Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH :

EKONOMI PERUSAHAAN
PERIKANAN

DIAJUKAN OLEH :

INAYA
22121020
JURUSAN AGROBISNIS PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN
UNIVERSITAS COKROAMINOTO MAKASSAR
2023

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat

dan karunia-Nya sehingga Makalah “Ekonomi Perusahaan Perikanan” ini dapat

diselesaikan dengan baik. Tidak lupa shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada

Rasulullah Muhammad SAW, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan

arahan serta bimbingannya selama ini. Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini

terdapat banyak kesalahan dan kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha

Kuasa yaitu Allah SWT, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia.

Maros, Juli 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1
A. Latar Belakang............................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................... 2
C. Tujuan ........................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 4


A. Pengertian Usaha Perikanan .......................................................... 4
B. Ruang Lingkup Usaha Perikanan .................................................. 5
C. Prinsip Ekonomi Perikanan ........................................................... 6
D. Sumber Daya Perikanan Indonesia
i ................................................ 7
E. Pengelolaan Sumberdaya Ikan ....................................................... 8
F. Model Pengelolaan ........................................................................ 8

BAB III PENUTUP ......................................................................................... 11


A. Kesimpulan.................................................................................... 11
B. Saran.............................................................................................. 11

DAFTAR PUSTAKA

           

3
ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Ekonomi merupakan salah satu ilmu sosial yang mempelajari aktivitas manusia
yang berhubungan dengan produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan
jasa. Istilah "ekonomi" sendiri berasal dari kata Yunani οἶκος (oikos) yang berarti
"keluarga, rumah tangga" dan νόμος (nomos), atau "peraturan, aturan, hukum," dan
secara garis besar diartikan sebagai "aturan rumah tangga" atau "manajemen rumah
tangga." Sementara yang dimaksud dengan ahli ekonomi atau ekonom adalah orang
menggunakan konsep ekonomi dan data dalam bekerja (Arjuna, 2010).
Perikanan memang semula berasal dari kegiatan hunting (berburu) yang harus
dibedakan dari kegiatan farming seperti budidaya. Dalam artian yang lebih luas,
perikanan tidak saja diartikan sebagai aktivitas menangkap ikan (termasuk hewan
invertebrate lainnya seperti funfish atau ikan bersirip) namun juga termasuk kegiatan
mengumpulkan kerang-kerangan, rumput laut dan sumberdaya hayati lainnya dalam
suatu wilayah geografis tertentu dengan struktur kepemilikan  yang kebanyakan
bersifat common property (milik bersama). Hal ini berbeda dengan budidaya atau
aquaculture yang berhubungan dengan sumberdaya yang dapat dikendalikan serta
struktur kepemilikan yang jelas (private property).
Ekonomi perikanan adalah aplikasi prinsip-prinsip ekonomi dan ilmu produksi
perikanan dalam suatu usaha perikanan. Secara langsung maupun tidak, beberapa
prinsip penting dari ekonomi perikanan berkembang dari kaidah-kaidah dasar teori
ekonomi.
Ekonomi Perikanan merupakan bidang yang unik karena sifat sumber
dayanya fugitive dan kompleksitas pengelolaannya menuntut Potensi ekonomi
perikanan yang jauh lebih besar sesungguhnya terdapat di perikanan budidaya
(akuakultur). Namun, sampai saat ini pemanfaatan perikanan budidaya masih sangat
rendah, hanya 4,88 juta ton pada 2010 atau 8,5 persen dari total potensi produksi 57,6
juta ton per tahun. Perairan laut Indonesia yang berpotensi untuk usaha budidaya laut
(mariculture) 24 juta hektar dengan potensi produksi lestari 41,6 juta ton per tahun.
Pada 2010 baru diproduksi 3,4 juta ton atau 3,4 persen.
Peran ilmu ekonomi dalam bidang usaha perikanan berkaitan erat dengan
bagaimana seorang pengusaha perikanan mengelola (manage), mengalokasikan

