JAYAPURA
A. GAMBARAN WILAYAH
A.1 Letak Geografis
Kabupaten Jayapura terletak diantara 1290016-1410147 Bujur Timur dan 22310Lintang Utara dan
91500 Lintang Selatan, dengan batas batas wilayah administrasi sebagai berikut:
- Sebelah Utara Samudera Pasifik dan Kabupaten Sarmi.
- Sebelah Selatan Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Tolikara.
- Sebelah Timur dengan Kota Jayapura dan Kabupaten Keerom.
- Sebelah Barat dengan Kabupaten Sarmi.
Sumber air di wilayah Kabupaten Jayapura terdiri dari sungai, danau dan air tanah. Sungai besar yang
melintas di wilayah Kabupaten Jayapura sebanyak 4 buah, sebagian besar muara menuju ke pantai utara
(Samudera Pasifik) dan pada umumnya sangat tergantung pada fluktuasi air hujan.
Disamping itu terdapat sungai-sungai kecil yang merupakan sumber air permukaan yang mengalir di wilayah
ini. Danau yang berada di wilayah Kabupaten Jayapura adalah Danau Sentani seluas 9.630 Ha terdapat di Distrik
Sentani, Sentani Timur, Ebungfauw dan Waibu.
Keadaan topografi dan lereng umumnya relatif terjal dengan kemiringan 5%-30% serta mempunyai ketinggian
aktual 0,5m dpl -1500m dpl. Daerah pesisir pantai utara berupa dataran rendah yang bergelombang dengan
kemiringan 0%-10% yang ditutupi dengan endapan alluvial. Secara fisik, selain daratan juga terdiri dari rawa
(13.700 Ha). Sebagian besar wilayah Kabupaten Jayapura (72,09%) berada pada kemiringan diatas 41%, sedangkan
yang mempunyai kemiringan 0-15% berkisar 23,74%.
A.3 Klimatologi
Kondisi iklim di Jayapura tergolong dalam iklim Basah dengan curah hujan yang cukup tinggi. Letak geografis
Jayapura yang terletak didaerah katulistiwa dan berada diantara dua Benua yaitu Asia dan Australia
menyebabkan daerah ini beriklim Tropis yang dipengaruhi oleh angin Muson Tenggara yang bertiup secara
bergantian 6 bulan sekali.
Angin Muson Tenggara yang bertiup antara bulan Mei hingga bulan November berasal dari Benua Australia,
pada saat itu di Jayapura dan sekitarnya terjadi musim panas.
Angin Muson Barat Laut yang bertiup antara bulan Desember hingga April mempunyai sifat sebaliknya
dengan angin Muson Tenggara. Angin ini berasal dari Daratan Asia, pada saat itu di Jayapura dan sekitarnya
terjadi musim hujan.
Sesuai dengan letaknya daerah Jayapura terletak pada wilayah katulistiwa, maka temperatur udara rata-rata
maksimum 31,80C dan temperatur udara rata-rata minimum 23,5oC.
Luas wilayah Kabupaten Jayapura 17.516.60 Km2 yang terbagi dalam 19 Distrik 139 Kampung dan 5 Kelurahan.
Luas masing-masing wilayah sebagai berikut:
Daerah yang memiliki wilayah terluas adalah kecamatan Kaureh (4.357 Km2) atau 24,8% dari total wilayah
Kabupaten Jayapura. Daerah yang memiliki wilayah terkecil adalah kabupaten Sentani Barat (129,2 Km2) atau
0,74%.
B. POTENSI WILAYAH
B.1 Perekonomian
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi
ekonomi suatu daerah/wilayah dalam suatu periode waktu tertentu. Total PDRB atas dasar harga konstan pada
tahun 2010 adalah Rp 1,96 triliun. Sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar yaitu Rp 618 Miliar ( 31,4%),
diikuti oleh sektor pengangkutan dan komunikasi Rp 322 Miliar (16,3%) dan jasa-jasa Rp 296 Miliar (15%).
