Disusun oleh:
Kelas SEP A
Novi Diana Sari 2104125575
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Ta’ala karena karunianya
penulis dapat menyelesaikan Makalah dasar-dasar teknlogi hasil perikanan ini
sebagai pertanggung jawaban dari dari tugas dasar-dasar teknologi hasil perikanan
mengenai materi dasar-dasar teknologi hasil perikanan
Makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya tidak terlepas dari
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, untuk itu penulis ucapkan terima kasih
atas kontribusi bantuan dalam berbagai bentuk.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR ........................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 4
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 4
1.3. Tujuan ................................................................................................ 4
1.4. Manfaat .............................................................................................. 4
II. PEMBAHASAN ............................................................................................. 5
2.1.Pengertian Koperasi Perikanan ........................................................... 5
2.2.Manfaat KUD Perikanan .................................................................... 6
2.3.Fungsi KUD Perikanan ....................................................................... 8
III. PENUTUP ..................................................................................................... 10
3.1.Kesimpulan ......................................................................................... 10
3.2. Saran .................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 11
ii
I. PENDAHULUAN
Kelebihan cara pendinginan adalah sifat asli ikan masih dapat dipertahankan. Ikan
dengan sifat asli (tekstur, rasa, bau, dsb) terutama jenis-jenis ikan tuna, tenggiri,
bawal, kakap dan lemuru, dsb dapat dipasarkan.
1
Selain pendinginan dengan alat tersebut ikan juga dapat didinginkan dengan
menggunakan Brine dengan jenis garam dan konsentrasi berbeda, namun tidak
dapat dipungkiri ditengah pesatnya perkembangan teknologi terutama dibidang
perikanan sangat tidak mungkin adanya ancaman bagi lingkungan yang mana itu
harus diantipasi salah satunya dengan penerapan green productivity pada pabrk
pengolahan dan pendinginan ikan.
1.3. Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah agar masyarakat ataupun mahasiswa
terutama mahasiswa perikanan agar dapat memahami apa itu pendinginan ikan,
perancangan siste cold storage untuk pendinginan ikan, bagaimana pendinginan
ikan dengan menggunakan brine, dan masalah serta penerapan green productivity
pada pabrik pengolahan dan pendinginan ikan
1.4. Manfaat
2
c. Pembaca: dapat memberikan informasi dan bahan referensi tentang materi
pendinginan ikan dan turunan-turunannya untuk referensi makalah atau penelitian
selanjutnya.
II. PEMBAHASAN
Menurut Kiryanto dan Supriyanto (2011) beberapa metode atau sistem pendingin
ikan di kapal adalah:
3
3. Pendinginan ikan dengan es air laut
Menurut Astawan cara penyimpanan ikan di dalam palka adalah sebagai berikut.
1. Shelfing. Dilakukan untuk ikan-ikan berukuran besar. Ikan yang satu dengan
yang lain harus dibatasi dengan es, dan tidak bersentuhan dengan badan ikan yang
lain. Ikan disusun dalam rak-rak yang hanya menampung satu lapis ikan saja.
Menurut Murniyati dan Sunarman (2000) dalam Ibrahim dan Dewi (2008), hukum
4
Δt x c, dimana Q = beban penerimaan panas yang diterima es dari tubuh ikan, m =
berat ikan, Δt = selisih antara suhu thermal ikan dengan suhu es dan c = panas
spesifik ikan. Dari sifat es air laut dan rumus tersebut diduga proses pendinginan
ikan membutuhkan jumlah es air laut yang lebih banyak dibandingkan dengan
menggunakan es air tawar. Perbandingan antara ikan dan es harus benar-benar
diperhatikan, karena perbandingan yang tidak optimal yaitu jumlah ikan yang
terlalu banyak dan es yang terlalu sedikit dapat mengakibatkan suhu di dalam
wadah kurang optimal yang menyebabkan ikan cepat mengalami kebusukan
(Ilyas, 1988 dalam Ibrahim dan Dewi, 2008).
Penurunan suhu tubuh ikan dengan menggunakan larutan garam dingin (cold
brine) atau penyemprotan larutan garam dingin keatas tumpukan ikan.
Selain dalam bentuk larutan garam, juga dapat digunakan media pendingin yang
terbuat dari campuran garam Kristal dan es batu. Campuran ini ternyata
mempunyai titik cair jauh lebih dibawah derajat celcius, sehingga mampu
menurunkan suhu tubuh ikan dengan cepat dan efisien.
Cara menurunkan suhu tubuh ikan dengan menggunakan media pendingin yang
terdiri dari campuran gara Kristal dan es batu dapat mengakibatkan ikan menjadi
asin serta kadar airnya menurun, karena cairan yang mempunyai konsentrasi lebih
tinggi.
5
Dalam Jurnal mengenai teknik pendinginan ikan dengan menggunakan brine
dengan jenis garam dan konsentrasi berbeda yang ditulis oleh “ Rahmat Effendi
Lubis, Ni Luh Yulianti, I Wayan Widia, Program Studi Teknik Pertanian ,
Universitas Udayana” Saya menarik kesimpulan pada penelitian yang
dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pasca Panen Fakultas Teknologi
Pertanian, Universitas Udayana”
6
Brine atau larutan garam yang berperan sebagai media pendingin untuk
menurunkan suhu produk dibawah 00C sehingga penggunaan garam pada proses
pendinginan dapat memenuhi standar pendinginan ikan segar. Penggunaan
konsentrasi garam pada brine yaitu sebanyak 20 g, 70 g, dan 120 g dari berat total
media pendingin (1 liter air). Pada proses pendinginan yang ditambahkan larutan
garam (brine) mampu menghasilkan suhu dingin larutan brine hingga -2.46 0C.
Pendinginan ikan tongkol sebanyak 1 kg menggunakan brine dengan 1 liter air
dan konsentrasi masing-masing garam yaitu 20 g, 70 g, dan 120 g dari berat total
media pendingin mampu menghasilkan suhu dingin ikan hingga -1.4 °C. Dari
beberpa kombinasi perlakuan dapatdisimpulkan media pendingin larutan brine
dengan penggunaan garam NaCl konsentrasi 120 gram (a1b3) dari berat total
media pendingin merupakan kombinasi yang paling baik dalam proses
pendnginan.
7
Penggunaan ozon dalam memperpanjang daya simpan ikan segar merupakan salah
satu teknologi pengawetan pangan yang menjanjikan. Disamping itu, ozon tidak
menghasilkan residu beracun dalam lingkungan setelah perlakuannya (Pastoriza et
al., 2008 dalam Rahmahidayati et al., 2014) dan telah dinyatakan aman oleh panel
ahli untuk digunakan dalam pengolahan makanan. Sejak itu ozon telah digunakan
dalam beberapa penelitian untuk mengurangi kontaminasi pada ikan segar yang
baru saja ditangkap, produk peternakan, daging dan susu (Manousaridis et al.,
2005 dalam Rahmahidayati et al., 2014). Hal tersebut juga telah diterapkan pada
ikan Hake (Pastoriza et al., 2008 dalam Rahmahidayati et al., 2014) dan Shucked
Mussels untuk mempertahankan kualitasnya selama penyimpanan dingin
(Manousaridis et al., 2005).
8
perhitungan kapasitas mesin perhitungan distribusi udara hanya dilakukan untuk
cold storage karena hanya pada cold storage yang dirancang menggunakan saluran
udara (duct) untuk sistem pendinginannya.
KESIMPULAN
Berikut ini adalah kesimpulan dari artikel yang saya kutip yang berisi data-data
dari langkah-langkah sistem pendinginan cold storage
9
2. Dengan penelitian ini diperoleh suatu perancangan yang lebih mendetail dan
menyeluruh terhadap suatu sistem pendinginan cold storage untuk ikan beku.
Pendinginan atau chilling ikan secara sederhana murah serta praktis dapat
dilakukan dengan menggunakan es saja. Hanya penerapannya sering tidak efisien.
