Anda di halaman 1dari 6

DUKUNGAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

DALAM KEBERHASILAN SDGs 13 (CLIMATE ACTION)

Perubahan Iklim mulai menjadi perhatian masyarakat global pada saat diadakannya First

World Climate Conference pada 12 – 13 Februari 1979 di Jenewa, konfrensi ini memberi

pandangan kepada masyarakat global mengenai peran manusia dalam perubahan iklim serta

menjadi dasar bagi Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam membentuk Intergovenmental Panel on

Climate Change (IPCC) pada 1988 yang bertugas mempelajari secara lebih mendalam mengenai

Perubahan Iklim (Childress, 2012).

Dalam Konvensi The United Nation Sustainable Development Summit yang dilaksanakan

pada 2015 di New York, semua Negara yang hadir telah menyepakati agenda pembangunan

berkelanjutan dengan visi holistik dan universal yang dikenal dengan Sustainable Development

Goals (SDGs). SDGs merupakan visi terhadap keadaan dunia pada tahun 2030 yang berisikan 17

tujuan utama dan 169 target tujuan. Perhatian masyarakat global mengenai Perubahan Iklim

diwujudkan dalam SDGs 13 yaitu Aksi Mendesak untuk Memerangi Perubahan Iklim dan

dampaknya. Dalam sdg2030indonesia.org, Tujuan 13 memiliki 5 target tujuan yaitu :

13.1 Menguatkan daya tahan dan kapasitas adaptasi terhadap bahaya hal-hal yang

berkaitan dengan iklim dan bencana alam di semua negara.

13.2 Mengintegrasikan ukuran perubahan iklim ke dalam kebijakan, strategi dan

perencanaan nasional.

13.3 Memperbaiki pendidikan, penyadaran dan juga kapasitas baik manusia maupun

institusi terhadap mitigasi perubahan iklim, adaptasi, pengurangan dampak dan

peringatan dini.
13.a Mengimplementasikan komitmen negara maju dalam UNFCCC untuk mobilisasi

bersama $100 milyar/tahun pada tahun 2020 dari segala sumber untuk memenuhi

kebutuhan negara-negara berkembang dalam konteks aksi mitigasi dan transparansi

terhadap implementasinya dan secara penuh mengoperasionalisasikan Dana Iklim

Hijau.

13.b Mendukung mekanisme peningkatan kapasitas untuk perencanaan dan manjemen

terkait perubahan iklim yang efektif di negara-negara kurang berkembang dan

negara berkembang dengan berfokus pada perempuan, remaja, dan masyarakat

lokal dan marjinal.

Keberhasilan pelaksanaan SDGs memiliki keterkaitan antara tujuan yang satu dengan
lainnya (interlinkages). Interlinkages antara Tujuan 13 dengan tujuan lainnya sangat kompleks,
salah satu Tujuan yang berperan dalam mendukung keberhasilan semua target SDGs 13 adalah
SDGs 14.5 yaitu Konservasi 10% area pesisir dan laut seperti yang dapat dilihat pada Gambar
dibawah ini.

Gambar 1. Interlinkages SDGs 13 dengan SDGs 14


Sumber : https://sdginterlinkages.iges.jp/
Pengukuran Emisi Gas Rumah Kaca di Indonesia

Sejak tahun 2011, Pemerintah Indonesia sudah mulai menujukkan perhatian pada

permasalahan perubahan iklim dengan mengeluarkan Peraturan Presiden No 61 Tahun 2011

tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Gas Rumah Kaca (RAN-GRK). Penerbitan RAN-GRK

ini menjadi pedoman bagi Kementerian/Lembaga untuk melakukan perencanaan, pelaksanaan dan

monitoring evaluasi rencana aksi penurunan emisi GRK serta sebagai pedoman Pemerintah Daerah

dalam penyusunan RAD-GRK.

Pada Tahun 2015, dibentuk Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (Ditjen PPI)

dibawah Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang bertugas dalam penyelenggaraan

mitigasi, adaptasi, penurunan emisi GRK, penurunan dan penghapusan bahan perusak ozon,

inventarisasi GRK serta pengendalian kebakaran hutan. Pembentukan Ditjen PPI ini menjadi

harapan baru implementasi nasional kegiatan pengendalian perubahan iklim di Indonesia

(ditjenppi.menlhk.go.id).

Sesuai dengan Target SDGs 13.2, setiap tahunnya Ditjen PPI mengeluarkan Laporan

Inventarisasi GRK serta Monitoring, Pelaporan dan Verifikasi emisi GRK di Indonesia. Laporan

ini menunjukkan perhitungan tingkat emisi GRK dari beberapa sektor seperti sektor Energi,

Kehutanan, Industri, Limbah dan Pertanian. Dengan adanya laporan ini, diharapkan Pemerintah

Indonesia mengetahui sektor mana yang mengeluarkan emisi paling besar, sektor mana yang

berhasil menurunkan emisi serta langkah apa yang telah diambil dalam mengurangi tingkat emisi

pada sektor tersebut. Sayangnya laporan ini masih menitikberatkan penurunan emisi/serapan GRK

pada sektor darat dan belum memasukkan perhitungan dalam sektor kelautan dan perikanan.
Dukungan Kawasan Konservasi Perairan dalam Mitigasi Perubahan Iklim

Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia dengan total 17.499 pulau. Total

wilayah Indonesia mencapai 7,81 Juta Km2 yang terdiri dari wilayah lautan seluas 3,25 Juta Km2,

Zona Ekonomi Eksklusif seluas 2,55 Juta Km2 dan wilayah daratan seluas 2,01 Juta Km2 (Pratama,

2020). Selain memiliki wilayah laut yang luas, posisi geografis Indonesia yang terletak di garis

khatulistiwa juga menjadikan Indonesia sebagai pusat keanekaragaman hayati dunia.

Sejalan dengan implementasi SDGs 14.5 yaitu melakukan konservasi 10% area pesisir laut,

Pemerintah Indonesia hingga akhir Desember 2019 telah memiliki kawasan konservasi perairan

seluas 23,14 Juta Hektar atau sekitar 7,12% dari luas perairan yang dimiliki. Kementerian Kelautan

dan Perikanan menargetkan terbentuknya kawasan konservasi perairan baru seluas 9,36 Juta

Hektar pada tahun 2030 sehingga dapat mencapai target 10% dari SDGs 14.5 (Pratama, 2020).

Dukungan SDGs 14.5 terhadap keberhasilan SDGs 13 (Climate Action) dapat dilihat dari

fungsi ekosistem pesisir dalam menyerap karbon. Menurut Kawaroe dkk (2016) Ekosistem bakau

dan lamun merupakan vegetasi pesisir yang berperan sebagai carbon sink, akan tetapi pengurangan

luas habitat pesisir saat ini sangat memprihatinkan dengan laju degradasi empat kali lebih cepat

daripada hutan darat. Kawasan Konservasi Perairan yang dibentuk dengan tujuan melindungi

sumberdaya ekosistem pesisir laut secara langsung mendukung aksi mitigasi perubahan iklim

terutama dengan adanya perlindungan terhadap ekosistem lamun dan bakau.

Wahyudi, et al (2020) telah melakukan riset untuk memperkirakan stok karbon dan laju

sekuestrasi padang lamun di Indonesia dengan formula analisis statistik menggunakan kerapatan,

tutupan dan biomassa lamun. Hasil riset ini memperkirakan stok karbon bagian atas, bawah dan

kapasitas sekuestrasi lamun di Indonesia secara berturut-turut sebesar 80-314 ktC, 196-696 ktC

dan 1,6 – 7,4 MtC/tahun. Perkiraan potensi stok dan laju sekuestrasi karbon padang lamun di
Indonesia ini dapat memberikan informasi kepada Pemerintah Indonesia mengenai pentingnya

perlindungan pada habitat ekosistem pesisir. Hal ini dikarenakan, menurut Rustam dkk (2019)

padang lamun yang dalam kondisi alaminya berperan sebagai penyerap karbon jika terjadi

perusakan habitat maka stok karbon yang selama ini terserap dalam sedimen dan biomassa lamun

akan terlepas ke udara dan mengakselerasi perubahan iklim.

Sektor Kelautan dan Perikanan Indonesia yang selama ini belum dilibatkan secara resmi

dalam perhitungan upaya mitigasi perubahan iklim ternyata menyimpan potensi penyerapan

karbon yang tidak kalah besar dari sektor kehutanan dan energi. Kawasan Konservasi Perairan

yang dikelola secara berkelanjutan sehingga menjamin kelestarian ekosistem pesisir seperti Lamun

dan Mangrove dapat dimanfaatkan oleh Pemerintah Indonesia untuk secara langsung mendukung

keberhasilan tujuan SDGs 13 di tahun 2030.

Penulis : Indri Widhiastuti


DAFTAR PUSTAKA

Childress, Sarah. 2012. Timeline : The Politics of Climate Change.

<https://www.pbs.org/wgbh/frontline/article/timeline-the-politics-of-climate-change/>

[diakses 14 November 2020].

Ditjenppi.menlhk.go.id. Tentang Kami. <http://ditjenppi.menlhk.go.id/tentang-kami-

ppi/pengantar.html> [diakses 18 November 2020].

Kawaroe, Mujizat, Aditya Hikmat Nugraha dan Juraij. 2016. Ekosistem Padang Lamun. Bogor :
IPB Press.
Pratama, Oki. 2020. Konservasi Perairan Sebagai Upaya Menjaga Potensi Kelautan dan Perikanan
Indonesia. <https://kkp.go.id/djprl/artikel/21045-konservasi-perairan-sebagai-upaya-
menjaga-potensi-kelautan-dan-perikanan-indonesia#:~:text=Indonesia%20merupakan
%20negara%20kepulauan%20terbesar,km2%20adalah%20Zona%20Ekonomi%20Eksklusi
f.> [diakses 19 November 2020].
Rustam, Agustin., dkk. 2019. Pedoman Pengukuran Karbon di Ekosistem Padang Lamun.
Bandung : ITB Press.
Sdg2030indonesia.org. Tujuan 13. <https://www.sdg2030indonesia.org/page/21-tujuan-
tigabelas> [diakses 19 November 2020].
Sdginterlinkages.iges.jp. SDG Interlinkages Analysis & Visualisation Tool (V3.0).
<https://sdginterlinkages.iges.jp/visualisationtool.html>. [diakses 17 November 2020].
Wahyudi, Aan J., Wahyudi, A.J., Rahmawati, S., Irawan, A., Hadiyanto, H., Prayudha, B., Hafizt,
M., Afdal, A., Adi, N.S., Rustam, A.,Hernawan, U.E., Rahayu, Y.P., Iswari, M.Y.,
Supriyadi, H.I., Solihudin, T., Ati, R.N.A., Kepel, T.L., Kusumaningtyas, M.A., Daulat, A.,
Salim, H.L., Sudirman, N., Suryono, D.D., Kiswara, W. 2020. Assesing carbon stock and
sequestration of the tropical seagrass meadow in Indonesia. Ocean Sci. J., 55(1):85-97.

Anda mungkin juga menyukai