Anda di halaman 1dari 3

Nama : LAILI FITRIANI HASIBUAN

Nim : 2104111707

Jurusan : SOSIAL EKONOMI PERIKANAN

Mata Kuliah : SOSIOLOGI PERIKANAN DAN KELAUTAN

KONFLIK PEMBUDIDAYA IKAN ( KERAMBA PERUSAHAAN RAKSASA ITU


YANG HARUS DITERBITKAN)

Di kawasan danau toba, keramba rakyat dibersihkan dan diganti dengan 5jt.
Bagaimana cara menghitungnya? Dalam ilmu lingkungan ada yag disebut dengan evaluasi
ekonomi yaitu jelas dan sama rata.

Sekitar tahun 2006 s/d 2010 banyak kegiatan dialog di jakarta yang membahas
tentang jaring apung, sejak tahun 2000 pada saat dimulai jaring apung masyarakat merasa
senang karena dengan adanya jaring apung pendapatan ekonomi masyarakat
meningkat.Bahkan ada seorang mahasiswa bandung memulai usaha budidaya ikan di
haranggaol yang belajar dari waduk ciratah, padahal padaa saat itu banyak jaring apung di
waduk-waduk yang gagal akibat dari fitoplankton,karena pada saat fitoplankton itu mati
proses pembusukannya membutuhkan oksigen yang banyak sehingga ikan kekurangan
oksigen yang menyebabkan ikan-ikan tersebut mati.Karena kegagalan jaring apung di
beberapa waduk dan danau pada saat itu, ada yang tidak setuju dengaan jaring apung dan ada
juga beberapa ahli perikanan yang setuju dengan jaring apung,tetapi zonasi.Padahal pada
system zonasi yang bisa di zonasi hanyalah ikannya saja,sedangkan sisa pakan dan sisa feses
kotoran ikan tidak bisa dizonasi karena pengaruh angin,dampak dari jaring apung sangat
mempengaruhi pada pertumbuhan fitoplankton yang tidak terkendali.Maka pada proses
pembusukan fitoplankton terjadi persaingan oksigen antara ikan dan proses pembusukan
fitoplankton tersebut yang menyebabkan ikan mati dan kualitas air semakin memburuk dan
yang itu terjadi proses eutoprikasi.

Hampir di seluruh dunia, danau hancur lebur tidak bisa terkendali karena proses
eutoprikasi. Proses eutoprikasi menyebabkan tumbuhnya lumut yang tidak terkendali, eceng
gondok dan biota lainnya tidak terkendali karena nutrien sisa makanan ikan tersebut meledak
yang menyebabkan hancurnya danau.

Pada saat sekarang ketika jaring apung ditertibkan, kenapa tidak dimulai dari
perusahaan raksasa itu yang ditertibkan ahli hukum Profesor jesaya menyatakan kalau mau
menyelesaikan sebuah persoalan-persoalan hukum persoalan sosial ketika terjadi sebuah
ketidaknormalan harus dimulai dari kepala, perumpamaan Profesor JE Sahetapy yang
mengatakan ikan busuk dimulai dari kepala,analogi ini dalam konteks jaring apung di Danau
Toba, seharusnya perusahaan duduk, Kenapa? karena kalau jaring apung itu bisa
dikendalikan jumlahnya. Jumlahnya itu jika dibandingkan dengan perusahaan raksasa itu
tidak signifikan sederhana untuk merusak kawasan Danau Toba.
Perlu dilakukan itu sebenarnya jaring apung produksi keluarga-keluarga yang yaitu itu
yang harus di zonasi dan itu yang harus dikendalikan dan harus dikelola dengan baik.tapi
yang tidak boleh sebenarnya adalah perusahaan-perusahaan raksasa itu karena itulah yang
paling berpengaruh untuk merusak Keindahan Danau Toba dan merusak kualitas air danau
toba. Jadi ini memang sudah dari dulu bermasalah misalnya kalau hutan rusak kita selalu
mengatakan illegal logging padahal sebenarnya illegal logging itu,mana yang lebih
berdampak illegal logging di meningkat dengan hutannya yang dirampas dengan pendidikan
izin.Jadi kita ini seolah-olah sudah punya izin lingkungan dan sudah aman pimpinan.Ini kita
keliru, nah sama besarnya penambang liar. penambang liar itu tradisional tapi kalau
penambangan dengan teknologi dengan hal-hal yang Mengapa teknologi yang paling canggih
sebenarnya itulah yang merusak gunung,itulah yang merusak paling besar tapi kita lebih
tertarik bahwa kerusakan lingkungan disebabkan oleh penambang liar.

