Anda di halaman 1dari 18

Proklim (hal.

9 roadmap proklim)

Program Kampung Iklim (ProKlim) merupakan program berlingkup nasional yang


dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam rangka meningkatkan
keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan lain untuk melakukan penguatan
kapasitas adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan penurunan emisi gas rumah kaca
serta memberikan pengakuan terhadap upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim yang
telah dilakukan yang dapat meningkatkan kesejahteraan di tingkat lokal sesuai dengan
kondisi di masing-masing wilayah.

Kampung Iklim adalah lokasi yang berada di wilayah administrative paling rendah
setingkat rukun warga atau dusun dan paling tinggi setingkat kelurahan atau desa, atau
wilayah yang masyarakatnya telah melakukan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan
iklim secara berkesinambungan.

ProKlim menerapkan konsep pemberdayaan masyarakat (Community Based


Development), dimana kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat beserta institusinya
dalam memobilisasi dan mengelola sumberdaya manusia maupun sumberdaya alam di
dalam desa maupun yang berasal dari luar desa diarahkan untuk memperkuat upaya
adaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan iklim. (hal.12)

Pinsip pemberdayaan masyarakat dalam pelaksanaan ProKlim adalah berbasis masyarakat


(community based), berbasis sumber daya setempat (local resource based) dan
berkelanjutan (sustainable). Kapasitas masyarakat dapat dicapai melalui upaya
pemberdayaan (empowerment) agar anggota masyarakat dapat ikut dalam proses yang
berlangsung atau institusi penunjang dalam proses produksi, kesetaraan (equity) dengan
tidak membedakan status dan keahlian, keamanan (security), keberlanjutan (sustainability)
dan kerjasama (cooperation), yang semuanya berjalan secara simultan.(hal.12)

Secara konseptual, suatu kampung iklim terdiri dari masyarakat dan lingkungannya yang
diharapkan memiliki ketahanan terhadap perubahan iklim yang sedang dan akan
berlangsung. Guna meningkatkan ketahanan tersebut, maka suatu kampung iklim
seyogyanya mempunyai upaya-upaya dalam adaptasi dan mitigasi perubahan iklim
sehingga dampak akibat perubahan iklim dapat diminimalisir sekaligus mengurangi emisi
gas rumah kaca pada skala tapak.(hal.12)
upaya adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dapat dilaksanakan melalui kegiatan
antara lain:

a) Pengendalian kekeringan, banjir dan longsor;


b) Peningkatan ketahanan pangan;
c) Penanganan atau antisipasi kenaikan muka laut, rob, intrusi air laut, abrasi, ablasi
atau erosi akibat angin, gelombang tinggi;
d) Pengendalian penyakit terkait iklim; dan
e) kegiatan kegiatan lain yang terkait dengan upaya peningkatan penyesuaian diri
terhadap perubahan iklim. (hal.14)

Kegiatan yang terkait dengan upaya mitigasi perubahan iklim sesungguhnya telah banyak
dilaksanakan pada lokasi-lokasi yang memiliki kearifan lokal yang tinggi, seperti yang
masih berjalan pada beberapa daerah di Maluku, Papua, Bali dan Jawa. Pada dasarnya
upaya mitigasi merupakan kegiatan pencegahan penyebab perubahan iklim sekaligus
mengurangi peningkatan emisi gas rumah kaca ke atmosfer. (hal.15)

Kegiatan mitigasi di tingkat tapak dapat dimulai dari hal-hal sederhana di lingkungan
sekitar rumah sampai dengan yang dilaksanakan secara berkelompok dengan melibatkan
warga di lokasi kampung iklim. Perilaku hemat energi, transportasi hijau, pengelolaan
sampah, penanaman pohon serta pengendalian kebakaran lahan dan hutan yang melibatkan
masyarakat adalah contoh kegiatan mitigasi di tingkat tapak yang perlu terus
dikampanyekan kepada seluruh pihak. (hal.15)

