Disusun Oleh :
Ahmad Soleh Kaplale (1121419005)
Ardiansyah Lalu (1121419013)
Nurul Fatma Jaena (1121419006)
Riskawaty Karim (1121429009)
Renita Pratiwi Gagowa (1121419002)
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................. i
DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 latar Belakang ....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2
1.3 Tujuan ................................................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tataniaga ...........................................................................................3
2.2 Potensi Tataniaga Perikanan Dalam Negeri .......................................................13
2.3 Permasalahan Tataniaga Perikanan Dalam Negeri ............................................14
2.4 Strategi Pengembangan Tataniaga Perikanan Dalam Negeri.............................17
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan .......................................................................................................27
3.2 Saran ...................................................................................................................27
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tataniaga merupakan salah satu cabang dari aspek pemasaran yang
menekankan tentang jalannya hasil produksi sampai ke tangan konsumen. Tataniaga
dapat dikatakan efisien jika mampu mendistribusikan hasil-hasil produksi kepada
konsumen dengan biaya seefisien mungkin. Selain itu tataniaga yang efisien juga
mampu mengadakan pembagian secara adil dari keseluruhan hasil penjualan kepada
semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan tataniaga.
Ikan dan hasil perikanan lainnya memiliki rasa khas yang spesifik, sifat ini
yang membuat ikan banyak disukai sebagai bahan pangan. Rasa khas dan spesifik ini
diakibatkan oleh komposisi kimia yang terkandung di dalam komoditas ini. Produksi
hasil perikanan bersifat 1) berfluktuasi secara musiman, 2) mudah rusak (busuk), 3)
mempunyai volume yang relatif besar (voluminous) dan 4) lokasi penghasil komoditi
perikanan letaknya jauh dari lokasi konsumen.
Proses tata niaga adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan,
menjaga/meningkatkan nilai dan kegunaan dari barang dan jasa. Kegunaan yang
mampu diciptakan oleh kegiatan tata niaga meliputi penciptaan dan peningkatan nilai
kegunaan tempat, waktu, dan pemilikan.
Produk perikanan di pasar dalam negeri merupakan penyedia protein hewani
masyarakat selain sebagai bahan baku industri pengolahan, kosmetik, dan obat-
obatan. Dari sisi pasar, daya serap pasar dalam negeri terhadap produk perikanan
relatif tinggi. Sebagai gambaran, total produksi perikanan Indonesia tahun 2004
sebesar 6,1 juta ton, dengan asumsi losses hasil tangkapan sebesar 25% (1,1 juta ton)
dikurangi 900 ribu ton yang ditujukan untuk pasar ekspor, maka pasar dalam negeri
menyerap sisanya sekitar 4 juta ton. Berdasarkan angka itu, penyerapan pasar dalam
negeri yang ditujukan untuk memenuhi bahan baku unit pengolahan dan konsumsi
mencapai 81% dari total produksi perikanan nasional. (Statistik Perikanan Indonesia
tahun 2005).
1
Ikan dan hasil perikanan lainnya memiliki rasa khas yang spesifik, sifat ini yang
membuat ikan banyak disukai sebagai bahan pangan. Rasa khas dan spesifik ini
diakibatkan oleh komposisi kimia yang terkandung di dalam komoditas ini. Produksi
hasil perikanan bersifat 1) berfluktuasi secara musiman, 2) mudah rusak (busuk), 3)
mempunyai volume yang relatif besar (voluminous) dan 4) lokasi penghasil komoditi
perikanan letaknya jauh dari lokasi konsumen.
Program pengembangan pemasaran dalam negeri berangkat dari konsep
pemasaran sebagai muara dari upaya pengembangan bisnis perikanan. Oleh karena
itu, pemasaran mempunyai posisi terdepan dalam menghela peningkatan produksi dan
investasi di bidang perikanan. Peningkatan produksi dan investasi nantinya akan
menghela pertumbuhan ekonomi melalui penyediaan lapangan kerja dengan
tumbuhnya usaha penangkapan, budidaya, pengolahan, dan industri ikutan lainnya
yang pada akhirnya mendorong peningkatan kesejahteraan nelayan/ pembudidaya/
pelaku usaha perikanan lainnya.
Proses tata niaga adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan,
menjaga/meningkatkan nilai dan kegunaan dari barang dan jasa. Kegunaan yang
mampu diciptakan oleh kegiatan tata niaga meliputi penciptaan dan peningkatan nilai
kegunaan tempat, waktu, dan pemilikan,
2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengerian Tataniaga
Menurut Kohls dan Downey (1972), Tataniaga mencakup segala pekerjaan dan
badan-badan yang terlibat dalam pemindahan hasil-hasil perikanan dari
pembudidaya/nelayan termasuk dari hasil-hasil yang berasal dari hasil perikanan
sampai ke tangan konsumen akhir. Tataniaga adalah suatu keragaan (performance)
semua usaha mencakup kegiatan arus barang/jasa mulai dari titik usahatani sampai
ditangan konsumen akhir.
Proses tataniaga merupakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk mencipta-kan,
menjaga dan meningkatkan nilai dan kegunaan dari barang dan jasa (Rifianto, 1999).
Kegunaan yang mampu diciptakan oleh kegiatan tataniaga meliputi penciptaan dan
peningkatan nilai kegunaan tempat, waktu dan kepemilikan. Semua lembaga tataniaga
akan berusaha untuk meningkatkan manfaat dari komoditi yang dipasarkan. Dengan
demikian kegiatan tataniaga berusaha untuk menempatkan barang yang
diusahakannya ke tangan konsumen dengan nilai dan kegunaan yang meningkat
(Hanafiah dan Saefuddin, 1983). Pengertian lain dari tataniaga adalah kegiatan yang
bertalian dengan penciptaan atau penambahan kegunaan daripada barang dan jasa
dengan tujuan untuk menempatkan barang-barang ke konsumen akhir (Azzaino,
1982). Untuk mencapai tujuan tersebut, perlu dilaksanakan kegiatan-kegiatan
tataniaga yang dilihat berdasarkan arus barang yang meliputi beberapa proses, yaitu
(Hanafiah dan Saefuddin, 1986) :
1. Proses pengumpulan
Pengumpulan merupakan proses pertama dari arus barang. Barang-barang yang
dihasilkan dalam jumlah kecil dikumpulkan menjadi jumlah yang besar, agar dapat
disalurkan ke pasar-pasar eceran secara lebih efisien.
2. Proses pengimbangan
Pengimbangan merupakan proses tahap kedua dari arus barang, terjadi antara
proses pengumpulan dan proses penyebaran. Proses pengimbangan merupakan
3
tindakan penyesuaian antara permintaan dan penawaran berdasarkan tempat, waktu,
jumlah dan kualitas.
3. Proses penyebaran
Penyebaran merupakan proses tahap akhir daripada arus barang, dimana barang-
barang yang telah terkumpul disebarkan ke konsumen atau pihak yang
menggunakannya.
Sebagai proses produksi yang komersial, maka pemasaran hasil perikanan
merupakan syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan perikanan. Sistem
pemasaran yang berfungsi dengan baik, ditunjukkan melalui harga, kecendrungan
konsumen terhadap satu jenis komoditas dan nilai ekonomi yang menyertai
kecendrungan tersebut.
Peranan pemasaran hasil perikanan dalam mempertahankan produksi sangat
penting sekali karena :
1. Keberhasilan dalam mengatur pola produksi tergantung pada sistem pemasaran yang
efektif untuk menjembatani permasalahan yang kompleks dalam kaitannya dengan
permintaan dan penawaran pada sistem pemasaran.
2. Pengetahuan pasar yang terperinci tentang dimana, kapan dan berapa jumlah produk
yang dapat dijual adalah penting dalam menentukan produk perikanan mana yang
akan dikembangkan.
A. Karakteristik Produk Perikanan Hasil perikanan
memiliki karakteristik yaitu jumlah spesiesnya banyak, produksinya tidak tetap,
mudah rusak dan komponennya tidak stabil.
4
2. Produksinya tidak tetap (Inconsistency of supply)
Dalam industri pengolahan produk, persyaratan utamanya adalah
jaminan pasokan dalam yang cukup dan kontinyu untuk pelaksanaan produksi
yang efisien. Namun untuk hasil perikanan tangkap mengalami kesulitan dalam
hal pemanenan secara terjadwal, karena kegiatan ini dipengaruhi oleh keadaan
alam, seperti kondisi cuaca.
3. Mudah rusak (perisable food)
Hasil perikanan dikenal sebagai bahan pangan yang mudah rusak
(perisable food), dan mudah mengalami kemunduran mutu. Hal ini menyebabkan
umur simpannya pendek atau relative singkat dibandingkan dengan bahan pangan
yang lain. Ada dua hal yang diperkiraan sebagai penyebab hal tersebut, yaitu
karakteristik dari hasil perikanan itu sendiri atau penanganan pasca panen yang
kurang baik.
4. Komponennya tidak stabil (Instabillity of fish components)
Ikan dan hasil perikanan lain dikenal sebagai komoditas pangan yang
memiliki keunggulan nutrisi yang lebih baik dibanding dengan sumber protein
hewani yang lain. Diantara keunggulannya adalah komposisi asam amino esensial
yang lebih lengkap dan komposisi asam lemak yang lebih tinggi asam lemak tak
jenuhnya, bahkan EPA dan DHA hanya dapat ditemukan pada ikan. Komposisi
kimia terutama kadar lemak selain protein, air dan abu. Kadar lemak yang tinggi
akan menyulitkan dalam pengolahan dan penyimpanan sehingga produk akan
cepat mengalami ketengikan akibat oksidasi lemak oleh udara.
B. Pengertian dan Ruang Lingkup Tata Niaga
Proses pengaliran produk melalui suatu sistim dari produsen ke
konsumen disebut sebagai tata niaga (pemasaran). Secara khusus, tata niaga dapat
didefinisikan sebagai telaah terhadap aliran produk secara fisik dan ekonomi dari
produsen ke konsumen. Dalam perekonomian saat ini, produsen dan konsumen
jarang berinteraksi/bertemu secara langsung dalam melakukan proses tata niaga,
melainkan dilaksanakan bersama atau dengan mengikutsertakan beberapa
lembaga tata niaga lain yang membantu terjalinnya pertemuan antara penjual dan
5
pembeli. Mereka melakukan berbagai kegiatan mulai dari pembelian, penjualan,
pengangkutan, pengolahan, penyimpanan, pengepakan dan lain sebagainya. Pada
hakikatnya, proses tata niaga adalah suatu kegiatan yang bertujuan untuk
menciptakan, menjaga/meningkatkan nilai dan kegunaan (utility) dari barang dan
jasa.
