BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Danau adalah salah satu sumber air tawar yang menunjang kehidupan
semua makhluk hidup dan kegiatan sosial ekonomi manusia. Ketersediaan sumber
daya air, mempunyai peran yang sangat mendasar untuk menunjang
pengembangan ekonomi wilayah. Sumber daya air yang terbatas disuatu wilayah
mempunyai implikasi kepada kegiatan pembangunan yang terbatas dan pada
akhirnya kegiatan ekonomipun terbatas sehingga kemakmuran rakyat makin lama
tercapai. Air danau digunakan untuk berbagai pemanfaatan antara lain sumber
baku air minum, air irigasi, pembangkit listrik, penggelontoran, perikanan dsb.
Jadi betapa pentingnya air tawar yang berasal dari danau bagi kehidupan. Danau
Di Indonesia terdapat kurang lebih danau kategori besar > 50 ha sebanyak 500
buah. Danau tersebut tersebar merata di setiap pulau besar (Sumatra, Jawa,
Kalimantan, Sulawesi, Papua, Bali). Sebaliknya waduk besar sebagian besar
berlokasi di Pulau Jawa. Selain kategori danau besar terdapat juga danau kecil
yang jumlahnya ribuan dan waduk kecil yang disebut embung. Danau kecil sering
dikenal sebagai situ berukuran besar (Sundawati dan Saudin, 2009).
Danau Toba adalah sebuah danau vulkanik dengan ukuran panjang 100
kilometer dan lebar 30 kilometer yang terletak di Provinsi Sumatera Utara,
Indonesia. Danau ini merupakan danau terbesar di Indonesia dan Asia Tenggara.
Di tengah danau ini terdapat sebuah pulau vulkanik bernama Pulau Samosir.
Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara
selain Bukit Lawang dan Nias, menarik wisatawan domestik maupun
mancanegara (Amnte, 2012). Danau Toba yang mempunyai luas permukaan lebih
kurang 1.100 km2, dengan total volume air sekitar 1.258 km3. Kondisi oligotrofik
Danau Toba menyebabkan daya dukung danau untuk perkembangan dan
pertumbuhan organisme air seperti plankton dan bentos sangat terbatas. Pada
aspek hidrologis , Danau Toba merupakan sebuah kawasan Daerah Tangkapan
Air-DTA (Catchment Area) raksasa dan sangat vital bagi kehidupan masyarakat di
sekitarnya. Siklus pergantian air 110-280 tahun merupakan salah satu keunikan
Danau Toba karena siklus perputaran air danau-danau sedunia ratarata hanya 17
tahun (Ginting dan Simanihuruk, 2004).
Danau Toba adalah salah satu danau air tawar terbesar dunia, yang
memiliki luas areal perairan mencapai puluhan km2 dengan kedalaman sampai 900
m pada bagian yang terdalam. Danau Toba terletak pada daerah dataran tinggi
Toba di Sumatera Utara dengan ketinggian permukaan airnya mencapai 698 m
dari permukaan laut. Danau Toba tercakup dalam wilayah administrasi dari tujuh
kabupaten
yang
terletak
di
daerah
dataran
tinggi
Sumut
BAB II
PEMBAHASAN
Pengertian Pencemaran
Polusi atau pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau
berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam
sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan
lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4
Tahun 1982).
Menurut Sundawati dan Saudin (2009) peristiwa pencemaran lingkungan
disebut polusi. Zat
atau
bahan
yang
dapat
mengakibatkan
pencemaran
disebut polutan. Syarat-syarat suatu zat disebut polutan bila keberadaannya dapat
menyebabkan kerugian terhadap makhluk hidup. Contohnya, karbon dioksida
dengan kadar 0,033% di udara berfaedah bagi tumbuhan, tetapi bila lebih tinggi
dari 0,033% dapat rnemberikan efek merusak. Suatu zat dapat disebut polutan
apabila :
1.
2.
3.
untuk
sementara,
tetapi
bila
telah
bereaksi
dengan
zat
Berbagai
macam
fungsinya
sangat
membantu
kehidupan
manusia
lebih kurang sama dengan permukan air Danau Toba yaitu bagian hulu Sungai
Asahan. Kondisi wilayah seperti itu membuat Danau Toba menjadi muara dari
semua aliran yang berasal dari daratan diatasnya, terutama air sungai dan tali air.
Pencemaran perairan Danau Toba diikuti oleh merebaknya tanaman air
eceng gondok yang menutupi permukaan air danau. Hampir di seluruh kecamatan
di sekeliling Danau Toba demikian juga dengan di Pulau Samosir, populasi eceng
gondok cenderung meningkat.