Program Kampung Iklim yang diluncurkan pertama kali tahun 2011 telah berkembang dan
mendapat tanggapan positif dari berbagai pihak. Hingga tahun 2017 tercatat sebanyak
1.375 lokasi yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia telah diusulkan sebagai kampung
iklim, sebagaimana terlihat dalam Gambar dibawah.
ProKlim yang dikembangkan sejak tahun 2011 dan mulai dilaksanakan di tahun 2012
mendapat respon positif dari masyarakat, kelompok masyarakat, pegiat lingkungan,
Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), perusahaan hingga pemerintah
provinsi/kabupaten/kota. Hal ini tercermin dari aktifnya komunitas dalam melakukan
upaya adaptasi dan mitigasi pada tingkat tapak dan memperkuat aspek keberlanjutan baik
oleh kelompok masyarakat, LSM dan perusahaan. (hal.30)

Sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri LHK No. P.39/Menlhk-Setjen/2015


tentang Rencana Strategis KLHK Tahun 2015-2019, program dan kegiatan Direktorat
Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim (DJPPI) dalam periode ini secara garis besar
diarahkan pada: 1) Meningkatnya efektifitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim; 2)
Menurunnya luas areal kebakaran hutan dan lahan; dan 3) Meningkatnya wilayah yang
memiliki kapasitas adaptasi perubahan iklim. Fasilitasi desa/kelurahan yang menerapkan
Program Kampung Iklim (ProKlim) ditetapkan sebagai salah satu indikator capaian
sasaran peningkatan wilayah yang memiliki kapasitas adaptasi dengan target sebanyak
2.000 desa/kelurahan, yang sekaligus juga dapat berkontribusi terhadap pencapaian
sasaran peningkatan efektifitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim di tingkat tapak.
(hal.5)

Kendala Proklim

Program Kampung Iklim sebagai salah satu upaya adaptasi perubahan iklim di tingkat
tapak masih menemui kendala, seperti adanya pro-kontra di masyarakat. Banyak
masyarakat enggan melakukan upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim maupun
kegiatan lingkungan lain karena hasilnya tidak bisa dirasakan secara langsung.

Penggerak Program Kampung Iklim (Proklim) Lestari Ngadirejo, Kabupaten Sukoharjo,


Jawa Tengah, Suryono Arief mengemukakan, paradigma masyarakat tersebut menjadi
salah satu alasan pembentukan Proklim di sejumlah wilayah belum menunjukkan
peningkatan yang signifikan. Bahkan, masyarakat kerap berkomentar negatif sehingga
menurunkan semangat dari pengurus kegiatan Proklim.

”Hasil dalam melakukan kegiatan Proklim memang tidak bisa langsung didapat sehingga
memunculkan komentar negatif. Permasalahan lainnnya adalah kejenuhan di masyarakat.
Ini menjadi tantangan bagaimana kami menjaga semangat masyarakat untuk selalu
berinovasi,” ujarnya dalam webinar bertajuk ”Siap Kampung Iklim 2021”, Rabu
(24/3/2021).

Pemerintah telah berkomitmen untuk menggerakkan seluruh potensi masyarakat dalam


mengendalikan perubahan iklim melalui Proklim dengan target 20.000 desa pada 2024.

Menurut Arief, pengurus Proklim di setiap wilayah memiliki tugas untuk mengubah pola
pikir dan pengetahuan masyarakat dalam aksi adaptasi maupun mitigasi perubahan iklim.
Sebab, seluruh kegiatan Proklim baru dapat berjalan optimal jika pola pikir masyarakat
untuk senantiasa menjaga dan mengubah lingkungan telah terbangun.

Dalam melakukan aksi adaptasi perubahan iklim, Proklim Lestari Ngadirejo melakukan
kegiatan pemanenan air hujan untuk mengurangi dampak bencana hidrometeorologi
ataupun gagal panen. Mereka juga membuat peresapan air yang digunakan untuk sumber
air tanah, wisata mangrove, dan menjaga hasil panen.

Direktur Adaptasi Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan


(KLHK) Sri Tantri Arundhatu menyatakan, pemerintah telah berkomitmen untuk
menggerakkan seluruh potensi masyarakat dalam mengendalikan perubahan iklim melalui
Proklim dengan target 20.000 desa pada 2024. Komitmen tersebut juga telah disampaikan
Presiden Joko Widodo dalam pembukaan Climate Adaptation Summit 2021 pada akhir
Januari lalu.

Dalam mencapai target pembentukan Proklim hingga 20.000 lokasi pada 2024, kata
Tantri, perlu adanya sinergi antar-program di lingkup KLHK. Sinergi itu mencakup, antara
lain, kegiatan perhutanan sosial, kalpataru, desa penyangga kawasan konservasi,
masyarakat peduli api, desa rawan kebakaran hutan dan lahan (karhutla), penyuluh
kehutanan, dan adipura.

