Anda di halaman 1dari 5

GAMBARAN UMUM (KONDISI FISIK)

Kabupaten Buru dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang


Pembentukan Propinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara
Barat, yang telah diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2000. Dengan
memperhatikan kepentingan pelayanan publik dan tuntutan rentang kendali pemerintahan,
sampai dengan awal tahun 2008 wilayah pemerintahan kecamatan di Kabupaten Buru
mencakup 10 kecamatan. Selanjutnya, dengan telah diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Buru Selatan, maka 5 wilayah
kecamatan yang secara geografis berada di bagian selatan Kabupaten Buru terpisah
menjadi daerah otonom baru, yakni Kabupaten Buru Selatan. Khusus untuk wilayah
pemerintahan Kabupaten Buru, cakupan wilayah administrasi pemerintahan terdiri dari :
o
o
o
o
o

Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan
Kecamatan

Namlea
Airbuaya
Waeapo
Waplau
Batabual

:
:
:
:
:

Ibukota Namlea
Ibukota Airbuaya
Ibukota Waeapo
Ibukota Waplau
Ibukota Ilath

Letak Geografis
Selain wilayah adminitrasi pemerintahan dengan cakupan luas 7.594,98 Km2 yang
tercover pada 5 kecamatan, 51 desa dan 95 dusun, di Kabupaten Buru terdapat 4 (empat)
wilayah petuanan (regentshape) dengan karakteristik dan sistem peradatan, kultur dan
kearifan lokal yang kental, dimana pengaruh karakteristik itu dalam dimensi keberagaman
dan kehidupan sosial kemasyarakatan masih melekat kuat termasuk proses jalinan asimilasi
dan akulturasi antar sesama warga masyarakat yang berlangsung aman dan harmonis.
Keempat wilayah petuanan/regentshape dimaksud, antara lain ; (1) Petuanan Leisela, (2)
Petuanan Tagalisa, (3) Petuanan Liliali, dan (4) Petuanan Kayeli, yang masing-masing wilayah
petuanan/regentshape dipimpin oleh pemerinatahan adat dan dikepalai oleh seorang Raja.
Kabupaten Buru terletak antara 225 - 355 LS dan 12570 - 12721 BT dengan
memiliki luas wilayah daratan 7.594,98 Km dan sebagian besar wilayahnya berada pada
Pulau Buru. Kabupaten Buru sendiri terletak diantara 3 (tiga) kota penting di Indonesia timur
yaitu Makassar, Mandao/Bitung, dan Ambon serta dilalui Sea Line III, telah menempatkan
Kabupaten Buru pada posisi yang strategis. Secara Geografis Kabupaten Buru dibatasi oleh :
Sebelah Utara : Laut Seram
Sebelah Timur : Selat Manipa
Sebelah Barat : Kabupaten Buru Selatan dan Laut Banda
Sebelah Selatan : Kabupaten Buru Selatan dan Laut Banda
KARAKTERISTIK WILAYAH
Geografis
Dengan telah disahkannya Undang Undang Nomor 32 Tahun 2008 tentang
Kabupaten Buru Selatan, maka luas wilayah Kabupaten Buru telah berkurang menjadi

7.594,98 Km yang terdiri dari luas daratan 5.577,48 Km dan luas lautan/perairan 1.972,50
Km yang sebelumnya total luas wilayahnya adalah 9.000,02 KM yang merupakan pulau
terbesar ke-2 di provinsi maluku dengan panjang garis pantai 232,18 Km. Sedangkan
berdasarkan letak astronomi, Kabupaten Buru berada pada titik koordinat :
o
o

Bujur Timur
Lintang Selatan

:
:

125070 127021 BT
2025 3055 LS

Secara fisik, Kabupaten Buru dibatasi oleh :


o
o

2.

Sebelah Barat
: Laut Banda dan Kabupaten Buru Selatan
Sebelah Timur
: Selat Manipa
o
Sebelah Utara
: Laut Seram
o
Sebelah Selatan
: Laut Banda dan Kabupaten Buru Selatan

