan dalam kerangka makro nasional
khususnya terkait dengan perhitungan neraca sumber daya
alam. Formula perhitungan dengan pendekatan net price
adalah:

𝑹𝑹 = 𝑻𝑹 − (𝑰𝑪 + 𝑪𝑬 + 𝑪𝑭𝑪 + 𝑵𝑷)


𝑵𝑷 = 𝒓𝑲

Dimana:
RR = Resource Rent (rente sumber daya)
TR = penerimaan total
IC = konsumsi antara (intermediate consumption)
CE = pembayaran terhadap tenaga kerja (compensation of
employee)
CFC = pembayaran modal tetap (compensation of fixed
capital)

8
NP = keuntungan normal (normal profit) yang dihitung dari
perkalian nilai modal yang diinvestasikan dengan suku bunga
(r) atau sering juga dikenal sebagai biaya korbanan dari modal
(opportunity cost of capital).
Komponen di dalam kurung (IC+CE+CFC+NP) sebenarnya
adalah biaya marjinal ekstraksi sumber daya (marginal cost).
Dalam studi empiris, perhitungan biaya marjinal ini sering sulit
ditemukan sehingga dalam praktiknya perhitungan rente
ekonomi melalui pendekatan ini sering didekati dengan
menggunakan biaya rata-rata. Metode ini bisa dikembangkan
untuk multi komoditas dengan merinci komponen biaya untuk
mengekstrak sumber daya ikan.
Pendekatan ketiga yang bisa digunakan untuk menghitung
rente ekonomi adalah melalui keragaan finansial dan keragaan
ekonomi dengan merinci struktur biaya dan penerimaan dari
industri perikanan. Pendekatan ini dilakukan dengan
menggunakan data hasil survei (cross-section) dari industri
penangkapan ikan yang kemudian dirinci berdasarkan
komponen biaya yang dikeluarkan oleh industri tersebut.
Pendekatan ini secara operasional perhitungannya memang
relatif lebih mudah dilaksanakan, namun membutuhkan biaya
yang relatif mahal untuk melakukan pengumpulan data
tersebut.
Pendekatan keempat yang juga umum digunakan untuk
menghitung rente ekonomi perikanan adalah dengan
pendekatan bioekonomi di mana rente sumber daya dihitung

9
berdasarkan selisih antara nilai dari ikan yang ditangkap
dengan seluruh biaya yang dikeluarkan untuk mengekstraksi.
2.4 Biologi Ekonomi Perikanan
Selama ini aspek biologi secara parsial telah mendapat
perhatian yang cukup besar, sementara aspek ekonomi serta
interaksi bioekonomi belum begitu diperhatikan. Interaksi
bioekonomi bersifat dinamis, perubahan temporal yang terjadi
pada faktor ekonomi akan menentukan pola dan dinamika
pemanfaatan sumberdaya perikanan. Karena itu, untuk
memperoleh manfaat yang optimum serta pengelolaan yang
berkelanjutan, maka hubungan dinamis antara faktor biologi
(sumberdaya perikanan) dan faktor ekonomi perlu diketahui.
Secara ekonomi, pengelolaan perikanan ditujukan untuk
memaksimalkan pendapatan daerah. Pencapaian pendapatan
maksimum, nelayan dihadapkan pada berbagai faktor
pembatas, seperti potensi sumberdaya, harga input-output
sumberdaya, tenaga kerja, modal, infrastruktur, faktor musim
dan input penunjang lainnya. Untuk memecahkan masalah
tersebut, maka aspek perencanaan dalam mengalokasikan
sumberdaya yang tersedia harus dilakukan secara optimal,
dengan pendekatan program linear (Linear Programming).
Namun, pada kondisi tertentu, pengelolaan perikanan tidak
hanya menekankan pencapaian tujuan pendapatan
maksimum, akan tetapi juga mempertimbangkan pemenuhan
permintaan ikan (ekspor dan konsumsi domestik) dan
perluasan kesempatan kerja