1
sumberdaya, memproduksi dan mendistribusikan output yang dihasilkan dari proses
produksi dalam sebuah usaha perikanan. Penerapan prinsip-prinsip ekonomi dalam
usaha perikanan didasari pada dua permasalahan utama, yaitu; kelangkaan sumberdaya
(scarcity) sebagai bahan baku produksi dan bagaimana mengalokasikan sumberdaya
yang terbatas tersebut secara efisien dalam proses produksi (choice).
Pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi dibeberapa
Negara, telah mendorong meningkatnya permintaan komoditas perikanan dari waktu
ke waktu. Meningkatnya permintaan ikan ini mengarah pada jumlah yang tidak
terbatas, mengingat kegiatan pembangunan yang merupakan faktor pendorong dari
permintaan ikan berlangsung secara terus menerus. Sementara disisi lain, permintaan
ikan tersebut dipenuhi dari sumberdaya ikan yang jumlahnya di alam memang terbatas.
Kecendrungan meningkatnya permintaan ikan telah membuka peluang berkembang
pesatnya industri perikanan, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya.
Hanya sayangnya, perkembangan industri perikanan ini lebih banyak dilandasi oleh
pertimbangan teknologi dan ekonomi, dan sekaligus mengabaikan pertimbangan
lainnya seperti lingkungan, social budaya serta kelestarian sumberdaya perikanan.
Akibatnya, jaminan usaha perikanan yang berkelanjutan menjadi tanda tanya,
disamping upaya meningkatkan kesejahteraan nelayan menjadi semakin jauh. Bagi
Indonesia, perikanan mempunyai peranan yang cukup penting dalam pembangunan
nasional. Hal ini disebabkan karena adanya beberapa factor, diantaranya adalah :
 Sekitar 2.274.629 orang nelayan dan 1.063.140 rumah tangga budidaya,
menggantungkan hidupnya dari kegiatan usaha perikanan.
 Adanya sumbangan devisa yang jumlahnya cukup signifikan dan cendrung
meningkat dari tahun ketahun.
 Mulai terpenuhinya kebutuhan sumber protein hewani bagi sebagian masyarakat.
 Terbukanya lapangan kerja bagi angkatan kerja baru, sehingga diharapkan mampu
mengurangi angka pengangguran dan
 Adanya potensi perikanan yang dimiliki Indonesia

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari dari pembuatan paper ini diantaranya adalah:
1) Apa pengertian dari usaha perikanan itu sendiri?
2) Bagaimana ruang lingkup dari usaha perikanan?

2
3) Bagaimana prinsip ekonomi dalam usaha perikanan?
4) Bagaimana sumber daya perikanan di Indonesia ?
5) Bagaimana pengelolaan sumberdaya ikan ?
6) Bagaimana model pengelolaannya

C. Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan paper ini diantaranya adalah:
1) Untuk mengetahui pengertian dari usaha perikanan.
2) Untuk mengetahui ruang lingkup dari usaha perikanan.
3) Untuk mengetahui prinsip ekonomi dalam usaha perikanan.
4) Untuk mengetahui sumber daya perikanan di Indonesia
5) Untuk mengetahui pengelolaan sumberdaya ikan
6) Untuk mengetahui model pengelolaannya

     

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Usaha Perikanan


Berdasarkan Peraturan Pemerintah tentang Usaha Perikanan Nomor 54 Tahun
2002, usaha perikanan didefinisikan sebagai semua usaha perorangan atau badan
hukum untuk menangkap atau membudidayakan ikan, termasuk kegiatan menyimpan,
mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersil. Dalam ruang lingkup
yang lebih luas, kegiatan usaha perikanan tidak hanya mencakup produksi (on farm),
tetapi juga mencakup kegiatan off farm, seperti pengadaan sara dan prasarana produksi,
pengolahan, pemasaran, permodalan serta usaha pendukung lainnya.
Usaha perikanan itu sendiri mencakup setiap usaha perseorangan atupun badan
hukum dalam menangkap ataupun membudidayakan ikan demi menciptakan nilai
tambah ekonomi bagi para pelaku usaha. Perikanan jika dikelola dengan baik dan
benar bisa mendatangkan keuntungan finansial yang tidak sedikit; karena seperti kita
ketahui medan bumi kita tediri dari 70% air dan 30% daratan.
Suatu usaha perikanan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi jika rasio hasil
produksi netto dengan semua biaya produksi memiliki nilai yang tinggi pula.
Penggunaan suatu faktor produksi (input) dianggap efisien dalam proses produksi jika
rasio dari nilai produk marjinal (hasil perkalian antara produk marjinal dengan harga
output) sama dengan harga masing-masing input yang digunakan dalam proses
produksi. Secara matematis dapat dituliskan sebagai:
Dimana:
MPx = Marjinal Produk dari input X
Py = harga output per satuan unit
Px = harga input per satuan unit
Dalam dunia usaha perikanan dikenal 3 bidang usaha. Berikut ini akan di ulas
secara singkat ketiga bidang usaha tersebut:
1.   Usaha perikanan budidaya/aquakultur
Yaitu suatu kegiatan usaha yang bertujuan untuk memproduksi ikan dalam
suatu wadah pemeliharaan yang dikontrol dan berorientasi kepada suatu
keuntungan. Misalnya budidaya ikan lele, ikan nila, ikan gurami, ikan patin dan
lain sebagainya. Usaha ini biasa dilakukan dalam bentuk tambak-tambak, kolam-