Bentuk dan Topografi


Secara fisiografi (makro relief), bentuk wilayah Kabupaten Buru dikelompokan
berdasarkan dataran, pantai dan perbukitan termasuk dataran tinggi (plateau/pedmont) dengan
bentuk kelerengan variatif. Kabupaten Buru didominasi oleh kawasan pegunungan dengan
elevasi rendah berlereng agak curam dengan kemiringan lereng kurang dari 40 % yang
meliputi luas 15,43 % dari keseluruhan luas wilayah daerah ini. Jenis kelerengan lain yang
mendominasi adalah elevasi rendah berlereng bergelombang serta agak curam dan elevasi
sedang berlereng bergelombang dan agak curam dengan penyebaran lereng di bagian utara
dan barat rata-rata berlereng curam. Sedangkan di bagian timur terutama di sekitar Sungai
Waeapo merupakan daerah elevasi rendah dengan jenis lereng landai sampai agak curam.
Sedangkan secara geomorfologis, bentang alam di Kabupaten Buru dapat dikelompokan
menjadi 4 (empat), yaitu ; bentang alam asal vulkanik yang dicirikan dengan adanya topografi
bergunung-gunung dan lereng terjal, bentang alam asal denudasional yang membentuk
rangkaian
pegunungan
dan
perbukitan
berbentuk
kubah, bentang
alam
asal
solusial dan bentang alam asal fluvial yang cenderung membentuk topografi datar pada
lembah-lembah sungai.

3.

Geologi dan Jenis Tanah.


Kabupaten Buru merupakan salah satu kawasan di luar busur banda (jalur gunung api)
dengan formasi geologi bervariasi antara batuan sedimen dan metamorfik yang berada
pada bagian selatan, utara dan formasi deposisi di bagian timur laut, yang masing-masing
dapat diuraikan sebagai berikut ;
a) Batuan Sedimen di bagian selatan yang kebanyakan dijumpai pada tempat-tempat dengan

permukaan air yang dangkal,

b) Batuan Metamorfik yang mirip dengan tipe batuan benua yang meliputi filit, batu sabak,

sekis, arkose serta greywacke meta yang dominan berada pada bagian utara Pulau Buru,
c) Endapan Batuan sedimen berumur neogen bagian atas ditemukan pada bagian timur laut
sekitar Kawasan Waeapo tersusun dari endapan Aluvium dan Kolovium berupa bongkahan,
kerikil, lanau, konglomerat, lumpur dan gambut. Sedangkan di sepanjang pantai utara
terdapat jalur endapan pantai dan aluvio-kolovium yang diselingi dengan terumbu karang
angkatan (uplifed coral reef).
Sebagian besar tanah di Pulau Buru adalah jenis tanah kompleks, dimana
persebaran jenis tanah ini meliputi ; alluvial, podsolik merah kuning, organosol, grumasol
dan tanah-tanah kompleks. Peralihan antara formasi batuan sedimen dan metamorfik
terdapat di Tanjung Bebek sekitar Waesabak dan Waenekat di bagian utara barat menuju
Danau Rana bagian tengah ke arah Waeapo bagian hulu dan terus menyebar sampai ke
Waeula dan Waenani di sekitar Tanjung Wamsaba bagian timur.

Hidrologi

4.

Secara umum, ditemukan dua pola drainase permukaan yaitu Pola Anastomatik pada
bentang alam dataran termasuk kawasan dekat pantai dan Pola Dendritik pada bentang alam
perbukitan dan pegunungan. Sungai-sungai besar dan kecil umumnya merupakan sungai
hujan, hanya beberapa sungai besar yang mengalir sepanjang tahun dimana debit airnya
dapat menurun drastis pada saat musim kemarau. Sedangkan untuk kebutuhan air bagi
konsumsi, diusahakan dengan pemanfaatan air sumur dan pelayanan air bersih yang
dipasok Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Sungai yang ada di Kabupaten Buru terdiri dari sungai yang mengalir sepanjang tahun dan
sungai periodik, yang cukup banyak dan relatif cukup panjang. Sungai besar yang mengalir
sepanjang tahun diantaranya; Sungai Waeapo, Sungai Waegeren dan Sungai Waenibe.
Keadaan sungai-sungai tersebut sering juga mengalami penurunan debit air secara drastis
pada saat terjadinya musim kemarau.
Klimatologi

5.

o
o
o
o

6.

Iklim yang berlaku di Kabupaten Buru, yaitu low tropis yang dipengaruhi oleh angin
musim serta berhubungan erat dengan lautan yang mengelilinginya. Selain itu, luas daratan
yang berbeda-beda memungkinkan berlakunya iklim musim. Ciri umum dari curah hujan
tahunan rata-rata dibagi dalam empat kelas untuk tiga wilayah, antara lain ;
Buru Bagian Utara
: 1400 - 1800 mm / tahun,
Buru Bagian Tengah
: 1800 - 2000 mm / tahun,
Buru Bagian Selatan
: 2000 - 2500 mm / tahun,
Pada kawasan yang berelevasi lebih dari 500 m dpl dengan rata-rata 3000 4000
mm / tahun berkaitan erat dengan perubahan ketinggian yang dimulai dari zona
pesisir, yang selanjutnya dapat diikuti pada bagian berikut. Sedangkan kondisi suhu
rata-rata 260 C.
Vegetasi

