Di Susun Oleh :
NAMA : LUSY SEFYA ANDRIESTI
NIM : 042600355
Dengan memanjatkan rasa puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas
limpahan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini
untuk penyelesaian tugas dari mata kuliah pendidikan kewarganegaraan.
Makalah ini dapat terselesaikan tidak lepas karena bantuan bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak yang dengan tulus serta sabar memberikan sumbangan
baik berupa ide, materi pembahasan dan juga bantuan lainnya yang tidak dapat
dijelaskan satu persatu.
Saya menyadari makalah ini masih sangat jauh dari kata sempurna, maka dari itu
saya berharap kepada Bapak Tutor untuk memberikan kritik dan saran untuk
menyempurnakan makalah ini . Dan saya berharap semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.
KATA PENGANTAR............................................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN.......................................................................................................
3.1 KESIMPULAN..............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
3. Ketuhanan Yang Maha Esa, yang artinya bahwa Soekarno menginginkan setiap
rakyat Indonesia adalah manusia yang mengakui keberadaan Tuhan (theis), apa
pun agamanya. Muhammad Hatta, menilai jika demokratis masyarakat asli
Indonesia ini bersumber dari semangat kebersamaan atau kolektivisme.
Kolektivisme ini mewujud dalam sikap saling tolong menolong, gotong royong,
dan sebagainya. Kolektivisme dalam masyarakat asli Indonesia juga berarti
pengambilan keputusan melalui musyawarah untuk mencapai mufakat. Ini
berbeda dengan kebiasaan yang berlaku dalam sistem demokrasi Barat yang
individualistis. Secara umum ada beberapa bentuk demokrasi. Berikut kedua
bentuk yang paling umum beserta contoh negaranya:
1. Sistem Presidensial
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA