Anda di halaman 1dari 7

Komposisi Penduduk Menurut Jenis Kelamin

             Data yang berasal dari kegiatan survei, sensus, atau registrasi penduduk perlu untuk
disederhanakan untuk memudahkan dibaca dan diinterpretasi. Sofian Effendi et al, dalam
Mantra (2011) mendefinisikan kegiatan penyederhanaan dan interpretasi data ini sebagai
kegiatan analisis data. Kegiatan analisis data pada umumnya menggunakan statistik yang
memudahkan dan mempercepat proses interpretasi. Komposisi penduduk merupakan
pengelompokan penduduk berdasarkan karakteristik-karakteristik tertentu. Beberapa contoh
komposisi penduduk adalah komposisi penduduk menurut umur, jenis kelamin, status
perkawinan, tingkat pendidikan, pekerjaan, agama dan bahasa.

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin merupakan pengelompokan penduduk yang


sering digunakan. Perbandingan laki-laki dan perempuan penting untuk diketahui dalam setiap
analisis kondisi kependudukan di Indonesia. Ukuran komposisi penduduk menurut jenis
kelamin tergolong sedikit dan memiliki perhitungan yang tidak rumit. Beberapa ukuran
komposisi penduduk adalah 1) persentase laki-laki dalam satu populasi atau proporsi
maskulinitas, 2) rasio jenis kelamin atau rasio maskulinitas, dan 3) rasio kelebihan atau
kekurangan jumlah laki-laki terhadap total populasi. Ketiga ukuran tersebut bermanfaat untuk
perbandingan antar wilayah atau antar kelompok dan perbandingan dari waktu ke waktu.

A.    Persentase Laki-laki Dalam Satu Populasi

             Persentase laki-laki dalam satu populasi atau sering disebut sebagai proporsi
maskulinitas merupakan perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dengan jumlah
penduduk keseluruhan pada tahun yang sama dikalikan 100 persen. Rumus proporsi
maskulinitas dapat dituliskan:

Pm

--------- x 100

Pt

 
Keterangan:

Pm adalah jumlah penduduk laki-laki.

Pt adalah jumlah penduduk keseluruhan.

             Berdasarkan rumus tersebut, kita dapat menghitung proporsi maskulinitas dengan data
Indonesia yang bersumber dari BPS. Berdasarkan data dari BPS, jumlah penduduk laki-laki
pada tahun 2017 diproyeksikan sebesar 131.579,2 ribu jiwa. Sedangkan jumlah penduduk total
Indonesia sebanyak 261.890,9 ribu jiwa. Berdasarkan data tersebut, proporsi maskulinitas
Indonesia pada tahun 2017 sebesar:
 

131.579,2  x 100 = 50,24 %

261.890,9

Nilai lima puluh pada ukuran ini adalah nilai yang ideal. Angka yang lebih tinggi menunjukkan
kelebihan penduduk laki-laki dan angka yang lebih rendah menunjukkan kelebihan penduduk
perempuan. Proporsi maskulinitas populasi nasional bervariasi dalam rentang yang agak
sempit, biasanya nilainya di bawah 50.

B.    Sex Ratio (SR)/Rasio Jenis Kelamin (RJK)

             Rasio Jenis Kelamin atau Sex Ratio  didefinisikan sebagai jumlah laki-laki per 100
perempuan. Rasio jenis kelamin di bawah 100 menunjukkan bahwa jumlah perempuan lebih
besar dibandingkan dengan laki-laki. Sebaliknya bila rasio jenis kelamin di atas 100
menunjukkan jumlah laki-laki lebih besar dibandingkan jumlah perempuan. Rumus rasio jenis
kelamin dapat dituliskan:

 Pm

-------- x 100

Pf

Keterangan:
Pm adalah jumlah penduduk laki-laki.

Pf adalah jumlah penduduk perempuan.

             Berdasarkan rumus tersebut, kita dapat menghitung rasio jenis kelamin Indonesia.
Berdasarkan data dari BPS, jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2017 diproyeksikan sebesar
131.579,2 ribu jiwa. Sedangkan jumlah penduduk perempuan Indonesia sebanyak 130.311,7
ribu jiwa. Berdasarkan data tersebut, nilai rasio jenis kelamin di Indonesia pada tahun 2017
sebesar:

131.579,2   x  100 = 100,97 %

130.311,7

Nilai seratus pada ukuran ini adalah nilai yang ideal. Angka yang lebih tinggi menunjukkan
kelebihan penduduk laki-laki dan angka yang lebih rendah menunjukkan kelebihan penduduk
perempuan.

             Rasio jenis kelamin merupakan ukuran yang sering dan banyak digunakan dalam
analisis kependudukan. Analisis rasio jenis kelamin dalam konteks kelompok-kelompok
penduduk menunjukkan hasil yang bervariasi. Antara satu kelompok penduduk dengan
kelompok penduduk lain menunjukkan hasil yang berbeda. Sebagai contoh rasio jenis kelamin
penduduk perkotaan menunjukkan jumlah laki-laki yang lebih rendah dibandingkan jumlah
perempuan. Sebaliknya, rasio jenis kelamin di perdesaan menunjukkan jumlah laki-laki yang
lebih tinggi. Kondisi ini bisa terjadi akibat adanya migrasi penduduk perempuan yang besar ke
daerah perkotaan. Kondisi yang berbeda bisa terjadi pada kelompok penduduk yang lain di
wilayah yang berbeda pada suatu tahun tertentu.