Dengan kondisi iklim yang tropis dan cukup hangat sepanjang tahun, berpengaruh
alamiah terhadap pertumbuhan jenis vegetasi tanaman kayu putih (tanaman khas), selain
itu kondisi alamnya relatif merangsang pertumbuhan jenis tanaman padi dan jenis tanaman
hortikultura dan tanaman perkebunan lainnya. Sungai-sungai besar yang terletak pada
Dataran Waeapo merupakan sumber irigasi bagi pengembangan lahan basah (persawahan).
Sedangkan jenis tanaman kehutanan yang terdapat di Kabupaten Buru adalah jenis Meranti,
Kayu Besi, Jati, Rotan dan Damar.
Penggunaan Lahan

7.

Penggunaan lahan di Kabupaten Buru dapat diklasifikasikan, menjadi ; Hutan


Primer sekitar 59,98 % , dengan persentase persebaran terbesar terdapat di Kecamatan Air
Buaya dan Kecamatan Waeapo, Hutan Sekunder sekitar 0,51 %, yang hanya terkonsentrasi di
Kecamatan Batabual. Ketersediaan lahan Hutan Mangrove sekitar 0,90 %, yang teridentifikasi
terdapat di Kecamatan Waeapo, Kecamatan Air Buaya, Kecamatan Namlea dan Kecamatan
Batabual, sedangkan untuk Hutan Gambut sekitar 0,06 %, merupakan potensi hutan terkecil
luasnya dan hanya terdapat di Kecamatan Batabual. Potensi Semak Belukar sekitar 23,10
% dan Lahan Terbuka sekitar 5,83 %, dimana teknis penggunaan lahannya kurang produktif
yang terindikasi tersebar pada semua kecamatan. Penggunaan Lahan Persawahan sekitar 1,82
% yang terindikasi terdapat di Kecamatan Waeapo, Kecamatan Air Buaya, Kecamatan
Batabual dan Kecamatan Waplau, Lahan Perkebunan sekitar 1,66 %, yang ketersediaannya
terdapat di Kecamatan Waplau, Kecamatan Air Buaya dan Kecamatan Waeapo, sedangkan
untuk Ladang/Tegalan sekitar 1,41 %, yang terindikasi terdapat di Kecamatan Air Buaya,
Kecamatan Waeapo dan Kecamatan Batabual. Permukiman di Kabupaten Buru tersebar
merata di semua Kecamatan dengan teknis berkelompok dan berpencar, dimana dapat
dikategorikan menjadi kawasan permukiman perkampungan dan perkotaan sekitar 0,41%.

I.

INDEKS PEMBANGUNAN EKONOMI

Perkembangan Perekonomian Kabupaten Buru 2000- 2008


Pada hakekatnya, pembangunan ekonomi adalah serangkaian usaha dan kebijakan
yang bertujuan untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja,
memeratakan distribusi pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan melalui
pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sektor sekunder dan tersier. Dengan
perkataan lain arah dan pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan
masyarakat naik, disertai dengan tingkat pemerataan yang sebaik mungkin.
Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan pendapatan masyarakat, statistik
Pendapatan Regional dapat digunakan sebagai bahan perencanaan pembangunan regional
khususnya dibidang ekonomi. Angka-angka pendapatan regional dapat dipakai juga sebagai
bahan evaluasi dari hasil pembangunan ekonomi yang telah dilaksanakan oleh berbagai
pihak baik pemerintah maupun swasta.
Buru sebagai salah satu kabupaten di Provinsi Maluku terus melakukan berbagai
pembangunan di berbagai sektor. Jika dilihat dari sisi Produk Domestik Regional Bruto dan

pertumbuhannya pembangunan ekonomi di Kabupaten Buru dapat dikatakan sedang


dengan tingkat pertumbuhan ekonomi sekitar 3 4 persen pertahunnya dan perekonomian
Kabupaten Buru didominasi oleh sektor pertanian dengan kontribusi sekitar 50 persen dalam
beberapa tahun terakhir .
Pertumbuhan ekonomi juga diikuti dengan tingkat pendapatan regional perkapita
yang terus meningkat dari tahun ketahun di mana pada tahun 2000 PDRB perkapita tercatat
hanya sebesar 1.363.189 rupiah dan pada tahun 2008 sudah tercatat sebesar 2.569.965
rupiah.

Anda mungkin juga menyukai