Faktor penyebabnya antara lain suhu udara yang panas di daerah tropis seperti
Indonesia dapat mengakibatkan es cepat mencair (Moeljanto, 1982 dalam Susanti
dan Purba, 2008). Untuk mempertahankan ikan yang telah didinginkan agar
suhunya tetap rendah, perlu suatu wadah yang dapat menahan terobosan panas
dari luar (Margaretha, 2000 dalam Susanti dan Purba, 2008). Hal ini mengingat
tempat berjualan para pedagang yang tidak tetap dan tanpa terlindungi dari
sengatan terik matahari. Mengingat hal-hal diatas perlu diteliti dan dibuat kotak
ikan berinsulasi untuk pengawetan ikan pada suhu rendah. Kotak dapat dibuat dari
kayu yang diinsulasi dengan stereofoam dan fiberglass (Susanti dan Purba, 2008).
Cara lain yaitu dengan penggabungan beberapa media antara es basah dan es
kering. Penambahan es kering ini dapat memperlama masa mencair es basah,
sehingga waktu pendinginannya lebih lama. Penelitian sebelumnya dengan cara
ini terbukti memperlama hingga 3110 menit (51 jam 50 menit). Seiring
berkembangnya zaman dan semakin majunya teknologi, penambahan eutatic gel
pada es kering juga menjadi solusi. Eutatic gel merupakan hasil pencampuran
CaCl2 dengan pengental CMC. Hasil penelitian sebelumnya didapat lama
pendinginannya adalah 8090 menit atau setara 135 jam 1 menit dengan suhu
pendinginan hingga -2oC. Namun dengan cara-cara tersebut, suhu pendinginan
masih dapat naik sehingga diperlukan inovasi lain yang dapat membantu
permasalahan ini (Putra et al., 2013).Inovasi yang dapat dilakukan pada coolbox
tersebut adalah dengan memodifikasi ruang muatnya. Pemodifikasian ini
dilakukan dengan harapan menjaga temperatur dari es balok yang telah
dikombinasikan dengan es kering. Selain itu, juga agar waktu pendinginan ikan
akan semakin lama. Caranya dengan memodifikasi coolbox berisi ikan dan es
balok dengan insulasi vakum yang telah diteliti dalam tugas akhir sebelumnya
10
yang waktu pendinginannya 7260 menit (121 jam) dan suhu pendinginan hingga -
2oC. Dengan cara ini suhu pendinginan sampai -2oC saja (Putra et al.,
2013).Inovasi ini bisa dikembangkan dengan memasukkan refrigerant berupa
freon pada ruang insulasi coolbox beban pendingin berisi ikan dan es basah.
Sehingga dapat diketahui pengaruh dari teknologi insulasi vakum ini terhadap
temperatur dan waktu pendinginan coolbox. Memodifikasi coolbox dengan
insulasi freon ini diharapkan suhu pendinginan semakin kecil dan waktu
pendinginan semakin lama (Putra et al., 2013).
Pada saat ini kapal nelayan di Indonesia hanya dilengkapi dengan tempat
pendingin (cold storage) untuk mendinginkan ikan sehingga kualitas kesegaran
ikan masih bisa terjaga, namun hal tersebut masih kurang maksimal karena
sebagian besar nelayan masih menggunakan balok-balok es yang biasanya dibeli
dari darat kemudian dibawa kelaut untuk mendinginkan ikan hasil tangkapannya.
Namun balok-balok es tersebut mempunyai keterbatasan, karena hanya singkat
balok-balok es tersebut akan mencair. Dan biasanya terkadang para nelayan
menggunakan zat kimia seperti formalin untuk mengawetkan ikan, formalin
merupakan zat yang sangat berbahaya bagi tubuh manusia. Oleh sebab itu
diperlukan peralatan tambahan yang digunakan untuk sistem pendingin (Anshori
dan Alam, 2007).
Cara yang umum dalam menangani permasalahan ini adalah dengan sistem
pendinginan. Pendinginan yang sering digunakan oleh para nelayan tradisional
menggunakan es basah (es balok). Pendinginan ikan dengan es balok masih
memiliki kelemahan. Selain cepat mencair, es balok juga memiliki berat yang
tinggi dan memerlukan ruang yang cukup yang berimbas pada berkurangnya hasil
tangkapan. Hal tersebut sesuai dengan penelitian sebelumnya, dimana dengan cara
ini pendinginan hanya bertahan hingga 2110 menit (35 jam 20 menit) (Putra et al.,
2013).
2.10. Penerapan Green Proctivity Pada Pabrik Pengolahan Dan Pendnginan Ikan
11
Jurnal ini saya kutip dari “ Moses L Singgih, Jurusan Teknik Industri, Insituti
Teknologi Sepulh Maret (ITS) Surabaya, Kampus ITS Sukolilo Surabaya 6011”
12
mineral, dan sisa - sisa bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan dan
pembersihan yang dapat menimbulkan bau yang menyengat dan polusi berat pada
Penerapan Green Productivity pada perusahaan ini dianggap relevan karena Green
Productivity merupakan aplikasi dari tool, teknik, teknologi produktivitas dan
manajemen lingkungan yang cocok untuk mereduksi beban lingkungan dari
aktivitas organisasi produk dan jasa dan seklaigus meningkatkan
pendapatan.Pokok permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut : ”Bagaimana upaya untuk mereduksi limbah serta upaya untuk
mengetahui tingkat produktifitas.”
Konsep Green Productivity diambil dari penggabungan dua hal penting dalam
strategi pembangunan, yaitu:
1. Perlindungan lingkungan
2. Peningkatan Produktivitas
13
Metodologi untuk Green Productivity terdiri dari enam langkah (APO, 2001)
yaitu:
1. Getting started
2. Planning
4. Implementation of GP option
5. Monitoring and re
Dan dalam Penelitian penulis tersebut menggunakan dua alternatif langkah kerja,
setelah melakukan keseluruhan langkah-langkah penelitian diatas, maka dapat
batas baku mutu lingkungan. Penyimpangan yang positif tersebut dapat dilihat
dari nilai BOD5 dengan nilai 89.61%, COD sebesar 89.61%, TSS sebesar 38.8%,
minyak dan lemak sebesar 50%.
2. Alternatif solusi yang terpilih adalah alternatif I yaitu penambahan DAF pada
pompa, walaupun harga DAF relatif cukup mahal tetapi masa pakai DAF lebih
lama jika dibandingkan dengan alat penyaring manual. Selain itu DAF memiliki
kelebihan dapat memisahkan lemak dengan air dan juga dapat mengurangi
padatan hingga 40%.
14
III. PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Pendinginan adalah suatu proses pemindahan panas dari tubuh ikan ke tubuh ikan
yang lain. Pendinginan tersebut ada pula yang berpendapat bahwa suatu proses
pengambilan panas dari suatu ruangan terbatas yang khusus untuk menurunkan
dan mempertahankan suhu ruangan tersebut beserta isinya agar tetap lebih rendah
dari suhu di luar ruangan. Pendinginan juga mempunyai beberapa prinsip salah
15
satunya adalah mendinginkan ikan secepat mungkin ke suhu serendah mungkin,
tetapi tidak sampai membeku.
3.2. Saran
Dan penulis menyadari bahwa dalam makalah tentang pendinginan ikan ini
masih banyak kesalahan dan saya harap semoga makalah ini dapat berguna
terutama bagi mahasiswa yang ingin mengetahui tentang bagaimana dan apa itu
Pendinginan ikan penerapan cold sriorage, penggunakan brine, dan penerapa
green productivity
16
DAFTAR PUSTAKA
tahun 2002 tentang baku mutu limbah cair bagi industri atau kegiatan
usaha lainnya
Institute of Technology
Aksara. Jakarta.
17
Badan Pusat Statistik, 2017. Pertumbuhan PDB Perikanan Nasional
Bagian 1. Jakarta
(ID). BSN.
18
Hilderbrand, K. S. Preparation of Salt Brines for the Fishing Industry.
19