Aspek pokok yang harus kita ketahui jika kita berbicara tentang
perekonomian terdiri dari 3 aspek yaitu : produksi, distribusi dan konsumsi. Dalam
pengertian ekonomi, produksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan
atau menambah nilai atau kegunaan suatu barang dan jasa. Distribusi adalah
kegiatan yang berkaitan dengan pendistribusian atau pergerakan barang-barang
atau jasa dari tangan produsen sampai ke konsumen. Sedangkan konsumsi adalah
kegiatan yang berkaitan dengan penurunan kegunaan suatu barang dan jasa
(Hanafiah & Saefudin, 2006)
Tataniaga merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penciptaan
atau penambahan suatu barang/jasa maka tataniaga termasuk tindakan atau usaha
yang produktif. Kegunaan yang diciptakan dalam kegiatan tataniaga terdiri dari
tiga, yaitu : kegunaan tempat, kegunaan waktu dan kegunaan pemilikan.
1. Kegunaan waktu berarti bahwa barang-barang mempunyai faedah atau kegunaan yang
lebih besar setelah terjadi perubahan waktu, misalkan ikan Tongkol pada waktu bukan
musimnya terasa akan lebih besar faedahnya dibandingkan pada waktu musimn ikan
Tongkol
2. Kegunaan tempat berarti bahwa barang-barang mempunyai faedah atau kegunaan
yang lebih besar karena adanya perubahan tempat, misalkan ikan mas yang dihasilkan
di kolam atau tempat produksi akan mempunyai kegunaan lebih besar bila
dipindahkan atau di bawa ke pasar sebagai daerah atau tempat konsumen.
3. Kegunaan pemilikan berarti bahwa barang-barang mempunyai kegunaan yang lebih
besar karena beralihnya hak milik atas suatu barang, misalkan tanah kosong yang
dimiliki seorang pedagang akan terasa lebih besarnya manfaatnya ketika tanah
tersebut diberikan kepada seorang petani dimana tanah tersebut akan ditanami
sehingga akan memberikan keguanaan yang lebih berarti.
6
Berdasarkan pada uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tataniaga
adalah suatu tindakan atau kegiatan yang berkaitan dengan bergeraknya barang-
barang dan jasa dari produsen sampai ke konsumen. Tujuan akhir tataniaga adalah
menempatkan barang-barang dari produsen sampai ke konsumen akhir, dan untuk
mencapai tujuan akhir tersebut maka perlu dilakukan kegiatan-kegiatan tataniaga yang
dilakukan berdasarkan arus barang yang masuk.
Proses pergerakan arus barang dalam kegiatan tataniaga perikanan yang
meliputi proses pengumpulan (konsentrasi), proses penyeimbangan (equalisasi) dan
proses penyebaran (dispersi). Proses konsentrasi merupakan tahap pertama dari arus
barang. Barang –barang yang dihasikan dalam skala kecil akan dikumpulkan menjadi
skala lebih besar agar dapat didistribusikan ke pasar-pasar eceran secara lebih efisien.
Equalisasi merupakan proses tahap kedua dari arus barang, terjadi antara proses
konsentrasi dan proses dispersi. Proses equalisasi ini merupakan tindakan-tindakan
penyesuaian permintaan dan penawaran berdasarkan tempat, waktu, jumlah dan
kualitas. Dispersi merupakan proses tahap terakhir dari pada proses arus barang
dimana barang-barang yang telah terkumpul didistribusikan ke arah konsumen atau
pihak yang membutuhkan. Proses pergerakan arus barang dalam kegiatan tataniaga
perikanan dijelaskan pada Gambar 1.
7
Proses tataniaga mengandung segi mental dan maupun fisik. Segi
mental diartikan bahwa para penjual harus mengetahui apa yang diinginkan para
pembeli dan juga para pembeli harus mengetahui apa yang dijual. Segi fisik diartikan
bahwa barang-barang harus dipindahkan ke tempat-tempat dimana mereka
dibutuhkan pada waktu dan jumlah serta kualitas yang sesuai dengan permintaan.
8
D. Hasil Perikanan dan Implikasi dalam Tataniaga
Komoditi hasil perikanan merupakan bahan makanan yang dapat dikonsumsi langsung
dan dapat pula menjadi bahan baku industri pengolahan perikanan, seperti pengalengan
ikan, pengolahan kering, pengolahan pengasinan (basah dan kering), serta dibekukan.
Manfaat adanya pengolahan ini bertujuan untuk memperpanjang masa simpan,
meningkatkan rasa, dan meningkatkan kegunaan hasil perikanan.
Ciri khusus komoditi perikanan dan implikasinya terhadap tata niaga hasil perikanan
meliputi :
1. Produksinya bersifat musiman terutama perikanan laut, dan sebagai hasil penangkapan
ikan di daerah tropis maka hasil perikanan terdiri dari bermacam macam jenis dalam
jumlah relatif kecil bila dibandingkan dengan hasil perikanan di daerah non-tropis.