Tantri menjelaskan, secara umum, Proklim dapat dibentuk jika sudah ada aksi lokal
adaptasi dan mitigasi perubahan iklim pada lokasi yang diusulkan dan dilaksanakan secara
berkelanjutan selama lebih dari dua tahun. Selain itu, telah terbentuk juga kelembagaan
kelompok masyarakat sebagai penggerak kegiatan dan berjalan secara aktif.

”Jika ingin berpartisipasi, yang harus dilakukan adalah perlu mengidentifikasi kerentanan
dan risiko perubahan iklim terhadap wilayah yang ada di sekitar kita. Harus diidentifikasi
juga sumber emisi gas rumah kaca di tempat kita berasal dari mana saja,” katanya.

Sementara komponen aksi Proklim di sektor adaptasi yang dapat dilakukan yakni
peningkatan ketahanan pangan, pengendalian penyakit terkait iklim, serta pengendalian
kekeringan, banjir, dan longsor.

Sementara kegiatan di sektor mitigasi, antara lain, pengelolaan sampah, penggunaan


energi baru terbarukan, budidaya pertanian rendah emisi, mempertahankan tutupan
vegetasi, dan menanggulangi kebakaran hutan dan lahan.

RAN-API

RAN API merupakan dokumen yang akan menjadi acuan utama dalam merencanakan upaya
adaptasi perubahan iklim yang tepat sasaran melalui penerapan kriteria adaptif. Dokumen ini
disusun melalui proses ilmiah, inklusif dan iteratif dengan memperhatikan karekteristik
sektor dan wilayah melalui kajian ilmiah yang diperkuat dengan pengalaman dan praktik di
tingkat tapak dari berbagai pihak.

RAN-API memiliki rencana strategis nasional yang mencagkup 4 sektor prioritas untuk
Adaptasi Perubahan Iklim yaitu Sektor Kelautan dan Pesisir, Air, Pertanian dan Kesehatan
serta terdapat 4 (empat) klaster strategi adaptasi yaitu infrastruktur, teknologi, peningkatan
kapasitas, dan tata kelola yang perlu dikembangkan pada masing-masing sector prioritas.
Dalam hal ini Kementerian Kelautan dan Perikanan ikut serta dalam strategi pelindungan
sector kelautan dan pesisir.
RAN-API dimaksudkan sebagai dokumen implementasi dari RPJMN 2020-20244 pada
Prioritas PN-6 dan Program Prioritas 2 yaitu Peningkatan Ketahanan Bencana dan Iklim.
Dokumen ringkasan eksekutif RAN API dapat dikatakan masih merupakan draft zero dari
kaji ulang RAN API. Hal tersebut terlihat dari matriks adaptasi yang ditawarkan masih sangat
umum/belum spesifik adaptasi dan banyak kriteria serta intervensi yang tidak sesuai dengan
definisi adaptasi itu sendiri.

RAN-API perlu mempertimbangkan keberadaan pulau-pulau kecil sebagai bagian yang


diperhitungkan sebagai kriteria dalam matriks adaptasi perubahan iklim. Sebagai referensi,
KKP telah menyusun Small Islands Vulnerability Index (SIVI) yang di dalamnya
memperhitungkan dampak perubahan iklim dan KKP selaku penanggung jawab isu kelautan
akan melakukan diskusi internal untuk merumuskan matriks adaptasi dan sinkronisasi
kegiatan yang akan dimasukan ke dalam dokumen serta penyebutan nomenklatur sektor.
(Direktorat P4K)

Aksi adaptasi di setiap sektor prioritas melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk
pemerintah pusat dan daerah yang memiliki kewenangan langsung terkait dengan sektor
prioritas. Untuk mengembangkan aksi adaptasi, setiap sektor prioritas memiliki strategi dan
strategi penyampaian yang spesifik.

Sektor Air

Strategi

Pengelolaan sumber daya air untuk memenuhi kebutuhan air bersih dan untuk mencegah
bencana iklim yang disebabkan oleh kerusakan air.

Infrastruktur

1. Pertimbangkan area (ha) yang terancam kekeringan dan banjir.


2. Menghitung kapasitas berdasarkan jumlah rumah tangga yang terkena dampak,
luas areal pertanian, dan industri.
3. Pertimbangkan jumlah dan lokasi peningkatan intensitas curah hujan.