Tabel B-1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Propinsi Kabupaten Jayapura Atas Dasar Harga Konstan
Menurut Lapangan Usaha (Juta) 2006-2010
Apabila dilihat dari tingkat pertumbuhannya maka sektor sekunder memiliki pertumbuhan yang tertinggi yaitu
sebesar 20,4%, sedangkan sektor tersier dan primer masing masing hanya 16% dan 8,8%. Hal ini menunjukan
bahwa Kabupaten Jayapura sedang tumbuh dan berkembang dan menjadi Kabupaten yang menjadi tujuan
investasi di provinsi Papua.
Tabel B-2 Laju pertumbuhan PDRB Kabupaten Jayapura Atas dasar Harga Konstan 200.
Lapangan Usaha 2006 2007 2008 2009 2010*
Jumlah penduduk Kabupaten Jayapura pada tahun 2010 berjumlah 111.943 jiwa yang terdiri dari penduduk laki-
laki 59.527 jiwa (53%) dan penduduk perempuan 52.416 jiwa (46,8%). Kepadatan penduduk rata-rata 10 jiwa/km2.
Kepadatan penduduk paling tinggi terdapat di Distrik Sentani yang merupakan pusat pemerintahan di
Kabupaten Jayapura sebesar 198.2 penduduk per km2. Kepadatan penduduk terendah terdapat di Distrik Airu
sebesar 0,33 penduduk per km2. Pertumbuhan rata-rata penduduk Kabupaten Jayapura selama kurun waktu 10
tahun terakhir sebesar 5,05 persen, sedangkan pada tahun 2010 pertumbuhan penduduk mencapai 0,46 persen.
Sebanyak 56,91 persen dari total penduduk Kabupaten Jayapura (63.706 jiwa) adalah penduduk usia
produktif yang berusia 1756 tahun. Sebanyak 43,09 persen (48.236 jiwa) merupakan penduduk usia tidak
produktif yang berumur antara 0-16 tahun dan 57 tahun ke atas.
Bila dilihat berdasarkan tingkat pendidikan, jumlah angkatan kerja pada sampai Agustus 2010 kelompok yang
paling besar adalah sektor Jasa-jasa total 25.116 orang. Sedangkan yang terendah angkatan kerja terdapat di
sektor industri sebanyak 2.376 orang.
Tabel B-4 Angkatan Kerja Di Kabupaten Jayapuara Menurut Lapangan Usaha 2010
Lapangan Usaha Jumlah Persentase
B.4 Infrastruktur
Transportasi Jalan
Total panjang ruas jalan di Kabupaten Jayapura sampai dengan tahun 2010 adalah 734,22 Km, dengan rincian
jalan aspal 97,72 Km, jalan kerikil sepanjang 372,21 Km dan jalan tanah sepanjang 264,29 Km. Dari tahun 2006
sampai dengan tahun 2010 telah dibangun jalan baru sepanjang 19.81 km, pemeliharaan dan peningkatan
jalan sepanjang 163.045 meter.
Jaringan yang diprioritaskan untuk dikembangkan adalah: jaringan jalan Kota Jayapura-Sentani-Keerom (Ring
road selatan), Sarmi-Demta-Sentani-Jayapura, Unurum Guay-Kemtuk Gresi-Sentani-Depapre dan Kaureh-
Unurum Guay.
Pelabuhan
Pemda Kabupaten Jayapura sedang melaksanakan Study Amdal Pelabuhan peti kemas Depapre, penyusunan
Design rinci pembangunan pelabuhan peti kemas, pengukuran lokasi pelabuhan dan pembahasan
pembebasan tanah dengan masyarakat pemilik hak ulayat seluas 88.500 m2, talud pengamanan abrasi pantai
5.505 m2 dan talud pengaman tanah lokasi pelabuhan 170 m2. Pemda Kabupaten Jayapura telah
melaksanakan pembangunan dan rehabilitasi dermaga perahu 12 unit, pengadaan perahu motor Fiber glass
untuk dioperasikan di danau Sentani (kapal motor 3 unit), lampu dermaga 2 lokasi rumah singgah 3 unit dan
MCK 2 unit serta pendataan perahu motor yang beroperasi di danau Sentan.
Tabel B-7 Nama Pelabuhan, Lokasi dan Jenis Pelabuhan di Kabupaten Jayapura
No Nama Pelabuhan Lokasi Jenis Pelabuhan Keterangan
1. Pelabuhan Kab. Pelabuhan Tahap
Penyeberangan Jayapura Penyeberangan Pembangunan
Jayapura
2. Pelabuhan Kab. Pelabuhan Umum Tahap
Penyeberangan Peti Jayapura Pembangunan
Kemas
Transportasi Udara
Tabel B-8 Nama Bandar Udara Yang Masih Aktif Di Kabupaten Jayapura
Bandara udara Sentani telah mempunyai Approach Light System untuk pendaratan pesawat udara di malam
hari dan menambah ruang keberangkatan 1 unit, pembangunan gedung dan telepon satelit.
Pembangunan Lapangan terbang Pagai beserta gedung operasional 1 unit, dan pengadaan dan pemasangan
Wind untuk memfungsikan lapangan terbang Pagai dalam rangka menerobos isolasi, pelayanan
pemerintahan dan penyaluran kebutuhan pokok masyarakat.
Air Bersih
Sumber air di wilayah Kabupaten Jayapura terdiri dari sungai, danau dan air tanah. Sungai besar yang
melintas di wilayah Kabupaten Jayapura sebanyak 4 buah, sebagian besar muara menuju ke pantai utara
(Samudera Pasifik) dan pada umumnya sangat tergantung pada fluktuasi air hujan. Disamping itu terdapat
sungai-sungai kecil yang merupakan sumber air permukaan yang mengalir di wilayah ini. Danau yang berada
di wilayah Kabupaten Jayapura adalah Danau Sentani seluas 9.630 Ha terdapat di Distrik Sentani, Sentani
Timur, Ebungfauw dan Waibu.
Penyediaan dan pengelolaan air baku bagi kebutuhan air bersih untuk masyarakat di kabupaten Jayapura
sebagian besar disediakan oleh sistem pipa PDAM dan Non PDAM. Untuk sistem PDAM sampai saat ini dapat
melayani sekitar 10,38 persen kebutuhan air minum di Kabupaten Jayapura (distrik Sentani dan
Nimboran/Genyem). Masyarakat yang dilayani oleh Non PDAM dibangun sarana/instalasi air bersih yang
sumbernya berasal dari sumur, Air Danau, Air Hujan dan Mata Air, sebanyak 85.143 jiwa (63,53 persen).
Selama periode 2006-2010 telah dibangun sarana air bersih berupa sumur bor dan perbaikan jaringan pipa
pada hampir semua distrik.
Kabupaten Jayapura sangat potensial untuk pengembangan peternakan. Ternak yang telah dibudidayakan dan
dikembangkan selama ini adalah sapi, babi, kambing dan unggas. Sistem peternakan yang dilakukan adalah semi
intensifikasi karena kawasan/lahan tersedia sangat luas untuk pengembangannya.
Di Kabupaten Jayapura lokasi potensial untuk peternakan terletak di Distrik Nimbokrang, Nimboran, Namblong,
Kemtuk, Kemtuk Gresi, Yapsi, Unurum Guay, Sentani Barat dan Sentani Timur.
Ternak sapi sebagai komoditas unggulan dalam pengembangannya diarahkan pada pengembangan yang
menyatu dengan kawasan pertanian (baik lahan basah ataupun kering), disertai pembuatan ranch dengan
System Paddock yang baik sehingga ternak sapi tidak mengganggu lahan-lahan pertanian/perkebunan serta
lalu lintas. Untuk sektor peternakan di Kabupaten Jayapura luas rencana lahan yang akan digunakan hingga
tahun 2028 adalah 66.558,13 ha.