4
kolam atau empang-empang yang diatur sedemikian rupa sehingga memiliki
kondisi sempurna untuk mengembangkan sumber daya yang dibiakkan di sana.
2.   Usaha perikanan pengolahan
Yaitu suatu kegiatan usaha dengan tujuan untuk meningkatkan nilai tambah
yang dimiliki oleh suatu produk perikanan. Selain itu, usaha perikanan pengolahan
ini juga bertujuan sebagai pendekatan produk perikanan terhadap pasar dengan
harapan agar dapat diterima oleh konsumen secara luas dan menyeluruh. Misalnya
saja dalam pembuatan nugget ikan, kerupuk ikan, bakso ikan, dan usaha-usaha
sejenis lainnya.
3.   Usaha tangkap ikan
Usaha satu ini adalah suatu kegiatan usaha yang terfokus dalam produksi
ikan dengan jalan menangkap ikan yang berasal dari perairan darat maupun
perairan laut. Misalnya saja usaha penangkapan ikan tuna, ikan bawal laut, ikan
sarden, dan jenis ikan lainnya. Usaha ini dilakukan dengan kapal-kapal yang
dilengkapi perlatan khusus untuk menangkap hasil laut yang dituju guna
mendapatkan hasil optimal. Sempat metode ini mendapatkan banyak sorotan
karena tidak sedikit usaha ini menyebabkan kerusakan alam karena penangkapan
dengan metode yang tidak bertanggung jawab. Namun sekarang sudah dipertegas
dengan undang-undang.

B. Ruang Lingkup Usaha Perikanan


Perikanan atau usaha perikanan pada hakekatnya merupakan proses produksi
dimana input alamiah berupa tanah dan air serta unsur-unsur yang terkandung
didalamnya berinteraksi melalui proses tumbuh kembang untuk menghasilkan output.
Berdasarkan perkembangannya, usaha perikana dapat dikelompokkan menjadi
2, yaitu :
1)   Usaha perikanan ekstraktif
Usaha perikanan ekstraktif adalah usaha perikanan yang dilakukan dengan
hanya mengambil, menangkap atau mengumpulkan hasil dari alam tanpa upaya
reproduksi.
2)   Usaha perikanan generativ
Usaha perikanan generativ adalah usaha perikanan yang memerlukan usaha
pembibitan, pembenihan, pengolahan, pemeliharaan dan tindakan lainnya.

5
Berdasarkan cirri ekonomis yang melekat pada masing-masing usaha
perikanan, dikenal 2 kategori usaha perikanan, yaitu:
1)   Usaha perikanan subsisten
Usaha perikanan subsisten ditandai oleh tidak adanya akses pasar. Hasil
yang didapatkan hanya untuk memenuhi konsumsi keluarga.
2)   Usaha perikanan komersil
Usaha perikanan komersil ditandai dengan usaha yang berorientasi pasar.
Seluruh output yang dihasilkan dijual dan tidak dikonsumsi sendiri.

C. Prinsip Ekonomi Perikanan


1.   Profit Maximization dan Cost Minimization
Dalam ilmu ekonomi dikenal 2 pendekatan yang digunakan untuk
mengatasi kendala kelangkaan dan bagaimana mengalokasikan sumberdaya yang
dimiliki dengan optimal, yaitu; (1) pendekatan memaksimumkan keuntungan atau
profit maximization dan (2) pendekatan meminimumkan biaya atau cost
minimization.

2.   Prinsip Comparative Advantage


Prinsip comparative advantage mengemukakan bahwa orang akan
mengusahakan jenis dan spesies apa modal dan tenaga kerja yang dialokasikan
akan memperoleh keuntungan komparatif terbesar (keuntungan yang di dalam
perbandingannya merupakan keuntungan terbesar).