2. Permintaan terhadap hasil perikanan diserap dan stabil sepanjang tahun.
3. Saluran tata niaga perikanan pada umumnya melalui saluran tata niaga: petani/nelayan
produsen, pedagang pengumpul, pedagang penyebar dan pedagang pengecer, lalu ke
konsumen akhir atau konsumen pengolah.
4. Fungsi tata niaga yang terpenting adalah para pedagang pengumpul karena pada
umumnya hasil perikanan berasal dari daerah yang terpencil dan terpencar, di samping
skala produksinya kecil dan terdiri dari bermacam-macam jenis.
5. Produksi perikanan dipengaruhi oleh sifat : Common Property, yaitu sumber daya
perikanan terutama perikanan laut tidak ada yang memiliki sehingga setiap orang boleh
memanfaatkan sumber daya yang tersedia, dan masing-masing orang tidak mempunyai
kewajiban untuk menjaga kelestarian dari sumber daya tersebut. Dengan demikian,
sulit bagi pengusaha penangkapan perikanan untuk mengatur jumlah produksi ikan di
pasar, sesuai dengan permintaan pasar.
6. Dengan berkembangnya usaha penangkapan ikan maka hasil produksi masing-masing
nelayan akan berkurang yang diakibatkan karena adanya keterbatasann sumber daya
yang ada.
Barang-barang hasil perikanan baik yang berasal dari perairan laut maupun
perairan darat dapat digolongkan menjadi barang-barang konsumsi dan barang bahan
9
mentah. Barang-barang konsumsi adalah produk perikanan yang langsung
dipergunakan oleh konsumen akhir dalam bentuk yang sama seperti sewaktu kondisi
awal. Bahan-bahan mentah adalah produk perikanan yang dipergunakan oleh pabrik
atau pengolah untuk dijadikan atau menghasilkan barang baru.
Sifat dari hasil perikanan adalah produksinya yang berfluktuasi secara musiman
dan dalam waktu singkat. Di satu pihak, karena permintaan akan hasil perikanan relatif
konstan setiap saat, maka fungsi pengolahan dan pengawetan yang bertujuan
menstabilkan penyediaan (supply atau penawaran) untuk memenuhi permintaan
konsumen yang relatif konstan, sangat diperlukan.
Hal lain yang menjadi kendala dalam produksi hasil perikanan adalah sifatnya
yang mudah rusak. Sifat ini disebabkan karena adanya bakteri pembusuk yang ada pada
ikan itu sendiri, di mana tingkat keaktifannya meningkat setelah ikan tersebut mati dan
temperatur udara bersuhu kamar. Sifat inilah yang mengharuskan untuk cepat
memasarkan hasil perikanan atau melakukan suatu proses pengawetan, agar komoditi
tersebut tertunda proses pembusukannya sehingga harga komoditi dapat terjaga dan
tidak cepat menurun. Tidak ada yang aneh dalam proses penambahan kegunaan suatu
komoditi dalam usaha mendekatkan produsen kepada konsumen atau meningkatkan
nilai dan manfaat barang serta usaha untuk lebih memenuhi kebutuhan konsumen.
Beberapa kegiatan tersebut akan membentuk langkahlangkah yang dilakukan oleh
pelaku tata niaga untuk mencapai tujuan dari proses tata niaga.
Fungsi pemasaran tidak selalu harus mengikuti langkah yang baku dan
berurutan yang kaku agar proses tata niaga berhasil. Meskipun terjadi penjualan
langsung kepada pembeli sebagai konsumen akhir, pada hakikatnya fungsi tata niaga
dapat berjalan dengan semestinya. Hanya saja proses ini dilakukan oleh satu pelaku
tata niaga dan dalam waktu singkat. Sebagai contohnya adalah pada proses tata niaga
ikan di tepi pantai, di mana nelayan menjual langsung hasil tangkapannya kepada
pembeli yang terdiri dari ibu rumah tangga sebagai konsumen akhir. Sedangkan dalam
kasus tata niaga ikan kaleng, jumlah lembaga tata niaga yang menjadi mata rantai dan
menjalankan fungsi tata niaga dapat lebih banyak, serta terlihat terperinci dan rumit.
10
Barang-barang perikanan mempunyai ciri-ciri yang dapat mempengaruhi atau
menimbulkan masalah dalam tataniaga, adapun ciricirinya adalah sebagai berikut :
1. Produksinya musiman, berlangsung dalam ukuran kecil-kecil (small scale) dan di
daerah terpencar-pencar serta spesialisasi. Produksi perikanan umumnya berlangsung
secara musiman dan panennya terbatas dalam periode tertentu yang relative singkat.
2. Konsumsi hasil perikanan berupa bahan makanan relative stabil sepanjang tahun.
Sifat demikian ini dihubungkan dengan sifat produksinya yang musiman dan
jumlahnya tidak menentu karena pengaruh cuaca, menimbulkan masalah dalam
penyimpanan dan pembiayaan.
3. Barang hasil perikanan berupa bahan makanan mempunyai sifat cepat atau mudah
rusak (perishable). Barang-barang hasil perikanan adalah organisme hidup sehingga
mudah atau cepat mengalami kerusakan atau pembusukan akibat dari kegiatan bakteri,
enzimatis dan oksidasi
4. Jumlah atau kualitas hasil perikanan dapat berubah-ubah. Kenyataan menunjukkan
bahwa jumlah dan kualitas dari hasil perikanan tidak selalu tetap, tetapi berubah-ubah
dari tahun ke tahun. Perubahan dalam jumlah menyebabkan timbulnya fluktuasi harga
besar sebagai akibat dari perubahan kondisi penawaran. Variasi yang besar dalam
kualitas cenderung untuk tidak terorganisirnya pasar, menyebabkan perubahan dalam
harga, menambah ongkos dalam penyimpanan dan sukar dalam grading.
