Anda di halaman 1dari 4

Tugas 3 Ekologi Manusia / BIOL4417

Nama : Lusy Sefya Andriesti

Fakultas : Sains dan Teknologi

Prodi : Agribisnis

Mata kuliah : Ekologi Manusia / BIOL4417

Semester : 2020.2

1. Manusia menggunakan berbagai pengetahuan bagi kehidupannya sehari-hari. Ilmu pengetahuan


berkembang dengan adanya dukungan teknologi.

a. Sebutkan dan jelaskan empat (4) tingkatan ilmu pengetahuan!

b. Jelaskan tentang prinsip pengembangan teknologi tepat guna! Berikan contohnya!

2. Sebutkan dan jelaskan undang-undang tentang pengelolaan lingkungan hidup (minimal 3)!

3. Kemiskinan merupakan salah satu permasalahan global yang masih menjadi perhatian hingga saat ini.
Di Indonesia, pengentasan kemiskinan masuk dalam salah satu sasaran Agenda 21 dan berlanjut pada
target Sustainable Development Goals (SDG’s). Kondisi ini menunjukkan pengentasan kemiskinan masih
menjadi tantangan besar di Indonesia dan harus segera diatasi. Lakukan analisis capaian keberhasilan
pengentasan kemiskinan di Indonesia dikaitkan dengan target SDG’s tahun 2030! Gunakan data laporan
terkini untuk menunjang analisis tersebut dan sertakan referensinya.

Jawaban

1. a. Empat tingkatan ilmu pengetahuan :

1. Ilmu yang bersifat deskriptif, untuk mengetahui gambaran tentang sesuatu.

2. Ilmu yang bersifat eksplanatif, yang menerangkan sebab musabab munculnya suatu fenomena.

3. Ilmu yang bersifat preskriptif, yang memberikan pedoman, petunjuk, atau resep, untuk dipakai
atau diterapkan, pada umumnya menghasilkan teknologi, atau sesuatu yang bersifat normatif untuk
mengatur perilaku.
4. Ilmu yang bersifat nomotetik, yang merupakan sumbangan kepada khasanah ilmu pengetahuan,
walaupun seandainya tidak atau belum langsung memberikan manfaat bagi kemanusiaan. Disamping
itu, kedalaman suatu ilmu pun juga bermacam macam. Ada yang sederhana, ada yang mendalam, ada
pula yang sangat mendalam. Walaupun kalau dilihat dari pemanfaatannya secara langsung, yang
sederhana seringkali dapat langsung bermanfaat, atau sekedar memacu dan merangsang untuk
memperdalam pengetahuan lebih jauh.

b. Prinsip pengembangan teknologi tepat guna.

Landasan pikiran dalam mengembangkan teknologi tepat guna, adalah untuk menerapkan teknologi
yang sesederhana mungkin sehingga mudah dimengerti oleh para pelakunya ; yang mempergunakan
sumber daya sedikit mungkin, yang tidak mencemari lingkungan hidup, yang tidak memboroskan
sumber daya alam, serta yang lebih manusiawi, misalnya yang bersifat padat karya. Balasubramaniam
(1984) dalam bukunya : Ecodevelopment, memberikan uraian tentang pendidikan lingkungan, yang
bercorak lebih filosofis daripada praktis, antara lain mengupas makna teknologi tepat guna sebagai
gabungan antara teknologi tradisional dan teknologi modern yang perlu dikembangkan sebagai dasar
pembangunan yang berwawasan lingkungan. Sebenarnya teknologi tepat guna tidak harus berupa
gabungan antara teknologi yang tradisional dengan yang modern. Tepat guna perlu diartikan apakah
manfaatnya dari semua sisi cukup untuk dapat dipertanggungjawabkan termasuk hasilnya yang berguna
bagi masyarakat, dengan pengorbanan yang sekecil kecilnya atau yang dapat ditoleransi. Contohnya,
traktor, teknologi ini sangat tepat jika digunakan dan dikembangkan didaerah pedesaan, khususnya
didaerah yang mayoritas masyarakatnya mengandalkan hasil bertani atau Berkebun. Dengan
memanfaatkan teknologi traktor, para petani tidak perlu lagi menggunakan tenaga hewan ternak
seperti kerbau untuk membajak sawah, atau tenaga petani itu sendiri untuk mencangkul. Jadi, selain
lebih efektif dan efisien, tentu saja penggunaan traktor ini juga menguntungkan.

2. A. Undang Undang No 32 Tahun 2009, tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
Undang undang ini adalah jaminan kepastian hukum memberikan perlindungan terhadap hak setiap
orang untuk mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari perlindungan
terhadap keseluruhan ekosistem. Bertujuan untuk melindungi NKRI dari pencemaran dan atau
kerusakan lingkungan hidup. Mewujudkan pembangunan berkelanjutan hingga antisipasi isu lingkungan
global.

B. Undang Undang No 4 tahun 1982, tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan
Hidup :

a. bahwa lingkungan hidup Indonesia sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia,
merupakan ruang bagi kehidupan Bangsa Indonesia dalam segala aspek dan matranya sesuai dengan
wawasan Nusantara;

b. bahwa dalam mendaya gunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum seperti
termuat dalam Undang-undang Dasar 1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup berdasarkan
Pancasila, perlu diusahakan pelestarian kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang untuk
menunjang pembangunan yang berkesinambungan dilaksanakan dengan kebijaksanaan terpadu dan
menyeluruh serta memperhitungkan kebutuahn generasi sekarang dan mendatang;
c. bahwa kebijaksanaan melindungi dan mengembangkan lingkungan hidupdalam hubungan kehidupan
antar bangsa adalah sesuai dan selaras dengan perkembangan kesadaran lingkungan hidup umat
manusia;

d. bahwa dalam rangka mengatur pengelolaan lingkungan hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional
yang terpadu dan menyeluruh, perlu ditetapkan undang-undang pokok untuk menjadi landasan bagi
pengelolaan lingkungan hidup;

C. Undang Undang No 23 tahun 1997, tentang pengelolaan lingkungan hidup :

a.bahwa lingkungan hidup Indonesia sebagai karunia dan rahmat Tuhan Yang Maha Esa kepada rakyat
dan bangsa Indonesia merupakan ruang bagi kehidupan dalam segala aspek dan matranya sesuai
dengan Wawasan Nusantara;
b.bahwa dalam rangka mendayagunakan sumber daya alam untuk memajukan kesejahteraan umum
seperti diamanatkan dalam UndangUndang Dasar 1945 dan untuk mencapai kebahagiaan hidup
berdasarkan Pancasila, perlu dilaksanakan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
hidup berdasarkan kebijaksanaan nasional yang terpadu dan menyeluruh dengan memperhitungkan
kebutuhan generasi masa kini dan generasi masa depan;
c.bahwa dipandang perlu melaksanakan pengelolaan lingkungan hidup untuk melestarikan dan
mengembangkan kemampuan lingkungan hidup yang serasi, selaras, dan seimbang guna menunjang
terlaksananya pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup;
d.bahwa penyelenggaraan pengelolaan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan berkelanjutan
yang berwawasan lingkungan hidup harus didasarkan pada norma hukum dengan memperhatikan
tingkat kesadaran masyarakat dan perkembangan lingkungan global serta perangkat hukum
internasional yang berkaitan dengan lingkungan hidup;

e.bahwa kesadaran dan kehidupan masyarakat dalam kaitannya dengan pengelolaan lingkungan hidup
telah berkembang demikian rupa sehingga pokok materi sebagaimana diatur dalam Undang-undang
Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup (Lembaran
Negara Tahun 1982 Nomor 12, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3215) perlu disempurnakan untuk
mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup;
f.bahwa sehubungan dengan hal-hal tersebut pada huruf a, b, c, d, dan e di atas perlu ditetapkan
Undang-undang tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup;

3. Jika dibandingkan dengan kondisi 15 tahun yang lalu pada saat awal pengesahan MDGs, tentu
Indonesia mengalami kemajuan yang lebih baik dalam hal ketepatan waktu maupun proses yang
partisipatif. Namun meskipun demikian, tantangan yang dihadapi oleh pelaksanaan SDGs tidak hanya
seputar dua hal itu saja. Dari segi substansi, ambisi SDGs untuk menghilangkan komponen negasi
pembangunan secara tuntas merupakan suatu pekerjaan yang hampir mendekati utopia.
Dari segi proses pun, pelaksanaan SDGs di tingkat nasional masih meninggalkan PR seperti mekanisme
akuntabilitas, penerimaan data dari pihak non-pemerintah, dan juga proses partisipasi itu sendiri. Hal ini
seharusnya tidak perlu dipandang sebagai beban melainkan tantangan yang harus dihadapi untuk
meningkatkan kinerja bagi akselerasi pembangunan nasional Indonesia hingga 2030. Peranan aktif
pemerintah tentu menjadi modal utama bagi pelaksanaan dan pencapaian SDGs di Indonesia. Hal lain
yang penting untuk dicatat sebagai langkah baik berbagai stakeholder yakni:
• Pemerintah Indonesia menjadi salah satu dari 193 kepala Negara dan pemerintahan yang ikut
menyepakati agenda pembangunan global ini.
• Peraturan Presiden sedang disiapkan untuk dapat menjadi landasan hukum bagi pelaksanaan SDGs.
• Organisasi Masyarakat Sipil ikut merapatkan barisan dengan membentuk Koalisi Masyarakat Sipil
untuk SDGs.
• Pemerintah Daerah telah ikut serta memulai pelaksanaan SDG antara lain Kab Bojonegoro, dan
Pangkep
• Inisiatif yang datang dari berbagai pihak, termasuk Perguruan Tinggi atau Universitas membawa
optimisme bahwa SDGs akan dilaksanakan dengan prinsip inklusif dan partisipatoris.

Referensi ; https://www.sdg2030indonesia.org/an-component/media/upload-
book/Briefing_paper_No_1_SDGS_-2016-Meila_Sekar.pdf

Anda mungkin juga menyukai