TINJAUAN PUSTAKA
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.4.1.
2.4.2. Faktor hujan
Faktor Hujan sangat berpengaruh pada limpasan sungai yang menyebabkan
terjadinya luapan air pada sungai. hujan dapat meningkatkan debit puncak
banjir sungai dan terjadi overtopping. Faktor-faktor hujan yang
berpengaruh terhadap limpasang sungai adalah sebagai berikut :
a. Kelebatan Curah Hujan Semaking tinggi tingkat kelebatan curah hujan akan
semakin meningkatkan limpasan air pada sungai.
b. Lamanya Curah Hujan Lamanya curah hujan berpengaruh terhadap kondisi
kejenuhan tanah. Semakin jenuh tanah akan mengakibatkan peningkatan
limpasan air pada sungai.
c. Intensitas Curah Hujan Apabila intensitas curah hujan lebih besar dari
kapasitas infiltrasi suatu sungai, akan mengakibatkan meningkatnya limpasan
sesuai dengan meningkatnya intensitas curah hujan.
d. Distribusi Curah Hujan Distribusi curah hujan mempengaruhi besarnya
limpasan yang terjadi. Jika curah hujan pada suatu DAS yang diakibatkan hujan
lebat terdistribusi secara merata akan meningkatkan limpasan yang besar pada
aliran sungai, karena pada curah hujan yang distribusinya merata setelah dipakai
untuk memenuhi terjadinya kejenuhan tanah sebagian besar akan mengalir
menjadi aliran permukaan.
2.5 Data topografi
Kabupaten buru memiliki wilayah yang dapat dikelompokkan berdasarkan
daratan pantai, perbukitan dan dataran tinggi dengan bentuk kelerengan variatif.
Kawasan pegunungan dengan elevasi rendah berlereng agak curam mendominasi
kawasan pada kabupaten buru dengan kemiringan lereng kurang dari 40% yang
meliputi luas 15,43% dari keseluruhan luas wilayah.
Bagian timur kabupaten buru terutama sekitar sungai waeapo merupakan daerah
dengan elevasi rendah dengan jenis lereng landai sampai agak curam. Sedangkan
secara geomorfologis, bentang alam di Kabupaten Buru dapat dikelompokan
menjadi 4 (empat), yaitu bentang alam asal vulkanis yang dicirikan dengan adanya
topografi bergungung-gunung dan lereng terjal, bentang alam asal denudasional
yang berbentuk rangkaian pegunungan dan perbukitan berbentuk kubah, bentang
alam asal solusial dan bentang alam asal fluvial yang cenderung membentuk
topografi datar pada lembah-lembah sungai.
Dimana
X 1+ X 2 X 2+ X 3 X 3+ X 4 X 1 n+ X 2 n
( ). A 1+( ). A 2+( ). A 3+…( ) . An
P = 2 2 2 2
A 1+ A 2+ A 3+ …+ An
...............(2.3)
Dimana
n . Σ( X −X )³
Cs= ..................................................................................................
( n−1 ) . ( n−2 ) . S ³
(2.4)
Dimana :
Cs = Koefisien kemencengan
S = Deviasi Standard
X = Data dalam sampel
X = Nilai rata-rata hitung
n = Jumlah data
=
√ Σ( X−X )
n−1
KT = Faktor frekuensi.Nilai KT dapat diperoleh dari nilai variabel Gauss
S log X =
√ Σ(log X−log X)²
(n−1)
Dimana :
Dimana :
ZT = Log X
Z = log X
σZ = S Log X
Σ(log X−log X )² 0.5
S Log X = ( )
n−1
XT = Antilog (ZT)
Dimana :
ZT = Data hujan sebanyak n dalam bentuk logaritmik
σz = Standard Deviasi
n = Jumlah data
n Sn N Sn n Sn n Sn n Sn n Sn
10 0.9496 26 1.0961 42 1.1458 58 1.1721 74 1.1890 90 1.2007
11 0.9676 27 1.1004 43 1.1480 59 1.1734 75 1.1898 91 1.2013
12 0.9833 28 1.1047 44 1.1499 60 1.1747 76 1.1906 92 1.2020
13 0.9971 29 1.1086 45 1.1519 61 1.1759 77 1.1915 93 1.2026
14 1.0095 30 1.1124 46 1.1538 62 1.1770 78 1.1923 94 1.2032
15 1.0206 31 1.1159 47 1.1557 63 1.1782 79 1.1930 95 1.2038
16 1.1316 32 1.1193 48 1.1574 64 1.1793 80 1.1938 96 1.2044
17 1.0411 33 1.1226 49 1.1590 65 1.1803 81 1.1945 97 1.2049
18 1.0493 34 1.1255 50 1.1607 66 1.1814 82 1.1953 98 1.2055
19 1.0565 35 1.1285 51 1.1623 67 1.1824 83 1.1959 99 1.2060
20 1.0628 36 1.1313 52 1.1638 68 1.1834 84 1.1967 100 1.2065
21 1.0696 37 1.1339 53 1.1658 69 1.1844 85 1.1973
22 1.0754 38 1.1363 54 1.1667 70 1.1854 86 1.1980
23 1.0811 39 1.1388 55 1.1681 71 1.1863 87 1.1987
24 1.0864 40 1.1413 56 1.1696 72 1.1873 88 1.1994
25 1.0915 41 1.1436 57 1.1708 73 1.1881 89 1.2001
1.
