Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

DASAR DASAR KEBUDAYAAN

“TEORI EKOLOGI KEBUDAYAAN”

Disusun oleh :

M. Arief Syakur 16620023

PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS BAHASA DAN SAINS

UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA

2019
I. Ekologi Budaya

Ekologi Budaya adalah sebuah cara pandang memahami persoalan lingkungan hidup
dalam perpektif budaya. Atau sebaliknya, bagaimana memahami kebudayaan dalam
perspektif lingkungan hidup. Ulang-alik antara lingkungan hidup (ekologi) dan budaya itulah
yang menjadi bidang garap Ekologi Budaya, atau disingkat Elbud. Ekologi budaya muncul
sebagai hasil kerja Carl Sauer pada geografi dan pemikiran dalam antropologi. Ekologi
budaya mempelajari bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungan alamnya.

Suatu ciri dalam ekologi budaya adalah perhatian mengenai adaptasi pada dua tataran:
pertama sehubungan dengan cara system budaya berdaptasi terhadap lingkungan totalnya,
dan kedua sebagai konsep adaptasi sistemik, perhatian terhadap cara institusi-institusi dalam
suatu budaya baradaptasi dan saling menyesuaikan diri. Ekolog budaya menyatakan bahwa
diperlukannya proses-proses adaptasi akan memungkinkan kita melihat cara kemunculan,
pemeliharaan dan transformasi sebagai konfigurasi budaya.

Ekologi sebagai suatu pengetahuan yang berkembang pada abad 20, tetapi
kebanyakan terbatas pada penelitian tentang tumbuhan dan binatang daripada ke-manusia.
Julian H. Steward (1930) memberikan kontribusi yang sangat penting yakni berupa “metode
ekologi budaya”, yang merupakan pengenalan bahwa lingkungan dan budaya tidak dapat
dipisahkan satu sama lain tapi terlibat dalam mempengaruhi dialektika yang disebut umpan
balik atau timbal balik.

Dua ide dasar dari sudut pandang ekologis yang tidak bisa dipisahkan dalam konsep
hubungan timbal balik : Ide baik itu lingkungan maupun budaya adalah pemberian, tapi satu-
sama lain disimpulkan dalan istilah lain dan ide bahwa lingkungan bermain aktif, tidak hanya
berperan dalam membatasi atau menyeleksi aktivitas manusia. Pengaruh lingkungan dan
budaya yang relatif mempengaruhi lingkungan dan budaya dalam hubungannya dengan
umpan balik yang tidak sama. Sesuai dengan pandangan ini, kadang kala budaya memainkan
suatu peran aktif dan kadang kala juga lingkungan lepas tangan. Steward percaya bahwa
beberapa sektor dari budaya memiliki hubungan yang kuat dengan lingkungan daripada
sektor lain, dan analisa ekologis harus bisa digunakan untuk menjelaskan kesamaan
persilangan budaya hanya ada di inti budaya. Inti budaya terdiri dari sektor ekonomi
masyarakat, yang menonjolkan aktivitas kehidupan dan penyelenggaraan ekonomi
masyarakat. Metode ekologi budaya melibatkan analisa tentang :

1. Hubungan timbal balik di antara lingkungan dan eksploitasi atau teknologi produktif.
2. Hubungan timbal balik di antara pola perilaku dan teknologi eksploitasi
3. Tingkat dimana pola perilaku cenderung ke sektor lain dari budaya

Dalam berdaptasi dengan lingkungan, menurut Steward, manusia memiliki corak


yang khas dan unik, salah satunya adalah, proses perkembangan kebudayaan. Proses
perkembangannya di berbagai belahan bumi tidak terlepas antara satu dan lainnya; dan
bahkan ada beberapa diantaranya yang tampak sejajar terutama pada system mata
pencaharian hidup, system kemasyarakatan dan system religi. Hal ini dikarenakan
perkembangan yang sejajar di daerah tertentu.

Misalnya pada masyarakat berburu; ada kecenderungan mereka hidup di lingkungan


alam yang sulit dengan binatang buruan yang hidup terpencar. Agar ia mendapat binatang
buruan, mereka harus benar-benar mengenal lingkungan alam tempat mereka berburu. Untuk
itu mereka harus hidup berkelompok. Karenanya kalau mereka harus mengambil wanita
untuk dikawini, mereka harus membawa gadis itu ke dalam kelompoknya.

Apabila dalam suatu lingkungan tertentu jumlah binatang buruan terbatas, ia harus
hidup dalam kelompok-kelompok kecil. Sebaliknya jika daerahnya luas dan jumlah binatang
hidup dalam kawanan yang besar dan berpidah-pindah berulang menurut musim, maka
jumlah anggota kelompok berburu juga besar. Untuk itu mereka harus mengembangkan pola-
pola hubungan dengan kerabat wanita isterinya baik berkaitan dengan pola menetap sesudah
nikah maupun adat perkawinannya, ataukah sesame anggota ataukah dengan gadis lain di luar
kelompoknya.

Demikian halnya pada kalangan masyarakat yang telah mengenal system pertanian.
Tatkala jumlah penduduk sedikit dan tanah masih sangat luas, mereka harus hidup terpencar
dalam desa-desa kecil. Apabila jumlah penduduk semakin banyak maka akan terjadi
kekurangan tanah sehingga orang tidak lagi dapat begitu saja meninggalkan ladang mereka
yang sudah tidak subur. Orang akan terpaksa mengerjakan bidang tanah untuk kurun waktu
yang lama. Dan ini hanya mungkin dilakukan jika ada irigasi dan pemupukan.

Pertanian irigasi telah menimbulkan pengelompokan manusia dalam desa-desa kecil


yang saling berpencar dan semakin lama desa itu menjadi semakin besar. Pertanian menetap
membuat orang menolah tanahnya secara intensif karena itu munculah teknologi-teknologi
seperti bajak dan pemanfaatan binatang sebagai pengganti tenaga manusia. Akibatnya
terbentuklah struktur masyrakat pada bentuk baru, dan akhirnya berkembang pula irigasi
untuk mengolah tanah yang tidak subur. Timbullah sistem irigasi dengan organisasi dan
orang-orang mengatur irigasi dan muncul pula pelapisan masyarakat. Mereka yang mengatur
irigasi menjadi yang berkuasa sehingga muncullah adapt yang mengatur antara orang yang
berkuasa dengan anggota masyarakat.

Dalam perkembangan kemudian, semakin lama kehidupan mereka semakin kompleks.


Sementara itu di kalangan masyarakat juga terjadi atau muncul berbagai jenis pekerjaan,
demikian dan seterusnya. Untuk itu diperlukan aturan yang mengatur hubungan diantara
masyarakat.

Demikian ekologi budaya membicarakan interaksi bentuk-bentuk kehidupan dalam


suatu ekosistem tertentu dan membahas cara manusia membentuk ekosistem itu sendiri.

Inti budaya Steward tidak termasuk banyak aspek dari struktur sosial dan hampir
tidak ada perilaku ritual (upacara agama). Tidak satupun dari hal tersebut mempengaruhi
lingkungan. Steward menyingkirkan atau memisahkan pembahasan ekologi budaya dari
biologi, dengan menyatakan bahwa dibandingkan dengan potensial genetik untuk adaptasi,
akomodasi (tempat tinggal), dan bertahan hidup, budaya lebih menjelaskan sifat alami
manusia. Ekologi budaya juga telah menjadi daya tarik para possibilis pada pembahasan
mengenai corak budaya yang spesifik. Steward berhasil menjelaskan corak budaya asli dan
polanya dengan perbedaan karakteristik wilayah. Metodenya menghendaki pembahasan
mendalam dari kelompok lokal di lingkungan mereka yang menjadi tuntutan sebagai suatu
prasyarat dalam membuat penyamaan ekologi.
II. Ekologi Budaya dan Ekologi Biologi

Pendekatan Steward dalam melihat ciri/corak budaya dan ciri/corak lingkungan


tercakup serta bagaimana hubungan fungsional dan yang kedua menjalin hubungan yang
sama dalam wilayah yang berbeda menurut sejarah, Andrew P. Vayda dan Roy A.
Rappaport, yang merupakan penganut ekologi kebudayaan yang lebih baru,berargumentasi
bahwa pendekatan ini tidak lagi dibutuhkan, artinya ciri atau corak lingkungan disebabkan
oleh corak budaya, dengan beberapa alasan sebagai berikut :

1. Prosedur sampling memadai untuk menghilangkan kemungkinan korelasi-korelasi


palsu.
2. Peristiwa dimana korelasi terjadi secara signifikan, berarti korelasi tidak diperlukan
arti dari sebab dan dampak hubungan.
3. Peristiwa dimana terjadi korelasi yang signifikan dan memperlihatkan hubungan -
akibat, ini tidak diperlukan artinya hubungan tidak terelakkan, seperti yang dipercaya
Steward.

Steward mengatakan bahwa ekologi kebudayaan harus dipisahkan dengan ekologi


biologi, yaitu pengkajian terhadap hubungan antara organisme dengan lingkungannya.
Pendekatan Steward tidak memasukkan pembahasan mengenai interaksi antara budaya dan
biologi, tidak genetik juga tidak bentuk fisik.

Andrew P. Vayda dan Roy A. Rappaport memberikan masukan terhadap penjelasan


Steward mengenai seleksi ciri/corak lingkungan, yang menurutnya tidak mencakup atau
memasukkan kajian organisme lain maupun kelompok manusia dalam pembahasannya.
Andrew P. Vayda dan Roy A. Rappaport ingin menggabungkan prinsip-prinsip dari ekologi
biologi ke dalam studi ekologi kebudayaan agar dapat merangkumnya menjadi satu ilmu
tentang ekologi.
Menurut Andrew P. Vayda dan Roy A. Rappaport, unsur kebudayaan seperti unsur
biologis tunduk pada proses seleksi oleh alam dan dapat dianggap bersifat mampu atau tidak
mampu menyesuaikan diri. Jadi, lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial
berpengaruh terhadap perkembangan dari kebudayaan, yaitu dalam arti bahwa individu-
individu dan bangsa-bangsa berperilaku menurut cara yang berbeda, mencapai keberhasilan
yang berbeda dan berbeda cara penyampaian pola perilaku dari satu generasi ke generasi
berikutnya.
III. Kebudayaan dan Lingkungan Saling Berkaitan