• Pembangunan bendungan.
• Pembangunan bak retensi.
• Pengelolaan vegetasi di daerah hulu.
• Konstruksi dan penyesuaian struktur untuk pemanenan/penyediaan sumber
air bersih alternatif.

Penyesuaian kapasitas teknis berdasarkan proyeksi curah hujan.

 Penyesuaian lebar drainase perkotaan.

Pengelolaan air tawar di wilayah pesisir dengan menyesuaikan lokasi, dimensi, dan
kuantitas berdasarkan ancaman kenaikan muka air laut.

 Konstruksi dan penyesuaian sumur resapan.

Teknologi

Upaya redistribusi air saat hujan deras di daerah yang berpotensi banjir.

 Teknologi modifikasi cuaca (penurun hujan).

Mengisi reservoir untuk memenuhi kebutuhan air bersih.

 Teknologi modifikasi cuaca (peningkatan hujan).

Meningkatkan debit air ke akuifer.

 Teknologi injeksi air

Mendistribusikan air ke daerah kekeringan secara real time.

 Teknologi untuk mendeteksi kebocoran dan mengidentifikasi kebutuhan


konsumsi air
Peningkatan pengetahuan masyarakat (capacity building)

Meningkatnya kesadaran masyarakat (sense of belonging) untuk memanfaatkan dan


mengelola sumber air untuk persediaan pada saat kekeringan.

• Meningkatkan kesadaran masyarakat.


• Meningkatkan kapasitas masyarakat melalui pelatihan, kampanye, dll.

Pemerintahan

Pengembangan atau revisi Desain Rekayasa/standar teknis/operasional infrastruktur


yang adaptif.

 Masukan teknis revisi standar operasional dan bangunan gedung nasional.

Penetapan Kawasan Konservasi Air Tanah (KLA) di DAS, untuk menghijaukan dan
membatasi pemanfaatan hutan di dalam KLA/catchment area.

 Masukan teknis tentang kebijakan yang ditetapkan untuk pembatasan KLA.

Pengelolaan sumber daya air untuk meningkatkan ketersediaan air untuk memenuhi
kebutuhan air bagi rumah tangga, pertanian dan industri.

 Penerbitan Norma, Standar, Prosedur, dan Kriteria (NSPK) pengembangan


masterplan sistem penyediaan air minum adaptif perubahan iklim.

Pengelolaan sumber daya air untuk meningkatkan kualitas lingkungan.

 Pengembangan keamanan air lingkungan

Sektor Pertanian

Strategi

Climate Smart Agriculture untuk menjaga produksi pangan.


Infrastruktur

Memenuhi kebutuhan air pertanian di daerah sentra pertanian yang rawan


kekeringan dan gagal panen.

• Pembangunan bendungan, kolam retensi, dan kolam detensi yang


diperlukan untuk irigasi.
• Pembangunan dan pemeliharaan jaringan irigasi.
• Normalisasi sungai, bendungan dan tempat penampungan air lainnya.
• Sistem perpipaan dan sumur dangkal, irigasi tetes, dan irigasi sprinkler.

Memperbaiki karakteristik tanah pada lahan kering dan kritis untuk menahan air
dengan lebih baik, melalui konservasi air dan tanah.

• Pemanenan air hujan untuk memperpanjang waktu tanam pada kondisi


kekeringan (waduk kecil terpadu).
• Meningkatkan penggunaan pupuk organik dan mengurangi penggunaan
pupuk kimia.
• Pemanfaatan cocopeat untuk persemaian di areal bekas tambang dan lahan
kritis.

Teknologi

Memanfaatkan bioteknologi dalam mengembangkan varietas unggul yang tahan


iklim.WW

• Pengembangan varietas unggul tanaman yang tahan terhadap cekaman


iklim dan hama.
• Varietas padi yang tahan terhadap banjir, kekeringan, salinitas, dan hama.
• Penggunaan mikroba tertentu untuk mengembangkan varietas padi tahan
salinitas tinggi.
• Umbi bernutrisi tinggi yang tahan cuaca ekstrim.
Memperkuat inovasi dan teknologi pertanian yang mempertimbangkan dampak
iklim dan mendukung ketahanan pangan.