2.
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
2.6.
2.6.1.
2.6.2.
2.6.3.
2.6.4.
2.6.4.1. Uji Smirnov-Kolmogorov
Uji Smirnov Kolmogorof digunakan untuk menguji kesesuaian dari distribusi
secara horizontal dari data. Pengujian ini dilakukan dengan membandingkan
probabilitas tiap data antara sebaran empiris dan sebaran teoritis. Sebagai alternatif
untuk menguji kesesuaian distribusi (goodness of fit), dapat digunakan Uji
Smirnov-Kolmogorov. Adapun persamaannya yaitu :
Δmax = Pe –Pt................................................................................(2.11)
Dimana :
Δ max = Selisih antara peluang teoritis dengan peluang empiris
Δ cr = Simpangan kritis (dari tabel)
Pe = Peluang empiris
Pt = Peluang teoritis
Kemudian dibandingkan antara Δ max dengan Δ cr bila Δ max < Δ cr maka
pemilihan distribusi probabilitas dapat ditrapkan pada data tersebut.
Tabel 2.7. Harga Δ cr Untuk Uji Smirnov Kolmogorov
Α
N
0.200 0.100 0.050 0.010
5 0.450 0.510 0.560 0.670
10 0.320 0.370 0.410 0.490
15 0.270 0.300 0.340 0.400
20 0.230 0.260 0.290 0.360
25 0.210 0.240 0.270 0.320
30 0.190 0.220 0.240 0.290
35 0.180 0.200 0.230 0.270
40 0.170 0.190 0.210 0.250
45 0.160 0.180 0.200 0.240
50 0.150 0.170 0.190 0.230
N > 1.07 1.22 1.36 1.63
−0.5 −0.5 −0.5 −0.5
50 N N N N
Dimana :
DK = derajad kebebasan
K = banyaknya kelas
α = banyaknya keterikatan (banyaknya parameter), untuk uji Chi-Kuadrat adalah
2.
Nilai X2cr , diperoleh dari Tabel 2.8 dibawah ini :
Tabel 2.7. Harga X2 Kritis untuk Chi Square Test
α α
dk Dk
0.200 0.100 0.050 0.010 0.200 0.100 0.050 0.010
1 1.642 2.706 3.841 6.635 12 15.812 18.549 21.026 26.217
2 3.219 2.605 5.991 9.210 13 16.985 19.812 22.362 27.688
3 4.642 6.251 7.815 11.345 14 18.151 21.064 23.685 29.141
4 5.989 2.229 9.488 13.277 15 19.311 22.307 24.996 30.578
5 7.289 9.236 11.070 15.086 16 20.465 23.542 26.296 32.000
6 8.558 10.645 1.592 16.812 17 21.615 24.769 27.587 33.409
7 9.803 12.017 14.067 18.475 18 22.760 25.989 28.869 34.805
8 11.03 13.362 15.507 20.090 19 23.900 27.204 30.144 36.191
0
9 12.24 14.987 16.919 21.666 20 25.038 28.412 31.410 37.566
2
10 13.44 15.987 18.307 23.209 21 26.171 29.615 32.671 38.932
2
11 14.63 17.275 19.675 24.725 22 27.301 30.813 33.924 40.289
1
Jika ditetapkan rasio debit dengan debit puncak (q/q p) = 1,0 dan rasio
waktu dengan waktu puncak (t/tp) = 1,0 maka koordinat hidrograf satuan
sintetik SCS tidak berdimensi dapat didapatkan sesuai tabel 2.15 dengan
pengembangan ordinat dan absis hidrograf pada gambar
CA
T p= ........... (2.)
Tp
Dimana :
3
qp = Debit puncak (m /detik)
2
A = Luas daerah aliran sungai (km )
Dimana :
Dimana :
(jam)
tg = Waktu konsentrasi (jam)Untuk L < 15 km tg = 0,21
L0,7 ... … … … … … … … .. (2,47)
Untuk L > 15 km tg = 0,4 + 0,058 L … … … … … … … (2,48)
T0,3 = α x tg … … … … … (2.50)
Nilai adalah faktor koefisien yang
ditetapkan berdasarkan bentuk hidrograf banjir yang terjadi pada
daerah aliran sungai adalah sebagai berikut :
sebagai berikut :
0 ≤ t ≤ Tp
2,4
t
Qt =Q p ( ¿) ...............