10
2.5 Model Gordon Schaefer dan Solusi Analitisnya
Inti dari teori Gordon mengenai keseimbangan bioekonomi
pada kondisi open access suatu perikanan berada pada titik
keseimbangan. Dimana pelaku perikanan hanya menerima
biaya oportunitas dan rente ekonomi sumberdaya tidak
diperoleh. Rente ekonomi sumberdaya (economic rent) dalam
hal ini diartikan sebagai selisih antara total penerimaan dari
ekstraksi sumberdaya dengan seluruh biaya yang dikeluarkan
untuk mengekstraksinya. Tingkat upaya pada posisi ini adalah
tingkat upaya dalam posisi keseimbangan yang oleh Gordon
disebut ”Bionomic Equilibrium of Open Acess Fishery”.
Keseimbangan bioeconomic open access juga dapat dilihat dari
sisi penerimaan rata-rata, penerimaan marginal, dan biaya
marginal.
1. Model Gordon Schaefer
Model Gordon-Schaefer boleh dikatakan sebagai salah
satu model awal pengembangan model bioekonomi. Model
Gordon-Schaefer menggunakan fungsi pertumbuhan logistic.
Model fungsi pertumbuhan logistik tersebut dikombinasikan
dengan prinsip ekonomi, terutama konsep maksimisasi profit.
Dalam model Gordon-Schaefer pendekatan statik
dipergunakan tiga kondisi keseimbangan, yaitu: (1) maximum
sustainable yield atau MSY, (2) maximum economic yield atau
MEY dan (3) open access equilibrium (OAE).
2. Model Bioekonomi Statik Copes
Bioekonomi yang dikembangkan oleh Parvival Copes
menggunakan pendekatan output, yaitu produksi atau yield.
Bioekonomi model Copes mengadopsi konsep surplus
11
ekonomi. Dalam ilmu ekonomi, surplus ekonomi dapat
ditelusuri setelah mengetahui kurva penawaran dan
permintaan. Terdapat dua jenis surplus ekonomi, yaitu surplus
produsen (producer surplus) dan surplus konsumen (consumer
surplus).
Total dari surplus ekonomi adalah surplus konsumen
ditambah surplus produsen. Surplus konsumen adalah selisih
antara jumlah yang konsumen bersedia bayar (willingness to
pay) dengan yang harus dibayar. Sedangkan surplus produsen
adalah selisih jumlah yang diterima (harga berlaku) dengan
jumlah yang diharapkan.
Model Copes berbeda asumsi dengan model Gordon-
Schaefer yang merupakan model awal pengembangan
bioekonomi perikanan. Dalam model Gordon-Schaefer, harga
per unit output diasumsikan konstan. Sedangkan dalam model
Copes, harga per unit output dapat mengalami fluktuasi.

12
3. PERMINTAAN DAN PENAWARAN PERIKANAN

Permintaan terhadap barang dan jasa pada suatu


wilayah pada periode waktu tertentu adalah merupakan
seluruh permintaan yang digunakan oleh sektor produksi
(permintaan antara), permintaan untuk memenuhi konsumsi
akhir domestik (permintaan akhir), dan permintaan untuk
ekspor. Sedangkan kalau dilihat dari sisi penawaran, adalah
merupakan seluruh penawaran barang dan jasa pada suatu
wilayah pada waktu tertentu yang berasal dari produksi lokal
(barang dan jasa yang diproduksi di daerah tersebut), impor
domestik (barang dan jasa yang diimpor dari daerah lain dalam
satu negara) dan barang dan jasa impor dari luar negeri).

3.1 Permintaan
Permintaan atau jumlah yang diminta (Quantity
Demanded) adalah jumlah barang yang ingin dan mampu dibeli
oleh komsumen pada berbagai tingkat harga. Teori permintaan
yang menggambarkan sifat hubungan antara jumlah barang
yang diminta dengan harganya dikenal sebagai hukum
permintaan.
Hukum permintaan mengatakan, jika faktor-faktor lain
dianggap tetap (ceteris paribus), jumlah barang yang diminta
oleh konsumen akan meningkat pada saat harga barang
menurun.

13
120000
100000

Harga Barang
80000
60000
40000
20000
0
0 200 400 600 800 1000
Jumlah Barang

Kurva permintaan menggambarkan hubungan antara


berbagai tingkat harga dan jumlah barang yang diminta oleh
konsumen. Kurva permintaan pada umumnya bergerak naik
dari kiri atas ke kanan bawah (meliliki slope atau lereng negatif).
Artinya jika harga barang naik, maka permintaan barang akan
turun dan sebaliknya jika harga barang turun, permintaan
barang akan meningkat. Faktor-faktor utama yang
mempengaruhi tingkat permintaan terhadap suatu barang:
a. Jumlah penduduk
b. Pendapatan konsumen dan distribusinya
c. Harga dan ketersediaan produk-produk lain dan jasa
d. Selera dan preferensi konsumen
e. Ketersediaan barang subtitusi atas suatu barang dan juga
semakin tinggi.
Fungsi permintaan adalam fungsi yang mengambarkan
hubungan antara jumlah barang yang diminta oleh konsumen
dan semua faktor yang mempengaruhi. Secara umum, fungsi
permintaan dapat dituliskan sebagai berikut:

14
𝑸𝒅 = 𝒇(𝑷𝒒 , 𝑷𝒔𝒊 , 𝒀, 𝑺, 𝑫)

Dimana:
Qd = jumlah barang yang diminta oleh konsumen
Pq = harga barang itu sendiri
Ps.i = harga barang-barang subtitusi
Y = pendapatan
S = selera masyarakat
D = jumlah penduduk

3.2 Penawaran
Definisi penawaran atau jumlah yang ditawarkan (Quantity
Supplied) adalah jumlah barang yang rela dan mampu
disediakan oleh produsen untul dijual. Teori penawaran yang
menggambarkan sifat hubungan antara jumlah barang yang
ditawarkan dengan harganya dikenal sebagai hukum
penawaran.

Hukum penawaran mengatakan, jika faktor-faktor lain


dianggap tetap, jumlah barang yang ditawarkan akan
meningkat pada saat harga barang naik.

15
120000
100000
100000

Harga Barang
80000 80000
60000 60000
40000 40000
20000 20000
0
0 200 400 600 800 1000
Jumlah Barang

Kurva penawaran menggambarkan hubungan antara


harga dan jumlah barang yang ditawarkan. Kurva penawaran
pada umumnya bergerak naik dari kiri bawah ke kanan atas
(meliliki slope atau lereng positif). Artinya jika harga barang
naik, maka penawaran barang akan naik dan sebaliknya jika
harga barang turun, penawaran akan barang juga akan turun.
a. Harga barang lain
b. Biaya produksi
c. Tingkat teknologi
Fungsi penawaran adalam fungsi yang hubungan antara
jumlah barang yang ditawarkan oleh produsen dan semua
faktor yang mempengaruhi. Secara umum, fungsi penawaran
dapat dituliskan sebagai berikut:

𝑸𝒔 = 𝒇(𝑷𝒒 , 𝑷𝒍𝒊 , 𝑶, 𝑻)

Dimana:
Qs = jumlah barang yang ditawarkan oleh produsen atau
penjual
Pq = harga barang itu sendiri

16
Pl.i = harga barang-barang lain
O = tujuan perusahaan
T = tingkat teknologi yang digunakan dalam produksi

17
4. PASAR DAN TATANIAGA HASIL PERIKANAN

Pasar umumnya diidentifikasi berdasarkan beberapa


karakteristik yaitu jumlah dan distribusi dari pembeli dan penjual
serta pendatang baru potensial yang aktif, tingkat diferensiasi
produk, jumlah dan biaya informasi tentang harga dan mutu
produk, serta kondisi masuk dan keluar industri. Kegiatan
tataniaga sangat dipengaruhi oleh informasi pasar yang
diperoleh. Tersedianya informasi, terutama informasi
permintaan dan harga, merupakan faktor yang sangat
berpengaruh terhadap besar kecilnya keuntungan yang akan
diperoleh.