• Pemanfaatan teknologi untuk pertanian presisi dan pertanian cerdas.


• Penggunaan sensor yang mampu mengidentifikasi kadar air dan kimia tanah
pada lahan pertanian (vidiometri/drone/cctv, dll).
• Pemodelan neraca air dan hara tanaman pada lahan, serta pengembangan
sistem informasi geografis titik distribusi hara dan kelangkaan air.
• Otomatisasi alat penyiraman dan pemupukan sesuai kebutuhan lahan.

Mengadopsi dan memodifikasi teknologi untuk mengidentifikasi pertumbuhan


tanaman, untuk mencatat penggunaan air dan nutrisi.

• Pemantauan sawah (standing crop) menggunakan citra Modis dan Sentinel-


2.

Sesuaikan waktu tanam berdasarkan prediksi musim untuk menghindari kekeringan.

• Sistem informasi kalender tanam terpadu.


• Mengidentifikasi kesesuaian musim dan wilayah dengan komoditas
tanaman yang sesuai.
• Prediksi iklim untuk pertanian.

Memperkuat inovasi di bidang pertanian untuk meningkatkan produksi pangan


selain komoditas utama (beras) yang mempertimbangkan dampak iklim.

• Pengembangan ikan nila payau yang tahan terhadap salinitas tinggi.


• Pengembangan rumput bergizi yang tahan terhadap cekaman iklim.
• Peningkatan kualitas suplemen ternak untuk mengatasi cekaman panas.
• Pengembangan vaksin ternak untuk mengatasi cekaman panas.
• Pengembangan gen ternak unggul yang tahan terhadap cekaman iklim
Pemenuhan air irigasi untuk lahan pertanian pada musim kemarau untuk
meningkatkan produksi padi dengan menggunakan teknologi modern.

• Teknologi modifikasi cuaca untuk mengisi reservoir pertanian dan


antisipasi kekeringan di daerah sentra produksi pangan.
• Pompa air tenaga surya

Peningkatan pengetahuan masyarakat (capacity building)

Meningkatkan pemahaman petani tentang informasi iklim yang berguna untuk


menentukan waktu tanam dan praktik pertanian.

 Sekolah Lapangan Iklim.

Mengedukasi masyarakat untuk memanfaatkan inovasi dan teknologi pertanian


(varietas unggul tahan iklim, metode pertanian presisi, kalender tanam, dan sistem
informasi pertanian).

 Pendampingan dan pendampingan kepada kelompok tani dan asosiasi


kelompok tani.

Meningkatkan pemahaman bisnis pertanian terkait strategi pertanian cerdas iklim.

 Pendampingan dan pendampingan kepada perusahaan pertanian.

Meningkatkan kemampuan kelembagaan dan sumber daya manusia pertanian.

 Pelatihan petugas dan anggota lembaga pertanian (vokasi) terkait sistem


informasi iklim pertanian, pengelolaan database, dan penerapan metode
pertanian presisi.

Pemerintahan
Meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan air dan nutrisi untuk
meningkatkan produktivitas tanaman, efisiensi biaya dan mengurangi emisi gas
rumah kaca.

• Penerapan metode pertanian presisi pada lahan pertanian strategis.


• Penerapan irigasi intermiten di sawah.
• Pemanfaatan limbah pertanian (kotoran ternak untuk tanaman).
• Integrasi beberapa jenis tanaman dalam satu lahan pertanian.

Mengembangkan database pertanian terpadu sebagai bagian dari strategi Pertanian


Cerdas Iklim.

• Pemetaan lokasi dan karakteristik pengembangan lahan pertanian (baik


yang terkena dampak negatif maupun positif dari perubahan iklim)
• Pemetaan sumber data dan informasi.
• Penguatan koordinasi antar lembaga di sektor pertanian

Memberikan alternatif pembiayaan untuk lahan pertanian ketika terjadi kegagalan


iklim.

• Asuransi pertanian berbasis iklim.


• Mendorong pemanfaatan keuangan dan pembuatan produk investasi
pertanian.

Memperkuat distribusi dan pasar pertanian sesuai dengan strategi pertanian cerdas
iklim.

• Meninjau dan memperkuat regulasi terkait rantai bisnis pertanian.