Jadi melihat jaring apung di Danau Toba sebenarnya dimulai dari perusahaan raksasa
itu jangan dimulai dari jaring apung masyarakat itu kalau jaring apung memiliki masyarakat
itu kan kecil artinya dampaknya itu bisa diasimilasi oleh lingkungan artinya kini ibarat kita
kalau kalau misalnya tangan kita itu apa rusak misalnya Katakanlah skate luka sedikit tubuh
kita akan bisa mengendalikan Hai apaan luka sedikit itu Tapi kalau dia juga besar biar tubuh
kita enggak mampu oleh karena itu Hai Janganlah pemerintah sampai Pangdam dan Kapolda
untuk milik masyarakat padahal sudah ada persoalan keramba persoalan milik perusahaan
raksasa itu yang paling berpengaruh itu paling signifikan kalau memang kita serius merawat
danau toba.

Tim Litigasi Yayasan Pencinta Danau Toba, Senin siang (23/1/16) melaporkan dua
perusahaan besar yang mengelola keramba jaring apung (KJA) di Danau Toba, Sumatera
Utara.Dua perusahaan yang dilaporkan ke Direktorat Reserse Kriminal Khusus
(Ditreskrimsus) Polda Sumut itu adalah PT Aquafarm Nusantara dan PT Suri Tani
Pemuka.PT Suri Tani, anak perusahaan dari PT JAPFA juga bergerak di usaha sama,
keramba jaring apung ikan tawar. Keduanya dianggap mencemari Danau Toba dengan
membuang limbah pakan ternak ke danau hingga kualitas air danau makin buruk.

Robert Paruhum Siahaan, Ketua Tim Litigasi Yayasan Pencinta Danau Toba,
mengatakan, setelah pengkajian langsung kondisi danau, mengambil sampel air pada 22 titik
dan menguji di Sucofindo– dianggap lembaga independen untuk meneliti kualitas air–,
ditemukan pencemaran kualitas air danau.Selain sampel air di Lottung, Samosir, juga di
usaha keramba milik Aquafarm dan Suri Tani. Pemeriksaan laboratorium antara lain analisa
kimia, fisika, mikrobiologi. Untuk parameter fisika, dianalisis suhu, residu terlarut, dan residu
tersuspensi. Dari hasil pemeriksaan, kualitas air danau melewati ambang batas air kualitas
kelas satu. Ia tercantum dalam Peraturan Pemerintah Nomor 82 tahun 2001 dan Peraturan
Gubernur Sumatera Utara Nomor 1 tahun 2009, menyatakan, pembudidayaan ikan air tawar,
di air kualitas kelas dua atau tiga.

Untuk parameter kimia, dianalisis antara lain adalah Ph, COD, BOD, oksigen terlarut,
pospat, nitrat, amoniak bebas, arsen, clorin bebas, kobal, barium, crom, tembaga, senyawa
besi (Fe), Seng (Zn) timbal dan mangan. Hasilnya, kata Paruhum, dari pemeriksaan
laboratorium Secofindo ditemukan Ph air sampel di danau 8,45, standar 6-9. BOD hasil
laboratorium 2,1 mg/l, standar dua mg/l. COD 13, 5 mg/l, standar maksimal 10 mg/l. Untuk
amoniak bebas 0,18 mg/l, standar maksimal 0,5 mg/l.

Paruhum mengatakan, hasil laboratorium Sucofindo sangat jelek dan air danau
tercemar limbah pakan ternak keramba jaring apung, terutama dua perusahaan itu sudah
beroperasi bertahun-tahun.“Perusahaan keramba jaring apung beroperasi di Danau Toba
dengan kualitas air kelas satu. Itu jelas melanggar peraturan dan perundang-undangan,”
katanya. Dia bilang, kepolisian juga harus memeriksa perusahaan keramba jaring apung lain
yang belum mereka laporkan. Ada dugaan, mereka lakukan hal serupa, membuang limbah
pakan ternak ke danau hingga kualitas air buruk.Dengan begitu, air danau yang dulu untuk
keperluan warga sehari-hari sudah mengandung racun. Kala buat mandipun, tubuh bisa gatal-
gatal.“Ini mengerikan. Dua perusahaan besar ini harus bertanggung jawab.”Dia
menyayangkan, Pemerintahan Simalungun mengabaikan Badan Lingkungan Hidup Sumut
yang merekomendasikan agar tak ada lagi penambahan keramba jaring apung. Meski sudah
ditetapkan, Pemerintahan Simalungun tetap tak mengindahkan. Malah malah tetap
memberikan izin, hingga keramba bertambah bukan berkurang.“Walau sudah ada
rekomendasi tak mengeluarkan izin keramba, tak diindahkan Pemerintah Simalungun.
Okelah, ini otorita daerah, kalau tanah dataran bisalah dikatakan otorita, kalau air kan gak
bisa dibatasi, akan berpindah-pindah.”

Belakangan, katanya, di danau mulai banyak lintah, padahal sebelumnya tak tampak
berkembang pesat. Dua bulan lalu, katanya, turis mendapati lintah-lintah di danau. Belum
lagi, ada warga mengalami gatal-gatal pada tubuh saat mandi, terutama dekat keramba.
“Bukti nyata kerusakan lingkungan dan dampak negatif keramba jaring apung ikan tawar di
Danau Toba.”Gubernur Sumatera Utara, Tengku Erry Nuradi mengatakan, langkah yang
mereka lakukan memperbaiki tata kelola Danau Toba, antara lain pengerukan di Tano
Ponggo, pembersihan keramba jaring apung, dan penyediaan lahan di sekitar danau seluas
500 hektar untuk eko wisata.Setelah terbit Peraturan Presiden tentang Badan Otorita
Pariwisata Danau Toba, sudah pembentukan badan otorita daerah pada Agustus 2016.
Rencana aksi terpadu penanganan Danau Toba, katanya, mulai 2017-2018.Fokus utama, kata
Erry, adalah pembenahan masalah lingkungan dan mengelola serta penataan ruang Danau
Toba. Semua, tercantum dalam rancangan 12 aksi Pemerintah Sumut. Tujuh kabupaten
sekitar Danau Toba yakni Simalungun, Karo, Samosir, Toba Samosir, Tapanuli Utara,
Humbang Hasundutan, dan Dairi, juga sudah menyatakan komitmen dalam rencana aksi ini.

Soal keramba jaring apung, katanya, pemda sudah memberikan batas waktu hingga
Desember 2016 baik milik perorangan maupun perusahaan harus dibersihkan dari Danau
Toba.Pemda juga sudah sosialisasi dan pemahaman ke berbagai pihak, soal pembongkaran
paksa keramba jaring apung yang dianggap menyalahi dan merusak lingkungan.“Kita
lakukan pendataan, dan akan diberikan kompensasi kepada pemilik keramba. Mudah-
mudahan konsep ini berjalan lancar.”Selain menata ulang soal keramba di kawasan Danau
Toba, katanya, juga memperbaiki kualitas air, Caranya, dengan konservasi sumber daya air
Danau Toba. Pendayagunaan sumber daya air, dengan rencana aksi penyediaan sumber air di
Danau Toba, juga menjadi salah satu agenda Pemerintah Sumut, bersama tujuh kabupaten.

Anda mungkin juga menyukai