Disusun oleh:
LUKMANUL HAKIM
NPM. 250120160023
A. Latar Belakang
halaman, berisikan 17 tujuan (goals), 169 sasaran pembangunan dan 230 indikator. Tujuh
belas tujuan dengan 169 sasaran diharapkan dapat menjawab ketertinggalan pembangunan
negara–negara di seluruh dunia, baik di negara maju (konsumsi dan produksi yang
pendidikan, perlindungan ekosistem laut dan hutan, perkotaan, sanitasi dan ketersediaan
air minum).
Salah satu perubahan mendasar yang dibawa oleh SDGs adalah prinsip “tidak ada
seorang pun yang ditinggalkan” (No one left Behind) yaitu SDGs harus memberi manfaat
bagi semua terutama yang rentan dan pelaksanaannya melibatkan semua pemangku
dan antar–warga negara. SDGs berlaku untuk semua (Universality) negara–negara anggota
PBB, baik negara maju, miskin, dan negara berkembang. SDGs juga mengandung prinsip
Integrasi (Integration) dimana SDGs dilaksanakan secara terintegrasi dan saling terkait
Selain itu, dalam SDGs tidak hanya memuat Tujuan (Goals) tetapi juga memuat
SDGs dapat mudah dipahami dan diterapkan oleh semua negara dengan target – target
juga teman seiring. Namun, dalam hal keberlanjutan, ekologi dan konservasi
terlambat sekitar 8 sampai 10 tahun. Berkaca dari kegagalan tersebut, saat ini Indonesia
melibatkan semua pihak (pemerintah, parlemen, organisasi masyarakat sipil dan media,
filantropi dan bisnis, pakar dan akademisi) untuk bersinergi sesuai peran, fungsi dan
kemampuan para pihak. Selain itu, ditetapkan pula langkah-langkah pelaksanaan SDGs
pemerintah daerah karena pemerintah kota dan kabupaten (a) berada lebih dekat dengan
warganya; (b) memiliki wewenang dan dana; (c) dapat melakukan berbagai
inovasi; serta (d) ujung tombak penyedia layanan publik dan berbagai kebijakan
Tujuan 13 dalam Dokumen SDGs : Transforming our world: the 2030 Agenda for
Sustainable Development adalah aksi terhadap perubahan iklim dan dampaknya yang
strategi nasional.
peringatan dini
Selain itu, terdapat dua perangkat implementasi target aksi terhadap perubahan iklim,
yaitu:
Change (Konvensi Kerangka Kerja PBB untuk Perubahan Iklim) untuk tujuan
mobilisasi bersama $100 milyar setiap tahun pada tahun 2020 dari semua sumber
yang bermakna dan transparan dalam implementasi dan operasional penuh the Green
13.b Mendorong mekanisme untuk meningkatkan kapasitas untuk rencana dan tata kelola
perubahan iklim yaitu dengan mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) dan partisipasi
UNFCC). Pemerintah Republik Indonesia (RI) telah berkomitmen akan mengurangi emisi
GRK sebesar 29% pada tahun 2030 dengan upaya sendiri atau sebesar 41% dengan
dukungan internasional. Hal ini merupakan komitmen yang tinggi yang dicanangkan
pemerintah karena memang sesuai dengan amanat Undang-undang Nomor 32 Tahun 2009
tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup bahwa negara wajib menjamin
ketersediaan lingkungan hidup yang baik dan sehat bagi warga negaranya
Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun 2011 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan
Emisi Gas Rumah Kaca. Pasal 6 Perpres 61 tahun 2011 menyebutkan bahwa (1) Untuk
Salah satu provinsi yang berkomitmen dan berkontribusi aktif dalam merespon isu-isu
perubahan iklim adalah Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng). Hal ini dapat diidentifikasi
Degradation (REDD+) dan dukungan dari seluruh elemen masyarakat melalui program
Kalteng Green Province. Untuk memperkuat komitmen yang telah ada, dibentuk juga
Dewan Daerah Perubahan Iklim (DDPI) Provinsi Kalimantan Tengah yang mirip dengan
DDPI dimandatkan untuk merumuskan strategi tingkat provinsi yang terkait dengan
yang berhubungan dengan adaptasi, mitigasi dan adopsi teknologi; merancang strategi
pengukuran, pelaporan dan verifikasi terhadap proyek dan peraturan terkait; serta
Emisi GRK Provinsi Kalimantan Tengah berasal dari 3 (tiga) bidang yaitu 1)
Limbah. Besarnya emisi GRK dari sektor berbasis lahan dimana pada tahun 2010 emisi
GRK yang dihasilkan mencapai sekitar 548 juta ton CO₂-eq. Gambar 1 dibawah ini
menggambarkan kontribusi per bidang untuk tahun 2010 di Provinsi Kalimantan Tengah.
60
40
20
0.37 0.06
0
Berbasis Lahan Berbasis energi Pengolahan limbah
Sumber Emisi
Gambar 1. Porsi penyumbang emisi dari masing-masing bidang pada 2010 (sumber : Bappenas, 2015)
Hasil proyeksi baseline emisi GRK Provinsi Kalimantan Tengah tahun 2020 tanpa
intervensi aksi mitigasi, bidang berbasis lahan masih menempati porsi penyumbang emisi
GRK terbesar sebanyak 99,57%. Sedangkan bidang berbasis energi dan limbah secara
berturut-turut menyumbang 0,37% dan 0,06% dari total baseline emisi GRK 2020 di
berbasis lahan yang diakibatkan dari perubahan fungsi tutupan hutan yang terjadi secara
masif beberapa dekade sebelumnya sampai saat ini. Luasnya lahan gambut yang hampir
seperlima dari luas provinsi kalimantan tengah dimana kawasan ekosistem tersebut
memiliki potensi karbon tersimpan dan teremisi yang tinggi akibat kebakaran yang hampir
terjadi setiap tahunnya dan juga akibat dekomposisi gambut. Selain itu, pertambahan
produksi limbah juga meningkat. Total emisi dari sektor berbasis lahan dapat dilihat pada
tabel 1.
menurunkan emisi GRK yaitu dengan menyusun Rencana Aksi Daerah penurunan emisi
Gas Rumah Kaca (RAD-GRK). RAD-GRK merupakan perencanaan yang harus disusun
dalam melaksanakan ketentuan yang tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 61 Tahun
merespon dan mengurangi dampak perubahan iklim di Provinsi Kalteng. Dokumen ini
merupakan salah satu penjabaran kewenangan Gubernur Kalteng yang telah berkomitmen
Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 36 Tahun 2012 tanggal 14 Desember 2012. RAD-
GRK disusun untuk perencanaan sampai dengan tahun 2020. Kegiatan RAD-GRK
meliputi bidang : (a) Pertanian; (b) Kehutanan dan Lahan Gambut; (c) Energi dan
Transportasi; (d) Industri; (e) Pengolahan Limbah; (f) Kegiatan pendukung lain.
daerah, kebijakan dan rencana strategis daerah. Selain itu, RAD-GRK tidak menghambat
RAD-GRK merupakan rencana aksi yang terintegrasi antar sektor dan melibatkan seluruh
mengarahkan dan menetapkan berbagai program dan kegiatan yang dilengkapi dengan
sasaran, indikator kinerja dan pembiayaan ke dalam Rencana Kerja Perangkat Daerah
(RPJMD) dan RKPD Kabupaten/Kota untuk mendukung penurunan Emisi Gas Rumah
Kaca.
daerah. RAD-GRK berisi upaya-upaya penurunan emisi GRK yang bersifat multisektor
Konsolidasi Hasil
Data dan Informasi Pokja
Persiapan Awal Umum
a. Sidang Pleno Tim 15. Draft
Pembentukan Tim Data dan Informasi Penghitungan
Sidang Pleno Tim Teknis b. Konsultasi Publik naskah
Emisi Baseline
Peraturan
Penetapan Skala
Pendataan Usulan Aksi Gubernur
Prioritas
Identifikasi Awal kelembagaan Mitigasi 16. penetapan
publik Peraturan
gubernur
Persiapan Teknis Pendataan Pemetaan tentang RAD-
Penentuan Target
kelembagaan Kelembagaan GRK
Reduksi Emisi GRK
masyarakat dan Daerah 17. Sosialisasi
Konsutasi Publik pelaku usaha RAD-GRK
Formulasi strategi
implementasi RAD-
GRK
1-2 Bulan 2-3 Bulan 2-3 Bulan 2-3 Bulan 1 Bulan
pada prinsip penyusunan Rencana Aksi Nasional Gas Rumah Kaca (RAN-GRK), yaitu :
1. RAD-GRK merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Strategi pembangunan
daerah dan meningkatkan keterlibatan semua pihak dalam rencana aksi yang telah
ditetapkan waktunya.
Sejak terbitnya Perpres nomor 61 tahun 2011 dan ditindaklanjuti oleh Peraturan
Gubernur Kalteng nomor 36 Tahun 2012, proses internalisasi program yang terkait dengan
isu perubahan iklim dan penurunan emisi GRK baru dapat dilaksanakan pada Rencana
Kerja Perangkat Daerah (RKPD) Provinsi dan Kabupaten/kota pada tahun 2014. Alur
relasi proses perencanaan pembangunan dengan RAD-GRK dapat dilihat pada gambar 3.
Memperhatikan alur relasi proses pada Gambar 3, dalam penyusunan RAPBD tahun
Gambar 3. Alur Relasi Proses perencanaan pembangunan dan RAD-GRK di Provinsi
dan Kabupaten/Kota (Sumber : Jagau dkk, 2015)
2014 baik pada tingkat provinsi dan kabupaten, amanat RAN GRK dan RAD GRK
seharusnya dirangkum dalam Kebijakan Umum Anggaran 2014 baik di Provinsi maupun
Kabupaten. Hasil kajian Jagau, dkk. (2015) menemukan bahwa program/kegiatan yang
tersusun di dalam RKPD tingkat provinsi yang masih belum secara sistematis mendukung
upaya penurunan emisi GRK terdeteksi di dalam dokumen Kebijakan Umum Anggaran –
Program Prioritas Anggaran (KUA-PPA) tahun 2014 yang dibahas pada tahun 2013 ketika
penyusunan RAPBD 2014. Di dalam dokumen tersebut dipaparkan program prioritas yang
akan ditetapkan pada tahun 2014. Di dalam dokumen KUA-PPA 2014 memang belum
dijabarkan secara eksplisit prioritas program yang diarahkan dalam upaya penurunan emisi
GRK.
Sementara itu, pada tahun yang sama (tahun 2013) ketika Pemerintah Kabupaten
menyusun RAPBD 2014, KUA-PPA tidak memaparkan secara eksplisit prioritas program
yang diarahkan dalam upaya penurunan emisi GRK. Fakta disebabkan oleh:
a. Isu perubahan iklim dan penurunan emisi GRK yang tertuang dalam RAD-GRK belum
instruksi dari Pemerintah Provinsi yang menginstruksikan agar RAD GRK harus
kabupaten/kota.
pengurangan emisi dari Degradasi dan deforestasi hutan, memiliki kesempatan banyak
untuk membangun kelembagaan yang menyangkut : Organisasi, aturan dan sumber dana
secara lebih baik dan optimal dengan dukungan para pihak. Kegiatan tersebut sementara
ini didukung oleh adanya Komisi Daerah REDD+ yang diketuai oleh Gubernur dan para
Pada tahun 2010, Gubernur Kalimantan Tengah juga telah mengeluarkan Surat
Keputusan mengenai Pembentukan Dewan Daerah tentang Perubahan Iklim. Kebijakan ini
relevan dengan hal-hal yang berkaitan dengan tanah adat dan masyarakat adat, yang
merupakan dua isu penting yang membutuhkan perhatian khusus dari pemerintah,
beberapa peraturan lain yang relevan dengan penurunan emisi GRK dan REDD+, yaitu: (i)
Surat Keputusan Gubernur tentang Status, Posisi dan Fungsi Lembaga Kedamangan
(Kedamangan merupakan lembaga adat antar desa yang terlibat dalam tata kelola sumber
daya alam); (ii) Peraturan Daerah Provinsi tentang Penetapan Wilayah Kedamangan dan
Kewajiban Kepala Damang; (iii) Peraturan Daerah Provinsi tahun 2008 tentang Lembaga
Adat Masyarakat Dayak; dan (iv) Surat Keputusan Gubernur tentang Tanah Adat dan Hak
provinsi. Dengan adanya RAD tersebut, pemerintah harus mengalokasikan dana khusus
untuk kegiatan mitigasi perubahan iklim. Selain itu, dana untuk mitigasi perubahan iklim
dari pemerintah pusat juga telah masuk dalam program pembangunan dan memiliki alokasi
anggaran khusus.