3.   Prinsip Opportunity Cost


Prinsip ini mengatakan bahwa pengusaha perikanan harus dapat memilih
dari jenis dan spesies mana yang dapat memdatangkan pendapatan tertinggi dengan
penggunaan sumber produksi sebaik-baiknya. Opportunity cost adalah pendapatan
potensial yang hilang yang dapat diperoleh dari penggunaan sumber, karena
sumber tersebut digunakan untuk usaha produksi yang lain.

4.   Prinsip Subtitusi
Prinsip ini mengatakan bahwa batas dimana substitusi dihentikan terletak
pada suatu titik dimana kerugian teknik yang ditimbulkan oleh pemakaian benda
substitusi menghilangkan keuntungan yang diperoleh karena nilainya rendah.

6
Penggantian faktor satu dengan yang lain selalu menimbulkan keuntungan
teknik maka harga akan lebih tinggi atau kerugian teknik karena harganya rendah
dan keuntungan ekonomik. Misalnya pada pakan udang, susunan makanan tidak
dapat berubah-ubah karena akan mempengaruhi pertumbuhan.

D. Sumber Daya Perikanan Indonesia


Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah. Berbagai upaya
dan cara dilakukan oleh masyarakat dan negara untuk memanfaatkannya. Sumber daya
alam merupakan modal utama bagi suatu negara untuk kesejahteraan rakyat. Indonesia
memiliki luas laut mencapai ribuan kilometer, dengan potensi sumber daya alam yang
besar. Seperti yang telah dijelaskan bahwa luas wilayah perairan Indonesia mencapai
2/3 dari luas keseluruhan negara Indonesia maka secara logika sumber daya alam
Indonesia sangatlah besar.
Di Indonesia sebenarnya pemanfaatan sumber daya alam di daratan sudah
hampir mencapai 80% mungkin lebih. Tetapi ternyata untuk sumber daya perairan
Indonesia masih belum optimal pemanfaatannya yaitu sekitar 30% saja. Hal ini
membuktikan bahwa dunia perikanan Indonesia masih besar potensinya untuk
dikembangkan bahkan Indonesia sendiri bisa menjadi negara maju dengan dunia
perikanan ini.
Jika kita teliti kita bisa lihat negara negara maju seperti contohnya Jepang.
Mengapa Jepang bisa menjadi negara maju? Selain dari teknologi mereka yang sudah
sangat maju, alasan lainnya mereka mempunyai banyak industri industri perikanan
seperti pengolahan pengolahan perikanan, budidaya perikanan, teknologi penangkapan
yang jauh lebih modern daripada Indonesia.
Di negara Indonesia ini ada beberapa cara dalam pemanfaatan sumber daya
perikanan, yaitu sebagai berikut :
 Perikanan tangkap
 Budidaya perikanan
 Teknologi atau industri perikanan
Adapun itu semua demi menghasilkan produk perikanan yang menjadi tujuan atau
berguna untuk :
 Untuk memenuhi nutrisi pangan
 Sebagai penambah dari sumber pendapatan
 Untuk memenuhi pasokan bahan bahan industry

7
 Sebagai sumber devisa bagi negara
 Dan terakhir sebagai rekreasi atau hiburan
Adapun hal hal yang menunjang atau membantu terperolehnya hal hal tersebut yaitu :
 Sosial Ekonomi Perikanan
 Pemasaran
 Sosial ekonomi
 Riset pendidikan
 Industri penunjang
 Industri penunjang
 Perahu, pakan, jaring dll

E. Pengelolaan Sumberdaya Ikan


Pengelolaan sumberdaya ikan adalah suatu proses yang terintegrasi mulai dari
pengumpulan informasi, analisis, perencanaan, konsultasi, pengambilan keputusan,
alokasi sumber dan implementasinya, dalam rangka menjamin kelangsungan
produktivitas serta pencapaian tujuan pengelolaan (FAO, 1997).Sementara Widodo
dan Nurhakim (2002) mengemukakan bahwa secara umum, tujuan utama pengelolaan
sumberdaya ikan adalah untuk :
 Menjaga kelestarian produksi, terutama melalui berbagai regulasi serta tindakan
perbaikan (enhancement)
 Meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan social para nelayan serta
 Memenuhi keperluan industri yang memanfaatkan produksi tersebut