4.1 Struktur Pasar


Pasar dalam arti luas tidak hanya menyangkut tempat
bertemunya pembeli dan penjual untuk melakukan transaksi
jual-beli, namun merupakan suatu wujud abstrak dari suatu
mekanisme ketika pembeli dan penjual bersepakat untuk
mengadakan pertukaran. Karakter yang paling penting adalah
pembeli dan penjual dan tercipta transaksi yang melibatkan
harga dan kuantitas. Sehingga pasar adaah suatu mekanisme
pada saat pembeli dan penjual suatu barang melakukan
transaksi untuk menentukan harga dan kuantitas (supply dan
demand).
Struktur pasar adalah berbagai hal yang dapat
mempengaruhi tingkah laku dan kinerja usaha perikanan dalam
pasar, antara lain jumlah usaha perikanan dalam pasar, skala
produksi, dan jenis produksi. Suatu struktur pasar dikatakan
18
kompetitif jika usaha perikanan yang ada tersebut tidak
mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi harga dan
jumlah barang di pasar. Semakin lemah kemampuan suatu
usaha perikanan untuk mempengaruhi pasar, semakin
kompetitif struktur pasarnya.

4.2 Macam-Macam Pasar Perikanan


Pasar pada umumnya diidentifikasikan berdasarkan
beberapa karakteristik tertentu. Seiring dengan
berkembangnya zaman, banyak sekali jenis pasar yang dapat
digunakan sebagai tempat penyaluran produksi perikanan.
a. Pasar Persaingan Sempurna
Persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang
paling ideal, karena struktur pasar ini akan dapat menjamin
berlangsungnya aktivitas produksi dengan tingkat efisiensi
yang tinggi. Pada pasar ini, kekuatan permintaan dan kekuatan
penawaran dapat bergerak secara leluasa. Harga yang
terbentuk benar-benar mencerminkan keinginan produsen dan
konsumen. Permintaan mencerminkan keinginan konsumen,
sementara penawaran mencerminkan keinginan produsen atau
penjual. Bentuk pasar persaingan sempurna terdapat terutama
dalam bidang produksi dan perdagangan hasil-hasil perikanan,
pertanian dan peternakan. Ciri-ciri Pasar Persaingan
sempurna:
1. Terdapat banyak penjual dan pembeli
2. Produk yang dihasilkan oleh produsen adalah homogeny
3. Setiap produsen adalah price taker (pengambil keputusan
tentang harga).
19
4. Tidak ada campur tangan Pemerintah.
b. Pasar Monopoli
Monopoli adalah struktur pasar dimana hanya terdapat
satu penjual, tidak ada barang subtitusi produk sejenis atau
mirip (close subtitute) dan terdapat hambatan untuk masuk ke
dalam pasar (barriers to entry). Ciri- ciri pasar monopoli adalah
:
1. Hanya ada satu penjual.
2. Tidak ada barang subtitusi.
3. Produsen atau penjual sebagai penentu harga (Price
setter).
c. Pasar Oligopoli
Oligopoli, yaitu keadaan dimana hanya ada beberapa
perusahaan perikanan yang menguasai pasar baik secara
independen (sendiri-sendiri) maupun bekerjasama. Arti dari
pasar oligopoli adalah suatu bentuk interaksi permintaan dan
penawaran, di mana terdapat beberapa penjual atau produsen
yang menguasai seluruh permintaan pasar. Jenis pasar ini
yang banyak terdapat pada suatu komoditas disamping pasar
persaingan sempurna, karena sangat jarang sekali ditemui
adanya pasar monopoli yang sempurna. Ciri-ciri pasar oligopoli:
1. Jumlah perusahaan sangat sedikit
2. Barang yang diproduksikan adalah barang “standart” atau
barang berbeda corak
3. Kekuatan menentukan harga adakalanya lemah dan ada
kalanya sangat tangguh
4. Hambatan untuk masuk ke industri cukup tangguh.

20
5. Pada umumnya perusahaan oligopoli perlu promosi secara
iklan.
d. Pasar Persaingan Monoplistik
Secara umum, pasar persaingan monopolistik dapat
didefinisikan sebagai suatu pasar di mana terdapat banyak
produsen atau penjual yang menghasilkan dan menjual produk
yang berbeda macamnya (differentiated product).
Pasar monopolistik pada dasarnya adalah pasar yang
berada di antara dua jenis bentuk pasar yang ekstrem, yaitu
persaingan sempurna dan monopoli. Oleh karena itu sifat-sifat
bentuk pasar ini mengandung unsur-unsur sifat pasar monopoli
dan sifat pasar persaingan sempurna. Ciri-ciri pasar
monopolistik :
1. Terdapat banyak penjual
2. Produknya tidak homogen.
3. Tidak dapat atau lemah pengaruhnya dalam pembentukan
harga
4. Masuk ke dalam industri/pasar relative mudah.