Salah satu contoh yang menunjukkan bahwa kebudayaan dan lingkungan saling
berkaitan yaitu kehidupan orang-orang Tsembaga yang hidup di pedalaman Irian. Orang-
orang Tsembaga berbudaya horticulture yaitu kebanyajan dari masyarakatnya hidup dari hasil
tanaman akar-akaran dan sayur-sayuran yang mereka tanam di kebun mereka. Mereka juga
memelihara babi yang berfungsi sebagai pembersih sampah dan sebagai mesin pengolah
tanah.

Babi yang dipelihara mampu menjaga kebersihan halaman karena memakan sampah-
sampah. Babi juga mengkorek-korek tanah perkebunan sehingga membantu proses persiapan
pengolahan tanah. Pemeliharaan babi dalam jumlah kecil mudah dilaksanakan, babi-babi
dapat berlarian bebas sepanjang hari kemudian kembali di malam hari dan memakan apa saja
yang dibuang manusia.

Tetapi berbagai masalah timbul jika jumlah babi yang dipelihara menjadi terlalu
banyak. Seringkali, sampah, sisa makanan, dan kotoran tidak cukup lagi sehingga harus
ditambah makanannya yang diambil dari jatah makanan manusia. Dan akhirnnya terpaksa
juga orang bekerja untuk menyediakan makanan bagi babi. Jumlah babi peliharaan yang
terlalu banyak malah memakan hasil kebun. Babi bahkan dapat merusak kerukunan dalam
masyarakat, misalnya jika babi-babi masuk ke kebun milik tetangga maka pemilik kebun
akan membunuh babi-babi tersebut. Jika perselisihan demikian semakin banyak maka
diusahakanlah supaya babi benar-benar tidak mendekati kebun orang lain.

Untuk mrngatasi masalah kelebihan ternak babi, orang-orang Tsembaga


mengembangkan serentetan upacara yang rumit dan penyembelihan sejumlah besar babi yang
kelebihan. Babi sembelihan itu kemudian dibagikan dagingnya kepada teman-teman dan
nenek moyang, dengan harapan bahwa nenek moyang akan mengaruniai kekuatan dan
keberanian sebagai balasan persembahan babi sembelihan tersebut. Jadi, suatu praktek
kebudayaan seperti upacara pesta babi dapat dilihat sebagai adaptasi terhadap faktor
lingkungan yang menghasilkan babi secara berlebihan; pesta-pesta demikian juga dapat
mengurangi konflik dalam masyarakat.
IV. Kesimpulan

Ekologi Budaya adalah sebuah cara pandang memahami persoalan lingkungan hidup
dalam perpektif budaya. Suatu ciri dalam ekologi budaya adalah perhatian mengenai adaptasi
pada dua tataran: pertama sehubungan dengan cara system budaya berdaptasi terhadap
lingkungan totalnya, dan kedua sebagai konsep adaptasi sistemik, perhatian terhadap cara
institusi-institusi dalam suatu budaya baradaptasi dan saling menyesuaikan diri.

Steward mengatakan bahwa ekologi kebudayaan harus dipisahkan dengan ekologi


biologi, yaitu pengkajian terhadap hubungan antara organisme dengan lingkungannya.
Pendekatan Steward tidak memasukkan pembahasan mengenai interaksi antara budaya dan
biologi, tidak genetik juga tidak bentuk fisik.

Andrew P. Vayda dan Roy A. Rappaport ingin menggabungkan prinsip-prinsip dari


ekologi biologi ke dalam studi ekologi kebudayaan agar dapat merangkumnya menjadi satu
ilmu tentang ekologi. Menurut mereka, unsur kebudayaan seperti unsur biologis tunduk pada
proses seleksi oleh alam dan dapat dianggap bersifat mampu atau tidak mampu menyesuaikan
diri. Jadi, lingkungan baik lingkungan fisik maupun sosial berpengaruh terhadap
perkembangan dari kebudayaan, yaitu dalam arti bahwa individu-individu dan bangsa-bangsa
berperilaku menurut cara yang berbeda, mencapai keberhasilan yang berbeda dan berbeda
cara penyampaian pola perilaku dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Suatu praktek kebudayaan seperti upacara pesta babi dapat dilihat sebagai adaptasi
terhadap faktor lingkungan yang menghasilkan babi secara berlebihan; pesta-pesta demikian
juga dapat mengurangi konflik dalam masyarakat.
V. Daftar Pustaka

http://febasfi.blogspot.com/2012/11/ekologi-budaya-antropologi-ekologis.html

http://awan80.blogspot.com/2008/07/pengertian-ekologi-budaya-oleh.html

http://arti-definisi-pengertian.info/aliran-atau-teori-ekologi-kebudayaan/

Anda mungkin juga menyukai