dikelompokkan menjadi 3 (tiga) bidang, yaitu: (i) bidang mitigasi; (ii) bidang adaptasi; dan
(iii) bidang pendukung untuk memperkuat upaya mitigasi dan adaptasi seperti penguatan
data dan informasi, peningkatan iptek, kajian, dan koordinasi pelaksanaan. Pendanaan
dari APBN), APBD, hibah luar negeri, dana perwalian, dan swasta/masyarakat. Pada saat
ini, Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) telah membantu pelaksanaan RAN /
RAD-GRK dengan membantu berbagai pilot kegiatan untuk dapat diperluas penerapannya
melalui Kementerian/Lembaga terkait. Pada saat ini sesuai dengan semangat kemandirian
nasional, ICCTF telah menjadi Lembaga Wali Amanah (LWA) Nasional, sesuai dengan
(1) Sektor tertutup (closed sector). Sektor ini disebut sektor tertutup, karena pada sektor
baseline emisi GRK dan opsi mitigasinya, dimana secara administratif dan teknis
sektor ini merupakan kewenangan penuh daerah. Sektor yang termasuk ke dalam
tabel 2.
(2) Sektor terbuka (open sector). Sektor ini disebut sektor terbuka karena pada sektor
ini, penyusunan baseline emisi GRK dan opsi mitigasi yang sifatnya lintas daerah atau
sektor industri dan sektor transportasi. Pada sektor ini, Pemerintah provinsi memiliki
keterbatasan dalam pelibatan penyusunan baseline emisi GRK dan opsi mitigasinya.
Peran daerah adalah penyediaan data-data yang diperlukan untuk menyusun baseline
emisi GRK, pada tahap implementasi dan reporting. Contohnya yang langsung
ditangani oleh pusat adalah sektor industri dan transportasi; Rencana Aksi mitigasi
sektor Industri dan sektor Transportasi dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4.
campuran (mixed sector). Sektor campuran adalah sektor yang sulit dibagi
kewenangannya antara pusat dan daerah. Pusat memiliki otoritas pada sektor ini, tetapi
kebijakan akan sangat besar. Karena itu, sektor ini melibatkan koordinasi bersama
emisi. Kategori sektor campuran terdiri dari sektor kehutanan, lahan gambut dan
Tabel 4. Rencana aksi mitigasi pada sektor Transportasi
pertanian. Dari ketiga sektor program
(Sumberrencana
: RAD-GRKaksi tersebut,
Kalteng, 2012) maka REDD+ berperan
untuk mendukung sektor yang bersifat campuran (mixed sector) yaitu sektor
penggunaan lahan dan praktek pertambangan dan perkebunan yang ramah lingkungan.
SDGs 13 tentang Aksi terhadap Perubahan Iklim yaitu dengan menyusun Rencana
Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) periode 2010 –
2020 pada tahun 2012. RAD-GRK dibuat dalam rangka melaksanakan amanat
2014 yang ada di RKPD baik provinsi dan kabupaten belum semuanya terprogram.
Hal ini karena belum dipahaminya secara utuh dan lengkap tentang perubahan
iklim dan upaya mengatasinya serta dampak dari upaya yang dilakukan.
5. Rencana aksi mitigasi perubahan iklim di Provinsi Kalimantan Tengah dibagi atas
tiga sektor yaitu sektor terbuka, sektor tertutup dan sektor campuran dengan
prioritas pada sektor berbasis lahan (kehutanan, lahan gambut dan pertanian).