4.3 Tataniaga Hasil Perikanan


Tata niaga komoditas perikanan merupakan salah satu
kunci dari keberhasilan pembangunan perikanan. Tanpa
adanya pasar maka produksi perikanan tidak akan terangsang.
Tata niaga perikanan mempunyai arti penting karena
memberikan sumbangan pada perluasan maupun pemuasan
kebutuhan dan keinginan masyarakat terhadap produk hasil
perikanan. Selain sebagai sarana untuk menciptakan
pemenuhan kebutuhan bagi orang lain, tata niaga merupakan
21
alat untuk memperoleh keuntungan. Keuntungan yang
diperoleh tersebut merupakan sarana untuk meningkatkan
kesejahteraan (Mubyarto, 1989).
Berdasarkan penguasaannya terhadap komoditi yang
diperjual belikan lembaga pemasaran dibedakan menjadi tiga
kelompok yaitu :
1. Lembaga pemasaran yang bukan pemilik namun mempunyai
kuasa atas produk (agent middleman), di antaranya :
a. Perantara, makelar, atau broker baik selling broker
maupun buying broker.
b. Commission agent,
2. Lembaga pemasaran yang memiliki dan menguasai produk
pertanian yang diperjual belikan, antara lain :
a. Pedagang pengepul atau pengumpul, penebas,
tengkulak atau whole seller:
b. Grain millers
c. Eksporter dan importer
3. Lembaga pemasaran yang tidak memiliki dan tidak
menguasai produk pertanian yang ditransaksikan:
a. Processors dan manufaktur
b. Facilitative organizations
Saluran pemasaran adalah rute yang dilalui oleh
produk pertanian ketika produk bergerak dari farm gate yaitu
petani produsen ke pengguna atau pemakai terakhir. Panjang
pendeknya saluran pemasaran tergantung antara lain pada
faktor-faktor sebagai berikut :
1. jarak antara produsen ke konsumen

22
2. cepat tidaknya produk yang ditransaksikan rusak
3. skala produksi
4. posisi keuangan lembaga pemasaran yang terlibat
Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan oleh lembaga-
lembaga perikanan sebagaimana telah dijelaskan terdahulu
antara lain mencakup fungsi pertukaran, fungsi fisik dan fungsi
fasilitasi.

23
5. MODEL BIOEKONOMI

Sumberdaya perikanan mempunyai karakteristik yang

unik yaitu merupakan sumberdaya milik umum (Common

property). Akibatnya pemanfaatan sumberdaya ikan bersifat

open acces dimana dapat diakses bagi semua pengguna.

Dengan karakteristiknya yang unik maka dalam

pemanfaatannya dapat mengalami overfishing sehingga

potensi sumberdaya ikan mengalami penurunan dan ikuti

dengan penurunan produksi serta pendapatan nelayan.

Model bioekomi perikanan pertama kali ditulis oleh

Scott Gordon (1954) dalam artikelnya menyatakan bahwa

sumberdaya perikanan pada umumnya bersifat terbuka (open

acces) sehingga setiap orang dapat memanfaatkannya atau

tidak seorangpun memiliki hak khusus untuk memanfaatkan

sumberdaya alam ataupun melarang orang lain untuk ikut

memanfaatkan (Common property). Pendekatan bioekonomi

diperlukan dalam pengelolaan sumberdaya karena selama ini

permasalahan perikanan terfokus pada maksimalisasi

penangkapan dengan mengabaikan faktor produksi dan biaya

yang dipergunakan dalam usaha perikanan. Dengan


24
permasalahan tersebut maka Gordon melakukan analisis

berdasarkan konsep produksi biologi yang kemudian

dikembangkan oleh Schaefer (1957), kemudian konsep dasar

bioekonomi ini dikenal dengan teori Gordon-Schaefer.

Analisis bioekonomi model Gordon-Schaefer

merupakan salah satu analisis untuk pengusahaan

sumberdaya perikanan tangkap yang Pendekatan yang

memadukan kekuatan ekonomi yang mempengaruhi industri

penangkapan dan faktor biologi yang menentukan produksi dan

suplay ikan. Analisis bioekonomi ditujukan untuk menentukan

tingkat pengusahaan maksimum bagi pelaku perikanan

(Fetriani, 2001).