Pengembangan kawasan perikanan terutama diarahkan untuk peningkatan teknologi penangkapan hasil-hasil
laut untuk jenis perikanan umum dan peningkatan pengelolaan produksi yang baik terhadap jenis budidaya
perikanan. Pengembangan kawasan budidaya perikanan keramba potensial dikembangkan pada Distrik
Nimbokrang, Sentani, Sentani Barat, dan Sentani Timur. Pengembangan kawasan perikanan kolam dapat
dikembangkan di Distrik Nimboran, Unurum Guay, Namblong, Kaureh, Kemtuk Gresi dan Kemtuk. Sedangkan
pengembangan kawasan perikanan perairan laut dalam berada di Distrik Demta, Depapre, Ravenirara dan Yokari.
Luas lahan potensial untuk pengembangan kawasan perikanan ini seluas 3.015,56 ha, sementara yang telah
diusahakan baru seluas 2.926,36 ha.
2. Raveni Rara
3. Demta
4. Yokari
II. Budidaya Laut Depapre 2 3
III. Budidaya Air Payau Demta 3 2
IV. Budidaya Keramba/Danau 1. Sentani Timur 9,36 84,24
2. Sentani
3. Ebungfauw
4. Waibu
V. Budidaya Air Tawar 1. Sentani Barat 15 15
2. Namblong 15 15
3. Nimboran 4 4
4. Nimbokrang 5 10
5. Kemtuk 2 3
6. Unurum Guay 1 4
7. Yapsi 0 5
TOTAL 2.926,36 3.015,56
Kegiatan pertambangan yang ada saat ini masih bersifat penggalian bahan tambang golongan C, di Distrik
Sentani Timur, Sentani Barat, dan Sentani. Potensi kegiatan pertambangan di Kabupaten Jayapura tidak hanya
bahan galian C saja, tetapi juga terdapat bahan galian B (strategis), seperti batu bara dan bahan mineral lainnya.
Potensi pertambangan batu bara seluas 30.000 ha terdapat di desa Oyengsi Distrik Nimboran dan
Kemtuk Gresi. Sumberdaya pertambangan lainnya adalah tambang batu kapur / gamping seluas 100.000
ha terdapat di Distrik Nimbokrang dan tambang galian C yang berupa pasir dan kerikil serta batu kali
terdapat seluas 125.000 ha pada wilayah Sentani, Unurum Guay dan Kaureh.
. Tabel B-12 Potensi dan Penyebaran Bahan Tambang, Mineral dan Logam
serta Bahan Galian Industri di Kabupaten Jayapura Tahun 2010
Secara umum kawasan industri di Kabupaten Jayapura dapat tumbuh dengan mengandalkan besarnya
sumber daya alam terutama pertanian, perkebunan dan kehutanan. Saat ini industri yang sudah berkembang
adalah industri pengolahan kelapa sawit/CPO yang berada di distrik Demta dan Lereh dengan perusahaan
investor PT. Sinar Mas Group.
Di masa yang akan datang, pengembangan industri yang berbasiskan sektor pertanian, perkebunan dan
kehutanan diperkirakan akan tumbuh semakin banyak terutama untuk pengolahan hasil hutan/SAWMILL,
pengolahan hasil-hasil pertanian, dll. Dalam aspek keruangannya, lokasi kawasan industri ini sebaiknya
diarahkan pada daerah-daerah hulu, seperti di Lereh atau Lereh Hilir, Depapre, dan menjauhi daerah
permukiman agar proses kegiatan industri tidak mengganggu keberadaan penduduk dan huniannya.
Kawasan industri skala menengah dan besar diarahkan untuk kegiatan industri pengolahan hasil hutan dan
perkebunan di distrik Yapsi dan Grime Sekori.