F. Model Pengelolaan
Pengelolaan sumberdaya perikanan umumnya didasarkan pada konsep “hasil
maksimum yang lestari” (Maximum Sustainable Yield) atau juga disebut dengan
“MSY”. Konsep MSY berangkat dari model pertumbuhan biologis yang
dikembangkan oleh seorang ahli Biologi bernama Schaefer pada tahun 1957. Inti dari
konsep ini adalah menjaga keseimbangan biologi dari sumberdaya ikan, agar dapat
dimanfaatkan secara maksimum dalam waktu yang panjang. Pendekatan konsep ini
berangkat dari dinamika suatu stok ikan yang dipengaruhi oleh 4 (empat) factor utama,
yaitu rekrutment, pertumbuhan, mortalitas dan hasil tangkapan. Pengelolaan
sumberdaya ikan seperti ini lebih berorientasi pada sumberdaya (resource oriented)

8
yang lebih ditujukan untuk melestarikan sumberdaya dan memperoleh hasil tangkapan
maksimum yang dapat dihasilkan dari sumberdaya tersebut. Dengan kata lain,
pengelolaan seperti ini belum berorientasi pada perikanan secara keseluruhan (fisheries
oriented), apalagi berorientasi pada manusia (social oriented).
Pengelolaan sumberdaya ikan dengan menggunakan pendekatan “Maximum
Sustainable Yield” telah mendapat tantangan cukup keras, terutama dari para ahli
ekonomi yang berpendapat bahwa pencapaian“yield” yang maksimum pada dasarnya
tidak mempunyai arti secara ekonomi. Hal ini berangkat dari adanya masalah
“diminishing return” yang menunjukkan bahwa kenaikan “yield” akan berlangsung
semakin lambat dengan adanya penambahan “effort” (Lawson, 1984). Pemikiran
dengan memasukan unsur ekonomi didalam pengelolaan sumberdaya ikan, telah
menghasilkan pendekatan baru yang dikenal dengan “Maximum Economic Yield” atau
lebih popular dengan “MEY”.Pendekatan ini pada intinya adalah mencari titik yield
dan effort yang mampu menghasilkan selisih maksimum antara total revenue dan total
cost. Selanjutnya, hasil kompromi dari kedua pendekatan diatas kemudian melahirkan
konsep “Optimum Sustainable Yield” (OSY), sebagaimana dikemukakan oleh
Cunningham, Dunn dan Whitmarsh (1985).Secara umum konsep ini dimodifikasi dari
konsep “MSY”, sehingga menjadi relevan baik dilihat dari sisi ekonomi, social, lingkungan dan
factor lainnya.Dengan demikian, besaran dari “OSY” adalah lebih kecil dari “MSY”
dan besaran dari konsep inilah yang kemudian dikenal dengan “Total Allowable
Catch”(TAC). Konsep pendekatan ini mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan
“MSY”, diantaranya adalah :
1) Berkurangnya resiko terjadinya deplesi dari stok ikan
2) Jumlah tangkapan per unit effort akan menjadi semakin besar
3) Fluktuasi TAC juga akan menjadi semakin kecil dari waktu ke waktu
Hasil pengkajian terakhir yang telah dilakukan terhadap sumberdaya ikan
Indonesia, menunjukan bahwa jumlah potensi lestari adalah sebesar 6,409 juta ton
ikan/tahun, dengan tingkat eksploitasi pada tahun terakhir mencapai angka 4,069 juta
ton ikan/tahun (63,49%). Dengan demikian, masih ada cukup peluang untuk
meningkatkan produksi perikanan nasional. Namun demikian, yang perlu diperhatikan
adalah adanya beberapa zone penangkapan yang kondisi sumberdaya ikannya cukup
memprihatinkan dan sudah melampaui potensi lestarinya (over fishing), yaitu di
perairan Selat Malaka dan perairan Laut Jawa. Akan tetapi di kedua perairan tersebut,
terdapat beberapa kelompok ikan (ikan pelagis besar dan ikan pelagis kecil di Selat