Menurut Nabunome (2007), untuk memperoleh

keuntungan dengan memperhatikan kelestarian sumberdaya

ikan maka perlu dilakukan suatu usaha pendekatan yang

memperhatikan aspek biologis dan ekonomis, sehingga

nelayan dalam melakukan aktifitasnya dapat memperoleh

keuntungan secara maksimal tetapi sumberdaya ikan tetap

lestari. Untuk itu maka digunakan pendekatan bioekonomi

untuk mengestimasi aspek biologi, ekonomi dan sosial dalam

melakukan usaha penangkapan ikan. Pendekatan bioekonomi


25
ini menggunakan model. Model merupakan abstraksi atau

simplikasi dari dunia nyata. Dengan menggunakan model maka

dapat memberikan solusi optimal dalam pemanfaatan

sumberdaya perikanan yang berkelanjutan. Model yang

digunakan adalah bioekonomi untuk mengestimasi aspek

potensi sumberdaya ikan (MSY, EMSY), mengestimasi aspek

ekonomi dalam usaha penangkapan ikan (MEY, E MEY) dan

mengestimasi aspek sosial (EOA, COA).

5.1 CPUE
Untuk pendugaan stok ikan (standing stock), Schaefer

(1954) mengembangkan metode surplus production yang

mengkaji hubungan antara produksi dan produktivitas

penangkapan atau CPUE (catch per unit effort) dengan effort.

Ditemukan bahwa hubungan CPUE dan effort sifatnya linier

dan trend-nya menurun (slope negatif). Schaefer

mengembangkan konsep pertumbuhan populasi ikan

berdasarkan asumsi konsep produksi biologi kuadratik yang

dikembangkan Verhulst pada tahun 1983. Dari sini lahir konsep

MSY (maximum sustainable yield) yang akhirnya ditetapkan

sebagai salah satu titik referensi (reference point) pengelolaan

26
perikanan. Untuk menghitung CPUE digunakan rumus sebagai

berikut:

C
CPUE =
E
Dimana :

CPUEt = Hasil tangkapan per upaya penangkapan

pada tahun ke - t (ton per unit alat tangkap)

(C) Catch t = Hasil tangkapan pada tahun ke - t (ton)

(E) Effort = Upaya penangkapan pada tahun ke-t (unit

alat tangkap)

5.2 MSY, MEY dan OAE


Konsep MSY ditujukan untuk pendekatan biologi yaitu

memperoleh produksi setinggi-tingginya dan mengabaikan

faktor biaya pemanenan ikan, tidak mempertimbangkan aspek

sosial ekonomi akibat pengelolaan sumberdaya ikan dan tidak

memperhitungkan nilai ekonomi terhadap sumberdaya yang

tidak dipanen. Kekurangan-kekurangan pendekatan biologi

tersebut melahirkan konsep baru yaitu pendekatan bioekonomi.

Dengan bioekonomi aspek sosial dan ekonomi menjadi penting

dalam pengelolaan. Pada pendekatan biologi tujuan utama

adalah pertumbuhan biologi namun pada pendekatan


27
bioekonomi tujuan utama adalah aspek ekonomi dengan

kendala aspek biologi sumberdaya ikan (Fauzi dan Anna,

2005).

Karena sifat kurva Yield-Effort yang berbentuk

kuadratik, maka peningkatan upaya yang terus menerus

melewati titik EMSY maka produksi akan turun kembali, bahkan

mencapai nol (pada titik upaya maximum EMSY). Berdasarkan

nilai MSY yang diperoleh dari model Schaefer maka Gordon

menambahkan faktor ekonomi dengan memasukan harga dan

biaya. Untuk mengembangkan model Gordon-Schaefer

digunakan asumsi-asumsi untuk memudahkan pemahaman

yaitu :

• Harga per satuan upaya output diasumsikan konstan

atau kurva permintaan diasumsikan elastis sempurna

• Biaya per satuan upaya (c) dianggap konstan

• Species sumberdaya ikan bersifat tunggal (single

species)

• Struktur pasar bersifat kompetitif

• Hanya faktor penangkapan yang diperhitungkan (tidak

termasuk faktor pasca panen dan lain sebagainya).