2) Dijadikan Toilet Raksasa
Pada masa pesatnya kedatangan turis mancanegara ke Pulau Samosir,
pernah dilakukan penelitian terhadap kualitas air sekitar Kota Tomok, Resort
Tuktuk Siadong serta areal sekitarnya. Dari hasil penelitian itu diketahui bahwa
bakteri E-coli yang sumbernya berhubungan dengan tinja manusia telah memiliki
jumlah yang sangat luar biasa di perairan danau. Jumlah bakteri E-coli yang
sangat besar ini adalah ancaman langsung terhadap kesehatan manusia. Kondisi
ini menunjukkan bahwa instalasi-tank di hotel-hotel dan perumahan penduduk di
wilayah tersebut berhubungan langsung dengan perairan Danau Toba.
3) Maraknya Keramba Apung dan Tiadanya Hutan
Pemeliharaan ikan nila di dalam keramba apung merupakan alternatif
terbaik bagi masyarakat, setelah timbulnya wabah terhadap ikan mas yang
dipelihara dalam keramba. Sementara menangkap ikan yang bebas di dalam danau
sulit memberi hasil menggembirakan karena populasi ikan sudah sangat kecil.
Pemeliharaan ikan dalam keramba apung harus diakui memberi efek negatif
kepada lingkungan Danau Toba terutama efek dari bahan pakan ikan (berupa
pelet) yang tidak terkonsumsi oleh ikan piara dan terbuang secara continue ke
dalam danau. Jumlah kumulatif bahan pakan ikan yang terbuang dari seluruh
keramba apung diperkirakan sudah sangat besar, dapat dibayangkan masalah yang
mungkin terjadi bila keadaan tersebut masih terus berlanjut. Di sisi lain, adanya
perusahaan asing yang memelihara ikan keramba apung di Danau Toba, diduga
berperan sangat besar memberi sumbangan limbah ke dalam danau baik berupa
pelet terbang maupun limbah jenis lainnya.
Perusahaan ini diyakini memiliki jumlah ikan pemeliharaan sangat
banyak, dengan demikian jumlah limbah terbuang dari seluruh keramba apung
yang dimiliki perusahaan ini diperkirakan sangat besar setiap harinya. Sebagai
perusahaan perikanan yang banyak memberi devisa bagi negara, maka diduga
pemerintah akan sulit mengontrol langsung pembuangan bahan beracun yang
mungkin dilakukan perusahaan tersebut. Secara faktual Danau Toba yang dahulu
sangat indah dan sangat dibanggakan, telah mengalami degradasi nilai berupa
penurunan permukaan air dan penurunan kualitas air akibat limbahnya seperti
limbah rumah tangga, limbah keramba apung dan limbah lainnya.
Seandainya seluruh area yang mengelilingi Danau Toba ditumbuhi oleh
pepohonan dan vegetasi lainnya yang membentuk hutan, maka diyakini bahwa
hutan di sekeliling Danau Toba akan menambah keindahan panorama dan
kenyamanan lingkungannya. Demikian halnya dengan puncak dan lereng Samosir
yang secara faktual tandus dan gundul, akan berubah menjadi hijau dan lebih
subur bila ditumbuhi pepohonan. Adanya hutan di sekeliling Danau Toba
diharapkan akan memberi sumbangan air ke Danau Toba. Hutan akan menyimpan
air dan selanjutnya mendistribusikannya secara teratur ke area yang lebih rendah.
Tetapi gambaran adanya hutan di sekeliling Danau Toba tidak mungkin
terwujudkan atau upaya reboisasi di daerah ini dapat dikatakan mustahil. Hal ini
didasarkan pada kenyataan bahwa area sekeliling Danau Toba dan Pulau Samosir
dari tahun ke tahun semakin kritis. Demikian juga hanya dengan hutan yang
dulunya ada, sekarang sudah habis.
3) Air Keluar Lebih Besar Dari Air Masuk
Penurunan permukaan air Danau Toba secara visual memang terlihat
lambat seiring perjalanan waktu, namun keadaan itu adalah karena hamparan air
danau itu sangat luas sehingga memberi kesan bahwa penurunan permukaan air
danau terlihat pelan. Bila memperkirakan luas Danau Toba yang sangat besar,
serta tinggi permukaan air yang telah turun maka sebenarnya volume air yang
turun atau hilang, telah mencapai jumlah yang sangat besar sekali. Sebagai warga
yang berasal dari kawasan di dekat Danau Toba, maka dari pengamatan penulis,
dapat diketahui bahwa penurunan permukaan air Danau Toba telah mencapai lebih
dari tiga meter selama dua dekade terakhir. Pemerintah mungkin sulit untuk
bertindak mengurangi volume air yang keluar melalui hulu Sungai Asahan, karena
hal itu dapat menimbulkan dampak negatif terhadap Pembangkit Tenaga Listrik
Toba pada tahun tujuh-puluhan pada akhirnya tidak berhasil, karena keberadaan
udang air tawar tersebut sulit ditemukan sekarang ini di Danau Toba. Menurut
nelayan tradisional, dimasukkannya udang air tawar ke Danau Toba justru hidup
bebas di Danau Toba.
Dinas Perikanan diketahui secara rutin menebar benih ikan ke Danau Toba
terutama ikan emas. Akan tetapi dari wawancara dengan nelayan tradisional dapat
diketahui bahwa upaya penebaran benih ikan tersebut kurang berhasil karena
sangat sulit memperoleh ikan emas agak besar hidup bebas secara alami di Danau
Toba. Diduga ikan emas sudah sangat sulit bertumbuh secara alami dengan
kondisi Danau Toba sekarang ini. Kualitas air Danau Toba yang menurun serta
bibir pantai yang semakin menurun membuat danau itu tidak sesuai sebagai
tempat hidup ikan emas.
5) Pantai Tanpa Tata Ruang
Harus diakui bahwa aktivitas kegiatan penduduk di sekitar danau adalah
pada pemukiman-pemukiman sekitar pantai, terutama pada kota-kota yang
berfungsi sebagai pelabuhan. Sejak dahulu kala, bibir pantai Danau Toba telah
dimanfaatkan oleh penduduk sebagai lokasi pemukiman. Mereka cenderung
membuang limbah rumah tangga langsung ke Danau Toba atau melalui saluransaluran air limbah (got) yang bermuara ke Danau Toba. Terutama pada kota-kota
sekeliling Danau Toba, (kecuali Kota Porsea dan Laguboti), limbah kota secara
langsung terlihat mengotori Danau Toba.
Memperhatikan perkembangan pemukiman penduduk di pinggiran Danau
Toba terutama mengenai jumlah bangunan yang bertambah, populasi penduduk
yang semakin besar, saluran irigasi, sistem pembuangan limbah maka dapat
diperkirakan bahwa volume limbah berbahaya yang masuk ke dalam Danau Toba
akan semakin meningkat setiap tahunnya.
Mengatasi Danau Toba Yang Semakin Kritis
Menurut Kuswara (2007) solusi terhadap permasalahan yang mendera
Danau Toba adalah memanfaatkan kembali kerifan lokal. Saran terhadap solusi ini
didasarkan kepada kenyataan bahwa dahulu pemanfaatan lahan dan tanaman
selalu mengikuti aturan kearifan lokal, dan hasilnya selalu memuaskan bagi
masyarakat. Setelah kearifan lokal ditinggalkan, timbullah berbagai masalah
10
seperti : perkara perebutan lahan rakyat yang tidak berkesudahan, pengurasan ikan
dari Danau Toba, tiadanya kontrol terhadap hutan dan padang penggembalaan
serta sirnanya ketentuan pendirian rumah dan huta (kampung). Ketentuan kerifan
lokal dapat dibedakan sebagai berikut :
1) Kearifan Lokal
Kearifan lokal adalah sistem pengetahuan yang dimiliki masyarakat
sebagai hasil adaptasi terhadap lingkungan sekitarnya, yang membentuk tingkah
laku turun-temurun yang bertujuan melestarikan lingkungan dan alam sekitarnya.
Kerifan lokal dibuat berdasarkan hubungan sosial dan interaksi-sosial masyarakat
yaitu: kelompok marga Dalihan Natolu serta Bius. Ruang lingkup kearifan lokal
meliputi : alam fisika dan gejala-gejala alam, jenis fauna dan flora, sistem bertani,
beternak perikanan, latar budaya sosial seperti : sistem peralatan, eksploitasi alam,
pantangan dan lain-lain sebagainya.
2) Kearifan Lokal Penangkapan Ikan
Dahulu kearifan lokal penangkapan ikan di sekitar Danau Toba ditujukan
untuk melestarikan jenis ikan yang ada di daerah itu. Para leluhur masyarakat
Batak menyadari keterbatasan Danau Toba sebagai tempat hidup ikan. Berbeda
dengan laut dan danau lainnya, dimana habitat ikan mencakup seluruh tempat,
mulai dari pantai sampai bagian dasar maka di Danau Toba hanya bagian tepi dan
air permukaan yang dapat menjadi tempat hidup ikan.
Keterbatasan
tersebut
mengharuskan
adanya
ketentuan
kearifan
lokal
penangkapan ikan. Bebrapa aturan kearifan lokal pengangkapan ikan yang berlaku
dahulu di Danau Toba adalah :
Kuota Penangkapan
Area No Fishing
11
lokasinya tidak bisa sembarangan harus dengan persetujuan raja dan atau
masyarakat lainnya. Pengangkatan ikan (hasil) dari dalam bubu juga pada waktu
yang disepakati bersama.
Aturan ini diharapkan bisa diterapkan pada keramba apung digunakan masyarakat
sekarang. Seharusnya disepakati lebih dahulu apakah keramba apung bisa
individu atau komunitas ? Dimana lokasi keramba apung (lokalisasi) dan berapa
jumlah keramba (batasan maksimum).
komunitas atau disebut ambar atau Tala lata ripe ripe. Empang seperti ini
adalah sumber bibit ikan yang dipelihara di sawah. Model seperti ini dapat
diterapkan kembali pada masa sekarang ini. Tala lata ripe ripe dapat
ditempatkan pada muara sungai atau tali air yang mengalir ke Danau Toba. Secara
berkala ikan ikan dengan ukuran tertentu dilepas ke Danau Toba.
3) Kearifan Lokal Pertanian Tanaman Pangan
Dahulu kearifan lokal sangat berperan pada pengusahaan pertanian
disekitar Danau Toba. Semua kegiatan pertanian terutama pertanian tanaman
pangan selalu disertai dengan aturan-aturan yang berhubungan dengan
keberlanjutan sistem pertanian yang ada. Misalnya terdapat aturan-aturan tentang
pengolahan lahan, pengairan, pemakaian, pupuk, pemakaian bibit, masa turun
tanam, masa panen, lumbung desa dan lain-lain.
12
13
14
bahan
berguna
dan
bernilai
ekonomis,seperti
pembuatan
Memberikan sanski dan hukuman yang tegas bagi siapa-siapa saja yang
menebang hutan secara ilegal dan besar-besaran tanpa menerapkan sistem
tebang pilih dan Reboisasi kembali Hutan.
3.
15
limbah atau daur ulang untuk kebutuhan yang lebih berguna,hal ini
diharapkan mampu mengurangi pencemaran air danau toba secara langsung
4.
5.
perekonomian
masyarakat
di
sekitar
Danau
Toba
16
17
Penebangan Pohon
Eceng Gondok
Lahan Kritis
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa terjadinya pencemaran Air
Danau Toba diakibatkan oleh masyarakat sekitar sendiri ,misalkan dalam
pembuangan sampah secara sembarangan,penebangan hutan secara terus
menerus,serta perilaku masyrakat tertentu yang mengakibatkan terjadinya
kerusakan dan pencemaran air Danau Toba,selain itu pencemaran danau toba ini
sangat berpengaruh kepada tingkat ekonomi dan kesejahteraan masyarakat
samosir sendiri,oleh sebab itu untuk mencegah pencemaran danau toba yang lebih
luas lagi diharapkan kesadaran masyarakat dan peran pemerintah yang lebih tegas
untuk mencegah kerusakan dan pencemaran danau toba,sebab Danau Toba adalah
salah satu warisan alam indonesia yang harus dijaga kelestarian nya.
Saran
Dengan adanya karya penelitian singkat ini,kami penulis mengharapkan
agar masyarakat terkhusus masyarakat kawasan sekitar Danau Toba sadar dan
lebih paham lagi seberapa penting nya pengaruh dan mamfaat dari Danau Toba
sendiri,oleh karena itu setiap masyarakat harus lebih sadar dan lebih aktif dalam
mencegah terjadi nya pencemaran Danau Toba serta menjaga kelestarian Danau
Toba.
DAFTAR PUSTAKA
Ginting, N. dan M. Simanihuruk. 2004. Pendekatan Partisipatif dalam
Perencanaan Konservasi Lingkungan di Data Danau Toba. Jurnal
Pemberdayaan Komunitas. Vol 3 (3): 147-156.
Kuswara. 2007. Arahan Pengembangan Permukiman di Kawasan Daerah
Tangkapan Air Danau Toba. Jurnal Pemukiman. Vol 2 (1).
Sianturi, T. 2004. Degradasi Danau Toba. Jurnal Penelitian Bidan Ilmu Pertanian.
Vol 2(1) : 1-3.
Simarmata, M. M. T. 2012. Persepsi Wisatawan Terhadap Pariwisata Danau Toba
Parapat. Jurnal Akar. Vol 1(2) : 137-145.
Sundawati, L. dan Saudin. 2009. Analisis Pemangku Kepentingan
dalam Upaya Pemulihan Ekosistem Daerah Tangkapan Air Danau Toba.
Institut Pertanian Bogor, Bogor.