Enam peluang utama yang dapat menurunkan emisi yaitu kepemilikan tanah dan
Bappenas. 2011. Pedoman Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas
Rumah Kaca. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional. Jakarta:
http://old.bappenas.go.id/files/5413/5270/1901/buku-pedoman-rad-
grk__20120119105636__0.pdf
Bappenas. 2014. Potret Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-
GRK). Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan
Pembangunan Nasional. Jakarta:
Bappenas. 2015. Kalimantan Tengah : Menuju Pertumbuhan Ekonomi Hijau. Kementerian
Perencanaan Pembangunan Nasional / Badan Perencanaan Pembangunan Nasional,
Pemerintah Provinsi Kalimantan Tengah, Global Green Growth Institute. Jakarta:
Darajati, Wahyuningsih. 2016. Upaya Pencapaian Target Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan (TPB) Indonesia. Kementerian PPN/Bappenas. Jakarta: materi
presentasi disampaikan pada Kegiatan Jaring Masukan Kontribusi WIPO untuk
Pencapaian SDGs, Jakarta, 29 Juni 2016.
http://sdgcenter.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2016/07/Wahyuningsih-Darajati-
Upaya-Pencapaian-Target-SDGs.pdf diakses tanggal 29 Nopember 2016.
Hoelman, Mickael B,. Bona Tua Parlinggoman Parhusip, Sutoro Eko, Sugeng Bahagijo,
Hamong Santono. 2015. PANDUAN SDGs Untuk Pemerintah Daerah (Kota dan
Kabupaten) dan Pemangku Kepentingan Daerah. INFID : International NGO
Forum on Indonesian Development). Jakarta:
http://infid.org/wp-content/uploads/2015/11/Buku_PANDUAN-SDGs.pdf
Jagau, Yusirum, Bismart Ferry Ibie, Andi Kiki. 2015. Kajian Kesesuaian Rencana Aksi
Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) Ke dalam Rencana Kerja Pembangunan
daerah (RKPD) Di Kalimantan Tengah. Kemitraan Partnership. Jakarta:
(http://www.kemitraan.or.id/environment/admin/assets/uploads/file/2014/10/Kajian_
Kesesuaian_Rencana_Aksi_Daerah_Gas_Rumah_Kaca.pdf ). Diakses tanggal 29
Nopember 2016.
Krisnawati, H., Adinugroho, W.C., Imanuddin, R. dan Hutabarat, S. 2015. Pendugaan
Emisi Gas Rumah Kaca Tahunan dari Hutan dan Lahan Gambut di Kalimantan
Tengah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Konservasi dan Rehabilitasi, Badan
Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, Bogor, Indonesia.
Mitchell, Bruce., B. Setiawan, Dwita Hadi Rahmi. 2010. Pengelolaan Sumberdaya dan
Lingkungan. Gadjah mada University Press-Cetakan ke 4. Yogyakarta:
Rusan, Ahim., Yusurum Jagau, Uras Tuntalo, Bismart Ferry Ibie, Yusuf Aguswan, Alue
Dohong, Mariaty A. Niun, Erni H. Lambung, Humala Pontas, Matius Hosang,
Marline, Rio Jeneiro, Edy Subahani, Alfianus G. Rinting, Mastuati, Dimas N.
Hartoyo. 2013. Strategi Daerah REDD+ Kalimantan Tengah. Palangkaraya: Badan
Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Kalimantan Tengah.
http://www.gcftaskforce.org/documents/Strada_central_kalimantan_2014_ID.pdf
United Nations (UN). 2015. Transforming our world: the 2030 Agenda for Sustainable
Development. Resolution of 70th. General Assembly United Nations Volume I :
A/RES/70/1. New York :
https://sustainabledevelopment.un.org/post2015/transformingourworld. diakses
tanggal 29 Nopember 2016.
Peraturan Perundang-undangan
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan dan
Pengelolaan Lingkungan Hidup.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2011 Tentang Rencana Aksi
Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK)
Peraturan Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 36 Tahun 2012 Tentang Rencana Aksi
Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK).