Daftar Isi................................................................................................................... i
BAB 1. PENDAHULUAN ......................................................................................1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................1
1.2. Identitas Mitra … ................................................................................2
1.3. Rumusan Masalah ...............................................................................3
1.4. Tujuan. ................................................................................................3
1.5. Target Luaran dan Manfaat .................................................................4
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................4
2.1. Penerapan Teknologi Tepat Guna .......................................................4
2.2. Aspek Penerapan .................................................................................5
BAB 3. METODE PELAKSANAAN .....................................................................6
3.1. Base-line Kegiatan berdasarkan Kondisi Mitra… ..............................7
3.2. Alir Pelaksanaan Kegiatan… ..............................................................8
3.3. Desain Akhir / Gambar Detail ............................................................8
3.4. Desain Awal / Gambar Konsep .........................................................8
3.5. Pengadaan Alat dan Bahan .................................................................9
BAB 4. BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN .......................................................9
4.1. Anggaran dan Biaya ............................................................................9
4.2. Jadwal Kegiatan… ..............................................................................9
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................10
LAMPIRAN
Lampiran 1. Biodata Ketua dan Anggota, serta Dosen Pendamping
Lampiran 2. Justifikasi Anggaran Kegiatan
Lampiran 3. Susunan Organisasi Tim Pelaksana dan Pembagian Tugas
Lampiran 4. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana
Lampiran 5. Surat Pernyataan Kesediaan Bekerjasama dari Mitra
Lampiran 6. Gambaran Iptek yang akan diterapkan
Lampiran 7. Denah Detail Lokasi Mitra Program
i
1
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Teknologi telah menjembatani kelangsungan dunia dimasa Pandemi
Covid-19. Situasi pandemi menjadi tantangan menjadi tersendiri bagi kreativitas
setiap individu, walaupun kita tahu teknologi tetap tidak dapat menggantikan
peran manusia dan juga kegiatan manusia tetapi setiap orang membutuhkan
teknologi untuk mengedukasi bukan hanya sekedar memperoleh pengetahuan
tetapi juga nilai kerjasama serta kompetensi.
Situasi pandemik menjadi tantangan dalam mengembangan kreativitas
terhadap penggunaan teknologi, tidak hanya transmisi pengetahuan tapi juga
bagaimana memastikan penggunaan manfaat teknologi tersebut tersampaikan
dengan baik, tantangan ini juga menjadi kesempatan bagi semua tentang
bagaimana penggunaan teknologi sebagai ciri abad ke-21 membantu khusunya
para Nelayan menjadi lebih kompeten dalam menghasilkan ikan yang lebih
bermutu.
Pratama (2020) menyoroti bahwa perikanan menjadi sektor ekonomi
terpenting di negara ini. Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara,
adalah salah satu sentra ikan yang terkenal di Sumatera Utara. Ikan yang
diperoleh nelayan di Pantai Labu tidak dijual hanya ke pasar tetapi juga
dikeringkan untuk dibuat ikan asin, pengolahan ikan di Pantai Labu dapat
dilakukan dengan berbagai cara, seperti diawetkan atau mengolahnya langsung
Namun, ini akan melalui proses pembusukan cepat, yang memerlukan proses
pengawetan.
Tujuan pengolahan ikan adalah untuk mengurangi jumlah ikan yang
terbuang sebelum sampai ke tangan konsumen, serta mempersingkat waktu yang
dibutuhkan untuk mengolah ikan. Seperti yang ditunjukkan Rendi (2015),
mengawetkan ikan bisa dengan diasinkan atau diasap, proses pengasinan ikan atau
pengasapan dilakukan nelayan secara umum dilapangan terbuka dan dapat
dikatakan masih secara konvensional tanpa sistem, langsung tanpa ada alat bantu
yang dapat mempercepat proses pengeringan ikan, yaitu dilakukan dengan
meletakkan ikan diatas jaring, tikar, atau anyaman bambu yang ditempatkan di
bawah sinar matahari langsung. Proses pengasinan selama penjemuran ikan secara
konvensional ini dapat berlangsung 5-7 hari dan dapat terkendala dengan
perubahan cuaca yang signifikan.
Pemanfaatan energi panas matahari yang digunakan untuk proses
pengeringan hasil-hasil perikanan masih menghadapi berbagai masalah,
diantaranya adalah perubahan cuaca dan perubahan musim serta lahan
penjemuran yang harus luas. Pengeringan merupakan cara pengawetan ikan
dengan mengurangi kadar air pada tubuh ikan sebanyak mungkin. Tubuh ikan
mengandung 56-80 % air, jika kandungan air ini dikurangi, maka metabolisme
bakteri terganggu dan akhirnya mati. Pada kadar air 40% bakteri sudah tidak
dapat aktif, bahkan sebagian mati, namun sporanya masih tetap hidup. Spora ini
2
akan tumbuh dan aktif kembali jika kadar air meningkat. Oleh karena itu, ikan
hampir selalu digarami sebelum dilakukan pengeringan faktor yang
mempengaruhi proses pengeringan terbagi menjadi dua golongan, yaitu faktor
yang berhubungan dengan udara pengeringan dan faktor yang berhubungan
dengan sifat bahan yang dikeringkan. Faktor yang berhubungan dengan udara
pengeringan adalah suhu udara, debit aliran dan kelembaban udara pengering,
sedangkan faktor yang berhubungan dengan sifat bahan adalah bentuk, ukuran,
kadar air, ketebalan bahan yang dikeringkan. kadar air maksimum untuk ikan
kering yang disyaratkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-2721-1992 adalah
40 %. Penelitian menunjukkan bahwa kadar ikan kering terbaik adalah 20% Hasil
analisis mikrobiologi pada sampel di laboratorium menunjukkan bahwa ikan yang
dihasilkan tidak mengandung kapang dan Echerichia coli (Rendi, 2016).
Hasil wawancara langsung dengan Pimpinan Kelompok Cahaya Nelayan
terungkap dan diperoleh data bahwa para nelayan kelompok cahaya di pantai labu
tersebut kesulitan dalam meningkatkan mutu dari produksi ikan dikarenakan
masih menggunakan pengeringan secara tradisional, dan pengaruh perubahan
biokimia yang tidak terduga mengakibatkan permukaan ikan akan menjadi
lembab dan memungkinkan untuk terjadinya tumbuh bakteri halofilik. Bakteri ini
dapat tumbuh di dalam ikan dengan kadar garam tinggi, sehingga mengurangi
nilai mutu pada ikan. Berangkat dari data, fakta dan hasil wawancara yang
dilakukan dengan nelayan di pantai Labu kami memutuskan untuk mengadakan
penerapan iptek berupa alat teknologi tepat guna kepada nelayan di Kelompok
Cahaya Pantai Labu, alat teknologi tepat guna yang kami bangun berupa “Mesin
Pengering Ikan dengan sistem Aerodinamika”.
Kami menganalogikan Mesin ini dilakukan modifikasi pengering surya
dengan menambahkan kincir angin savonius sebagai penggerak kipas di atas
pengering yang bertujuan untuk memaksimalkan sirkulasi udara di dalam ruang
pengering. Alat yang dimodifikasi berupa kincir angin yang dibuat dari bahan
ringan berupa kaleng bekas cat yang telah dibelah tengahnya menjadi dua bagian
yang kemudian membentuk setengah lingkaran. Prinsip kerjanya kincir angin
akan berputar searah jarum jam dikarenakan hembusan angin dari berbagai arah
dapat memutar kincir dan kipas yang berada di dalam ruang pengering berputar
searah jarum jam pula, maka udara di dalam ruang pengering dapat tersirkulasikan
dengan baik. Keunggulannya mesin ini tetap dapat bekerja walaupun dalam cuaca
sedang hujan, dan ikan yang di dalam mesin yang kami buat juga tetap terjaga
mutunya. Alat ini dapat meningkatkan produksi masyarakat, ketepatan waktu, dan
semakin menambah keuntungan bagi mereka. Hal ini dikarenakan alat ini
menggunakan sinar matahari dan angin sebagai sumber energi utama pengeringan
ikan.