             Tabel 6.1 merupakan tabel rasio jenis kelamin di Indonesia pada tahun 1971-2015. Tabel
tersebut bersumber dari BPS yang dapat diakses secara bebas melalui laman resminya.
Berdasarkan data tersebut, kita dapat melihat perubahan komposisi penduduk menurut jenis
kelaminnya. Pada tahun 1971, komposisi penduduk di Indonesia secara umum didominasi oleh
penduduk perempuan. Banyaknya penduduk perempuan di Indonesia terus berlanjut pada
data tahun 1980, 1990 dan 1995. Mulai tahun 2000, jumlah penduduk di Indonesia didominasi
oleh laki-laki. Hal ini dapat dilihat dari nilai rasio jenis kelamin yang angkanya di atas 100. 
Bahkan sampai tahun 2015, nilai rasio jenis kelamin di Indonesia terus berada di angka 100 ke
atas.

             Kondisi perubahan komposisi penduduk menurut provinsi juga dapat dilihat dari data
yang disajikan pada Tabel 6.1. Berdasarkan data dari tabel tersebut, beberapa provinsi di
Indonesia tidak mengalami perubahan komposisi penduduk jika dilihat dari dominannya
jumlah laki-laki atau perempuan di provinsinya. Provinsi seperti Sumatera Barat, Jawa Tengah,
Jawa Timur, NTB, dan Sulawesi Selatan tercatat sejak tahun 1971-2015 selalu banyak penduduk
perempuannya daripada penduduk laki-lakinya. Di sisi lain, beberapa provinsi sejak 1971
sampai 2015 banyak penduduk laki-lakinya. Provinsi tersebut antara lain Riau, Jambi, Bengkulu,
Lampung, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi
Tengah, Maluku, dan Papua. Beberapa provinsi baru di Indonesia seperti Bangka Belitung
(Babel), Banten, Kalimantan Utara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku Utara, Papua Barat juga
lebih dominan jumlah laki-lakinya daripada perempuannya. Sementara itu provinsi lain
mengalami perubahan komposisi penduduk jika dilihat dari jumlah dominan jenis kelamin yang
mendiami daerahnya.

Rasio Jenis Kelamin Indonesia Menurut Provinsi 1971-2015


 

Rasio Jenis Kelamin


Provinsi
1971 1980 1990 1995 2000 2005 2010 2014 2015
Aceh 100,2 101,4 101,0 100,0 101, 100,
- 99,7 99,7
1 9 5 1 1 2
Sumatera 101,3 100,7
99,76 99,24 99,8 99,62 99,8 99,6 99,6
Utara 2 2
Sumatera
93,69 95,53 95,88 94,07 96,1 97,49 98,4 98,8 98,9
Barat
Riau 104,6 103,9 105,1 102,7 104, 104,2 106, 105, 105,
3 9 6 7 4 4 3 6 5
Jambi 107,4 105,6 104,3 101,6 104, 105,9 105, 104, 104,
5 5 2 5 2 2 5 2 2
Sumatera 102,0 101,1 102,0 102,4 103, 103, 103,
99,51 101
Selatan 5 9 8 3 7 3 3
Bengkulu 101,9 103,2 105,6 101,8 103, 104,0 104, 104, 104,
9 3 3 5 2 9 6 1 1
Lampung 102,3 107,2 105,5 104,8 106, 107,6 106, 105, 105,
3 8 1 9 2 3 1 3 2
Kepulauan
108,
Bangka - - - - 104 109 108 108
1
Belitung
Kepulauan 105, 104, 104,
- - - - - 99,87
Riau 5 6 4
DKI Jakarta 102,1 102,5 101,9 100,5 102, 102, 101,
98,7 101
3 8 5 6 5 8 3
Jawa Barat 100,5 100,8 102, 102,7 103, 102, 102,
96,79 99,12
1 2 1 1 6 9 8
Jawa Tengah 95,25 96,62 97,47 96,76 99,2 99,77 98,8 98,4 98,4
DI 100,1
94,28 96,25 96,71 98,34 98,3 97,7 97,7 97,8
Yogyakarta 7
Jawa Timur 94,32 95,51 95,96 96,24 97,9 98,65 97,5 97,4 97,4
Rasio Jenis Kelamin
Provinsi
1971 1980 1990 1995 2000 2005 2010 2014 2015
Banten 101, 103,7 104, 104, 104,
- - - -
5 9 7 1 1
Bali 100,2 103,1 101, 101, 101,
97,94 98,39 99,46 101
1 4 7 4 4
NTB 97,45 98,29 95,51 92,59 94,2 93,49 94,3 94,2 94,2
NTT 101,9 100,4
99,56 98,34 98,09 98,6 98,7 98,2 98,2
9 1
Kalbar 104,2 103,4 103,8 104,8 104, 104,9 104, 103, 103,
1 9 5 1 7 8 6 9 8
Kalteng 101,7 106,3 106,6 104,9 106, 106,4 109 109, 109,
5 2 3 1 8 6 2 3
Kalsel 100, 101,8 102, 102, 102,
96,31 98,82 99,63 99,39
5 3 6 7 8
Kaltim 106,9 111,6 110,9 106,2 109, 109,7 111, 110, 110,
6 4 1 3 7 1 3 3 3
Kalut 113, 113,
- - - - - - -
3 2
Sulawesi 100,5 102,2 102,7 102,9 104, 103,8 104, 104, 104,
Utara 7 7 4 9 9 5 4 2 2
Sulawesi 104,6 106,4 105,0 102,6 104, 105,2 105, 104, 104,
Tengah 3 4 8 7 7 3 2 5 4
Sulawesi
94,77 94,94 95,5 94,88 95,1 94,78 95,5 95,4 95,4
Selatan
Sulawesi 100, 100,
91,31 96,89 99,7 96,61 101,6 101 101
Tenggara 7 9
Gorontalo 101,3 100, 100, 100,
- - - - 101
4 7 4 4
Sulawesi 100, 100, 100,
- - - - - -
Barat 8 6 6
Maluku 104,4 103,8 102,9 102, 103,0 102, 101, 101,
103
3 2 8 8 9 3 8 8
Maluku 104, 105,2 104, 104, 104,
- - - -
Utara 7 1 9 3 2
Papua Barat 112, 111, 111,
- - - - - -
4 5 4
Papua 141,4 109,2 110,4 103,8 110, 112,3 113, 111, 111,
4 9 9 3 4 4 4 9 6
INDONESI 100, 101,1 101,
97,18 98,82 99,45 99,09 101 101
A 6 1 4
 

             Analisis rasio jenis kelamin juga dapat dilakukan berdasarkan kelompok umur
penduduk. Analisis rasio jenis kelamin menurut kelompok umur menunjukkan variasi yang
lebih beragam bila dibandingkan analisis rasio jenis kelamin pada penduduk keseluruhan.
Sebagai contoh, rasio jenis kelamin pada penduduk muda cenderung tinggi kemudian menurun
seiring bertambahnya umur. Kondisi ini bisa berbeda pada kelompok penduduk di wilayah
yang berbeda atau pada tahun yang berbeda. Pembahasan lebih lanjut mengenai analisis rasio
jenis kelamin berdasarkan kelompok umur berada pada bagian selanjutnya.

C.    Kelebihan atau kekurangan jumlah laki-laki terhadap total populasi

             Kelebihan atau kekurangan jumlah laki-laki terhadap total populasi atau the excess or
deficit of males as a percentage of the total population merupakan ukuran ketiga dari komposisi
penduduk menurut jenis kelamin. Hasil perhitungan yang bernilai positif menunjukkan bahwa
jumlah laki-laki yang lebih banyak dibandingkan jumlah perempuan. Sebaliknya, apabila hasil
perhitungan bernilai negatif maka jumlah perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki.
Rumus kelebihan atau kekurangan jumlah laki-laki terhadap total populasi dapat dituliskan 
sebagai berikut:

Pm - Pf

--------------- x 100

Pt

Keterangan:
Pm adalah jumlah penduduk laki-laki.

Pf adalah jumlah penduduk perempuan.

Pt adalah jumlah penduduk keseluruhan.

             Berdasarkan rumus tersebut, kita dapat menghitung indikator ini di Indonesia.
Berdasarkan data dari BPS, jumlah penduduk laki-laki pada tahun 2017 diproyeksikan sebesar
131.579,2 ribu jiwa. Sedangkan jumlah penduduk perempuan Indonesia sebanyak 130.311,7
ribu jiwa dan penduduk totalnya sebesar 261890,9 ribu. Berdasarkan data tersebut, nilai
indikator ini di Indonesia pada tahun 2017 sebesar:

131.579,2-130.311,7  x 100 = 0,48 %

         261.890,9

             Nilai 0,48 % pada ukuran ini berarti pada 2017, Indonesia kelebihan jumlah laki-laki
sebanyak 0,48 % dari total populasi. Nilai ideal, atau nilai standar, untuk indikator ini adalah nol
(0) dimana laki-laki dan perempuan jumlahnya seimbang.

            Siegel dan Swanson (2004) mengatakan bahwa ketiga formula perhitungan tadi di atas
pada intinya adalah menyampaikan informasi yang sama. Sehingga lebih lanjut, mereka
mengatakan bahwa sangat mungkin untuk melakukukan perhitungan jika data dasar mengenai
jumlah laki-laki dan jumlah perempuan tidak tersedia. Artinya kita dapat mengubah proporsi
maskulinitas menjadi rasio jenis kelamin atau persentase kelebihan (atau defisit) laki-laki, atau
sebaliknya.
Terakhir diperbaharui: Minggu, 25 Maret 2018, 18:46
Terakhir diperbaharui: Kamis, 20 September 2018, 14:11

Anda mungkin juga menyukai