• Menciptakan pasar pertanian baru (memperdagangkan inovasi pertanian
antara peneliti dan perusahaan, serta pertanian lainnya
• pengusaha).
• Kerjasama dengan penyelenggara telekomunikasi.
• Penguatan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), dan usaha kecil menengah
di sektor pertanian.
• Penerapan standar operasi (ISO) yang mempertimbangkan iklim dan
lingkungan.

Sektor Kelautan & Pesisir

Strategi

Perlindungan Wilayah Pesisir dan Keselamatan Maritim.

Infrastruktur

1. Prasarana yang memperhatikan karakteristik morfologi pantai di daerah yang


memiliki kerentanan tinggi terhadap dampak perubahan iklim.
2. Menggabungkan pendekatan adaptasi berbasis ekosistem (EbA) dan adaptasi
berbasis masyarakat (CbA).
3. Pengurangan risiko abrasi di wilayah pesisir.

• Pembangunan sabuk pantai (geotextile bag/KGM).


• Konstruksi struktur keras: sabuk pantai, struktur hibrida, struktur beton.
• Konstruksi struktur lunak (penanaman mangrove dan/atau vegetasi pantai)/
greenbelt.
• pintu air komposit; pintu air otomatis untuk mengalirkan air pada saluran
banjir perkotaan (pesisir) dengan memanfaatkan perbedaan tinggi muka air
pada saluran banjir.

Teknologi

Penerapan teknologi survei laut yang mampu mendeteksi stok ikan, menghindari
potensi penurunan hasil tangkapan nelayan akibat perubahan iklim.

 Teknologi survei kelautan ROV (Remotely Operated Vehicle).

Teknologi dengan kemampuan mendeteksi gelombang ekstrim untuk mengurangi


jumlah kecelakaan kapal.
 Penerapan teknologi AIS (Automatic Identification System); pelacakan
otomatis pada kapal dan pengiriman lalu lintas kapal (VTS).

Adaptasi terhadap perubahan garis pantai akibat dampak perubahan iklim; desain
inovatif sistem pemantauan dinamika pesisir di wilayah yang memerlukan
perencanaan tata ruang yang mempertimbangkan bahaya kenaikan permukaan laut
dan cuaca ekstrem.

 Penerapan teknologi buatan phyto-sandbar.

Meningkatkan kepastian waktu penangkapan dan mengurangi bahaya pelayaran


nelayan akibat gelombang ekstrim.

 Inovasi desain perahu nelayan kecil yang adaptif dan berbahan fiberglass.

Peningkatan pengetahuan masyarakat (capacity building)

Pendampingan kepada nelayan dalam penerapan standarisasi kapal nelayan <10GT.

 Pembuatan kapal nelayan ToT dengan bahan baku fiberglass (desain,


pemilihan bahan hingga siap berlayar).

Memberikan mata pencaharian alternatif bagi nelayan kecil yang tidak bisa melaut
akibat gelombang ekstrim.

• Penguatan kapasitas koperasi dan kelompok nelayan.


• Asuransi nelayan (asuransi indeks cuaca).

Meningkatkan kapasitas sumber daya manusia untuk tanggap bencana di wilayah


pesisir.

 Bantuan kepada kelompok nelayan, masyarakat dan pemerintah daerah.


Partisipasi kelompok masyarakat pesisir untuk menerapkan konsep adaptasi berbasis
ekosistem.

 Pengelolaan ekosistem pesisir berbasis masyarakat

Pemerintahan

Meningkatkan kapasitas dan akses informasi bagi nelayan kecil dalam membaca
informasi iklim laut.

• Menyediakan informasi perikanan yang mudah diakses.


• Sistem peringatan dini.
• Pendidikan, penyuluhan & penyadaran masyarakat.

Penyediaan perangkat peraturan dan informasi terkait bahaya gelombang tinggi,


jenis dan kapasitas kapal penangkap ikan.

• Masukan teknis tentang bahaya iklim untuk peraturan terkait bencana di


wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.
• Masukan teknis terkait bahaya iklim untuk pengaturan ruang laut & wilayah
pesisir.
• Peta risiko bencana di wilayah pesisir.
• Peraturan pengelolaan penangkapan ikan di kawasan terlarang atau
kawasan lindung laut.

Sektor Kesehatan

Strategi

Melindungi Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan.

Infrastruktur

Strategi Penyampaian (Delivery Strategy)

Membangun infrastruktur yang sesuai di lokasi rawan DBD.