E. Pendekatan Tataniaga Hasil Perikanan
Cara pendekatan (penelahaan) dasar yang umum dipergunakan untuk mempelajari
sistem tataniaga terdiri dari 3 pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan serba barang
2. Pendekatan serba lembaga
3. Pendekatan serba fungsi
11
Dalam ilmu tataniaga segala sesuatu harus dihubungkan dengan azas dan hukum-
hukum ilmu ekonomi, sehingga pada gabungan dari tiga cara pendekatan tersebut
ditambahkan : cara pendekatan dilihat dari sudut teori ekonomi (Economic Theoritical
Approach). Economic Theoritical Apporoach ini berkisar pada pembentukan harga
atau price working dengan ciri-cirinya dan masalah-masalahnya seperti nilai dan harga,
penawaran dan permintaan, bentuk dan corak persaingan dalam pasar seperti monopoli,
oligopoly, susunan ongkos, elastisitas dan lain-lain sebagainya dengan tekanan pada
persoalan teoritis.
1. Pendekatan serba barang
Pendekatan serba barang mempelajari berbagai macam barang yang
dipasarkan,bagaimana barang itu dipasarkan, sumber barang dan keadaan
penawaran dari barang- barang. Cara pendekatan ini sangat konkrit, meliputi
semua fakta mengenai suatu barang, memberi banyak keterangan latar belakang
tentang permintaan dan penawaran, serta memperhitungkan ciriciri, sifat
maupun variasi dari barang tersebut dibandingkan dengan barang yang lain.
Kelemahan dari pendekatan ini adalah memerlukan deskripsi
barangbarang dan kegiatan-kegiatan yang panjang lebar dan terjadi banyak
pengulangan kalau kita harus meneliti atau mempelajari setiap barang, sehingga
cara pendekatan ini memakan waktu yang panjang dan lama.
2. Pendekatan serba lembaga
Pendekatan ini mempelajari berbagai macam lembaga tataniaga yang
melaksanakan tugas tataniaga, bagaimana tugas dilaksanakan dan barang apa
yang dikendalikan. Cara ini memandang susunan ekonomi itu sebagai organis,
yang keseluruhannya terdiri dari berbagai macam struktur ekonomi,
strukturstruktur terkoordinir tidak hanya oleh harga dan rugi/laba saja, tetapi
juga oleh manajemen yang menggunakan teknik wewenang dan teknik
membujuk, peraturan/kebijaksanaan pemerintah dan keadaan sosial atau adat
kebiasaan. Pendekatan ini lebih praktis, namun mempunyai kelemahan juga
12
yaitu terlampau deskriptis, sifatnya tidak seanalitis seperti cara pendekatan
serba fungsi.
3. Pendekatan serba fungsi
Pendekatan ini mempelajari macam-macam usaha yang dilakukan
dalam tataniaga, bagaimana melakukannya, mengapa dilakukan dan siapa yang
melakukannya. Pendekatan ini berfungsi untuk keperluan didaktis, karena
memberi kemungkinan bagi si pemakai untuk mengumpulkan berbagai gejala
dalam proses tataniaga sehinga dapat memberikan gambaran yang ringkas
tetapi komplet. Salah satu kelemahan dari pendekatan ini ialah tidak didapatnya
penyesuaian paham tentang klasifikasi dari fungsi tataniaga, disamping itu cara
penelaahaan ini terlalu umum.
13
ton/tahun). Dari sisi budidaya, peningkatan produksi masih dapat ditingkatkan dengan
tersedianya lahan budidaya, antara lain budidaya laut seluas 4,58 juta Ha (55 %
daripotensi budidaya laut) dan lahan potensial budidaya air payau seluas 772 ribu Ha,
serta lahan budidaya air tawar 668 ribu Ha.
3. Fungsi Ikan Sebagai Sumber Protein Alternatif
Fungsi ikan sebagai sumber protein alternatif, menjadi meningkat dengan
munculnya kasus terkait penyakit, seperti sapi gila dan penyakit mulut kuku pada sapi,
anthraks pada kambing, flu burung pada unggas. Hal itu mendorong konsumen
mencari alternatif pengganti sumber protein hewani sehingga peluang pasar hasil
perikanan di dalam negeri semakin meningkat.
4. Semakin Berkembangnya Usaha Pasar Ritel
Semakin berkembangnya usaha pasar ritel (hypermarket, supermarket) serta
usaha perhotelan, restoran yang menyediakan penjualan produk perikanan atau menu
khusus perikanan sehingga membantu promosi produk perikanan dan mendorong
peningkatan konsumsi ikan.
14
Ketersediaan pasokan ikan secara rutin dengan waktu yang tepat masih belum dapat
diharapkan.
Kotinuitas pasokan ikan dari hasil penangkapan dipengaruhi oleh armada
penangkapan yang tidak sesuai dengan kapasitas sumberdaya ikan, terbatasnya sarana
dan prasarana distribusi dan penyimpanan, faktor musim ikan, dan maraknya
pencurian ikan oleh nelayan asing. Sementara itu, pasokan dari perikanan budidaya
masih dipengaruhi faktor kematian akibat penyakit dan penurunan kualitas air,
kelangkaan benih bermutu, dan mahalnya harga pakan pabrikan.
2. Kualitas
Ikan konsumsi yang sampai ke masyarakat sebagian memiliki kualitas yang
kurang baik. Faktor yang mempengaruhi kualitas ikan, antara lain metode penanganan
pasca tangkap atau pasca panen belum sesuai persyaratan, jaringan distribusi yang
masih terlalu panjang, belum diterapkannya sistem rantai dingin (cold chain system),
mahalnya harga es, serta rendahnya kesadaran nelayan dan pedagang terhadap
pentingnya mempertahankan kesegaran ikan. Ikan dengan kualitas tinggi memberikan
dua keuntungan, yaitu mendorong pembentukan harga yang maksimal ditingkat
produsen atau konsumen dan memberikan perlindungan kepada konsumen.
3. Harga
Kurang efisiennya rantai pemasaran mengakibatkan tingginya biaya distribusi
produk serta memacu tingginya harga ikan ditingkat konsumen. Harga ikan hasil
tangkapan cendrung fluktuatif karena ketersediaan pasokan dipengaruhi musim.
Sementara itu, tingginya harga ikan hasil budidaya dipengaruhi tingginya biaya
produksi, terutama harga pakan pabrikan, mengingat komponen itu merupakan
komponen terbesar yaitu mencapai 60-70 % dari total biaya produksi.
15
informasi pasar masih dikuasai pedagang sehingga distribusi marjin kepada pelaku
usaha tidak merata. Nelayan/pembudidaya cendrung memperoleh marjin yang lebih
kecil dibandingkan pedagang.
5. Terbatasnya Sarana Dan Prasarana Pemasaran
Keadaan sarana dan prasarana pemasaran produk perikanan masih sangat
terbatas dari segi kualitas atau kuantitas. Sebagian besar fasilitas belum memenuhi
persyaratan higienis. Begitu pula minimnya fasilitas cold strorage dan pabrik es di
Tempat Pelelangan Ikan (TPI), pasar ikan, dan pusat pemasaran produk perikanan
lainnya yang membuat kualitas produk ikan tidak dapat dipertahankan.
Dari sisi pasokan, lembaga pemasaran yang berfungsi menjamin ketersediaan
produk dalam jumlah besar secara kotinyu belum tersedia. Lembaga itu diharapkan
mampu menjadi perantara antara unit usaha penangkapan/budidaya skala kecil yang
letaknya terpisah-pisah dengan konsumen besar.
6. Iklim Usaha Belum Kondusif
Adanya berbagai pungutan dan prosedur perijinan dalam usaha perikanan atau
keterbatasan akses terhadap sumber permodalan membuat iklim usaha di bidang
perikanan yang ada saat ini belum kondusif. Hal itu berpengaruh pada upaya
penyediaan pasokan, harga ikan, dan pendistribusian produk perikanan yang
berkualitas dan terjangkau.
16
dan distribusi yang belum mampu menjaga kualitas produk perikanan hingga ke
konsumen.
2. Lemahnya Jaringan Dan Distribusi Pemasaran
Jaringan dan distribusi produk perikanan di pasar dalam negeri hingga saat ini
masih sangat lemah. Hal itu ditunjukkan kurang efektif dan efiaiennya rantai
pemasaran mulai dari sentra produksi/pasokan ke sentra pasar/konsumen. Keadaan iu
menimbulkan kelangkaan pasokan serta tingginya harga jual ditingkat konsumen.
Terbatasnya pasokan dan tingginya harga membuat minat dan daya beli konsumen
turun. Selain itu, belum kuatnya jaringan pemasaran yang ada mengakibatkan pula
posisi tawar nelayan dan petani ikan rendah. Akibatnya, kesejahteraan merekapun
masih terbatas.
3. Penyiasatan Pasar
Produk perikanan pada umumnya masih dipasarkan di pasar tradisional.
Penetrasi hingga ke pasar modern, separti supermarket dan hypermarket, masih sangat
lemah. Hal itu karena kurangnya informasi permintaan di pasar tersebut. Selain itu,
sistem pembayaran yang dilakukan pasar modern secara konsinyasi selama 2 bulan
setelah penyerahan barang.
17
2. Penyediaan Dan Perbaikan Sarana Dan Prasarana Tataniaga
Pembangunan sarana dan prasarana tataniaga bertujuan untuk
menyediakan ikan yang baik secara kuantitas, kualitas, jenis, dan ukuran untuk
memenuhi kebutuhan konsumen. Program ini berupa Pasar Ikan Higienis (PIH), Depo
Pemasaran Ikan (DPI), Raiser Ikan Hias (RIH), Kios Ikan. Upaya peningkatan
operasional sarana dan prasarana itu diikuti pula dengan penguatan kelembagaan pasar
ikan dan pelelangan ikan.
3. Penjembatanan (Bridging) Pasokan Dan Permintaan Produk Perikanan
Hal ini dilakukan melalui pengembangan jaringan pemasaran produk perikanan
di pasar produsen dan konsumen. Penjembatanan ini bertujuan menjamin distribusi
produk dari sisi kuantitas atau kualitas. Program ini ditempuh melalui
penyelenggaraan forum bisnis pelaku usaha, pengembangan pola kemitraan usaha
yang sehat, dan pengembangan pola pemasaran dan jaringan distribusi.