1.2. Identitas Mitra
Untuk melaksanakan penerapan Iptek dalam bentuk pelatihan dan kami
bermitra dengan Kelompok Cahaya Nelayan yang beralamat di Paluh Sibaji, Pantai
3
Labu, Deli Serdang, Sumatera Utara Indonesia. kelompok nelayan ini bergerak
dalam bidang pengolahan ikan kering dan dan di pimpin oleh Hasbun Harahap,
mempunyai lahan sebidang 80m x 45 m yang digunakan untuk menjemur ikan
dibawah panas matahari langsung.
Mitra ini mempunyai pekerja upahan yang bekerja untuk menjemur dan
mengangkat ikan yang sudah dikeringkan sebanyak 7 orang (4 perempuan dan 3
laki-laki) pekerja dan upahan untuk 1 orang pekerja dalam 1 harinya adalah Rp.
50.000,-. Kelompok Cahaya Nelayan ini dibentuk pada tanggal 23 Maret 2016 dan
sudah berusia 6 tahun dan hasil ikan yang ditangkap di mitra ini sangat beragam
dari ukuran kecil seperti : teri asin putih, teri asin hitam,teri tambang (lemet), teri
nasi dan jambrong. dan ikan berukuran besar seperti: ikan tenggiri, tongkol, pari,
jambal dan cucut.
Kelompok cahaya nelayan membutuhkan waktu 7 hari untuk 1x tahap proses
pengeringan, tetapi jikalau cuaca mengalami musim penghujan makan waktu yang
dibutuhkan dalam proses pengeringan ikan bisa mencapai 10-15 hari. Untuk
pendapatan 1x proses pengeringan kelompok nelayan ini mendapatkan penghasilan
bersih kisaran 400-450 kg ikan kering. Jarak tempuh Kelompok cahaya nelayan ±
54 Menit dari Kampus Universitas Negeri Medan
dihadapi oleh mitra sehingga menjadi respon bagi para nelayan untuk
meningkatkan kualitas mutu, produksi yang lebih banyak, cepat dan berdampak
meningkatkan pendapatannya serta dapat mengembangkan mitra yang memiliki
efisiensi waktu melalui mesin "Pengering ikan menggunakan sistem
aerodinamika.
1.5. Target Luaran dan Manfaatnya
Adapun luaran dari kegiatan ini adalah:
1. Laporan Kemajuan Kegiatan PKM-PI.
2. Laporan Akhir Kegiatan PKM-PI.
3. Buku Pedoman Mitra yang berisi Panduan Pengoperasian dan
perawatan alat pengering ikan.
4. Alat Teknologi Tepat Guna berupa Mesin Pengering Ikan yang dapat
meningkatkan produktivitas, mutu dan kualitas pengering ikan.
5. Artikel ilmiah ke jurnal nasional sinta 4 Universitas Negari Medan.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
Ikan merupakan salah satu sumber zat gizi penting bagi proses
kelangsungan hidup manusia. Salah satu faktor yang menetukan nilai jual ikan
dan hasil perikanan yang lain adalah tingkat kesegarannya, mutunya, tahan lama,
dan tidak cepat membusuk. Saputra (2015) menyoroti bahwa tujuan utama
pengeringan ialah untuk memperpanjang umur simpan bahan dengan cara
menurunkan aktivitas air ( Aw = water activity). Turunnya aktifitas air dapat
menghambatbat pertumbuhan mikroba dan aktifitas yang disebabkan oleh enzim,
karena suhu pemanasan tidak cukup tinggi untuk membunuh mikroba dan menon
aktifkan enzim. (Basri, 2017) Udara yang terdapat dalam proses pengeringan
mempunyai fungsi sebagai pemberi panas pada bahan, sehingga menyebabkan
terjadinya penguapan air. Fungsi lain dari udara adalah untuk mengangkut uap air
yang dikeluarkan oleh bahan yang dikeringkan. Kecepatan pengeringan akan naik
apabila kecepatan udara ditingkatkan. Kadar air akhir apabila mulai mencapai
kesetimbangannya, maka akan membuat waktu pengeringan juga ikut naik atau
dengan kata lain lebih cepat (Kurnia, 2018).
Alat Pengering surya ini terdiri atas kolektor surya, ruang pengering,
saluran udara, blower dan cerobong. Selain itu, juga disediakan tempat untuk
pemanas tambahan, yang berfungsi sebagai sumber panas cadangan jika cuaca
mendung atau untuk pengeringan pada malam hari. (Basri, 2017) Telah
melakukan kajian pengeringan surya aktif tidak langsung terhadap ikan nila,
Efisiensi pengeringan ikan nila yang didapatkan tidak begitu tinggi, yaitu
bervariasi antara 0,5% sampai dengan 8,16%. Dan temperatur pengeringan
tertinggi 50 , dengan kecepatan aliran udara untuk melakukan proses pengeringan
antara 1,5–2,0 m/s.
2.1 Penerapan Teknologi Tepat Guna
Dengan adanya mesin pengering ikan dengan sistem aerodinamika ini
dapat membantu mitra dalam proses pengeringan ikan dimana mesin yang kami
5
buat ini dapat lebih efisien, dan lebih menigkatkan produksi mutu ikan serta lebih
menghemat waktu dalam proses pengeringan, mesin ini dapat bekerja sesuai
kebutuhan yang diinginkan mitra dan juga dapat di letakkan di luar ruangan
meskipun saat hujan, Alat pengering ikan dengan sistem aerodinamika ini juga
kami hubungkan dengan menggunakan panel surya yang dapat menyerap dan
menyimpan energi matahari merupakan hasil pengembangan energi terbarukan
yaitu pemanfaatkan energi matahari baik secara langsung maupun secara tidak
langsung dengan penyimpanan solar cell, yang penggunaannya dimaksimalkan
dan diunggulkan untuk meningkatkan kesejahteraan mitra Kelompok Cahaya
Nelayan Pantai Labu dengan produk yang didesain sedemikian rupa agar
dihasilkan ikan kering yang bermutu dan higenis untuk dikonsumsi, mengurangi
ketergantungan pada cuaca, menekan kerugian yang dialami para nelayan pada
saat panen raya, memperkecil kemungkinan kerusakan yang diakibatkan
pembusukan, dan mempercepat proses dan tidak memerlukan lahan yang luas
(Mukkun dan Dana, 2016).
Sebenarnya solusi yang kami tawarkan ini adalah berupa karya tiruan dari
pihak Yusak Mukkun dan Sumartini Dana (2016) karya tiruan dalam hal
pengembangan atau penyempurnaan alat sebelumnya yang terbilang kurang
efektif. Karya sebelumnya belum menggunakan savonius, tetapi dalam
perancangan alat yang kami gunakan ini adalah pengering surya yang telah
dimodifikasi dengan penambahan kincir angin savonius, untuk menggerakkan
kipas di dalam pengering yang berperan sebagai alat bantu sirkulasi udara di
dalam pengering agar uap air yang terperangkap di dalamnya dapat dibuang
keluar dengan bantuan hisapan dari kipas tersebut. Kecepatan aliran udara yang
tinggi dapat mempersingkat waktu pengeringan. Disamping kecepatan, arah aliran
udara juga memegang peranan penting dalam proses pengeringan. Kecepatan
udara di lingkungan berfluktuasi dengan cepat, hal ini disebabkan karena aliran
udara yang ada di lingkungan dipengaruhi oleh temperatur dan cuaca yang
cenderung berubah-ubah sehingga kecepatan udara di lingkungan menjadi tidak
beraturan. Sedangkan kecepatan udara di ruang pengering tidak dipengaruhi oleh
cuaca, sehingga kecepatan udara di ruang pengering cenderung stabil karena
menggunakan kincir angin savonius. Dan menggunakan efek rumah kaca
sehingga lebih cepat kering, serta alat yang kami buat lebih kecil dari karya
sebelumnya sehingga lebih mudah untuk di angkat ataupun di pindah tempatkan
dan sedikit memakan tempat, (Yanda, Syah dan Agustina, 2014).
2.2. Aspek Penerapan
Panel surya dapat menyerap panas dan bisa menghasilkan listrik melalui
proses konversi, Kemudian panas yang di hasilkan oleh panel surya ini di
hembuskan ke dalam ruangan panas yang terdapat blower, blower ini bergerak
karena adanya energi listrik yang di tangkap oleh panel surya, sistemnya seperti
hair dryer, panas yang dihasilkan kemudian dihantarkan ke dalam rumah kaca
oleh blower melalui pipa yang terhubung dengan rumah kaca dan diatas rumah
6
kaca terdapat savonius yang prinsip kerjanya kincir angin akan berputar searah
jarum jam dikarenakan hembusan angin dari berbagai arah dapat memutar kincir
dan kipas yang berada di dalam ruang pengering berputar searah jarum jam pula,
maka udara di dalam ruang pengering dapat tersirkulasikan dengan baik, dan
menggunakan rumah kaca agar lebih maksimal proses kerja pengeringan ikannya,
karna bisa kena matahari langsung. Nilai keunggulan lain dari alat ini adalah tidak
memerlukan lahan yang luas dan dapat dipindah-pindahkan. Pengoperasiannya
juga tidak sulit, alat ini didesain khusus selain dapat diletakan di tempat terbuka
jika cuaca baik, sinar matahari bisa fokus menyinari kaca-kaca pengumpul panas
yang bertujuan untuk proses pengeringan ikan. Namun jika cuaca mendung atau
hujan alat ini bisa mengguakan panel solar sel sebagai catu daya untuk proses
pengeringan ikan (Mukkun dan Dana, 2016).
BAB 3. METODE PELAKSANAAN
3.1. Baseline kegiatan berdasarkan existing condition dari mitra
MASALAH SOLUSI
Pengeringan secara ATTG Mesin Pengering Ikan dengan
tradisional sistem Aerodinamika
Kurangnya lahan untuk
penjemuran
Bakteri Halofik /
Kehigenisan
Penurunan Mutu
Terkendala oleh cuaca
Efisiensi waktu
PENGEMBANGAN
(a) (b)
Gambar 3.3: (a) Produk tampak kiri, (b) produk tampak depan,
Prinsip kerja dari pengering ikan ini dengan model aerodinamika, alat ini
dilakukan modifikasi pengering surya dengan menambahkan kincir angin
savonius sebagai penggerak kipas di atas pengering yang bertujuan untuk
memaksimalkan sirkulasi udara di dalam ruang pengering. Alat yang dimodifikasi
berupa kincir angin yang dibuat dari bahan ringan berupa kaleng bekas cat yang
telah dibelah tengahnya menjadi dua bagian yang kemudian membentuk setengah
lingkaran. Prinsip kerjanya kincir angin akan berputar searah jarum jam
dikarenakan hembusan angin dari berbagai arah dapat memutar kincir dan kipas
yang berada di dalam ruang pengering berputar searah jarum jam pula, maka
udara di dalam ruang pengering dapat tersirkulasikan dengan baik. keunggulannya
mesin ini tetap dapat bekerja walaupun dalam cuaca sedang hujan, dan ikan yang
di dalam mesin yang kami buat juga tetap terjaga mutunya. Alat ini dapat
meningkatkan produksi masyarakat, ketepatan waktu, dan semakin menambah
keuntungan bagi mereka. Hal ini dikarenakan alat ini menggunakan sinar matahari
dan angin sebagai sumber energi utama pengeringan ikan
3.4. Membuat Desain Awal / gambar konsep
kegagalan dan
tindak perbaikan
produk
7. Evaluasi SS & Tim
8. Penyusunan TN & HS
laporan
kemajuan
DAFTAR PUSTAKA
Basri. 2017. Efisiensi Pengering Produk Menggunakan Alat Pengering Surya
Type Down Draf. Skripsi. Fakultas Teknik Universitas Halu Oleo,
Sulawesi Tenggara.
Kurnia, D. dan Hendrawan, J. 2018. Perancangan Dan Penerapan Sistem
Pengering Ikan Otomatis Menggunakan Logika Fuzzy Pada
Mikrokontroller. Jurnal Ilmiah Core It, 6(II), 140–146.
Mukkun, Y. dan Dana, S. 2016. Pembuatan Alat Pengering Ikan Ramah
Lingkungan Dengan Menggunakan Panel Surya. Jurnal Ilmiah Flash,
2(2), 47. doi: 10.32511/jiflash.v2i2.25.
Pratama, O. 2020. Konservasi Perairan Sebagai Upaya menjaga Potensi Kelautan
dan Perikanan Indonesia. URL: https://kkp.go.id/djprl/artikel/21045-
konservasi-perairan-sebagai-upaya-menjaga-potensi-kelautan-dan-
perikanan-indonesia. Diakses tanggal 17 Maret 2022.
Rendi, R. 2016. Optimasi Perancangan Alat Pengering Ikan Air Tawar Kapasitas
50 Kg Memanfaatkan Tenaga Surya, Jurnal Info Teknik, 17(1), 111–126.
Saputra, M. A. 2015. Pemanfaatan Panel Surya Sebagai Sumber Energi Listrik
Penggerak Kipas Pada Alat Pengering. Skripsi. Fakultas Teknik
Universitas Sriwijaya, Sumatera Selatan.
Yanda, R., Syah, H. dan Agustina, R. 2014. Uji Kinerja Pengering Surya Dengan
Kincir Angin Sarvonius Untuk Pengeringan Ubi Kayu (Manihot
Utilisuma). Jurnal Teknik Pertanian, 7(2), 100–111.
11
12
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata ini adalah benar dan
dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Apabila di kemudian hari ternyata
dijumpai ketidaksesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
13
14
15
16
17
B. Riwayat Pendidikan
S1 S2 S3
Nama Institusi UISU-Medan USU-Medan UNP-Padang
Jurusan Teknik Mesin Teknik Mesin PTK
Tahun Masuk-Lulus 1987 - 1993 2001 – 2005 2014 - 2021
Pendidikan / Pengajaran
No Nama Mata Kuliah Wajib/Pilihan SKS
1 Desain Produk Wajib 3
2 Rekayasa Alat dan Mesin Wajib 3
3 Rekayasa Industri Wajib 2
4 Teknologi Pengecoran Logam Wajib 2
5 Teknik Penulisan Karya Ilmiah Wajib 2
Penelitian
No Judul Penelitian Penyandang Dana Tahun
Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit PPT
1 (TKKS) Menjadi Material Komposit Penghambat DRPM 2017
Panas (k) Ristek-Dikti
Karakterisasi Serat Tandan Kosong Kelapa Sawit
BOPTN
2 (TKKS) Sebagai Filler Komposit Peredam Suara 2017
Unimed
Komponen Automobil
Pemanfaatan Tandan Kosong Kelapa Sawit Stranas
3 (TKKS) Menjadi Material Komposit Penghambat DRPM 2018
Panas (k)” Lanjutan Ristek-Dikti
18
sudah kering
4. Lain-lain
a. Publikasi Artikel 1 450.000,- 450.000,-
pada jurnal ilmiah
Ketetangan Batas :
Utara : Selat Malaka
Timur : Pulau Sibaji
Selatan : Bandara Kualanamu
Barat : Vihara Bahagia Maiterya