Tp¿
Dimana :
t = Waktu (jam)
Tp ≤ t ≤ Tp + T0,3
t −T p
Qt =Q p 0,3
(
T 0,3 ................(2.52)
)
t −T p +0,5 T 0,3
Qt =Q p 0,3
(
1,5T 0,3
)
......................(2.53)
[
f ( u )=0.27 1+
u
100 ] (4)
dimana :
f (u ) : fungsi kecepatan angin (km/hari)
u : kecepatan angin pada ketinggian dua meter (km/hari)
℮ d=℮ a
[ Rh rata−rata
100 ] (5)
dimana :
℮d : tekanan uap air sebenarnya (mbar)
℮a : tekanan uap air jenuh (mbar)
Rh rata-rata : kelembaban udara relatif rata-rata (%)
dimana :
Rn : radiasi netto (mm/hari)
Rns : radiasi gelombang pendek yang diterima bumi netto
(mm/hari)
: Rs (1-α)
ℜpadi =
2[
1 0.70 x R 80 %
10 ] (12)
dimana :
ℜpadi : curah hujan efektif pada sawah (mm/hari)
R 80 % : curah hujan andalan dengan peluang 80% berhasil,
dalam periode
tertentu (mm)
ℜpalawija =
2[
1 0.70 x R 50 %
10 ] (13)
dimana :
ℜpalawija : curah hujan efektif pada sawah (mm/hari)
R 50 % : curah hujan andalan dengan peluang 50%
berhasil, dalam periode tertentu (mm)
2.6.6.5 Kebutuhan air selama penyiapan lahan (IR)
IR = M. ek / ( ek – 1 ) (9)
Dimana :
IR : Kebutuhan air irigasi untuk pengolahan tanah
(mm/hari)
M : Kebutuhan air untuk mengganti kehilangan air
akibat evaporasi dan
perkolasi di sawah yang telah dijenuhkan : M = Eo + P
Eo : Evaporasi air terbuka (mm/hari) = ETo x 1,10
P : Perkolasi (mm/hari) (Tergantung tekstur tanah)
k : MT/S
T : Jangka waktu penyiapan tanah ( hari )
S : Kebutuhan air (untuk penjenuhan ditambah dengan
lapisan air 50 mm,
yakni 250 + 50 = 300 mm)
dimana :
NFRtanaman: kebutuhan bersih air di sawah untuk tanaman
tertentu (mm/hari)
ETcrop : kebutuhan air tanaman (mm/hari) (c . ETo)
c : koefisien tanaman terdapat pada tabel 2.8
ETo : evapotranspirasi tetapan (mm/hari)
P : perkolasi (mm/hari)
WLR : kebutuhan air untuk pergantian lapisan air
(mm/hari)
REtanaman : curah hujan efektif untuk tanaman tertentu
(mm/hari)
IR : kebutuhan air untuk penyiapan lahan
Tabel 2.8 Koefisien Tanaman (Kc) Untuk Tanaman Padi dan Palawija
dimana :
DR padi : kebutuhan pengambilan untuk tanaman padi
(liter/detik/ha)
DR plw : kebutuhan pengambilan untuk tanaman palawija
(liter/detik/ha)
NFR padi : kebutuhan bersih air di sawah untuk tanaman padi
(mm/hari)
NFR plw : kebutuhan bersih air di sawah untuk tanaman
palawija (mm/hari)
Ef . : efisiensi jaringan irigasi total (%)
Q
FPR= (18)
LPR
dimana :
FPR : Faktor Palawija Relatif (lt/dt/ha.pol)
Q : Debit air yang akan masuk ke saluran (lt/dt)
LPR : Luas Palawija Relatif (ha.pol)
Kategori nilai FPR untuk keperluan operasional
pembagian air pada petak tersier dapat dikategorikan sebagai
berikut :
1. Cukup, FPR = 0,45 – 0,55 lt/dt/ha.pol (bulan nopember sampai
februari)
2. Sedang, FPR = 0,35 – 0,45 lt / dt / ha.pol (bulan maret sampai
juni)
3. Kurang, FPR = 0,25 – 0,35 lt / dt / ha.pol (bulan juli sampai
oktober)
Misalnya pada bulan nopember – februari, FPR = 0,20 berarti
nilai tersebut kurang dari 50% FPR yang telah ditentukan
sehingga perlu diadakan pergiliran air. Kriteria FPR berdasarkan
jenis tanah dapat dilihat pada Tabel 2.9 berikut :
Dimana
Q = debit (m3/detik)
C = koefisien debit
Leff = lebar efektif ambang (m)
3
Hd 2 = tinggi tekan di atas ambang (m)
Dimana
Dimana ;
0,2)