28
Konsep MEY (Maximum Economic Yield)

mendeskripsikan tingkat effort yang menghasilkan rente

sumberdaya maksimum (yaitu selisih terbesar antara

penerimaan dengan biaya). Jika fungsi penerimaan dan fungsi

biaya digabungkan maka akan menguraikan inti mengenai

keseimbangan bioekonomi model Gordon-Schaefer. Konsep

MEY ini kemudian ditetapkan sebagai salah satu target

(reference point) pengelolaan sumberdaya (Dewi, 2010).

Dari sudut pandang ilmu ekonomi, kesimbangan open

acces menimbulkan terjadi alokasi yang tidak tepat

(misallocation) karena kelebihan faktor produksi (tenaga kerja

dan modal) dalam perikanan yang seharusnya bisa digunakan

untuk ekonomi produktif lain. Inilah sebenarnya inti prediksi

Gordon bahwa perikanan open acces akan menyebabkan

terjadinya kondisi economic overfishing. Selain itu juga bahwa

keseimbangan open acces dicirikan dengan terlalu banyak

input sehingga stok sumberdaya akan diekstraksi sampai pada

titik yang terendah sebaliknya pada tingkat MEY input tidak

terlalu banyak tetapi keseimbangan biomas pada tingkat yang

lebih tinggi.

29
Keuntungan optimal tidak terjadi pada saat MSY.

Keuntungan optimal terjadi pada saat maximum economic yield

(MEY), dimana marginal revenue (MR) adalah sama dengan

marginal cost (MC). Hal itu sesuai dengan prinsip maksimisasi

profit atau keuntungan. Meskipun hasil tangkapan pada level

MSY adalah maksimal, namun keuntungan tidak hanya

dipengaruhi oleh faktor produksi dan penerimaan, tetapi juga

dipengaruhi oleh biaya. Prinsip efektifitas dan efisiensi perlu

dipadukan. Produksi dan penerimaan terkait dengan prinsip

efektifitas, sedangkan biaya atau pengeluaran terkait dengan

prinsip efisiensi.

Pada level MEY, produksi berada pada level optimal

secara ekonomi, dimana walaupun produksinya tidak

30
maksimal, namun masih relatif tinggi dan pengeluarannya

efisien sehingga keuntungannya tertinggi. Kondisi open access

equilibrium (OAE) atau keseimbangan akses terbuka terjadi

pada saat sumberdaya perikanan bersifat open acces. Pada

saat kondisi tidak ada hambatan masuk (entry) dan hambatan

upaya (effort), maka akan dapat mengakibatkan pemanfaatan

sumberdaya ikan menuju break even point (BEP), dimana total

revenue (TR) sama dengan total cost (TC).

Selama kegiatan penangkapan menguntungkan, maka

akan mendorong orang untuk melakukan peningkatan kegiatan

penangkapan. Namun, sumberdaya ikan memiliki keterbatasan

dalam daya regenerasi. Oleh karena itu, apabila tingkat

penangkapan melebihi level MSY, maka peningkatan upaya

penangkapan justru menyebabkan penurunan produksi.

Apabila menggunakan asumsi harga dan biaya konstan, maka

terjadi transisi kegiatan penangkapan yang semula

menguntungkan, berubah menjadi BEP (break even point),

dimana kalau terus dipaksakan maka justru menyebabkan

kegiatan penangkapan berada pada kondisi merugikan, dimana

penerimaan lebih kecil daripada pengeluaran.

31
Untuk perhitungan MSY, MEY dan OAE dapat

menggunakan rumus sebagai berikut:

Parameter MSY MEY OAE

C a2/4b aEMEY – b(EMEY)2 aEOAE – b(EOAE)2

E a/2b (p.a –c)/2p.b (p.a –c)/p.b

TR CMSY . P CMEY . P COAE . P

TC c . EMSY c . EMEY c . EOAE

Π TRMSY – TCMSY TRMEY – TCMEY TROAE – TCOAE

Dimana :

C = Total Hasil Tangkapan

E = Total Upaya Penangkapan

TR (Total Revenue) = Total Penerimaan

TC (Total Cost) = Total Pengeluaran

Π = Keuntungan.

32
6. LANGKAH-LANGKAH PERHITUNGAN MSY, MEY
DAN OAE

1. Membuka Ms. Excel yang sudah ada soalnya.

2. Setelah membuka halaman tersebut, klik Data kemudian

klik data analysis sampai muncul halaman seperti berikut

ini

33
3. Cari tools regression dan klik ok.

4. Input nilai Y dan X Range yang sudah ada di soal lalu

klik ok.

34
Lihat nilai koefiseien. Hasil dari Intercept adalah nilai a

dan hasil dari X Variable merupakan b. Selanjutnya hitung

MSY, MEY dan OAE.

Interpretasi

Berdasarkan hasil perhitungan dengan model

bioekonomi Gordon Schaefer yang telah dilakukan, didapatkan

hasil nilai koefisien a dan b untuk menentukan nilai MSY, MEY

dan OAE.

35
Nilai a pada produksi penangkapan ikan lele pada

tahun 2001 sampai dengan 2011 adalah sebesar 43,97093.

Sedangkan nilai b pada produksi penangkapan ikan lele

pada tahun 2001 sampai dengan 2011 adalah sebesar -

0,00253.

36
DAFTAR PUSTAKA

Case and Fair, 2008. Prinsip-prinsip Ekonomi Edisi ke 8.


Penerbit Erlangga. Jakarta. http://www.erlangga.co.id.

Ehrenberg, R.G and R.S. Smith, 1988, Modern Labor


Economics Theory and Public Policy 3 rd Edition. Scott
Foresman and Company Glenview. Illinois Boston
London.

Fauzi. 2004. Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan


Teori dan Aplikasi. Gramedia. Jakarta.

Henderson, J. M. dan Quandt, R. E. (1980). Microeconomic


Theory: A Mathematical Approach, McGraw-Hill,
Tokyo.

Mankiw. 2009. Principles of Economics Edisi 3. Salemba


Empat. Jakarta.

Pindyck, R. S. dan Rubinfeld, D. L. (1986). Microeconomics,


third edition. Prentice-Hall International. Inc. Mainland.

37
FORMAT LAPORAN EKONOMI PERIKANAN

Cover
Kartu Kendali
Lembar Pengesahan
Kata Pengantar
Daftar Isi
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan dan Manfaat Praktikum
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 . Prinsip-Prinsip Ekonomi Perikanan
2.2 . Persoalan Sumberdaya Perikanan
2.3 . Konsep Bioekonomi Perikanan
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 . Profil Menteri Perikanan
3.2 . Persoalan Perikanan
3.3 . Perhitungan Bioekonomi
4. PENUTUP
4.1 Kesimpulan.
4.2 Saran
4.2.1 Pemerintah
4.2.2 Pelaku
4.2.3 Akademisi
DAFTAR PUSTAKA

38
Format Penulisan:

- Arial 11, Spasi 2, Margin 4,3,3,3


- Penulisan sitasi dibelakang
- 1 Paragraf terdiri dar Minimal 5 kalimat, 1 kalimat terdiri
minimal 5 Kata
- Dapus sesuai kepenulisan FPIK

39
Contoh Format Cover

LAPORAN PRAKTIKUM
EKONOMI PERIKANAN
2019

Asisten :

KELAS
KELOMPOK ...
1. NAMA NIM
2. NAMA NIM
3. NAMA NIM
4. NAMA NIM

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2019
40
Contoh Format Lembar Pengesahan

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Ekonomi Perikanan disusun sebagai salah


satu syarat menyelesaikan Praktikum Ekonomi Perikanan dan
lulus Mata Kuliah Ekonomi Perikanan.

Koordinator Asisten Asisten Pendamping

Fatih Rukmana Sari

NIM. 165080400111021 NIM.

41
Daftar Nama Tim Asisten Ekonomi Perikanan 2019

No Nama NIM ID Line

Fatih Rukmana Sari


1 165080400111021 fr_sari
(COAS)

2 M. Afif Ma’ruf 165080400111032 afif-18

3 Yunita Sri Lestari 165080401111020 Yunita_sl

4 Varida Rusdiana 175080400111002 Varidaruss

5 Dina Amroatun 175080401111001 @dinaaafifah

42

Anda mungkin juga menyukai