9 roadmap proklim)
Kampung Iklim adalah lokasi yang berada di wilayah administrative paling rendah
setingkat rukun warga atau dusun dan paling tinggi setingkat kelurahan atau desa, atau
wilayah yang masyarakatnya telah melakukan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan
iklim secara berkesinambungan.
Secara konseptual, suatu kampung iklim terdiri dari masyarakat dan lingkungannya yang
diharapkan memiliki ketahanan terhadap perubahan iklim yang sedang dan akan
berlangsung. Guna meningkatkan ketahanan tersebut, maka suatu kampung iklim
seyogyanya mempunyai upaya-upaya dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
sehingga dampak akibat perubahan iklim dapat diminimalisir sekaligus mengurangi emisi
gas rumah kaca pada skala tapak.(hal.12)
upaya adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dapat dilaksanakan melalui kegiatan
antara lain:
Kegiatan yang terkait dengan upaya mitigasi perubahan iklim sesungguhnya telah banyak
dilaksanakan pada lokasi-lokasi yang memiliki kearifan lokal yang tinggi, seperti yang
masih berjalan pada beberapa daerah di Maluku, Papua, Bali dan Jawa. Pada dasarnya
upaya mitigasi merupakan kegiatan pencegahan penyebab perubahan iklim sekaligus
mengurangi peningkatan emisi gas rumah kaca ke atmosfer. (hal.15)
Kegiatan mitigasi di tingkat tapak dapat dimulai dari hal-hal sederhana di lingkungan
sekitar rumah sampai dengan yang dilaksanakan secara berkelompok dengan melibatkan
warga di lokasi kampung iklim. Perilaku hemat energi, transportasi hijau, pengelolaan
sampah, penanaman pohon serta pengendalian kebakaran lahan dan hutan yang melibatkan
masyarakat adalah contoh kegiatan mitigasi di tingkat tapak yang perlu terus
dikampanyekan kepada seluruh pihak. (hal.15)
Program Kampung Iklim yang diluncurkan pertama kali tahun 2011 telah berkembang dan
mendapat tanggapan positif dari berbagai pihak. Hingga tahun 2017 tercatat sebanyak
1.375 lokasi yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia telah diusulkan sebagai kampung
iklim, sebagaimana terlihat dalam Gambar dibawah.
ProKlim yang dikembangkan sejak tahun 2011 dan mulai dilaksanakan di tahun 2012
mendapat respon positif dari masyarakat, kelompok masyarakat, pegiat lingkungan,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), perusahaan hingga pemerintah
provinsi/kabupaten/kota. Hal ini tercermin dari aktifnya komunitas dalam melakukan
upaya adaptasi dan mitigasi pada tingkat tapak dan memperkuat aspek keberlanjutan baik
oleh kelompok masyarakat, LSM dan perusahaan. (hal.30)
Kendala Proklim
Program Kampung Iklim sebagai salah satu upaya adaptasi perubahan iklim di tingkat
tapak masih menemui kendala, seperti adanya pro-kontra di masyarakat. Banyak
masyarakat enggan melakukan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim maupun
kegiatan lingkungan lain karena hasilnya tidak bisa dirasakan secara langsung.
”Hasil dalam melakukan kegiatan Proklim memang tidak bisa langsung didapat sehingga
memunculkan komentar negatif. Permasalahan lainnnya adalah kejenuhan di masyarakat.
Ini menjadi tantangan bagaimana kami menjaga semangat masyarakat untuk selalu
berinovasi,” ujarnya dalam webinar bertajuk ”Siap Kampung Iklim 2021”, Rabu
(24/3/2021).
Menurut Arief, pengurus Proklim di setiap wilayah memiliki tugas untuk mengubah pola
pikir dan pengetahuan masyarakat dalam aksi adaptasi maupun mitigasi perubahan iklim.
Sebab, seluruh kegiatan Proklim baru dapat berjalan optimal jika pola pikir masyarakat
untuk senantiasa menjaga dan mengubah lingkungan telah terbangun.
Dalam melakukan aksi adaptasi perubahan iklim, Proklim Lestari Ngadirejo melakukan
kegiatan pemanenan air hujan untuk mengurangi dampak bencana hidrometeorologi
ataupun gagal panen. Mereka juga membuat peresapan air yang digunakan untuk sumber
air tanah, wisata mangrove, dan menjaga hasil panen.
Dalam mencapai target pembentukan Proklim hingga 20.000 lokasi pada 2024, kata
Tantri, perlu adanya sinergi antar-program di lingkup KLHK. Sinergi itu mencakup, antara
lain, kegiatan perhutanan sosial, kalpataru, desa penyangga kawasan konservasi,
masyarakat peduli api, desa rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), penyuluh
kehutanan, dan adipura.
Tantri menjelaskan, secara umum, Proklim dapat dibentuk jika sudah ada aksi lokal
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim pada lokasi yang diusulkan dan dilaksanakan secara
berkelanjutan selama lebih dari dua tahun. Selain itu, telah terbentuk juga kelembagaan
kelompok masyarakat sebagai penggerak kegiatan dan berjalan secara aktif.
”Jika ingin berpartisipasi, yang harus dilakukan adalah perlu mengidentifikasi kerentanan
dan risiko perubahan iklim terhadap wilayah yang ada di sekitar kita. Harus diidentifikasi
juga sumber emisi gas rumah kaca di tempat kita berasal dari mana saja,” katanya.
Sementara komponen aksi Proklim di sektor adaptasi yang dapat dilakukan yakni
peningkatan ketahanan pangan, pengendalian penyakit terkait iklim, serta pengendalian
kekeringan, banjir, dan longsor.
RAN-API
RAN API merupakan dokumen yang akan menjadi acuan utama dalam merencanakan upaya
adaptasi perubahan iklim yang tepat sasaran melalui penerapan kriteria adaptif. Dokumen ini
disusun melalui proses ilmiah, inklusif dan iteratif dengan memperhatikan karekteristik
sektor dan wilayah melalui kajian ilmiah yang diperkuat dengan pengalaman dan praktik di
tingkat tapak dari berbagai pihak.
RAN-API memiliki rencana strategis nasional yang mencagkup 4 sektor prioritas untuk
Adaptasi Perubahan Iklim yaitu Sektor Kelautan dan Pesisir, Air, Pertanian dan Kesehatan
serta terdapat 4 (empat) klaster strategi adaptasi yaitu infrastruktur, teknologi, peningkatan
kapasitas, dan tata kelola yang perlu dikembangkan pada masing-masing sector prioritas.
Dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan ikut serta dalam strategi pelindungan
sector kelautan dan pesisir.
RAN-API dimaksudkan sebagai dokumen implementasi dari RPJMN 2020-20244 pada
Prioritas PN-6 dan Program Prioritas 2 yaitu Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim.
Dokumen ringkasan eksekutif RAN API dapat dikatakan masih merupakan draft zero dari
kaji ulang RAN API. Hal tersebut terlihat dari matriks adaptasi yang ditawarkan masih sangat
umum/belum spesifik adaptasi dan banyak kriteria serta intervensi yang tidak sesuai dengan
definisi adaptasi itu sendiri.
Aksi adaptasi di setiap sektor prioritas melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk
pemerintah pusat dan daerah yang memiliki kewenangan langsung terkait dengan sektor
prioritas. Untuk mengembangkan aksi adaptasi, setiap sektor prioritas memiliki strategi dan
strategi penyampaian yang spesifik.
Sektor Air
Strategi
Pengelolaan sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan untuk mencegah
bencana iklim yang disebabkan oleh kerusakan air.
Infrastruktur
• Pembangunan bendungan.
• Pembangunan bak retensi.
• Pengelolaan vegetasi di daerah hulu.
• Konstruksi dan penyesuaian struktur untuk pemanenan/penyediaan sumber
air bersih alternatif.
Pengelolaan air tawar di wilayah pesisir dengan menyesuaikan lokasi, dimensi, dan
kuantitas berdasarkan ancaman kenaikan muka air laut.
Teknologi
Upaya redistribusi air saat hujan deras di daerah yang berpotensi banjir.
Pemerintahan
Penetapan Kawasan Konservasi Air Tanah (KLA) di DAS, untuk menghijaukan dan
membatasi pemanfaatan hutan di dalam KLA/catchment area.
Pengelolaan sumber daya air untuk meningkatkan ketersediaan air untuk memenuhi
kebutuhan air bagi rumah tangga, pertanian dan industri.
Sektor Pertanian
Strategi
Memperbaiki karakteristik tanah pada lahan kering dan kritis untuk menahan air
dengan lebih baik, melalui konservasi air dan tanah.
Teknologi
Pemerintahan
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan air dan nutrisi untuk
meningkatkan produktivitas tanaman, efisiensi biaya dan mengurangi emisi gas
rumah kaca.
Memperkuat distribusi dan pasar pertanian sesuai dengan strategi pertanian cerdas
iklim.
Strategi
Infrastruktur
Teknologi
Penerapan teknologi survei laut yang mampu mendeteksi stok ikan, menghindari
potensi penurunan hasil tangkapan nelayan akibat perubahan iklim.
Adaptasi terhadap perubahan garis pantai akibat dampak perubahan iklim; desain
inovatif sistem pemantauan dinamika pesisir di wilayah yang memerlukan
perencanaan tata ruang yang mempertimbangkan bahaya kenaikan permukaan laut
dan cuaca ekstrem.
Inovasi desain perahu nelayan kecil yang adaptif dan berbahan fiberglass.
Memberikan mata pencaharian alternatif bagi nelayan kecil yang tidak bisa melaut
akibat gelombang ekstrim.
Pemerintahan
Meningkatkan kapasitas dan akses informasi bagi nelayan kecil dalam membaca
informasi iklim laut.
Sektor Kesehatan
Strategi
Infrastruktur
Teknologi
Memodelkan potensi kejadian penyakit tular vektor (jumlah dan periode infeksi).
Pemerintahan
Pendekatan inklusif dan literatif diterapkan dalam penyusunan RAN API dengan memahami
karakteristik sektor yang terkena dampak melalui pengalaman dan praktik terbaik di tingkat
lokal.
Mekanisme pembiayaan adaptasi perubahan iklim tidak hanya dari APBN dan APBD, tetapi
juga dari mekanisme internasional, baik bilateral maupun multilateral, investasi swasta dan
Corporate Social Responsibility (CSR). Sumber dana internasional tersedia untuk
pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Upaya adaptasi perlu diarusutamakan di semua
sektor pembangunan yang terkena dampak. Pemerintah proaktif (nasional dan lokal) dan
pemangku kepentingan lainnya (sektor swasta, mitra pembangunan, dan masyarakat) penting
untuk mendukung upaya tersebut.
Adapun Kendala yang dialami oleh RAN-API masih belum teridentifikasi dikarenakan belum
dilakukan implementasi secara nyata di masyarakat.