Paste Confectiotionary
2012
Bars
Rice
Powder Minuman
Peluang Investasi Daerah
Cake
Concentrate Obat-Obatan
Makanan
Minuman
Kosmetik
Flavour
JAYAPURA
Kabupaten
Makanan
Industri Pengolahan
Lecithin
Obat-obatan
Liquor (Mass)
Tannin
Industri Kimia
Kakao
Pektin
Biji
Industri Kimia
Extract
Makanan
Gambar C-1 Pohon Industri Kakao
Cocoa Butter
Industri Kimia
Oleo Chemical
Fat
Obat-obatan
Buah Kakao
Fatty Acid
Industri Kimia
Vitamin D Industri Kimia/
Farmasi
Pupuk Hijau Rumah Tangga
Industri Pakan
Single Cell Protein Ternak
Gas Bio Rumah Tangga
Sheel & Pulp
Pemda Kabupaten Jayapura sendiri telah membuat strategi pengembangan perkebunan sebagai berikut :
1. Mendorong pengembangan perkebunan skala besar diantaranya komoditi kakao di Distrik Yapsi.
2. Pengembangan industri pengolahan hasil perkebunan di sentra-sentra produksi perkebunan dan dalam
jangka menengah-panjang diarahkan pada kawasan pelabuhan Peti Kemas Depapre. Jenis industri yang
potensial dikembangkan adalah Industri Crude Palm Oil (CPO), Industri Kakao, dan Industri Pengolahan
Kelapa.
3. Pengembangan budidaya bibit unggul dengan sistem plasma bersama penduduk setempat. Pola
pembenihan ini sangat prospek dikembangkan terutama di daerah-daerah perkebunan sawit dan kakao.
Dalam upaya pemberdayaan masyarakat dan memberikan kepastian pendapatan kepada masyarakat, Bupati
Jayapura pada tahun 2006 mengeluarkan Instruksi Nomor 1 tahun 2006 tentang Gerakan Wajib Tanam
Kakao (GWTK). Sejak tahun 2006 Pemerintah Kabupaten Jayapura telah memberikan bantuan bibit Kakao
sebanyak 10,9 juta bibit kakao kepada lebih dari 12.469 KK petani yang diberikan secara bertahap.
Pengolahan Hasil
Tabel C-1 Luas Areal, Produksi, Produktivitas Dan Petani Perkebunan Kabupaten Jayapura Tahun 2011 Komoditi: Kakao
JUMLAH 60.00 5,181.25 7,803.50 660.00 0.00 13,704.75 8,389.30 0.88 14,762 0.89
KETERANGAN:
TB = TANAMAN BARU,
TM = TANAMAN MENGHASILKAN
TTM = TANAMAN TUA
MENGHASILKAN
TTR = TANAMAN TUA RUSAK
C.2 Lahan
Kawasan perkebunan/pertanian tanaman pangan dikembangkan di Kabupaten Jayapura dalam rangka
penyediaan kebutuhan pokok pangan dan food security. Pengembangan kawasan perkebunan meliputi
perkebunan besar dan perkebunan rakyat.
Luas rencana peruntukan lahan perkebunan di Kabupaten Jayapura hingga tahun 2028 seluas 368.426,03 ha,
dengan perincian sebagai sebagaimana tabel C-1 tentang Luas Lahan Rencana Perkebunan dan Luas Lahan
Perkebunan Tergarap di Kabupaten Jayapura, yang peruntukkannya disesuaikan dengan standar teknis
pengembangan masing-masing komoditas yang akan dikembangkan yang menyangkut aspek kesesuaian lahan,
iklim dan lain-lain termasuk batasan-batasan yang ditetapkan dalam pengaturan pengembangan perkebunan di
Kabupaten Jayapura. Sementara lahan yang tergarap baru 27.002,26 ha.