4. Pengembangan Sistem Informasi Pasar
Hal ini diperlukan dalam rangka penyebarluasan data dan informasi pemasaran
untuk mempertemukan kebutuhan pasar dan produsen.
5. Mendorong Iklim Usaha Yang Kondusif
Upaya ini antara lain melalui penyederhanaan prosedur dalam perijinan usaha,
peningkatan efisiensi dan efektifites pelayanan, penyediaan fasilitas dalam akses
permodalan, dan pelibatan dalam pembahasan kebijakan terkait pengembangan
tataniaga dalam negeri.
Dalam ilmu tataniaga segala sesuatu harus dihubungkan dengan azas dan
hukum-hukum ilmu ekonomi, sehingga pada gabungan dari tiga cara pendekatan
tersebut ditambahkan : cara pendekatan dilihat dari sudut teori ekonomi (Economic
Theoritical Approach). Economic Theoritical Apporoach ini berkisar pada
pembentukan harga atau price working dengan ciri-cirinya dan masalah-masalahnya
seperti nilai dan harga, penawaran dan permintaan, bentuk dan corak persaingan dalam
pasar seperti monopoli, oligopoly, susunan ongkos, elastisitas dan lain-lain sebagainya
dengan tekanan pada persoalan teoritis.
18
1. Pendekatan serba barang
19
tataniaga sehinga dapat memberikan gambaran yang ringkas tetapi komplet. Salah satu
kelemahan dari pendekatan ini ialah tidak didapatnya penyesuaian paham tentang
klasifikasi dari fungsi tataniaga, disamping itu cara penelaahaan ini terlalu umum.
1. Fungsi Pertukaran
20
Sasaran penjualan adalah mengalihkan barang kepada pihak pembeli dengan
harga yang memuaskan. Pada dasarnya kegiatan penjualan dapat dilaksanakan sebagai
berikut :
Fungsi pembelian sering dianggap fungsi yang paling penting dan berpengaruh
pada unit-unit operasi yang ada diperusahaan. Pada banyak perusahaan, fungsi
pembelian merupakan awal dari sebuah proses bisnis. Dengan tujuan memenuhi
permintaan pelanggan, perusahaan harus membeli barang-barang kebutuhan dan bahan
baku yang diminta, untuk mengumpulkan atau memproduksi produk-produk
perusahaan. Ini adalah proses dalam mendapatkan barang-barang, bahan baku,
komponen dan layanan yang merupakan tugas utama dan tanggung jawab departermen
pembelian.
1) Penentuan macam, jumlah dan kualitas dari barang-barang yang akan dibeli
21
4) Mengetahui keadaan pasar baik mengenai persediaan barang, harga, macam
barang serta barang subtitusinya
6) Pemindahan hak milik ; para pembeli menerima barang dari pihak penjual dan
memilikinya.
2) Pembelian untuk bahan dasar, adalah pembelian oleh pabrik untuk dijadikan
barang jadi
3) Pembelian untuk dijual lagi, adalah pembelian oleh pedagang untuk dijual lagi
22
d. Harga-harga dan syarat-syarat penjualan , melalui produksi barang dalam
jumlah atau partai besar sehingga harga satuan atau biaya persatuan barang
akan lebih rendah dibandingkan jika memproduksi barang dalam jumlah kecil.
23
mungkin diderita oleh pedagang bersangkutan, yaitu resiko yang disebabkan oleh
turunnya harga barang di pasar yang dituju dan resiko akibat menurunnya kualitas
barang.
Perkembangan teknologi di bidang pengangkutan darat, laut dan udara telah
memberi sumbangan sangat berarti bagi tataniaga hasil perikanan. Pengangkutan
dapat diselenggarakan dengan cepat dan dalam volume lebih besar. Perkembangan
refrigerated transportation telah memungkinkan pengangkutan jarak jauh untuk hasil-
hasil perikanan. Adapun jenis angkutan yang umum atau biasa digunakan adalah
gerobak, dokar, becak, oplet, bemo, kereta api, kapal laut, kapal udara, truk dan bus.
Upaya yang dilakukan untuk mengurangi ongkos-ongkos dalam pengangkutan
maka dapat ditempuh beberapa usaha tergantung kondisi dari suatu daerah atau
negara, antara lain membuka jaringan jalan atau memperbaiki jaringan jalan antara
pusat-pusat produksi dengan pusat-pusat konsumsi, berusaha menggunakan suatu
fasilitas pengangkutan dengan kapasitas angkut dan jarak bepergian yang maksimum,
mengurangi pembusukan dan kerusakan serta susut dari barang-barang selama
diperjalanan. Dilakukan dengan cara pembungkusan, menghindarkan barangbarang
dari terik matahari langsung/hujan dan adanya keseragaman tarif dan pengurangan
pajak.