9
Malaka serta ikan demersal di Laut Jawa) yang masih mungkin untuk dikembangkan
eksploitasinya. Sementara di 7 (tujuh) zone penangkapan lainnya, sekalipun tingkat
pemanfaatan sumberdaya ikannya secara keseluruhan masih berada dibawah potensi
lestari, akan tetapi untuk beberapa kelompok ikan sudah berada pada posisi “over
fishing”. Sebagai contoh, udang dan lobster di perairan Laut Cina Selatan, ikan
demersal; udang dan cumi-cumi di perairan Selat Makasar dan Laut Flores. Oleh
karena itu, pada beberapa perairan yang kondisi pemanfaatan sumberdaya ikannya
telah mendekati dan atau melampaui potensi lestarinya, maka perlu kiranya
mendapatkan perlakuan khusus agar sumberdaya ikan yang ada tidak “collapse”.
Informasi yang berkaitan dengan potensi dan penyebaran sumberdaya ikan laut di
perairan Indonesia, telah dipublikasikan oleh “Komisi Nasional Pengkajian Stok
Sumberdaya Ikan Laut” pada tahun 1998. Dalam publikasi tersebut, wilayah perairan
Indonesia dibagi menjadi 9 (sembilan) zone, yaitu :
1) Selat Malaka  
2) Laut Cina Selatan  
3) Laut Jawa  
4) Selatan Makasar dan Laut Flores  
5) Laut Banda  
6) Laut Seram dan Teluk Tomini  
7) Laut Sulawesi dan Samudra Pasifik  
8) Laut Arafura
Samudra Hindia Sementara dalam menentukan stok sumberdaya ikan di perairan
Indonesia, dipergunakan beberapa metoda sesuai dengan jenis dan sifat sumberdaya
ikan Dalam kaitan ini terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan didalam
mengelola sumberdaya perikanan, agar tujuan pengelolaan dapat tercapai.Pendekatan
dimaksud sebagaimana dikemukakan oleh Gulland dalam Widodo dan Nurhudah
(1985) adalah sebagai berikut :
1) Pembatasan alat tangkap  
2) Penutupan daerah penangkapan ikan  
3) Penutupan musim penangkapan ikan  
4) Pemberlakuan kuota penangkapan ikan  
5) Pembatasan ukuran ikan yang menjadi sasaran  
6) Penetapan jumlah hasil tangkapan setiap kapal

10
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ekonomi perikanan adalah aplikasi prinsip-prinsip ekonomi dan ilmu produksi
perikanan dalam suatu usaha perikanan. Secara langsung maupun tidak, beberapa
prinsip penting dari ekonomi perikanan berkembang dari kaidah-kaidah dasar teori
ekonomi. Peran ilmu ekonomi dalam bidang usaha perikanan berkaitan erat dengan
bagaimana seorang pengusaha perikanan mengelola (manage), mengalokasikan
sumberdaya, memproduksi dan mendistribusikan output yang dihasilkan dari proses
produksi dalam sebuah usaha perikanan. Penerapan prinsip-prinsip ekonomi dalam
usaha perikanan didasari pada dua permasalahan utama, yaitu; kelangkaan sumberdaya
(scarcity) sebagai bahan baku produksi dan bagaimana mengalokasikan sumberdaya
yang terbatas tersebut secara efisien dalam proses produksi (choice).
Suatu usaha perikanan memiliki tingkat efisiensi yang tinggi jika rasio hasil
produksi netto dengan semua biaya produksi memiliki nilai yang tinggi pula.
Penggunaan suatu faktor produksi (input) dianggap efisien dalam proses produksi jika
rasio dari nilai produk marjinal (hasil perkalian antara produk marjinal dengan harga
output) sama dengan harga masing-masing input yang digunakan dalam proses
produksi. Secara matematis dapat dituliskan sebagai:
Dimana:
MPx= Marjinal Produk dari input X
Py= harga output per satuan unit
Px= harga input per satuan unit

B. Saran
Demikian apa yang dapat kami sampaikan dapat makalah ini semoga apa yang
tertuang dalam makalah ini bisa dimengerti dan bermanfaat.

11
DAFTAR PUSTAKA

Henderson, J. M. dan Quandt, R. E. (1980). Microeconomic Theory: A Mathematical


Approach, McGraw-Hill, Tokyo.

http://azainul340.blogspot.co.id/2013/11/makalah-perikanan-perekonomian-indonesia.html

Koutsoyyiannis, A. (1985). Modern Microeconomics. The MacMillan Press Ltd. London.

Miller, R. L. dan Meiners, R. E. (1986).  Intermediate Microeconomics:  Theory, Issues,


and Applications, third edition. McGraw-Hill, New York.

12

Anda mungkin juga menyukai