Tabel C-2 Luas Lahan Rencana Perkebunan dan Luas Lahan Perkebunan Tergarap
Jenis tanah yang terluas dimiliki oleh Kabupaten Jayapura adalah tanah podsolik merah kuning yang
terdapat di beberapa distrik terutama di wilayah pembangunan II (kawasan pesisir), wilayah pembangunan III
(kawasan Grime), dan wilayah pembangunan IV (kawasan Nawa), hal menjadikan perkebunan sebagai salah satu
sektor andalan di Kabupaten ini.
Keterangan :
Podsolik Coklat Kelabu (PCK), luasnya mencapai 1.343 ha atau 23,22 % tersebut di 10 Kecamatan. Urunum Guay
208.700 Ha dan yang terkecil di Distrik Sentani Kota 10.000 Ha.
Podsolik Merah Kuning (PMK), tanah ini penyebarannya paling luas yaitu mencapai luas, dan hampir setiap Distrik
mempunyai jenis tanah ini. paling luas terdapat di Distrik Kaureh seluas 672.600 ha yang paling kecil di Distrik
Demta seluas 3.200 Ha. jenis tanah ini cocok untuk persawahan, perladangan dan perkebunan Karet, Kopi dan
Sawit dengan perlakuan tambahan.
Mediteran (M), jenis tanah ini cocok untuk persawahan, perumputan, tegalan dan buah-buahan. dikabupaten
Jayapura Distrik Demta 46.800 ha, Kemtuk Gresi 16.400 ha, Nimboran 6.400 ha.
Organosal/Alufail (O/A), cocok untuk persawahan ladang, palawija, tambak dan kebun kepala. jenis tanah ini
paling di Distrik Nimboran luasnya 75.900 ha dan yang terkecil di Distrik Sentani seluas 6.200 Ha.
Wilayah Pembangunan IV adalah Kawasan Nawa meliputi : Distrik Unurum Guay, Distrik Yapsi, Distrik Kaureh dan
Distrik Airu sebagai pengembangan Kawasan Airu dengan prioritas pengembangan kehutanan, perkebunan,
pertanian dan peternakan dan prasarana transportasi. Selain itu, dapat dikembangkan sebagai salah satu
penyediaan energi listrik. Pusat pertumbuhan adalah Ongan Jaya (Distrik Yapsi) sebagai Pusat Kegiatan Lokal
(PKL) Sekunder, adalah pusat perdagangan lokal membutuhkan pusat kota yang arahan pengembangannya
perlu ditunjang oleh jaringan jalan lingkungan yang layak, pada wilayah pusat kota tersebut diutamakan
pemasaran produk yang merupakan kekhasan pada wilayah tersebut, sehingga meskipun unit-nya bersifat lokal
namun kekhasannya dapat mencirikan wilayah dengan keunggulan komparatifnya. Serta dapat juga digunakan
sebagai daerah penghubungan dengan Kabupaten kabupaten yang ada di wilayah selatan Kabupaten Jayapura.
Kabupaten Jayapura menetapkan 4 (empat ) Wilayah Pembangunan di Kabupaten Jayapura, yang terdiri
dari kawasan Danau Sentani, kawasan Pesisir, Kawasan Grime dan Kawasan Nawa, dengan masing-masing
prioritas pengembangan sebagaimana disajikan pada Tabel berikut ini.
Berdasarkan arahan tersebut maka dapat diinterpretasikan bahwa untuk WP I/II sudah diarahkan pada
kegiatan perekonomian sekunder/fisik. Sedangkan di WP III/IV difokuskan pada peningkatan kinerja kegiatan
ekonomi primer.
Kendati sebagai produsen terbesar ketiga di dunia, Indonesia masih mengimpor bijih kakao sekitar 22.967 ton per
tahun. Dalam beberapa tahun terakhir ini terjadi fluktuasi harga kakao dunia. Fluktuasi harga kakao tidak
terlepas dari keseimbangan antara pasokan dan konsumsi kakao yang dalam beberapa tahun ini mengalami
deficit.Tingkat grinding (Konsumsi industri) dunia mengalami peningkatan yang nyata. Asia mengalami
peningkatan grinding terbesar, 13,2 %. Nilai ini akan terus berlanjut seiring dengan pertumbuhan ekonomi
dikawasan Asia. Sementara dinegara-negara Timur Tengah dan Afrika masih sangat rendah, yaitu 12 262 gram /
kapita / tahun dibanding Amerika Utara dan Eropa yang mencapai 2.433 2.783 gram / kapita / tahun. ( Agro
Observer 2007 ).
Peluang Indonesia untuk merebut pasar dunia sangat terbentang. Pasalnya, beberapa Negara produsen
kakao Seperti Papua New Guinea, Vietnam, Malaysia dan Filipina masih jauh dibawah Indonesia. Untuk dapat
meraih peluang pasar tersebut, diperlukannya peningkatan produktivitas dan kualitas Kakao. Peluang untuk
meningkatkan produktifitas masih tinggi. Perbandingan produktifitas hasil perkebunan kakao Indonesia saat ini
baru mencapai 660 kg/Ha sedangkan Pantai Gading produktifitas hasil perkebunan kakonya telah mencapai 1,5
ton/Ha. Peningkatan produktifitas ini dapat dilakukan melalui penggunaan bibit unggul, penanganan penyakit
dan penanganan pra tanam, masa tanam maupun pasca panen.
Apabila diassumsikan tanaman Kakao akan mulai berproduksi pada umur ke 3 (Tiga) dan produktifitas kakao
mengalami peningkatan pada umur ke 7 (tujuh) sampai ke 15 (limabelas). Pada tahun berikutnya produksi
mengalami penurunan. Dengan Assumsi harga biji kakao kering berfluktuatif sekitar Rp 11.000/kg sampai dengan
Rp 15.000/kg dan diambil rata-rata sebesar Rp 13.000/kg dan produktifitas diambil rata-rata 650 kg/ha/tahun
maka gambaran pendapatan dapat dilihat sebagai berikut :
Tahun Volume Harga Revenue
Panen (kg/ha/tahun) (Rp/Kg) 1 Ha 10.000 Ha
1
2
3 650 13,000 8,450,000 84,500,000,000
4 650 13,000 8,450,000 84,500,000,000
5 650 13,000 8,450,000 84,500,000,000
6 650 13,000 8,450,000 84,500,000,000
7 650 13,000 8,450,000 84,500,000,000
8 650 13,000 8,450,000 84,500,000,000
Biaya-biaya yang tercakup dalam biaya investasi meliputi biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pembibitan,
pembukaan lahan dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
dan biaya yang dikeluarkan untuk tanaman menghasilkan (TM) .
Biaya investasi untuk kegiatan pembukaan lahan, bibit, obat-obatan dan pupuk (TBM 0), biaya pemeliharaan
Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), yang meliputi TBM-1 dan TBM-2 dapat dilhat pada Tabel :
Biaya pada tahun ke 0 komponen yang paling besar adalah biaya bibit dan persiapan lahan, sedangkan pada
tahun ke 1 dan 2 komponen biaya yang terbesar adalah biaya tenaga kerja.
Proyeksi hasil penjualan, biaya produksi dan keuntungan kotor dapat digambarkan sebagai berikut:
Selama kurang lebih 20 Tahun umur produktif, biaya yang dikeluarkan untuk budidaya tanaman Kakao, baik biaya
investasi maupun biaya operasional adalah Rp 1.001.450.000.000 sedangkan penerimaan dari hasil penjualan
adalah sebesar Rp 1.521.000.000.000 sehingga diperoleh laba usaha sekitar Rp. 519.550.000.000. Laba usaha
tersebut adalah Laba minimal yang akan diperoleh dengan berbagai assumsi yang telah disebutkan diatas.