Berdasarkan jumlah fisik dalam pergerakannya maka sistim pengangkutan dapat
dibagi 3 tahap, yaitu :
1) Tahap pengangkutan hasil dalam jumlah kecil, yaitu dari titik produksi ke
pasar-pasar desa
2) Tahap pengangkutan hasil dalam jumlah besar, dari pasar desa ke pasar-pasar
pusat (di daerah konsumsi)
3) Tahap dimana pengangkutan hasil kembali dilakukan dalam jumlah yang
kecil, dari pasar ke tempat-tempat eceran.
b. Penyimpanan
Fungsi penyimpanan bertujuan untuk memperlakukan benda/barang secara fisik
guna menjamin tersedianya barang bersangkutan pada waktu dan tempat yang
dibutuhkan, khususnya bagi produk perikanan yang sifat musiman memerlukan
24
penyimpanan yg baik, karena setiap saat dibutuhkan oleh konsumen. Penyimpanan
dapat mengatur penyediaan benda kapan dibutuhkan, yang berarti dapat menambah
kegunaan suatu benda atau barang. Dengan penyimpanan maka kelebihan jumlah
barang yang ditawarkan dapat diselamatkan, sehingga harga barang tersebut tidak
mengalami penurunan dengan cepat. Demikian pula sebaliknya, jika terjadi kenaikan
harga suatu barang sampai melewati harga tertinggi maka dengan penyimpanan yang
telah dilakukan sebelumnya dapat membantu dengan jalan mengeluarkan persediaan
tersebut dari gudang.
Fungsi penyimpanan meliputi dua kegiatan yaitu kegiatan yang ditujukan untuk
menampung dan menjaga tersedianya secara terus menerus hasil yang diperoleh dari
proses produksi yang bersifat musiman dan kegiatan yang ditujukan untuk menjaga
kelancaran pengaliran barang-barang yang setiap saat, tanpa ada hambatan
Beberapa alasan atau pertimbangan yang dapat dilakukan dalam proses
penyimpanan, antara lain menyimpan di dekat konsumen, memilih lokasi dimana ada
tempat penyimpanan yang baik misalnya gudang yang bersih/aman, memilih tempat
yang terdapat bank atau tempat meminjam uang bila diperlukan dan memilih tempat
dimana ada fasilitas-fasilias pengangkutan yang banyak dan strategis.
Biaya yang dikeluarkan oleh para penyimpan barang terdiri dari tiga macam, yaitu :
1) Sewa gudang, termasuk ongkos handling dan ongkos perlengkapan ruangan dengan
temperatur dan humidity yang sesuai dengan kondisi barang
2) Bunga (interest) untuk capital yang ditanam pada barang simpanan
3) Ongkos-ongkos seperti pengeluaran untuk menutupi penurunan nilai barang dalam
penyimpanan (kekeringan atau susut berat, kerusakan).
Resiko yang ditimbulkan dalam fungsi penyimpanan terdir dari lima yaitu resiko
busuk, resiko terbakar, resiko tercuri, resiko rusak karena udara lembab dan resiko
karena harga turun di pasaran. Ada beberapa cara yang dapat ditempuh guna
menghindari resiko selama penyimpanan, yaitu :
1) Asuransi, tindakan ini berguna sekali terhadap resiko kebakaran gudang
2) Adanya peraturan dan perundang-undangan (regulation)
25
3) Kontrak, kontrak langsung dengan pembeli sangat membantu untuk
menghindari kemungkinan rugi yang disebabkan oleh perubahan harga. Akan
tetapi kontrak dapat pula mendatangkan kerugian bilamana harga naik.
4) Hedging, adalah cara terpenting untuk menghindari resiko karena perubahan
harga selama penyimpanan atau selama pembelian, pengolahan dan penjualan
yaitu merupakan teknik berdagang dimana resiko karena perubahan harga
dapat dibebankan kepada badan niaga lainnya.
26
BAB III
Penutup
3.1 Kesimpulan
Tataniaga merupakan salah satu cabang dari aspek pemasaran yang
menekankan tentang jalannya hasil produksi sampai ke tangan konsumen. Tataniaga
dapat dikatakan efisien jika mampu mendistribusikan hasil-hasil produksi kepada
konsumen dengan biaya seefisien mungkin. Selain itu tataniaga yang efisien juga
mampu mengadakan pembagian secara adil dari keseluruhan hasil penjualan kepada
semua pihak yang ikut serta di dalam kegiatan produksi dan tataniaga.
Karakteristik Produk Perikanan Hasil perikanan memiliki karakteristik yaitu
jumlah spesiesnya banyak, produksinya tidak tetap, mudah rusak dan komponennya
tidak stabil.
Pengertian dan Ruang Lingkup Tata Niaga Proses pengaliran produk melalui
suatu sistim dari produsen ke konsumen disebut sebagai tata niaga (pemasaran).
Cara pendekatan (penelahaan) dasar yang umum dipergunakan untuk
mempelajari sistem tataniaga terdiri dari 3 pendekatan, yaitu :
1. Pendekatan serba barang
2. Pendekatan serba lembaga
3. Pendekatan serba fungsi
3.2 Saran
Pemerintah harus melihat kelemahan Indonesia dalam hal tataniga hasil perikanan ini
dikarenakan dengan potensi perikanan yang besar di Indonesia bisa menjadi salah satu
factor utama penyumbang dana besar bagi kas utama sehingga nantinya ini bermanfaat
bagi masyarakat kecil terutama nelayan nelayan kecil yang memang berata di sekitar
pesisir ataupun para petani tambak-tambak yang berada di pelosok-pelosok desa-desa.
27
DAFTAR PUSTAKA
28