Abstrak
Timbulan sampah terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan perubahan
pola konsumsi serta gaya hidup. Sayangnya, meningkatnya timbulan sampah secara umum tidak
diikuti oleh tata kelola sampah yang baik sehingga mengakibatkan permasalahan lingkungan. Untuk
mengelola sampah yang baik diperlukan konsep dan penerapan teknologi yang ramah lingkungan,
yang efisien dan secara sosial diterima oleh masyarakat. Berbagai konsep dan pengembangan
teknologi pengelolaan sampah telah dikembangkan oleh BPPT. Teknologi pengolahan sampah yang
dikembangkan bervariasi mulai dari teknologi persampahan dari yang sederhana sampai yang
rumit dan dari yang skalanya rumah tangga sampai skala kota. Inovasi berbagai teknologi tersebut
dapat menjadi solusi bagi permasalahan sampah yang dihadapi oleh banyak kota.
1. PENDAHULUAN
Setiap orang adalah penghasil sampah. Pada jaman pra-sejarah, jumlah sampah perkapita masih relatif
sedikit yaitu sekitar 0,1 ton pertahun. Namun, sejalan dengan perubahan peradaban, gaya hidup yang semakin
konsumtif, dan tingkat pendapatan yang meningkat, maka timbulan sampah pada jaman sekarang semakin besar
yaitu 30 kali lipatnya atau sekitar 3 ton pertahun (Brunner dan Rechberger, 2002). Jenis sampah yang
dihasilkan pun semakin beragam. Pada jaman dahulu, daya dukung alam masih mampu menetralisir keberadaan
sampah yang dihasilkan umat manusia. Namun sekarang, alam mengalami kesulitan untuk menetralisirnya
karena jumlahnya yang melimpah dan karakteristiknya sulit terurai secara alami.
Sayangnya kondisi tersebut tidak dibarengi dengan pengelolaan sampah yang baik. Sampah pada
umumnya hanya dikelola secara tardisional yaitu dengan dikumpulkan, diangkut dan dibuang ke tempat
penanganan akhir (TPA). Dengan kata lain penanganan sampah hanya bertumpu pada TPA yang memiliki
dampak buruk pada lingkungan lokal dan global. Demikian pula, tabiat buruk membuang sampah di saluran air
telah menyebabkan sungai dan laut tercemar oleh sampah sehingga mengancam keseimbagan ekosistem laut
global.
Akar masalah dari buruknya pengelolaan sampah adalah berupa kelemahan pada berbagai aspek seperti
keterbatasan anggaran, sistem manajemen yang belum optimal, lemahnya penegakan hukum, lemahnya peran
serta masyarakat, keterbatasan lahan untuk fasilitas pengelolaan sampah, rendahnya tingkat penerapan teknologi
ramah lingkungan, dan sebagainya.
Berbagai teknologi pengolahan sampah telah tersedia di Indonesia. BPPT sebagai lembaga kaji terap
pemerintah telah melakukan berbagai riset dan pengembangan teknologi persampahan (Wahyono, 2015).
Berbagai teknologi tersebut juga diujiterapkan di berbagai kabupaten/kota baik yang bersakala rumah tangga,
komunal hingga skala kota.
58
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018
sampah sementara menjadi tempat pengolahan sampah sistem 3R. Selanjutnya yang ketiga, sampah dapat
dikelola secara terpusat di tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) skala besar.
Pengelolaan sampah di sumber dan di TPS 3R memiliki ciri berupa kentalnya keterlibatan masayarakat
mulai dari pemilahan hingga pengolahannya. Sampah dikelola oleh masyarakat dengan lokasi di rumah sendiri
atau sedekat mungkin dengan sumber sampah; menggunakan teknologi sederhana; berbiaya murah; dan
skalanya kecil-kecil dan tersebar di banyak tempat. Berbeda dengan pengelolaan sampah terpusat atau
tersentralkan, sampah yang dikelola
jumlahnya besar, memerlukan lokasi yang
luas, menggunakan teknologi modern,
berbiaya besar, dan organisasi pelaksananya
adalah dari sektor swasta atau lembaga
khusus.
Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa pengelolaan sampah di sumber dan
di TPS 3R merupakan pengelolaan sampah
yang terdesentralisasi, sedangkan
pengelolaan sampah terpusat adalah
pengelolaan sampah yang tersentralkan.
Berdasarkan tipologi kota dengan
karakteristik demografi, geografi, dan
ekonomi yang berbeda-beda, kota dengan
tipologi kota kecil hingga kota besar lebih
cocok menerapkan desentralisasi
Gambar 1. Matrik strategi pengelolaan sampah pengelolaan sampah (Wahyono, 2016).
Sementara itu, kota dengan tipologi kota
metropolitan lebih cocok menerapkan sentralisasi pengelolaan sampah (Wahyono, 2016).
59
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018
60
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018
61
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah juga merupakan sumber gas metana yang dapat diubah
menjadi energi dengan cara mengoleksinya dan kemudian memanfaatkan gas tersebut menjadi bahan bakar
genset atau boiler yang energinya dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti pembangkit listrik.
62
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018
6. KESIMPULAN
Timbunan sampah yang terus meningkat secara umum tidak diikuti oleh tata kelola sampah yang baik
sehingga timbul berbagai masalah lingkungan. Permasalahan tersebut dapat dipecahkan dengan menerapkan tata
kelola sampah yang diadaptasikan dengan tipologi kota, karakteristik demografi, geografi, dan kemampuan
ekonomi. Berdasarkan hal tersebut, kota dengan tipologi kota kecil hingga kota besar lebih cocok menerapkan
desentralisasi pengelolaan sampah. Sementara itu, kota dengan tipologi kota metropolitan lebih cocok
menerapkan sentralisasi pengelolaan sampah. Konsep desentarisasi dan sentralisasi pengelolaan sampah tersebut
mencakup pengelolaan sampah skala individual, skala kawasan dan skala kota. Pengelolaan sampah skala
individual dan kawasan memiliki ciri berupa kentalnya keterlibatan masayarakat, teknologi sederhana; berbiaya
murah; dan skalanya kecil-kecil dan tersebar di banyak tempat. Sedangkan pengelolaan sampah skala kota
bercirikan sampah yang dikelola jumlahnya besar, memerlukan lokasi yang luas, menggunakan teknologi
modern, berbiaya besar, dan organisasi pelaksananya adalah dari sektor swasta atau lembaga khusus. Saat ini
sebagian besar teknologi pengelolaan sampah dari skala individual hingga skala kota telah dikajiterap oleh
BPPT.
DAFTAR PUSTAKA
Brunner, P dan Rechberger, H. (2002a). Anthropogenic Metabolism and Environmental Legacies. Volume 3,
Causes and consequences of global environmental change, pp 54–72 in Encyclopedia of Global
Environmental Change. John Wiley & Sons, Ltd, Chichester.
Dirjen Cipta Karya. 2018. Pedoman Teknis Pelaksanaan TPS 3R. Direktorat PPLP, Dirjen Cipta Karya,
Kementerian PUPR.
Drescher, S & Zurbrügg, C. 2006. Decentralised Composting: Lessons Learned And Future Potentials For
Meeting The Millennium Development Goals CWG – WASH Workshop 2006, 1 – 5 Februari di Kolkata,
India
KLHK. 2017. Sambutan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Pada Workshop Pengelolaan Sampah di
Pantai dan Laut, Jakarta, 27 Februari 2017
Lohri C. 2009. Research on Anaerobic Digestion of Organic Solid Waste at Household Level In Dar Es Salaam,
Tanzania. Bachelor Thesis at ZHAW (Zurich University of Applied Sciences) in collaboration with Eawag
(Swiss Federal Institute of Aquatic Science and Technology).
63
Prosiding Seminar Nasional dan Konsultasi Teknologi Lingkungan
Jakarta, 20 September 2018
Wahyono, S., Sahwan, F.L., dan Suryanto, F. 2011. Membuat Pupuk Organik Granul dari Aneka Limbah,
September 2016, Penerbit Agromedia
Wahyono, S., Sahwan, F.L., dan Suryanto, F. 2017b. Teknologi Pengelolaan Limbah Rumah Pemotongan
Hewan, September 2016, BPPT Press.
Wahyono, Sri. 2015. Teknologi Pengolahan Sampah Untuk Mendukung Gerakan Nasional Indonesia Bersih,
dalam Prosiding “Gerakan Nasional Indonesia Bersih”, Januari, Tahun 2015. Penerbit BPPT Press
Wahyono, Sri. 2016. Mengidentifikasi dan Memahami Sifat dan Karakteristik Desentralisasi Komposting,
dalam Bunga Rampai “Kompos, Aplikasi Teknis di Lapangan” Januari 2016, BPPT Press.
Wahyono, S., Sahwan, F.L., dan Suryanto, F. 2017. Cara Cerdas Mengurangi dan Mengolah Sampah Makanan
di Rumah, BPPT Press.
64