 Rumah dan bangunan yang memenuhi standar kesehatan bangunan.

Pertimbangkan lokasi potensi wabah DBD sambil menghitung kapasitas fasilitas


kesehatan.

 Meningkatkan kapasitas fasilitas kesehatan.

Meningkatkan kesehatan lingkungan berdasarkan karakteristik daerah endemik.

• Pelaksanaan Sanitasi Berbasis Masyarakat (STBM).


• Penyediaan air bersih dan mata pencaharian minimum.
• Fogging (pemusnahan vektor dengue).
• Penambahan ruang terbuka hijau (RTH).

Teknologi

Tersedianya informasi Wabah DBD dan sistem peringatan dini.

• Pengembangan sistem peringatan dini & informasi DBD-Klim untuk


pencegahan KLB (sistem pelaporan harian).
• Kelengkapan data dan informasi.

Memodelkan potensi kejadian penyakit tular vektor (jumlah dan periode infeksi).

 Kesehatan Biomonitoring penyakit perubahan iklim

Peningkatan pengetahuan masyarakat (capacity building)

Meningkatkan pemahaman masyarakat, khususnya kelompok rentan terhadap


penyakit perubahan iklim.

• Pendidikan dini tentang dampak perubahan iklim.


• Penambahan kurikulum kesehatan masyarakat dan iklim di tingkat
pendidikan yang lebih rendah (ilmu alam}
• Meningkatkan pengetahuan risiko iklim bagi fasilitator kesehatan dan
jumantik (wiggler surveillance)
• Sosialisasi dan peningkatan kesadaran pencegahan dan pengendalian
penyakit di daerah yang berpotensi endemis.

Pemerintahan

Revitalisasi hukum dan program pencegahan dan pengendalian penularan


berdasarkan proyeksi indikasi wabah DBD.

• Revisi panduan pencegahan penyakit.


• Pengecekan lapangan program pencegahan penyakit.
• Penyesuaian standarisasi bangunan sehat.

Memaksimalkan adaptasi berbasis masyarakat dalam pencegahan/respon terhadap


wabah DBD. Penggunaan teknologi sederhana (DBD cap) untuk mencegah
perkembangbiakan vektor DBD dan penyediaan air bersih Memaksimalkan adaptasi
berbasis masyarakat dalam pencegahan/respon terhadap wabah DBD.

• Penggunaan teknologi sederhana (DBD cap) untuk mencegah penyebaran


vektor dengue dan menyediakan air bersih

Adaptasi Berbasis Rumah Tangga (keterlibatan aktif masyarakat untuk mengurangi


kerentanan dalam skala rumah tangga).

Adaptasi perubahan iklim sektor kesehatan di tingkat rumah tangga:

• Perempuan dalam kesejahteraan keluarga (rumah tangga & lingkungan).


• komunitas pemuda setempat.
• masyarakat tingkat Desa lainnya.
Dokumen RAN API merupakan dokumen perencanaan jangka panjang untuk mendukung
pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 dan Visi Indonesia 2045.
Implementasi RAN API mempertimbangkan dan mensinergikan proses dengan dokumen
kebijakan strategis lainnya, yaitu SDGs, pengurangan risiko bencana, tata ruang, dan
pembangunan rendah karbon, yang memiliki manfaat langsung dan tidak langsung untuk
memperkuat aksi adaptasi perubahan iklim.

Pendekatan inklusif dan literatif diterapkan dalam penyusunan RAN API dengan memahami
karakteristik sektor yang terkena dampak melalui pengalaman dan praktik terbaik di tingkat
lokal.

Mekanisme pembiayaan adaptasi perubahan iklim tidak hanya dari APBN dan APBD, tetapi
juga dari mekanisme internasional, baik bilateral maupun multilateral, investasi swasta dan
Corporate Social Responsibility (CSR). Sumber dana internasional tersedia untuk
pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Upaya adaptasi perlu diarusutamakan di semua
sektor pembangunan yang terkena dampak. Pemerintah proaktif (nasional dan lokal) dan
pemangku kepentingan lainnya (sektor swasta, mitra pembangunan, dan masyarakat) penting
untuk mendukung upaya tersebut.

Adapun Kendala yang dialami oleh RAN-API masih belum teridentifikasi dikarenakan belum
dilakukan implementasi secara nyata di masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai